Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal akan kekayaan karya seni
dan warisan budaya yang dimilikinya. Kebudayaan yang sangat kental kaitannya terhadap
kehidupan masyarakat Bali telah menjadikan keunikan tersendiri bagi pulau ini. Tentunya
semua ini didukung oleh masyarakatnya yang dikenal sebagai Etnik Bali atau yang disebut
dengan Orang Bali. Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2008: 3) mendefinisikan etnik Bali sebagai
sekelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaan, baik kebudayaan
lokal Bali maupun kebudayaan nasional.

Kesadaran serta Kesatuan budaya tersebut pula diperkuat oleh adanya keterampilan
yang dimiliki oleh masyarakat sekitar serta budaya yang dijaga secara turun-temurun. Hal
inilah yang membuat beragam warisan budaya tersebar pada setiap daerah seperti, tarian, adat
istiadat, agama, bahasa, hingga kerajinan tangan. Salah satu warisan budaya yang masih ada
hingga kini yaitu, kerajinan tangan. Masyarakat Bali memiliki kerajinan tangan yang beragam,
dimana kerajinan ini merupakan hasil karya buatan tangan yang dalam pembuatannya berkaitan
dengan berbagai jenis bahan dan barang yang memungkinkan untuk dijadikan sebuah kerajinan
tangan yang berguna bagi masyarakat. Kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara
terus-menerus dengan penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan,serta berdedikasi
tinggi dan berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya, (Kadjim 2011 : 10). Dalam
pembuatan kerajinan tangan dibutuhkan pula adanya suatu keterampilan tersendiri yang
dimiliki oleh si pengrajin.

Dengan Kerajinan ini juga biasanya dibuat dengan berbagai cara salah satunya seperti
anyaman. Ketekunan masyarakat Bali dalam membuat kerajinan tradisional ini telah
menjadikan anyaman sebagai sebuah barang yang berpotensi untuk memiliki beragam
kegunaan. Menurut Graha dalam Susana Dai, (2009:8) bahwa menganyam merupakan suatu
kegiatan menjalin bahan yang berbentuk pita sehingga satu sama lainnya saling kuat
menguatkan dan karena tekniknya timbullah motif yang berulang. Anyaman biasannya
menggunakan bahan dari bambu, rotan, daundaunan, anyaman tersebut banyak digunakan
sebagai alat keperluan rumah tangga sehari-hari. Dalam Oho Graha (2000:3) anyaman adalah
suatu cabang kerajinan yang telah sangat tua usianya. Menganyam merupakan suatu kegiatan
menjalin bahan yang berbentuk pita sehingga satu sama lainnya saling kuat-menguatkan dan
karena tekniknya, timbulah motif yang berulang. Bahan dalam pembuatan kerajinanpun dapat
bervariasi, seperti bambu yang biasanya digunakan dalam tehnik mengayam.

Dewasanya kini, penggunaan bambu sering diolah menjadi suatu keben atau sokasi,
seperti yang telah kita ketahui, Bali sangat erat kaitannya dengan budaya yang dimiliki, dalam
hal ini biasanya masyarakat Bali menggunakan keben sebagai sarana dalam membawa alat
persembahyangan. Bambu merupakan salah satu bahan utama dalam pembuatan keben atau
yang sering disebut dengan sokasi, juga dapat diolah menjadi berbagai jenis barang. Mengenai
penggunaannya bambu juga termasuk bahan yang mudah untuk diolah serta bernilai fungsional
dan estetis. Selain itu, untuk memperoleh bahannya sangat mudah untuk dijangkau terutama
oleh masyarakat di Desa Tiga Wasa.

Desa Tiga Wasa yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini
merupakan suatu pusat pengrajin bambu di Bali yang mampu mengolah bahan tersebut menjadi
produk keben yang memiliki keunikan yang menarik untuk diteliti, dimana mayoritas
penduduk di Desa Tiga Wasa ini mampu memproduksi keben atau sokasi. Hampir di setiap
anggota keluarga yang bertempat tinggal di Desa tersebut mempunyai keterampilan untuk
mengayam. Bagi masyarakat Desa Tiga Wasa ini, menganyam merupakan suatu kebiasaan
untuk mengisi waktu luang serta menambah penghasilan. Terlebih, kebiasaan menganyam ini
telah diwariskan. Sayangnya, penggunaan keben di Bali hanyalah untuk kegiatan upacara
ataupun hal-hal yang berbau adat saja. Sehingga hanya masyarakat khusunya di Bali yang
menggunakannya. Padahal, jika keben lebih diinovasikan lagi, keben bisa digunakan sebagai
produk yang lebih modern dan bisa digunakan oleh khalayak ramai. Desa pengrajin keben ini
merupakan desa yang masih sangat sulit untuk memasarkan hasil anyamannya karena
keterbatasan ilmu pengetahuan tentang teknologi yang dimilikinya, selain itu mereka juga
memiliki system pemasaran yang kurang efektif dikarenakan keben ini kurang diminati
khususnya di bagian Bali Utara. Mayoritas penduduk disana hanya memasarkan produknya
melalui pengepul terdekat untuk menjualnya lagi di pasar-pasar.

Berkaca dari permasalahan tersebut, salah satu inovasi yang dapat diimplementasikan
dalam upaya melestarikan budaya serta peningkatan pengenalan potensi daerah maka peneliti
berinovasi menjadikan keben sebagai kotak perhiasan. maka dipandang perlu untuk melakukan
penelitian terkait “ inovasi keben menjadi kotak perhiasan oleh-oleh khas bali.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yag telah tertera di atas, maka dapat
disusun rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana cara untuk menginovasi keben dalam penggunaannya agar fungsional


dan dikenal oleh masyarakat tidak hanya dalam negeri tapi juga oleh orang luar?
2. Bagaimana peran pemuda dalam mengembangkan inovasi pemasaran konvensional
berbasis teknologi modern dapat diterapkan untuk produk keben ?
3. Bagaimana kebermanfaatan serta pengaruh inovasi keben untuk masyarakat luas?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memperkenalkan pada masyarakat luar daerah tentang cara serta memberi
inovasi pada keben agar menjadi benda fungsional yang mampu meningkatkan
ekonomi rakyat sekitar.
2. Untuk mengoptimalkan peran pemuda dalam mengembangkan potensi daerahnya
melalui inovasi pemasaran konvensional berbasis teknologi modern
3. Mengetahui manfaat serta pengaruh inovasi keben kepada masyarakat luas

1.4 Manfaat Penulisan

Pada kajian ini diharapkan agar dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Pada karya tulis ini diharapkan agar dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai cara pengoptimalan peran pemuda dalam inovasi pemasaran
berbasis teknologi modern. Serta, dapat memperkenalkan bahwa keben dapat dijadikan
sebagai produk yang fungsional sehingga bermanfaat bagi mastarakat luar. Hasil
penelitian yang diperoleh juga dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk
diterapkan bagi pemerintah dalam menangani permasalahan yang ada di masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dalam pembuatan karya ilmiah ini diharapkan agar bermanfaat bagi : (1)
Remaja, sebagai sumber dari jembatan pemasaran berbasis teknologi dan acuan dalam
meningkatkan suatu inovasi produk keben agar menjadi lebih fungsional, serta sebagai
wahana untuk mengembangkan potensi kreativitas remaja; (2) Desa TigaWasa,
sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk menanggulangi permasalahan
pemasaran serta dapat memanfaatkan ketrampilannya. Dengan adanya inovasi keben
ini diharapkan membantu kesejahtaraan masyarakat sekitar ; serta (3) Pemerintah,
yang berperan penting dalam membantu serta mendukung inovasi produk keben dalam
pemasaran berbasis teknologi modern dalam upaya meningkatkan tingkat penghasilan
masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Budaya
Budaya adalah sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang
lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic (Herskovits). Menurut Selo
Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat. Kemudian, Seorang arkeolog, R. Seokmono menerangkan bahwa
budaya adalah hasil kerja atau usaha manusia yang berupa benda maupun hasil buah
pemikiran manusia dimasa hidupnya. Artinya, budaya merupakan sesuatu yang sering
dilakukan, oleh suatu masyarakat secara terus menerus dan juga turun temurun
sehingga menghasilkan suatu karya bisa berupa benda ataupun yang lainnya.
Budaya merupakan suatu harta yang berharga bagi setiap daerah. Karena,
budaya merupakan salah satu ciri khas setiap daerah yang membuat daerah tersebut
terlihat unik ataupun menarik untuk diteliti. Menurut Alfred G Smith, Budaya adalah
kode yang kita pelajari bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. komunikasi
membutuhkan pengkodean dan simbol-simbol yang harus dipelajari. Godwin C Chu
mengatakan bahwa setiap pola budaya dan setiap tindakan melibatkan komunikasi.
Untuk dipahami, keduanya harus dipelajari bersama-sama. Budaya tidak akan dapat
dipahami tanpa mempelajari komunikasi dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan
memahami budaya yang mendukungnya.
Ciri Ciri Budaya antara lain :
1. Budaya merupakan hal yang bisa dipelajari namun budaya bukanlah bawaan.
2. Budaya dapat terus di sampaikan dari generasi ke generas.
3. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang tersu berubah sepanjang waktu.
4. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia
yang jumlahnya terbatas.
6. Berbagai unsur budaya saling berkaitan.
7. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar untuk
menilai budaya lain.
Kluckhohn, mengemukakan terdapat 7 unsur budaya atau kebudayaan yang
sifatnya secara universal yaitu
•bahasa
•sistem pengetahuan
•sistem teknologi, dan peralatan
•sistem kesenian
•sistem mata pencaharian hidup
•sistem religi
Budaya merupakan cikal bakal dari timbulnya sebuah karya seni yang unik dan
berharga. Sesuai dengan definisi, bahwa budaya merupakan suatu kebiasaan yang turun
temurun sehingga menghasilkan sebuah karya salah satunya adalah kerajinan berupa
anyaman. Sangat banyak jenis-jenis kerajinan tangan yang diolah dan juga mencirikan
pulau seribu pura ini. Tentunya itu menjadi daya tarik tersendiri untuk sekedar melihat
ataupun mengagumi Pulau Bali.

2.2 Kerajinan
Indonesia, khususnya Bali memiliki kerajinan yang sangat melimpah yang
tersebar dan akan terus melimpah. Kerajinan ini tercipta atas dasar sifat manusia yaitu
terampil. Kerajinan merupakan semjua kegiatan dalam bidang industri atau pembuatan
barang sepenuhnya dikerjakan oleh sifat rajin, ulet, terampil serta kreatif dalam upaya
pencapaiannya (Wiyadi, dkk , 1991:915). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
dalam Seminar Nasional Seni Kriya (2005:153) istilah kerajinan berasal dari bahasa
jawa yang berarti; (1hal atau sifat dan sebagainya); (2) kegotalan, industri, perusahaan
yang membuat sesuatu, atau pekerjaan tangan yang bukan dengan mesin melainkan
menggunakan tangan. Kerajinan tersebut di produksi mengutamakan bahan-bahan yang
layak terdapat di daerah sekitarnya dan alat yang digunakan sangat sederhana,
dikerjakan sangat terampil dan penuh hati-hati, (Suptandar, dalam Wahyuningsih,
Seminar Nasional Seni Kriya; 2005:153). Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa kerajinan adalah suatu karya yang diolah dengan cara diulat,
dianyam,dipahat, dan juga dibentuk agar menjadi suatu karya yang memiliki nilai
estitika dan juga berharga jual. Di Bali khususnya sangat banyak terdapat berbagai jenis
kerajinan. Kerajinan di bali sangat terkenal karena keunikannya, juga karena fungsinya.
Misalnya adalah keben, keben merupakan suatu karya seni berupa anyaman yang
sangat sering digunakan di Bali. Biasanya keben ini digunakan untuk sarana
sembahyang, ataupun upacara adat lainnya. Bentuknya yang sederhana namun terkesan
klasik dan elegan ini merupakan salah satu daya tarik dari kerajinan anyaman ini.
2.3 Anyaman Keben
Anyaman merupakan kerajinan tradisional yang dibuat dengan cara dianyam
dan masih digunakan bahkan sampai saat ini. Dalam kamus bahasa indonesia (1988)
anyaman diartikan sebagai menganyam, mengatur (bilah, daun pandan dan sebagainya)
tindih menindih dan silang menyilang (seperti pembuatan tikar dan bakul). Ada banyak
sekali jenis-jenis anyaman yang terdapat di Bali, salah satunya adalah keben.
Keben merupakan salah satu hasil anyaman yang sering dibuat oleh rakyat Bali
khususnya digunakan sebagai sarana untuk sembahyang ataupun upacara adat lainnya.
Masyarakat Bali tentunya sudah sangat mengenal keben atau sokasi ini. Keben ini
biasanya banyak dibuat di daerah Bali Utara. Bahan utama yang digunakan dalam
pembuatan keben ini adalah bamboo. Biasanya anyaman keben ini banyak di produksi
di desa tigawasa, dikarenakan desa tigawasa merupakan desa yang memiiki
penghasilan bamboo yang lumayan banyak.

2.4 Desa Tigawasa


Desa Tigawasa atau yang kerap di sebut sebagai desa penerus bamboo Buleleng ini
merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng,
Bali. Desa tradisional atau Baliaga ini terkenal sebagai salah satu pusat kerajinan
anyaman bambu di Kabupaten Buleleng. Terletak sekitar 19 kilometer sebelah barat
Kota Singaraja atau 97 kilometer sebelah utara Kota Denpasar, desa berpenduduk 4.608
jiwa ini banyak ditumbuhi bambu yang ditanam di pekarangan rumah, di tegalan, tepian
sungai dan lahan marginal. Desa ini memiliki 19 jenis bambu yang telah menyatu
dengan kehidupan budaya masyarakatnya sejak berabad-abad lalu. Di Desa Tigawasa,
hampir setiap rumah tangga melakoni hidup sebagai perajin anyaman bamboo. Salah
satu produk yang terkenal di desa Tigawasa adalah Keben. Keben atau yang sering di
sebut sokasi ini adalah karya seni anyaman yang berbahan utama bamboo, keben ini
biasanya banyak di gunakan masyarakat sebagai sarana upacara adat ataupun agama.
Selain kaya akan bamboo dan juga karya seninya, Desa tigawasa juga memiliki
kebiasaan yang cukup unik, yaitu adalah dalam setiap keluarga di desa tersebut, telah
menjadikan pembuatan keben sebagai kebiasaan mereka, dalam upaya penambahan
pemasukan dalam keluarga.
Bahkan anak-anak di desa Tigawasa sudah terbiasa untuk membuat anyaman berupa
keben baik untuk di jual ataupun sekedar belajar. Maka tidak heran jika desa ini
memiliki beragam karya seni anyaman yang sangat menarik dan juga unik. Namun
kelemahannya, seringkali warga sebagai perajin dengan modal yang terbatas dirugikan
oleh pasar. Ini dikarenakan para pengrajin di desa Tigawasa sulit memasarkan
produknya, mereka hasur menjualnya ke pengepul terlebih dahulu, kemudia pengepul
akan menyalurkannya atau menjualnya kembali. Tentunya penghasilan yang didapat
tidaklah banyak mengingat para pengepul juga menginginkan keuntungan sehingga
harga yang di tawarkan relatife murah. Selain itu produksi anyaman keben sangatlah
sulit untuk dipasarkan khususnya di buleleng. Anyaman keben ini biasanya banyak
diminati hanya di daerah Bali Selatan.
2.4 Teknologi
Poerbahawadja Harahap menjelaskan bahwa penggunaan kata teknologi pada dasarnya
mengacu pada sebuah ilmu pengetahuan yang menyelidiki tentang cara kerja di dalam
bidang teknik, serta mengacu pula pada ilmu pengetahuan yang digunakan dalam
pabrik atau industry tertentu. Teknologi merupakan suatu bentuk proses yang
meningkatkan nilai tambah (Miarso, 2007). Secara umum teknologi dapat diartikan
sebagai suatu metode yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia baik di
bidang industry ataupun pabrik guna meningkatkan nilai tambah dan juga keefektifan
waktu bagi si pengguna. Teknologi, pada saat ini merupakan kebutuhan tersendiri bagi
setiap manusia. Baik digunakan sebagai sarana mempercepat informasi, komunikasi,
bahkan untuk dagang. Teknologi akan sangat bermanfaat untuk pemasaran atau dagang,
karena sesuai dengan definisinya teknologi ini dapat meningkatkan nilai tambah apalgi
di dalam bidang industry.
Teknologi akan sangat bermanfaat khususnya di Desa Tigawasa. Ini dikarenakan desa
Tigawasa memiliki banyak industry kecil dibidang anyaman namun, masih sangat sulit
untuk melakukan proses berniaga. Dengan teknologi ini, pastinya akan membantu
untuk memasarkan produk anyaman bernilai budaya ini bahkan sampai ke penjuru
dunia.

BAB III

METODE PENULISAN
3.1 Jenis Kajian
Karya tulis ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang merupakan
penggambaran mengenai sesuatu yang akan diterapkan di Desa TigaWasa, Kabupaten
Banjar, Provinsi Bali. Menurut Furchan, adapun penelitian deskriptif (descriptive
research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Karena
metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Maka, Pada penelitian ini,
penyajian data berupa hasil observasi serta pedoman wawancara.

3.2Subjek dan Objek Pengkajian

Subjek pengkajian ini meliputi seluruh siswa SMK Negeri Bali Mandara yang
berasal dari Desa Tiga Wasa yang meliputi siswa kelas X, XI, dan XII. Sedangkan
objek dari pengkajian karya tulis ini yaitu rencana pembuatan inovasi keben yang
fungsional dengan pemasarannya berbasis teknologi modern.

3.3Metode Pengumpulan Data


3.3.1 Metode Observasi

Metode observasi merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mengamati


data yang diperlukan. Yang mana pada data tersebut kemudian dicatat atau
didokumentasikan. Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data sebagai berikut.
1. Studi Pustaka (Literatur)
Literatur yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini meliputi jurnal,
laporan-laporan, dan buku-buku yang berkaitan dengan pemanfaatan maupun pembuatan
keben dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

2. Penelusuran Data dan Informasi Melalui Internet

Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi terbaru mengenai hal-hal yang
terkait dengan materi yang dikaji yaitu pembuatan inovasi keben yang fungsional dengan
pemasarannya berbasis teknologi modern serta manfaat dan pengaruhnya pada
masyarakat.
3.3.2 Metode Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan data untuk memperoleh informasi,
melalui informan dalam wawancara ini yaitu meliputi siswa SMK Negeri Bali Mandara
yang berasal dari Desa Tiga Wasa dalam upaya mengetahui potensi daerah yang ada
dan proses pembuatan keben serta pemasaran yang biasa dilakukan oleh masyarakat
sekitar.
3.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh baik berupa hasil kajian pustaka yang meliputi buku, jurnal,
maupun penelusuran data serta informasi melalui internet, dikumpulkan kemudian
dianalisis secara deskriptif kualitatif. (Arikunto, 1998:245) mendefinisikan deskritif
kualitatif merupakan data dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisah menurut
kategori, sehingga memperoleh kesimpulan. Analisis ini dilakukan dengan mencari
keterkaitan dari data tersebut sesuai dengan materi yang dikaji.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1. Hasil Penelitian Berdasarkan Data Observasi
Desa Tigawasa terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini
menyimpan banyak sumber daya alam khususnya bambu. Bahkan, di desa ini hampir
disetiap keluarga telah bergelut dalam dunia pegrajin anyaman bambu. Sebagaian dari
mereka pula membuat keben hanya untuk keperluan sendiri yang mampu dibuat oleh
setiap anggota keluarganya. Berdasarkan hasil observasi terhadap berbagai sumber baik
buku, jurnal. Maka telah diperoleh berbagai hasil bahwa diketahui sebanyak 19 jenis
dari empat marga bambu terdapat di desa Tigawasa. Bali sampai saat ini mempunyai
36 jenis bambu dan sekitar 50% merupakan jenis introduksi (Arinasa dan Widjaja,
2003), sedangkan di Indonesia sampai saat ini memiliki 143 jenis bambu (Widjaja,
2001). Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa kehidupan sosial budaya
masyarakat desa sangat menyatu dan tidak bisa lepas dari bambu, seperti juga
masyarakat pedesaan lainnya di Indonesia (Sastrapradja dkk., 1997). Hal ini yang
menjadikan Desa Tiga Wasa sebagai sentral dari kerajinan bambu di Buleleng.

4.1.2. Hasil Penelitian Berdasarkan Data Wawancara


Hal inilah yang memudahkan Desa Tiga Wasa memperoleh bahan untuk diolah
menjadi produk keben yang fungsional. Sehingga, membuat warga di desa ini
mayoritas berprofesi sebagai pengrajin anyaman bambu. Dalam kesehariannya
membuat keben para pengrajin bisanya lebih memilih untuk menjual produk tersebut
di Bali Selatan dari pada di Buleleng. Hal ini disebabkan karena, adanya kebutuhan
harian keben dalam upacara adat yang lebih banyak serta menjadi primadona yang
diminati para wisatawan. Terlebih, banyaknya pemesanan di Bali Selatan dari pada
Buleleng membuat para pengrajin ini menjadi rugi. Pasalnya, para pengrajin yang
terbatas pada modal kerap kali dirugikan oleh pasar disebabkan pengepul yang
memberikan tarif harga yang tidak sesuai dengan usaha warga. Setiap harinya para
pengrajin harus menjual produk tersebut ke pemesan produk di luar desa agar
memperoleh keuntungan. Namun dalam mengarap pesanan pembeli, seringkali
pengrajin menjadi kesulitan dalam pemesanan yang terkadang tidak sesuai harapan
pembeli, bila salah sedikit saja bisa jadi dikembalikan bahkan dibatalkan. Sehingga
diperlukan adanya pembuatan inovasi pada keben yang berbasis teknologi modern.
Pemberian inovasi tersebut mampu menarik pembeli tidak hanya di Bali tetapi juga
diterima oleh khalayak dikarenakan penggunaannyanya yang fungsional dan tidak
monoton. Hal itu pula menaikkan nilai jual suatu keben serta penjualannya yang
berbasis teknologi mampu memperluas jangkauan keben untuk dikenal oleh
masyarakat luas dan mengurangi suatu kesalahan dalam pemesanan produk keben yang
tidak sesuai harapan pembeli.

4.2 Pembahasan
4.2.1. Pembuatan Inovasi keben berbasis teknologi modern
Pembuatan inovasi keben merupakan suatu pemberian ide yang diwujudkan
dengan cara memanfaatkan ketrampilan pemuda pada suatu produk keben agar menjadi
suatu produk baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Dimana dalam inovasinya
keben dijadikan sebagai kotak tempat perhiasan ataupun tempat aksesoris yang bernillai
jual tinggi serta bernilai estetis karena dimodifikasi dengan akasara bali dalam upaya
untuk pelestarian budaya. Dalam hal ini pula peranan teknologi sangat diperlukan untuk
mendukung lancarnya pemasaran yang dilakukan.
Seperti yang telah kita ketahui, dewasanya kini teknologi sangat berpengaruh
hampir di setiap aspek kehidupan manusia. Bahkan, dengan teknologi dapat
memudahkan suatu pekerjaan yang manusia sendiri membutuhkan waktu cukup lama
dalam mengerjakannya. Sehingga, untuk mengefektifkan waktu serta tenaga manusia
kerap kali memanfaatkan kecanggihan teknologi seperti sosial media. Tak terkecuali
saat berjualan suatu produk salah satunya untuk menjual keben. Pada umumnya
penjualan konvensional yang diterapkan pada produk keben. Namun, dalam era
globalisasi saat ini penggunaan teknologi khususnya sosial media sangat banyak
digemari oleh masyarakat. Dengan begitu penjualan keben yang diinovasikan melalui
sosial media sangatlah bermanfaat bagi berbagai kalangan. Maka dalam pemasarannya
akan mudah dijangkau oleh masyarakat luas serta hal ini dapat membantu pengrajin
dalam hal menerima pemesanan. Terlebih, dalam hal ini para pengarajin dapat
mengunggah foto hasil produk kepada para pembeli yang mampu mengurangi kerugian
dalam penjualan. Bersamaan dengan hal tersebut maka para penjalan produk keben ini
mampu dikenal oleh khalayak umum yang membuat peluang penjualan dapat
berkembang semakin cepat. Dalam hal ini pula pengrajin tidak perlu khawatir lagi
dengan proses penjualan keben melalui pengepul dengan harga yang cuma – cuma.
Melalui teknologi, pengrajin dapat meminimalisir pengeluaran biaya saat proses
penjualan. Namun, tetap meraih keuntungan. Adapun proses yang penulis maksud.

PENJUALAN PRODUK KEBEN

PENJUALAN PRODUK PENJUALAN PRODUK


KEBEN INOVASI KEBEN

KONVESIONAL BERBASIS TEKNOLOGI

PENGRAJIN PENGRAJIN

PENGEPUL SOSIAL MEDIA

PASAR PEMBELI

Bagan perbandingan proses penjualan produk keben

Berdasarkan pada proses penjualan produk tersebut, maka terlihat jelas bahwa adanya pemanfaatan
teknologi dalam proses pemasarannya mampu mempercepat proses serta memperluas jangkauan ke
seluruh pelosok negeri.

Anda mungkin juga menyukai