Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini perkembangan suatu negara

banyak mengalami kemajuan. Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu

proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh

bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan

menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Mempunyai

bangsa dan negara yang maju memang harapan semua masyarakat, dan kini

hampir semua negara sudah mengalami kemajuan tersebut. Mulai dari kemajuan

ilmu pengetahuan, teknologi, transportasi, bahkan kesenian sekalipun, itu semua

karena pengaruh dari globalisasi.

Indonesia salah satu negara yang memiliki budaya tersebar diseluruh

pelosok tanah air. Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,

serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang

dijadikan miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2003 :72). Budaya tersebut

sangat beragam menjadikan Indonesia kaya akan kesenian tradisional yang

menjadi cerminan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa

yang bermartabat dan menjunjung tinggi warisan budaya sehingga diharapkan

dapat memberikan kontribusi pada perkembangan kemajuan dalam berbagai aspek

kehidupan masyarakat. Kemajemukan masyarakat Indonesia memperkaya budaya

Indonesia.

1
2

Kebudayaan selain berfungsi secara nyata dalam kehidupan sehari-hari

juga mempunyai fungsi simbolis, ini semua disebabkan karena manusia selalu

memberi arti atau mengartikan sesuatu yang diamatinya. Salah satu warisan

kebudayaan adalah berbentuk kesenian daerah. Kesenian daerah merupakan

bagian dari budaya dan menjadi sarana yang digunakan untuk mengekspresikan

rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.

Seni merupakan hasil karya cipta manusia yang memiliki estetika dan

artistik. Kesenian merupakan ungkapan kreativitas manusia akan tumbuh dan

hidup apabila masyarakat masih tetap memelihara, memberi peluang bergerak,

serta menularkan dan mengembangkan untuk menciptakan sesuatu kebudayaan

baru (Yandri, 2009:158). Sedangkan menurut Rondhi (2002:4), seni atau

kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan manusia atau masyarakat terhadap nilai-nilai keindahan.

Sepanjang sejarah, manusia tidak lepas dari seni. karena seni adalah salahsatu

kebudayaan yang mengandung nilai indah (esetetis), sedangkan manusia

menyukai keindahan. Seni bukan saja dilihat dari penglihatan semata tetapi dilihat

dari keindahan karya tersebut. Seni sangat bermacam-macam bentuk karyanya,

namun dalam seni juga membutuhkan pemahaman makna yang terdapat dalam

karya seni tersebut.

Kesenian daerah mengandung nilai keluhuran yang menggambarkan

keberagaman suku dan adat istiadat dari setiap daerah di Indonesia. Keberagaman

tersebut merupakan aset yang sangat berharga untuk mengimbangi pengaruh

budaya asing yang saat ini banyak memberikan dampak terhadap kebudayaan
3

bangsa ini. Akibat dari pengaruh globalisasi tersebut banyak dampak positif

maupun negatif yang ditimbulkan. Dampak positif dari pengaruh globalisasi

sudah bisa kita rasakan sendiri, yaitu teknologi yang semakin canggih, kemajuan

transportasi dan ilmu pengetahuan lebih luas. Tetapi dalam sisi negatifnya, karena

pengaruh dari globalisasi ini, banyak budaya barat yang juga ikut masuk di negara

kita. Akibat pengaruh budaya tersebut, banyak generasi muda yang lebih memilih

budaya barat dari pada budaya tradisionalnya. Itu dikarenakan pola pikir mereka

yang menganggap jika budaya barat itu lebih modern dan lebih populer, sehingga

kesadaran mereka dalam melestarikan budaya tradisional menurun seperti

merosotnya kreatiftas dalam berkarya, hal ini tentu bertentangan dengan program

pemerintah yang ingin mengembangkan produk kerajinan.

Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Kekayaan alam ini

menghasilkan banyak bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai produk

kerajinan. Kerajinan Indonesia telah dikenal luas di mancanegara dengan bentuk

yang sangat beragam, kreatif, inovatif, dan selalu berkembang mengikuti

kebutuhan dan perkembangan teknologi. Oleh sebab itu, Indonesia dikenal

sebagai negara eksportir kerajinan yang dibuat dengan proses yang lebih

mengandalkan keterampilan tangan bukan hanya mesin.

Produk kerajinan lokal yang menjadi bagian dari ekonomi kreatif saat ini

telah menjadi perhatian pemerintah dengan menjadikannya salah satu dari bagian

kementrian, yakni Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pemerintah

melalui kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif gencar mempromosikan

kekayaan seni dan budaya bangsa ini untuk meningkatkan devisa negara.
4

Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai target tersebut, misalnya

dengan kegiatan festival, pagelaran seni, dan pemeran produk kerajianan lokal

yang mencadi ciri khas daerah masing-masing. Namun hal yang paling penting

adalah perlunya mendorong ekonomi kreatif ini sebagai suatu industri yang mana

di negara lain telah berkembang. Kedepannya diharapkan ekonomi Indonesia tak

hanya dari sumber daya alam, tapi juga sumber daya manusia, salah satunya dari

ekonomi kreatif.

Kreatif seringkali identik dengan seni, makanya wajar saja kebanyakan

dari Industri kreatif berhubungan dengan kesenian. Saat ini pemerintah telah

membagi ekonomi kreatif menjadi beberapa bagian yang diantaranya (1)

Arsitektur, yang kegiatannya membutuhkan jiwa seni dalam menggambar. Desain

ini bisa berupa rumah, gedung, taman, ataupun tata kota. (2) Pasar Barang Seni,

meski agak mirip dengan seni rupa, namun kegiatan ini bisa tak hanya berupa

barang seni rupa, namun juga bisa barang-barang seni lainnya seperti instrumen

musik dan barang seni bersejarah. (3) Kerajinan (craft), Indonesia merupakan

negara dengan kerajinan yang beraneka ragam karena banyaknya sumber daya

alam yang bisa dijadikan bahan. Bisa dari kayu, rotan, ijuk, ataupun batu.

Pekerjaan ini sangat membutuhkan jiwa artistik yang tinggi untuk menghasilkan

kerajinan yang indah sekaligus bermanfaat.

Menurut Rosjoyo (1999:8) kerajinan adalah seni yang bertujuan untuk

menyajikan kebutuhan hidup sehari-hari. Seorang pengrajin akan membuat

beberapa atau banyak benda untuk setia ciptaan yang pertama tersebut. Selebihnya

adalah benda kerajinan yang dalam penggarapannya tidak lagi originalitas.


5

Kerajinan merupakan salahsatu dari seni pakai yang paling diandalkan untuk

keperluan ekspor. Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau

kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilakn melaui keterampilan

tangan. Dari kerajinan ini menghasilkan benda yang menggunakan bahan-bahan

beraneka ragam mulai dari bahan alami mapun buatan. Bahan dari alam misalnya

mendong, rotan, kayu, janur, tanah liat, bambu, tempurung, sabuk kelapa, lidi,

kardus bekas dsb. Sedangkan bahan buatan seperti kaca, plastik, besi, logam,

kuningan, dsb.

Kabupaten Kolaka sebagai daerah yang sedang berkembang tentu ingin

mengembangkan produk kerajinan sebagai salah satu cara untuk melestarikan

kebudayaan lokal. Produk kerajinan adalah benda kerajinan yang dibuat oleh

tangan-tangan manusia, bukan karya mesin, melainkan keterampilan tangan serta

keahlian atau kemahiran tangan dalam mengolah bahan dalam penyusunan teknik

dalam proses pembuatan benda kerajinan yang bahan utamanya berasal dari bahan

alami ataupun limbah rumah tangga. Fungsi produk kerajinan dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi karya kerajinan sebagai benda pakai

dan fungsi karya kerajinan sebagai benda hias. Karya kerajinan sebagai benda

pakai meliputi segala bentuk kerajinan yang digunakan sebagai alat, wadah, atau

dikenakan sebagai pelengkap serta pendukung kehidupan manusia. Karya

kerajinan sebagai benda hias meliputi segala bentuk kerajinan yang dibuat

dengan tujuan untuk dipajang atau digunakan sebagai hiasan atau elemen

estetis.
6

Daerah ini bukan tidak memiliki produk kerajinan namun terbatas pada

produk tertentu saja, misalnya kerajinan Nentu yang berbentuk topi, tas, tudung

saji dan tempat buah serta kerajinan tekstil berupa tenun tradisional yang bentuk

atau motifnya mengacu pada bentuk ornamne khas kabupaten Kolaka. Bentuk

tersebut seperti bentuk pakis, burung kongga, parang, trisula dan rumah adat

Mekongga. Bentuk tersebut dijadikan motif pada kain tenun sehingga menjadi ciri

khas Kabupaten Kolaka. Oleh sebab itu perlu pengembangan produk-produk

kerajinan lokal yang bercirikan khas daerah perlu dikembangkan lagi dengan

menggunakan bahan yang mudah disediakan alam. Bahan-bahan tersebut

diantarnya lidi daun kelapa sebagai bahan utama dalam pembuatan kerajinan yang

selama ini hanya dimanfaatkan sebagai sapu. Bahan lidi sangat melimpah

didaerah kabupaten Kolaka. Lidi diharapkan menjadi bahan kerajinan dengan

berbagai hasil yang mampu memberi inspirasi bagi pengrajin lokal sekaligus

sebagai wujud pelestarian lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berkeinginan untuk membuat produk

kerajinan yang memiliki bentuk berbeda namun tetap mengacu pada simbol-

simbol lokal. Salah satunya adalah bentuk rumah adat Mekongga sebagai ide

kreatif dalam membuat produk kerajinan. Alasan memilih rumah adat mekongga

adalah untuk melesatrikan sekaligus memperkenalkan kepada masyarkat tentang

keberadaan rumah adat mekongga yang selama ini terlupakan ternyata bisa

dikembangkan menjadi model berbagai produk ekonomi kreatif serta untuk

mengetahui makna-makna simbolik yang terkandung pada bagian-bagian rumah

adat Mekongga.
7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan

yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana menerapkan bentuk

rumah adat mekongga menjadi produk kerajinan. Sehingga rumusan masalah

tersebut dijabarkan lagi menjadi beberapa masalah yang khusus diantaranya

adalah :

1. Bagaimanakah penerapan teknik kolase bentuk rumah adat mekongga menjadi

produk kerajinan hiasan dinding ?

2. Apakah makna yang terkadung pada bentuk rumah adat mekongga ?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah Menerapkan Teknik Kolase

Bentuk rumah adat Mekongga pada produk kerajinan hiasan dinding . Sedangkan

tujan secara khusus adalah :

1. Mendeskripsikan proses penerapan teknik kolase bentuk rumah adat

mekongga menjadi produk kerajinan hiasan dinding.

2. Mendeskripsikan makna yang terkandung pada rumah adat mekongga.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber ilmu pengetahuan

dibidang seni kerajinan khususnya bagi mahasiswa program Pascasarjana


8

Program Studi Pendidikan Seni pada Universitas Halu Oleo dalam

mengembangkan simbol budaya lokal.

2. Secara Praktis

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi industri ekonomi kreatif di

Sulawesi Tenggara dan sebagai bahan pengembangan karya seni khusunya di

kabupaten Kolaka guna meningkatkan kreatifitas dalam mengembangkan

potensi yang mengacu pada ciri khas budaya lokal kabupaten kolaka sebagai

salah satu bentuk pelestarian budaya.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN


DAN KERANGKA PIKIR

Dalam kajian pustaka ini akan diuraikan tentang teori-teori berupa

definisi atau prinsip yang berhubungan dengan penelitian ini.

2.1 Hiasan Dinding

Hiasan dinding adalah komponen yang diperlukan untuk mempercantik

dekorasi rumah. Hiasan dinding memiliki jenis yang beragam, salah satunya

adalah lukisan, gambar, dan berbagai kerajinan lainnya (http://teknowrap.com).

Dibandingkan dengan furnitur, hiasan dinding memiliki harga yang relatif lebih

murah tergantung dari kualitas hiasan dinding tersebut. Hiasan dinding dibuat

karena memiliki manfaat. Berikut ini adalah beberapa manfaat memasang hiasan

dinding di rumah antara lain :

a. Menambah estetika ruangan

Manfaat utama dari hiasan dinding adalah untuk menambah estetika

ruangan. Dengan adanya hiasan dinding akan menambah rumah kita menjadi

lebih indah. Salah satu contoh hiasan dinding adalah kerajinan lidi dengan teknik

kolase yang berbentuk rumah adat Mekongga. kerajinan dengan tema budaya akan

membuat kita rindu kampung halaman. Selain itu juga dapat menenangkan hati si

pemilik rumah.

9
10

b. Mengisi ruang kosong di dalam rumah

Adakalanya ketika kita melakukan dekorasi ruangan, kita merasa masih

ada ruang kosong yang belum didekorasi. Hiasan dinding bisa digunakan untuk

mengisi ruang kosong tersebut. Lebih dari itu, hiasan dinding juga dapat

digunakan untuk menutupi cat tembok yang telah mengelupas. Jadi, bagi Anda

yang memiliki tembok mengelupas dan belum sempat untuk mengecat ulang,

Anda dapat menggunakan hiasan dinding untuk menutupinya.

c. Menambah suasana damai

Hiasan dinding dapat menambah suasana damai di dalam rumah. Hal ini

juga tergantung dari jenis hiasan dinding yang di pasang dalam ruangan. Jika

hiasan dinding yang dipasang adalah hiasan yang seram tentu saja tidak

mengundang damai, melainkan mengundang ketakutan bagi anggota keluarga.

Oleh karena itu pasanglah hiasan dinding yang dapat memberikan kedamaian jika

dipandang. Contohnya dengan tema budaya dalam hal ini rumah adat Mekongga,

dapat memberikan suasana damai bagi orang yang melihatnya.

d. Menambah kreativitas Anda

Hiasan dinding dapat menambah kreativitas karena ketika memasang

hiasan dinding, dituntut untuk memasangnya dengan posisi yang tepat. Jika hiasan

dinding dipasang secara sembarangan, tentu saja hasilnya tidak akan maksimal.

Dengan pemasangan yang tepat, hiasan dinding akan memberikan manfaatnya

secara maksimal.
11

2.2 Prinsip-Prinsip Desain

Menghasilkan produk kerajinan yang baik dan bermutu perlu memahami

prinsip-prinsip desain. Prinsip tersebut tercermin dalam komposisi yang

mencakup kesatuan (unity), keseimbangan (balance), irama (rhytm), pusat

perhatian (Centre Of Interest), keselarasan (harmnony) dan proporsi (Murtihadi,

1982:59).

a. Kesatuan (Unity)

Kesatuan adalah hubungan antara bagian-bagian sehingga tidak tampak

adanya bagain-bagian itu. Dalam karya desain yang baik unsur-unsur yang

membetuknya tidak tampil secara sendiri-sendiri melainkan tampil dalam suatu

kesatuan dimana setiap unsur akan mendukung penampilan unsur yang lain dan

saling melengkapi. Prinsip kesatuan diwujudkan dalam penyusunan bentuk-

bentuk yang terdapat pada Rumah Adat Mekongga.

b. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan dalam suatu karya desain adalah pertentangan antara

unsur-unsur desain yang memiliki nilai kesamaan. Usaha untuk mencapai

keseimbangan penilaian menggunakan estetetis. Usaha untuk mencapai jumlah

unsu-unsur dinilai rendah.

c. Irama (Rhytm)

Irama adalah penyusunan unsur-unsur rupa secara berulang dan

berkelanjutan sehingga bentuk yang tercipta memiliki kesatuan arah dan gerak

yang bagian-bagiannya memiliki keterpaduan (Sunaryo 2002:35). Rondhi


12

(2002:10) menyatakan bahwa unsur-unsur visual yang ditata dengan

cara diulang-ulang bisa menimbulkan irama.

d. Pusat perhatian (Centre Of Interest)

Pusat perhatian adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan

unsur-unsur yang ada di sekitarnya. Untuk menciptakan pusat perhatian kita dapat

menepatkan unsur yang paling dominan, milsalnya bentuk, warna dan bahan

yang menarik.

e. Kesatuan (Harmony)

Kartika (2007:21) mengemukakan bahwa kesatuan adalah kohesi,

konsistensi, ketunggalan, atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari

komposisi. Kesatuan dalam arti ini merupakan efek yang dicapai dalam suatu

susunan atau komposisi di antara hubungan unsur pendukung karya, sehingga

secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh.

f. Proporsi

Menurut Fieldman dalam Bastomi (1986:99), diungkapkan bahwa

proporsi adalah ukuran yang berhubungan dengan bagian-bagian dalam

keseluruhan. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

proporsi adalah suatu perbandingan antara bagian-bagiannya sehingga secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang harmonis.

Prinsip-prinsip desain dalam penerapannya terkait elemen pembentuk

seni rupa yang disebut dengan unsur-unsur desain yang terdiri dari titik, garis,

bidang, bentuk, warna dan tekstur. Unsur-unsur seni rupa yang digunakan untuk

memperoleh desain yang baik antar lain :


13

a. Titik

Titik adalah unsur seni rupa dua dimensi yang paling dasar. Titik dapat

dikembangkan menjadi garis dan bidang. Titik merupakan unsur penting dalam

membuat desain (Nursantara, 2004:34). Dari titik inilah terbentuk garis dan

bermacam-macam penampilan dari desain yang akan dijadikan sebuah acuan.

b. Garis

Garis merupakan barisan titik yang memiliki dimensi memanjang dan

arah tertentu dengan kedua ujung terpisah. Garis digunakan untuk menghasilkan

arah gerak suatu objek dan kesan panjang maupun tinggi tentang objek tertentu

(Handoyo, 1986:31). Garis ada yang lurus, lengkung dan patah, namun penerapan

garis pada rancangan desain yang akan dibuat lebih banyak menggunakan garis

lurus untuk memperoleh kesan kokoh dan kuat seperti filosofi dari Rumah Adat

Mekongga.

c. Bidang

Bidang dalam desain terbetuk karena pertautan garis yang membatasi

suatu bentuk. Suatu garis yang dipertemukan ujung pangkalnya akan membentuk

bidang, baik bidang geometrik (segitiga, persegi, dan persegi panjang) maupun

bidang organik (lengkung bebas). Misalnya bidang segi empat yang dihasilkan

dari empat garis yang disambung menjadi satu. Handoyo (1986:34) mengatakan

bahwa bidang mempunyai bentuk dasar seperti persegi panjang, bujur sangkar,

segi tiga, lingkaran, elips dan amorf (Tak Berbentuk). Bidang-bidang ini

dikomposisikan untuk memperoleh kesatuan bentuk sehingga tercipta produk

kerajinan yang proporsional. Bentuk yang dieksplorasi pada desain ini adalah segi
14

tiga, segi empat, dan persegi panjang. Bidang juga mempunyai sifat yang beragam

sesuai bentuknya.

d. Bentuk

Unsur bentuk ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi dan bentuk tiga

dimensi. Bentuk dua dimensi adalah bidang datar yang dibatasi oleh garis

sedangkan bentuk tiga dimensi adalah ruang yang bervolume yang dibatasi oleh

permukaan.

Bentuk dalam seni rupa dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu bentuk

figuratif merupakan bentuk yang meniru wujud yang berasal dari alam, bentuk

figuratif merupakan bentuk figuratif yang digayakan atau diubah bentuknya

(stilasi), dan bentuk abstrak adalah bentuk yang menyimpang dari wujud benda-

benda atau makhluk yang ada di alam (Nursantara, 2004:35). Pendapat lain dari

Hermawati, dkk (2008:297) mengatakan bentuk atau bangun terdiri bentuk dua

dimensi dan bentuk tiga dimensi. Bentuk dua dimensi dibuat dalam bidang datar

dengan batas garis yang disebut kontur. Sedang bentuk tiga dimensi dibatasi oleh

ruang yang mengelilinginya. Penerapan bentuk pada produk kerajinan lebih

ditekankan pada bentuk-bentuk yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan

sebuah desain. Beberapa bentuk yang berasal dari tiruan alam berupa dekorasi

tumbu-tumbuhan dan hewan yang telah di stilasi bentuknya sehingga tidak seperti

bentuk aslinya namun telah mengalami perubahan dikarenakan penggayaan

bentuk.
15

e. Warna

Warna mempunyai pengaruh khusus yang dapat menjelaskan bentuk dan

memperindah objek. Harmoni warna yang digunakan akan menghasilkan

gambaran visual yang baik. Jenis warna yang digunakan disesuiakan dengan

desain agar keselarasan warna terwujud. Warna yang terapkan sesuai dengan

warna bahan aslinya yang bertujuan untuk memberi kesan natural. Warna natural

tersebut tetap memperlihatkan corak alami pada produk kerajinan.

f. Tekstur

Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan, bisa halus, kasar, licin

dsb (Nursantara, 2004:38). Tekstur atau barik merupakan nilai atau sifat

permukaan suatu benda, sifat permukaan benda itu bisa halus, kasap, polos,

licin, mengkilap, lunak, keras, dan sebagainya (Sunaryo 2002:17).

Menurut Sanyoto (2009:120) tekstur adalah nilai atau ciri khas suatu

permukaan atau raut. Jadi Tekstur adalah nilai atau ciri khas suatu permukaan

yang bisa terasa halus, kasar, licin, dan sebagainya.

Berdasarkan hubungannya dengan indera penglihatan, tekstur dibagi dua

yaitu tekstur nyata bila diraba maupun dilihat sacara fisik terasa kasar-halusnya

sedangkan tekstur semua tidak memiliki kesan yang sama antara penglihatan dan

perabaan. Kesan tekstur pada kerajinan ini ditimbulkan oleh corak bahan yang

berbeda-beda. Perpaduan prinsip-prinsip desain dan unsur seni rupa menghasilkan

produk kerajinan berkualitas.


16

2.3 Rumah Adat

Rumah Adat adalah bangunan yang memiliki ciri khas, digunakan untuk

tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat merupakan salah satu

representasi kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas

suku/masyarakat. Keberadaan rumah adat di Indonesia sangat beragam dan

mempunyai arti yang penting dalam perspektif sejarah, warisan, dan kemajuan

masyarakat dalam sebuah peradaban.

Rumah-rumah adat di indonesia memiliki bentuk dan arsitektur masing-

masing daerah sesuai dengan budaya adat lokal. Rumah adat pada umumnya

dihiasi ukiran-ukiran indah, pada jaman dulu, rumah adat yang tampak paling

indah biasa dimiliki para keluarga kerajaan atau ketua adat setempat

menggunakan kayu-kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional

melibatkan tenaga ahli dibidangnya, Banyak rumah-rumah adat yang saat ini

masih berdiri kokoh dan sengaja dipertahankan dan dilestarikan sebagai simbol

budaya Indonesia

Rumah adat merupakan salah satu seni produk kebudayaan. Sementara

kebudayaan nusantara berakar pada kebudayaan tradisionalnya, begitupun rumah

adat juga merupakan akar dari arsitektur nusantara. Kita kenal bahwa rumah adat

sangat beranekaragam di Indonesia, seiring dengan keanekaragaman suku

bangsanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu wujud arsitektur tradisional dari

suku bangsa tertentu pasti akan menimbulkan rasa bangga bagi masyarakat suku

bangsa tersebut. Namun demikian rumah adat sekarang kurang mendapat


17

perhatiaan sebagaimana fungsinya. Jadi, sebenarnya yang kita perlukan adalah

bagaimana rumah adat dapat dijadikan sebagai sarana untuk berekspresi,

menyalurkan bakat seni masyarakat setempat. Rumah adat sebagai jiwa arsitektur

bangunan setiap daerah harus dipertahankan dengan kita menjiplak atau meniru

sebagai wujud pelestarian pesan-pesannya ataupun konsep dasarnya. Kemudian

diinterpretasikan dengan kreatifitas baru pada latar belakang kehidupan sosial

budaya masyarakat yang terus berkembang saat ini. Pada intinya rumah adat

tradisional mempunyai konsep dasar kesemestaan yang universal, sehingga

mampu mengiringi perjalanan hidup manusianya sepanjang zaman.

Pada hakikatnya rumah adat adalah keterpaduan antara ruang sebagai

wadah, dengan manusia sebagai isi yang menjiwai wadah itu sendiri. Dengan kata

lain dalam rumah adat terdapat perwujudan ruang (meliputi fungsi, tata-susunan,

dimensi, bahan, dan tampilan bentuk) yang sangat ditentukan oleh keselarasan

kehidupan daya dan potensi dari manusia di seluruh aspek hidup dan

kehidupannya (meliputi norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jatidiri, dan

kebudayaannya).

2.4 Teknik Kolase

Kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut collage berasal dari

kata coller dalam bahasa Perancis yang berarti merekat. Selanjutnya kolase

dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat,

seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya kemudian dikombinasi

dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya (Susanto, M., 2002:63).

Berbagai material kolase dapat direkatkan pada beragam jenis permukaan, seperti
18

kayu, plastik, kertas, kaca dan sebagainya untuk dimanfaatkan atau difungsikan

sebagai benda fungsional atau karya seni.Pemanfaatan bahan baku kolase yang

beragam akan menghasilkan karakter bentuk kolase yang unik dan menarik yang

dapat dibedakan menjadi : kolase dua dimensi dan kolase tiga dimensi untuk

fungsi yang berbeda.

Menurut (Yohana, 2013:23). Kolase adalah karya gambar atau

desain yang dibuat dari susunan potongan-potongan, batuan- batuan, kaca

berwarna, porselin, dalam perkembangannya mozaik telah memperkaya

keragaman karya seni rupa seperti lukisan dinding (Fresco), karya seni

kaligrafi, benda-benda kerajinan tangan, dekorasi, seni bangunan dan lainnya.

Teknik kolase merupakan pembuatan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang

menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang sengaja dibuat

dengan cara dipotong- potong atau sudah berbentuk potongan kemudian disusun

dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara dilem. Kolase adalah

komposisi artistik yang dibuat dari bermacam-macam bahan, seperti kertas, kain,

kaca, logam, kayu, dan lainnya yang ditempelkan pada permukaan gambar.

Kolase adalah karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bermacam-macam

macam paduan bahan. Selama bahan itu dapat dipadukan dengan bahan dasar,

akan menjadi karya seni kolase yang dapat mewakili persaan estetis orang yang

membuatnya.

Seni kolase berlawanan sifatnya dengan seni lukis, pahat atau cetak

dimana karya yang dihasilkan tidak lagi memperlihatkan bentuk asal material
19

yang dipakai. Pada seni lukis, misalnya, dari kanvas putih menjadi lukisan yang

berwarna-warni. Dalam seni kolase bentuk asli dari material yang digunakan

harus tetap terlihat. Jadi kalau menggunakan kerang-kerangan atau potongan-

potongan foto, material itu wajib masih dapat dikenali bentuk aslinya meskipun

sudah dirakit menjadi satu kesatuan.

Kolase menjadi media yang digemari kalangan seniman karna unik dan

menuntut kreativitas tinggi. Pelukis Pablo Picasso misalnya terkenal dengan karya

lukis memakai teknik kolase kertas, kain dan bermacam-macam objek lainnya.

Pemanfaatan bahan baku kolase yang bermacam-macam akan menghasilkan

karakter bentuk kolase yang unik dan menarik yang dapat dibedakan menjadi :

kolase dua dimensi dan kolase tiga dimensi untuk fungsi yang berbeda.

2.5 Bahan Pembuatan Kolase

a. Lidi daun kelapa. Lidi selama ini banyak dibuat menjadi sapu, anyaman

taplak meja, dan anyaman alas piring. Namun ditangan orang kreatif lidi

dapat dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan hiasan dinding dengan

menggunakan teknik kolase.

b. Kertas bekas Untuk bahan kolase sebainya dipilih kertas yang berwarna.

Semua kertas berwarna pada dasarnya dapat dijadikan bahan kolase. Kertas-

kertas bekas sampul, majalah, poster-poster, almanak-almanak, kemasan

rokok atau kemasan produk-produk industri dapat pula digunakan sebagai

bahan kolase. Dalam pemakaian, kertas dipotong-potong sesuai dengan

ukuran yang dikehendaki.


20

2.6 Makna Simbol dan Dekorasi

Menurut Ahmadi (2013:10) setiap Istana atau rumah adat kaya akan

makna simbolik. Setiap bagian terdapat simbol simbol yang menjadik ciri khas

yang membedakan dengan istana raja yang ada di daerah lain. Simbol pada

rumah adat memiliki arti penting dalam hubungannya dengan seni dekorasi, untuk

itu perlu dikaji dan dipahami tentang makna filosofi serta nilai seninya. Hal ini

merupakan simbol-simbol yang mempunyai arti khusus tidak hanya sebagai

hiasan tetapi juga memiliki latar belakang yang mengandung makna serta nilai-

nilai yang luhur.

Makna yang terkandung dalam sebuah karya seni merupakan representasi

seorang seniman dalam menawarkan kepada masyarakat umum. Misalnya

Seorang kolektor atau penikmat seni dalam sebuah pameran tentunya akan

bertanya tentang makna yang terkandung dalam karya-karya yang dipamerkan.

Karena setiap karya yang di buat oleh seorang seniman terdapat makna yang

dijadikan sebagai dasar pembuatan sebuah karya seni. Makna tersebut merupakan

bagian dari komunikasi antara penikmat dan karya seni sehingga akan muncul

pemahaman dalam diri penikmat seni tersebut. Begitujuga pada rumah adat

Mekongga terdapat pada hampir di semua sudut bangunan, mulai dari anjungan

atap (mahkota), anjungan samping, bentuk kap, bentuk pagar, tiang rumah,

tangga, dan ornamen yang terdapat pada rumah adat Mekongga memiliki makna

dan simbol dekorasi

.
21

2.7 Teori Estetika

Istilah estetika muncul tahun 1750 oleh seorang filsuf minor bernama

A.G Baumgarten. Baumgarten menamakan seni itu sebagai pengetahuan sensoris,

yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya pengetahuan intelektual.

Tujuan estetika adalah keindahan, sedang tujuan logika adalah kebenaran

(Sumardjo, 2000:25). Menurut The Liang Gie (1976: 15), istilah stetika

berasal dari kata Yunani Aesthetica yang berarti hal-hal yang dapat diserap

dengan panca indra. Selanjutnya Liang Gie mengatakan aesthetis berarti

penyerapan indra (sense perception), dalam hal ini estetika dipahami

sebagai cabang filsafat yang menempatkan keindahan dan seni sebagai objek.

Oleh karena itu, tujuan dari segenap indrawi adalah keindahan. Hal ini

dikemukakan Katts dalam The Liang Gie (1976: 17), bahwa cabang filsafat yang

berhubungan dengan batasan, rakitan dan perasaan dari keindahan disebut

estetika.

John Hosper (dalam Iswidayati, 2006: 6) mendefinisikan estetika sebagai

salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan karya estetis.

Artinya estetika tidak hanya mempermasalahkan tentang objek seni, melainkan

seluruh permasalahan yang berkaitan dengan suatu karya yang indah.

Keindahan merupakan salahsatu obyek dalam pembahasan filsafat. Nilai

keindahan pertama sekali dikemukakan oleh Edwaer Bullough (1880-1934),

setelah beliau melihat nilai keindahan tidak lagi mutlak dalam persoalan estetika.

Persoalan keindahan ternyata bermakna ganda meliputi alam indah dan karya seni
22

(Sembiring, 2009:6). Contohnya, suatu karya seni yang dari segi ukuran, bahan

yang digunakan, kesempurnaan teknik pembuatannya, dan segala aspek yang

mendukung keberadaannya serba luar biasa.

Peran estetika dalam sebuah karya seni merupakan sebuah tuntutan.

Keindahan dalam suatu produk kerajinan dapat diwujudkan melalui penerapan

unsur-unsur desain yang meliputi titik, garis, bidang, bentuk, warna dan tekstur.

Estetika rumah adat Mekongga terletak pada bentuk bangunannya yang indah

mulai dari bentuk anjungan yang berbentuk mata tombak, perisai, dan tempat

jimat atap sampai pada konstruksi kaki, tangga serta dekorasi hiasan daun pakis

yang kaya akan makna simbolis.

2.8 Teori Kreatifitas

Kreativitas adalah kemampuan seorang untuk melahirkan sesuatu yang

baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa

yang telah ada (Rahmawati dan Kurniati, 2010:13). Sedangkan menurut Sumanto

(2005:10) kreativitas adalah bagian dari kegiatan berproduksi atau berkarya

termasuk dalam bidang seni rupa. Hal senada juga dikatakan oleh Suratno

(2005:24) kreativitas adalah suatu aktivitas imanjinatif yang memanifestasikan

kecerdasan dari pikiran yang berdaya untuk menghasilkan suatu produk atau

untuk menghasilkan suatu persoalan dengan caranya sendiri.

Seni sangat erat hubungannya dengan kreatifitas, dalam menciptakan

suatu karya seniman dituntut memiliki kreatifitas agar karya yang dilahirkan

berkualitas. Berkualitas adalah karya seni yang kreatif, inovatif dan tidak pernah
23

diwujudkan sebelumnya dan dapat diterima oleh masyarakat. Kreatifitas

merupakan kegiatan mental yang sangat individual, merupakan manifestasi

kebiasaan manusia sebagai individu. Manusia yang kreatif adalah manusaia yang

menghayati dan menjalankan kebebasan dirinya secara mutlak. Orang yang kreatif

selalu mencari-cari, mencoba menemukan sesuatu yang pernah dari tatanan

budaya yang pernah dipelajarinya (Sumardjo, 2000: 80).

A.A.M Djelantik (1999:80) mengatakan Kreatifitas menyangkut

penemuan sesuatu yang seni nya belum pernah terwujud sebelumnya. Apa yang

dimaksud dengan seni tidak mudah di tangkap karena ini menyangkut sesuatu

yang prinsipil dan konseptual. Yang dimaksudkan bukanlah hanya wujud yang

baru, tetapi adanya pembaharuan dalam konsep-konsep estetikanya sendiri, atau

penemuan konsep yang baru sama sekali. Kreatifitas bertolak dari yang sudah

ada, dari kebudayaan, tradisi. Secara dikotomis, kebudayaan merupakan sesuatu

yang sudah tersedia, sudah ada sebelum individu kreatifitas. Kebudayaan sifatnya

statis, tertutup, aman, dimana manusia dapat hidup dan aman di dalamnya.

Seseorang harus belajar, mengkondisikan daripada kebudayaan tempatnya

dilahirkan dan hidup. Sementara itu kreatifitas bersifat dinamis, terbuka, bebas,

tidak biasa, penuh resiko (tidak aman dan nyaman) serta transeden (Sumardjo,

2000: 80).

Kreatifitas, seni serta kebudayaan saling berkaitan dan berhubungan.

Walaupun kreatifitas bertolak belakang dengan kebudayaan, dalam proses

penciptaan karya seni kebudayaan dapat dijadikan sebagai ide/gagasan dalam

berkreatifitas mewujudkan karya. Terutama seniman menjadikan sebagai ide


24

dalam perwujudan karya seni. Melalui budaya seniman berkreatifitas akan

melahirkan karya yang lebih tinggi nilainya. Karena karya tersebut akan

menggambarkan realitas sosial, tradisi, dan adat istiadat.

Proses kreatif dimulai dari dalam diri manusia berupa pikiran, perasaan

atau imajinasi kreatif manusia kemudian dituangkan menggunakan media dan

teknik tertentu, sehingga melahirkan karya-karya kreatif. proses kretifitas dalam

melahirkan karya seni tidak selamanya harus melahirkan sesuatu yang belum ada.

Aka tetapi kreatifitas menuntut seniman menciptkan sesuatu yang berbeda dari

sebelumnya. Pada dasarnya karya seni berangkat dari realitas sosial. Begitu juga

dengan kreatifitas seniman dalam berkarya, mewujudkan karya berangkat dari

realita, lingkungan, budaya yang telah dialami akan tetapi dalam kreasi yang baru.

Kreasi yang baru merupakan proses kreatif seniman dalam mencari ide dan

mewujudkan karya seni.

Proses kreatif pada kerajinan ini adalah pemanfaatan lidi daun kelapa

sebagai bahan kerajinan hiasan dinding bentuk rumah adat Mekongga dengan

menggunakan teknik kolase. Lidi diolah dan dikomposisikan menjadi satu

kesatuan dan harmonisasi dalam wujud produk kerajinan yang mengacu pada

bentuk rumah adat Mekongga.

2.9 Teori Semiotik

Kata Semion berasal dari kata Yunani yang berarti tanda. Tanda adalah

sesuatu yang terdiri pada sesuatu yang lain atau menambah dimensi yang berbeda

pada sesuatu, dengan memakai apapun yang dapat dipakai untuk mengartikan
25

sesuatu hal lainnya (Bergerf, 2010:1). Kata inilah menjadi awal mula untuk istilah

semiotik yang mempunyai arti sebagai ilmu tanda. Istilah semiotik dikemukakan

Pierce, menurut pierce segala sesuatu adalah tanda. Dengan perantaraan tanda kita

dapat melakukakan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pierce mengatakan

bahwa semua pemikiran adalah tanda. Jadi tanda tidak hanya berbentuk khusus

seperti signal, paraf, dan lain-lain, namun apapun dapat menjadi tanda yang

merepresentasikan objek dan menentukan interpretant.

Peirce membedakan tiga macam tanda menurut sifat penghubungan tanda

: (1) Ikon adalah bentuk yang paling sederhana, karena ia hanya pola yang

menampilkan kembali obyek yang ditandainya, sebagaimana bentuk fisik obyek

itu. Ikon cenderung hanya menyederhanakan bentuk, tetapi mencoba

menampilkan bagian yang paling esensial dari bentuk tersebut. Contoh

sederhana ikon yang biasa kita temui gambar wajah anda, adalah ikon dari diri

anda. (2) Indeks diterjemahkan secara literal sebagai some sensory

feature (sesuatu yang dapat dilihat, didengar, atau mudah tercium baunya) yang

kemudian menghubungkannya dengan obyek tertentu. (3) Lambang (simbol) :

merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati

bersama.

Simbol berasal dari bahasa Yunani yaitu simbolos yang berarti

ciri,tanda, sedangkan dalam kamus modern Indonesia berarti lambang, ini

merupakan suatu hal yang mengandung arti tertentu dan tersembunyi seperti

cincin sebagai tanda kesetiaan, lampu merah sebagai tanda berhenti (Zain,

1988:159). Sedangkan menurut Sutanto (1987:11) simbol atau lambang adalah


26

suatu hal atau keadaan yang merupakan pengantara pemahaman terhadap obyek.

Pemahaman dalam simbol yang mengandung makna dan nilai-nilai yang luhur

pada rumah adat mekongga sangat penting untuk diketahui sehingga masyarakat

mampu menyikapi dengan bijaksana. Simbol-simbol tersebut seperti pada

anjungan rumah adat Mekongga yang berbentuk mata tombak, perisai dan tempat

jimat serta simbol-simbol lainnya.

2.10 Penelitian Yang Relevan

Motif Emun berangkat dalam penciptaan seni kriya nilai tradisi dan

ekspresi, Hasil penelitian Anshar Salihin pada tahun 2014. Pada penelitian ini

penciptaan sebuah karya dari Motif Emun kedalam karya seni kriya. Sehingga

menghasilkan karya baru yang berbeda dengan bentuk aslinya. Namun masih

memiliki makna yang serupa secara umum. Karya yang telah diciptakan

menggambarkan keadaan alam, kehendak tuhan terhadap ciptaannya dan

gambaran kehidupan masyarakat. Berdasrkan ide, landasan dan konsep tersebut

maka lahirlah karya seperti seni kaligrafi atau hiasan dinding wujud dan jam

dinding perputaran . karya tersebut merupakan penggambaran alam semesta dan

kehidupan manusia baik berhubungan dengan penciptanya maupun berhubungan

dengan sesama manusia. Melalui penggambaran ini memudahkan orang lain

memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya seni walaupun bentuknya

sudah mengalami pengembangan.


27

Penelitian lainnya karya Mursalin, tentang desain produk kriya kayu

dalam bentuk istana malige buton di SMKN 4 Kendari. Pada penelitian ini penulis

memaparkan proses kreatif mulai dari tahap desain sampai pada tahap pembuatan

produk. Selain proses pembuatan penulis juga menguraikan makna-makna yang

terkandung pada istana melige buton dengan harapan masyarakat dapat

menghargai warisan leluhur sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman. Melalui

penelitiannya juga penulis mengembangkan karya seni khas lokal daerah dengan

harapan dapat memperkenalkan kepada masyarakat tentang potensi apa saja yang

terdapat pada daerah ini khsusunya sulawesi tenggara.

2.11 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research

question), dan mempresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep-konsep

tersebut.pembuatan kerangka pikir dilakukan dengan pengamatan terhadap bentuk

rumah adat mekongga yang akan dijadikan sebagai acuan pembuatan hiasan

dinding dengan menggunakan teknik kolase. Permasalahan ini akan didengan

menggunakan teori kreativitas, teori estetika dan teori semiotik.


28

Hiasan Dinding
Bentuk Rumah Adat Mekongga

Kebudayaan Mekongga

Rumah Adat Mekongga

Metode Penelitian

Teori Kreativitas
Teori Estetika
Teori Semiotik

Makna Simbol Rumah Adat Proses Pembuatan


Mekongga Kerajinan

Temuan Penelitian
(Hasil Karya)
29

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif

kualitatif yaitu menguraikan tahapan-tahapan dalam proses penerapan bentuk

rumah adat mekongga dengan teknik kolase menjadi sebuah produk kerajinan

serta makna dan nilai-nilai yang terkandung serta peningkatan ekonomi kreatif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah terletak di Kabupaten Kolaka Provinsi

Sulawesi Tenggara. Kabupaten kolaka dijadikan sebagai tempat penelitian karena

untuk memudahkan dalam melakukan kajian-kajian yang mendalam tentang

struktur bangunan rumah adat mekongga selain itu Kabupaten Kolaka juga

memiliki banyak pohon kelapa menghasilkan lidi yang dijadikan sebagai bahan

utama pembuatan produk kerajinan hiasan dinding bentuk rumah adat Mekongga

dengan teknik kolase. Waktu penelitian yaitu selama 3 bulan, yaitu bulan Maret

sampai dengan Mei 2016. Untuk lebih jelasnya jadwal penelitian dipaparkan

sebagai berikut :

1. Proses pengamatan rumah adat dilaksanakan pada bulan februari, yaitu dari

tanggal 15 sampai dengan tanggal 21 Maret 2016.

2. Pembuatan gambar dilaksanakan mulai tanggal 22 sampai dengan 25 Maret

2016.

29
30

3. Pemilihan bahan pada tanggal 26 sampai dengan 29 Maret2016.

4. Pembersihan bahan dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 6 April 2016.

5. Pemotongan bahan dilaksnakan pada tanggal 7 sampai dengan13 April 2016.

6. Pemolaan pada 14 sampai dengan 16 April 2016.

7. Penempelan komponen pada tanggal 17 April sampai dengan 17 Mei 2016.

8. Pengecatan akhir tanggal 18 sampai dengan 19 Mei 2016.

9. Pemasangan bingkai pada tanggal 20 Mei 2016.

3.3 Data dan Sumber Data

Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah dibagi menjadi dua

yaitu tulisan berupa dokumen buku tentang sejarah dan kebudayaan Mekongga,

majalah rumah adat mekongga, buku kerajinan tentang teknik kolase sedangkan

data secara lisan diperoleh dari wawancara dari informan yang paham tentang

bangunan ruamh adat mekongga. Informan dari budayawan Mekongga adalah

Drs. H. Tite, S.Pd. beliau lahir di Kolaka pada tanggal 23 Oktober 1957. Status

dalam kerajaan adalah Mokole Rate-Rate Liputa Tirawuta turunan Larumpalangi

ke 5 dari sangia Nibandera dan Drs. Munaser Arifin, merupakan turunan ke 6

Sangia Nibandera, dan sekarang menjabat Wakil Raja Mekongga. Beliau lahir di

Kolaka pada tanggal 25 juli 1965.


31

3.4 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini melalui beberapa tahapan yang diuraikan sebagai

berikut :

1. Mengumpulkan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati produk-produk kerajinan

yang menjadi ciri khas Sulawesi Tenggara yang dijadikan produk

cinderamata. Mencari informasi tentang industri yang memproduksi kerajinan

yang mengembangkan potensi budaya lokal Sulawesi Tenggara.

2. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari proses pengamatan dan wawancara diolah dengan

tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan bentuk rumah adat Mekongga sebagai acuan visual untuk

dijadikan sebagai produk kerajinan.

b. Membuat sket alternatif untuk memudahkan dalam melakukan evaluasi

atau kajian-kajian tentang bentuk yang tepat untuk dijadikan sebagai

produk kerajinan. Sketsa sangat berperan untuk menentukan komposisi

dari gabungan bentuk yang akan dijadikan sebagai unsur pendukung dari

kerajinan hiasan dinding dalam memilih bahan pendukung.

c. Melakukan wawancara pada tokoh adat Mekongga untuk memperoleh

penjelasan mengenai makna-makna simbol dan dekorasi rumah adat

Mekongga.
32

3. Mendeskripsikan dan Membahas Hasil Penelitian

Satori dan Komariah (2012:99) berpendapat bahwa mendeskripsikan dan

membahas hasil penelitian ini adalah merupakan narasi atau uraian hasil

pengolahan data dengan menyajikan informasi dalam bentuk teks tertulis atau

bentuk-bentuk gambar, foto dan video. Teks tertulis berupa buku-buku karangan

budayawan Mekongga salah satunya adalah Drs. Munaser Arifin, selain buku Drs.

Munaser Arifin juga merekonstruksi rumah adat Mekongga.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011:224), Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan

penulis dengan wawancara (Interview), observasi (pengamatan) dan dokumentasi.

1. Wawancara

Menurut Moleong (1998:186) wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh 2 pihak yaitu pewawancara yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban oleh

pertanyaan itu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil

(Sugiyono,2011:137).
33

Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

umum digunakan untuk mendapatkan data berupa keterangan lisan dari suatu

narasumber atau responden tertentu. Data yang dihasilkan dari wawancara dapat

dikategorikan sebagai sumber primer karena didapatkan langsung dari sumber

pertama. Teknik wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab dengan tujuan

untuk mendapatkan data secara lisan, baik berupa keterangan mengenai rumah

adat Mekongga dan seni kerajinan dari informan (tokoh adat/budayawan). Hal

ini sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pegamatan

dilapangan yang berkaitan dengan rumah adat Mekongga dalam penciptaan seni

kerajinan hiasan dinding dengan teknik kolase. Teknik wawancara yang

digunakan peneliti dengan memberikan pertanyaan kemudian diperdalam

dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid meliputi semua

hal yang terkait dengan rumah adat Mekongga.

2. Observasi (Pengamatan)

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan teknik yang lain, yaitu wawancara dan angket. Kalau

wawancara dan angket selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak

terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain (Sugiyono,

2011:145).

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang

dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi

tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.(1) Observasi

partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang


34

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan

pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian

responden. (2) Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus

mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. (3)

Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok

terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Hal senada juga dikemukakan oleh Musfiqon (2012:120) bahwa

observasi partisipatif yaitu peneliti hadir sendiri dalam proses pengamatan agar

memperoleh data secara lengkap dan jelas tentang masalah peneliti. Sehubungan

dengan hal tersebut maka peneliti malakukan pengamatan terhadap desain

kerajinan yang dipasarkan di toko cindremata untuk memperoleh data tentang

jenis-jenis kerajinan lokal serta mengunjungi rumah adat Mekongga yang berada

di kabupaten Kolaka. Hal ini bertujuan untuk dapat mengamati secara langsung

bentuk rumah adat Mekongga. Aspek yang diamati adalah bentuk secara

keseluruhan arsitektur rumah adat Mekongga dan simbol simbol dekorasi dan

hias yang kaya akan makna simboliknya.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2011:240) dokumen merupakan catatan penting yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental

dari seseorang. catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan,

kebijakan merupakan dokumen tulisan. Sedangkan berbetuk gambar misalnya

foto rumah adat mekongga, gambar hasil dari keteknikan kolase, sketsa dan dan
35

Unsur-unsur seni lainnya. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni

yang berupa patung, produk cindramata, film dll.

Dokumentasi dijabarkan oleh Moleong (1998:161) sebagai berikut :

Dokumentasi sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas

penjelasan dari peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau

meneruskan ketergantungan mengenai peristiwa tersebut. Ada beberapa

keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam penelitian kualitatif, seperti

yang dikemukakan Nasution (2003; 85) :

a. Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai.

b. Penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk

mempelajarinya.

c. Banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu bila dianalisis dengan

cermat, yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.

d. Dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian.

e. Dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data.

f. Merupakan bahan utama dalam penelitian historis.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi dokumen dilakukan untuk

mencari gambar-gambar yang terkait dengan rumah adat Mekongga, sketsa

berupa struktur bangunan Istana, maupun foto tentang dekorasi dan hiasan yang

terdapat pada setiap bagian rumah adat Mekongga dan desain kerajinan yang

mengangkat tema tradisiona Mekongga.


36

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori menjabarkan ke unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 335). Miles and Huberman

(dalam Sugiyono, 2009: 337), mengelompokkan aktivitas dalam analisis data

meliputi tiga analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display

(penyajian data), dan conclusion drawing/verivication (penarikan simpulan dan

verifikasi).

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Menurut Sugiyono (2009 : 338) mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi dalam penelitian ini

dilakukan dan berlangsung sejak penetapan pokok permasalahan, rumusan

masalah dan teknik pengumpulan data yang dipakai.


37

b. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Sugiyono (2009: 341), menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif. Sebelum proses penyusunan data dan memperoleh suatu sajian data yang

sistematis, terlebih dahulu dibuat kerangka tulisan. Kemudian data-data tersebut

disusun berdasarkan urutan dalam kerangka tulisan. Sajian data berisi tentang

latar belakang yang mempengaruhi terciptanya kerajinan dari bahan lidi, tentang

teknik kolase dan proses produksi serta hasil produk kerajinan hiasan dinding dari

bahan lidi baik dilihat dari bentuknya. Berdasarkan sajian data maka dapat

diperoleh hasil penelitian dan pembahasan berikut kesimpulannya.

c.Conclusion Drawing and Verification (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)

Simpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan interaktif, hipotesis atau

teori (Sugiyono, 2009: 345). Penarikan kesimpulan dilakukan sejak peneliti

melakukan pengumpulan data awal yang berkaitan dengan kerajinan hiasan

dinding bentuk rumah adat Mekongga secara bertahap. Mulai dari proses

observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai rumah adat Mekongga, bentuk-

bentuk kerajinan yang dihasilkan sampai dengan pengembangan bentuk-bentuk


38

kerajinan. Simpulan akhir dalam proses analisis kualitatif akan ditarik setelah

proses pengumpulan data berakhir. Ketiga aktivitas dalam analisis data tersebut

memperkuat penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti karena sifat

data dikumpulkan dalam bentuk laporan, uraian dan proses untuk mencari hasil

penelitian sehingga mudah dipahami keadaannya baik oleh peneliti sendiri

maupun orang lain.

Anda mungkin juga menyukai