Anda di halaman 1dari 9

KAIN TENUN IKAT SEBAGAI WISATA BUDAYA KABUPATEN

SIKKA

Lenny Kurnia Octaviani1, Sri Andini Komalasari2


Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo, Yogyakarta, Indonesia
Email: lennyoctavianie01@gmail.com1, sriandin04@gmail.com2

ABSTRACT
The diversity of Sikka culture is reflected in the art of weaving that is a symbol of the
great tribal and indigenous people of Sikka that need to be lifted to the surface and be
preserved. The method that the authors use in this research is a qualitative methode. The
diversity of woven fabricin the Sikka district has a different meaning and meaning not
only to art, but it has also considered a social, religious, cultural,and economic symbol.
With the growth of many young generation which have begun to ignore the culture woven
into the fabric. The need for cooperation between government, weavers, and community
inside preserve of weaving culture and preserving culture heritage is not lost in the
ingestion of the era.

Keywords: Ikat Sikka Weaving, Tourism Culture, SWOT Analysis

PENDAHULUAN daging dan bersifat turun temurun dalam


Kepariwisataan merupakan salah suku bangsa itu dianggap sebagai
satu industri strategi di dunia. Hal ini di kebudayaan. Budaya merupakan suatu
sebabkan negara-negara yang ada di kebiasaan yang mengandung nilai-nilai
dunia mendapatkan devisa dari sektor penting yang diwariskan dari generasi ke
kepariwisataan. Kepariwisataan juga generasi. Warisan tersebut harus dijaga
merupakan kegiatan yang strategis juka agar tidak hilang dan bisa di pelajari dan
di tinjau dari segi pengembangan dilestarikan oleh generasi penerus
ekonomi dan sosial budaya karena (Mahardhani dan Cahyono, 2017). Salah
kepariwisataan mendorong terciptanya satu warisan itu adalah budaya tenun.
lapangan pekerjaan, perkembangan Setiap daerah di indonesia memiliki
investasi, peningkatan pendapatan tenun tradisional yang khas, salah satunya
masyarakat, peningkatan kualits di Maumere Kabupaten Sikka yaitu Kain
masyarakat dan dapat menanamkan rasa Tenun Ikat Sikka.
cinta tanah air terhadap nilai-nilai budaya Budaya tenun merupakan bagian
bangsa (Suyitno, 2013). dari ragam budaya yang harus
Indonesia merupakan negara dilestarikan karena dapat memperkaya
kepulauan terbesar di dunia yang ciri khas bangsa indonesia dengan motif
memiliki banyak suku bangsa.setiap suku dan coraknya yang beragam, dimana kain
bangsa memiliki kebudayaan yang tenun ini tidak hanya menghasilkan
menjadi karakteristik suku bangsa itu produk tekstil semata, namun setiap motif
sendiri. Kebiasaan yang sudah mendarah kain tenun ini memiliki makna simbolis,

151
Lenny Kurnia Octaviani, Sri Andini Komalasari 152
Kain Tenun Ikat Sebagai Wisata Budaya Kabupaten Sikka

bahkan pada zaman kerajaan juga tangan dan cendera mata, penginapan,
menjadi penanda status adat dan sosial. transportasi secara ekonomis juga
Setiap daerah di Flores menamplkan dipandang juga dipandang sebagai
corak yang beragam serta warna yang industri (Pendit, 2002).
beda-beda. Keberagaman motif kain Selanjutnya, menurut Muljadi
tenun di Kabupaten Sikka bukan hanya (2009), pariwisata merupakan aktivitas,
sebatas seni, tetapi pemuatannya juga pelayanan produk dan hasil industri
mempertimbangkan simbol status sosisal, pariwisata yang mampu menciptakan
keagamaan, budaya dan ekonomi (Elvida, pengalaman perjalanan bagi wisatawan.
2016). Unsur pembentuk perjaalanan bagi
Kain tenun ikat tradisional ini wisatawan yang utama adalah adanya
merupakan karya seni dan identitas dari daya tarik dari suatu tempat atau lokasi.
masyarakat di Kabupaten Sikka yang
memiliki daya pikat yang sangat kuat Pengertian Kebudayaan
serta layak untuk di kembangkan serta Kebudayaan adalah suatu entitas
dilestarikan. Oleh karena itu, dengan yang otonom dalam kehidupan manusia,
mengetahui adanya kain tenun tradisional betapapun ia dapat dipengaruhi
ini kita dapat melestarikan serta perkembangan oleh faktor-faktor tertentu
mengembangkan kain tenun tradisional dalam konstelasi sosial maupun
ini. Sehingga dapat menjadi upaya lingkungan alamiah. Ada dua pandangan
pelestarian budaya serta menumbuhkan pokok mengenai apa yang dianggap
kembali seni menenun masyarakat komponen pokok dari kebudayaan. Satu
Kabupaten Sikka. pandangan menyatakan bahwa
kebudayaan par excellence adalah nilai-
TINJAUAN PUSTAKA nilai budaya beserta segala hasil
Pengertian Pariwisata pemikiran manusia dalam suatu
Kata Pariwisata berasal dari bahasa masyarakat. Sedangkan pandangan kedua
Sangsekerta, yakni terdiri dari dua suku adalah tingkah laku yang berbeda-beda.
kata, yaitu: ‘pari’ dan ‘wisata’. Pari (Yoeti, 2016).
berarti banyak, berkali-kali atau berputar- Selain itu, Koentjaraningrat (1990)
putar, sedangakan wisata berarti menyatakan bahwa kebudayaan sebagai
perjalanan yang dilakukan secara berkali- keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
kali atau berkeliling (Suryadana, 2013). dan hasil karya manusia dalam rangka
Pariwisaata adalah salah satu jenis kehidupan masyarakat yang dijadikan
industri baru yang mampu mempercepat milik diri manusia dengan belajar.
pertumbuhan ekonomi, menyediakan Definisi tersebut mempunyai makna
lapangan kerja, meningkatan penghasilan bahwa hampir semua tindakan manusia
dan standar hidup serta meningkatkan adalah suatu kebudayaan karena
produktivitas sektor-sektor produktif tindakan-tindakan manusia tersebut
lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang diperoleh melalui proses belajar.
kompleks, pariwisata juga merealisasi
industri-industri klasik seperti kerajinan
153 Kepariwisataan : Jurnal Ilmiah Volume 14 Nomor 3 September 2020 : 151 – 159

Pengertian Wisata Budaya pengumpulan data berupa wawancara,


Wisata Budaya yaitu destinasi pengamatan langsung, dan dokumentasi
parieisata berupa produk-produk seni- (Moleong, 2012).
budaya dan kesejarahan baik bentuk Teknik analisis data yang
atraksi fisik dan apresiasi masyarakat. digunakan dalam penelitian ini adalah
Contoh dari produk wisata budaya adalah Analisis SWOT. Menurut Rangkuti
seperti artefak banguan bersejarah, (2010), analisis SWOT merupakan
artefak sejarah kejadian alam dan identifikasi berbagai faktor secara
kehidupan makhluk, apresiasi seni dan sistematis untuk merumuskan strategi.
budaya, serta adat budaya dan bahasa. Analisis SWOT merupakan singkatan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993). dari Strength (Kekuatan), Weakness
Pariwisata budaya adalah suatu jenis (Kelemahan), Opportunity (Peluang), dan
kepariwisataan yang dikembangkan dan Threats (Ancaman), yang berdasarkan
bertumpu pada kebudayaan (Suryadana, logika yang dapat memaksimalkan
2013). peluang, namun secara simultan dapat
Sementara itu, Pendit (2002) memperkecil kelemahan dan potensi
menyatakan bahwa wisata budaya ancaman (Rangkuti, 2010). Analisis
merupakan perjalanan yang dilakukan SWOT merupakan analisis situasi dan
atas dasar keinginan untuk memperluas kondisi mengenai Kain Tenun Ikat Sikka
pandangan hidup seseorang dengan cara yang bersifat deskreptif, kemudian
mengadakan kunjungan ke tempat lain menempatkan situasi dan kondisi tersebut
atau luar negeri, mempelajari keadaan menjadi faktor masukan, dan
rakyar, kebiasaan dan adatistiadat dikelompokkan menurut kontribusinya
mereka, cara hidup mereka, kebudayaan masing-masing.
dan seni mereka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE Kebudayaan Kain Tenun Ikat Sikka
Penelitian mengenai strategi Tenun ikat adalah kain yang
pelestarian kain tenun ikat sebagai wisata ditenun dari helaian benang pakan
budaya Kabupaten Sikka dilakukan di (benang dalam posisi melintang) dan
Desa Watublapi, Maumere, Kabupaten benang lungsi (benang dalam posisi
Sikka, Nusa Tenggara Timur selama membujur) yang sebelumnya diikat dan
bulan Oktober sampai dengan Desember di celupkan ke dalam zat pewarna alami.
2018 menggunakan metode penelitian Kain Tenun Ikat Sikka adalah salah satu
kualitatif. Metode penelitian kualitatif dari sekian banyak produk budaya
adalah metode penelitian yang digunakan tradisional khas Indonesia yang dibuat
untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara tradisional namun bernilai seni
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, tinggi dan indah. Proses pembuatannya
sikap, kepercayaan, persepsi dan orang, juga melalui sejumlah proses yang
baik secara individual maupun kelompok memakan waktu hingga berbulan-bulan.
(Sukmadinata, 2009). Penelitian dengan Dibutuhkan ketekunan dan kesabaran
metode kualitatif menggunakan teknik untuk menghasilkan sehelai kain dimana
Lenny Kurnia Octaviani, Sri Andini Komalasari 154
Kain Tenun Ikat Sebagai Wisata Budaya Kabupaten Sikka

semua proses pembuatannnya dilakukan Maumere ini. Teknologi yang digunakan


secara tradisional. juga masih sangat tradisional, masih di
Dalam penggunaannya, kain tenun tenun secara manual, bukan dengan
ikat sejak lama sudah digunakan sebagai mesin jahit dan dikerjakan oleh kaum
pakaian sehari-hari oleh masyarakatnya, wanita. Namun untuk pewarnaan,
dan juga diperjual belikan karena sekarang banyak sanggar tenun sudah
nilainya. Pada mulanya tenunan di buat menggunakan bahan natol atau kimia,
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang masih mempertahan pewarna alami
sebagai busana penutup dan pelindung hanya beberapa sanggar tenun saja, di
tubuh, kemudian berkembang untuk karenakan jika menggunakan bahan
kebutuhan adat (pesta, upacara, tarian, alamia, membutuhkan proses yang
perkawinan, kematian). Hingga sekarang sanggat lama, dan cukup memakan
merupakan busana resmi dan moderen waktu. Namun jika menggunakan bahan
yang di desain sesuai perkembangan natol atau kimia, waktu yang dibutuhkan
zaman. Motif sebuah Kain Tenun Ikat lebih sedikit.
Sikka bagi masyarakat dapat dianggap
mempunyai nilai yang dalam. Nilai-nilai
itu anatar lain nilai spiritual, nilai politis
(dikaitkan dengan ritual-ritual adat dan
oleh pemangku adat), dan nilai sosial
ekonomis (sebagai denda adat untuk
mengembalikan keseimbangan sosial).

Gambar 2
Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat
Sikka
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018)

Untuk target pasar lebih di titik


beratkan kepada wisatawan dari luar
Gambar 1 daerah dan mancanegara. Jenis pewarna
Berbagai Motif Kain Tenun Ikat yang di gemari dari kedua wisatawan ini
Sikka pun berbeda. Untuk wisatawan luar
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018) daearah atau luar pulau Nusa Tenggara
Timur, mereka lebih cenderung
Motif yang beragam dengan menyukai warna-warna dari bahan natol
dominan warna gelap membuat kain atau kimia, alasan mereka adalah karena
tenun semakin menarik. Itulah yang warna yang dihasilkan bahan natol atau
membuat wisatawan domestik maupun kimia tersebut lebih cerah. Sedangkan
asing jatuh cinta dengan oleh-oleh khas untuk wisatawan luar negeri, lebih
155 Kepariwisataan : Jurnal Ilmiah Volume 14 Nomor 3 September 2020 : 151 – 159

cenderung menyukai warna yang kurang. Faktor yang mempengaruhi


berbahabn dasar dari alam. kurangnya sumber daya manusia yaitu
Untuk harga jual Kain Tenun Ikat tidak adanya sarana dan prasarana yang
Sikka ini berbeda-beda, disesuaikan memadai di sanggar tenun ikat di
dengan dari bahan apa tenun itu di buat, Kabupaten Sikka.
serta dari ukuran. Jika dari bahan-bahan Salah satu bentuk dukungan dari
alam, maka harganya semakin mahal, jika Pemerintah yaitu dengan menjadikan
dari bahan natol atau kimia, harganya tenun sebagai program unggulan untuk
cenderung lebih murah. Sanggar tenun di diberikan sosialisasi dan pemahaman
Kabupaten Sikka sudah cukup banyak, kepada masyarakat tentang pentingnya
namun yang sudah dikenal oleh pelestarian tenun ikat, serta melibatkan
masyarakat luas hanya berupa sanggar- perajin tenun ikat untuk mengikuti event
sanggar besar saja. saat ini, kurangnya atau pameran tenun di luar daerah. Selain
minat generasi-generasi muda untuk itu juga, masih kurangnya edukasi di
belajar menenun. Sehingga sewaktu- sekolah-sekolah tentang pentingnya
waktu tenun ini dikawatirkan akan pelestarian tenun ikat, serta kurangnya
langkah untuk di dapat, dikarenakan yang minat generasi muda untuk mempelajari
mengerjakan tenun ini adalah kaum cara membuat kain tenun ikat.
wanita yang sudah berumur 45 (empat
puluh lima) tahun ke atas. Analisis Faktor Internal
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, berikut ini analisis faktor
internal yang terdiri dari kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness)
Kain Tenun Ikat Sebagai Wisata
Kebudayaan Kabupaten Sikka:
1. Kekuatan (Strength)
a. Kain tenun ikat memiliki daya
tarik yang unik dan berkelas.
Memiliki berbagai macam
Gambar 3
motif dan corak yang dominan
Salah Satu Perajin Tenun Ikat Sikka
pada pada warna gelap, akan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2018)
tetapi pada perkembangannya
kini mulai dilakukan inovasi
Fasilitas yang diberikan Pemerintah
berupa kain tenun ikat dengan
kepada sanggar tenun di Kabupaten Sikka
warna cerah.
juga masih kurang, serta kurangnya
b. Beragam motif tenun ikat yang
perhatian Pemerintah terhadap sanggar-
memiliki arti dan makna
sanggar kecil di Kabupaten Sikka
tersendiri.
membuat para penenun kesulitan dalam
c. Proses pembuatan kain tenun
memproduksi tenunan. Sumber daya
yang secara tradisional yang
manusia dalam pelestarian tenun ikat di
akan terus dilestarikan
kabupaten sikka juga terbilang masih
Lenny Kurnia Octaviani, Sri Andini Komalasari
156
Kain Tenun Ikat Sebagai Wisata Budaya Kabupaten Sikka

berpotensi wisata edukasi dan 1. Peluang (Opportunity)


wisata budaya. a. Adanya sosial media yang
d. Kain Tenun Ikat Sikka telah dapat menunjang pengenalan
mendapatkan sertifikat Hak Kain Tenun Ikat Sikka secara
Kekayaan Intelektual (HKI). nasional maupun internasional.
2. Kelemahan (Weakness) b. Dukungan Pemerintah melalui
a. Sanggar perajin kain tenun ikat penggunaan busana daerah
tidak begitu banyak, apalagi di Nusa Tenggara Timur pada
pusat Kabupaten Sikka belum event daerah dan event
terdapat sanggar tenun. kenegaraan.
b. Kurangnya pengenalan dan c. Adanya teknologi penunjang
edukasi mengenai kain tenun seperti alat tenun semi modern
ikat dan pentingnya pelestarian dapat mempercepat proses
budaya kain tenun ikat kepada produksi kain tenun ikat.
masyarakat, terutama pada d. Diminati oleh wisatawan
generasi muda di Kabupaten mancanegara.
Sikka. 2. Ancaman (Threats)
c. Minat generasi muda untuk a. Minat dan kepedulian
menjadi perajin kain tenun ikat masyarakat, terutama oleh
sangat rendah, mengingat generasi muda sangat rendah
hingga saat ini perajin kain dalam pelestarian produksi kain
tenun adalah mayoritas ibu-ibu tenun ikat.
yang berusia di atas 45 (empat b. Proses produksi yang memakan
puluh lima) tahun. waktu hingga berbulan-bulan
dengan alat tenun tradisional.
Analisis Faktor Eksternal c. Promosi dan pengenalan Kain
Adapun faktor eksternal yang Tenun Ikat Sikka belum begitu
terdiri dari peluang (opportunity) dan maksimal.
ancaman (threats) Kain Tenun Ikat
Sebagai Wisata Kebudayaan Kabupaten
Sikka adalah sebagai berikut:

Matriks Analisis SWOT

Tabel 1
Matriks Analisis SWOT Kain Tenun Ikat Sikka
Internal Kekuatan (S): Kelemahan (W):
a. Kain tenun ikat memiliki a. Sanggar perajin kain
daya tarik yang unik dan tenun ikat tidak begitu
berkelas. Dominan pada banyak, apalagi di pusat
pada warna gelap, tetapi Kabupaten Sikka belum
Eksternal pada perkembangannya terdapat sanggar tenun.
157 Kepariwisataan : Jurnal Ilmiah Volume 14 Nomor 3 September 2020 : 151 – 159

Internal kini mulai dilakukan b. Kurangnya pengenalan


inovasi berupa kain tenun dan edukasi mengenai
ikat dengan warna cerah. kain tenun ikat dan
b. Beragam motif tenun ikat pentingnya pelestarian
yang memiliki arti dan budaya kain tenun ikat
makna tersendiri. kepada masyarakat,
c. Proses pembuatan kain terutama pada generasi
tenun yang secara muda.
tradisional yang akan c. Minat generasi muda
terus dilestarikan untuk menjadi perajin
berpotensi wisata edukasi kain tenun ikat sangat
dan wisata budaya. rendah, mengingat
d. Kain Tenun Ikat Sikka hingga saat ini perajin
telah mendapatkan kain tenun adalah
sertifikat HKI. mayoritas ibu-ibu yang
berusia di atas 45 (empat
Eksternal puluh lima) tahun.
Peluang (O): Strategi S-O: Strategi W-O:
a. Adanya sosial media a. Menjadikan Kain Tenun a. Mengadakan sosialisasi
yang dapat Ikat Sikka sebagai wisata dan pelatihan cara
menunjang budaya Kabupaten Sikka. membuat Kain Tenun
pengenalan Kain b. Menjadikan Desa Ikat Sikka, serta
Tenun Ikat Sikka Watublapi sebagai desa memasukkan kesenian
secara nasional wisata budaya tenun ikat tenun kain ikat pada
maupun dengan proses tenun kegiatan ekstrakurikuler
internasional. tradisional sebagai salah di sekolah Kabupaten
b. Dukungan satu atraksi wisata edukasi Sikka agar lebih
Pemerintah melalui yang dapat disajikan. diketahui dan
penggunaan busana c. Masyarakat dan memunculkan minat
daerah Nusa Pemerintah bekerja sama generasi muda akan
Tenggara Timur pada membangun dan tenun ikat.
event daerah dan melestarikan tenun ikat b. Semakin
event kenegaraan. melalui kegiatan-kegiatan memberdayakan sanggar
c. Adanya teknologi berskala nasional maupun tenun yang terdapat di
penunjang seperti alat internasional. Kabupaten Sikka dengan
tenun semi modern d. Mengadakan alat tenun sarana dan prasarana
dapat mempercepat semi modern untuk produksi yang
proses produksi kain kapasitas jumlah produksi mendukung pelestarian
tenun ikat. yang lebih banyak dan tenun ikat.
d. Diminati oleh proses produksi yang c. Mengangkat potensi
wisatawan lebih cepat. Desa Watublapi lainnya
mancanegara. sebagai daya tarik
Lenny Kurnia Octaviani, Sri Andini Komalasari
Kain Tenun Ikat Sebagai Wisata Budaya Kabupaten Sikka 158

pendukung, seperti
UMKM daerah setempat
yang dapat menunjang
proses pemasaran dan
distribusi kain tenun.
Ancaman (T): Strategi S-T: Strategi W-T:
d. Minat dan kepedulian a. Mendirikan sanggar tenun a. Membuat organisasi
masyarakat, terutama yang tidak hanya di yang berfokus pada
oleh generasi muda daerah tapi juga di pelestarian budaya
sangat rendah dalam perkotaan untuk Kain Tenun Ikat
pelestarian produksi meningkatkan Sikka.
kain tenun ikat. pengetahuan dan b. Sosialisasi dan
e. Proses produksi yang kemampuan masyarakat pelatihan membuat
memakan waktu dan generasi muda untuk kain tenun untuk
hingga berbulan- belajar membuat tenun generasi muda agar
bulan dengan alat ikat. sering dilakukan
tenun tradisional. b. Perlunya dukungan dengan melibatkan
f. Promosi dan Pemerintah kepada tokoh muda inovatif
pengenalan Kain sanggar tenun baik atau akademisi di
Tenun Ikat Sikka sanggar yang kecil bidang kesenian.
belum begitu maupun sanggar besar c. Melakukan promosi
maksimal. dalam upaya pelestarian yang intensif
kain tenun sebagai wisata melalui media
budaya, berupa pemberian sosial, event daerah
modal, fasilitas produksi, atau kenegaraan,
bantuan bibit-bibit pohon dan melalui
pewarna alami, dsb. pameran di tingkat
c. Diperlukan kerjasama nasional maupun
antara Pemerintah, internasional.
akademisi dan masyarakat
dalam upaya
mempromosikan kain
tenun ikat secara
maksimal, baik itu melalui
event daerah/ kenegaraan,
media sosial, pameran,
dsb.
(Sumber: Hasil Analisis, 2019)

KESIMPULAN kain tenun ikat merupakan seni


Berdasarkan hasil penelitian yang tradisional masyarakat Kabupaten Sikka,
telah di paparkan dapat diketahui bahwa Nusa Tenggara Timur. Pada mulanya
159 Kepariwisataan : Jurnal Ilmiah Volume 14 Nomor 3 September 2020 : 151 – 159

kain tenun di buat untuk memenuhi Nana, S. Sukmadinata. 2009. Metode


kebutuhan sehari-hari sebagai busana Penelitian Pendidikan. Bandung:
penutup dan pelindung tubuh, kemudian PT. Remaja Rosdakarya.
berkembang untuk kebutuhan adat dan Pendit, N. S. (2002). Ilmu
kini menjadi busana yang dapat dipakai Pariwisata. Jakarta: Pradnya
dalam segala acara, nonformal maupun Paramita.
formal, hingga untuk acara kenegaraan. Rangkuti, F. (2010). Analisis SWOT
Pelestarian Kain Tenun Ikat Sikka Balanced Scorecard-teknik
adalah tanggungjawab bersama dari menyusun strategi korporate yang
masyarakat, Pemerintah dan akademisi. efektif plus cara mengelola kinerja
Sehingga diharapkan adanya kerjasama dan resiko. Jakarta: Penerbit
yang baik dalam pengembangan wisata Kompas Gramedia.
budaya ini. Perkembangan teknologi Suryadana, M. L. (2013). Sosiologi
telah memberikan peluang begitu besar Pariwisata: Kajian
untuk kemudahan proses produksi dan Kepariwisataan dalam Paradigma
promosi Kain Tenun Ikat Sikka secara Intergratif-Transformatif menuju
nasional maupun internasional. Wisata Spiritual. Humaniora.
Suyitno, S. (2013). Pengembangan
DAFTAR PUSTAKA Potensi Kepariwisataan Di
Elvida, M. N. (2016). Pembuatan Kain Kabupaten Sleman Daerah
Tenun Ikat Maumere Di Desa Istimewa
Wololora Kecamatan Lela Yogyakarta. Kepariwisataan:
Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Jurnal Ilmiah, 7(2).
Tenggara Timur. HOLISTIK, Yoeti, Oka. A. (2016). Pariwisata
Journal Of Social and Culture. Budaya. Jakarta: Balai Pustaka
Koentjaraningrat. (1990). Sejarah teori
antropologi. Penerbit Universitas
Indonesia (UI Press).
Mahardhani, A. J., & Cahyono, H.
(2017). HARMONI
MASYARAKAT TRADISI
DALAM KERANGKA
MULTIKULURALISME. ASKETI
K: Jurnal Agama dan Perubahan
Sosial, 1(1).
Moleong, L. J. (2012). Metodologi
penelitian kualitatif (Cet. Ke-
30.). Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muljadi, A.J. (2009). Kepariwisataan
dan Perjalanan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo

Anda mungkin juga menyukai