1
Magister of Architecture Student, Sebelas Maret University
2
Magister of Architecture Lecture, Sebelas Maret University
3
Magister of Architecture Lecture, Sebelas Maret University
Abstract
Festival tradisional adalah festival yang merupakan tradisi dalam hal ini yang dibahas adalah grebeg, dimana
grebeg merupakan event Keraton Surakarta yang sudah turun temurun dilakukan dan merupakan tradisi yang
diwariskan. Saat ini banyak terdapat grebeg bentukan baru di Surakarta antara lain Grebeg Sudiro dan
Grebeg Astana Oetara. Kegiatan Festival tradisional sebagai sebuah kegiatan menggunakan ruang publik
dalam kota. Penggunaannya memiliki perbedaan antar Festival Grebeg asli dan buatan. Penempatan titik
keramaian besrta adanya PKL serta sektor parkir juga menjadi sorotan dalam kajian ruang publik. Setting
ruang pun juga tentunya memiliki perbedaan, serta streetscape yang terdapat pada area Grebeg berlangsung.
Tentunya akan ditemukan perbedaan perbedaan dalam penggunaan ruang maupun setting nya antara Festival
Grebeg asli Keraton dan Grebeg buatan di Kota Surakarta.
Keywords: Festival, Grebeg, setting, ruang publik, Keraton Surakarta, Sudiroprajan, Astana Oetara.
Ogif Ratunar
Magister of Architecture Student, Sebelas Maret University
e-mail: ogifratunar@gmail.com
1
sendiri tak lepas dari campur tangan pejabat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
pemerintahan untuk menarik pelancong sehingga Tradisi menjadi suatu yang komersil dan menjadi
dapat mengonsumsi budaya yang disuguhkan konsumsi terutama konsumsi untuk pariwisata (Dewi,
(Falassi, 1987). 2016).
Festival tradisional sendiri merupakan acara festival Salah satu fenomena invensi tradisi yang terjadi saat
yang mengangkat nilai-nilai kebudayaan lokal sebagai ini adalah mengadopsi tradisi dari Keraton sebagai
warisan tradisi. Keanekareagaman budaya lokal pengidean kegiatan sebuah festival buatan. Diantara
sebagai warisan tradisi merupakan warisan nilai-nilai tradisi-tradisi yang ada salah satunya adalah Grebeg
unggul dari masyarakatnya (Karmadi, 2007), dimana yang merupakan ritual kerajaan yang melibatkan
budaya merupakan pengertian luas dari keseluruhan masyarakat dalam keraton, aparat kerajaan serta
kompleks yang meliputi pengetahuan, kesenian, seluruh rakyat dan pada penjajahan, pejabat kolonial
moral, keilmuan, hukum, kepercayaan, adat, istiadat pun juga ikut serta (Sularto, 1982). Grebeg sendiri
serta kebiasaan manusia dalam anggota masyarakat sejatinya merupakan tradisi peninggalan para Wali
sebagai makhluk sosial (Mulyana, 1990). yang diutarakan pada masa Kerajaan. Grebeg
Penyelenggaraan event festival dapat dibedakan dilakukan pada tanggal-tanggal penting untuk umat
menjadi festival tradisi asli atau yang benar Islam baik di Keraton Yogyakarta maupun Surakarta
diwariskan saecara turun temurun dan festival tradisi grebeg dilakukan 3 kali yakni: pada saat Idhul Fitri
buatan yang sengaja diciptakan dengan maksud yakni grebeg Syawal, Idhul Adha disebut Grebeg
tertentu. Festival tradisi asli yakni antaranya tradisi Besar, dan saat Maulid Nabi disebut Sekaten. Grebeg
yang dilaksanakan oleh Keraton Surakarta maupun ini dianggap sakral karena melibatkan ritual-ritual
Yogyakarta setiap tahunnya seperti: Grebeg dan Kirab. tertentu, memiliki nilai yang luhur dimana
Sedangkan festival tradisi buatan contohnya yakni keberlangsungannya merupakan wujud syukur akan
seperti: Grebeg Sudiro dan Grebeg Astana Oetara di karunia pencipta (Setyarini, 2011).
Surakarta. Keberadaan Grebeg buatan tidak dapat Keberlangsungan festival tradisional grebeg sebagai
lepas dari pencomotan komponen pada tradisi yang warisan tradisi asli saat ini merupakan event budaya
asli. yang memiliki daya tarik bagi wisatawan baik Grebeg
Pencomotan komponen-komponen tradisi asli yang Keraton yang memiliki pakem tertentu dan merupakan
diterapkan di festival tradisi buatan tersebut dapat tradisi asli maupun grebeg buatan. Event festival
dinamakan invensi tradisi. Wilayah atau masyarakat buatan merupakan suatau atraksi. Atraksi merupakan
yang tadinya tidak memiliki tradisi asli mengambil suatu wilayah yang dikembangkan sehingga terlihat
tradisi yang ada dan sengaja dibuat dan diformalkan menarik perhatian dan dapat menjadi daya tarik wisata
sehingga seakan menjadi tradisi yang otentik. Invensi Mill (2000:26). Pengalaman budaya merupakan salah
tradisi merupakan budaya yang benar-benar satu faktor yang membuat wisatawan datang ke suatu
diciptakan (Howbawm, 1992). Minoritas kreatif tempat, pengalaman yang berbeda adalah yang dicari
merupakan akar dari fenomena ini yang menciptakan (Urruy, 2002). Dengan adanya event festival tradisi
bentuk proses dalam kelompok masyarakat yang menarik maka warga akan berusaha
lingkungan untuk mencapai sesuatu (Sztompka, menyediakan fasilitas bagi wisatawan, salah satu
2011). Di Indonesia invensi tradisi terutama pada sebab kenapa event budaya saat ini banyak muncul
aspek eksistensi budaya melalui festival telah menjadi karena adanya permintaan akan pengalaman budaya
kecenderungan di berbagai wilayah (Musthofa, 2017). yang unik semakin meningkat (AlSayyad, 2001).
Banyak pengaruh yang menyebabkan maraknya Kota Surakarta tidak lepas dari perkembangan
invensi tradisi asli yang diwujudkan dalam festival di invensi tradisi asli. Festival tradisi Grebeg bentukan
Indonesia antara lain faktor ekonomi, sosial dan baru di Surakarta mencakup area kelurahan (diadakan
politik. Dengan adanya perkembangan globalisasi setingkat kelurahan) dengan tujuan utama acara ini
maka muncul inisiasi-inisiasi kreatif karena adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat
berkembangnya wawasan masyarakat. Saat ini bahwa di setiap kelurahan mempunyai potensi dan
perkembangan pelaksanaan festival tradisi di untuk meningkatkan penghasilan masyarakat dengan
Indonesia mempertimbangkan aspek ekonomi untuk menjual produk umkm yang dimiliki kelurahan
Streetscape
Streetscape merupakan istilah untuk
menggambarkan lingkungan terbangun maupun
kenampakan alam di sepanjang jalan dan didefinisikan
sebagai kualitas desain visual pada jalanan. Termasuk
di dalamnya penataan bangunan, permukaan jalan dan
juga kelengkapan-kelengkapan yang memfasilitasi
penggunanya seperti shelter, papan jalan dan petunjuk
arah (Charlwood, 2004). Streetscape merupakan tontonan oleh masyarakat umum dan dipercaya
elemen-elemen pendukung di sepanjang jalan baik memiliki berkah tersendiri.
untuk tujuan estetis maupun untuk fasilitas umum. Grebeg bermula dari Kori Kamandungan dan
Keberadaan streetscape merupakan elemen visual berakhir di Masjid Agung. Masjid Agung menjadi titik
jalan pada sebuah wilayah. Perpaduan elemen akhir dari ketiga grebeg yang dilakukan oleh Keraton
streetscape dapat membantu dalam memperindah (Purwadi, 2014) dan memiliki rute yang sama di
pengalaman visual penyatuan elemen streetscape setiap tahunnya. Aktivitas Grebeg membentuk
dapat membantu dalam kesuksesan pengalaman ruangnya dalam kota dan menggunakan ruang yang
visual. Menurut (Rehan, 2013) elemen streetscape secara teritori merupakan milik keraton, mulai dari
adalah komponen utama pada street urban desain Kori Kamandungan, Siti Hinggil, Pelataran, Alun-
antara lain terdiri atas penataan: trotoar, tanaman Alun dan Masjid Agung. Titik teramai terjadi di titik
jalan, street furniture, bangku, street corner, awal dan titik akhir arak-arakan Grebeg.
pepohonan, penerangan jalan, tempat sampah, tanda Gambar 1 Rute Grebeg Sekaten
jalan, halte bis dan pojokan pedestrian. Sumber: Ogif, 2018
Aktivitas grebeg menciptakan ruang publik dimana
HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan wadah event kebudayaan yang dapat
dinikmati masyarakat umum. Rute yang digunakan
Ruang Publik dalam Festival di Surakarta yakni ruang-ruang milik keraton, diarak dari Kori
a. Ruang Publik Keraton Surakarta Kamandungan - Siti Hinggil – Pagelaran – Alun-Alun
Keraton memiliki nilai budaya, sosial serta religi Utara - Masjid Agung. Ruang Publik sebagai tempat
dari pendirian serta pemanfaatannya dan merupakan melihat perhelatan Grebeg berkonsentrasi pada depan
kiblat perkembangan budaya Jawa, saat ini lebih Kori Kamandungan dan Masjid Agung tempat
difungsikan sebagai tempat wisata, museum pusat berakhirnya rute Grebeg. Pagelaran juga menjadi area
kebudayaan Jawa dan sebagai tempat tinggal raja ruang publik dimana banyak terdapat pedagang yang
(KEMENDIKBUD). Keraton Surakarta menempati berdagang di tempat tersebut sehari hari.
ruang dalam kota Surakarta berlokasi di Kelurahan Sistem aktivitasnya menimbulkan adanya PKL,
Baluwarti. Keraton terdiri dari beberapa kompleks kantong parkir serta adanya pedestrian. Gambar 1
bangunan antara lain: Alun-Alun, Sasana Sumewa, menunjukkan rute grebeg dan pemetaan letak parkir
Kompleks Siti Hinggil, Sri Mangati, Kedaton, serta konsentrasi PKL yang tercipta. Pada Grebeg
Kamandungan serta Pagelaran. Tidak semua area Sekaten konsentrasi PKL terbanyak terjadi di Masjid