Anda di halaman 1dari 10

Artikel Sejarh Sosil Indonesia

KRITIK TERHADAP SUATU BUDAYA INDONESIA

“MENILIK TRADISI DI KOTA ISTIMEWA DI TENGAH PUSARAN


GLOBALISASI”

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Ilmu Sosial Indonesia)

Semester Gasal Tahun Akademik 2015/2016

Disusun oleh :

Mardika Novianti (15413241023)

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

1
TUGAS ARTIKEL ANTROPOLOGI

KRITIK TERHADAP SUATU BUDAYA INDONESIA

“MENILIK TRADISI DI KOTA ISTIMEWA DI TENGAH PUSARAN


GLOBALISASI”

(Upacara Gerebeg Di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat)

Indonesia , negeri penuh dengan khasanah budaya yang beraneka ragam .


tidak di pungkiri , hasil-hasil karya besar di lahirkan di Negara yang tak bisa di
pandang sebelah mata di kancah dunia ini . yogyakarta, salah satu kota yang sarat
akan budaya ini , menarik penulis untuk mengulas sedikit atau salah satu budaya
yang ada dalam kota kecil yag istimewa ini . sebelum kita membahas lebih lanjut
tentang apa yang disebut dengan grebeg , maka penulis menyinggung terlebih
dahulu beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli dan pengertianya
secara umum.

Kebudayaan = cultuur (bahasa belanda) = cultre (bahasa inggris) berasal


dari kata perkataan latin “colore” yang berart mengolah, mngerjakan, dan
mengembangkan . dilihat dari sudutt bahasa indonesia , kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
atau akal. Pendapat lain mengatakan budaya adalah sebagai suatu bentuk
perkembangan dari kata budi-dya yang berarti daya dari budi . maka dari itu
mereka memisahkan pengertian antara budaya dan kebudayaan . budaya adalah
daya dari budi yang berupa rasa cipta dan karsa . sedangkan kebudayaan adalah
hasil dari cipta dan karsa. Kebudayaan juga mengimplementasikan diri dalam
beberapa wujud pertama kompleks-kompleks ide, gagasan nilai , norma, aturan;
kedua kompleks aktivitas berpola dari manusia dalam masyarakat; ketiga wujud
benda.

Mengenai definisi tentang kebudayaan ada beberapa sarjana antropolog seperti


E.B Taylor yang menyatakan dalam bukunya yaitu “primitive culture” bahwa
kebudayaan kesatuan yang kompleks yang didalamya terkandung ilmu
pengetahuan lain serta kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota
masyarakat .

2
Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki beraneka
beranekaragaman budaya . budaya di Indonesia sudah menjadi hal yang
sepantasnya di lestarikan . Berbicara tentang kebudayaan tidak lepas daerah yang
terkenal dengan ke kentalan budayanya. Yap benar ! Daerah Istimewa Yogyakarta
yang terkenal dengan makanan khas gudeg yu djum’nya dan jalan yang sangat
terkenal disana yaitu jalan malioboro. Berbagai etnik budaya seolah berkumpul di
kota pelajar ini asal mula nama Jogjakarta disebutkan dalam buku yang dikarang
oleh C.F Winter , menyatakan bahwa Ngayogykarta berasal dari kata jogja yang
berarti baik , sedangkan karta berarti aman dan makmur . kota yang berjuluk “kota
benteng” ini dilambangkan dengan dua ekor naga yang ekornya saling melilit ,
yang menunjuk kepada tahun berdirinya kota benteng ini yakni 1682 tahun jawa
atau 1756 .

Kota Yogyakarta secara astronomis terletak kurang lebihantara 110 derajat


23 menit 79 detik-110 derajat 28 menit dan 53 detik bujur timur dan terletak lebih
kurang tujuh derajat 49 menit 26 detik-7 derajat 50 menit 84 detik lintang selatan.
secara administrative Yogyakarta ynang merupakan pusat provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dengan 163 rukun kamung .

Di kota yang dikatakan sebagai kota istimewa ini , siapa yang tidak mengenal
kraton Yogjakrata . penulis ingin mengulik sedikit kisah berdirinya kota ini
dengan menampilkan sekilas gambaran kraton yang menjadi salah satu daya tarik
kota Jogjakarta .

3
A) GAMBARAN UMUM KRATON NGAYOGYAKARTA

Menurut konsep jawa kraton yang berasal dari karatun merupakan symbol
kehidupan yang agung . Didirikan oleh bendara raden mas (BRM) Sudjana , atau
dikenal dengan pangeran Mangkubumi Sukowati atau Sri Sultan
Hamengkubuwono (HB) 1, saudara Pakubuwono (pb) 11, raja Surakrta. Dia
adalah putera Sunan Amangkurat iv, yang memerintah kerajaan Mataram di
Kartasura (1719-1726) . ibunya bernama Bendara Mas Ayu Tedjowati, putri
Ngabehi Hndokoro, yang berasal dari Desa Kepundang , Kartasura, permaisuri
kedua Sri Sunan Mangkurat IV. Keraton Nngayogkakarta Hadiningrat ini sendiri
juga di arsiteki oleh HB 1. Kraton didirikan setelah perjanjian gianti 13 februari
1755/29 rabingulawal 1680

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kata Ngayogyakarta berasal dari kata


hayo/ayo yang berarti mari ;gya berarti segera ; dan karta berarti kesejahteraan
/kemakmuran . Hadiningrat berasalah dari kata hadi/adi , yang berarti
bagus/indah;ing berarti di;dan rat berarti bumi/Negara maksudnya adalah ,
marilah segera menuju kepada kemakmuran/kesejahteraan agar negri ini menjadi
bagus/indah/makmur/sejahtera.

KEBUDAYAAN YOGYAKARTA (GAREBEG)

Kata garebeg /grebeg berarti suara yang sangat bisisng di telinga . Menurut
Prabukusumo , grebeg bukan berarti tiupan angin , tapi kata garebeg berasal dari
kata anggrebeg yang sinonimnya andherake yang berarti mengiring; orang
banyak mengiring sesuatu . Dikatakan demikian, karena pada saat sultan atau raja
masuk ke Sitihinggil, kemuadian diiringi atau diikiuti oleh banyak orang. Mereka
terdiri atas keluarga sultan/raja, para abdidalem dan masyarakat pada umumnya.
Ketika raja didatangi atau diikuti oleh banyak orang, maka raja memberikan hajat
dalem atau kucah dalem kepada rakyatnya. Atau juga kata itu berasal dari kata
ginarebeg , yang berarti iring-iringan raja, para pejabat, dan para pengikut lainya
yang masuk ke Sitihinggil , atau biasa disebut sinewaka (duduk mengahadap
tamu).

Khusus di kraton tatkala diadakan upcara garebeg dimunculkan berbagai


jenis gunungan dari berbagai ragam ukuran adapun isinya bermacam-macam ,
seperti buah, sayuran dan makanan. Isi gunungan itulah yang nantinya akan di-
rayah / direbut oleh para penonton garebeg. Mereka beranggapan, apabila dapat
merebut atau memperolah salah satu benda/barang yang terdapat pada gunungan ,
mereka akan memperoleh sawab/berkah yang bentuknya sangat variatif. Upacara
gerebeg dapat dibedakan menjadi 3 macam,yaitu :

4
a) Garebeg pasa
Upacara garebeg pasa diselenggarakan pada setiap tanggal 1
sawal/syawal , dan puncak acaranya setelah pelaksanaan shalat idul fitri
.Pada gerebeg ini kraton mengeluarkan satu gunungan saja , yaitu
gunungan kakung.
b) Garebeg pasar
Gerebeg besar yang dirayakan pada setiap tanggal 10 besar/yu al-hijjah ,
bertujuann untuk merayakan idul adha. Pada gerebd ini keraton
mengeluarkan lima jenis gunungan yaitu gunungan kakung, gunungan
putri, gunungan dharat, gunungan pawuhan dan gunungan gepak.
c) Garebed mulud
Gerebg ini dimaksudkan untuk memperingati hari mauled (kelahiran) Nabi
Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud/rabi’ al-awwal . peringatan hari
kelahiran nabi muhammad SAW.

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui betapa banyak makna yang
tersirat dari upara garebeg sendiri , dan dapat diketahui pula khusunya di jawa,
kata-kata gununan , upacara dan gerebeg sudah muncul sejak lama . budaya ini
terus tumbuh di tengah terpaan badai moderenisasi yang sangat cepat , namun
budaya ini masih eksis sampai sekarang dan terus dijaga oleh para warganya.
Kraton sebagai pusat budaya sampai saat ini dapat menarik berbagai wisatawan
lokal maupun asing untuk datang dan menyaksikan tradisi yang ada didalamnya .
bukan hanya budaya , kraton juga sebagai pusat estetika,etika filsafat dan
bermacam-macam adat.

B) KRITIK DAN SARAN MENGENAI BUDAYA

GEREBEG PADA MASA LALU

Sebagaimana yang kita bahwa gerebeg sduah ada sejak zaman dahulu ,
dan kita juga tahu bahwa masyarakat yang ada pada saat itu adalah masyarakat
desa yang mempunyai cirri-ciri pertama masih bersifat homogeny dalam nilai-
nilai kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku. Disini yang ditekankan
adalah pada kebudayaan yang dimiliki saat itu yaitu upacara grebeg di Yogyakarta
, hal itu (upacara) merupakan upacara tradisional , yang mulanya diselenggarakan
oleh masyarakat agraris . diantara cirri masyarakat agraris adalah hidup statis, dan
mengutamakan produk pertanian , yang berbeda dengan masyarakat modern yang
hidupnya selalu berubah.

5
Upacara Gerebeg pada masa lalu juga mempunyai empat aspek yang tidak
hilang atau luntur ditelan masa, akan tetapi masih saja bertahan sampai saat ini ,
yaitu pertama tempat upacara gerebeg dari dahulu tidak mengalami perubahan ,
yaitu diselenggarakan di depan masjid Gedhe Kauman .Kedua , waktu upacaranya
sekitar saat Duha. Ketiga, benda-benda dan alat-alatnya masih ajeg,yaitu
gunungan dan kelengkapanya benda-benda yang dirangkai untuk membuat
gunungan tidak mengalami perubahan, namun pada zaman dahulu benda-benda
yang digunakan dalam gunungan masih susah untuk didapatkan . Keempat adalah
orang-orang yang melakukan dan memimpin upacara, mereka adalah Sultan,
Ulama dan masyarakat . Sultan adalah orang yang mempunyai hajat, ulama adalah
orang yang memimpin pembacaan doa dan rakyat (masyarakat) adalah yang
menyaksikan upacara tesebut.

Masyarakat disini dibagi menjadi dua yaitu mereka yang sekedar


menonton untuk keperluan hiburan (rekreasi) dan mereka yang mempunyai
kepentingan untuk ngalap berkah . Upacara ini di laksanakan untuk melestarikan
tradisi yang sudah dari dahulu dibangun oleh para leluhur/para pendahulu . Tradisi
ini masih bertahan hingga sekarang karena adanya kesadaran para warga atau
pihak yang terlibat bahwa tradisi tersrbut dirasa milik bersama , dan menjadi
sebuah identitas bagi mereka.

GEREBEG PADA SAAT INI

Gerebeg merupkann salah satu bentuk akulturasi yang disadur dari bahasa
inggris “acculturation atau culture contact” berarti suatu konsep mengenai proses
sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu ebudayaan asing sehingga unsur-unsur
asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri , tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan penerima tersebut. Grebeg
merupakan salah satu upacara untuk mewujudkan rasa syukur para warga
masyarakat . hal ini tentu saja bisa disebut dengan akulturasi dimana dahulu
belum ada bentuk sajen atau gunungan pada sebuah upacara namun setelah
masuknya hindu-budha di Indonesia, hal ini seolah menyatu menjadi sebuah
perpaduan yang menarik . Upacara adalah aspek ritual atau seremonial yang
sangat mendominasi kebudayaan jawa , dan hal itu sering dikaitkan dengan
upanisad yang berasal dari bahasa sansekerta.

6
Upacara gerebeg pada masa lalu tidak jauh berbeda dengan yang
dilakukan pada saat ini . Upacara ini menjadi salah satu tradisi yang masih
dilakukan hingga sekarang dan mempunyai khasanah budaya yang menarik bagi
warga lokal maupun warga asing . Namun perubahan sosial budaya juga terjadi
dalam tradisi ini , dimana yang berubah bukan lah bentuk budaya (grebeg-nya)
namun, lingkunganya lah yang berubah . Diatas telah dikatakan bahwa bahan
untuk upacara ini pada zaman dahulu sudah ditemukan , namun sekarang hal itu
mudah dilakukan dengan kemajuan teknologi yang ada . dan dilihat dari segi
masyarakat yang menonton , dahulu hanya orang masyarakat umum , namun
sekarang pada era globalisasi , tidak hanya msayarakat Jogja saja yang menikmati
tradisi ini, namun banyak wisatawan asing yang juga melihat dan bahkan
terkagum akan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, khususnya jogjakarta .
sekarang , di era globalisasi hal ini cenderung mudah didapati , dimana akses
internet dan koneksi yang cepat membawa perubahan yang cepat pula , namun hal
ini juga dapat bernilai positif dan negative, tergantung cara pandang kita untuk
menilai sebuah keadaan . dampak negative bagi kita adalah kita tidak tahu bahwa
wisatawan asing itu hanya sekedar mengamati atau diam-diam ingin meniru lalu
dibawa ke Negara mereka berasal , dan mengklain bahwa kebudayaan itu milik
mereka . dampak positif untuk kita adalah tentu saja dari income yang
didapatkan , selain itu kita dapat menunjukan bahwa Indonesia mempunyai
khasanah budaya yang beragam , dan Indonesia juga tidak meamandang ras,
agama atau apapun dalam menikmati kebudayaan yang telah ada .

GREBEG DI ERA GLOBALISASI dan MODERNISASI

Globalisasi di abad ini memang begitu cepat berkembang . seperti yang


kita tahu bahwa pengertian globalisasi secara sederhana adalah mendekatkan yang
jauh dan menjauhkan yang dekat yang dimaksut disini adalah ketika sebuah tradisi
yang dahulunya belum ter-ekspose ke berbagai media, sekarang malah sudah
menjadi hal yang umum. Para wisatawan asing yang ingin melihat acara ini , atau
mereka mengetahui acara adalah dengan melalu gadget yang mereka miliki .
Dengan kecanggihan teknologi sekarang apaun dapat dicapai dengan satu
genggaman . hal ini mempunyai dampak positif maupun negative untuk
masyarakat Jogjakarta pada umumnya .

7
Dan yang tak kalah menerpa ahir-ahir ini adalah arus modernisasi. Namun
disin iterlihat tradisi grebeg masih memperahankan apa yan di bangun sejak awal .
mereka melaksanakan tradiIs ini dari awal memang berfungsi sebagai
persembahan , ungkapan rasa syukur , yaitu pemberian kucah (sedekah) sultan
kepada masyarakat sebagai tanda syukur Sultan atas rezki yang diberikan Tuhan
kepadanya , dan permohonan ssuatu kepada Tuhan. namun dalam Sosiologi
dikenal adanya dua fungsi , manifest dan laten. Fungsi manifest upacara garebeg
adalah sperti yang sudah disebutkan di awal tadi. Akan tetapi, pada
perkembanganya , munculah fungsi laten, sepeti fungsi agama sosial,budaya
,politik dan ekonomi. Seiring berkembangnya zaman, fungsi manifest itu dan
tidak berubah hingga sekarang . adapun yang mnegalami perkembangan adalah
fungsi aten yang semakin beragam .

PERAN GENERASI MUDA SAAT DALAM MELESTARIKAN BUDAYA

Posisi kebudayaan saat ni , sudah menginjak taraf menghawatirkan . Banyak


dikalangan kita menyadari hal itu, namun belum banyak melakukan contoh atau
aksi nyata . Tradisi disini , yang dikalangan muda tidak menyadari bahwa ini
adalah identitas bangsa . Yang ada ketika kebudayaan kita di klaim dengan
budaya lain , kita baru menyuarakan bahawa itu adalah kebudayaan kita . Namun
apa yang terjadi sebelum itu ? yang terjadi adalah kita tidak mau melestarikan
budaya kita sendiri sehingga mudah bagi pihak asing untuk untuk merebut
kebudayaan kita .

Hal tersebut kemudian memicu anggapan bahwa tradisional adalah hal-hal


yang berbau kuno dan tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman,
sedangkan modern mengacu kepada sifat-sifat yang terbarukan (up to date) dan
selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, maka yang
tradisional dianggap akan tergilas dengan yang modern. Pada kasus
perkembangan kebudayaan, banyak orang menganggap bahwa budaya tradisional
akan kalah dengan buaya modern karena kebudayaan modern dianggap lebih
mampu dalam hal memuaskan jiwa atau batin masyarakat. Kesenian modern
diartikan sebagai seni yang lahir mengikuti gerak zaman dan selalu kontemporer
(terbarukan).

8
Disinilah peran generasi penerus bangsa harus lebih dominan ,upaya-upaya
mereka diantara lain adalah dimulai dengan langkah kecil, seperti mulai dari
dirimereka sendiri seperti membangkitkan rasa cinta tanah air , lalu embangkitkan
kedaran mereka akan identitas Indonesia . untuk contoh lebih lanjut atau aksi
nyata yang menimbllkan dampak yang luas adalah membuat pagelaran budaya di
wilayah masing-masing yang dimana itu melibatkan seluruh generasi muda yang
ada di wilayah tersebut . hal ini tidak mungkin tidak dapat diwujudkan jika kita
sebagai kawula muda mulai mencintai budaya sendiri , atau istilah dalam bahasa
jawa adalah “nguri-uri budaya jawi” yang berarti adalah mempertahankan budaya
sendiri.

Sekian , dan terimaksih 

9
DAFTAR PUSTAKA

 Goenawan dan Harnoko, Riyadi. Darto. 2012. Mobilitas sosial daerah


Istimewa Yogyakarta. Penerbit ombak. Yogyakarta
 Hasibunan, Sofia rangkuti. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia
teori dan konsep. Dian rakyat. Jakarta
 Shadly, Hassan. 1993. Sosiologi untuk masyarakat Indonesia. Rineka
cipta. Jakarta
 Shahab, Khurnad. 2012. Sosiologi Pedesaan. Ar-ruzz media. Jogjakarta
 Tutik, Titik Triwulan, dan Trianto. 2008. Dimensi transendetal dan
transformasi sosial budaya. Lintas pustaka hal 26. Jakarta
 Widagdho, Djoko, dkk. 2008. Ilmu budaya dasar. Bumi aksara. Jakarta
 Yusuf, Mundzirin. 2009. Makna dan fungsi gunungan pada upacara
grebeg di kraton Ngayogyakarta Hadiningrat . CV. Amanah. Yogyakarta

10

Anda mungkin juga menyukai