Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ARTIKEL ANTROPOLOGI

KRITIK TERHADAP SUATU BUDAYA INDONESIA

“MENILIK TRADISI DI KOTA ISTIMEWA DI TENGAH PUSARAN


GLOBALISASI”

(Upacara Gerebeg Di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat)

Indonesia , negeri penuh dengan khasanah budaya yang beraneka ragam .


tidak di pungkiri , hasil-hasil karya besar di lahirkan di Negara yang tak bisa di
pandang sebelah mata di kancah dunia ini . yogyakarta, salah satu kota yang sarat
akan budaya ini , menarik penulis untuk mengulas sedikit atau salah satu budaya yang
ada dalam kota kecil yag istimewa ini . sebelum kita membahas lebih lanjut tentang
apa yang disebut dengan grebeg , maka penulis menyinggung terlebih dahulu
beberapa pengertian budaya menurut beberapa ahli dan pengertianya secara umum.

Kebudayaan = cultuur (bahasa belanda) = cultre (bahasa inggris) berasal dari


kata perkataan latin “colore” yang berart mengolah, mngerjakan, dan
mengembangkan . dilihat dari sudutt bahasa indonesia , kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta “buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau
akal. Pendapat lain mengatakan budaya adalah sebagai suatu bentuk perkembangan
dari kata budi-dya yang berarti daya dari budi . maka dari itu mereka memisahkan
pengertian antara budaya dan kebudayaan . budaya adalah daya dari budi yang
berupa rasa cipta dan karsa . sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta dan karsa.
Kebudayaan juga mengimplementasikan diri dalam beberapa wujud pertama
kompleks-kompleks ide, gagasan nilai , norma, aturan; kedua kompleks aktivitas
berpola dari manusia dalam masyarakat; ketiga wujud benda.
Mengenai definisi tentang kebudayaan ada beberapa sarjana antropolog seperti E.B
Taylor yang menyatakan dalam bukunya yaitu “primitive culture” bahwa kebudayaan
kesatuan yang kompleks yang didalamya terkandung ilmu pengetahuan lain serta
kebiasaan yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat .

Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki beraneka beranekaragaman


budaya . budaya di Indonesia sudah menjadi hal yang sepantasnya di lestarikan .
Berbicara tentang kebudayaan tidak lepas daerah yang terkenal dengan ke kentalan
budayanya. Yap benar ! Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan makanan
khas gudeg yu djum’nya dan jalan yang sangat terkenal disana yaitu jalan malioboro.
Berbagai etnik budaya seolah berkumpul di kota pelajar ini asal mula nama
Jogjakarta disebutkan dalam buku yang dikarang oleh C.F Winter , menyatakan
bahwa Ngayogykarta berasal dari kata jogja yang berarti baik , sedangkan karta
berarti aman dan makmur . kota yang berjuluk “kota benteng” ini dilambangkan
dengan dua ekor naga yang ekornya saling melilit , yang menunjuk kepada tahun
berdirinya kota benteng ini yakni 1682 tahun jawa atau 1756 .

Kota Yogyakarta secara astronomis terletak kurang lebihantara 110 derajat 23


menit 79 detik-110 derajat 28 menit dan 53 detik bujur timur dan terletak lebih
kurang tujuh derajat 49 menit 26 detik-7 derajat 50 menit 84 detik lintang selatan.
secara administrative Yogyakarta ynang merupakan pusat provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta terdiri atas 14 kecamatan dengan 163 rukun kamung .

Di kota yang dikatakan sebagai kota istimewa ini , siapa yang tidak mengenal kraton
Yogjakrata . penulis ingin mengulik sedikit kisah berdirinya kota ini dengan
menampilkan sekilas gambaran kraton yang menjadi salah satu daya tarik kota
Jogjakarta .
GAMBARAN UMUM KRATON NGAYOGYAKARTA

Menurut konsep jawa kraton yang berasal dari karatun merupakan symbol
kehidupan yang agung . Didirikan oleh bendara raden mas (BRM) Sudjana , atau
dikenal dengan pangeran Mangkubumi Sukowati atau Sri Sultan Hamengkubuwono
(HB) 1, saudara Pakubuwono (pb) 11, raja Surakrta. Dia adalah putera Sunan
Amangkurat iv, yang memerintah kerajaan Mataram di Kartasura (1719-1726) .
ibunya bernama Bendara Mas Ayu Tedjowati, putri Ngabehi Hndokoro, yang berasal
dari Desa Kepundang , Kartasura, permaisuri kedua Sri Sunan Mangkurat IV.
Keraton Nngayogkakarta Hadiningrat ini sendiri juga di arsiteki oleh HB 1. Kraton
didirikan setelah perjanjian gianti 13 februari 1755/29 rabingulawal 1680

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kata Ngayogyakarta berasal dari kata


hayo/ayo yang berarti mari ;gya berarti segera ; dan karta berarti kesejahteraan
/kemakmuran . Hadiningrat berasalah dari kata hadi/adi , yang berarti
bagus/indah;ing berarti di;dan rat berarti bumi/Negara maksudnya adalah , marilah
segera menuju kepada kemakmuran/kesejahteraan agar negri ini menjadi
bagus/indah/makmur/sejahtera.

KEBUDAYAAN YOGYAKARTA (GAREBEG)

Kata garebeg /grebeg berarti suara yang sangat bisisng di telinga . Menurut
Prabukusumo , grebeg bukan berarti tiupan angin , tapi kata garebeg berasal dari kata
anggrebeg yang sinonimnya andherake yang berarti mengiring; orang banyak
mengiring sesuatu . Dikatakan demikian, karena pada saat sultan atau raja masuk ke
Sitihinggil, kemuadian diiringi atau diikiuti oleh banyak orang. Mereka terdiri atas
keluarga sultan/raja, para abdidalem dan masyarakat pada umumnya. Ketika raja
didatangi atau diikuti oleh banyak orang, maka raja memberikan hajat dalem atau
kucah dalem kepada rakyatnya. Atau juga kata itu berasal dari kata ginarebeg , yang
berarti iring-iringan raja, para pejabat, dan para pengikut lainya yang masuk ke
Sitihinggil , atau biasa disebut sinewaka (duduk mengahadap tamu).
Khusus di kraton tatkala diadakan upcara garebeg dimunculkan berbagai jenis
gunungan dari berbagai ragam ukuran adapun isinya bermacam-macam , seperti
buah, sayuran dan makanan. Isi gunungan itulah yang nantinya akan di-rayah /
direbut oleh para penonton garebeg. Mereka beranggapan, apabila dapat merebut atau
memperolah salah satu benda/barang yang terdapat pada gunungan , mereka akan
memperoleh sawab/berkah yang bentuknya sangat variatif. Upacara gerebeg dapat
dibedakan menjadi 3 macam,yaitu :

a) Garebeg pasa
Upacara garebeg pasa diselenggarakan pada setiap tanggal 1 sawal/syawal ,
dan puncak acaranya setelah pelaksanaan shalat idul fitri .Pada gerebeg ini
kraton mengeluarkan satu gunungan saja , yaitu gunungan kakung.
b) Garebeg pasar
Gerebeg besar yang dirayakan pada setiap tanggal 10 besar/yu al-hijjah ,
bertujuann untuk merayakan idul adha. Pada gerebd ini keraton mengeluarkan
lima jenis gunungan yaitu gunungan kakung, gunungan putri, gunungan
dharat, gunungan pawuhan dan gunungan gepak.
c) Garebed mulud
Gerebg ini dimaksudkan untuk memperingati hari mauled (kelahiran) Nabi
Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud/rabi’ al-awwal . peringatan hari
kelahiran nabi muhammad SAW.

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui betapa banyak makna yang tersirat
dari upara garebeg sendiri , dan dapat diketahui pula khusunya di jawa, kata-kata
gununan , upacara dan gerebeg sudah muncul sejak lama . budaya ini terus tumbuh di
tengah terpaan badai moderenisasi yang sangat cepat , namun budaya ini masih eksis
sampai sekarang dan terus dijaga oleh para warganya. Kraton sebagai pusat budaya
sampai saat ini dapat menarik berbagai wisatawan lokal maupun asing untuk datang
dan menyaksikan tradisi yang ada didalamnya . bukan hanya budaya , kraton juga
sebagai pusat estetika,etika filsafat dan bermacam-macam adat.
GEREBEG PADA MASA LALU

Sebagaimana yang kita bahwa gerebeg sduah ada sejak zaman dahulu , dan
kita juga tahu bahwa masyarakat yang ada pada saat itu adalah masyarakat desa yang
mempunyai cirri-ciri pertama masih bersifat homogeny dalam nilai-nilai kebudayaan
serta dalam sikap dan tingkah laku. Disini yang ditekankan adalah pada kebudayaan
yang dimiliki saat itu yaitu upacara grebeg di Yogyakarta , hal itu (upacara)
merupakan upacara tradisional , yang mulanya diselenggarakan oleh masyarakat
agraris . diantara cirri masyarakat agraris adalah hidup statis, dan mengutamakan
produk pertanian , yang berbeda dengan masyarakat modern yang hidupnya selalu
berubah.

Upacara Gerebeg pada masa lalu juga mempunyai empat aspek yang tidak
hilang atau luntur ditelan masa, akan tetapi masih saja bertahan sampai saat ini , yaitu
pertama tempat upacara gerebeg dari dahulu tidak mengalami perubahan , yaitu
diselenggarakan di depan masjid Gedhe Kauman .Kedua , waktu upacaranya sekitar
saat Duha. Ketiga, benda-benda dan alat-alatnya masih ajeg,yaitu gunungan dan
kelengkapanya benda-benda yang dirangkai untuk membuat gunungan tidak
mengalami perubahan, namun pada zaman dahulu benda-benda yang digunakan
dalam gunungan masih susah untuk didapatkan . Keempat adalah orang-orang yang
melakukan dan memimpin upacara, mereka adalah Sultan, Ulama dan masyarakat .
Sultan adalah orang yang mempunyai hajat, ulama adalah orang yang memimpin
pembacaan doa dan rakyat (masyarakat) adalah yang menyaksikan upacara tesebut.

Masyarakat disini dibagi menjadi dua yaitu mereka yang sekedar menonton
untuk keperluan hiburan (rekreasi) dan mereka yang mempunyai kepentingan untuk
ngalap berkah . Upacara ini di laksanakan untuk melestarikan tradisi yang sudah dari
dahulu dibangun oleh para leluhur/para pendahulu . Tradisi ini masih bertahan hingga
sekarang karena adanya kesadaran para warga atau pihak yang terlibat bahwa tradisi
tersrbut dirasa milik bersama , dan menjadi sebuah identitas bagi mereka.
GEREBEG PADA SAAT INI

Gerebeg merupkann salah satu bentuk akulturasi yang disadur dari bahasa
inggris “acculturation atau culture contact” berarti suatu konsep mengenai proses
sosial yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan pada unsure-unsur dari suatu ebudayaan asing sehingga unsur-unsur asing
itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri , tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan penerima tersebut. Grebeg merupakan salah satu
upacara untuk mewujudkan rasa syukur para warga masyarakat . hal ini tentu saja
bisa disebut dengan akulturasi dimana dahulu belum ada bentuk sajen atau gunungan
pada sebuah upacara namun setelah masuknya hindu-budha di Indonesia, hal ini
seolah menyatu menjadi sebuah perpaduan yang menarik . Upacara adalah aspek
ritual atau seremonial yang sangat mendominasi kebudayaan jawa , dan hal itu sering
dikaitkan dengan upanisad yang berasal dari bahasa sansekerta.

Upacara gerebeg pada masa lalu tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan
pada saat ini . Upacara ini menjadi salah satu tradisi yang masih dilakukan hingga
sekarang dan mempunyai khasanah budaya yang menarik bagi warga lokal maupun
warga asing . Namun perubahan sosial budaya juga terjadi dalam tradisi ini , dimana
yang berubah bukan lah bentuk budaya (grebeg-nya) namun, lingkunganya lah yang
berubah . Diatas telah dikatakan bahwa bahan untuk upacara ini pada zaman dahulu
sudah ditemukan , namun sekarang hal itu mudah dilakukan dengan kemajuan
teknologi yang ada . dan dilihat dari segi masyarakat yang menonton , dahulu hanya
orang masyarakat umum , namun sekarang pada era globalisasi , tidak hanya
msayarakat Jogja saja yang menikmati tradisi ini, namun banyak wisatawan asing
yang juga melihat dan bahkan terkagum akan budaya yang dimiliki oleh Indonesia,
khususnya jogjakarta . sekarang , di era globalisasi hal ini cenderung mudah didapati ,
dimana akses internet dan koneksi yang cepat membawa perubahan yang cepat pula ,
namun hal ini juga dapat bernilai positif dan negative, tergantung cara pandang kita
untuk menilai sebuah keadaan . dampak negative bagi kita adalah kita tidak tahu
bahwa wisatawan asing itu hanya sekedar mengamati atau diam-diam ingin meniru
lalu dibawa ke Negara mereka berasal , dan mengklain bahwa kebudayaan itu milik
mereka . dampak positif untuk kita adalah tentu saja dari income yang didapatkan ,
selain itu kita dapat menunjukan bahwa Indonesia mempunyai khasanah budaya yang
beragam , dan Indonesia juga tidak meamandang ras, agama atau apapun dalam
menikmati kebudayaan yang telah ada .

GREBEG DI ERA GLOBALISASI dan MODERNISASI

Globalisasi di abad ini memang begitu cepat berkembang . seperti yang kita
tahu bahwa pengertian globalisasi secara sederhana adalah mendekatkan yang jauh
dan menjauhkan yang dekat yang dimaksut disini adalah ketika sebuah tradisi yang
dahulunya belum ter-ekspose ke berbagai media, sekarang malah sudah menjadi hal
yang umum. Para wisatawan asing yang ingin melihat acara ini , atau mereka
mengetahui acara adalah dengan melalu gadget yang mereka miliki . Dengan
kecanggihan teknologi sekarang apaun dapat dicapai dengan satu genggaman . hal ini
mempunyai dampak positif maupun negative untuk masyarakat Jogjakarta pada
umumnya .

Dan yang tak kalah menerpa ahir-ahir ini adalah arus modernisasi. Namun
disin iterlihat tradisi grebeg masih memperahankan apa yan di bangun sejak awal .
mereka melaksanakan tradiIs ini dari awal memang berfungsi sebagai persembahan ,
ungkapan rasa syukur , yaitu pemberian kucah (sedekah) sultan kepada masyarakat
sebagai tanda syukur Sultan atas rezki yang diberikan Tuhan kepadanya , dan
permohonan ssuatu kepada Tuhan. namun dalam Sosiologi dikenal adanya dua
fungsi , manifest dan laten. Fungsi manifest upacara garebeg adalah sperti yang sudah
disebutkan di awal tadi. Akan tetapi, pada perkembanganya , munculah fungsi laten,
sepeti fungsi agama sosial,budaya ,politik dan ekonomi. Seiring berkembangnya
zaman, fungsi manifest itu dan tidak berubah hingga sekarang . adapun yang
mnegalami perkembangan adalah fungsi aten yang semakin beragam .

PERAN GENERASI MUDA SAAT DALAM MELESTARIKAN BUDAYA

Posisi kebudayaan saat ni , sudah menginjak taraf menghawatirkan . Banyak


dikalangan kita menyadari hal itu namun belum banyak melakukan contoh atau aksi
nyata . tradisi disini , yang dikalangan muda tidak menyadari bahwa ini adalah
identitas bangsa . yang ada ketika kebudayaan kita di klaim dengan budaya lai , kita
baru-baru menyuarakan bahawa itu adalah kebudayaan kita . namun apa yang terjadi
sebelum itu ? yang terjadi adalah kita tidak mau melestarikan budaya kita sendiri
sehingga mudah bagi pihak asing untuk untuk merebut kebudayaan kita .

Hal tersebut kemudian memicu anggapan bahwa tradisional adalah hal-hal yang
berbau kuno dan tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sedangkan
modern mengacu kepada sifat-sifat yang terbarukan (up to date) dan selalu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, maka yang
tradisional dianggap akan tergilas dengan yang modern. Pada kasus perkembangan
seni, banyak orang menganggap bahwa kesenian tradisional akan kalah dengan
kesenian modern karena kesenian modern dianggap lebih mampu dalam hal
memuaskan jiwa atau batin masyarakat. Kesenian modern diartikan sebagai seni yang
lahir mengikuti gerak zaman dan selalu kontemporer (terbarukan).

Disinialah peran generasi penerus bangsa harus lebih dominan ,upaya-upaya mereka
diantara lain adalah dimulai dengan langkah kecil, seperti mulai dari dirimereka
sendiri seperti membangkitkan rasa cinta tanah air , lalu embangkitkan kedaran
mereka akan identitas indonesai . untuk contoh lebih lanjut atau aksi nyata yang
menimbllkan dampak yang luas adalah membuat pagelaran budaya di wilayah
masing-masing yang dimana itu melibatkan seluruh generasi muda yang ada di
wilayah tersebut . hal ini tidak mungkin tidak dapat diwujudkan jika kita sebagai
kawula muda mulai mencintai budaya sendiri , atau istilah dalam bahasa jawa adalah
“nguri-uri budaya jawi” yang berarti adalah mempertahankan budaya sendiri. hal ini
dikarenakan, seperti yang kita tahu bahwa sebagian generasi penerus bangsa sekarang
tidak lagi menghargai atau lebih tepatny tidak tertarik karena kebudayaan ini
dianggap kuno dan tidak kekinian ( sebutan untuk sesuatu yang baru dikalangan
remaja khususnya) .

DAFTAR PUSTAKA

Compare dengan gerebeg

(manusia dan kebudayaan di Indonesia teori dan konsep . dr. hj sofia rangkuti-
hasibunan , M.A , 2002 terbitan dian rakyat , jakrta )

Anda mungkin juga menyukai