Anda di halaman 1dari 27

KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL

DAN WARISAN BUDAYA TAK BENDA


SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

Bandar Lampung, 12 September 2022


Dinas Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung
Pengertian Umum
KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL
Kekayaan Intelektual Komunal yang selanjutnya disingkat KIK
didefinisikan sebagai Kekayaan Intelektual berupa Ekspresi Budaya
Tradisional (EBT), Pengetahuan Tradisional (PT), Sumber Daya Genetik
(SDG), dan Potensi Indikasi Geografis. Secara umum Kekayaan
Intelektual Komunal merupakan Kekayaan Intelektual yang
kepemilikannya bersifat kelompok, berbeda dengan jenis Kekayaan
Intelektual lainnya yang kepemilikannya bersifat eksklusif dan
individual. Kekayaan intelektual komunal merupakan warisan budaya
tradisional yang perlu dilestarikan, hal ini mengingat budaya tersebut
merupakan identitas suatu kelompok atau masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017
tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal
Ekspresi Budaya Tradisional (EBT)
Ekspresi budaya tradisional atau di dalam
Pengertian Ekspresi Budaya wacana tingkat internasional
seringkali digunakan istilah Traditional
Tradisional adalah segala bentuk Cultural Expressions (TCEs) secara
ringkas adalah bentuk-bentuk Ekspresi
ekspresi karya cipta, baik berupa Budaya Tradisional, contohnya dapat
benda maupun tak benda, atau berupa tarian, lagu, kerajinan tangan,
desain, upacara, cerita rakyat atau
kombinasi keduanya yang ekspresi artistik dan budaya tradisional
lainnya. TCEs diturunkan dari satu
menunjukkan keberadaan suatu generasi ke yang lain, dipertahankan,
digunakan dan dikembangkan oleh
budaya tradisional yang dipegang komunitas tersebut. TCEs terus bertumbuh,
secara komunal dan lintas generasi. berkembang dan diciptakan kembali.
TCE bisa berupa benda berwujud (tangible),
tidak berwujud (intangible), atau
yang lebih umum kombinasi dari keduanya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Data
Kekayaan Intelektual Komunal
Pengetahuan Tradisional (PT)
Pengetahuan Tradisional adalah
karya intelektual di bidang a. kecakapan teknik (know how);
b. keterampilan;
pengetahuan dan teknologi yang c. pengetahuan pertanian;
d. pengetahuan ekologis;
mengandung unsur karakteristik e. pengetahuan pengobatan
warisan tradisional yang dihasilkan, termasuk obat terkait dan tata
cara penyembuhan, serta
dikembangkan dan dipelihara oleh pengetahuan yang terkait
dengan Sumber Daya Genetik;
komunitas atau masyarakat f. kemahiran membuat kerajinan
tertentu. tradisional

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi


Manusia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Data
Kekayaan Intelektual Komunal
Pengertian Umum
WARISAN BUDAYA TAK BENDA (WBTB)
Warisan Budaya Tak Benda Indonesia adalah berbagai
hasil praktek, perwujudan, ekspresi pengetahuan dan
keterampilan yang terkait dengan lingkup budaya, yang
diwariskan dari generasi kegenerasi secara terus
menerus melalui pelestarian dan/atau penciptaan
kembali serta merupakan hasil kebudayaan yang
berwujud budaya takbenda setelah melalui proses
penetapan budaya takbenda.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 106 Tahun 2013
tentang Warisan Budaya Tak Benda
Tahapan Penetapan
WARISAN BUDAYA TAK BENDA (WBTB)

Pendaftaran untuk upaya pencatatan WBTB

Pencatatan, kegiatan perekaman tertulis terhadap


usulan pendaftaran WBTB

Penetapan WBTB adalah pemberian status WBTB terhadap karya


budaya usulan

Pelestarian upaya mempertahankan WBTB melalui perlindungan,


pengembangan dan pemanfaatan WBTB dimaksud
Kategori
WARISAN BUDAYA TAK BENDA (WBTB)
Kategori WBTB Indonesia terdiri dari:
- Tradisi dan ekspresi lisan
- Seni pertunjukan
- Adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan perayaan
- Pengetahuan dan kebiasaan prilaku mengenai alam semesta
- Keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional
PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 106 TAHUN 2013


TENTANG
WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA
2013 : Tapis
2014 : Lamban Pesagi, Tari Melinting, Gamolan Pekhing, Muayak,
Sigeh Penguten
2015 : Gulai Taboh, Sekura Cakak Buah, Sulam Usus, Seruit, Cakak Pepadun
2016 : Warahan Lampung, Kakiceran, Maduaro, Tenun Ikat Inuh, Tuping
2017 : Nyambai, Bediom, Tari Bedayou Tulang Bawang
Lampung memiliki banyak daya tarik wisata yang menarik sebagai tujuan kunjungan wisatawan, mulai dari laut
dengan pantai berpasir putih, pulau-pulau dan keindahan bawah laut, deretan gunung dan perbukitan dengan
ngarai, lembah dan air terjunnya, hutan hujan yang menghijau dengan kekayaan flora dan faunanya.

Daya tarik wisata semacam ini tentunya bisa ditemukan juga ditempat lain.
Apa sih yang tidak ada di tempat lain dan hanya ada di Lampung?
Jawabannya :
“WARISAN BUDAYA DAN NILAI KULTUR KEARIFAN
LOKAL MASYARAKAT LAMPUNG”

Inilah yang menjadikan Lampung memiliki daya tarik sendiri.


Lampung yang memiliki dua suku besar yaitu Pepadun dan
Saibatin. Keduanya memiliki adat seni budaya dan tradisi yang
berbeda yang sangat menarik sebagai salah satu suguhan menarik
dalam satu paket kunjungan wisata.

Selain menikmati keindahan alam, wisatawan dapat menyaksikan


dan menikmati Warisan Budaya Provinsi Lampung berupa tradisi
dan seni pertunjukan, adat istiadat, tradisi, menikmati kuliner
khas, nyeruit, bahkan bisa ikut melakukan aktivitas masyarakat
seperti membuat kain Tapis, menari, memainkan alat musik
“Gamolan Pekhing” dan turut serta dalam tradisi perayaan adat.
KORELASI KIK, WBTB
dan DAYA TARIK WISATA
Pariwisata adalah sinergi yang sangat baik bagi perkembangan
kemajuan ekonomi. KIK memberikan upaya perlindungan dari
sisi hukum bagi karya budaya atau ekspresi budaya. Sedangkan
penetapan WBTB adalah memiliki semangat pelestarian karya
budaya yang juga diharapkan memberikan manfaat ekonomi
bagi pelaku karya budaya tersebut. Pelestarian warisan budaya
berupa tradisi, ekpresi lisan, seni pertunjukan, adat istiadat
masyarakat, ritus dan perayaan, pengetahuan dan kebiasaan
serta keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional
merupakan hal-hal yang sangat menarik sebagai daya tarik
wisata yang membedakan Lampung dengan daerah lainnya.
• Arsitektur
• Fashion • Periklanan
• Desain interior • Musik
• Film-animasi-video • Aplikasi
• Desain-komunikasi- • TV
visual (DKV) • Radio
• Fotografi periklanan • Pengembangan
• Desain produk permainan
• Kerajinan (kriya) • Seni pertunjukkan
• Kuliner • Penerbitan
Sentra-sentra ekraf untuk produk KIK dan WBTB
akan menjadi daerah tujuan wisata melengkapi
segmentasi pilihan berwisata.
Begitu juga terciptanya komunitas budaya melalui
pelestarian karya budaya seperti sanggar seni tari, sastra
lisan dan lainnya... Ini pun menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan.

Pada akhirnya pendaftaran pencatatan, inventarisasi,


penetapan karya budaya ekspresi budaya tradisi dan
pengetahuan tradisional adalah juga sejalan dengan upaya
pelestarian budaya melalui tahapan untuk penetapan
WBTB dengan melibatkan pelaku ekraf yg akan berdampak
peningkatan kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung.
“KIK dan WBTB dapat menjadi salah
satu preferensi dan terciptanya
segmentasi wisata yang potensial”
Vloger dari luar Lampung Ningsih Hall (Peneliti dari Monash University Australia)
Belanja Batik Lampung di belanja karya budaya dan KIK Tapis Lampung
Lamban Batik Lampung
Penampilan Band saat Festival
Krakatau 2021 memakai wastra
kikat dan Tapis Lampung
Penampilan Band saat Festival
Krakatau 2022 dengan nuansa
wastra Lampung
Penampilan Band, Menparekraf
dan Gubernur Lampung saat
Festival Krakatau 2022 dengan
nuansa wastra Lampung
Prof. Margaret J. Kartomi dan Dr. Karen,
(peneliti dari Monash University Australia)
saat meneliti Krumung di Lampung Selatan

“jika kita meneliti seni budaya suatu


tempat, maka kita akan dapatkan
wisatanya juga” (Prof. Margaret J. Kartomi)
Ningsih Hall dan Mitchel Molisson
(Peneliti dari Monash University Australia)
Berkesempatan menikmati kuliner khas Lampung “Seruit”
Undangan langsung Prof. Margaret J. Kartomi untuk event
Pekan Budaya Lampung di Melbourne Australia
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai