BAB I
PENDAHULUAN
I. Umum
Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan hasil alam dan budaya-budaya yang
beraneka ragam dan telah diakui oleh dunia. Kekhasan hasil alam dan kebudayaan tersebut
merupakan karya cipta yang telah dimiliki masyarakat Indonesia sejak dahulu atau yang biasa
disebut dengan Kekayaan Intelektual Komunal yang salah satunya adalah Ekspresi Budaya
Tradisional (EBT). Menurut penjelasan ayat (1) Pasal 38 UU No 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta, bahwa yang dimaksud dengan "ekspresi budaya tradisional" mencakup salah satu atau
kombinasi bentuk ekspresi sebagai berikut:
a. verbal tekstual, baik lisan maupun tulisan, yang berbentuk prosa maupun puisi, dalam
berbagai tema dan kandungan isi pesan, yang dapat berupa karya sastra ataupun narasi
informatif;
b. musik, mencakup antara lain, vokal, instrumental, atau kombinasinya;
c. gerak, mencakup antara lain, tarian;
d. teater, mencakup antara lain, pertunjukan wayang dan sandiwara rakyat;
e. seni rupa, baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang terbuat dari berbagai
macam bahan seperti kulit, kayu, bambu, logam, batu, keramik, kertas, tekstil, dan lain-lain
atau kombinasinya; dan
f. upacara adat.
Dalam pasal 38 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
ditegaskan bahwa : Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh Negara ; Negara
wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara ekspresi budaya tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), sehingga jelas bahwa stakeholder EBT seperti misalnya : Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementerian Pariwisata RI, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan HAM RI, Kanwil Kementerian Hukum dan HAM, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tanggungjawab secara sinergis
untuk menginventarisasi, menjaga dan memelihara Ekspresi Budaya Tradisional, meskipun kita
1
perlu menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah yang mengaturnya (ayat (4) pasal 38 UU No. 28
Tahun 2014) agar Kekayaan Intelektual Komunal tersebut dapat mendukung perekonomian
masyarakat yang berbasis kreativitas intelektual menggunakannya secara bersama untuk mencapai
kesejahteraan.
Dalam konteks pelestarian budaya, siapa saja boleh melestarikan produk budaya tradisional.
Baik penduduk asli/lokal maupun orang asing yang tertarik dapat memakai/menggunakan/
mempelajari dan mempertahankan keberadaannya agar tetap ada. Sedangkan dalam konteks
perlindungan hukum, hanya orang yang berhak atau yang mendapat ijin yang dapat memakai/
menggunakan/mempelajari serta mengembangkan suatu produk budaya tradisional tersebut.
Dengan demikian, akan ada pihak-pihak yang dilarang/ dibatasi dalam menggunakan/
pengeksploitasiannya. Penyelarasan kedua kepentingan tersebut perlu diupayakan secara
maksimal dengan
1.
2.
Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada pemangku kebijakan ataupun Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Gresik tentang Perlindungan terhadap Ekspresi Budaya
Tradisional, sehingga SKPD dapat menyusun program kegiatan yang berpihak kepada
masyarakat.
IV. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah menginventarisir dan mengidentifikasi Ekspresi Budaya Tradisional yang
berasal dari wilayah daerah Kabupaten Gresik sekaligus memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional kepada aparatur Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gresik.
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
I.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Inventarisasi KIK - Ekspresi Budaya Tradisional ini dilaksanakan sebagai salah
satu bentuk Rencana Aksi Kementerian Hukum dan HAM RI yang harus dilaksanakan oleh
jajaran Kanwil Kementerian Hukum dan HAM. Tugas ini pun telah tertuang dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, sehingga Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Timur mempunyai tanggung jawab agar Ekspresi Budaya Tradisional di wilayah
Jawa Timur dapat terinventarisir dengan baik.
Inventarisasi KIK EBT dilaksanakan di Kabupaten Gresik dimana dalam hal ini yang
menjadi informan utama adalah Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Pemerintah Kabupaten Gresik pada hari Selasa tanggal 13 Oktober 2015 dengan petugas
penginventarisir atas nama :
1. Mustiqo Vitra Ardhiansyah, MH., MSi.
2. Olga Ceria, S. Kom
Kegiatan inventarisir dilaksanakan selama 1 (satu) hari langsung ditujukan kepada Informan
utama yaitu Dinas Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kabupaten
Gresik sebagai pemangku kebijakan terhadap pengorganisasian para seniman dan budayawan di
wilayah Kabupaten Gresik. Inventarisir tersebut dilakukan dengan 3 (tiga) metode yaitu dengan
cara: wawancara, pengisian kuesioner dan pengumpulan data pendukung (copy data).
Pada saat pelaksanaan kegiatan petugas menemui Pejabat Dinas Dinas Kebudayan,
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kabupaten Gresik, Ibu Dwi Indrawati P., beliau
adalah Kepala Bidang Kebudayaan Daerah, dan didampingi pejabat lainnya. dimana dari beliau
kami memperoleh banyak informasi mengenai Ekspresi Budaya Tradisional khas daerah
kabupaten Gresik yang menjadi unggulan daerah (data terlampir) saat pameran, pagelaran atau
event pariwisata dan promosi daerah. Beberapa topik pembicaraan utama yang kami lakukan
pada saat itu adalah :
1. Macam dan jenis Ekspresi Budaya Tradisional khas daerah Kabupaten Gresik.
2. Jumlah budayawan, seniman, kelompok-kelompok kebudayaan atau kesenian yang terdapat
di wilayah Kabupaten Gresik.
3. Kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gresik untuk melindungi
Ekspresi Budaya Tradisional khas daerah tersebut.
4. Pameran kebudayaan, event, pagelaran dan promosi wisata budaya nasional atapun
internasional yang diikuti oleh Pemerintah/ masyarakat Kabupaten Gresik.
5. Upaya perlindungan kekayaan intelektual bagi kekayaan intelektual komunal yang dimiliki
oleh masyarakat Kabupaten Gresik.
Pada pembicaraan yang cukup kondusif tersebut kami baik secara langsung ataupun tidak
langsung berusaha untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam Undangundang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
II.
Tradisi Jomblang
Grebeg Surowiti
b.
c.
Pencak Macan
Tradisi kesenian pencak macan ini pada awalnya merupakan tradisi yang digunakan
sebagai prosesi arak-arakan (pengiring) dalam temu pengantin. Arak-arak tersebut
5
dimulai dari kediaman mempelai pria menuju mempelai wanita. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman, pencak macan ini sering ditampilkan dalam berbagai event seni
budaya khas Gresik sebagai penyambut (palang pintu) ketika tokoh penting Gresik
(Bupati) akan memasuki gerbang tempat penyelenggaraan event tersebut.
d. Rebo Wekasan
Rebo Wekasan adalah sebuah upacara unik yang hanya ada di desa Suci, Kecamatan
Manyar, Kabupaten Gresik. Diadakanya setiap hari Rabu terakhir, dan hanya di bulan
Sapar. Wekas itu ternyata berasal dari evolusi kata Pamungkas, syahdan Sunan Giri
memerintahkan salah
kepemimpinan yang kuat buat menyiarkan agama Islam disekitar pebukitan yang agak
jauh dari wilayah Giri. Daerah yang dipilih Sunan Giri adalah Desa Paleman, sebuah
bukit kapur yang tandus dan gersang.
e.
6. Dari dialog dan wawancara dapat diketahui bahwa Pemerintah Gresik belum memiliki karya
seni batik khas Gresik yang biasanya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa
Timur. Gresik juga belum memiliki data base elektronik Ekspresi Budaya Tradisional baik
yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, ataupun Dinas
Informasi dan Komunikasi.
7. Kuesioner dan data dukung terlampir
III.
IV.
Upaya Penyelesaian
1.
Koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten/Kota perlu dibina
sejak dini sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan akurat. Pemberitahuan dapat
terlebih dahulu disampaikan melalui surat dinas atau menghubungi terlebih dahulu melalui
telepon.
2.
Dinas Kebudayaa Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kabupaten Gresik tetap
melakukan berbagai kegiatan pemajuan dan perlindungan budaya tradisional yang
dimilikinya dengan menjalin kerjasama dengan pihak swasta baik secara formal ataupun
informal.
BAB III
PENUTUP
Pelaksanaan inventarisasi Kekayaan Intelektual Komunal Ekspresi Budaya Tradisional pada
hari Selasa tanggal 13 Oktober 2015 di Kabupaten Gresik dapat berjalan dengan baik. Banyak
informasi yang kami peroleh tentang macam dan jenis Ekspresi Budaya Tradisional yang berasal
dari Kabupaten Gresik. Kendala-kendala yang dialami oleh Pemerintah Kabupaten Gresik untuk
melindungi seni budaya khas yang dimilikinya menjadi bahan masukan yang berharga bagi Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur atau Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
Kementerian Hukum dan HAM RI. Tak terkecuali bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur agar dapat
menyusun program kegiatan yang mendorong terwujudnya kebijakan atau produk hukum
(peraturan) yang dapat memberikan perlindungan terhadap Ekspresi Budaya Tradisional
Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
Petugas II
Mengetahui :
KEPALA DIVISI PELAYANAN HUKUM DAN HAM