Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepariwisataan merupakan salah satu industri strategis di dunia. Hal ini
disebabkan sebagian negara-negara yang ada di dunia mendapatkan devisa
dari sektor kepariwisataan. Kepariwisataan juga merupakan kegiatan yang
strategis jika ditinjau dari segi pengembangan ekonomi dan sosial budaya
karena kepariwisataan mendorong terciptanya lapangan pekerjaan,
perkembangan investasi, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan
kualitas masyarakat dan dapat menanamkan rasa cinta tanah air terhadap
nilai-nilai budaya bangsa. (Suyitno, 2013:68), http://ejournal.stipram.net/
Volume 7 Nomor 2 Mei 2013.
Pembangunan kepariwisataan di Indonesia juga didukung oleh potensi
yang dimilikinya baik dari kekayaan alam, sejarah maupun sosial-budaya.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 dijelaskan bahwa potensi
pariwisata nasional yang dimanfaatkan menjadi objek dan daya tarik wisata
dapat berupa keadaan alam, flora, fauna, kebudayaan nasional dan
kebudayaan daerah baik yang berwujud ide, kehidupan sosial, maupun berupa
benda hasil karya manusia yang perlu dijaga kelestariannya. Potensi wisata
sejarah yang dimiliki Indonesia sendiri merupakan salah satu kekayaan yang
cukup beragam, mulai dari peninggalan jaman pra-sejarah hingga masa
penjajahan Belanda dan Jepang.
Menurut Moch. Nur Syamsu (2018:71) dengan link
http://ejournal.stipram.net/ mengatakan bahwa Indonesia memiliki beragam
kekayaan yang dapat menjadi aset pariwisata seperti keragaman budaya, adat
kebiasaan, keragaman etnis dan suku, serta potensi-potensi wisata yang
berupa buatan mempunyai peluang yang luar biasa untuk dikembangkan,
serta destinasi wisata alam yang sangat banyak dan belum banyak
dimanfaatkan. Potensi wisata adalah semua obyek (alam, budaya, buatan)

1
yang memerlukan penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi
wisatawan.
Dunia pariwisata mulai disadari sebagai peluang baru di sekitar bisnis
dan perdagangan Industri pariwisata yang mempunyai potensi cukup besar
karena mendatangkan devisa yang besar bagi Negara Indonesia. Hal tersebut
sangat dapat menunjang tingkat kesejahteraan hidup rakyat
(Suhendroyono;2016). http://ejournal.stipram.net/.
Sebagai salah satu sektor andalan yang diharapkan mampu memberikan
sumbangan devisa bagi Negara pada saat ini dan pada masa datang,
pariwisata memiliki kerentanan terhadap faktor-faktor lingkungan alam,
keamanan, dan aspek global lainnya (Primantoro, 2015:12).
Daya tarik wisata adalah sesuatu yang menarik dan menyebabkan
wisatawan berkunjung ke suatu tempat atau daerah, daya tarik tersebut
biasanya berupa obyek-obyek yang jarang terjadi dan dilihat setiap hari.
(Moch.Nur Syamsu, 2018:75). http://ejournal.stipram.net/
Wisatawan memiliki preferensi tertentu dengan atraksi yang disajikan
sehingga atraksi harus dikembangkan dan dikelola sesuai dengan potensi desa
sehingga mampu memenuhi apa yang diharapkan oleh wisatawan” (Aditha.
Agung P, 2015). http://ejournal.stipram.net/
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti
cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai
singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah
yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam
bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera.
Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu
sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah
alam. Sedangkan Warisan adalah suatu peninggalan yang berupa harta benda
yang dimiliki oleh seseorang setelah pewaris meninggal dunia. Segala
peninggalan harta benda seseorang yang sudah meninggal dunia merupakan

2
milik ahli waris menurut undang-undang, melalui surat wasiat. Dalam
pembagian warisan tentunya sudah diatur dalam undang-undang mengenai
siapa yang berhak mewarisi, berapa besar atau banyak benda yang akan
diwariskan. Jadi dapat disimpulkan bahwa warisan budaya adalah suatu
peninggalan yang diturunkan secara turun temurun yang berupa suatu
kegiatan atau kebiasaan (tak–benda) oleh leluhur. (Tejo Bagus Sunaryo,
2015:95) http://ejournal.stipram.net/
Tahuri adalah nama jenis alat musik tiup (aerophone) tradisional
Maluku, yang terbuat dari kulit kerang laut atau lazim disebut kulit bia dalam
panggilan keseharian masyarakat Ambon. Musik Tahuri ini terdapat di Negeri
Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon. Negeri Hutumuri
merupakan salah satu negeri pesisir di Kecamatan Leitimur Selatan Kota
Ambon, dan satu-satunya daerah di Pulau Ambon yang sejak dahulu hingga
kini masih melestarikan musik Tahuri. Negeri Hutumuri pula merupakan
tempat asal mula atau tempat lahirnya musik Tahuri. Musik Tahuri di Negeri
Hutumuri adalah jenis musik yang bersumber dari nilai budaya dan adat-
istiadat setempat, karena ketika ditinjau dari sejarah terciptanyana musik
Tahuri, yaitu berawal dari kegitan adat yang di dalamnya terdapat Tahuri
yang fungsinya sebagai alat komunikasi yang bernilai sakral bagi masyarakat
adat dalam upacara-upacara adat tertentu, misalnya pelantikan raja.
Kesakralannya dalam upacara adat, yaitu bahwa bagi masyarakat adat yang
menggunakan Tahuri diyakini dapat 2 mendatangkan arwah-arwah para
leluhur mereka (wawancara Charolis Horhoruw, Hutumuri 21 Agustus 2012.)
(Fridolin. L. Muskitta, 2014). http://repository.isi-ska.ac.id/270/1/TESIS
%20FRIDOLIN.pdf
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui cara melestarikan alat musik tradisional Tahuri sehingga mampu
menentukan strategi pelestarian yang tepat. Oleh karena itu penulis
menentukan judul artikel ilmiah ini adalah “Upaya Pelestarian Alat Musik
Tahuri Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Hutumuri di Ambon,
Maluku”.

3
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang diatas, maka penulis membuat beberapa
rumusan masalah antar lain :
1. Bagaimana peran masyarakat Hutumuri untuk melestarikan alat musik
Tahuri?
2. Bagaimana peran Pemerintah dalam melestarikan alat musik Tahuri di
Hutumuri?

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan diatas, maka
penelitian ini memfokuskan pada pembahasan mengenai peran serta
masyarakat dan pemerintah dalam melestarikan alat musik Tahuri agar
dapat menjadi salah satu warisan budaya Indonesia di Kota Ambon,
Maluku.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya pelestarian
wisata budaya alat musik tradisional “TAHURI” dan dapat melestarikannya
sebagai salah satu warisan budaya Indonesia di Ambon, Maluku.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis adalah:
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk menerapkan ilmu
yang diperoleh dalam perkuliahan dan menambah wawasan yang
berhubungan dengan hasil penelitian.
2. Bagi akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan
dalam melakukan penelitian sejenis atau yang berkaitan di masa
mendatang.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana tambahan
bagi pengetahuan pariwisata di Desa Hutumuri.

4
BAB II
LANDASAN TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN

A. LANDASAN TEORI
1. Pariwisata
Istilah kepariwisataan yang berasal dari akar kata wisata yang
diberikan batasan sebagai: kegiatan perjalanan yang dilaukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mnegunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembngan pribadi, atau memplajari keunikan
daya tarik wisata yang dikinjungi dalam jangka waktu sementara.
(Sunaryo, 2013:1)
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata seperti sektor
perdagangan, hotel, restoran dan kunjungan wisatawan. (Rosalina dan
Yerika, Mei 2018) http://ejournal.stipram.net/
Pariwisata merupakan aktivitas pelayanan produk dan hasil industri
pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi
wisatawan. Unsur pembentuk pegalaman perjalanan bagi wisatawan yang
utama adalah adanya daya tarik dari suatu tempat atau lokasi. (Dra.
Damiasih, Ria Eka Yunita:2017:26) http://ejournal.stipram.net/
Didalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, dinyatakan bahwa: Pariwisata adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.
Berdasarkan pendapat-pendapat dan para ahli tersebut maka
penulis dapat memberikan pengertian bahwa pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari satu tempat ke
tempat lain yang mempunyai obyek dan daya tarik wisata yang

5
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah
daerah.
Suatu objek dikatakan memiliki daya tarik wisata jika memiliki
kriteria keunikan, keindahan, atau makna tertentu. (Eko Sugiarto, 2017).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
(UU 10/2009) disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

2. Kebudayaan
Menurut Rencana Induk Nasional Pembangunan Kebudayaan
Tahun 2010-2025, di dalam Kebudayaan Indonesia terdapat seperangkat
sistem yang membentuk dan menjalankan keberlangsungan kebudayaan
Indonesia. Untuk itu, definisi kebudayaan, kebudayaan Indonesia, dan
sistem kebudayaan Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya
manusia yang dikembangkan melalui proses belajar dan adaptasi
terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan
hasil karya bangsa Indonesia.
c. Sistem kebudayaan Indonesia adalah keseluruhan proses dan hasil
interaksi sistemik dari budaya keagamaan, budaya kebangsaan,
budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait
satu sama lain dan dinamis menuju ke arah kemajuan peradaban
bangsa Indonesia.
d. Unsur-unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian dari suatu
perangkat atau sistem kebudayaan dengan sifat yang berbeda-beda
yang terkait satu sama lain. Keterkaitan satu dengan yang lain tersebut
membentuk satu kesatuan, yang mencakup sepuluh elemen, yaitu: (1)

6
mata pencaharian, (2) pengetahuan dan teknologi, (3) komunikasi, (4)
organisasi sosial, (5) kesenian, (6) keagama-an, (7) pendidikan, (8)
kesehatan, (9) tata boga, dan (10) tata busana. Varian budaya dalam
kesepuluh unsur inilah yang memberikan corak pada masing-masing
kebudayaan, dan dalam hal ini adalah kebudayaan Indonesia.
Kebudayaan Indonesia ini dimengerti sebagai keseluruhan gagasan,
perilaku, dan hasil karya bangsa Indonesia. Kesepuluh unsur
kebudayaan tersebut di atas, tidak berdiri sendiri sebagai variabel
bebas, melainkan berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang
lainnya, sehingga membentuk suatu sistem kebudayaan tertentu.
Sistem kebudayaan dapat dimengeri sebagai keseluruhan proses dan
hasil interaksi dari unsur-unsur kebudayaan yang saling terkait dan
bersifat dinamis. Keseluruhan unsur kebudayaan di atas berkumpul
dalam elemen-elemen tertentu yang juga saling mempengaruhi dalam
satu sistem kebudayaan Indonesia. Setidaknya ada lima elemen utama
yang dianggap erat hubungannya dalam membentuk kebudayaan
Indonesia, yaitu (1) Budaya Keagamaan, (2) Budaya Kebangsaan, (3)
Budaya Tempatan, (4) Budaya Kesukuan, dan (5) Budaya Dunia.
Ilustrasi model di bawah ini memberikan penjelasannya secara
sederhana.
e. Kebudayaan sendiri didefinisikan sebagai keseluruhan gagasan,
perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan melalui proses
belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai
pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
f. Sistem Kebudayaan adalah keseluruhan proses dan hasil interaksi
sistemik dari budaya keagamaan, budaya kebangsaan, budaya
kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait satu
sama lain dan dinamis menuju ke arah kemajuan peradaban bangsa.
g. Dari definisi kebudayaan di atas, dapat dijabarkan bahwa terdapat 2
(dua) kategori kebudayaan di Indonesia, yaitu kebudayaan sebagai
tuntunan dan kebudayaan sebagai tontonan. sebagai tuntunan terkait

7
dengan nilai, sedangkan sebagai tontonan menjadi bagian dari sumber
ekonomi. Budaya sebagai tontonan inilah yang diangkat menjadi daya
tarik wisata budaya. (Iwan Darmawan, 2015:46-47)
http://ejournal.stipram.net/
Dikutip dari jurnal kepariwisaatan milik Iwan Darmawan, halaman
48 dengan link https://ejournal.stipram.net/ Volume 9 nomor 2 Mei 2015,
dalam beberapa literatur disebutkan bebrapa definisi dari wisata budaya.
Dari the 1976 ICOMOS Charter on Cultural Tourism menyebutkan
bahwa: “CULTURAL TOURISM” is that form of tourism whose object
is, among other aims, the discovery of monuments and sites. It exerts on
these last a very positive effect insofar as it contributes - to satisfy its
own ends - to their maintenance and protection. This form of tourism
justifies in fact the efforts which said maintenance and protection
demand of the human community because of the socio-cultural and
economic benefits which they bestow on all the populations concerned.
Wisata Berbasis Budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata
yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini
dibedakan dari minat-minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata
petualangan.
Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan
wisatawan, yaitu: (1) Bahasa (language), (2) Masyarakat (traditions), (3)
Kerajinan tangan (handicraft), (4) Makanan dan kebiasaan makan (foods
and eating habits), (5) Musik dan kesenian (art and music), (6) Sejarah
suatu tempat (history of the region), (7) Cara Kerja dan Teknolgi (work
and technology), (8) Agama (religion), yang dinyatakan dalam cerita atau
sesuatu yang dapat disaksikan, (9) Bentuk dan karakteristik arsitektur di
masing-masing daerah tujuan wisata (architectural characteristic in the
area), (10) Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes),
(11) Sistem pendidikan (educational system), dan (12) Aktivitas pada
waktu senggang (leisure activities).

8
Daya tarik wisata memiliki cakupan yang sangat luas. Hampir
semua yang memiliki kriteria keunikan, keindahan, dan makna tertentu
bisa menjadi sebuah daya tarik wisata. (Eko Sugiarto, 2016:16)
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu baik berupa ciptaan Tuhan
maupun hasil karya manusia yang memiliki keunikan, keindahan, dan
makna tertentu sehingga menarik minat orang untuk berkunjung dan
menikmati keberadaannya (Axioma, 2006:15; Warpani dan Warpani,
2007:45; Tim Redaksi, 2010:9). Dengan demikian, suatu objek dikatakan
memiliki daya tarik wisata jika memiliki kriteria keunikan, keindahan,
atau makna tertentu, mengutip dari jurnal kepariwisataan milik Eko
Sugiarto halaman 12 di link https://ejournal.stipram.net/ Volume 11
nomor 2 Mei 2017.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
(UU 10/2009) disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu
yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Daya Tarik Wisata Budaya adalah daya tarik wisata berupa hasil
olah cipta, karsa, dan rasa manusia sebagai makhluk budaya. (PP Nomor
50 tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional) Daya Tarik Wisata budaya selanjutnya dapat dijabarkan,
meliputi :
a. Daya Tarik Wisata budaya yang bersifat berwujud (tangible), yang
berupa antara lain:
1) Cagar Budaya, yang meliputi: (a) benda cagar budaya adalah benda
alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak
bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagianbagiannya,
atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan
dan sejarah perkembangan manusia, contoh: keris, gamelan, dan
sebagainya (b) bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang
terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk

9
memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/ atau tidak berdinding,
dan beratap. (c) struktur cagar budaya adalah susunan binaan yang
terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam,
sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia. (d)
situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di
air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,
dan/atau struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau
bukti kejadian pada masa lalu. (e) kawasan cagar budaya adalah
satuan ruang geografis yang memiliki 2 (dua) situs cagar budaya
atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri
tata ruang yang khas. 1) Perkampungan tradisional dengan adat dan
tradisi budaya masyarakat yang khas, contoh: Kampung kotagede
dan sebagainya.
2) Museum, contoh: Museum Perjuangan, Museum Ulen Sentalu, dan
sebagainya.
b. Daya Tarik Wisata bersifat tidak berwujud (intangible), yang berupa
antara lain :
1) Kehidupan adat dan tradisi masyarakat dan aktifitas budaya
masyarakat yang khas di suatu area/tempat, contoh: sekaten dan
sebagainya.
2) Kesenian, meliputi seni rupa dan seni pertunjukan

3. Pelestarian Cagar Budaya


Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010,
tentang 48 JURNAL Kepariwisataan Volume 9 Nomor 2 Mei 2015 : 43 –
60. Cagar Budaya yang dimaksud dengan Cagar Budaya adalah warisan
budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

10
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/ atau kebudayaan melalui proses
penetapan.
Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan
keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya. Pelindungan adalah upaya
mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau
kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi,
Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya. Pengembangan adalah
peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta
pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara
berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian.
Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan
sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan
kelestariannya.

B. METODOLOGI PENELITIAN
1. Spesifikasi
Penulis membahas tentang Destinasi Wisata untuk menarik garis
linier antara jurnal ilmiah Domestic Case Study berjudul “Nilai Budaya
Negeri Hutumuri di Ambon” dan Foreign Case Study yang berjudul
“Nilai Kebudayaan Masyarakat Thailand” maka dalam penulisan
artikel ilmiah ini, penulis mengambil judul “Upaya Pelestarian Alat
Musik TAHURI Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Hutumuri di
Ambon Maluku” Penulis mengambil judul tersebut untuk membuat
keterkaitan tema dalam pembahasan yang menitik beratkan tentang
Kebudayaan.
2. Jenis Penelitian
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin. Metodologi juga
merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian
merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan

11
sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan
jawaban.
a. Pendekatan Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan
dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
b. Pendekatan Kualitatif
Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang
lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap
suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian
generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik
analisis mendalam (indepth analysis), yaitu mengkaji masalah secara
kasus perkasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu
masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya.
Maka dari itu penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif karena penelitian ini menganalisis upaya pelestarian
alat musik tradisional Tahuri agar dapat menjadi warisan budaya
masyarakat Hutumuri di Ambon, Maluku.
3. Materi Penelitian
Tahuri adalah nama jenis alat musik tiup (aerophone) tradisional
Maluku, yang terbuat dari kulit kerang laut atau lazim disebut kulit bia
dalam panggilan keseharian masyarakat Ambon. Musik Tahuri ini
terdapat di Negeri Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon.
Negeri Hutumuri merupakan salah satu negeri pesisir di Kecamatan
Leitimur Selatan Kota Ambon, dan satu-satunya daerah di Pulau Ambon
yang sejak dahulu hingga kini masih melestarikan musik Tahuri. Negeri
Hutumuri pula merupakan tempat asal mula atau tempat lahirnya musik

12
Tahuri. Musik Tahuri di Negeri Hutumuri adalah jenis musik yang
bersumber dari nilai budaya dan adat-istiadat setempat, karena ketika
ditinjau dari sejarah terciptanyana musik Tahuri, yaitu berawal dari
kegitan adat yang di dalamnya terdapat Tahuri yang fungsinya sebagai
alat komunikasi yang bernilai sakral bagi masyarakat adat dalam
upacara-upacara adat tertentu, misalnya pelantikan raja. Kesakralannya
dalam upacara adat, yaitu bahwa bagi masyarakat adat yang
menggunakan Tahuri diyakini dapat mendatangkan arwah-arwah para
leluhur mereka (wawancara Charolis Horhoruw, Hutumuri 21 Agustus
2012).
Berdasarkan latar belakang penggunaan Tahuri dalam upacara adat,
maka muncullah ide oleh tokoh-tokoh seniman setempat untuk
menjadikan Tahuri sebagai alat musik. Ide ini berkembang karena
diketahui masing-masing Tahuri yang dipakai untuk upacara adat,
memiliki bunyi yang berfariasi, dari suara rendah sampai tinggi. Dengan
demikian melalui tangan-tangan yang trampil, yaitu oleh Bapak
Dominggus P. Horhoruw (alm) maka terciptalahx musik Tahuri.
(Fridolin. L. Muskitta, 2014) http://repository.isi-ska.ac.id/270/1/TESIS
%20FRIDOLIN.pdf
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melaksanakan penelitian pada bulan Oktober tahun 2019 di
Desa Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kabupaten/Kota Ambon,
Provinsi Maluku.
5. Jenis Data
1. Jenis Data
Menurut sumbernya, data penelitian di golongkan sebagai data
primer dan data sekunder yaitu :
a. Data Primer
Data primer, atau data tangan pertama, adalah data yang
diperoleh lansung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat

13
pengukuran atau alat pengambilan data lansung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari. (Saifuddin, 2015:91)
b. Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang di
peroleh lewat pihak lain, tidak lansung di peroleh oleh peneliti dan
subjek penelitiannya. (Saifuddin, 2015:91)
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam
melakukan penelitian, karena data yang terkumpul akan dijadikan bahan
analisis dalam penelitian.
a. Observasi
Mengamati secara langsung-tanpa mediator-sesuatu objek untuk
melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut.
Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan dan pencatatan
secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat
dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang
sedang dilakukan.
b. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan
informan untuk mendapatkan informasi-informasi tambahan yang
berkaitan dnegan penelitian ini.
c. Kuesioner
Teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang
atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan
dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis:2008:66).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi desain
interior dari responden.
d. Dokumentasi

14
Mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis dengan cara
membaca literatur, tulisan, maupun dokumen yang dianggap peneliti
berkenan dengan penelitian yang sedang diteliti.
7. Teknik Pengelolaan Data
a. Reduksi data
Reduksi data adalah data yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Mereduksi data berarti berarti merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan. (Sugiyono:2015:338).
b. Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam bentuk penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Sedangkan dalam penelitian
kuantitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik
phie chart, pictogram dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data,
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami
tersebut. (Sugiyono:2015:341)
c. Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

15
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. (Sugiyono:2015:345)
d. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila
peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi
teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
(Sugiyono:2015:330)
8. Analisis Data
a. Teori SWOT
Analisis SWOT adalah alat analisis yang umumnya digunakan
untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai faktor secara
strategis berdasarkan intuisi (pemahaman dan pengetahuan) expert
terhadap suatu objek.
Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan
kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor
lingkungan internal berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan
eksternal berupa peluang peluang dan ancaman yang dihadapi oleh
perusahaan atau dianggap perusahaan.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal, yang
berupa peluang dan ancaman, dengan faktor internal, yang berupa
kekuatan dan kelemahan, sehingga dari hasil analisisnya dapat diambil
suatu keputusan strategis bagi perusahaan atau dianggap perusahaan.
(Utama dan Mahadewi, 2012:150).

16
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Kota Ambon

( Gambar 1. Peta Pulau Ambon )


Maluku di timur Nusantara dengan keindahan alam dan kekayaan
budaya  menjadikannya sebagai  daerah wisata yang sangat menjanjikan.
Dengan karakter kepulauan, Maluku memunculkan alam  laut dan pantai
sebagai objek dominan. Dominasi objek pantai dan laut dapat dijumpai di
Ambon.  Ada banyak sekali pantai yang berpotensi menjadi tempat wisata.
Dengan latar alam hijau, perbukitan disertai perairan dengan alam bawah laut
yang mempesona, sudah pasti menggoda para wisatawan. Jika pesona wisata
di Ambon dikelola secara tepat, tentu akan menjadikan Kota Manise sebagai
tujuan wisata pantai dengan ragam pilihan.
Kota Ambon merupakan pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan
bagi wilayah Kepulauan Maluku. Dari antara beberapa pelabuhan di kota,
Pelabuhan Yos Sudarso menjadi pelabuhan utama kota dan provinsi. Kota
disebut sebagai pusat pariwisata karena menawarkan beragam jenis wisata,
mulai dari alam, budaya, bahari, hingga kuliner. Keberadaan Ambon sebagai
pusat pendidikan bisa dilihat dari penyelenggaraan pesta pendidikan, rata-rata

17
lama sekolah yang tinggi, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan
sejak zaman penjajahan. 
Kota ini pun memiliki PDRB terbesar dan PDRB per kapita tertinggi di
Maluku. Selain menyandang gelar sebagai kota musik Indonesia, Ambon
merupakan kota pertama di Asia Tenggara yang dianguerahi sebagai Kota
Musik Dunia oleh UNESCO.
Penduduk Ambon dapat dikatakan unik karena Ambon merupakan kota
yang majemuk karena memiliki rakyat dari berbagai suku bangsa, agama, dan
ras. Mayoritas masyarakat Ambon berasal dari suku Ambon, suku setempat.
Meskipun demikian, persatuan keberagaman ini pernah diguncang oleh
beberapa pertikaian politik yang menimbulkan kerusuhan besar dengan
mengikusertakan agama seperti pada 1999. Pada tahun 2016, Ambon
memiliki perkiraan penduduk sebesar 427.934 jiwa dan hal ini menjadikan
Ambon kota terbesar di provinsi dengan sumbangan penduduk sebesar 24,9%
di provinsi. Menurut Sensus Penduduk 2010, 92,4% masyarakat kota tinggal
di kawasan perkotaan, sedangkan sisanya di kawasan perdesaan.
Ambon memiliki beragam peninggalan sejarah, mulai dari masa
megalitik hingga Jepang di delapan desanya yang masih terpelihara dengan
baik. Peninggalan-peninggalan tersebut beragam, mulai dari pangkalan
militer peniggalan Jepang, masjid jami kota, hingga bom peninggalan Perang
Dunia II. Kota ini pun memiliki banyak peninggalan Belanda dan Portugis
karena Ambon kaya akan pala dan cengkih yang didambakan orang Eropa
pada masanya. Pada umumnya, peninggalan bangsa Eropa di Pulau Ambon
berupa benteng.
Kota Ambon terletak di sebelah selatan dari Pulau Ambon dengan luas
keseluruhan sebesar 377 km2 atau dua perlima dari luas Pulau Ambon. Luas
ini terdiri dari luas daratan sebesar 359,45 km2 dan perairan sebesar
17,55 km2 dengan garis pantai sepanjang 98 km. Kota ini dibelah oleh Teluk
Ambon sehingga berada dalam lengkungan yang berbentuk huruf U. Sisi
timur kota berbatasan dengan Salahutu, Maluku Tengah, sisi selatan dengan
Laut Banda dan barat dan utara dengan Leihitu, Maluku Tengah. Kota ini

18
mencakup 46,38% dari seluruh tanah Pulau Ambon. Menurut teleponnya,
Kota Ambon mencakup wilayah kode telepon +62 911, sedangkan Kota
Ambon mencakup wilayah kode pos 97129–97237.
Kota Ambon memiliki luas daratan 359,45 km2. Karena letaknya di
pulau busur vulkanis, 73% wilayah kota merupakan
daerah perbukitan dengan kemiringan lereng terjal (30–45°) hingga sangat
terjal (>45°) dan hanya sekitar 17% dari wilayah daratannya yang dapat
dikelompokkan datar atau landai dengan kemiringan kurang dari 30°.
Secara astronomis, Kota Ambon terletak di 3° 34' 8,40"–3° 47'
42,00" LS dan 128° 1' 33,60"–128° 18' 3,60" BT. Ambon beriklim hutan
hujan tropis (Köppen: Af), serupa dengan iklim sebagian besar
wilayah Indonesia dan Maluku Tengah. Iklim hutan hujan tropis Ambon
dapat dilihat dari banyaknya hutan hujan tropika di kota yang sempat terbakar
berkali-kali, namun muncul kembali karena kuatnya pengaruh iklim Af dan
dorongan curah hujan yang tinggi. Hujan mengalami kepuncakannya di kota
pada akhir Juni maupun sepanjang Juni hingga Juli, bahkan
mengalahkan curah hujan Bogor, kota hujan yang hanya 442 mm. Rata-rata
tertinggi suhu tertinggi yang terekam adalah 30,9°C, sedangkan rata-rata
terendah suhu terendahnya 23 °C.
Suku mayoritas di kota adalah suku Ambon, suku yang mendiami Pulau
Ambon dan pulau sekitarnya yang merupakan keturunan suku Alifuru. Kota
ini pun memiliki penduduk dari berbagai macam suku bangsa karena kota ini
telah dinominasikan menjadi kota terbuka bersama dengan 29 kota lainnya di
Indonesia. Selain itu, keberagaman suku bangsa kota disebabkan
oleh Maluku yang menjadi daerah tujuan transmigrasi. Untuk menjaga
kebhinekaan suku bangsa yang mendiami kota agar tetap harmonis dan
menegaskan bahwa Kota Ambon ini kota paling toleran serta terbuka, pemkot
membangun perkampungan multietnis. Suku dan etnis lainnya adalah Arab,
Buton dan Tionghoa yang ada pada mulanya datang untuk berdagang.
Disamping itu, terdapat pula suku Minahasa, Jawa dan Minang yang telah
lama datang ke Ambon.

19
Kota Ambon Menurut Kanwil Kementrian Agama Provinsi Maluku
pada tahun 2015, kelompok agama terbesar adalah Kristen (57,68%) yang
terbagi menjadi Protestan (50,54%) dan Katolik (7,14%), diikuti Islam
(41,99%), Hindu (0,17%) dan Buddha (0,16%).
Kota Ambon berdiri dengan dasar hukum UU Nomor 60 Tahun 1958
yang diluncurkan pada 17 Juli 1958. Kota Ambon merupakan bagian
dari Provinsi Maluku. Kota Ambon berstatus sebagai salah
satu kota di Indonesia. Layaknya seperti kota-kota lain di Indonesia,
administrasi kota terbagi menjadi tiga tingkatan: kota, kecamatan,
dan keluruhan serta desa. Sebagai bagian dari Kepulauan Maluku, sebagian
desa di kota pun dikenal dengan istilah negeri.
Secara administratif wilayah Kota Ambon dibagi menjadi
5 kecamatan. 5 kecamatan tersebut terbagi lagi menjadi
50 kelurahan dan desa. Kecamatan terbesar adalah Sirimau dengan penduduk
sebesar 178.611 jiwa, sedangkan kecamatan terkecil adalah Leitimur
Selatan dengan penduduk sebesar 11.862 jiwa pada 2016.
Kota Ambon merupakan salah satu kota terdidik di Indonesia. Hal ini
dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah selama 11,64
tahun, menyamai Singapura dan Prancis dan harapan sekolah selama 15,9
tahun yang mendekati Negara Swiss pada 2016. Dengan demikian, dari kedua
aspek tersebut kota telah menyamai negara-negara maju lainnya. Kota
Ambon memiliki pendidikan tinggi yang memadai. Terdapat beberapa
perguruan tinggi ternama yang terletak di kota seperti Universitas
Pattimura (Unpatti) yang terletak di Teluk Ambon dan Politeknik Negeri
Ambon yang sama-sama terletak di Teluk Ambon. Meskipun perguruan-
perguruan tinggi di kota bukan merupakan salah satu yang terbaik
di Indonesia, kedua univeritas terbaik di kota yang telah disebutkan masih
masuk ke dalam cluster 3, yakni Politeknik Negeri Ambon pada peringkat
186 dan Universitas Pattimura pada peringkat 282 menurut Kemenristekdikti.
Ambon memiliki banyak objek wisata alam, namun secara
administratif, sebagian besar objek wisata yang sangat terkenal terletak

20
di Kabupaten Maluku Tengah, namun diakses melalui Kota Ambon. Dari
antara pantai-pantai di Pulau Ambon, pantai yang paling terkenal ialah Pantai
Natsepa yang terletak di Desa Suli, Maluku Tengah. yang terkenal
akan rujak natsepanya. Selain itu, terdapat juga Pantai Liang yang terletak di
Liang, Salahutu, Maluku Tengah. Untuk aktivitas menyelam, terdapat Nusa
Pombo, sebuah pulau yang terletak diantara Pulau Ambon dan Pulau
Haruku.Sebaliknya, lokawisata terkanal di dalam wilayah administratif kota
hanya sedikit dan memang tidak seterkenal lokawisata-lokawisata
di kabupaten, namun tidak kalah bagusnya dengan mereka. Di antaranya yang
paling terkenal ialah Pantai Pintu Kota. Pantai Pintu Kota menjadi pantai
yang terkenal karena keunikannya, yakni terdapatnya lubang besar yang
menerobos tebing karang sampai tembus di kedua sisinya. Ada pun Pantai
Namasua yang terletak di Naku yang masih jarang diketahui. Selain pantai,
terdapat pula Air Terjun Anihang di Naku yang pernah disebutkan oleh Wali
Kota Richard.
Kota Ambon telah memiliki usaha untuk meningkatkan
bidang pariwisatanya, terutama untuk meningkatkan jumlah wisatawan
mancanegara. Dinas Pariwisata Kota Ambon telah mengusahakan
serangkaian acara untuk menarik para turis. Hal ini dilakukan karena
di Maluku, sektor pariwisata menjadi sektor andalan dan merupakan salah
satu penyumbang pendapatan daerah.

B. TAHURI di Negeri Hutumuri


Negeri Hutumuri merupakan salah satu negeri yang berstatus Negeri
Adat, di mana kehidupan masyarakat telah diatur berdasarkan nilai-nilai
sosial-budaya atau adat yang telah ditetapkan sejak pembentukan
masyarakatnya. Namun nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat adat, yaitu
sebagai nilai kultural warisan nenek moyang. Sangat diyakini kebenarannya
sebagai patokan dalam bertindak serta patokan bagi perilaku masyarakat
setiap saat, sehingga tidak serta merta dapat berubah tetapi melalui proses
sehingga masih ada nilai yang dipertahankan dalam kehidupan masyarakat.

21
Perlu diketahui bahwa kehidupan sosial budaya masyarakat Hutumuri,
merupakan suatu kehidupan yang sederhana tetapi sangat kuat dan memiliki
makna yang tinggi, sehingga harus tetap dijaga dan dikelola secara baik,
sebab budaya yang baik adalah budaya yang tumbuh, hidup, dan tetap
nampak di dalam kehidupan masyarakat. Secara umum dapat digambarkan
bahwa Ambon memiliki keberagaman budaya, sehingga dapat mewarnai
kehidupan bersama masyarakat, di mana nilai-nilai hukum adat masih sangat
kental dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai hukum adat yang merupakan
warisan nenek moyang perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Dalam mendorong kualitas, musik tradisional didaerah Maluku banyak
keragaman yang dikembangkan lewat berbagai alat musik tradisional salah
satu alat musik yang dikembangkan berasal dari dasar laut; yakni kulit bia.
Kulit bia merupakan salah satu hasil laut yang cukup terkenal di Maluku,
seiring berjalannya waktu, pengembangan kulit bia ini berubah, bukan hanya
sebagai kerajinan tangan, melainkan dipakai sebagai alat musik tiup.
Alat musik Tahuri adalah suatu hasil dari proses kreatifitas masyarakat
Hutumuri, yang berlandaskan pada unsur-unsur budaya setempat, sehingga
kehidupan dan perkembangan musik Tahuri akan ditentukan oleh masyarakat
yang memiliki peran penting untuk mengatur, melestarikan dan
mengembangkannya.
Bila dilihat keistimewaan yang paling dominan dari Tahuri adalah
bahan dasar pembuatannya sendiri 100% berasal dari alam. Kulit kerang yang
dipakai dalam pembuatan Tahuri berasal dari Saumlaki, Dobo dan Banda.
Musik Tahuri dibuat atau diciptakan memiliki tujuan yang sangat penting.
Untuk membuat Tahuri, kerang dicuci sehingga bersih, setelah itu dilobangi
dengan bor. Tahuri juga memiliki keunikan pada bentuk kerangnya. Semakin
kecil ukuran kerang, semakin nyaring bunyinya. begitu juga sebaliknya,
semakin besar kerang, bunyinya pun semakin rendah. Pembuatan tahuri juga
tidaklah mudah, terlebih dahulu kerang dilubangi dengan bor lalu ditiupkan
berulang kali untuk mendapatkan nadanya.

22
Cara untuk merawat alat musik Tahuri cukup mudah. Hanya perlu
disimpan ditempat yang aman, dijaga agar tidak pecah. Karena jika sudah
pecah atau retak, bunyi yang dihasilkan ketika ditiup sudah berbeda dengan
kata lain akan tidak enak didengar. Kemudian, alangah baiknya sebelum
digunakan Tahuri harus direndam selama satu malam lalu dikeringkan. Ini
akan berpengaruh karena bunyi yang dihasilkan akan sesuai dengan bunyi
nada yang sebenarnya.
Fungsi Tahuri sebagai alat musik sekaligus benda bersejarah, dan akan
dibudayakan paten di daerah Hutumuri, Kota Ambon, Provinsi Maluku.
Pengembangan warisan musik tiup Tahuri dikembangkan oleh sekelompok
anak muda Negeri Hutumuri dalam organisasi Sanggar Kakoya yang seiring
dengan perkembangan budaya sering tampil untuk menyambut tamu penting
dan atau mengisi acara daerah, Nasional maupun acara gerejawi. Dalam hal
ini peran masyarakat daerah Hutumuri sudah mencerminkan pengembangan
pariwisata terhadap alat musik tiup Tahuri.
Hal yang masih sangat dibutuhkan dalam Sanggar Kakoya ini adalah
sumber daya manusia yang membuat dan melatih anggota sanggar. Karena
hanya ada satu orang yang bisa membuat Tahuri ini menjadi alat musik yaitu
Opa Loly, kemudian Opa Loly sendiripun yang melatih anggota-anggota
sanggar.
Dalam suatu organisasi demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tentunya butuh kerjasama yang baik. Dan ini terjadi di Sanggar Kakoya,
hubungan yang terjalin antara pengelola dan ketua sanggar sangat baik dan
harmonis. Kedua pihak selalu berkoordinasi dengan baik untuk melakukan
suatu kegiatan yang berkaitan dengan alat musik Tahuri.
Dengan mengembangkan Tahuri menjadi menjadi alat musik, tentunya
menarik banyak perhatian masyarakat kota Ambon. Hal ini dilihat dari
kunjungan wisatawan lokal maupun interlokal yang datang untuk melihat atau
menyaksikan permainan alat musik Tahuri di Hutumuri. Untuk perjalanan ke
Hutumuri tidaklah sulit karena hanya membutuhkan waktu 45 menit sampai

23
dengan satu jam dari pusat kota Ambon, bisa menggunakan kendaraan pribadi
maupun angkutan umum dengan tarif Rp. 6000,-/orang.
Lokasi Sanggar Kakoya bertempat di rumah Ketua Sanggar Kakoya.
Lokasinya sangat aman tetapi fasilitas yang ada di Sanggar Kakoya belum
memadai atau masih kurang karena masih seadanya. Dan juga belum
memakai teknologi modern seperti cctv, komputer dan lainnya.
Pelayanan yang diberikan kepada wisatawanpun sangat baik dan ramah.
Masyarakat Hutumuri dengan senang hati dan murah senyum menyambut
setiap wisatwan yang berkunjung ke Sanggar Kakoya.
Dalam melestarikan serta mengembangkan alat musik Tahuri,
organisasi Sanggar Kakoya mendapatkan bantuan pendanaan dari Dirjen
Kebudayaan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia).
Alat musik Tahuri dijadikan ikon dari “Ambon City of Music. Ambon
masuk dalam kota kreatif pada kriteria musik, alias Kota Musik Dunia
UNESCO. Ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mendukung
alat musik Tahuri agar tetap dilestarikan dan dikenal oleh dunia.
Tetapi untuk promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola Sanggar
Kakoya masih belum maksimal. Mereka hanya menunggu panggilan masuk
dari pihak pemerintah untuk mengundang mereka mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh pemerintah. Belum ada media promosi khusus juga untuk
memperkenalkan Tahuri kepada publik. Sangat diharapkan agar pihak
pengelola bisa membuat media sosial untuk bisa menjangkau dan menarik
perhatian wisatawan lebih banyak.
Alat musik Tahuri bisa dikatakan sebagai wisata minat khusus. Karena
membutuhkan minat khusus untuk wisatawan dalam berkunjung ke Hutumuri
untuk melihat alat musik Tahuri dan menyaksikan proses cara meniup atau
membunyikan Tahuri. Wisatawan yang datang berkunjung untuk saat ini
masih sangat kurang. Perlu adanya promosi yang lebih untuk
memperkenalkan alat musik Tahuri kedepannya. Pangsa pasar yang dituju
adalah para peminat musik, juga wisatawan lokal maupun interlokal.

24
Yang menjadi kelebihannya disini adalah alat musik Tahuri dari
Hutumuri belum memiliki pesaing yang setara. Karena pada umumnya di
Maluku, Tahuri hanya digunakan untuk keperluan adat. Tetapi di Hutumuri
Tahuri dikembangkan menjadi alat musik yang bisa menghasilkan bunyi atau
nada dari nada do rendah sampai dengan re tinggi. Alat musik Tahuri ini bisa
memainkan instrument-instrumen dan bisa dipadukan dengan alat musik
tradisional maupun modern lainnya.

C. Deskripsi Responden
Deskripsi responden merupakan gambaran berupa jenis kelamin, umur,
asal, pekerjaan dan pendidikan terakhir yang berkaitan dengan identitas setiap
responden. Dari hasil penelitian berdasarkan wawancaea dengan 100
responden yang digunakan penulis sebagai tolak ukur analisis data yang valid.
Berikut penulis menyajikan tabel diagram lingkaran responden berdasarkan :
1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

LAKI-LAKI
PEREMPUAN
49% 51%

( Diagram 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin )


Berdasarkan diagram diatas, diketahui bahwa responden berdasarkan
jenis kelamin merupakan identintas yang penting dalam menganalisis
responden. penulis membagi dua kategori jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan. Dari 100 responden terdapat 51% (51 orang) laki-laki dan
49% (49 orang) perempuan.

25
2. Usia

Usia

10% 13-25 TAHUN


4% 26-35 TAHUN
8% 36-45 TAHUN
46 TAHUN KEATAS

78%

( Diagram 2. Karakteristik responden berdasarkan usia )


Berdasarkan tabel diagram lingkaran berdasarkan usia diatas terdapat
empat pembagian yaitu dengan usia 13-25 tahun dengan jumlah 78% (78
orang), usia 26-35 tahun dengan jumlah 8% (8 orang), usia 36-45 tahun
dengan jumlah 4% (4 orang) dan usia 46 tahun keatas dengan jumlah 10%
(10 orang).
3. Asal

Asal

10%
AMBON
LUAR AMBON

90%

( Diagram 3. Karakteristik responden berdasarkan asal )


Berdasarkan diagram karakteristik responden berdasarkan asal
diatas, dapat disimpulkan dari 100 responden 90% (90 orang) berasal dari
Ambon dan 10% (10 orang) berasal dari luar kota Ambon.

26
4. Pekerjaan

Pekerjaan

PELAJAR/MAHASISWA
7%5% PNS
9% PEDAGANG
PETANI
10% IBU RUMAH TANGGA
69%

( Diagram 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan )


Berdasarkan diagram karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
diatas terdapat lima bagian yaitu pelajar/mahasiswa dengan jumlah 69%
(69 orang), PNS dengan jumlah 10% (10 orang), pedagang dengan jumlah
9% (9 orang), petani dengan jumlah 7% (7 orang) dan ibu rumah tangga
5% (5 orang).

D. Analisis Data
1. Pengaruh Faktor Lingkungan Internal
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dari hasil wawancara didapatkan bahwa Sumber Daya Manusia
(SDM) merupakan salah satu faktor penting yang terlibat dalam
pelestarian alat musik Tahuri ini. Masyarakat Hutumuri juga ikut serta
dalam proses pelestarian alat musik Tahuri. Kebanyakan yang terlibat
dalam proses pelestarian ini dalah anak remaja yang ikut serta dalam
memainkan alat musik Tahuri dalam berbagai event atau festival yang
diadakan oleh Pemerintah Kota atau Provinsi. Namun, masih kurangnya
sumber daya dan tenaga kerja untuk membuat alat musik dan melatih
anggota sanggar karena didalam sanggar ini hanya ada satu orang yang
bisa membuat dan melatih anggota-anggota sanggarnya yaitu opa Loly.

27
Sejauh ini belum ada yang bisa membantu Loly dalam membantu
membuat alat musik Tahuri.
b. Pendanaan
Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis,
dalam upaya untuk mengelola dan melestarikan alat musik Tahuri ini,
pihak sanggar Kakoya mendapatkan pendanaan langsung dari APBN
Indonesia melalui Dirjen Kebudayaan (Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan) pada tahun 2019 lalu.
c. Potensi Alat Musik Tahuri
Bahan dasar pembuatan Tahuri sendiri 100% berasal dari alam.
Tahuri juga memiliki keunikan pada bentuk kerangnya. Semakin kecil
ukuran kerang, semakin nyaring bunyinya. Begitu juga sebaliknya,
semakin besar kerang, bunyinya pun semakin rendah. Alat musik tiup
ini bisa menghasilkan bunyi atau nada dari do rendah sampai ke re
tinggi hingga bisa menghasilkan sebuah instrumen. Dan hanya di
Hutumuri yang bisa kita ditemui Tahuri bisa memainkan sebuah
instrument atau musik karena didaerah lainnya belum mampu untuk
membuat dan memainkan alat musik Tahuri.
d. Pemeliharaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis didukung
oleh penelitian dari masyarakat dan wisatawan yang mengenai
pemeliharaan atau cara merawat alat musik Tahuri, cara merawat alat
musik ini tidaklah terlalu sulit, hanya perlu dijaga agar tidak pecah dan
disimpan ditempat yang aman. Dan jika ingin digunakan, dimainkan
atau ditiup maka alangkah baiknya Tahuri direndam sehari sebelumnya
kemudian dikeringkan agar bisa menghasilkan bunyi atau nada yang
merdu.
e. Fasilitas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis didukung
oleh penelitian dari masyarakat dan wisatawan yang mengenai fasilitas
yang dimiliki sanggar Kakoya masih belum memadai karena masih

28
seadanya. Karena tempat yang dijadikan sanggar merupakan rumah dari
Kepala Sanggar Kakoya itu sendiri.
f. Aksesibilitas
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis didukung
oleh penelitian dari masyarakat dan wisatawan yang mengenai akses ke
Desa Hutumuri, untuk perjalanan yang ditempuh dari pusat kota
Ambon menuju sanggar Kakoya di desa Hutumuri bisa ditempuh dalam
waktu 45 menit dan jalannya sudah mulus. Dari pusat kota jika ingin ke
Hutumuri bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan kota
dengan tarif Rp. 6.000,-/orang.
g. Pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis didukung
oleh wisatawan mengenai pelayanan masyarakat terhadap wisatawan,
masyarakat di negeri Hutumuri sangat ramah tamah, sopan, murah
senyum dan sangat antusias dalam menyambut wisatawan yang datang
untuk berkunjung ke Sanggar Kakoya untuk melihat alat musik Tahuri
dan cara memainkan alat musik ini.
h. Organisasi
Berdasarkan hasil observasi penelitian oleh peneliti di desa
Hutumuri, disana sudah ada organisasi yang didirikan untuk
melestarikan alat musik Tahuri yaitu sanggar Kakoya yang diketuai
oleh Opa Loly sendiri, sang pembuat alat musik Tahuri sekaligus
pelatih sanggar Kakoya. Sanggar ini beranggotakan sekitar 70 orang
yang terdiri dari beberapa orang dewasa, anak remaja dan bahkan anak
kecil karena mereka sudah bisa memainkan alat musik Tahuri. Dan juga
ada pengelola yang membantu mengelola sanggar Kakoya bersama Opa
Loly. Sanggar Kakoya ini dibentuk pada tahun 2016 dan baru
diresmikan pada tahun 2018.
i. Hubungan antar Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hasil penelitian yang berdasarkan pada observasi
dan wawancara penulis, hubungan antara ketua sanggar Kakoya dan

29
pengelola sangat baik. Begitu pula hubungan keduanya dengan
masyarakat. Mereka memiliki kerjasama yang baik dalam hal
melakukan kegiatan yang berkaitan tentang alat musik Tahuri.
j. Keamanan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis didukung
oleh penelitian dari masyarakat dan wisatawan yang mengenai
keamanan di Sanggar Kakoya sangat baik. Lokasi-nya sangat aman
untuk dikunjungi dan aman menyimpan alat musik Tahuri.

Tabel 1
Analisis Faktor Lingkungan Internal

No Kekuatan Kelemahan
Faktor
. (Strength) (Weakness)
1 Masih kurangnya sumber daya 
manusia atau tenaga kerja untuk
membuat alat musik dan melatih
anggota sanggar.
2 Sanggar Kakoya mendapatkan 
pendanaan langsung dari APBN
Indonesia melalui Dirjen
Kebudayaan (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan).
3 Keistimewaan dari Tahuri adalah 
berasal dari laut, unik. Bisa
menghasilkan bunyi atau nada do
rendah sampai re tinggi.
4 Cara pengelola Sanggar Kakoya 
merawat alat musik Tahuri sangat
baik.
5 Fasilitas yang belum memadai. 
6 Akses jalan menuju Sanggar 

30
Kakoya tidak sulit dan mudah
dijangkau.
7 Pelayanaan dari pihak sanggar 
Kakoya, pengelola dan
masyarakat sangat baik, sopan
santun dan sangat antusias dalam
melayani wisatawan.
8 Sudah ada organisasi yang 
didirikan untuk melestarikan alat
musik Tahuri yaitu Sanggar
Kakoya.
9 Hubungan antar sumber daya 
manusia terjalin baik dan
harmonis.
10 Keamanan di Sanggar Kakoya 
yang terjaga.

2. Pengaruh Faktor Lingkungan Ekstenal


a. Kebijakan Pemerintah
Kota Ambon resmi ditetapkan sebagai Ambon UNESCO City of
Music pada tanggal 30 Oktober 2019. Ambon merupakan salah satu
kota yang baru masuk kedalam jaringan Kota Kreatif Dunia (Creative
Cities Network). Dan alat musik Tahuri dari Hutumuri ditetapkan
sebagai ikon dari “Ambon City of Music”. Ini merupakan salah satu
dukungan dari pemerintah kepada Hutumuri untuk mempromosikan
alat musik Tahuri ke kanca internasional. Balai Pelestarian Nilai
Budaya Maluku juga turut andil dalam berbagai kegiatan untuk
mendukung Kota Ambon sebagai Kota Musik Dunia. Program Belajar
Bersama Maestro (BBM) Musik Tradisional Tahuri pada tahun 2019
juga dilaksanakan untuk mengenalkan dan menanamkan kecintaan
terhadap musik tradisional kepada generasi muda.
b. Teknologi

31
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan observasi
dapat disimpulkan bahwa teknologi yang digunakan di sanggar
Kakoya masih sangat kurang. Di sanggar Kakoya, tempat alat musik
Tahuri dilestarikan belum memiliki teknologi yang memadai seperti
cctv, komputer dan teknologi modern lainnya.
c. Promosi
Promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan alat musik
Tahuri belum maksimal karena pihak pegelola dan sanggar Kakoya
belum memiliki media sosial khusus untuk mempromosikan alat
musik Tahuri ini sendiri, dan juga mereka belum mampu mengadakan
event/festival khusus untuk alat musik Tahuri, mereka masih
menunggu panggilan atau ajakan untuk mengikuti suatu acara yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Kota maupun Provinsi.
d. Wisatawan
Dalam upaya pelestarian kebudayaan lokal, wisatawan juga
dibutuhkan. Alat musik Tahuri bisa dikatakan sebagai wisata minat
khusus. Karena membutuhkan minat khusus untuk wisatawan dalam
berkunjung ke Hutumuri untuk melihat alat musik Tahuri dan
menyaksikan proses cara meniup atau membunyikan Tahuri
Berdasarkan wawancara dengan ketua Sanggar Kakoya jumlah
kunjungan wisatawan lokal yang datang untuk melihat dan
meyaksikan permainan alat musik Tahuri masih sangat kurang.
Begitupun dengan wisatawan interlokal.
e. Pesaing
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan observasi
dapat disimpulkan bahwa untuk saat ini alat musik Tahuri di Hutumuri
belum ada pesaingnya. Karena hanya di Hutumuri kita bisa mendapati
Tahuri ini dapat dimainkan untuk menghasilkan bunyi atau nada,
sedangkan didaerah lainnya Tahuri hanya digunakan untuk keperluan
adat yang jika ditiup hanya menghasilkan satu nada.
f. Pangsa Pasar

32
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan observasi
dan wawancara dapat disimpulkan bahwa pangsa pasar yang dituju
adalah orang-orang yang memiliki minat untuk mengetahui dan
mempelajari alat musik Tahuri. Wisatawan yang dituju tidak hanya
wisatawan domestik namun wisatawan mancanegara juga.

Tabel 2
Analisis Faktor Lingkungan Eksternal

Peluang Ancaman
No. Faktor
(Oppoturnity) (Threats)
1 Alat musik Tahuri dari Hutumuri 
ditetapkan sebagai ikon dari
“Ambon City of Music” menjadi
salah satu bentuk dukungan
sekaligus mempromosikan
Tahuri ke kanca internasional.
2 Teknologi yang digunakan masih 
belum memadai.
3 Promosi yang dilakukan pihak 
Sanggar Kakoya dan pengelola
kurang maksimal.
4 Wisatawan yang berkunjung 
masih sedikit.
5 Alat musik Tahuri di Hutumuri 
belum memiliki pesaing.
6 Pangsa pasar yang dituju ini tidak 
hanya dari wisatawan domestik
saja, namun wisatawan
mancanegara juga.

E. Analisis Matriks SWOT


Tabel 3

33
Matriks analisis SWOT

STRENGHT WEAKNESS
1. Keistimewaan dari 1. Masih kurangnya
Tahuri adalah berasal sumber daya
dari laut, unik. Bisa manusia atau tenaga
menghasilkan bunyi kerja untuk membuat
atau nada do rendah alat musik dan
sampai re tinggi. melatih anggota
INTERNAL
2. Cara pengelola sanggar.
Sanggar Kakoya 2. Fasilitas yang di
merawat alat musik sediakan untuk
Tahuri tidak sulit. wisatawan belum
3. Sanggar Kakoya memadai.
mendapatkan
pendanaan langsung
dari APBN Indonesia
melalui Dirjen
Kebudayaan
(Kementrian
Pendidikan dan
Kebudayaan).
4. Akses jalan menuju
Sanggar Kakoya tidak
sulit dan mudah
dijangkau.
5. Pelayanan masyarakat
disana sangat ramah
tamah dan sangat
antusias dalam
menyambut dan
melayani wisatawan.

34
6. Ada organisasi yang
dibentuk untuk dapat
melestarikan alat
musik Tahuri yaitu
Sanggar Kakoya.
7. Hubungan antar
Sumber Daya Manusia
EKSTERNAL
terjalin dengan baik
dan harmonis.
8. Keamanan di sanggar
Kakoya sangat terjaga
keamanan-nya.
OPPORTUNITY Strategi S-O Strategi W-O
1. Alat musik Tahuri 1. Memanfaatkan potensi 1. Pemerintah
dari Hutumuri yaitu keistimewaan alat melakukan pembinaan
ditetapkan sebagai musik Tahuri yang ada kepada pihak
ikon dari “Ambon untuk dijadikan atraksi pengelola dan sanggar
City of Music” wisata. Terlebih dengan Kakoya untuk
menjadi salah satu diangkatnya alat musik mengkaji ulang
bentuk dukungan Tahuri sebagai icon dari tentang alat musik
sekaligus “Ambon City of Music”. Tahuri agar bisa
mempromosikan 2. Pemerintah hendaknya kembali diminati
Tahuri ke kanca dapat membantu sehingga bisa
internasional. menindak lanjuti diharapkan menarik
2. Alat musik Tahuri di anggaran yang akan wisatawan ke
Hutumuri belum digunakan untuk Hutumuri, Ambon.
memiliki pesaing. pelestarian alat musik 2. Ketua Sanggar
3. Pangsa pasar untuk Tahuri. Kakoya melakukan
alat musik Tahuri ini 3. Perlunya dilaksanakan pelatihan kepada
tidak hanya dari kegiatan Festival Seni sumber daya manusia
wisatawan domestik, dan Budaya secara rutin atau tenaga kerja baru

35
namun wisatawan setiap tahun-nya untuk agar bisa membantu
mancanegara juga. memperkenalkan alat membuat dan melatih
musik Tahuri sekaligus anggota Sanggar
sebagai promosi alat Kakoya bersama
musik Tahuri. Ketua Sanggar.
3. Pengelola Sanggar
Kakoya memberikan
sosialisasi sadar
budaya terhadap
masyarakat setempat.
4. Menambahkan
fasilitas yang belum
tersedia di sanggar
Kakoya agar
wisatawan yang
datang merasa
nyaman.
THREAT Strategi S-T Strategi W-T
1. Teknologi yang 1. Pengelola Sanggar 1. Pihak Sanggar
dipakai atau Kakoya membangun Kakoya
digunakan masih kerjasama dengan menambahkan
kurang. masyarakat dalam teknologi yang
2. Promosi yang menjaga dan digunakan di sanggar.
dilakukan pihak menjalankan pelestarian 2. Membuat media sosial
sanggar Kakoya dan kearifan lokal agar tetap khusus untuk
pengelola kurang lestari dan dapat mempromosikan alat
maksimal. memberikan dampak musik Tahuri.
3. Wisatawan yang positif baik dari segi 3. Pihak pengelola
berkunjung masih sosial, budaya, dan Sanggar Kakoya
sedikit. ekonomi. mengajukan program
2. Pengelola Sanggar kerjasama dengan

36
Kakoya melakukan pemerintah untuk
sosialisasi kepada melakukan promosi.
masyarakat agar
masyarakat sekitar
perduli akan pelestarian
budaya.
3. Pengelola Sanggar
Kakoya menyiapkan
kajian yang berorientasi
pada pemantapan
kelestarian Seni Budaya
Hutumuri dengan
mengajukan program-
program kerjasama
dengan pemerintah serta
melibatkan generasi
muda Hutumuri
sekarang ini.
4. Pengelola Sanggar
Kakoya mengadakan
penataran Pengelola
Sanggar Kakoya
mengadakan penataran
yang dapat membuka
pola pikir masyarakat
maupun pemerintah
untuk tetap
memperkokoh
ketahanan budaya di
Hutumuri.

37
Menurut hasil analisis SWOT seperti yang tertulis pada tabel, baik yang
dari internal maupun eksternal yang sudah dikaji dalam bentuk tabel
(Matriks) SWOT maka dapat disusun Strategi Pelestarian Alat Musik Tahuri
Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Hutumuri di Kota Ambon adalah
sebagai berikut :
1. SO (Strength – Oppoturnities)
a. Memanfaatkan potensi yaitu keistimewaan alat musik Tahuri yang ada
untuk dijadikan atraksi wisata. Terlebih dengan diangkatnya alat musik
Tahuri sebagai icon dari “Ambon City of Music”.
b. Pemerintah hendaknya dapat membantu menindak lanjuti anggaran
yang akan digunakan untuk pelestarian alat musik Tahuri.
c. Perlunya dilaksanakan kegiatan Festival Seni dan Budaya secara rutin
setiap tahun-nya untuk memperkenalkan alat musik Tahuri sekaligus
sebagai promosi alat musik Tahuri.
2. WO (Weakness – Oppoturnities)
a. Pemerintah melakukan pembinaan kepada pihak pengelola dan sanggar
Kakoya dengan mengkaji ulang tentang alat musik Tahuri agar bisa
kembali diminati sehingga bisa diharapkan menarik wisatawan ke
Hutumuri, Ambon.
b. Ketua Sanggar Kakoya melakukan pelatihan kepada sumber daya
manusia atau tenaga kerja baru agar bisa membantu membuat alat
musik Tahuri dan melatih anggota Sanggar Kakoya bersama Ketua
Sanggar.
c. Pengelelola Sanggar Kakoya memberikan sosialisasi sadar budaya
terhadap masyarakat setempat.
d. Menambahkan fasilitas yang belum tersedia di sanggar Kakoya agar
wisatawan yang datang merasa nyaman.
3. ST (Strength – Threat)
a. Pihak pengelola Sanggar Kakoya membangun kerjasama dengan
masyarakat dalam menjaga dan menjalankan pelestarian kearifan lokal

38
agar tetap lestari dan dapat memberikan dampak positif baik dari segi
sosial, budaya, dan ekonomi.
b. Pengelola Sanggar Kakoya melakukan sosialisasi kepada masyarakat
agar masyarakat sekitar perduli akan pelestarian budaya.
c. Pengelola Sanggar Kakoya menyiapkan kajian yang berorientasi pada
pemantapan kelestarian Seni Budaya Hutumuri dengan mengajukan
program-program kerjasama dengan pemerintah dengan melibatkan
generasi muda Hutumuri sekarang ini.
d. Pengelola Sanggar Kakoya mengadakan penataran yang dapat
membuka pola pikir masyarakat maupun pemerintah untuk tetap
memperkokoh ketahanan budaya di Hutumuri.
4. WT (Weakness – Threat)
a. Pihak Sanggar Kakoya menambahkan teknologi yang digunakan di
sanggar.
b. Membuat media sosial khusus untuk mempromosikan alat musik
Tahuri.
c. Pihak pengelola dan sanggar Kakoya mengajukan program kerjasama
dengan Pemerintah untuk melakukan promosi.

39
F. Hasil Analisis Data
Hasil analisis data berdasarkan tabel Matriks Analisis SWOT dari artikel
ilmiah penulis yang berjudul : Upaya Pelestarian Alat Musik Tahuri Sebagai
Warisan Budaya Masyarakat Hutumuri di Kota Ambon adalah sebagai
berikut :
Alat musik Tahuri adalah suatu hasil dari proses kreatifitas masyarakat
Hutumuri, yang berlandaskan pada unsur-unsur budaya setempat, sehingga
kehidupan dan perkembangan musik Tahuri akan ditentukan oleh masyarakat
yang memiliki peran penting untuk mengatur dan mengembangkannya.
Dengan kata lain kehidupan musik Tahuri tentunya akan bergantung pada
masyarakat Hutumuri.
Dengan memanfaatkan potensi yang ada yaitu keistimewaan alat musik
Tahuri untuk dijadikan atraksi atau daya tarik bagi wisatawan. Potensi yang
ada seperti mempertunjukkan keahlian yang dimiliki sanggar Kakoya yakni
memainkan/meniup alat musik Tahuri. Dengan potensi ini dapat
memperkenalkan alat musik Tahuri ini ke wisatawan domestik maupun
wisatawan mancanegara serta meningkatkan kunjungan wisatawan. Dengan
melihat dukungan pemerintah lewat menjadikan alat musik Tahuri sebagai
icon “Ambon City of Music”, hal ini bisa dimanfaatkan pihak Sanggar Kakoya
untuk mengajukan kerjasama dengan pihak pemerintah guna
memperkenalkan Tahuri kepada dunia.
Melihat potensi yang ada di DTW sebaiknya pihak pengelola dan
sanggar Kakoya mengajukan program kerjasama untuk melakukan
promosikan alat musik Tahuri dan alangkah baiknya pemerintah mendukung
segala bentuk kegiatan yang ada, untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Di era teknologi yang sangat canggih seperti saat ini, sosial media
merupakan sarana yang sangat efektif dan efisien dalam mengembangkan
sesuatu terutama yang berhubungan dengan pariwisata. Sosial media yang
paling banyak diminati semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang
tua, mulai dari remaja hingga pebisnis yaitu instagram. Instagram merupakan
sosial media yang paling booming di trend saat ini karena keunggulan-

40
keunggulan yang dimiliki oleh instagram yang salah satu keunggulannya
tersebut berisi platform konten foto dan video yang sangat memudahkan bagi
pelaku bisnis dalam mengembangkan relasi, jaringan, promosi serta
memperluas pangsa pasar.
Dengan demikian media sosial juga mempunyai peranan penting untuk
menjadi alat promosi. Oleh karena itu sangat disarankan untuk pihak
pengelola dan sanggar Kakoya membuat media sosial khusus untuk
mempromosikan alat musik Tahuri. Dan diharapkan pengelola Sanggar
Kakoya aktif dalam memposting di instagram tentang kegiatan yang
berlangsung serta saat-saat event penting yang sering diadakan yang bertujuan
untuk mempromosikan alat musik Tahuri. Dari instagram tersebut yang
mayoritas penggunanya kaum muda, diharapkan kaum muda menjadi
generasi penerus dalam memperluas promosi serta menjaga warisan kekayaan
budaya yang ada.
Untuk promosi secara langsung, perlunya dilaksanakan kegiatan
Festival Seni dan Budaya secara rutin setiap tahun-nya untuk
memperkenalkan alat musik Tahuri sekaligus sebagai promosi alat musik
Tahuri ke masyarakat maupun wisatawan lokal maupun interlokal.
Selain itu, dari hasil penelitian berupa observasi dan wawancara,
fasilitas yang tersedia di Sanggar Kakoya yakni tempat pelestarian alat musik
Tahuri ini belum maksimal karena masih seadanya menggunakan rumah
Ketua Sanggar Kakoya. Diharapkan dapat mengoptimalkan fasilitas yang
belum tersedia di sanggar Kakoya agar wisatawan yang datang berkunjung
merasa nyaman. Dan untuk akses tidak sulit dan mudah dijangkau, jika dari
pusat Kota Ambon bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun
angkutan umum dengan tarif Rp. 6.000,-/orang.
Sanggar Kakoya juga belum memiliki teknologi seperti cctv, komputer
dan lainnya. Diharapkan pihak Sanggar Kakoya menambahkan teknologi
yang digunakan di sanggar agar lebih memadai untuk memantau keadaam
sanggar saat Ketua Sanggar tidak lagi dirumah dan komputer untuk
menyimpan dokumentasi kegiatan yang dilakukan anggota sanggar.

41
Pelayanan masyarakat terhadap wisatawan dikatakan baik. Masyarakat
di negeri Hutumuri sangat ramah tamah, sopan, murah senyum dan sangat
antusias dalam menyambut wisatawan yang datang untuk berkunjung ke
Sanggar Kakoya untuk melihat alat musik Tahuri dan cara memainkan alat
musik ini.
Melalui penelitian berupa wawancara, penulis mengetahui bahwa
Sanggar Kakoya mendapatkan pendanaan secara langsung dari Dirjen
Kebudayaan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia). Alangkah
baiknya dana yang telah diberikan bisa dipergunakan untuk pelestarian alat
musik Tahuri kedepannya dengan baik. Diharapkan pemerintah hendaknya
dapat membantu menindak lanjuti anggaran yang akan digunakan untuk
pelestarian alat musik Tahuri ini.
Dari penelitian ini juga penulis mengetahui bahwa alat musik Tahuri
sangat perlu dilestarikan agar bisa dilihat dan dinikmati generasi selanjutnya,
karena seperti diketahui bahwa budaya adalah aset penting bagi suatu daerah
yang tentunya juga bisa mendatangkan wisatawan untuk berkunjung ke
daerah tersebut. Sanggar Kakoya merupakan wadah yang digunakan
masyarakat Hutumuri untuk tetap melestarikan alat musik Tahuri. Namun,
sumber daya manusia yang mau melatih dan membuat alat musik Tahuri agar
bisa terus dilestarikan sangat kurang karena hanya ada satu orang saja yaitu
Opa Loly sebagai Ketua Sanggar. Sangat diharapkan agar Opa Loly dapat
menurunkan ilmu yang dimiliki kepada anak atau cucu-nya agar bisa
membantu dalam membuat dan melatih kedepannya.
Selain itu, pihak pengelola Sanggar Kakoya juga harus memberikan
sosialisasi sadar budaya terhadap masyarakat Hutumuri, menyiapkan kajian
yang berorientasi pada pemantapan kelestarian Seni Budaya Hutumuri
dengan mengajukan program- program kerjasama dengan pemerintah yang
melibatkan generasi muda sekarang ini, serta memberikam penyuluhan
terhadap masyarakat akan pentingnya melestarikan adat setempat dalam
forum sosialisasi sadar wisata.

42
Karena itu dari penelitian ini penulis berpendapat bahwa alat musik
Tahuri harus tetap dilestarikan dengan cara membangun kerjasama dengan
masyarakat dalam menjaga kearifan lokal agar tetap lestari dan dapat
memberikan dampak positif baik dari segi sosial, budaya dan perekonomian.
Serta dapat meningkatkan kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah
untuk lebih giat memperkenalkan alat musik Tahuri kepada masyarakat luar
khususnya generasi muda melalui kegiatan-kegiatan budaya yang bisa
dimulai dari ruang lingkup yang kecil dulu seperti acara budaya tingkat desa
seperti tarian tradisional, musik tradisional dan lain-lain.
Adapun hal yang perlu dilakukan atau strategi upaya pelestarian alat
musik Tahuri di Hutumuri adalah :
1. Perlunya dilaksanakan kegiatan Festival Budaya secara rutin setiap satu
kali dalam setahun sekaligus sebagai promosi alat musik Tahuri.
2. Pemerintah melakukan pembinaan kepada pihak pengelola Sanggar
Kakoya dengan mengkaji ulang tentang alat musik Tahuri agar bisa
kembali diminati sehingga bisa diharapkan menarik wisatawan ke
Hutumuri.
3. Pihak pengelola menyiapkan kajian yang berorientasi pada pemantapan
kelestarian Seni Budaya Hutumuri dengan mengajukan program kerjasama
dengan pemerintah dengan melibatkan generasi muda di Hutumuri.
4. Pihak pengelola Sanggar Kakoya memberikan sosialisasi sadar budaya
terhadap masyarakat Hutumuri.
5. Pihak pengelola Sanggar Kakoya mengadakan penataram yang dapat
membuka pola pikir masyarakat maupun pemerintah untuk tetap
memperkokoh ketahanan budaya di Hutumuri.
6. Ketua Sanggar Kakoya melatih generasi muda di Hutumuri untuk
membuat alat musik Tahuri serta melatih anggota sanggar lainnya agar
bisa menjadi penerus dari Ketua Sanggar. Hal ini merupakan hal yang
sangat diutamakan agar alat musik Tahuri tetap dilestarikan dan dinikmati
oleh generasi selanjutnya.

43
G. Pembahasan Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran masyarakat Hutumuri untuk melestarikan alat musik
Tahuri?
Peran masyarakat disini sangat penting, dimana masyarakatnya itu
sangat vital perannya. Karena masyarakat itu sendirilah yang akan
melestarikan alat musik Tahuri secara turun-temurun. Dan disini peran
nyatanya sangat baik. Masyarakat Hutumuri turut serta dalam pelestarian
alat musik Tahuri khususnya bagi kalangan anak kecil dan remaja yang
masuk dalam organisasi Sanggar Kakoya, tempat berlangsungnya proses
pelestarian alat musik Tahuri. Pada kenyataannya semua anak di negeri
Hutumuri mengenal alat musik ini, bukan hanya mengenal teteapi bergaul
langsung dengan alat musik ini. Sanggar ini beranggotakan sekitar 70
orang yang diketuai oleh Opa Loly sebagai pengrajin alat musik Tahuri
serta pelatih alat musik Tahuri.
Sanggar Kakoya ini tentunya sebuah wadah yang bertujuan untuk
melestarikan alat musik Tahuri, warisan budaya yang dimiliki masyarakat
Hutumuri. Dalam hal ini salah satu bentuk pelestariannya dilakukan
melalui pelatihan alat musik Tahuri kepada generasi muda di negeri
Hutumuri. Dan apa yang sudah dilatihkan kemudian ditampilkan
diberbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota maupun
Provinsi, juga melakukan kolaborasi dengan orchestra dari luar negeri.
Untuk membuat kegiatan atau acara khusus untuk memperkenalkan atau
mempromosikan alat musik Tahuri dari pihak pengelola Sanggar memang
belum ada, jadi sangat diharapkan bagi pihak pengelola untuk melakukan
kegiatan promosi kebudayaan tentang alat musik Tahuri kepada
masyarakat maupun wisatawan lokal dan interlokal.
Sangat diharapkan untuk masyarakat cukup bijak dalam memegang
teguh nilai kebudayaannya, serta khususnya generasi muda juga harus
tetap melestarikan budaya ini agar tidak punah dan melupakan kebudayaan
yang sudah ada dan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang yang
terdahulu.

44
2. Bagaimana peran Pemeritah dalam melestarikan alat musik Tahuri di
Hutumuri?
Dalam hal ini Pemerintah Kota Ambon melalui Dinas Pariwisata,
Kebudayaan dan Bekraf Kota Ambon memberikan dukungan kepada
masyarakat Hutumuri khususnya Sanggar Kakoya untuk melestarikan alat
musik Tahuri. Dari pihak pemerintah ketika mengadakan suatu kegiatan
daerah, mereka akan melibatkan Sanggar Kakoya menjadi pengisi acara
tersebut. Ini merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah untuk
memperkenalkan alat musik Tahuri Hutumuri kepada masyarakat lokal.
Hal ini berlangsung bukan hanya di zaman sekarang, melainkan sejak
Tahuri mulai dikembangkan sebagai alat musik di Hutumuri.
Untuk pelestarian alat musik Tahuri sendiri, itu sepenuhnya
diserahkan kepada masyarakat Hutumuri. Pihak pemerintah kota hanya
membantu untuk pengembangan musik Tahuri agar bisa menjadi alat
musik tradisional unik yang bisa terus dikenal masyarakat lokal maupun
interlokal. Hal ini terbukti melalui kebijakan yang ditetapkan pemerintah
yakni alat musik Tahuri Hutumuri dijadikan icon dari “Ambon City of
Music” yang sudah disahkan UNESCO pada Oktober 2019 lalu.
Pihak pemerintah juga menjelaskan jika Sanggar Kakoya ingin
mengadakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan mempromosikan alat
musik Tahuri, mereka siap membantu dan mendukung. Tetapi dari pihak
pengelola sanggar belum melakukan ini, karena mereka hanya menunggu
untuk dilibatkan dalam kegiatan yang diadakan pemerintah.
Sangat diharapkan pihak pemerintah untuk melakukan pembinaan
kepada pihak pengelola Sanggar Kakoya dengan mengkaji ulang tentang
alat musik Tahuri agar bisa tetap dilestarikan dan bisa diminati sehingga
diharapkan menarik wisatawan ke Hutumuri. Dan juga mengajak
masyarakat Hutumuri khususnya generasi muda di Hutumuri untuk terus
melestarikan alat musik Tahuri agar bisa menjadi warisan budaya dan terus
dinikmati oleh generasi selanjutnya.

45
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Dalam mendorong kualitas, musik tradisional di daerah Maluku banyak
keragaman yang dikembangkan lewat berbagai alat musik tradisional salah
satu alat musik yang dikembangkan berasal dari dasar laut; yakni kulit bia.
Kulit bia merupakan salah satu hasil laut yang cukup terkenal di Maluku,
seiring berjalannya waktu, pengembangan kulit bia ini berubah, bukan hanya
sebagai kerajinan tangan, melainkan dipakai sebagai alat musik tiup.
Salah satu dari berbagai sumber daya alam yang patut dilestarikan dan
dikembangkan adalah biota laut yang merupakan kekayaan bahari di daerah
Maluku. Dari biota laut inilah dihasilkan sebuah alat musik yang memiliki
nilai tinggi baik dimasa lampau maupun masa sekarang adalah TAHURI.
Alat musik Tahuri adalah suatu hasil dari proses kreatifitas masyarakat
Hutumuri, yang berlandaskan pada unsur-unsur budaya setempat, sehingga
kehidupan dan perkembangan musik Tahuri akan ditentukan oleh masyarakat
yang memiliki peran penting untuk mengatur, melestarikan dan
mengembangkannya. Sudah sepatutnya Tahuri dilestarikan sebagai warisan
budaya peninggalan masa lampau dari nenek moyang kita dan untuk masa
sekarang Tahuri dapat diekspos agar lebih dikenal oleh masyarakat Maluku,
Indonesia bahkan global sebagai warisan budaya sekaligus kekayaan
arkeologi, seni musik.

B. Saran
Warisan budaya adalah benda atau atribut tak berbenda yang
merupakan jati diri suatu masyarakat atau kaum yang diwariskan dari
generasi-generasi sebelumnya, yang dilestarikan untuk generasi-generasi
yang akan datang.

46
Sebagai generasi muda kita seharusnya melestarikan adat istiadat,
kebudayaan yang kita miliki. Salah satu kebudayaan yang yang kita miliki
adalah Tahuri yang berasal dari Hutumuri. Dengan adanya Tahuri, kita
diharuskan melestarikannya dalam kehidupan. Karena Tahuri merupakan
kebudayaan yang menunjukan jati diri dari anak negeri di desa Hutumuri
yang perlu ditonjolkan di dunia luar.
Berkaitan dengan pembahasan mengenai Pelestarian Alat Musik Tahuri
Sebagai Wrisan Budaya Masyarakat Hutumuri, maka berikut beberapa saran
yang dapat penulis berikan untuk membantu berbagai pihak yang terlibat.
Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat, khususnya para pemuda dan pemudi yang berasal dari
desa Hutumuri, perlu bekerja keras dan berlatih dalam mempelajari alat
musik Tahuri ini. Disarankan agar Kepala Sanggar selaku pegrajin serta
pelatih mengajak dan memberikan pelatihan kepada generasi muda yang
ada agar bisa meneruskan yang membuat Tahuri dan melatih para anggota
Sanggar Kakoya dimasa depan. Kita anak-anak muda, penerus generasi,
kita harus mampu melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah kita,
provinsi kita maupun Negara kita sehingga dikenal jelas oleh masyarakat
didalam maupun luar negeri dan dapat dijadikan panutan dan teladan.
2. Kepada Pemerintah agar bisa lebih memperhatikan dan bekerja sama
dalam hal melestarikan alat musik Tahuri dengan pihak Sanggar Kakoya
demi melestarikan kebudayaan yang kita miliki.

47

Anda mungkin juga menyukai