BAB 5
URAIAN PENDEKATAN METODOLOGI DAN PROGRAM
KERJA
A. PENGANTAR
A.1. Gagasan Baru Studi
1. Kajian Pendukung Program Desa Mandiri Budaya
Tujuan pembangunan Desa Mandiri Budaya adalah pertama, mewujudkan
kemandirian desa dalam menyejahterakan masyarakat desa melalui
pengembangan budaya, wisata, partisipasi secara inklusif terhadap
perempuan, pengembangan wirausaha desa, dan ketahanan pangan.
Kedua, memperkuat potensi desa sebagai benteng pelestarian budaya
dalam menghadapi arus global. Ketiga, memperkuat sistem kelembagaan
desa untuk mengurangi tingkat kemiskinan melalui ketahanan pangan,
kewirausahaan, dan wisata. Keempat, memperkuat sistem informasi desa
sebagai ruang sosialisasi, promosi, dan pemasaran desa. Kelima,
memperkuat kapasitas pengelola desa dan organisasi-organisasi di tingkat
desa dari sisi intelektual maupun keterampilan dalam pengelolaan desa.
Keenam, memperkuat tata nilai dan kehidupan masyarakat dalam
mewujudkan keamanan dan ketenteraman. Sehingga, desa mandiri
budaya adalah desa otonom yang mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri melalui pendayagunaan dan pemanfaatan segenap sumber daya
internal desa dan eksternal (supra-desa) untuk mengaktualisasikan,
mengembangkan, dan mengonservasi kekayaan potensi budaya (benda
dan/atau tak benda) yang dimilikinya melalui pelibatan partisipasi aktif
warga dalam pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat”.
Peraturan daerah yang dirujuk dalam penyusunan laporan ini yaitu
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 93 Tahun 2020
tentang Desa/Kalurahan Mandiri Budaya. Diuraikan dalam peraturan
2) Berkembang
Penentuan klasifikasi desa wisata berkembang dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut:
a. Sudah mulai dikenal dan dikunjungi, masyarakat sekitar dan
pengunjung dari luar daerah.
b. Sudah terdapat pengembangan sarana prasarana dan fasilitas
pariwisata.
c. Sudah mulai tercipta lapangan pekerjaan dan aktivitas ekonomi bagi
masyarakat.
d. Kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata sudah mulai tumbuh.
e. Masih memerlukan pendampingan dari pihak terkait (pemerintah,
swasta).
f. Memanfaatkan dana desa untuk pengembangan desa wisata.
g. kriteria desa wisata sudah mempunyai sistem pengelolaan yang
berdampak pada pendapatan asli desa.
3) Maju
Penentuan klasifikasi desa wisata maju dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Masyarakat sudah sepenuhnya sadar akan potensi wisata
termasuk pengembangannya.
b. Sudah menjadi destinasi wisata yang dikenal dan banyak
dikunjungi oleh wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara.
c. Sarana prasarana dan fasilitas pariwisata sudah memadai.
d. Masyarakat sudah berkemampuan untuk mengelola usaha
pariwisata melalui pokdarwis/kelompok kerja lokal.
e. Masyarakat sudah berkemampuan memanfaatkan danadesa untuk
pengembangan desa wisata.
f. Sistem pengelolaan desa wisata yang berdampak pada
peningkatan ekonomi masyarakat di desa dan pendapatan asli desa.
4) Mandiri
Penentuan klasifikasi desa wisata mandiri dengan menggunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Masyarakat sudah memberikan inovasi dalam pengembangan
potensi wisata desa (diversifikasi produk) menjadi unit
kewirausahaan yang mandiri.
b. Sudah menjadi destinasi wisata yang dikenal oleh mancanegara dan
sudah menerapkan konsep keberlanjutan yang diakui oleh dunia.
c. Sarana dan prasarana sudah mengikuti standar internasional
minimal ASEAN.
d. Pengelolaan desa wisata sudah dilakukan secara kolaboratif antar
sektor dan pentahellx sudah berjalan baik.
e. Dana desa menjadi bagian penting dalam pengembangan inovasi
diversifikasi produk wisata di desa wisata.
f. Desa sudah mampu memanfaatkan digitalisasi sebagai bentuk
promosi mandiri (mampu membuat bahan promosi dan menjual
secara mandiri melalui digitalisasi dan teknologi).
Pohon Kepek mempunyai dahan cukup kuat dan berdaun lebar agak kasar
tapi bermanfaat bagi masyarakat mulai dari pucuk daun hingga akarnya.
Dalam cerita Babat Alas Wonosari yang dibacakan Bapak Dasuki Cipto
Hadiatmojo pada Cerita Rakyat Gunungkidul Seri 36 hari Kamis Legi,
tanggal 21 Desember 2000, diceritakan bahwa ketika Babat Alas Wonosari
tahun 1750 yang dimulai oleh Kyai Muhamad Hadud atau Mbah Kadut
bersama istrinya Nyai Roro Kuning, dibantu saudaranya Kyai Soho Nyai
Gadungmlati, Kyai Kidang Kencono, Kyai Jedol Kayu, Kyai Kabuk, Kyai
2. Kondisi Geografis
Desa Kepek merupakan salah satu dari 14 desa yang ada di Kapanewon
Wonosari. Kapanewon Wonosari merupakan ibu kota dari Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kapanewon Wonosari
berbatasan di sebelah utara dengan Kapanewon Nglipar, di sebelah timur
dengan Kapanewon Karangmojo dan Kapanewon Semanu, di sebelah
selatan dengan Kapanewon Tanjungsari, dan di sebelah barat dengan
Kapanewon Paliyan dan Kapanewon Playen.
Jalanan,
No Nama Tegal Pekarangan Lungguh Kuburan Jumlah Satuan
Sungai, dll
3. Demografi Kalurahan
Kalurahan Kepek terletak di tengah Ibukota Kapanewon Wonosari dan
Ibukota Kabupaten sehingga memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
cukup tinggi. Jumlah penduduk dan kepala keluarga di Kalurahan Kepek
sebagaimana yang tertulis dalam tabel jumlah penduduk dan jumlah
kepala keluarga per 31 Desember 2019, adalah sebagai berikut:
4. Potensi Kalurahan
Keberadaan lingkungan perkantoran yang ada di wilayah Kalurahan Kepek
membentuk sebagian penduduk Kalurahan Kepek beralih ke profesi jasa
dan industri kecil. Berikut adalah potensi sumber daya alam yang dimiliki
oleh Kalurahan Kepek:
a. Lahan Pertanian
Lahan Pertanian yang dimiliki Kalurahan Kepek sebagian besar
adalah lahan kering tadah hujan yang bergantung pada musim dan
curah hujan. Rincian lahan pertanian yang ada di Kalurahan Kepek
adalah:
1) Tegalan : 260,9 Hektar
2) Pekarangan/kebun : 114,33 Hektar
b. Flora dan Fauna
Jenis-jenis flora yang masih ada di Kalurahan Kepek antara lain:
1) Jenis Tanaman Bunga seperti Melati, Mawar, Anggrek, Sedap
Malam, dan lain-lain.
2) Jenis Tanaman Palawija seperti Padi, Jagung, Kedelai, Kacang,
dan lain-lain.
3) Jenis Tanaman Perkebunan seperti Mangga, Pisang, Nangka,
dan lain-lain.
4) Jenis Tanaman Kehutanan seperti Jati, Mahoni, Akasia, dan
lain-lain.
Jenis-jenis fauna yang masih terdapat di Kalurahan Kepek antara
lain
1) Jenis Unggas seperti Ayam Kampung, Burung Gereja, Kutilang,
Derkuku, Prenjak, dan lain-lain.
2) Jenis Reptil seperti Kadal, Ular, Tokek, Cicak, dan lain-lain.
3) Jenis Mamalia Peliharaan seperti Kambing, Sapi, Anjing, Kucing,
dan lain-lain.
4) Jenis Hewan Air seperti Ikan Mas, Lele, Gabus/Deleg,
Nila/Mujair, dan lain-lain.
c. Industri
Industri yang terdapat di Kalurahan Kepek sebagian besar adalah
industri rumah tangga/industri kecil yang tersebar di 10 padukuhan
dan banyak memanfaatkan hasil-hasil pertanian baik dari dalam
maupun luar Kalurahan Kepek. Jenis industri yang ada di Kalurahan
Kepek antara lain:
1) Industri Tahu
2) Industri Tempe
3) Industri Makanan ringan
4) Pengrajin Mebel
5) Pengrajin Batik
d. Adat Tradisi dan Seni Budaya Kalurahan Kepek
Budaya Gotong royong masih melekat pada kehidupan
bermasyarakat di Kalurahan Kepek sehingga program-program
pembangunan dapat terlaksana dengan baik. Berikut merupakan
adat dan budaya yang masih berkembang di masyarakat:
1) Upacara Adat seperti Bersih Kalurahan/Rasulan.
2) Tradisi Daur Hidup mulai dari Selapanan sampai Nyewu.
3) Tradisi Pertanian & Peternakan seperti Wiwitan, Gumbregan,
dan lain-lain.
4) Seni Tradisional yang dapat berupa:
- Kethoprak Mataram.
- Karawitan.
- Tari Klasik.
- Reog Dhodhog.
- Srandul.
- Wayang Kulit Gagrag Jogja.
- Thoklek.
- Wayang orang.
5) Bahasa dan sastra:
- Disamping Bahasa dan sastra Indonesia, masyarakat di
Kalurahan Kepek masih sangat kental dalam penggunaan
Bahasa dan sastra Jawa,bahkan menjadi bahasa sebagian
besar warga Kalurahan Kepek.
- Geguritan dan Macapat.
- Penulisan sejarah Kalurahan.
6) Situs dan Benda cagar Budaya
- Rumah Adat Limasan, Kampung dan Joglo.
- Petilasan Kyai Legi.
- Benda Pusaka rakyat (Keris, Tumbak, Patrem, Cundrik, dan
lain-lain).
3. Desa Budaya
Desa adalah suatu istilah yang biasanya menunjuk suatu ruang sosial
(social space), yang tentunya terdapat sekelompok manusia yang
berdomisili, beraktivitas, dan berinteraksi satu sama lainnya. Ruang sosial
itu terdiri atas lingkungan permukiman dan lingkungan penjelajahan
sebagai lahan bagi pencaharian manusia untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Lingkungan penjelajahan yang berupa alam itulah yang
biasanya dikelola penduduk desa bersangkutan demi melangsungkan
hidupnya dengan cara mengelola lahan dalam bentuk budi daya pertanian
baik dalam bidang cocok tanam, peternakan, maupun perikanan.
Jika dilihat dari definisi universal, desa atau udik adalah sebuah
aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah
desa adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, yang
dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari
beberapa unit permukiman kecil yang disebut kampung (Banten, Jawa
(2) wujud yang berupa kompleks aktivitas (social system); dan (3)
wujud yang berupa benda-benda kongkrit (physical culture, material
culture, artifacts).
Ketiga, bahwa untuk memahami dimensi-dimensi aktivitas manusia
sebagai makhluk sosio-kultural, tidak mudah lebih-lebih menyangkut
dimensi yang pertama, yakni wujud yang berupa kompleks gagasan,
konsep, dan pemikiran manusia. Dua wujud berikutnya, yakni
wujud yang berupa aktivitas sosial (social system) dan wujud benda-benda
budaya yang kongkret (material culture) relatif lebih mudah, karena
gejalanya dapat dirasakan dengan panca indera. Dengan demikian,
penelitian ini lebih diarahkan kepada dua wujud kebudayaan yang terakhir
itu dengan mendeteksinya lewat ketujuh unsur kebudayaan dengan
sejumlah modifikasi yang meliputi: (1) sistem kepercayaan; (2) sistem
kesenian; (3) sistem mata pencaharian; (4) sistem teknologi; (5) sistem
komunikasi; (6) sistem sosial; dan (7) sistem lingkungan, tata ruang, dan
arsitektur.
Keempat, bahwa pada hakikatnya manusia itu bukan hanya produk
kebudayaan sebagaimana diyakini oleh para penganut Aliran
Strukturalisme, melainkan juga sekaligus pencipta kebudayaan. Oleh
karena itu, manusia dapat merancang suatu strategi kebudayaan bagi
masa depannya, menuju kehidupan bersama yang lebih berkeadaban.
Dengan skala yang lebih kecil, orang dapat menyusun suatu strategi
pengembangan desa budaya. Menyusun suatu strategi
pengembangan desa budaya dapat mendukung mengembangkan
sumber daya manusia dan dapat menjamin identitas dan kearifan
lokal dari desa budaya yang hendak dikembangkan.
Kelima, dalam pengamatan orang awam, kebudayaan dapat dilihat
sebagai aktivitas bersama suatu komunitas yang tampak dalam (1)
adat dan tradisi; (2) seni pertunjukan; dan (3) kerajinan. Adat dan
tradisi merupakan peristiwa yang dapat mencakup kegiatan suatu
sistem kepercayaan, istilah adat dan tradisi sudah diintegrasikan
dalam unsur kebudayaan sistem kepercayaan guna memudahkan
2. Pengumpulan Data
a. Metode Pengambilan Data
1) Data Primer
Metode Observasi
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindra, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
Metode Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti
dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan
2) Data Sekunder
Dalam tahapan awal, dilakukan inventarisasi lebih mendetail data
sekunder yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan
pekerjaan. Data sekunder yang diperlukan dalam kegiatan ini,
antara lain:
a) Gambaran Umum Lokasi Kalurahan Kepek
• Letak Geografis
• Demografi
• Topografi
• Hidrologi
• Geologi
• Lingkungan
• Prasarana wilayah
• RTRW
• Potensi Rawan Bencana
b) Gambaran Khusus Lokasi Kalurahan Kepek
• Kebudayaan
• Kepariwisataan
• Koperasi dan UMKM
• Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat
3. Analisis
a. Metode Mixed Method
Konsultan memahami bahwa penelitian akan menggunakan metode
mixed method. Mixed methods research adalah suatu penelitian yang
didasari asumsi filosofis sebagaimana metoda inkuiri. Mixed methods
juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi
b. Analisis SWOT
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi
bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
Jenis-jenis data yang akan dikumpulkan serta teknik analisis yang akan
digunakan dapat dilihat dalam rincian sebagai berikut :
a) Deskripsi Lokasi
Melakukan analisis kualitatif berdasarkan pengumpulan data dari hasil
pengamatan yang dilakukan. Analisis lokasi dikaitkan dengan Masterplan
Kawasan Budaya dapat ditinjau secara internal dan eksternal wilayah
Kalurahan Kepek, dalam hal ini potensi pariwisata yang ada di Kalurahan
Kepek berpotensi menjadi penggerak pengembangan wilayah tersebut. Selain
itu, juga dilakukan analisis aspek kesesuaian lahan (kelerengan lahan,
kemudahan mendapatkan lahan, kemungkinan pengembangan,
kebencanaan).
b) Deskripsi Kepariwisataan
Melakukan analisis kualitatif berdasarkan pengumpulan data, meliputi:
1) Analisis aspek perhitungan jumlah pengunjung.
2) Analisis aspek aksesibilitas.
3) Analisis aspek atraksi.
4) Analisis aspek amenitas.
Selain itu dilakukan pengamatan, dengan berbagai kriteria pengamatan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Daya tarik
• Keindahan alam yang menjadi daerah tujuan wisata.
• Keunikan daya tarik wisata.
• Kegiatan wisata budaya.
2) Sarana dan prasarana penunjang
• Rumah makan.
• Pusat perbelanjaan/pasar.
• Tempat ibadah.
• Toilet/sarana kebersihan.
• Ketersediaan listrik.
• Ketersediaan jaringan internet.
• Ketersediaan jaringan telepon.
• Ketersediaan tempat parkir.
• Puskesmas/rumah sakit.
3) Ketersediaan sumber air bersih
• Jarak sumber air terhadap lokasi obyek.
• Dapat tidaknya/kemudahan air dialirkan ke obyek.
• Kontinuitas ketersediaan air.
4) Aksesibilitas
• Kondisi jalan.
• Fasilitas transportasi untuk membawa wisatawan ke tempat
wisata.
c) Deskripsi Ekonomi atau Finansial
Melakukan analisis kualitatif berdasarkan pengumpulan data dari hasil
pengamatan yang dilakukan, meliputi:
1) Potensi pasar
• Jumlah penduduk sekitar kawasan obyek wisata.
• Jarak obyek dari terminal bus atau non-bus.
2) Sosial Ekonomi
• Pendapatan asli desa di kawasan obyek wisata.
• Potensi desa.
• Mata pencaharian penduduk.
3) Pengelolaan dan perawatan
• Pengelolaan.
• Sarana perawatan dan pelayanan.
4) Kondisi lingkungan
• Status kepemilikan lahan.
• Harga tanah.
• Sikap Masyarakat.
• Pendidikan.
4. Rekomendasi Akhir
a. Menyusun konsep pengembangan infrastruktur atau
sarana/prasarana.
b. Merencanakan zoning dan besaran perbandingan lahan meliputi lahan
komersial dan lahan untuk sarana dan prasarana serta ruang terbuka
hijau.
c. Menyusun tapak atau site plan.
d. Menyusun konsep strategi pengembangan Desa Mandiri Budaya
5. Pelaksanaan Kegiatan
Penyusunan Masterplan Desa Mandiri Budaya dimulai dengan penggalian
data yang dilakukan dengan metode studi literatur dari data dan studi
yang sudah pernah ada serta penggalian data langsung dari masyarakat.
Metode pendekatan yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan ini
berupa:
a. Observasi Lapangan atau field study (studi lapangan). Inventarisasi
data dilakukan dengan pengumpulan data sekunder pada
Kalurahan/Desa maupun OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta maupun survei pengamatan langsung di
lokasi. Pelaksanaan observasi di beberapa OPD di lingkungan
pemerintah Provinsi Daerah istimewa Yogyakarta dilakukan di
Paniradya Kaistimewaan, Bagian kebudayaan. Di samping itu, observasi
lapangan juga dilakukan di awal pelaksanaan kegiatan dan di tengah
tengah masa pelaksanaan kegiatan. Observasi lapangan dilakukan
dengan pendataan kondisi lingkungan dengan survei langsung
meninjau lokasi dan wawancara perangkat kalurahan dan pelaku usaha
di wilayah.
b. Kajian Pustaka. Sumber dari kajian pustaka dapat berupa best practice,
C. RENCANA KERJA
C.1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang harus dilakukan dalam penyusunan Masterplan
Rintisan Desa Mandiri Budaya, secara garis besar dijabarkan sebagai berikut:
a) Penyusunan rencana kerja
Rencana kerja disusun dengan memperhatikan ruang lingkup dan alokasi
waktu yang tersedia, sehingga kegiatan dapat berjalan dengan maksimal
dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b) Mobilisasi tenaga ahli
Rencana mobilisasi tenaga ahli sesuai dengan kualifikasi dan tugas yang
sudah ditetapkan.
c) Metodologi pelaksanaan
Konsultan/penyedia diwajibkan untuk menetapkan metode pelaksanaan
pekerjaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
d) Target dan sasaran kegiatan
Target dan sasaran dari kegiatan diharapkan dapat disusun dengan
memperhatikan kualifikasi dan potensi dari personal-personal/unit kerja
yang dapat mengimplementasikan pengembangan sistem.
e) Indikator dan standar yang akan dicapai
Indikator dan standar ditetapkan untuk setiap proses pekerjaan yang
dilaksanakan sehingga hasil kegiatan akan dapat diukur dengan baik
tingkat pencapaiannya.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Organisasi pelaksanaan
Jadwal kegiatan
11 Rapat Pengarahan
2. Tenaga Pendukung
1) Administrasi
Membantu tim dalam berkoordinasi dan kegiatan surat menyurat
dengan berbagai pihak dalam rangka pelaksanaan pekerjaan.
Mendokumentasikan berkas-berkas administrasi kegiatan sebagai
bahan laporan.
Pengelolaan keuangan dan berbagai pelaksanaan kegiatan teknis
selama berlangsungnya kegiatan.
2) Operator Komputer
Membantu tim ahli mengumpulkan data sekunder.
Membantu tim ahli untuk mengidentifikasi dan mengompilasi data.
Membantu tenaga ahli untuk menyusun laporan kegiatan.
3) Surveyor
Membantu tim dalam berkoordinasi dan kegiatan di lapangan.
Mengumpulkan data lapangan.
Membantu tenaga ahli dalam pengambilan data.