Anda di halaman 1dari 22

MACAM DAN JENIS SENI KERAJINAN DI KABUPATEN BULELENG BALI I Nyoman Suardina I.

PENDAHULUAN

Usaha kerajinan adalah suatu pilar perekonomian yang masih eksis menyangga kehidupan sebagian masyarakat Kabupaten Buleleng. Dengan demikian sektor kerajinan sampai sekarang masih tetap diusahakan sebagai mata pencaharian, baik dilakukan secara perorangan, maupun kelompok. Dalam bentuk usaha, ada yang dilakukan secara tradisional perorangan, kelompok masyarakat atau dengan manajemen yang lebih baik dalam bentuk perusahaan perorangan maupun asosiasi. Makin majunya dunia usaha serta taraf kehidupan masyarakat produsen maupun konsumen, tak pelak menuntut pencitraan bentuk-bentuk kerajinan, sehingga kerajinan dapat berkembang begitu dinamis. Tuntutan gaya hidup konsumen serta kemampuan desainer dalam merespon, dapat menyuburkan perkembangan mode kerajinan, dari waktu ke waktu. Gambaran itu sangat jelas terbaca dalam peta perkembangan usaha kerajinan di daerah Buleleng saat ini. Bila di masa lalu kerajinan diusahakan sebagai pengisi waktu luang, dimana jiwa dan karakter pada setiap produk yang dihasilkan adalah penggambaran jiwa-jiwa sederhana, aplikatif sebagai kagunan dan milik masyarakat pendukungnya. Begitu pula usaha kerajinan itu sebagai anugerah potensi alamiah yang dimiliki masyarakat setempat, dan mencerminkan karakter masyarakat sebagai budaya lokal. Namun, kerajinan yang tadinya berkonotasi pada proses pekerjaan, kini kata itu cukup menempel pada produknya saja. Sedangkan proses kerajinan itu sudah menjelma menjadi; pekerjaan, usaha, komoditas melalui proses tersetruktur dalam aturan waktu maupun manajemen. Seiring berkembangnya budaya global, perwajahan kerajinanpun mengalami perubahan. Beberapa idiom terkesan memaksa hadir dalam keseharian masyarakat tradisional Buleleng. Dahulu masyarakat hanya akrab pada kata; sok, kukusan, sokasi/ keben, wanci/ dulang, saab, bokor, dan sebagainya. Kini dengan sangat fasih para perajin menyebut apa yang mereka kerjakan sebagai; box set, bath rack, box handle, coffee set tray, oval lamp set, table square, bambu bowl, lamp holder, CD cabinet, food accessories, dan sebagainya. Untuk mengetahui secara detail eksistensi usaha kerajinan di Kabupaten Buleleng saat ini, baik dari segi lokasi (sentra) kerajinan, jenis kerajinan, bahan yang digunakan, proses pengerjaannya, dan cara pemasarannya, perlu diadakan pendataan dalam bentuk penelitian. Penelitian ini sangat tepat dilakukan sebagai langkah awal dalam mendokumentasi sektor kekriyaan di Bali. Kedepan, dalam perkembangan pasar global, tidak dipungkiri Bali akan menjadi ajang pasar internasional dibidang seni, khususnya dibidang seni kriya/ kerajinan. Hal ini tentunya diharap menjadi langkah strategis bagi Jurusan Kriya Seni ISI Denpasar dalam menyediakan data base tentang seni kriya/ kerajinan di Bali yang sekiranya dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ISI Denpasar sebagai lembaga seni yang dibanggakan masyarakat Bali.

Dalam dekade terakhir, massive displays di ruas jalan di Sukawati, Ubud, Sanur dan Kuta telah dipenuhi berbagai macam produk kerajinan yang terkesan modern. Kalau dilihat dengan cermat, beberapa jenis kerajinan itu bukan didatangkan dari luar Bali, meski lokal jenius Bali sekilas tidak tampak dalam kemasannya. Material yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan tersebut dari bahan-bahan alami yang bisa didapat dari alam lingkungan di Bali pada umumnya, seperti; bambu, batok kelapa, iyip, pohon lemputu (pakis), pleting, batu apung, rotan, dan sebagainya. Namun kemasan yang dapat disuguhkan mencitrakan nilai rasa yang berbeda dengan produk kerajinan sebelumnya. Dari data awal yang didapat, kerajinan semacam itu diproduksi hampir di semua daerah di Bali. Salah satu daerah yang dapat mengembangkan sentra kerajinan dengan baik adalah Kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng yang berada di utara lereng terjal poros tengah pegunungan Bali membentang dari ujung barat sampai ujung timur, menempatkan daerah itu nyaris sebagai daerah rainshadow (daerah bayang-bayang hujan). Hawa yang hangat menghampar di antara lautan dan perbukitan, merupakan pembentuk kawasan yang penuh potensi alamiah, diantaranya tempat tumbuh berbagai macam tumbuhan tropis seperti; enau/ aren, kelapa, bambu, jati, sono keeling, dan sebagainya. Sungai-sungai yang mengukir keindahan lembah, merupakan karunia Tuhan yang sangat penting untuk pengairan persawahan, serta potensi lain yang dibawa air sungai seperti pasir dan batu apung. Dengan potensi alamiah yang melimpah, serta masyarakatnya yang memiliki budaya yang dinamis, familier, terbuka, dan ulet, menjadikan Buleleng daerah yang tidak pernah redup dalam kreativitas. Salah satunya adalah kreativitas dibidang kerajinan. Dahulu, kerajinan di Buleleng dikerjakan dengan teknik dan tema konvensional, bahan baku yang digunakan adalah material yang telah diakrabi masyarakat dalam kehidupan keseharian mereka. Proses pembuatannya pun tidak menggunakan teknologi yang tinggi, estimasi waktu penyelesaian tidak menentu, serta dengan domain pasar lokal. Macam dan jenis produk kerajinan berkisar pada produk sok, kukusan, sokasi/ keben, wanci/ dulang, saab, gambar wayang di kanvas/ kaca, bokor perak, perhiasan emas/ perak, seni pahat, dan tenun. Di masa kini, budaya global telah menghegomoni seluruh kawasan di Indonesia. Kemajuan dalam bidang teknologi dan informatika telah membawa perubahan serta pergeseran kecenderungan pola hidup. Buleleng sebagai daerah terbuka menggeliat pula dalam dinamika kekiniannya, termasuk dalam bidang kerajinan. Sentra kerajinan bermunculan. Globalisasi semakin terasa manakala rasa permisif masyarakat dalam mengerjakan kerajinannya telah berubah menjadi sesuatu yang profit orientation. Produk kerajinan dari sosio-kultural yang berbeda banjir dalam order dan pasaran. Sementara ada fenomena yang menarik dalam diskursusnya, yakni pemanfaatan dan eksplorasi material alamiah yang diproses dan dikemas secara modern. Hegomoni baru telah mampu mengubah pola hidup para kriyawan/ perajin daerah ini. Usaha kerajinan tidak lagi menjadi sekadar representasi jiwa lugu dan sabar masyarakat pedesaan, tetapi presentasi dari usaha bisnis yang menguntungkan secara finansial. Seiring budaya masyarakat yang makin berkembang, utamanya dari pengaruh pariwisata yang identik dengan dunia fashion, maka mode adalah suguhan menu utama untuk memenuhi keinginan wisatawan. Eksplorasi dalam bidang kerajinan pun menjawab tantangan itu. Dari Buleleng barat (Celukan Bawang) bermunculan home industry dalam bidang accessories, bubut kayu, furniture, dengan didominasi teknik finishing laminasi.

Dalam sebutan inilah kerajinan telah diusahakan dengan manajemen yang lebih professional, dibidang eksplorasi bahan baku, desain, proses pengerjaan, finishing, sistem order, kwalitas kontrol, pemasaran dan keorganisasian. Dari gambaran itu, yang penting digali adalah peta kerajinan di Kabupaten Buleleng saat ini.

II. TUJUAN DAN METODE A. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendata keberadaan sentra kerajinan serta macam dan jenis produk yang dihasilkan di Kabupaten Buleleng. 2. Untuk mengetahui proses estetik dalam mewujudkan berbagai produk kerajinan, serta wilayah pemasarannya. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penunjang bahan ajar dalam proses belajar mengajar di lingkungan perguruan tinggi seni. 4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas mengenai keberadaan seni kerajinan yang ada di Kabupaten Buleleng. 5. Memperoleh pengalaman dalam berbagai proses pembuatan seni kerajinan dan pemasarannya. 6. Dapat memperkaya materi bahan ajar dalam proses belajar mengajar di lingkungan perguruan tinggi seni. B. Metode Penelitian Penelitian yang dilaksanakan ini berbentuk penelitian deskriptif bertujuan untuk mendata, menggambarkan keadaan atau status fenomena keberadaan Sentra Kerajinan dan Jenis Produk kerajinan yang dihasilkan. Peneliti ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan produksi kerajinan baik yang tradisional maupun yang dikerjakan dengan metode baru. Untuk mengetahui secara lengkap tentang keberadaan dari berbagai jenis kerajinan di Kabupaten Buleleng, maka dilakukan penelitian dengan menerapkan metode sebagai berikut: 1. Metode pengumpulan data Dalam metode pengumpulan data ada dua teknik yang dapat dilakukan, yaitu teknik observasi atau pengamatan secara langsung. Sebagai objek penelitian ini adalah seluruh produk seni kerajinan, sedangkan subyek penelitian adalah perajin yang mempoduksi seni kerajinan tersebut yang dapat dipandang sebagai sumber data primer. Kedua dilakukan dengan teknik wawancara. Untuk mendapatkan data faktual mengenai kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat perajin di masing-masing sentra seni kerajinan di Kabupaten Buleleng ditempuh melalui wawancara dengan responden. Juga dilakukan interpretasi peristiwa, dengan maksud mempertajam pengertian serta mendapat wawasan baru dari obyek yang diliti. 2. Metode dokumentasi Untuk meperoleh gambaran yang lebih jelas bagi si pembaca, maka metode dokumentasi adalah hal yang paling tepat. Dari metode ini dihasilkan foto-foto

dokumentasi yang dapat mengilustrasikan hal yang sebenarnya pada objek penelitian, atau yang terjadi di lapangan. 3. Metode pengolahan data Setelah data dapat dikumpulkan selanjutnya dilakukan kegiatan pengolahan data untuk memperoleh seprangkat informasi, atau proses ini sering disebut dengan "analisis data". Dalam penelitian deskriptif terdapat dua jenis penelitian menurut sifat dan analisa datanya yaitu deskriptif eksploratif dan deskriptif depelopmental (Arikunto, 1989: 195). Dalam penelitian yang dilakukan lebih mengarah pada sifat deskriptif eksploratif, karena bertujuan untuk menggabarkan status pendataan fenomena produksi dengan diterminasi penemuan baru. III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan metode yang dipakai dalam penelitian ini, maka setelah data dapat dikumpulkan dilakukan klasifikasi data secara keseluruhan, sehingga diperoleh bangunan informasi data yang utuh. Penyajian bahasan dalam penelitian ini lebih mengarah pada penyajian secara deskriptif eksploratif, karena bertujuan untuk menggambarkan status pendataan fenomena produksi dengan diterminasi penemuan baru. Artinya, walau usaha kerajinan telah dikerjakan masyarakat secara turun temurun, namun beberapa item adalah merupakan penemuan atau memiliki unsur kebaruan, baik dari segi bahan, teknik maupun peralatan yang digunakan. 1. Kerajinan Bambu Banjar Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Kerajinan

: Wana Sari : Tiga Wasa : Banjar : Buleleng : Anyaman bambu

Tiga Wasa merupakan sentra kerajinan bambu yang masih bertahan di Kabupaten Buleleng. Kerajinan anyaman bambu telah ditekuni secara turun-temurun. Motif yang diterapkan pada produk kerajinan sangat beraneka ragam, seperti motif swastika, dan motif lainnya telah mengalami suatu kesatuan yang utuh dalam penerapan pada bidang produk anyaman bambu. Kerajinan anyaman bambu di Desa Tigawasa, telah dapat menunjukan kualitas, dan berbagai jenis bentuk desain yang diproduksi, sehingga mampu merebut pasar lokal maupun dari daerah lain. Macam Bahan Bentuk Motif Sokasi, gandek, tas jinjing, kap lampu, tempat sampah Bambu buluh, bambu tali, uang kepeng, tali rotan, lem kayu Suastika, mawar, sigsag, naga sari, huruf ( seperti nama

Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik

pemesan) Cat, zat pewarna, dan Politur Sekitar kecamatan Banjar, dan sebagian di datangkan dari luar desa Tiga Wasa. Pribadi dan Disperindag 5 orang Gianyar, Denpasar dan pesanan dari perorangan (desain di disesain oleh pemesan) I Putu Pastiyasa

2. Kerajinan Lukis Kaca Banjar : Delod Margi Desa : Naga Sepaha Kecamatan : Buleleng Kabupaten : Buleleng Jenis Kerajinan : Lukisan Kaca Desa Naga Sepaha memiliki kekhasan dalam usaha kerajinan yaitu melukis di atas kaca bening yang biasa disebut lukisan kaca. Di desa ini terdapat banyak perajin lukisan kaca sehingga Naga Sepaha pada perkembangannya menjadi sentra usaha kerajinan lukisan kaca. Meskipun terdapat banyak rumah produksi, lukisan kaca yang dihasil oleh mereka memiliki tema yang berbeda-beda, seperti tema barata yudha, Ramayana, pepatraan dan kontenporer. Setiap perajin memiliki karakteristik visualisasi yang unik sesuai ide dari pengalamannya. Salah satu perajin tersebut adalah I Kadek Suradi yang memasukkan tema kontemporer dalam karyanya. Macam Bahan/ alat Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik 3. Kerajinan Mote Banjar Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Kerajinan Lukisan tradisi, lukisan Kontemporer Kaca, cat minyak, kuas Persegi Pepatraan, wayang, kekarangan, manusia (dekoratif) Cat, prada Buleleng Pribadi 2 orang Buleleng. I Kadek Suradi

: Naga Sepaha : Naga Sepaha : Buleleng : Buleleng : Mote

Mote adalah salah satu bahan baku yang dominan dipergunakan untuk membentuk motif/hiasan pada saab, lamak, tamiang, maupun hiasan dinding sebagai perlengkapan upacara agama Hindu. Di Buleleng, sentra kerajinan ini terdapat di Desa Naga Sepaha. Selain mote, bahan baku yang digunakan adalah uang kepeng, daun lontar, dan kain beludru. Daun lontar dipergunakan untuk merancang pola awal/ bentuk global seperti pada saab (tudung sesaji), sedangkan kain bludru sebagai latar belakang dari penerapan motif tersebut. Produk kerajinan mote masih mungkin untuk dikembangkan desainnya, bukan semata untuk kepentingan upacara agama saja, juga untuk kepentingan kepariwisataan sebagai cendramata, seperti kerajinan mote di daerah lain. Jika hal ini dapat di upayakan, kerajinan mote akan dapat berkembang sesuai dengan konteks zamannya. Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik 4. Kerajinan Gerabah Banjar Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Kerajinan Saab, tamiang, lamak, hiasan dinding Mote, kain bludru, daun lontar uang kepeng, cermin Uang kepeng, bunga, manusia, legong, tumbuhan Vernis, jarit mesin,tangan Buleleng dan Denpasar Pribadi dan koperasi 15 orang Tabanan, Kab Klungkung, Kab Jembrana Ni Ketut Kocak

: Banyuning Tengah : Banyuning : Banyuning : Buleleng : Gerabah

Banyuning merupakan sentra kerajinan gerabah yang tetap bertahan di kota Singaraja, Buleleng. Bahan baku kerajinan berupa tanah liat mudah didapat disekitar Banyuning. Dahulu pengolahan tanah untuk bahan gerabah masih diusahakan secara tradisional. Kini perajin telah memiliki alat mengolahan tanah yang digerakan oleh mesin, sehingga memudahkan dalam proses pembuatan bahan baku. Proses pembentukan kerajinan gerabah diperlukan beberapa tahapan diantaranya proses membentuk diatas pelarik atau roda putar dan biasa dibut oleh perajin adalah pengejunan, dangan cara putaran dapat dibuat atau menghasilkan benda-benda berbentuk selindris seperti vas bunga, mangkok, periuk, kekeb, pasepan, penglaklakan, coblong, pane, gentong dan bentuk lainnya. Penerapan motif tetap mempertahankan proses tradisi seperti menempel dan membuat lekukan pada pinggiran benda gerabah. Pembakran dilakukan dengan tungku permanent, benda-benda gerabah yang telah kering disusun didalam tungku serta diberi alas dengan pecahanan gerabah, sirkulasi diatur agar api dapat beredar keseluruh benda gerabah di dalam tungku. Pembakaran seperti tungku bak memerlukan waktu yang agak lama disbanding dengan tungku lading, maka hasil pembakaran tungku bak

lebik baik dan matangnya lebih merata, dengan resiko kerusakan lebih kecil. Suhu pembakaran bisa mencapai antara 500-700C. Tidak ada finishing khusus diterapkan, selain warna merah yang dihasilkan dari tungku pembakaran. Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik 5. Kerajinan Ingka Banjar Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Kerajinan Pot bunga, kekeb, pasepan, pane, coblong, pulu, cobek, penglalakan Tanah liat Buleleng Mandiri dan Disperindag 20orang Pasar Buleleng I Ketut Yasa

: Pengubugan : Depaha : Kubu Tambahan : Buleleng : Ingka /lidi

Ingka merupakan kerajinan yang dibuat darai bahan lidi yang dianyam dan dibentuk seperti mangkuk dan piring. Pada bentuk mangkuk bagian pinggir dibuat lebih tinggi sedangkan bentuk piring dibuat pipih. Ingka awalnya dipergunakan sebagai tempat sesajen dengan ukuran yang berbeda-beda. Dewasa ini ingka juga dipergunakan untuk tempat makanan/ properti kuliner. Banjar Pengubugan, Buleleng merupakan salah satu sentra kerajinan ingka. Jumlah perajin sekitar 20 orang. Bahan baku berupa lidi tersedia melimpah, karena dihasilkan dari daun kelapa yang didapat dari daerah itu. Proses produksi ingka sangat sederhana, tahap pertama yaitu anyaman iseh ( pusat /pusar dalam) baru kemudian anyaman pinggir yang sering disebut bibih ingka (bibir ingka). Finishing ingka sangat ditentukan kehalusan rautan lidi. Motif sangat terbatas, hanya dari kepiawaian membuat tumpang tindih dari anyaman itu sendiri dan kerapian menganyamnya. Pemasaran sementara ini dipasarkan di daerah Buleleng dan sekitarnya. Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Piring, bunga, talam, bokor, mangkuk Lidi dari daun kelapa Bentuk isehan dan bibih ingka, anyaman tmpang tindih, yaitu tindih dua, tiga, tujuh Sekitar kecamatan Banjar, Kab Buleleng Pribadi 20 orang

Pemasaran Pemilik

Bulian dan Sidatapa kab Buleleng Ni Luh Sukrasmini

6. Kerajinan Pelepah Pisang Banjar : Ambengan Desa : Padang Bulia Kecamatan : Suka Sada Kabupaten : Buleleng Jenis Kerajinan : Pelepah Pisang Di awal tahun 90-an kerajinan dari pelepah pisang telah diproduksi luas di Bali. Banjar Ambengan sebagai sentra kerajinan pelapah pisang di Kabupaten Buleleng, sampai saat ini masih sangat intens mengembangkan jenis kerajinan ini. Bahan baku seperti pelepah pisang, kulit buah lamtoro, daun kupu-kupu, lidi daun tebu, tangkai bunga kelapa (paang), banyak tersedia disekitar desa Padang Bulia, sedangkan karton didatangkan dari Denpasar. Proses pembuatan produk kerajinan pelapah pisang diawali dengan proses pengolahan bahan baku. Pelepah pisang, daun kupu-kupu yang baru dipetik dikukus dan dikeringkan. Kemudian bahan-bahan tersebut sudah siap untuk dirangkai menjadi sampul buku, album foto kenangan, tempat tisu, dan sebagainya.

Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik

Album, bingkai foto, noot book, buku address Pelepah pisang, daun waru,kupu-kupu, buah lamtoro, pasir putih, kertas kartoon dan kertas daur ulang Pohon kelapa, kura-kura, sandal, berbagai jenis ikan, kangguru Movilex, clear gloss Denpasar, dan sekitar Sukasada Disperindag dan sendiri 15 orang Pesanan dari bayer seperti Spanyol dan Amerika I Wayan Budiasa

7. Kerajinan Logam Banjar Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Kerajinan

: Sari Mekar : Sari Mekar : Buleleng : Buleleng : Logam (kuningan dan tembaga)

Saat ini perajin logam di desa Sari Mekar hanya bertahan pada beberapa rumah produksi. Hal ini disebabkan lesunya pemasaran dan semakin banyaknya saingan dari daerah lain seperti Kabupaten Klungkung dan Gianyar. Selain itu, mahalnya harga bahan baku juga

merupakan salah satu faktor berkurangnya perajin yang kemudian memutuskan untuk beralih propfesi. Bahan baku yang digunakan perajin di Banjar Sari Mekar berupa logam tembaga dan kuningan. Bahan yang dibeli dari Gianyar dan Denpasar ini kemudian diolah menjadi bokoran, saab, dulang, kap lampu, dan nampan. Pada permukaan produk-produk kerajinan ini dihiasi motif yang sudah biasa dibuat seperti pepatran, wayang, boma, saet mingmang, emas-emasan, cermean, krawangan, patra ulanda, dan bunga kamboja. Sedangkan motif yang menjadi unggulan adalah motif saet mingmang. Perajin di desa Sari Mekar pada umumnya menggunakan dana pribadi sebagai sumber modal usaha. Selama ini belum pernah diperoleh sumber dana dari pihak lain. Sementara itu perajin profesional yang bekerja pada setiap rumah produksi terdiri atas lima orang perajin. Bokoran, saab, dulang, kap lampu, nampan Kuningan dan tembaga, bahan sepuh. Pepatraan, Wayang, Boma, Saet Mingmang, Emas-emasan Cermean, Krawangan, P.Ulanda, Bunga kamboja Sepuh perak, emas, dan diantik pada bahan tembaga Gianyar dan Denpasar Pribadi 5 orang Buleleng sekitarnya dan Denpasar I Ketut Sadia

Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik

8.Kerajinan Tenun Cagcag Songket Banjar : Dusun Gambang Desa : Jeneng Dalem Kecamatan : Buleleng Kabupaten : Buleleng Jenis Kerajinan : Tenun Songket Desa Jeneng Dalem, Buleleng seakan menjadi tautan terakhir kerajinan Tenun cagcag, khususnya tenun songket. Kerajinan yang dihasilkan berupa kamben dan selendang songket. Tenun cagcag songket ini biasanya digunakan pada saat acara adat. Bahan baku tenun cagcag biasanya harus didatangkan dari daerah diluar Buleleng, seperti Klungkung. Hal ini disebabkan langkanya bahan baku songket di Buleleng.

Sementara itu untuk pemasaran tenun cagcag baru dapat dilakukan di sekitar kabupaten Buleleng. Ini pun hanya berdasarkan pesanan (make by order). Keadaan yang demikin pada akirnya menyebabkan berkurangnya jumlah perajin tenun cagcag di kabupaten Buleleng.

Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik

Kamben, Selendang, Kampuh, Udeng, Taplak meja, sarung bantal Benang, benang perak, dan benang emas. Persegi panjang K.Boma, P. Punggel, Merak, Gelap, Wajik, Tumpal, Kupu-kupu, Temesir, Pinggiran. Buleleng dan Klungkung Bank, Biaya Mandiri 6 orang Buleleng, Denpasar, Klungkung Ni Ketut Koni

9. Kerajinan Tenun Bebali Banjar : Kubu anyar Desa : Pacung Kecamatan : Teja Kula Kabupaten : Buleleng Jenis Kerajinan : tenun cagcag kain bebali Kain Tenun Bebali adalah kain tradisional (klasik) hasil tenunan masyarakat Teja Kula Buleleng, Bali. Zaman dahulu kain ini sangat fungsional di tengah-tengah masyarakat Buleleng khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya untuk digunakan sebagai pakaian adat disaat melakukan upacara keagamaan, sebagai pelengkap sarana upacara itu sendiri, dan sebagai penghias bangunan suci (raja pengangge). Kain ini tergolong langka namun sejak dahulu cukup dikenal di manca negara sebagai cenderamata. Sejarah Singkat Kain Tenun Bebali Selama ribuan tahun, alat tenun backstrap telah digunakan untuk menenun. Di Bali, menenun dengan teknik dan alat seperti ini disebut dengan Tenun Cagcag, dan secara tradisional dilakukan oleh kaum perempuan. Bali sesungguhnya memiliki berbagai tradisi teknik menenun diantaranya; tenun Geringsing (double ikat), Songket (suplementary tenunan polos dengan lungsin paterning), Endek (warp ikat) dan Bebali (kain tradisional polos yang digunakan dalam upacara keagamaan). Kapas sebagai bahan utama kain tenun dihasilkan dan ditanam di daerah sekitar lingkungan desa. Demikian pula, bahan-bahan alami yang digunakan untuk pencelupan termasuk Indigo (taum) dan Morinda citrifolia (Sunti), begitu pula bahan-bahan pewarna serta bahan fermentasi tersedia secara alamiah.

Secara historis, Bebali memiliki dua fungsi utama; sebagai pakaian atau ritual. Lebih dari 100 tahun yang lalu, Bebali digunakan dalam bentuk polos (tanpa garis) oleh laki-laki dan perempuan sebagai sarung (kamben) untuk dipakai setiap hari. Saat ini, polos Bebali hanya dikenakan untuk Piodalan di Pura. Kain Bebali dalam upacara melambangkan siklus kehidupan. Garis-garis yang melambangkan transisi dari satu fase kehidupan yang lain. Sebagai contoh di daerah Pacung selama 6 bulan untuk keselamatan bayi diadakan suatu upacara, bayi dibungkus kain Bebali selama ritual tersebut. Dalam hal ini Kain Bebali memiliki peran yang penting, dan sampai saat ini masih dipertahannkan dalam upacara manusa yadnya, dari lahir sampai kematian. Di kebanyakan daerah, Bebali dianggap kain yang suci dan memiliki sifat magis dalam budaya Bali. Selama 50 tahun terakhir kerajinan tangan tenun kain Bebali sempat menghilang, ini disebabkan masuknya produksi kain tenun Bebali yang menggunakan mesin. Warna yang digunakan untuk mencelup juga menggunakan zat kimia. Sedangkan kain tenun tangan yang dibuat dari bahan-bahan alami serta dikerjakan dengan teknik Cagcag keberadaannya hanya bisa dilihat di museum-museum di seluruh dunia dan pada upacara keagamaan di Bali yang masih menggunakan kain tua.

Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik

Kain bebali untuk sarat upacara, dipakai (busana), Raja Pengangge (untuk tempat suci) Benang Sutera, Katun, Warna alam Persegi panjang Garis-garis Dari gianyar Denpasar NGO, Mandiri 11 orang Jepang, Amerika, Australia, Perancis Itali, Jerman, Eropa, Buleleng, Kintamani I Nyoman Sarmika

10. Kerajinan Lidi craft kombinasi kayu Banjar : Bunut Panggang Desa : Kaliasem Kecamatan : Banjar Kabupaten : Buleleng Jenis Kerajinan : Kerajinan Lidi craft kombinasi kayu

Kerajinan lidi iyip adalah kerajinan yang dibuat dari lidi iyip (lidi yang didapat dari batang pohon enau). Bahan baku iyip ini bentuknya memanjang kira-kira 50cm

berwarna hitam berameter 0,5cm. Sesuai dengan namanya bahan ini merupakan ciri khas dari produk yang dihasilkan. Bahan baku iyip tersedia melimpah, karena populasi pohon enau keberadaannya sangat banyak di Banjar Bunut Panggang, Kabupaten Buleleng. Macam kerajinan yang dihasilkan diantaranya berupa, nampan berbagai ukuran dan bentuk, tempat sampah, tempat cucian, mini furniture, alas piring, tempat paying, dan sebagainya. Desain dikerjakan berdasarkan pesanan buyer. Proses penyiapan bahan baku, lidi iyip dibersihkan sampai halus dengan cara dikerok dan diamplas sampai mengkilap. Iyip dipotong sesuai dengan rancangan desain. Finishing dilakukan dengan sederhana yakni menggunakan politur buatan perajin sendiri, agar warna produk tampak lebih elegan. Pemasaran sebagian dilakukan para bayer dari Eropa, selebihnya dipasarkan melalui art shop di daerah Gianyar dan Kuta (badung). Modal masih menghadalkan modal sendiri, karena pemerintah belum bisa membantu secara finansial. Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik Nampan, bath rak seat, bottol boz, box handel, kaset box, plesmata, laundry box. Kayu kamelina, (jati belanda), lidi iyip dari pohon enau politur Sekitar kecamatan Banjar Biaya Mandiri 6 orang Tegallalang gianyar, kuta, pesanan dari Eropa. Bapak Lukman

11. Kerajinan Batok Kelapa Banjar : Penarungan Desa : Penarukan Kecamatan : Buleleng Kabupaten : Buleleng Jenis Kerajinan : Batok Kelapa (PUJI JIWA SENI) Kerajinan batok kelapa dibuat dari batok kelapa, yang tua untuk kesan warna hitam, dan batok kelapa muda untuk kesan warna putih. Bahan baku tersebut diproleh dari lingkungan tempat perajin di desa Penarungan. Bahan dasar dari kerajinan ini dibuat dari kayu mangga. Bahan bantu lainnya seperti kulit kayu manis didapat dari luar daerah Buleleng. Adapun proses pembuatannya sebagai berikut, pertama pembuatan bentuk dasar silinder dikerjakan dengan teknik bubut, sedangkan yang berbentuk persegi bidang kayu dirakit sesuai dengan ukuran yang didesain. Setelah bentuk yang diinginkan siap, tahap berikutnya dilakukan pemasangan dengan cara laminasi (menempelkan) batok kelapa, pakis, atau kulit kayu manis yang telah dibentuk dengan menggunakan bahan lem atau resin sebagai bahan perekat. Dilanjutkan dengan proses pengamplasan, dari amplas kasar ukuran 180 sampai ukuran 300 yang paling halus. Tahap akhir dilakukanproses finishing dengan menggunakan bahan politur dan delaminating (coating). Sedang produk

yang dibuat dari bahan kayu manis proses finishingnya dilakukan secara natural dalam arti seperti apa adanya ( tanpa cat kimia). Pemasaran produk yang dihasilkan kebanyakan merupakan pesanan dari bayer, ada juga dilakukan dengan menjual secara langsung ke took-toko seni yang berlokasi di Denpasar, Kuta dan Ubud, sebagai pusat kunjungan wisatawan di Bali. Macam Bahan Bentuk Motif Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik 12. Batu Apung Banjar Desa Kecamatan Kabupaten Jenis Kerajinan Tempat buah, tisu, gelas, kartu, lilin, Baki/nampan, bingkai foto, mebeler. Batok kelapa, kayu manis, pakis, kayu mangga, logam kuningan Geometri Politur, natural hanya dihaluskan pada produk tertentu, delaminating (dilapisi dengan cat clear gloss) SekitarBanjar Penarungan kabupaten Buleleng Bank dan koperasi di Denpasar 30 Orang Pesanan dari toko seni di Denpasar, Kuta, Ubud Bali I Wayan Natih

: Lingkungan Penarungan : Penarukan : Buleleng : Buleleng : Batu Apung

Kerajianan Batu apung salah satu unggulan kabupaten Buleleng, kerajinan ini dibuat dari batu apung. Bahan ini didapat dari lingkungan sekitar tempat tinggal perajin di desa Penarukan Buleleng. Adapun proses pembentukan untuk dijadikan bahan baku kerajinan adalah sebagai berikut, batu apung dibelah-belah berupa lembaran dengan ketebalan kurang lebih 1cm dan dipecah menggunakan alat gergaji mesin. Selanjutnya adalah dilakukan dengan cara menempelkan lembar-lembar batu apung yang telah terukur, ditempelkan pada bingkai kayu yang telah disiapkan, dengan menggunakan perekat campuran lem dengan semen. Setelah penempelan selesai, permukaan batu apung yang tertempel pada bidang diratakan dengan menggunakan mesin gerinda sampai halus. Demikian pula semua produk yang diproduksi, proses pengerjaaanya dilakukan sampai finishing dengan cara yang sama. Tahap finishing dilaksanakan dengan menggunakan bahan clear gloss. Pemasaran kerajinan batu apung sesuai dengan permintaan bayer, diantaranya ke Perancis, Kanada dan Spanyol, disamping juga dipasarkan di pasar lokal. Macam Bahan Bentuk Motif Tempat tisu, tempat lilin, kap lampu Kayu, batu apung, kuningan -

Finishing Sumber bahan Sumber dana Jumlah tenaga kerja Pemasaran Pemilik

Politur, natural dilapisi dengan clear gloss. Sekitar kecamatan Buleleng Pribadi 6 orang Sesuai dengan pesanan dari Perancis, Kanada, Spanyol I Putu Arcana

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari pelaksanaan penelitian mengenai jenis-jenis dan macam kerajinan yang ada di kabupaten Buleleng dapat disimpulkan sebagai berikut: Sentra seni kerajinan berlokasi di pedesaan maupun di perkotaan, tersebar di kabupaten Buleleng. Dari berbagai jenis produk yang dihasilkan dapat diketahui bahwa proses pembuatan sebuah produk dilakukan secara tradisional dan inovatif Macam produk kerajinan yang dihasilkan oleh perajin antara lain kerajinan tenun cagcag (songket,kain bebali), logam (kuningan,tembaga) kayu (batok, lidi iyip), bambu (anyaman bambu), ingka (lidi dari daun kelapa, Mote, lukisan kaca, gerabah, batu apung, pelepah pisang. Bahan baku yang dipergunakan diperoleh dari lingkungan perajin setempat dan ada pula didatangkan dari daerah lain. Jenis produk yang dihasilkan dapat berfungsi untuk pemenuhan kebutuhan diluar manusia dan sebagai sarana upacara panca yadnya. Bahan dapat memberikan kerakter/motif atau nilai dekoratif yang unik dalam penampilan jenis kerajinan, seperti motif saet mingmang yang ditatahkan pada kerajinan logam (bokor dari bahan kuningan dan tembaga), lidi iyip, batok kelapa, merupakan salah satu ciri khas motif yang berada di kabupaten Buleleng. Pemasaran produk seni kerajinan, merupakan pesanan dari bayer, seperti dari jepang spanyol, amerika, Australia disamping kebutuhan domestik. Sumber dana yang diperoleh masih menggunakan dana sendiri, dan kesulitan perolehan dana dari sumber lain, seperti instansi pemerintah maupun swasta (BUMN). 2. Saran Dengan terwujudnya hasil penelitian ini dapat kami sarankan sebagai berikut: Mengingat bahan baku yang didapat disekitarnya semakin berkurang sebagi akibat meningkatnya pesanan dari konsumen, disarankan kepada perajin untuk melestarikan bahan baku yang ada disekitarnya. Untuk tidak punahnya seni kerajinan, maka disarankan masyarakat ikut andil sebagai konsumen aktif dalam menggunakan produk yang dihasilkan oleh perajin. Dilingkungan akademik disarankan memberikan sumbangan pemikiran seperti dari seni rupa dan desain memberikan desain baru yang berkembang yang masih uptodate, juga dari disiplin ilmu lainnya.

Bagi peneliti lain disaran dapat meneliti pada bidang lain untuk melengkapi problem yang ada di perajin. Disarankan pemerintah daerah dapat memberikan dukungan terhadap perajin yang semakin punah, dukungan diantaranya permodalan, pemasaran, suplay bahan baku, demi kesejahtraan masyarakat banyak.

Daftar Pustaka Arikunto Suharsimin,1989, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Bina Aksara Jakarta Ave Joop, 1999, Pariwisata Berbasis Kria sebagai Produk Wisata Alternatif, Kofrensi Tahun Kria dan Rekayasa, ITB Bandung Bandem I Made, 2002, Mengembangkan Lingkungan Sosial yang Mendukun Kriya Seni, PPS ISI Yogyakarta Brata I Made, 2008, Dinamika Perkembangan Seni Kerajinan Ukir Batu Padas di Silakarang, Gianyar, Tesis Kejian Seni ISI Yogyakarta Gustami SP,2004, Proses Penciptaan Seni Kriya Untaian Metodelogis, Makalah, PPS.ISI Yogyakarta. ______ , 2006, Kearipan Ekosistem dalam Berkesenian, Jaringan Makna, ed. Agus Burhan, BP ISI Yogyakarta _______, 1991, Seni Kriya Indonesia Dilema Pembinaan dan Pengembangan, Pidato Ilmiah, ISI Yogyakarta. _______, 1999, Pokok_pokok Pemikiran Propil Seni Kriya pada era Keterbukaan, Seminar Seni Rupa STSI Surakarta. _______, 2002, Memantapkan Wecana Seni Kriya Indonesia sebagai Akar Seni Rupa Indonesia, PPS ISI Yogyakarta. Irianto Jono Asmudjo, 2000, Kriya Seni Kreasi ISI Yogyakarta dalam Usaha Membangun Rasa Percaya Diri, Geleri Nasional, Jakarta. _______, 2002, Memantapkan dan Mengembangkan Wacana Seni Kriya Indonesia, khususnya Kriya Seni yang merupakan Fenomena Baru dalam Penciptaan Kriya Seni, PPS, ISI Yogyakarta. Nawawi, Hadari H, 1983, Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Nuarta I Nyoman, 1999, Strategi Industri Kerajinan Menghadapi Era Pasar Bebas, Semiloka Seni Kriya dan Periwisata, Yogyakarta

Rohidi, Rohendi, Tjetjep, 2002, Mempersiapkan dan Mengarahkan Seni Kriya Indonesia Dalam era Globalisasi yang Terbuka, PPS ISI Yogyakarta. _____, 1999, Pengembangan Seni Kriya dal;am Kontek Kebudayaan Nasional, Konfrensi tahun Kriya dan Rekayasa, ITB Bandung.

Lampiran 1. Kerajinan Bambu

2. Kerajinan Lukis Kaca

3. Kerajinan Mote

4. Kerajinan Gerabah

5. Kerajinan Ingka

6. Kerajinan Pelepah Pisang

7. Kerajinan Logam

8. Kerajinan Tenun Cagcag Songket

9. Kerajinan Tenun Bebali

10. Kerajinan Lidi craft kombinasi kayu

11. Kerajinan Batok Kelapa

12. Batu Apung

Art Shop yang memajang karya kerajinan

MACAM DAN JENIS SENI KERAJINAN DI KABUPATEN BULELENG BALI

oleh I Nyoman Suardina, S.Sn, M.Sn Anggota Drs. I Made Radiawan, M.Erg Drs. I Wayan Bagiartha

Dilaksanakan atas biaya I-MHERE Sub-Component B.1. Batch III Institut Seni Indonesia Denpasar Tahun Anggran 2009, Kontrak Nomor: 1698/I-MHERE/X/2009, Tanggal 5 Oktober 2009

JURUSAN KRIYA SENI FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA 5 MEI 2010

Anda mungkin juga menyukai