Anda di halaman 1dari 20

1

ARTIKEL HASIL PENELITIAN

KAJIAN PERKEMBANGAN DESAIN GERABAH MELALUI PENDEKATAN SOSIAL


BUDAYA: Studi Kasus pada Gerabah di Takalar

STUDY DESIGN POTTERY BY THE SOCIO-CULTURAL APPROACH:


Case Studies on Pottery in Takalar
(Yabu M. and Irfan)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-kualitatif yang dilakukan di Kabupaten Takalar
pada dua wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Pattallassang dan Kecamatan Mappakasunggu. Sasaran kajian
difokuskan pada produk gerabah dan para perajin pada dua wilayah yang ditetapkan dalam penelitian ini.
Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang bersumber dari data primer, yakni:
terdiri dari objek/benda gerabah (gerabah tradisional, gerabah transisi, dan gerabah modern). Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah melalui observasi lapangan, dokumentasi dan rekaman visual,
dokumentasi dan pengamatan, serta wawancara dengan pengrajin dan narasumber yang dianggap relevan.
Teknik analisis data dilakukan melalui tiga alur kegiatan, yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3)
penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga komponen analisis tersebut aktivitasnya dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif yang mencakup 4 langkah: (1) mengorganisasi data, (2) mengembangkan kategori, tema, dan pola,
(3) menguji hipotesis yang muncul, (4) mencari penjelasan alternatif dari data, (5) menulis laporan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terjadi perkembangan bentuk dari tradisional ke transisi dan selanjutnya
ke arah modern; (2) Gerabah tradisional cenderung terbatas pada bentuk-bentuk yang diwarisi, jenis produk
cenderung monoton, fungsinya terbatas pada kebutuhan dapur; (3) Gerabah transisi lebih berorientasi pada
perkembangan fungsi, termasuk pemberian motif hias; (4) Gerabah modern memiliki fungsi yang lebih
kompleks (fungsi hias dengan fungsi pakai dipadukan), fungsinya telah berkembang untuk keperluan
souvenir; (5) Dari segi hiasan, terjadi perkembangan yang lebih kompleks pada gerabah transisi dan pada
gerabah modern. Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini diajukan saran-saran, yakni: (1) Kepada para
perajin agar tetap optimis, tetap melakukan inovasi desain; (2) Bagi para peneliti dan akademisi agar terus
meneliti guna membantu perajin dari segi aspek pengembangan desain; (3) Kepada pihak pemerintah agar
terus melakukan pendampingan, memberikan bantuan moril dan finansial untuk mengembangkan usaha,
termasuk dari segi aspek pemasaran.
Kata Kunci: Perkembangan desain gerabah, gerabah Takalar, pendekan sosial budaya.

ABSTRACT
This research is a descriptive-qualitative study conducted in two regions Takalar the
District, the District and the District Mappakasunggu Pattallassang. Study focused on the target
product and the pottery artisans in two areas defined in this study. Data and data sources in this
study is qualitative data derived from primary data, namely: consisting of objects/object pottery
(traditional pottery, pottery transitional, and modern pottery). Data collection techniques used is
through observation, documentation and visual recording , documentation and observation, as
well as interviews with artisans and sources that are considered relevant. Techniques of data
analysis is performed through three flow activities, namely: (1) data reduction, (2) presentation of
data, and (3) conclusion drawing/verification. The third component of the analysis carried out in
the form of interactive activities with the data collection process as a cyclical process. Data were
analyzed qualitatively that includes 4 steps: (1) organizing data, (2) develop categories, themes
and patterns, (3) test the hypothesis that appears, (4) seek an alternative explanation of the data,
(5) write a report. The results showed that: (1) There is a progression from traditional to
transitional forms and further toward a modern, (2) tend to be limited to the traditional pottery
forms are inherited, types of products tend to be monotonous, its function is limited to kitchen
needs, (3) Pottery transition is more oriented to the development of functions, including the
provision of decorative motifs, (4) modern pottery has a more complex functions (functions use
ornament with combined functions), its function has been developed for souvenir purposes; (5) in
terms of decoration, the more complex developments on the transition and on earthenware pottery
modern. As the implications of the results of this study proposed suggestions, namely: (1) To the
craftsmen to remain optimistic, still innovating design, (2) For researchers and academics to
continue researching to help artisans in terms of the development aspects of the design, (3) to the
government to continue to provide guidance, provide moral and financial support to develop the
business, including the terms of the marketing aspect.
2

Keywords: The development of pottery designs, pottery Takalar, socio-cultural approach.


3

Pendahuluan dapat dilirik dan dijadikan alternatif


Kabupaten Takalar sejak dahulu dalam menampung tenaga kerja sebab
dikenal sebagai salah satu daerah bahan baku gerabah berupa tanah liat
penghasil gerabah tradisional di Sulawesi tersedia di lingkungan sekitar, dan proses
Selatan. Tidak diketahui secara pasti pembuatannya tidak menuntut
sejak kapan awal mula kegiatan membuat keterampilan atau pendidikan yang tinggi
gerabah di daerah ini. Namun menurut sehingga dapat dipelajari dalam waktu
penuturan masyarakat setempat bahwa singkat. Potensi tersebut sejalan dengan
tradisi membuat gerabah di Kabupaten keinginan yang kuat untuk merevitalisasi
Takalar telah berlangsung sejak dahulu atau menghidupkan kembali seni rupa
yang diwariskan secara turun-temurun tradisional. Hal tersebut dapat menjadi
dari orang tua mereka. Saat ini tercatat motivasi untuk menggali berbagai
sekitar 312 unit usaha kerajinan gerabah potensi seni yang menjadi unsur budaya
dengan melibatkan sekitar 1.018 perajin lokal yang berorientasi pada peningkatan
yang menekuni tradisi pembuatan kesejahteraan sosial disamping penemuan
gerabah pada dua wilayah kecamatan, jati diri dan karakteristik budaya Bangsa.
yaitu di Kecamatan Pattallassang dan Kerajinan tradisional yang
Kecamatan Mappakasunggu. Kedua berakar di wilayah-wilayah pedesaan
wilayah tersebut kini menjadi sentra sebagai bagian dari kehidupan rakyat
industri gerabah di Kabupaten Takalar. dapat menjadi obyek industri kecil yang
Dilihat dari segi mata memiliki potensi ekonomi yang tinggi
pencaharian penduduk, terdapat kurang bila dikelola secara sungguh-sungguh,
lebih 45% terlibat dalam aktivitas tentunya dengan dukungan berbagai
perdagangan dan usaha industri kecil, pihak, khususnya oleh pemerintah
sedangkan yang terlibat dalam aktivitas setempat melalui kebijakan-
pertanian (meliputi petani pemilik, petani kebijakannya.
penggarap dan buruh tani) sekitar 70% Kerajinan gerabah Takalar juga
(Takalar Dalam Angka, 2009). Data telah menjadi salah satu bahan baru
tersebut menunjukkan bahwa sebagian dalam penyusunan bahan ajar seni
besar penduduk masih menggantungkan budaya, khususnya untuk pembelajaran
diri pada sektor pertanian, sementara itu, apresiasi seni rupa terapan daerah
tanah untuk pertanian di daerah ini setempat (muatan lokal) di sekolah-
didominasi oleh tanah kering. Melihat sekolah umum di Sulawes Selatan.
jumlah tersebut, maka sentra industri Namun demikian, data-data tentang
gerabah merupakan salah satu lahan yang keberadaan kerajinan gerabah Takalar
4

masih sangat minim sehingga perkembangan desain gerabah; (3)


menyulitkan dalam penulisan. Hal mendeskripsikan aspek-aspek perubahan
tersebut disebabkan belum adanya kajian sosial budaya yang mempengaruhi
yang lengkap tentang sejarah, dan perubahan desain gerabah Takalar.
perkembangan desain gerabah tersebut. Kontribusi dari hasil penelitian
Oleh sebab itu dokumentasi secara ini diharapkan dapat menjadi: (1) sumber
lengkap melalui penelitian ilmiah perlu informasi budaya mengenai per-
dilakukan agar kerajinan gerabah Takalar kembangan desain gerabah Takalar,
sebagai karya seni budaya daerah khususnya dalam tinjauan sosial budaya
setempat dapat dikenali dan dipahami masyarakat setempat dalam upaya
untuk dipelajari secara utuh. pengembangan kerajinan rakyat menuju
Beberapa informasi penting yang pengembangan industri kreatif yang
diharapkan dari penelitian ini adalah bernilai ekonomi, (2) bahan per-
untuk memperoleh gambaran mengenai: timbangan bagi pihak-pihak terkait
(1) kondisi faktual terhadap per- melalui kebijakan dalam penyusunan
kembangan bentuk desain gerabah, bahan ajar seni budaya di sekolah-
khususnya terkait dengan aspek fungsi, sekolah umum dan sekolah kejuruan,
aspek bentuk, dan aspek hiasan pada khususnya di Kabupaten Takalar.
gerabah hasil produksi perajin gerabah di Penelitian ini merupakan
Kabupaten Takalar); (2) kondisi sosial penelitian multi tahun sehingga
budaya masyarakat perajin dan rancangan penelitian dibagi menjadi dua
pengaruhnya terhadap perkembangan tahapan yang akan dlakukan selama dua
desain gerabah; (3) aspek-aspek tahun. Penelitian pada tahun pertama
perubahan sosial budaya yang difokuskan pada aspek perkembangan
mempengaruhi perubahan desain gerabah desain (mencakup bentuk, fungsi, dan
Takalar. hiasan dimana aspek desain ini butuh
Penelitian ini dimaksudkan penelusuran data tersendiri untuk
untuk: (1) menguraikan dan meng- mendeksripsikan dan mengklasifikasikan
klasifikasikan perkembangan bentuk jenis produk lalu menganalisis aspek
desain gerabah yang terkait dengan perkembangan bentuk, fungsi dan
aspek fungsi, aspek bentuk, dan aspek hiasannya). Penelitian tahun kedua akan
hiasan pada gerabah; (2) difokuskan pada penelitian aspek sosial
mengidentifikasi dan menjelaskan budaya yang mempengaruhi per-
tinjauan sosial budaya pada masyarakat kembangan desain gerabah.
perajin dan pengaruhnya terhadap
5

Pentingnya meneliti aspek sosial dianalisis aspek bentuknya. Pada tahun


budaya ini karena kerajinan gerabah kedua akan mengungkap secara logis
tidak lepas dari aspek sosial budaya aspek-aspek sosial budaya yang
masyarakatnya, jatuh bangunnya industri mempengaruhi perkembangan desain
gerabah juga tergantung pada aspek gerabah tersebut.
sosial budaya masyarakatnya. Peneliti Dengan demikian, diharapkan
menyadari bahwa perburuan terhadap akan ditemukan semacam model atau
jenis dan bentuk-bentuk produk gerabah pola perkembangan desain melalui
di Takalar tidak semudah yang perspektif sosial budaya. Apabila hal
direncanakan, sebab banyak produk tersebut dapat diakukan, maka akan
gerabah tradisional yang tidak diproduksi menjadi salah satu blueprint atau model
lagi dan hilang jejak contoh sampelnya, penelitian yang dapat diterapkan pada
demikian pula produk gerabah jenis desain kriya lainnya, bukan hanya pada
transisi dan modern sehingga ke- kriya gerabah, tetapi juga berbagai jenis
mungkinan pada tahun kedua akan tetap kriya lainnya.
memburu artifak-artifak yang sudah tidak Pada tahap berikutnya tentunya
diproduksi tersebut dan apabila me- akan melihat keterkaitan antara bentuk,
nemukannya akan dimasukkan untuk fungsi, dan hiasan dari suatu produk
lebih melengkapi bentuk-bentuk yang gerabah dalam tinjauan sosial budaya
telah dikumpulkan dan diklasifikasikan masyarakatnya. Bagaimana aspek sosial
pada tahun pertama. Namun demikian budaya mempengaruhi perkembangan
penelitian pada tahun kedua akan lebih desain merupakan fenomena yang
fokus pada aspek sosial budaya dan menarik untuk dikaji lebih jauh agar
bagaimana aspek sosial budaya tersebut dapat menemukan suatu solusi alternatif
mempengaruhi perkembangan dari desain dalam membuat prototype desain, dan
gerabah di Takalar. pola pembinaan yang tepat terhadap
Aspek-aspek sosial budaya akan berbagai sentra kerajinan gerabah yang
ditelusuri melalui survei lapangan dan tersebar di hampir seluruh daerah di
wawancara, sehingga intensitas Indonesia.
komunikasinya dengan responden B. Metode Penelitian
khususnya perajin akan lebih intensif. Penelitian ini merupakan jenis
Berbeda dengan tahun pertama yang penelitian deskriptif-kualitatif. Lokasi
lebih fokus pada inventarisir bentuk- penelitian meliputi dua wilayah
bentuk gerabah dan pengamatan serta Kecamatan, yaitu Kecamatan Pattal-
pencatatan untuk dideskripsikan dan lassang dan Kecamatan Mappakasunggu
6

Kabupaten Takalar. Sasaran atau obyek (2) mengembangkan kategori, tema, dan
kajian adalah produk kerajinan gerabah pola; (3) menguji hipotesis yang muncul
dan para kelompok perajin pada dua berdasarkan data; (4) mencari penjelasan
wilayah yang ditetapkan sebagai sasaran alternatif dari data; (5) menulis laporan.
penelitian ini. C. Hasil dan Pembahasan
Data dan sumber data dalam Sesuai dengan tujuan penelitian
penelitian ini adalah data kualitatif yang ini variabel yang dikaji dalam penelitian
bersumber dari data primer, yakni: terdiri ini, maka variabel yang dikaji
dari objek/benda yang meliputi gerabah diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: (1)
kasar/tradisional, gerabah semi tradisi- mengkaji perkembangan bentuk desain
onal, dan gerabah halus/modern. Sumber gerabah Pattallassang dan Mappaka-
primer lainnya adalah para pengrajin sunggu Kabupaten Takalar yang terkait
gerabah dari tiga klasifikasi gerabah dengan aspek fungsi, aspek bentuk, dan
tersebut, sedangkan sumber sekunder aspek hiasan; (2) mengidentifikasi dan
adalah data-data penunjang lainnya yang menjelaskan tinjauan sosial budaya pada
relevan. Teknik pengumpulan data yang masyarakat perajin dan pengaruhnya
digunakan adalah melalui kegiatan terhadap perkembangan desain gerabah;
observasi lapangan, dokumentasi dan (3) mengkaji aspek-aspek perubahan
rekaman visual terhadap objek gerabah, sosial budaya yang mempengaruhi
dokumentasi dan pengamatan terhadap perubahan desain gerabah Takalar.
proses pembuatan gerabah, dan wa- Sebagaimana telah dijelaskan
wancara dengan pengrajin gerabah serta terdahulu bahwa (bagian perkembangan
narasumber yang dianggap relevan. bentuk) bahwa klasifikasi bentuk ada 3,
Teknik analisis data dilakukan melalui (tradisional, transisi, dan modern).
tiga alur kegiatan sebagai suatu sistem, Bentuk tradisional cenderung lebih
yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, sederhana dan fungsional serta
dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. merupakan bentuk awal gerabah yang
Ketiga komponen analisis tersebut diproduksi oleh perajin, bentuk
aktivitasnya dilakukan secara interaktif tradisional ini miskin akan warna dan
dengan proses pengumpulan data sebagai hiasan serta masih bertekstur kasar
suatu proses siklus (Miles dan karena bahan baku tanah liat kasar yang
Huberman, 1992). Secara lebih sfesifik tidak disaring. Gerabah transisi sudah
data-data yang telah diperoleh akan di mengalami perkembangan fungsi
analisis secara kualitatif yang mencakup walaupun dari segi bentuk masih terbatas
4 langka, yakni: (1) mengorganisasi data; dan masih cenderung berorientasi pada
7

fungsi-fungsi rumah tangga, hiasannya mengikuti bentuk-bentuk yang telah


mulai diperkaya dengan variasi warna, dibuat oleh para pendahulu mereka tanpa
ukurannyapun mulai divariasikan, berusaha melakukan inovasi
sedangkan gerabah modern tampak lebih (pengembangan) secara kreatif. Namun
kaya terhadap variasi bentuk dan ukuran demikian bukan berarti bentuk-bentuk
yang lebih beroriebtasi pada fungsi gerabah tradisional ini tidak relevan lagi
hiasnya. dengan perkembangan zaman, sebab
Dari analisa tersebut terjadi kenyataannya sebagian besar perajin
perkembangan bentuk dari tradisional ke gerabah di Takalar masih lebih memilih
transisi dan selanjutnya kearah modern. memproduksi gerabah tradisional
Gerabah tradisional tampaknya terbatas dibanding beralih ke bentuk-bentuk
pada bentuk-bentuk yang diwarisi, gerabah transisi ataupun modern. Hal
ukuran dan jenis produk cenderung tersebut dilakukan oleh perajin karena
monoton, terutama untuk peralatan gerabah tradisional secara teknis lebih
dapur. Sementara gerabah transisi dikuasai dibanding gerabah lainnya,
bentuknya lebih berorientasi pada disamping juga karena gerabah
perkembangan fungsinya melalui tradisional memiliki pasar lokal maupun
berbagai variasi bentuk dan hiasan luar daerah. Adapun bentuk-bentuk
sebagai dekorasinya. Produk semacam gerabah tradisional tersebut akan
ini, seperti kursi dan guci telah dapat disajikan secara visual sebagai sampel
memasuki ruang tamu. Sedangkan produk gerabah Takalar. Diantaranya
gerabah modern cenderung lebih adalah patung miniatur bunting-bunting,
berkembang lagi. Secara visual celengan, uring, pallu, dan wajan.
menampilkan kehalusan tekstur serta Bunting-bunting, merupakan
fungsi yang tidak hanya terbatas untuk miniatur patung berupa figur sepasang
peralatan dapur saja tetapi juga produk pengantin mengenakan busana adat
untuk souvenir hotel dan hiasan pada dengan posisi duduk sesuai etika budaya
ruang-ruang umum lainnya. Bugis-Makassar. Miniatur patung
Gerabah Tradisional bunting-bunting ini bentuknya
Bentuk gerabah tradisional menyerupai boneka yang terbuat dari
cenderung mengikuti bentuk-bentuk tanah liat. Secara visual, terlihat
gerabah yang masih merupakan warisan teksturnya masih kasar. Keberadaan
yang tetap dipertahankan hingga kini. miniatur patung bunting-bunting ini
Dalam pembuatan gerabah tradisional, mirip dengan patung Loro Blonyo yang
para perajin secara konsisten hanya menampilkan sepasang pria dan wanita
8

dengan berbagai pose dan busana Jawa, dibuat dengan system tatap landas,
produksi perajin gerabah Kasongan, teknologi pembuatan gerabah yang tertua
Yogyakarta. di dunia. Hiasannyapun masih monoton,
Dalam Buku Album Keramik belum digunakan elemen-elemen motif
Tradisional yang diedit oleh Soedarso lokal untuk menampilkan hiasan yang
S.P dan Wiyoso Yudosaputro, minatur lebih modern dan bervariasi.
patung bunting-bunting ini dianggap Uring, adalah wadah untuk
sebagai patung mainan bagi masyarakat memasak ikan maupun sayur yang telah
lokal di Takalar. Namun dalam kenyataan dipergunakan secara turun temurun sejak
miniatur bunting-bunting ini merupakan alat memasak panci dari bahan
hiasan untuk souvenir sebagai benda aluminium maupun besi belum di
pajang di rumah-rumah warga. gunakan, di Jawa, wadah seperti ini
Sayangnya miniatur bunting-bunting ini diberi nama kuali dan masih banyak
sudah diproduksi oleh perajin karena digunakan oleh warung tradisional
jarang sekali ada konsumen yang maupun restoran modern sebagai wadah
memesan. memasak. Keberadaan wadah ini karena
Celengan, adalah wadah atau sebagain masyarakat di pelosok masih
tempat untuk menyimpang uang, lebih memilih menggunakannya karena
bentuknya hampir bulat penuh dengan aroma hasil masakannya yang berbeda
kuncup pada bagian puncak serta kaki dengan peralatan masak modern dari
pada bagian dasar. Bentuk celengan ini panci dengan bahan besi maupun
merupakan bentuk khas dari masyarakat aluminium. Bentuknya yang sederhana
perajin gerabah dari Takalar, sebab dari dengan bulat kecil pada bagian bawah
beberapa hasil penelusuran penulis dari dan bulat lebar pada bagian atas,
beberapa sentra kerajinan di pulau Jawa, dilengkapi dengan penutup serta hiasan-
seperti Kasongan, Bayat, Plered, dan hiasan pewarna dari tanah liat yang biasa
Mayong masing-masing memiliki bentuk disebut dengan enggobe. Produk jenis
celengan yang berbeda. Kebanyakan gerabah seperti ini masih banyak
bentuk-bentuk celengan pada sentra ditemukan di Takalar, khususnya di
kerajinan gerabah di Jawa merupakan Dusun Soreang (daerah perbatasan antara
modifikasi dari bentuk-bentuk buah- Kabupaten Takalar dengan Kabupaten
buahan dan binatang seperti ayam, celeng Gowa).
atau babi, anjing, kelinci, buah labu, buah Pallu, atau tungku merupakan
semangka, dan beragam jenis buah tempat memasak tradisional sebagai
lainnya. Bentuk celengan dari Takalar ini pengganti kompor, hanya saja tungku
9

tradisional ini menggunakan bahan bakar untuk memenuhi permintaan dari


kayu yang masih banyak tersedia di wilayah-wilayah tertentu.
lingkungan sekitar. Tungku, oleh Gerabah transisi
masyarakat di Jawa dikenal dengan
istilah anglo. Bentuknya yang sederhana
sangat mencerminkan fungsinya, dimana
pada bagian yang bulat lebar merupakan
tatakan untuk menempatkan panci atau
wajang, sedangkan pada bagian sempit
panjang merupakan tempat menyusun
kayu bakar sehingga bara api dari kayu
lebih aman dan tidak terhambur. Pada
bagian bibir tatakan panci maupun
wajang dibuat gelembung-gelembung
agar dapat menahan panci pada saat
memasak.
Wajan, adalah bulat dengan dua
telinga sebagai gagang pada bagian yang
simetris. Bentuk ini merupakan bentuk
lazim bagi wajang modern dari bahan
besi, bisa dipastikan bahwa wajang-
wajang modern mengadopsi bentuk-
bentuk wajang tradisional dari bahan
tanah liat tersebut, sebab wajang jenis
gerabah ini lebih awal digunakan oleh
masyarakat Takalar dan sekitarnya.
Keberadaan jenis wajang dari gerabah
inipun sampai saat ini masih bertahan
yang digunakan untuk penggorengan biji-
bijian tertentu seperti kopi atau jagung.
Walaupun pangsa pasarnya sudah mulai
terbatas karena terdesak oleh banyaknya
produk-produk sejenis dari bahan
aluminium, namun masih terdapat
kelompok perajin yang membuatnya
10

Bentuk gerabah yang ber- Dari berbagai teori transformasi,


kembang setelah memasuki tahun 1980 tahap transisi dapat diartikan sebagai
an adalah bentuk gerabah transisi. tahap peralihan dari satu bentuk
Disebut gerabah transisi karena bentuk- masyarakat ke bentuk masyarakat
bentuk ini lahir pada masa-masa lainnya. Mengacu pada teori klasik,
peralihan antara bentuk-bentuk tradisi- terjadi transisi dari gemeinschaft ke
onal menuju ke bentuk-bentuk modern, gesselschaft; transisi dari folks society ke
atau gerabah transisi ini muncul di urban society. Mengacu pada teori sosial
tengah-tengah adanya gerabah tradisional modern, transisi berlangsung dari
dan gerabah modern. Bentuk-bentuk variabel pola yang satu ke variabel pola
gerabah ini muncul di Takalar sebagai lainnya atau tercirikan oleh ke-
hasil peniruan dari desa-desa tetangga cenderungan penyebaran fungsi di satu
yang berada dalam wilayah Kabupaten sisi dan pemusatan fungsi di sisi lainnya.
Takalar. Bentuk-bentuk transisi ini mulai di-
produksi sejak tahun 1980-an setelah
pihak Deprindag Kabupaten Takalar
melakukan pelatihan pada kelompok
perajin yang ada dalam wilayahnya.
Beberapa produk dari gerabah transisi
yang paling menonjol adalah kursi dan
meja, guci berbagai ukuran, asbak
burung, asbak plus pot bunga, celengan
ayam, celengan dengan inspirasi dari
buah. Diantara produk tersebut, kursi dan
meja, guci yang paling banyak
diproduksi hingga kini.
Meja dan kursi, dari bahan tanah
liat dengan bentuk bulat pada bagian
body yang melengkung kedalam, dengan
dua lubang pada bagian atas berfungsi
sebagai pegangan pada saat mengangkat
atau memindahkan kursi tersebut dari
satu tempat ketempat lain. Meja ini
terbuat dari bahan tanah liat kasar dengan
finishing cat tembok.
11

Meja dan kursi yang diproduksi Guci, adalah salah satu jenis
oleh perajin menampilkan aneka warna gerabah yang diproduksi oleh perajin
segabai dekorasi. Hiasan yang digunakan gerabah di Takalar. Secara visual,
merupakan kombinasi garis-garis vertikal bentuknya merupakan bentuk yang sudah
berwarna-warni dan serta bunga yang lazim (menyerupai bentuk kendi atau
divariasikan. Hiasan yang digunakan gumbang) sebagai wadah untuk
juga lebih monoton dengan menyimpan air. Saat ini keberadaannya
mengandalkan bentuk-bentuk pohon sudah digantikan dengan ember plastik
dengan sapuan kuas warna biru. Dari segi yang dianggap lebih praktis. Bentuk guci
bentuk, produk jenis ini belum memiliki dengan alas yang lebih kecil pada badan
variasi yang berarti, melainkan bentuk- bagian atas, leher yang pendek dan
bentuk umum sebagaimana kursi keramik hiasan yang polos, namun di finishing
lainnya. Sekalipun demikian, saat ini dengan politur sebab dapat mengkilat.
tampaknya produk ini paling banyak di Guci ini selain sebagai hiasan yang
produksi oleh perajin gerabah di Takalar diletakkan di ruang tamu, juga kadang-
karena banyak peminatnya. kadang digunakan sebagai tempat
menyimpang barang seperti payung,
koran, dan barang-barang lainnya yang
sesuai.
Gerabah modern
12

Kategori bentuk gerabah modern di daerah ini enggan membuat jenis


adalah bentuk gerabah terbaru yang produk baru tanpa ada pemesanan
diproduksi oleh perajin di Takalar. terlebih dahulu.
Walaupun proses maupun teknologinya Bentuk-bentuk gerabah halus
masih tradisional, namun dari segi bentuk dengan ukuran mungil ini merupakan
telah mengalami perkembangan yang bentuk-bentuk dengan multi fungsi,
lebih variatif jika dibandingkan dengan masing-masing bisa dibuat sebagai vas
gerabah tradisional maupun gerabah bunga, namun bisa juga dijadikan sebagai
transisi. Dari segi ukuran, gerabah tempat pulpen, tempat menyimpan
modern relatif lebih kecil yang didesain benda-benda kecil atau semacamnya.
dengan ide-ide baru yang lebih kreatif. Variasi bentuk dan motifnya merupakan
Bentuk-bentuk yang dibuat lebih salah satu kreatifitas perajin dalam
berorientasi pada alat-alat kebutuhan mengeksplorasi bentuk-bentuk baru yang
sehari-hari yang lebih sederhana seperti; ada.
asbak, pot bunga kering, tempat Perkembangan Fungsi
pensil/pulpen, berbagai hiasan dinding, Berikut ini deskripsi singkat
souvenir, dll. Bentuk-bentuk modern ini terhadap perkembangan fungsi gerabah
mulai di produksi berkat upaya Kanwil Sandi Takalar, khususnya mengenai
Deprindag yang telah mengirim beberapa gerabah tradisional, gerabah transisi, dan
perajin dari Takalar mengikuti pelatihan gerabah modern.
keramik di pulau Jawa. Bentuk-bentuk Gerabah tradisional yang
modern ini mulai diproduksi tahun 1990- diproduksi oleh perajin selalu memiliki
an hingga 2000-an dan saat ini. fungsi praktis bagi kebutuhan hidup
Salah satu jenis produk gerabah masyarakat, baik sebagai alat-alat dapur
tradisional yang dapat dijumpai di Dusun maupun untuk alat-alat upacara ritual.
Sandi Takalar adalah patug torso Dua fungsi tersebut yang paling
(sepasang laki-laki perempuan) mendasari penciptaan gerabah tradisi-
mengena-kan busana adat daerah onal, bentuk yang ditampilkan lebih
setempat. Minatur patung torso tersebut menyesuaikan dengan kegunaan-nya,
merupakan perkembangan baru yang proses pembuatannyapun masih dengan
masih jarang ditemui pada masa-masa cara tradisional, oleh sebab itulah
tahun 2000-an. Pembuatan miniatur hiasannya masih sangat minimalis.
patung torso tersebut biasanya dibuat jika Tujuan pembuatan gerabah selalu
ada yang memesan dari orang-orang berorientasi pada kegunaan praktis sesuai
tertentu. Pada umumnya perajian gerabah dengan pesanan dan kehendak pasar, hal
13

ini menjadikan perajin gerabah tra- tuntutan perubahan di samping upaya-


disional belum intens untuk membuat upaya pemerintah setempat untuk
produknya lebih menarik konsumen, mengembangkan produk gerabah
sebab mereka hanya mengikuti pola menjadi lebih baik.
bentuk dan fungsi yang telah diwariskan Gerabah modern memiliki fungsi
secara turun temurun. yang lebih kompleks, fungsi hias dengan
Gerabah tradisional Takalar fungsi pakai dipadukan untuk lebih
hampir tidak ada yang dibuat untuk menarik simpati pasar. Walaupun dari
kegunaan lain seperti (guci hias, nisan segi ukuran cenderung agak mengecil,
kubur, wadah penyimpanan abu jenazah, namun bahan tanah liatnya telah di olah
maupun untuk elemen arsitektur) hingga lebih halus dari gerabah
sebagaimana gerabah-gerabah asing tradisional dan transisi. Produk-produk
tradisional yang ditemukan dibeberapa gerabah modern ini dibuat tidak lagi
situs sejarah di Sulawesi Selatan. terbatas hanya untuk kebutuhan rumah
Gerabah transisi telah mengalami tangga, melainkan lebih berkembang
perkembangan fungsi, karena perajin untuk kebutuhan-kebutuhan souvenir
telah mampu membuat gerabah dengan hotel, ataupun untuk kebutuhan-
fungsi baru yang belum dilakukan kebutuhan kontemporer lainnya.
sebelumnya. Tuntutan kebutuhan manusia akan
Adapun produk gerabah yang keindahan yang semakin meningkat
paling banyak diproduksi oleh perajin menjadikan perajin-perajin semakin
gerabah Takalar adalah guci hias dan inovatif dalam berkreasi.
kursi. Munculnya fungsi baru tersebut Orientasi dari pembinaan yang
maka gerabah yang awalnya hanya dilakukan adalah pengembangan desain
terbatas untuk ruang dapur kini telah dan fungsi produk gerabah serta
memasuki ruang tamu, ruang makan, peningkatan kemampuan teknis para
bahkan ruang teras sebagai salah satu perajin. Maka produk yang diciptakan
perangkat furnitur yang cukup laris. dan bertahan dipasaran hingga kini
Gerabah transisi ini lebih tepat untuk adalah produk berupa kursi serta mejanya
dikatakan sebagai seni pakai aplied art dan guci berbagai ukuran. Produk ini
sebab disamping kegunaannya juga adalah paduan antara fungsi pakai dan
memiliki hiasan yang lebih kaya akan fungsi hias atau dapat dikategorikan
warna. sebagai hasil karya seni pakai (applied
Perkembangan fungsi dari art). Produk gerabah yang sebelumnya
tradisional ke transisi ini merupakan cenderung masih tradisional dan
14

monoton serta dengan hiasan yang sangat dapur. Dapat dikatakan bahwa sebelum
minim mulai dimodifikasi fungsi dan memasuki tahun 1980-an, gerabah
estetikanya agar dapat membuka peluang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
pasar baru. sehari-hari untuk keperluan alat rumah
Gerabah transisi telah mengalami tangga, seperti alat-alat dapur (gumbang,
perkembangan fungsi, sebab perajin telah uring, kuali, wajan, tungku, cobek) serta
mampu membuat gerabah dengan fungsi untuk alat-alat upacara ritual (dupa), dan
baru yang belum pernah ada sebelumnya, lain-lain.
dua produk yang paling banyak Pembuatan gerabah tradisional
diproduksi tersebut adalah guci hias selalu berorientasi pada fungsi kegunaan
dengan satu shet kursi. Dengan praktisnya, yakni untuk memenuhi
munculnya fungsi baru tersebut maka kebutuhan hidup masyarakat, seperti alat-
gerabah yang awalnya hanya terbatas alat dapur maupun untuk alat-alat
untuk ruang dapur, kini telah memasuki upacara ritual. Dua fungsi tersebut yang
ruang tamu, ruang makan, bahkan ruang mendasari penciptaan gerabah tradisional
teras sebagai salah satu perangkat sehingga bentuk yang ditampilkan harus
furnitur yang menarik. Gerabah transisi menyesuaikan dengan fungsi
ini lebih tepat untuk dikatakan sebagai kegunaannya. Dari segi teknik dan
seni pakai aplied art sebab disamping teknologinya dilakukan secara
kegunaannya juga memiliki hiasan yang tradisional, hiasannya masih sangat
lebih kaya akan warna. Perkembangan minimalis. Hal ini karena tujuan
fungsi dari tradisional ke transisi ini pembuatan benda gerabah selalu
merupakan tuntutan perubahan di berorientasi pada aspek fungsi kegunaan
samping upaya-upaya pemerintah praktisnya sesuai dengan keinginan
setempat untuk mengembangkan produk pasar/konsumennya. Faktor inilah
gerabah menjadi lebih baik. sehingga perajin gerabah belum intens
Sebelum masyarakat lokal untuk membuat produk kreasi baru
mengenal berbagai produk kebutuhan dimana mereka cenderung mengikuti
rumah tangga dari bahan plastik, pola bentuk dan fungsi yang telah
aluminium dan logam yang dipasarkan diwariskan secara turun temurun.
secara massal, jenis gerabah tradisional Demikian deskripsi singkat
untuk fungsi pakai merupakan produk mengenai perkembangan fungsi gerabah
yang relatif paling laku dan banyak tradisional dan fungsi gerabah transisi
permintaannya karena merupakan Sandi Takalar. Selanjutnya, adalah
kebutuhan masyarakat terhadap alat-alat
15

deskripsi mengenai perkembangan fungsi Tuntutan kebutuhan manusia akan


gerabah modern. keindahan yang semakin meningkat
Bila pada masa periode awal menjadikan perajin-perajin semakin
fungsi gerabah hanya terbatas untuk inovatif dalam berkreasi.
kebutuhan alat-alat dapur, maka pada Perkembangan Hiasan/Estetika
periode ketiga ini fungsi-fungsi gerabah Gerabah tradisional dengan
tersebut telah mulai berkembang dengan bentuknya yang sederhana, namun
menciptakan produk-produk yang lebih dengan proporsi dan ukuran yang sangat
modern seperti asbak, berbagai bentuk rasional. Ketepatan bentuk yang sesuai
celengan, tempat pulpen, pot untuk fungsinya menjadikan berbagai produk
kembang kering, dan lain-lain yang tradisional ini tampak benar dalam
dipadukan antara bentuk dan hiasannya. eksistensinya. Hal ini sehubungan
Produk lainnya adalah para perajin telah dengan apa yang dikatakan Widagdo
mencoba membuat berbagai produk bahwa keindahan benda terletak pada
asesoris untuk fungsi hias, seperti hiasan kejujuran seluruh komponennya
relif dan kaligrafi untuk hiasan dinding (Widagdo, 1999:5) Kesederhanaan
dan nomor rumah yang dibuat dengan estetika dari gerabah tradidional ini
sistem cetak padat. Perkembangan tampak pada teksturnya yang masih agak
selanjutnya, perajin mulai menemukan kasar. Dengan warna yang masih
paduan unik antara gerabah dengan serat monoton dan alami serta cenderung tanpa
lontar. hiasan berupa ornamen atau hiasan
Gerabah modern memiliki fungsi lainnya. Bentuk yang tercipta sejujurnya
yang lebih kompleks, fungsi hias dengan berorientasi secara penuh terhadap
fungsi pakai dipadukan untuk lebih fungsi. Dan desain cenderung tidak di
menarik simpati pasar. Walaupun dari perindah dengan hiasan visual lain. Justru
segi ukuran cenderung agak mengecil, keindahan itu lahir dari kesederhanannya,
namun bahan tanah liatnya telah di olah serta fungsi dan bentuknya yang benar.
hingga lebih halus dari gerabah Deri segi ukuran juga sangat terintegrasi
tradisional dan transisi. Produk-produk dengan fungsi dan maksud gerabah
gerabah modern ini dibuat tidak lagi tersebut dibuat. Misalnya gumbang
terbatas hanya untuk kebautuhan rumah dibuat dengan ukuran yang besar (tinggi
tangga, melainkan lebih berkembang 50-70 cm dengan jari-jari diameter
untuk kebutuhan-kebutuhan souvenir sekitar 20 cm) sebab fungsinya sebagai
hotel, ataupun untuk kebutuhan- penampungan air untuk persediaan
kebutuhan kontemporer lainnya. beberapa hari sehingga bila kecil
16

tentunya hanya akan cukup untuk satu ukuran dan fungsi pakai. Sehingga
hari, lebih menarik lagi bentuk gumbang tampilan visual dari produk ini dapat
ini pada bagian bawah mengecil agar dinilai lebih indah dibanding produk
tidak mengambil banyak ruang dan dapat gerabah tradisional.
tertanam dalam tanah, pada bagian Memasuki tahun 1990-an
tengah agak membesar agar volume air beberapa pihak mulai melirik sentra
yang ditampung cukup banyak serta gerabah sebagai sasaran pengembangan
bagian mulut lebih menyempit lagi agar dan pembinaan industri kecil, maka
air tidak mudah tumpah tapi mudah upaya pembinaan, pelatihan, pemberian
untuk diberi tutup. bantuan modal dan fasilitas kerja mulai
Gerabah tradisional minim dilakukan. Pihak yang dinilai paling
terhadap hiasan sehingga terkesan lebih intens melakukan pembinaan tersebut
minimalis, produk tungku masak hanya adalah Kanwil Deprindag Sulawesi
dihias dengan garis-garis enggobe, Selatan dengan harapan agar berbagai
demikian pula uring jawa beserta sentra tersebut dapat menghasilkan
tutupnya, ini tentunya lebih disesuaikan produk-produk bermutu dan berglasir
dengan kebutuhan dimana jenis produk yang memiliki daya saing ditingkat lokal
gerabah tradisional ini lebih dibutuhkan maupun nasional. Namun harapan
aspek kegunaan/fungsinya dibanding tersebut tampaknya sangat sulit di
apek estetisnya, sehingga hiasannya wujudkan oleh perajin di Takalar dalam
dibuat seadanya saja. Jenis produk waktu seketika, sehingga pembinaan
lainnya, seperti celengan diberi hiasan yang dilakukan oleh pihak Deprindag
yang lebih menyolok (dihiasi dengan akhirnya terputus dan tidak berkelanjutan
kembang-kembang berwarna cerah). hingga.
Sejak memasuki tahun 1980-an Hiasan pada gerabah transisi
beberapa perajin tradisional telah lebih diperkaya dengan warna-warni,
melakukan perubahan orientasi produksi motif kembang dan pohon paling banyak
gerabah dari membuat gerabah diterapkan dengan jenis warna yang
tradisional menjadi membuat gerabah bervariasi, hiasan-hiasan ini tidak dibuat
transisi yang dianggapnya secara secara detail dan finish melainkan lebih
komersial lebih menguntungkan di spontan dan lebaih menampilkan kesan.
banding gerabah tradisional sebelumnya. Oleh sebab itu cara menghiasnya masih
Dari aspek estetis, secara visual produk- menggunakan potongan-potongan gabus
produk gerabah transisi ini jauh lebih dengan cara cepat. Hiasan gerabah
kaya dengan warna, motif, bentuk, modern lebih berkesan berkualitas, rumit,
17

detail, dan menampilkan nuansa etnik. interior-eksterior seperti kursi dan guci,
Pengembangan motif Toraja, motif daun termasuk pemberian motif hias sebagai
dengan teknik toreh sampai ukiran dekorasinya, tekstur semakin diperhalus;
tembus merupakan kebiasaan-kebiasaan (4) Gerabah modern memiliki fungsi
yang membutuhkan kesabaran secara yang lebih kompleks lagi (fungsi hias
teknis, ketelitian dan keterampilan teknis dengan fungsi pakai dipadukan untuk
yang tinggi. lebih menarik simpati pasar), dimana
Menghias gerabah modern tidak produk-produk gerabah modern dibuat
semudah menghias gerabah transisi, tidak lagi terbatas untuk kebutuhan
sebab disamping ukurannya yang relatif rumah tangga, tetapi telah berkembang
kecil, juga proses menghiasnya yang untuk keperluan souvenir, ataupun untuk
lebih rumit dan lebih lama dibanding kebutuhan-kebutuhan kontemporer lain-
gerabah transisi yang besar-besar. Paduan nya (5) Dari segi hiasan, terjadi
gerabah dengan anyaman serat lontar perkembangan yang lebih kompleks dari
merupakan inovasi baru yang khas yang hiasan gerabah tradisional yang
diterapkan pada produk gerabah di sederhana yang awalnya hanya meng-
Takalar. Kreasi ini justru banyak menarik gunakan bahan pewarna tanah liat
minat para kolektor benda-benda kriya. (enggobe) menjadi lebih variatif pada
gerabah transisi dan pada gerabah
D. Kesimpulan dan Saran modern dengan cara menambahkan motif
Berdasarkan hasil analisis data hias dengan menggunakan cat dan politur
dan pembahasan terdahulu, maka dapat sehingga lebih menarik perhatian.
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu Sebagai implikasi dari hasil
sebagai berikut: (1) Terjadi per- penelitian ini diajukan saran-saran
kembangan bentuk dari tradisional ke sebagai berikut: (1) Kepada para perajin
transisi dan selanjutnya ke arah modern; gerabah di Takalar agar tetap optimis
(2) Gerabah tradisional cenderung terhadap masa depan dan kesinambungan
terbatas pada bentuk-bentuk yang kerajinan gerabah, tetap melakukan
diwarisi serta ukuran dan jenis produk inovasi desain, bentuk dan penambahan
yang cenderung monoton, fungsinya dekorasinya sekalipun belum memiliki
terbatas pada kebutuhan dapur; (3) pasar yang jelas; (2) Bagi para peneliti
Gerabah transisi lebih berorientasi pada dan akademisi khususnya teman-teman
perkembangan fungsi, jenis dan dosen Seni Rupa agar terus-menerus
bentuknya tidak hanya sebagai alat dapur meneliti dan membantu perajin dari segi
saja tetapi berkembang untuk penunjang aspek pengembangan desain dan
18

finishing produk gerabah Takalar agar Hofsted, J., Pottery, 1997. Accomplete
Introduction to the craft of pottery.
bisa lebih kompetitif dan tetap London: Pan Books LTD.
berkelanjutan; (3) Kepada pihak Irfan, 2004. Perkembangan Desain Gerabah
Jipang Kabupaten Gowa dalam
pemerintah agar terus melakukan
Konteks Perubahan Sosial Budaya
pendampingan, memberikan bantuan Masyarakatnya, Tesis Magister
Bidang Desain, Pascasarjana, ITB.
moril dan finansial kepada perajin untuk
Komara, Josephine W., 1998. Revitalisasi
mengembangkan usahanya, termasuk Seni Kria Tradisonal Indonesia,
Makalah Konperensi Tahun Kria
dari segi aspek pemasaran dengan dan Rekayasa ITB, Bandung, 26
memfalitasi untuk pengadaan tempat atau November 1999

pusat penjualan gerabah melalui program Lauer, Robert H., 1993. Perspektif Tentang
Perubahan Sosial, Jakarta, PT
cinta produk lokal, sehingga minimal Rineka Cipta.
setiap kantor-kantor instansi pemerintah Mc Twigan, Michael., 1995. Pottery and
Porselain, Excerpted from
bisa membeli dan menggunakan produk Comptons Interactive
gerabah lokal. Encyclopedia. Comptons
Newmedia, Inc. All Rights
DAFTAR PUSTAKA Reserved, Copyright 1994.
Abidin, Andi Zainal, 1999. Capita Selecta Mangemba, H.D., 2002. Takutlah Pada
Kebudayaan Sulawesi Selatan, Orang Jujur, Yogyakarta, Pustaka
Makassar, Hasanuddin University Pelajar.
Press.
Miles, M.B. dan Huberman, 1992. Analisis
A. M, Khalil, 1996. Potensi dan penggunaan Data Kualitatif, (Penerjemah:
bahan keramik hias di Sulawesi Tjetjep Rohendi Rohidi), Jakarta:
Selatan, Makalah hasil penelitian (UI-PRESS).
tanah liat di beberapa daerah di
Miyazaki, Kiyoshi, 2001. Desain Jepang:
Sulawesi Selatan, Makassar:
Karakteristik kriya dan desain,
Departemen Pertambangan dan
Makalah Pertama untuk Seri
Energi.
Seminar Mencermati Desain
Budiwiwaramulja, Dwi., 1998. Gerabah Jepan, Bandung, FSRD-ITB
Kasongan., Tesis Magister Bidang INDDES, 4 Juli 2001.
Khusus Seni Murni, Program
Moeliono, Anton M., dkk., 2001. Kamus
Magister Seni Rupa dan Desain
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Program Pascasarjana Institut
Departemen Pendidikan dan
Teknologi Bandung.
Kebudayaan, Balai Pustaka.
Departemen Perindustrian, 1997. Proses
Natas, 2001. Pengenalan Keramik, petunjuk
pembuatan Keramik Rumah
Praktis Mengenai Teknik dan
Tangga, Bandung: Badan Penelitian
Material, Bandung, Indy Label,
dan pengembangan Industri
Edisi Pertama.
Keramik.
Nelson, Glenn C., 1984. Ceramics: A Potters
Hartomo, Anton J., 1994. Mengenal Keramik
Handbook, New York, 5Th. Edition,
Modern, Yogyakarta, Penerbit Andi
Holt Rinchart and Windston.
Offset.
Nugraha, Adhi, 1999. Kriya Indonesia,
Heskett, John, 1986. Desain Industri,
Sebuah Wilayah Sumber Inspirasi
Penerjemah Candra Johan &
yang Tak Terbatas, Makalah pada
Penyunting Agus Sachari, Jakarta,
konperensi tahun kriya dan
Diterbitkan atas Kerja sama dengan
Rekayasa, Bandung ITB, 26
Indes Kelompok Studi Desain
November 1999.
Jurusan Desain ITB.
19

Ogburn, William F. 1950. Social Change Pendekatan terhadap Realitas


with respect to Culture and Original Sosial, Jakarta, PT. RajaGrafindo
Nature. New York: Viking. Persada.
Rangkuti, Nurhadi, 1993. Ganesha-Ganeshi, Soedarso, Sp., 2000. Revitalisasi Seni Rakyat
Editor Rudy Badil, Bandung. dan Usaha Memasukkannya
kedalam Seni Rupa Kontemporer
Redfield, Robert, 1955.The Little
Indonesia, Makalah pada Temu Seni
Community, Chicago, University of
Rupa Fort Rotterdam 2000, dalam
Chicago Press.
Jurnal Pinisi Edisi Khusus
_____, 1999. Pengembangan Seni Kria Revitalisasi Seni Rupa Tradisional,
dalam Konteks Kebudayaan Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni.
Nasional, Makalah Seminar Kria Vol. 6 No. 2. Makassar, FBS UNM.
dan Rekayasa ITB, Bandung, 26
Sumaatmadja, N., 1998. Manusia dalam
November 1999.
Konteks Sosial, Budaya dan
Sachari, A., 1986. Paradigma Desain Lingkungan Hidup. Bandung: CV
Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali. Alfabeta.
______, 2001. Pengantar Metoda-Metoda Suptandar, J. Pamudji, 1999. Pelestarian Seni
Tinjauan Desain, Departemen Kerajinan dalam Era Informasi dan
Desain FSRD ITB (Diktat Kuliah Komunikasi, Makalah Seminar Kria
Metodologi Penelitian Desain), dan Rekayasa ITB, Bandung, 26
halaman 121-122. Novembe.
Sakti, Sri Marhaen, dkk., 1996. Studi Widagdo, 1993. Desain Teori dan Praktek,
Deskriktif tentang Kerajinan Makalah Disampaikan pada Dies
Keramik di Pattallassang Natalis ke-34, Intitut Teknologi
Kabupaten Takalar, (Laporan Bandung, Tgl. 15 Maret 1993, hlm.
Penelitian) Makassar: Lembaga 1.
Penelitian IKIP Ujung Pandang.
Widihardjo, 1999. Pengembangan Kria
Saleh, I.A., 1991. Industri Kecil (Sebuah melalui Pemberdayaan Masyarakat
Tinjauan dan Perbandingan), Perajin, Makalah pada Seminar
Jakarta: LP3ES. Kria dan Rekayasa ITB, Bandung,
26 Novenber 1999.
Salman, Darmawan, 2002. Tahap Transisi
dalam Transformasi Industrial pada Yasin Limpo, S., dkk., 1993. Profil Sejarah
Komunitas Maritim di Sulawesi Budaya dan Pariwisata Daerah
Selatan, Disertasi, Program Tingkat II Gowa, Editor H.D.
Pascasarjana Universitas Mangemba dan Jufri Tenri Bali,
Padjadjaran Bandung. Gowa: Pemda Tkt. II.
Sanderson, Stephen K., 2000.
Makrososiologi: Sebuah
20

Anda mungkin juga menyukai