ABSTRACT
This research is a descriptive-qualitative study conducted in two regions Takalar the
District, the District and the District Mappakasunggu Pattallassang. Study focused on the target
product and the pottery artisans in two areas defined in this study. Data and data sources in this
study is qualitative data derived from primary data, namely: consisting of objects/object pottery
(traditional pottery, pottery transitional, and modern pottery). Data collection techniques used is
through observation, documentation and visual recording , documentation and observation, as
well as interviews with artisans and sources that are considered relevant. Techniques of data
analysis is performed through three flow activities, namely: (1) data reduction, (2) presentation of
data, and (3) conclusion drawing/verification. The third component of the analysis carried out in
the form of interactive activities with the data collection process as a cyclical process. Data were
analyzed qualitatively that includes 4 steps: (1) organizing data, (2) develop categories, themes
and patterns, (3) test the hypothesis that appears, (4) seek an alternative explanation of the data,
(5) write a report. The results showed that: (1) There is a progression from traditional to
transitional forms and further toward a modern, (2) tend to be limited to the traditional pottery
forms are inherited, types of products tend to be monotonous, its function is limited to kitchen
needs, (3) Pottery transition is more oriented to the development of functions, including the
provision of decorative motifs, (4) modern pottery has a more complex functions (functions use
ornament with combined functions), its function has been developed for souvenir purposes; (5) in
terms of decoration, the more complex developments on the transition and on earthenware pottery
modern. As the implications of the results of this study proposed suggestions, namely: (1) To the
craftsmen to remain optimistic, still innovating design, (2) For researchers and academics to
continue researching to help artisans in terms of the development aspects of the design, (3) to the
government to continue to provide guidance, provide moral and financial support to develop the
business, including the terms of the marketing aspect.
2
Kabupaten Takalar. Sasaran atau obyek (2) mengembangkan kategori, tema, dan
kajian adalah produk kerajinan gerabah pola; (3) menguji hipotesis yang muncul
dan para kelompok perajin pada dua berdasarkan data; (4) mencari penjelasan
wilayah yang ditetapkan sebagai sasaran alternatif dari data; (5) menulis laporan.
penelitian ini. C. Hasil dan Pembahasan
Data dan sumber data dalam Sesuai dengan tujuan penelitian
penelitian ini adalah data kualitatif yang ini variabel yang dikaji dalam penelitian
bersumber dari data primer, yakni: terdiri ini, maka variabel yang dikaji
dari objek/benda yang meliputi gerabah diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: (1)
kasar/tradisional, gerabah semi tradisi- mengkaji perkembangan bentuk desain
onal, dan gerabah halus/modern. Sumber gerabah Pattallassang dan Mappaka-
primer lainnya adalah para pengrajin sunggu Kabupaten Takalar yang terkait
gerabah dari tiga klasifikasi gerabah dengan aspek fungsi, aspek bentuk, dan
tersebut, sedangkan sumber sekunder aspek hiasan; (2) mengidentifikasi dan
adalah data-data penunjang lainnya yang menjelaskan tinjauan sosial budaya pada
relevan. Teknik pengumpulan data yang masyarakat perajin dan pengaruhnya
digunakan adalah melalui kegiatan terhadap perkembangan desain gerabah;
observasi lapangan, dokumentasi dan (3) mengkaji aspek-aspek perubahan
rekaman visual terhadap objek gerabah, sosial budaya yang mempengaruhi
dokumentasi dan pengamatan terhadap perubahan desain gerabah Takalar.
proses pembuatan gerabah, dan wa- Sebagaimana telah dijelaskan
wancara dengan pengrajin gerabah serta terdahulu bahwa (bagian perkembangan
narasumber yang dianggap relevan. bentuk) bahwa klasifikasi bentuk ada 3,
Teknik analisis data dilakukan melalui (tradisional, transisi, dan modern).
tiga alur kegiatan sebagai suatu sistem, Bentuk tradisional cenderung lebih
yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, sederhana dan fungsional serta
dan (3) penarikan kesimpulan/verifikasi. merupakan bentuk awal gerabah yang
Ketiga komponen analisis tersebut diproduksi oleh perajin, bentuk
aktivitasnya dilakukan secara interaktif tradisional ini miskin akan warna dan
dengan proses pengumpulan data sebagai hiasan serta masih bertekstur kasar
suatu proses siklus (Miles dan karena bahan baku tanah liat kasar yang
Huberman, 1992). Secara lebih sfesifik tidak disaring. Gerabah transisi sudah
data-data yang telah diperoleh akan di mengalami perkembangan fungsi
analisis secara kualitatif yang mencakup walaupun dari segi bentuk masih terbatas
4 langka, yakni: (1) mengorganisasi data; dan masih cenderung berorientasi pada
7
dengan berbagai pose dan busana Jawa, dibuat dengan system tatap landas,
produksi perajin gerabah Kasongan, teknologi pembuatan gerabah yang tertua
Yogyakarta. di dunia. Hiasannyapun masih monoton,
Dalam Buku Album Keramik belum digunakan elemen-elemen motif
Tradisional yang diedit oleh Soedarso lokal untuk menampilkan hiasan yang
S.P dan Wiyoso Yudosaputro, minatur lebih modern dan bervariasi.
patung bunting-bunting ini dianggap Uring, adalah wadah untuk
sebagai patung mainan bagi masyarakat memasak ikan maupun sayur yang telah
lokal di Takalar. Namun dalam kenyataan dipergunakan secara turun temurun sejak
miniatur bunting-bunting ini merupakan alat memasak panci dari bahan
hiasan untuk souvenir sebagai benda aluminium maupun besi belum di
pajang di rumah-rumah warga. gunakan, di Jawa, wadah seperti ini
Sayangnya miniatur bunting-bunting ini diberi nama kuali dan masih banyak
sudah diproduksi oleh perajin karena digunakan oleh warung tradisional
jarang sekali ada konsumen yang maupun restoran modern sebagai wadah
memesan. memasak. Keberadaan wadah ini karena
Celengan, adalah wadah atau sebagain masyarakat di pelosok masih
tempat untuk menyimpang uang, lebih memilih menggunakannya karena
bentuknya hampir bulat penuh dengan aroma hasil masakannya yang berbeda
kuncup pada bagian puncak serta kaki dengan peralatan masak modern dari
pada bagian dasar. Bentuk celengan ini panci dengan bahan besi maupun
merupakan bentuk khas dari masyarakat aluminium. Bentuknya yang sederhana
perajin gerabah dari Takalar, sebab dari dengan bulat kecil pada bagian bawah
beberapa hasil penelusuran penulis dari dan bulat lebar pada bagian atas,
beberapa sentra kerajinan di pulau Jawa, dilengkapi dengan penutup serta hiasan-
seperti Kasongan, Bayat, Plered, dan hiasan pewarna dari tanah liat yang biasa
Mayong masing-masing memiliki bentuk disebut dengan enggobe. Produk jenis
celengan yang berbeda. Kebanyakan gerabah seperti ini masih banyak
bentuk-bentuk celengan pada sentra ditemukan di Takalar, khususnya di
kerajinan gerabah di Jawa merupakan Dusun Soreang (daerah perbatasan antara
modifikasi dari bentuk-bentuk buah- Kabupaten Takalar dengan Kabupaten
buahan dan binatang seperti ayam, celeng Gowa).
atau babi, anjing, kelinci, buah labu, buah Pallu, atau tungku merupakan
semangka, dan beragam jenis buah tempat memasak tradisional sebagai
lainnya. Bentuk celengan dari Takalar ini pengganti kompor, hanya saja tungku
9
Meja dan kursi yang diproduksi Guci, adalah salah satu jenis
oleh perajin menampilkan aneka warna gerabah yang diproduksi oleh perajin
segabai dekorasi. Hiasan yang digunakan gerabah di Takalar. Secara visual,
merupakan kombinasi garis-garis vertikal bentuknya merupakan bentuk yang sudah
berwarna-warni dan serta bunga yang lazim (menyerupai bentuk kendi atau
divariasikan. Hiasan yang digunakan gumbang) sebagai wadah untuk
juga lebih monoton dengan menyimpan air. Saat ini keberadaannya
mengandalkan bentuk-bentuk pohon sudah digantikan dengan ember plastik
dengan sapuan kuas warna biru. Dari segi yang dianggap lebih praktis. Bentuk guci
bentuk, produk jenis ini belum memiliki dengan alas yang lebih kecil pada badan
variasi yang berarti, melainkan bentuk- bagian atas, leher yang pendek dan
bentuk umum sebagaimana kursi keramik hiasan yang polos, namun di finishing
lainnya. Sekalipun demikian, saat ini dengan politur sebab dapat mengkilat.
tampaknya produk ini paling banyak di Guci ini selain sebagai hiasan yang
produksi oleh perajin gerabah di Takalar diletakkan di ruang tamu, juga kadang-
karena banyak peminatnya. kadang digunakan sebagai tempat
menyimpang barang seperti payung,
koran, dan barang-barang lainnya yang
sesuai.
Gerabah modern
12
monoton serta dengan hiasan yang sangat dapur. Dapat dikatakan bahwa sebelum
minim mulai dimodifikasi fungsi dan memasuki tahun 1980-an, gerabah
estetikanya agar dapat membuka peluang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
pasar baru. sehari-hari untuk keperluan alat rumah
Gerabah transisi telah mengalami tangga, seperti alat-alat dapur (gumbang,
perkembangan fungsi, sebab perajin telah uring, kuali, wajan, tungku, cobek) serta
mampu membuat gerabah dengan fungsi untuk alat-alat upacara ritual (dupa), dan
baru yang belum pernah ada sebelumnya, lain-lain.
dua produk yang paling banyak Pembuatan gerabah tradisional
diproduksi tersebut adalah guci hias selalu berorientasi pada fungsi kegunaan
dengan satu shet kursi. Dengan praktisnya, yakni untuk memenuhi
munculnya fungsi baru tersebut maka kebutuhan hidup masyarakat, seperti alat-
gerabah yang awalnya hanya terbatas alat dapur maupun untuk alat-alat
untuk ruang dapur, kini telah memasuki upacara ritual. Dua fungsi tersebut yang
ruang tamu, ruang makan, bahkan ruang mendasari penciptaan gerabah tradisional
teras sebagai salah satu perangkat sehingga bentuk yang ditampilkan harus
furnitur yang menarik. Gerabah transisi menyesuaikan dengan fungsi
ini lebih tepat untuk dikatakan sebagai kegunaannya. Dari segi teknik dan
seni pakai aplied art sebab disamping teknologinya dilakukan secara
kegunaannya juga memiliki hiasan yang tradisional, hiasannya masih sangat
lebih kaya akan warna. Perkembangan minimalis. Hal ini karena tujuan
fungsi dari tradisional ke transisi ini pembuatan benda gerabah selalu
merupakan tuntutan perubahan di berorientasi pada aspek fungsi kegunaan
samping upaya-upaya pemerintah praktisnya sesuai dengan keinginan
setempat untuk mengembangkan produk pasar/konsumennya. Faktor inilah
gerabah menjadi lebih baik. sehingga perajin gerabah belum intens
Sebelum masyarakat lokal untuk membuat produk kreasi baru
mengenal berbagai produk kebutuhan dimana mereka cenderung mengikuti
rumah tangga dari bahan plastik, pola bentuk dan fungsi yang telah
aluminium dan logam yang dipasarkan diwariskan secara turun temurun.
secara massal, jenis gerabah tradisional Demikian deskripsi singkat
untuk fungsi pakai merupakan produk mengenai perkembangan fungsi gerabah
yang relatif paling laku dan banyak tradisional dan fungsi gerabah transisi
permintaannya karena merupakan Sandi Takalar. Selanjutnya, adalah
kebutuhan masyarakat terhadap alat-alat
15
tentunya hanya akan cukup untuk satu ukuran dan fungsi pakai. Sehingga
hari, lebih menarik lagi bentuk gumbang tampilan visual dari produk ini dapat
ini pada bagian bawah mengecil agar dinilai lebih indah dibanding produk
tidak mengambil banyak ruang dan dapat gerabah tradisional.
tertanam dalam tanah, pada bagian Memasuki tahun 1990-an
tengah agak membesar agar volume air beberapa pihak mulai melirik sentra
yang ditampung cukup banyak serta gerabah sebagai sasaran pengembangan
bagian mulut lebih menyempit lagi agar dan pembinaan industri kecil, maka
air tidak mudah tumpah tapi mudah upaya pembinaan, pelatihan, pemberian
untuk diberi tutup. bantuan modal dan fasilitas kerja mulai
Gerabah tradisional minim dilakukan. Pihak yang dinilai paling
terhadap hiasan sehingga terkesan lebih intens melakukan pembinaan tersebut
minimalis, produk tungku masak hanya adalah Kanwil Deprindag Sulawesi
dihias dengan garis-garis enggobe, Selatan dengan harapan agar berbagai
demikian pula uring jawa beserta sentra tersebut dapat menghasilkan
tutupnya, ini tentunya lebih disesuaikan produk-produk bermutu dan berglasir
dengan kebutuhan dimana jenis produk yang memiliki daya saing ditingkat lokal
gerabah tradisional ini lebih dibutuhkan maupun nasional. Namun harapan
aspek kegunaan/fungsinya dibanding tersebut tampaknya sangat sulit di
apek estetisnya, sehingga hiasannya wujudkan oleh perajin di Takalar dalam
dibuat seadanya saja. Jenis produk waktu seketika, sehingga pembinaan
lainnya, seperti celengan diberi hiasan yang dilakukan oleh pihak Deprindag
yang lebih menyolok (dihiasi dengan akhirnya terputus dan tidak berkelanjutan
kembang-kembang berwarna cerah). hingga.
Sejak memasuki tahun 1980-an Hiasan pada gerabah transisi
beberapa perajin tradisional telah lebih diperkaya dengan warna-warni,
melakukan perubahan orientasi produksi motif kembang dan pohon paling banyak
gerabah dari membuat gerabah diterapkan dengan jenis warna yang
tradisional menjadi membuat gerabah bervariasi, hiasan-hiasan ini tidak dibuat
transisi yang dianggapnya secara secara detail dan finish melainkan lebih
komersial lebih menguntungkan di spontan dan lebaih menampilkan kesan.
banding gerabah tradisional sebelumnya. Oleh sebab itu cara menghiasnya masih
Dari aspek estetis, secara visual produk- menggunakan potongan-potongan gabus
produk gerabah transisi ini jauh lebih dengan cara cepat. Hiasan gerabah
kaya dengan warna, motif, bentuk, modern lebih berkesan berkualitas, rumit,
17
detail, dan menampilkan nuansa etnik. interior-eksterior seperti kursi dan guci,
Pengembangan motif Toraja, motif daun termasuk pemberian motif hias sebagai
dengan teknik toreh sampai ukiran dekorasinya, tekstur semakin diperhalus;
tembus merupakan kebiasaan-kebiasaan (4) Gerabah modern memiliki fungsi
yang membutuhkan kesabaran secara yang lebih kompleks lagi (fungsi hias
teknis, ketelitian dan keterampilan teknis dengan fungsi pakai dipadukan untuk
yang tinggi. lebih menarik simpati pasar), dimana
Menghias gerabah modern tidak produk-produk gerabah modern dibuat
semudah menghias gerabah transisi, tidak lagi terbatas untuk kebutuhan
sebab disamping ukurannya yang relatif rumah tangga, tetapi telah berkembang
kecil, juga proses menghiasnya yang untuk keperluan souvenir, ataupun untuk
lebih rumit dan lebih lama dibanding kebutuhan-kebutuhan kontemporer lain-
gerabah transisi yang besar-besar. Paduan nya (5) Dari segi hiasan, terjadi
gerabah dengan anyaman serat lontar perkembangan yang lebih kompleks dari
merupakan inovasi baru yang khas yang hiasan gerabah tradisional yang
diterapkan pada produk gerabah di sederhana yang awalnya hanya meng-
Takalar. Kreasi ini justru banyak menarik gunakan bahan pewarna tanah liat
minat para kolektor benda-benda kriya. (enggobe) menjadi lebih variatif pada
gerabah transisi dan pada gerabah
D. Kesimpulan dan Saran modern dengan cara menambahkan motif
Berdasarkan hasil analisis data hias dengan menggunakan cat dan politur
dan pembahasan terdahulu, maka dapat sehingga lebih menarik perhatian.
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu Sebagai implikasi dari hasil
sebagai berikut: (1) Terjadi per- penelitian ini diajukan saran-saran
kembangan bentuk dari tradisional ke sebagai berikut: (1) Kepada para perajin
transisi dan selanjutnya ke arah modern; gerabah di Takalar agar tetap optimis
(2) Gerabah tradisional cenderung terhadap masa depan dan kesinambungan
terbatas pada bentuk-bentuk yang kerajinan gerabah, tetap melakukan
diwarisi serta ukuran dan jenis produk inovasi desain, bentuk dan penambahan
yang cenderung monoton, fungsinya dekorasinya sekalipun belum memiliki
terbatas pada kebutuhan dapur; (3) pasar yang jelas; (2) Bagi para peneliti
Gerabah transisi lebih berorientasi pada dan akademisi khususnya teman-teman
perkembangan fungsi, jenis dan dosen Seni Rupa agar terus-menerus
bentuknya tidak hanya sebagai alat dapur meneliti dan membantu perajin dari segi
saja tetapi berkembang untuk penunjang aspek pengembangan desain dan
18
finishing produk gerabah Takalar agar Hofsted, J., Pottery, 1997. Accomplete
Introduction to the craft of pottery.
bisa lebih kompetitif dan tetap London: Pan Books LTD.
berkelanjutan; (3) Kepada pihak Irfan, 2004. Perkembangan Desain Gerabah
Jipang Kabupaten Gowa dalam
pemerintah agar terus melakukan
Konteks Perubahan Sosial Budaya
pendampingan, memberikan bantuan Masyarakatnya, Tesis Magister
Bidang Desain, Pascasarjana, ITB.
moril dan finansial kepada perajin untuk
Komara, Josephine W., 1998. Revitalisasi
mengembangkan usahanya, termasuk Seni Kria Tradisonal Indonesia,
Makalah Konperensi Tahun Kria
dari segi aspek pemasaran dengan dan Rekayasa ITB, Bandung, 26
memfalitasi untuk pengadaan tempat atau November 1999
pusat penjualan gerabah melalui program Lauer, Robert H., 1993. Perspektif Tentang
Perubahan Sosial, Jakarta, PT
cinta produk lokal, sehingga minimal Rineka Cipta.
setiap kantor-kantor instansi pemerintah Mc Twigan, Michael., 1995. Pottery and
Porselain, Excerpted from
bisa membeli dan menggunakan produk Comptons Interactive
gerabah lokal. Encyclopedia. Comptons
Newmedia, Inc. All Rights
DAFTAR PUSTAKA Reserved, Copyright 1994.
Abidin, Andi Zainal, 1999. Capita Selecta Mangemba, H.D., 2002. Takutlah Pada
Kebudayaan Sulawesi Selatan, Orang Jujur, Yogyakarta, Pustaka
Makassar, Hasanuddin University Pelajar.
Press.
Miles, M.B. dan Huberman, 1992. Analisis
A. M, Khalil, 1996. Potensi dan penggunaan Data Kualitatif, (Penerjemah:
bahan keramik hias di Sulawesi Tjetjep Rohendi Rohidi), Jakarta:
Selatan, Makalah hasil penelitian (UI-PRESS).
tanah liat di beberapa daerah di
Miyazaki, Kiyoshi, 2001. Desain Jepang:
Sulawesi Selatan, Makassar:
Karakteristik kriya dan desain,
Departemen Pertambangan dan
Makalah Pertama untuk Seri
Energi.
Seminar Mencermati Desain
Budiwiwaramulja, Dwi., 1998. Gerabah Jepan, Bandung, FSRD-ITB
Kasongan., Tesis Magister Bidang INDDES, 4 Juli 2001.
Khusus Seni Murni, Program
Moeliono, Anton M., dkk., 2001. Kamus
Magister Seni Rupa dan Desain
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Program Pascasarjana Institut
Departemen Pendidikan dan
Teknologi Bandung.
Kebudayaan, Balai Pustaka.
Departemen Perindustrian, 1997. Proses
Natas, 2001. Pengenalan Keramik, petunjuk
pembuatan Keramik Rumah
Praktis Mengenai Teknik dan
Tangga, Bandung: Badan Penelitian
Material, Bandung, Indy Label,
dan pengembangan Industri
Edisi Pertama.
Keramik.
Nelson, Glenn C., 1984. Ceramics: A Potters
Hartomo, Anton J., 1994. Mengenal Keramik
Handbook, New York, 5Th. Edition,
Modern, Yogyakarta, Penerbit Andi
Holt Rinchart and Windston.
Offset.
Nugraha, Adhi, 1999. Kriya Indonesia,
Heskett, John, 1986. Desain Industri,
Sebuah Wilayah Sumber Inspirasi
Penerjemah Candra Johan &
yang Tak Terbatas, Makalah pada
Penyunting Agus Sachari, Jakarta,
konperensi tahun kriya dan
Diterbitkan atas Kerja sama dengan
Rekayasa, Bandung ITB, 26
Indes Kelompok Studi Desain
November 1999.
Jurusan Desain ITB.
19