I Wayan Roy Adnyana Putra, Desak Made Oka Purnawati, Tuty Maryati
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah; (1) Mengetahui latar belakang munculnya industri kerajinan bambu
di Desa Kayubihi, Bangli, Bali; (2) Mengetahui proses produksi kerajinan bambu di Desa
Kayubihi, Bangli, Bali; (3) Mengetahui potensi kerajinan bambu di Desa Kayubihi, Bangli, Bali
Sebagai Sumber Belajar Sejarah lokal di SMA kelas X Peminatan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian deskriptif eksploratif. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan
“purposive sampling”. Instrument yang digunakan meliputi peneliti sendiri sebagai alat
pengumpul data utama dengan bantuan pedoman wawancara. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Setelah mendapatkan data
yang relevan, maka data yang terkumpul itu dibaca, diteliti, deverifikasi, dipelajari dengan
seksama, sehingga mendapatkan data yang siap untuk dimasukan ke dalam proses analisis.
Dalam proses analisis data peneliti menggunakan prosedur deskriptif dengan teknik ekploratif
Hasil penelitian ini adalah (1) Awalnya kerajinan anyaman bambu hanya diproduksi dengan
model yang masih sederhana namun seiring dengan berkembangnya permintaan dan ekonomi,
model serta motif baru bermunculan. Adapun faktor yang mempengaruhinya: (1) Faktor
Budaya; (2) Faktor ekonomi; (3) Faktor lingkungan; (4) Tidak Membutuhkan Pendidikan Tinggi;
(5) Faktor Keturunan; (6) Faktor Sumber Daya Alam (SDA). (2) Adapun alat yang digunakan
dalam produksi adalah sebagai berikut: Golok, Geregaji, Pengutik, Penegteg, Pisau, Gunting,
Meteran, Palu, Bor, Kuas, Pusut, Busur. Sedangkan bahan utama yang digunakan adalah
bambu. Pada tahun 1998-2016 perkembangan kerajinan bambu sangat pesat, dengan
banyaknya bermunculan model dan permintaan yang meningkat. (3) Sejarah perkembangan
kerajinan bambu juga relevan digunakan sebagai bahan ajar yang meliputi aspek pemanfaatan
sumber daya alam, aspek kewirausahaan dan aspek sosial budaya.
Abstract
This study aims to investigate: (1) Knowing the background of the emergence of bamboo craft
industry in Kayubihi Village, Bangli, Bali; (2) To know the production process of bamboo
handicrafts in Kayubihi Village, Bangli, Bali; (3) Knowing the potency of bamboo handicrafts in
Kayubihi Village, Bangli, Bali as a Learning Resource History of local high school class X of
Specialization. This research used descriptive explorative research approach. In the
determination of informant, researcher used "purposive sampling". The instrument used
includes the researcher himself as a primary data collection tool with the help of interview
guidelines. The data collections used in this study were observation techniques, interviews
and document studies. After obtaining the relevant data, then the collected data was read,
researched, verified, studied carefully, so get the data ready to be included into the analysis
process. In the process of data analys is the researcher used a descriptive procedure with
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)
explorative technique. The results of this research were (1) Initially bamboo woven crafts only
produced with a model that was still simple but along with the growing demand and economy,
new models and motifs were emerging. The factors that influence it: (1) Cultural Factors; (2)
Economic factors; (3) Environmental factors; (4) No Need for Higher Education; (5) Heredity
Factor; (6) Natural Resources Factors (SDA). (2) The tools used in production are as follows:
Machete, saw, threading, Penegteg, knives, scissors, meters, hammer, drill, brush, trousers,
and bow. Moreover, the main material used was bamboo. In 1998-2016 the development of
bamboo crafts was very rapid, with many emerging models and increasing demand (3) the
history of bamboo handicraft development was relevant as a teaching material which includes
aspects of natural resource utilization, entrepreneurship aspect and socio-cultural aspects.
PENDAHULUAN
Bali merupakan salah satu pulau Bangli adalah 520,81 km2 yang terdiri dari
yang sangat terkenal di seluruh dunia. 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bangli,
Ketertarikan wisatawan mancanegara dan Susut, Tembuku dan Kintamani. Masing-
domestik untuk datang ke pulau Bali tidak masih wilayah mempunyai potensi
lepas dari pesona alam dan budaya yang tersendiri, misalnya di daerah Kintamani
sangat kental dengan filosofi Hindu Bali. cocok untuk perkebunan hortikultura dan
Alam dan budaya Bali seolah menjadi jeruk yang sudah terkenal sampai di luar
magnet bagi wisatawan untuk datang ke Bali. Sedangkan beberapa daerah lainnya
Bali. Alam Bali yang dikelilingi dengan memiliki potensi hutan bambu seperti
hamparan pantai yang indah dan kondisi misalnya di Kecamatan Bangli.
pegunungan yang hijau menjadi alasan Potensi hutan bambu di Bangli
wisatawan nyaman tinggal di Bali. sebagaian besar dimanfaatkan sebagai
Budaya Bali yang sangat kental kerajinan yang dijual hingga manca
dengan Agama Hindu dipadu dengan negara. Meskipun disetiap daerah
keramahan masyarakatnya membuat Bali tersebar pengerajin kerajinan bambu,
semakin mempesona dimata dunia. Saat tetapi setiap pengerajin dari berbagai
ini Bali memang sangat tergantung daerah di Bali memiliki ciri khas tersendiri.
kepada industri pariwisata, tetapi Sebagai contoh yang terdapat di luar
masyarakat Bali tidak lantas meninggalkan kabupaten Bangli, seperti di Desa Belege,
budaya agraris yang sudah diwariskan Kabupaten Gianyar yang juga
secara turun temurun. menghasilkan kerajinan bambu lebih
Menurut Badan Pusat Statistik menonjolkan kepada produk, seperti:
(2013), bagi masyarakat Bali, pertanian kursi, meja, gazebo (bale bengong),
sampai saat ini masih menjadi bagian tak lampion, meja hias, lemari, souvenir, dan
terpisahkan dari seluruh sendi kehidupan. bentuk cindramata lainnya.
Pertanian tidak hanya memberi arti Perkembangan industri kerajinan
ekonomi namun juga sosial budaya. bambu di Desa Kayubihi, Bangli telah
Perkembangan jaman boleh saja terbilang melewati serangkaian proses yang sangat
pesat, namun kehidupan mayoritas panjang. Pada zaman dahulu pengerajin
masyarakat masih bernafaskan bambu di Desa Kayubihi memanfaatkan
masyarakat agraris. Kondisi ini tentu tidak produk sebagai alat rumah tangga dan
terlepas dari budaya, adat istiadat keperluan keagamaan. Seperti misalnya
termasuk agama masyarakat yang kuskusan (alat rumah tangga yang
mayoritas memeluk Hindu. Masyarakat digunakan dalam memasak nasi) dan
Bali sangat dekat dengan alam yang sokasi (tempat menaruh sesajen yang
senantiasa memberikan kehidupan. akan dihaturkan). Hal ini menunjukan
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten bahwa keberadaan kerajinan bambu pada
Bangli (2016), luas wilayah Kabupaten saat itu hanya digunakan sebagai
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)
pelengkap alat rumah tangga masyarakat lalu yang menjadi tonggak sejarah
di Desa Kayubihi. Keberadaan kerajinan perkembangan masyarakat yang modern.
bambu ini secara perlahan mulai diminati Hasil kreativitas masyarakat Desa
oleh masyarakat di luar Desa Kayubihi. Kayubihi terdahulu merupakan nilai-nilai
Hal ini dilihat dari meningkatnya yang tidak dapat terlepas dari sejarah
permintaan terhadap kerajinan bambu masa kini. Kerajinan anyaman bambu dan
untuk keperluan rumah tangga, sehingga proses perkembangannya sangat penting
produk-produk kerajinan bambu ini sering jika dihubungkan dengan kurikulum 2013
dipesan oleh masyarakat di luar Desa SMA kelas X pada semester ganjil yaitu
Kayubihi. Saat itu pengerajin menukarkan materi tentang “Penelitian dan Penulisan
produk kerajinan bambu dengan beras Sejarah”.
ataupun sembako. Inovasi yang dilakukan masyarakat
Semakin berkembangnya pasar dan menjadikan kerajinan bambu masih dapat
permintaan yang terus meningkat maka bertahan dan eksistensinya tetap terjaga.
produksi kerajinan bambu juga semakin Hal ini menandakan bahwa masyarakat
berkembang. Pada awalnya kerajinan pengrajin sadar akan perubahan dan terus
bambu yang berada di daerah Kayubihi melakukan perubahan agar kerajinan ini
sangat sederhana, perlahan berkembang tetap menjadi warisan budaya yang patut
menjadi produk yang mempunyai nilai jual untuk dipertahankan. Berdasarkan uraian
yang tinggi. Kerajinan bambu yang dibuat diatas, maka kerajinan bambu di Desa
di Desa Kayubihi bisa ditemui di berbagai Kayubihi sudah sepantasnya kedepan
pasar seni dan super market di seluruh dapat dijadikan sebagai sumber dalam
Bali dan juga di export ke manca negara. pelaksanaan Pembelajaraan sejarah di
Berkembangnya kerajinan bambu di Desa SMA.
Kayubihi memberikan kontribusi terhadap Nilai – nilai kreativitas, sejarah dan
perkembangan industri pariwisata di budaya dalam proses pembuatan
Bangli khususnya dan di Bali pada anyaman bambu ini sesuai jika
umumnya. diaplikasikan dalam materi “Penelitian dan
Ditengah arus globalisasi, banyak Penulisan Sejarah” kelas X dalam
generasi yang beralih profesi dan kurikulum 2013. Dalam Kompetensi Dasar
meninggalkan pekerjaan menjadi dijelaskan bahwa “melakukan penelitian
pengerajin bambu. Tetapi tidak jarang sejarah secara sederhana dan menyajikan
generasi muda yang masih dan menyajikan dalam bentuk laporan
mempertahankan profesi ini. Hal ini terjadi penelitian”.
karena sebagian besar produk-produk Permasalahan pada penelitian ini (1)
kerajinan bambu yang dibuat berkaitan Bagaimana latar belakang munculnya
erat dengan prosesi dan ritual keagamaan industri kerajinan bambu di Desa Kayubihi,
seperti misalnya sokasi yang masih Bangli, Bali, (2) Bagaimana proses
digunakan sebagai tempat sesajen umat produksi kerajinan bambu di Desa
Hindu di Bali. Dengan beragam inovasi Kayubihi, Bangli, Bali, (3) Bagaimana
bentuk dan corak warna sokasi masih potensi kerajinan bambu di Desa
tetap eksis sebagai kerajinan bambu yang Kayubihi, Bangli, Bali Sebagai Sumber
sangat diminati. Hal inilah yang menjadi Belajar Sejarah lokal di SMA kelas X
salah satu alasan mengapa produk-produk Peminatan.
kerajinan bambu masih tetap ada dan Tujuan dari penelitian (1) Mengetahui latar
dibuat oleh masyarakat di Desa Kayubihi. belakang munculnya industri kerajinan
Seperti dijelaskan dalam ilmu sejarah, bambu di Desa Kayubihi, Bangli, Bali, (2)
manusia berkreasi (berkreativitas) dalam Bagaimana proses produksi kerajinan
ruang dan waktu dan akan selalu berubah. bambu di Desa Kayubihi, Bangli, Bali, (3)
Terlepas dari hal tersebut, Bagaimana potensi kerajinan bambu di
pendidikan memiliki peran khusus dalam Desa Kayubihi, Bangli, Bali Sebagai
segala peristiwa sejarah. Sejarah sebagai Sumber Belajar Sejarah lokal di SMA
ilmu akan memberikan gambaran yang kelas X Peminatan.
jelas terhadap peristiwa-peristiwa masa
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)
diaspal, namun cukup memadai untuk bisa Agung meletus tahun 1963 semburan
dilalui kendaraan. laharnya sangatlah dasyat dan membuat
Secara topografi Desa Kayubihi tanah dan hasil pertanian yang mengalami
terletak di daerah dataran tinggi dengan gagal panen akibat dasyatnya letusan
ketinggian antara 600 - 800 m dari Gunung Agung tersebut, karena peristiwa
permukaan laut dengan luas wilayah 946 tersebut, mengingat beberapa tanaman
ha. Desa Kayubihi merupakan daerah bambu masih bisa tumbuh masyarakat
beriklim tropis dimana sepanjang tahun desapun mulai berpikir akan
mendapat curah hujan yang cukup, keberlangsungan hidupnya dan
dengan rata-rata curah hujan pertahunnya merekapun mulai menggeluti kerajinan
antara 312 – 452 mm, sehingga bambu. Hasil produksi kerajinan bambu
kelembaban udara tergolong sedang tersebut dijual sampai ke luar kecamatan
dengan suhu rata-rata harian 26oC. seperti ke pasar Menanga, dan sampai di
Secara topografi Desa Kayubihi terletak di Kabupaten Klungkung. Berawal dari tahun
daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1964 dimana menjadi tonggak awal
antara 600 - 800 m dari permukaan laut beridirinya kerajinan anyaman bambu
dengan luas wilayah 946 ha. Desa yang dicetuskan oleh salah satu
Kayubihi merupakan daerah beriklim tropis pengerajin yang bernama I Ketut Tangkep
dimana sepanjang tahun mendapat curah (95 Tahun) dimana yang awalnya bagi
hujan yang cukup, dengan rata-rata curah para orang tua kegiatan mengayam hanya
hujan pertahunnya antara 312 – 452 mm, dijadikan pekerjaan sambilan, dan
sehingga kelembaban udara tergolong hasilnya hanya dimanfaatkan untuk
sedang dengan suhu rata-rata harian kebutuhan rumah tangga. Tetapi oleh I
26oC. Wilayah Desa kayubihi terdiri dari 9 Ketut Tangkep (95 Tahun) yang pada saat
Banjar Dinas yaitu : itu beliau mengetahui bahwa kerajinan
1. Banjar Dinas Kayubihi bambu mampu menopang ekonomi pada
2. Banjar Dinas Jangkaan saat itu kegiatan mengayam ini
3. Banjar Dinas Mampeh dikembangkan untuk masyarakat yang
4. Banjar Dinas Pucangan bisa mengayam agar dijadikan kegiatan
pokok.
5. Banjar Dinas Gebagan
Melihat potensi yang ada pada
6. Banjar Dinas Kutaundisan
waktu itu yakni banyaknya bahan baku
7. Banjar Dinas Kayang
bambu yang tumbuh di areal pekarangan
8. Banjar Dinas Bangklet
atau tegalan penduduk, serta banyaknya
9. Banjar Dinas Cingang
tenaga kerja yang trampil akhirnya usaha
Desa Kayubihi merupakan salah
mengayam ini mereka urus secara
satu desa yang terdapat di Kecamatan
profesional dan berusaha menemukan
Bangli, Kabupaten Bangli. Bertani dan
peluang pasar. Pada masa itu masyarakat
berkebun adalah bagian yang sangat erat
makin banyak yang menggeluti kerajinan
dengan mata pencaharian mayoritas
bambu, ibu-ibu rumah tangga menjadikan
penduduk di Desa Kayubihi. Tetapi jika
kegiatan menganyam tersebut setelah
dilihat sekarang, sekitar 68% masyarakat
melakukan kegitan memasak. Dari sinilah
Desa Kayubihi bermata pencaharian
awal munculnya kerajinan anyaman
sebagai pengerajin. Awalnya kerajinan
bambu sehingga bisa berkembang hingga
anyaman bambu hanya digeluti oleh
sekarang
beberapa masyarakat dengan model yang
Berdasarkan data yang diperoleh di
masih sederhana, beberapa jenis
lapangan dari beberapa informan yang
kerajinan bambu pada saat itu adalah sok,
dimintai keterangan tentang alasannya
penarak, bodag, lumpyan, wakul,
memilih berkecimpung di usaha kerajinan
pengaraman, katung, sinuk, sokasi polos
anyaman bambu, ada beberapa hal yang
dll. Pada mulanya kerajinan bambu
dapat dikatakan sebagai faktor yang
dikerjakan oleh orang tua sebagai pengisi
paling banyak menjadi alasan atau yang
waktu luang apabila pekejaan di dapur
menyebabkan sebagian warga Desa
dan di kebun selesai. Peristiwa Gunung
Kayubihi untuk menekuni kerajinan
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)