Anda di halaman 1dari 10

e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

SEJARAH INDUSTRI KERAJINAN BAMBU DI DESA KAYUBIHI,


BANGLI, BALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH LOKAL DI
SMA

I Wayan Roy Adnyana Putra, Desak Made Oka Purnawati, Tuty Maryati

Jurusan Pendidikan Sejarah


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {royadjah46@yahoo.co.id, pembimbing1, pembimbing2}@undiksha.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah; (1) Mengetahui latar belakang munculnya industri kerajinan bambu
di Desa Kayubihi, Bangli, Bali; (2) Mengetahui proses produksi kerajinan bambu di Desa
Kayubihi, Bangli, Bali; (3) Mengetahui potensi kerajinan bambu di Desa Kayubihi, Bangli, Bali
Sebagai Sumber Belajar Sejarah lokal di SMA kelas X Peminatan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian deskriptif eksploratif. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan
“purposive sampling”. Instrument yang digunakan meliputi peneliti sendiri sebagai alat
pengumpul data utama dengan bantuan pedoman wawancara. Pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Setelah mendapatkan data
yang relevan, maka data yang terkumpul itu dibaca, diteliti, deverifikasi, dipelajari dengan
seksama, sehingga mendapatkan data yang siap untuk dimasukan ke dalam proses analisis.
Dalam proses analisis data peneliti menggunakan prosedur deskriptif dengan teknik ekploratif
Hasil penelitian ini adalah (1) Awalnya kerajinan anyaman bambu hanya diproduksi dengan
model yang masih sederhana namun seiring dengan berkembangnya permintaan dan ekonomi,
model serta motif baru bermunculan. Adapun faktor yang mempengaruhinya: (1) Faktor
Budaya; (2) Faktor ekonomi; (3) Faktor lingkungan; (4) Tidak Membutuhkan Pendidikan Tinggi;
(5) Faktor Keturunan; (6) Faktor Sumber Daya Alam (SDA). (2) Adapun alat yang digunakan
dalam produksi adalah sebagai berikut: Golok, Geregaji, Pengutik, Penegteg, Pisau, Gunting,
Meteran, Palu, Bor, Kuas, Pusut, Busur. Sedangkan bahan utama yang digunakan adalah
bambu. Pada tahun 1998-2016 perkembangan kerajinan bambu sangat pesat, dengan
banyaknya bermunculan model dan permintaan yang meningkat. (3) Sejarah perkembangan
kerajinan bambu juga relevan digunakan sebagai bahan ajar yang meliputi aspek pemanfaatan
sumber daya alam, aspek kewirausahaan dan aspek sosial budaya.

Kata kunci: sejarah industri, kerajinan bambu, sumber belajar sejarah

Abstract
This study aims to investigate: (1) Knowing the background of the emergence of bamboo craft
industry in Kayubihi Village, Bangli, Bali; (2) To know the production process of bamboo
handicrafts in Kayubihi Village, Bangli, Bali; (3) Knowing the potency of bamboo handicrafts in
Kayubihi Village, Bangli, Bali as a Learning Resource History of local high school class X of
Specialization. This research used descriptive explorative research approach. In the
determination of informant, researcher used "purposive sampling". The instrument used
includes the researcher himself as a primary data collection tool with the help of interview
guidelines. The data collections used in this study were observation techniques, interviews
and document studies. After obtaining the relevant data, then the collected data was read,
researched, verified, studied carefully, so get the data ready to be included into the analysis
process. In the process of data analys is the researcher used a descriptive procedure with
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

explorative technique. The results of this research were (1) Initially bamboo woven crafts only
produced with a model that was still simple but along with the growing demand and economy,
new models and motifs were emerging. The factors that influence it: (1) Cultural Factors; (2)
Economic factors; (3) Environmental factors; (4) No Need for Higher Education; (5) Heredity
Factor; (6) Natural Resources Factors (SDA). (2) The tools used in production are as follows:
Machete, saw, threading, Penegteg, knives, scissors, meters, hammer, drill, brush, trousers,
and bow. Moreover, the main material used was bamboo. In 1998-2016 the development of
bamboo crafts was very rapid, with many emerging models and increasing demand (3) the
history of bamboo handicraft development was relevant as a teaching material which includes
aspects of natural resource utilization, entrepreneurship aspect and socio-cultural aspects.

Keywords: bamboo craft, historical sources, industrial history.

PENDAHULUAN
Bali merupakan salah satu pulau Bangli adalah 520,81 km2 yang terdiri dari
yang sangat terkenal di seluruh dunia. 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bangli,
Ketertarikan wisatawan mancanegara dan Susut, Tembuku dan Kintamani. Masing-
domestik untuk datang ke pulau Bali tidak masih wilayah mempunyai potensi
lepas dari pesona alam dan budaya yang tersendiri, misalnya di daerah Kintamani
sangat kental dengan filosofi Hindu Bali. cocok untuk perkebunan hortikultura dan
Alam dan budaya Bali seolah menjadi jeruk yang sudah terkenal sampai di luar
magnet bagi wisatawan untuk datang ke Bali. Sedangkan beberapa daerah lainnya
Bali. Alam Bali yang dikelilingi dengan memiliki potensi hutan bambu seperti
hamparan pantai yang indah dan kondisi misalnya di Kecamatan Bangli.
pegunungan yang hijau menjadi alasan Potensi hutan bambu di Bangli
wisatawan nyaman tinggal di Bali. sebagaian besar dimanfaatkan sebagai
Budaya Bali yang sangat kental kerajinan yang dijual hingga manca
dengan Agama Hindu dipadu dengan negara. Meskipun disetiap daerah
keramahan masyarakatnya membuat Bali tersebar pengerajin kerajinan bambu,
semakin mempesona dimata dunia. Saat tetapi setiap pengerajin dari berbagai
ini Bali memang sangat tergantung daerah di Bali memiliki ciri khas tersendiri.
kepada industri pariwisata, tetapi Sebagai contoh yang terdapat di luar
masyarakat Bali tidak lantas meninggalkan kabupaten Bangli, seperti di Desa Belege,
budaya agraris yang sudah diwariskan Kabupaten Gianyar yang juga
secara turun temurun. menghasilkan kerajinan bambu lebih
Menurut Badan Pusat Statistik menonjolkan kepada produk, seperti:
(2013), bagi masyarakat Bali, pertanian kursi, meja, gazebo (bale bengong),
sampai saat ini masih menjadi bagian tak lampion, meja hias, lemari, souvenir, dan
terpisahkan dari seluruh sendi kehidupan. bentuk cindramata lainnya.
Pertanian tidak hanya memberi arti Perkembangan industri kerajinan
ekonomi namun juga sosial budaya. bambu di Desa Kayubihi, Bangli telah
Perkembangan jaman boleh saja terbilang melewati serangkaian proses yang sangat
pesat, namun kehidupan mayoritas panjang. Pada zaman dahulu pengerajin
masyarakat masih bernafaskan bambu di Desa Kayubihi memanfaatkan
masyarakat agraris. Kondisi ini tentu tidak produk sebagai alat rumah tangga dan
terlepas dari budaya, adat istiadat keperluan keagamaan. Seperti misalnya
termasuk agama masyarakat yang kuskusan (alat rumah tangga yang
mayoritas memeluk Hindu. Masyarakat digunakan dalam memasak nasi) dan
Bali sangat dekat dengan alam yang sokasi (tempat menaruh sesajen yang
senantiasa memberikan kehidupan. akan dihaturkan). Hal ini menunjukan
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten bahwa keberadaan kerajinan bambu pada
Bangli (2016), luas wilayah Kabupaten saat itu hanya digunakan sebagai
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

pelengkap alat rumah tangga masyarakat lalu yang menjadi tonggak sejarah
di Desa Kayubihi. Keberadaan kerajinan perkembangan masyarakat yang modern.
bambu ini secara perlahan mulai diminati Hasil kreativitas masyarakat Desa
oleh masyarakat di luar Desa Kayubihi. Kayubihi terdahulu merupakan nilai-nilai
Hal ini dilihat dari meningkatnya yang tidak dapat terlepas dari sejarah
permintaan terhadap kerajinan bambu masa kini. Kerajinan anyaman bambu dan
untuk keperluan rumah tangga, sehingga proses perkembangannya sangat penting
produk-produk kerajinan bambu ini sering jika dihubungkan dengan kurikulum 2013
dipesan oleh masyarakat di luar Desa SMA kelas X pada semester ganjil yaitu
Kayubihi. Saat itu pengerajin menukarkan materi tentang “Penelitian dan Penulisan
produk kerajinan bambu dengan beras Sejarah”.
ataupun sembako. Inovasi yang dilakukan masyarakat
Semakin berkembangnya pasar dan menjadikan kerajinan bambu masih dapat
permintaan yang terus meningkat maka bertahan dan eksistensinya tetap terjaga.
produksi kerajinan bambu juga semakin Hal ini menandakan bahwa masyarakat
berkembang. Pada awalnya kerajinan pengrajin sadar akan perubahan dan terus
bambu yang berada di daerah Kayubihi melakukan perubahan agar kerajinan ini
sangat sederhana, perlahan berkembang tetap menjadi warisan budaya yang patut
menjadi produk yang mempunyai nilai jual untuk dipertahankan. Berdasarkan uraian
yang tinggi. Kerajinan bambu yang dibuat diatas, maka kerajinan bambu di Desa
di Desa Kayubihi bisa ditemui di berbagai Kayubihi sudah sepantasnya kedepan
pasar seni dan super market di seluruh dapat dijadikan sebagai sumber dalam
Bali dan juga di export ke manca negara. pelaksanaan Pembelajaraan sejarah di
Berkembangnya kerajinan bambu di Desa SMA.
Kayubihi memberikan kontribusi terhadap Nilai – nilai kreativitas, sejarah dan
perkembangan industri pariwisata di budaya dalam proses pembuatan
Bangli khususnya dan di Bali pada anyaman bambu ini sesuai jika
umumnya. diaplikasikan dalam materi “Penelitian dan
Ditengah arus globalisasi, banyak Penulisan Sejarah” kelas X dalam
generasi yang beralih profesi dan kurikulum 2013. Dalam Kompetensi Dasar
meninggalkan pekerjaan menjadi dijelaskan bahwa “melakukan penelitian
pengerajin bambu. Tetapi tidak jarang sejarah secara sederhana dan menyajikan
generasi muda yang masih dan menyajikan dalam bentuk laporan
mempertahankan profesi ini. Hal ini terjadi penelitian”.
karena sebagian besar produk-produk Permasalahan pada penelitian ini (1)
kerajinan bambu yang dibuat berkaitan Bagaimana latar belakang munculnya
erat dengan prosesi dan ritual keagamaan industri kerajinan bambu di Desa Kayubihi,
seperti misalnya sokasi yang masih Bangli, Bali, (2) Bagaimana proses
digunakan sebagai tempat sesajen umat produksi kerajinan bambu di Desa
Hindu di Bali. Dengan beragam inovasi Kayubihi, Bangli, Bali, (3) Bagaimana
bentuk dan corak warna sokasi masih potensi kerajinan bambu di Desa
tetap eksis sebagai kerajinan bambu yang Kayubihi, Bangli, Bali Sebagai Sumber
sangat diminati. Hal inilah yang menjadi Belajar Sejarah lokal di SMA kelas X
salah satu alasan mengapa produk-produk Peminatan.
kerajinan bambu masih tetap ada dan Tujuan dari penelitian (1) Mengetahui latar
dibuat oleh masyarakat di Desa Kayubihi. belakang munculnya industri kerajinan
Seperti dijelaskan dalam ilmu sejarah, bambu di Desa Kayubihi, Bangli, Bali, (2)
manusia berkreasi (berkreativitas) dalam Bagaimana proses produksi kerajinan
ruang dan waktu dan akan selalu berubah. bambu di Desa Kayubihi, Bangli, Bali, (3)
Terlepas dari hal tersebut, Bagaimana potensi kerajinan bambu di
pendidikan memiliki peran khusus dalam Desa Kayubihi, Bangli, Bali Sebagai
segala peristiwa sejarah. Sejarah sebagai Sumber Belajar Sejarah lokal di SMA
ilmu akan memberikan gambaran yang kelas X Peminatan.
jelas terhadap peristiwa-peristiwa masa
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

METODE dibaca, diteliti, deverifikasi, dipelajari


Penelitian ini menggunakan metode dengan seksama, sehingga mendapatkan
penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian data yang siap untuk dimasukan ke dalam
dilakukan di Desa Kayubihi, Kecamatan proses analisis. Dalam proses analisis
Bangli, Kabupaten Bangli. Penelitian data peneliti menggunakan prosedur
diintensifkan di Banjar Dinas Kutaundisan deskriptif dengan teknik ekploratif, yaitu
karena di temapat ini kerajinan bambu kesimpulan dari umum ke khusus yang
pertama dikembangkan. Dalam penentuan disertai dengan argumentasi. Analisis data
informan peneliti menggunakan“purposive dilakukan sepanjang berlangsungnya
sampling”. Dalam penelitian ini, penelitian dan dilakukan terus menerus
instrumennya adalah peneliti sendiri dari awal sampai akhir penelitian. Strategi
sebagai alat pengumpul data utama, yang ditempuh bertolak dari data atau
karena peneliti yang memahami secara informasi empiris. Berdasarkan data yang
mendalam tentang objek yang dikaji. diperoleh peneliti menyusun kategori-
Selama di lokasi, peneliti dibantu dengan kategori. Analisi data yang dalam
alat pedoman wawancara dan didukung penelitian ini menggunakan teknik
dengan sejumlah instrument lainnya deskriptif yang ditekankan pada analisis
seperti buku catatan untuk mencatat hal- kualitatif.
hal penting yang menunjang kelancaran Pengecekan objektivitas data
penelitian dan kamera yang akan dilakukan dengan teknik triangulasi
digunakan untuk merekam informasi dan sumber data, pembinaan rappor (menjalin
mendokumentasikan kegiatan-kegiatan. keakrabaan) dengan informan dan
Penelitian ini menggunakan tiga metode dokumentasi feerprebing (diskusi dengan
pengumpulan data yaitu metode teman sejawat), dan diskusi dengan
observasi, metode wawancara dan masyarakat yang mengetahui dan
metode dokumentasi. memahami tentang pengerajin bambu.
Analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari HASIL DAN PEMBAHASAN
berbagai sumber. Setiap data yang Lokasi penelitian ini, yaitu di Desa
diperoleh dari pengumpulan data, hasil Kayubihi yang merupakan salah satu desa
wawancara, observasi, dan dokumentasi yang ada di Kecamatan Bangli, Kabupaten
dikategorikan dalam tema pokok Bangli, Provinsi Bali. Adapun batas-batas
pemasalahan yang sesuai. Selanjutnya wilayah Desa Kayubihi sebagai berikut:
data dan informasi yang diperoleh dari 1. Sebelah utara : Desa Landih,
lapangan disajikan dalam bentuk uraian Kecamatan Bangli,
deskriptif yang didukung oleh tabel data. 2. Sebelah selatan : Kelurahan
Dalam analisis data berlangsung dari awal Kubu, Kecamatan Bangli ,
hingga pelaksanaan program tindakan. 3. Sebelah barat : Desa Tiga,
Data dalam penelitian dianalisis dengan Kecamatan Susut.
mengikuti pola mulai dari tahap orientasi 4. Sebelah Timur : Desa Jehem,
hingga tahap karakteristik, fokus Kecamatan Tembuku.
permasalahan dan tujuan serta Lokasi Desa Kayubihi sangat mudah
pemeriksaan keabsahan data (triangulasi dijangkau dengan kendaraan umum,
data). Melalui proses tersebut nantinya karena terletak dekat dengan jalur
bisa diperoleh suatu rangkaian fakta – transportasi. Keadaan perhubungan di
fakta sosial untuk memberi penjelasan Desa Kayubihi cukup baik dan lancar
mengenai situasi dan kondisi geogafis karena telah ditunjang dengan sarana dan
Desa Kayubihi dan sistem produksi usaha prasarana perhubungan, seperti jalan-
kerajinan. Sistem produksi yaitu modal, jalan, keadaan yang cukup memadai baik
alat-alat dan bahan-bahan yang kendaraan roda empat maupun roda dua.
digunakan dalam proses pembuatan Jalan-jalan dilingkungan Desa Kayubihi
kerajinan bambu. pada umumnya cukup baik termasuk
Berdasarkan dengan kegiatan gang-gang maupun jalan yang belum
tersebut, maka data yang terkumpul itu
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

diaspal, namun cukup memadai untuk bisa Agung meletus tahun 1963 semburan
dilalui kendaraan. laharnya sangatlah dasyat dan membuat
Secara topografi Desa Kayubihi tanah dan hasil pertanian yang mengalami
terletak di daerah dataran tinggi dengan gagal panen akibat dasyatnya letusan
ketinggian antara 600 - 800 m dari Gunung Agung tersebut, karena peristiwa
permukaan laut dengan luas wilayah 946 tersebut, mengingat beberapa tanaman
ha. Desa Kayubihi merupakan daerah bambu masih bisa tumbuh masyarakat
beriklim tropis dimana sepanjang tahun desapun mulai berpikir akan
mendapat curah hujan yang cukup, keberlangsungan hidupnya dan
dengan rata-rata curah hujan pertahunnya merekapun mulai menggeluti kerajinan
antara 312 – 452 mm, sehingga bambu. Hasil produksi kerajinan bambu
kelembaban udara tergolong sedang tersebut dijual sampai ke luar kecamatan
dengan suhu rata-rata harian 26oC. seperti ke pasar Menanga, dan sampai di
Secara topografi Desa Kayubihi terletak di Kabupaten Klungkung. Berawal dari tahun
daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1964 dimana menjadi tonggak awal
antara 600 - 800 m dari permukaan laut beridirinya kerajinan anyaman bambu
dengan luas wilayah 946 ha. Desa yang dicetuskan oleh salah satu
Kayubihi merupakan daerah beriklim tropis pengerajin yang bernama I Ketut Tangkep
dimana sepanjang tahun mendapat curah (95 Tahun) dimana yang awalnya bagi
hujan yang cukup, dengan rata-rata curah para orang tua kegiatan mengayam hanya
hujan pertahunnya antara 312 – 452 mm, dijadikan pekerjaan sambilan, dan
sehingga kelembaban udara tergolong hasilnya hanya dimanfaatkan untuk
sedang dengan suhu rata-rata harian kebutuhan rumah tangga. Tetapi oleh I
26oC. Wilayah Desa kayubihi terdiri dari 9 Ketut Tangkep (95 Tahun) yang pada saat
Banjar Dinas yaitu : itu beliau mengetahui bahwa kerajinan
1. Banjar Dinas Kayubihi bambu mampu menopang ekonomi pada
2. Banjar Dinas Jangkaan saat itu kegiatan mengayam ini
3. Banjar Dinas Mampeh dikembangkan untuk masyarakat yang
4. Banjar Dinas Pucangan bisa mengayam agar dijadikan kegiatan
pokok.
5. Banjar Dinas Gebagan
Melihat potensi yang ada pada
6. Banjar Dinas Kutaundisan
waktu itu yakni banyaknya bahan baku
7. Banjar Dinas Kayang
bambu yang tumbuh di areal pekarangan
8. Banjar Dinas Bangklet
atau tegalan penduduk, serta banyaknya
9. Banjar Dinas Cingang
tenaga kerja yang trampil akhirnya usaha
Desa Kayubihi merupakan salah
mengayam ini mereka urus secara
satu desa yang terdapat di Kecamatan
profesional dan berusaha menemukan
Bangli, Kabupaten Bangli. Bertani dan
peluang pasar. Pada masa itu masyarakat
berkebun adalah bagian yang sangat erat
makin banyak yang menggeluti kerajinan
dengan mata pencaharian mayoritas
bambu, ibu-ibu rumah tangga menjadikan
penduduk di Desa Kayubihi. Tetapi jika
kegiatan menganyam tersebut setelah
dilihat sekarang, sekitar 68% masyarakat
melakukan kegitan memasak. Dari sinilah
Desa Kayubihi bermata pencaharian
awal munculnya kerajinan anyaman
sebagai pengerajin. Awalnya kerajinan
bambu sehingga bisa berkembang hingga
anyaman bambu hanya digeluti oleh
sekarang
beberapa masyarakat dengan model yang
Berdasarkan data yang diperoleh di
masih sederhana, beberapa jenis
lapangan dari beberapa informan yang
kerajinan bambu pada saat itu adalah sok,
dimintai keterangan tentang alasannya
penarak, bodag, lumpyan, wakul,
memilih berkecimpung di usaha kerajinan
pengaraman, katung, sinuk, sokasi polos
anyaman bambu, ada beberapa hal yang
dll. Pada mulanya kerajinan bambu
dapat dikatakan sebagai faktor yang
dikerjakan oleh orang tua sebagai pengisi
paling banyak menjadi alasan atau yang
waktu luang apabila pekejaan di dapur
menyebabkan sebagian warga Desa
dan di kebun selesai. Peristiwa Gunung
Kayubihi untuk menekuni kerajinan
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

anyaman bambu.Adapun faktor-faktor pemasaran hasil kerajinan ini,


yang dimaksud adalah: maka dapat memenuhi kebutuhan
1. Faktor Budaya rumah tangga dan mampu
Faktor budaya sangat membawa kesejahteraan
mempengaruhi munculnya kehidupan bagi keluarga dan
kerajinan anyaman bambu di Desa masyarakat Desa Kayubihi.
Kayubihi. Anyaman bambu 4. Tidak Membutuhkan Pendidikan
mempunyai fungsi dan peranan Tinggi
budaya, seperti: berfungsi sebagai Kerajinan anyaman bambu yang
pelengkap atau sebagai alat-alat berada di Desa Kayubihi sangat
upacara keagamaan, sebagai alat- cocok untuk msyarakat pedesaan
alat rumah tangga dan juga dalam yang tergolong berpendidikan
kehidupan rumah tangga dan juga rendah. Apalagi masyarakat di
fungsi religi disaat melaksanakan Desa Kayubihi sebagian ada yang
upacara-upacara keagamaan dan orang putus sekolah bahkan tidak
sebagai pencitraan diri, yang mengeyam pendidikan, jadi dapat
merupakan bagian dari budaya dikatakan secara pasti bahwa
masyarakat khususnya di Desa pendidikan yang tinggi bukan
Kayubihi. menjadi hal yang mutlak harus
2. Faktor lingkungan dimiliki oleh para pengerajin
Lingkungan sosial masyarakat anyaman bambu di Desa Kayubihi.
sangat berpengaruh, adanya 5. Faktor Keturunan
hubungan yang baik antara Faktor keturunan merupakan
keluarga dan tetangga, serta tata pendorong dalam menentukan
kehidupan bergotong-royong masyarakat untuk bekerja sebagai
dengan adanya banjar sebagai pengerajin anyaman bambu.
sarana berkumpul dapat sangat Dengan adanya orang tua yang
mempengaruhi perkembangan mengajarkan anak-anaknya
kerajinan itu. Karena satu dengan mengayam sangat membantu
yang lainnya dapat saling perkembangan pengerajin
mengetahui dan berbagi anyaman bambu di Desa Kayubihi
pengalaman dalam kegiatan dan akan terus berkembang dari
mengayam bambu. generasi ke generasi berikutnya.
3. Faktor Ekonomi
Kerajinan anyaman bambu yang 6. Faktor Sumber Daya Alam (SDA)
berkembang dimasyarakat Desa Dilihat dari banyaknya Sumber
Kayubihi, dirasakan sangat Daya Alam (SDA) berupa tanaman
membantu perekonomian warga. bambu yang keberadaannya
Selain pekerjaan ini tidak melimpah di areal desa Kayubihi,
membutuhkan modal yang tinggi terutama bambu tali salah satu
pekerjaan ini sangat di gemari bambu yang cocok digunakan
warga, hal ini disebabkan karena untuk pembutan kerajinan bambu.
hasil kerajinan yang dibuat sangat Alat-alat yang digunakan dalam proses
lancar tidak pernah mengalami proses kerajinan bambu meliputi:
kendala yang fatal baik dalam Golok/Belakas, Geregaji, Pengutik,
proses pembuatan maupun dalam Penegteg, Pisau/Tiyuk, Gunting, Meteran,
pemasarannya, dengan adanya Palu, Bor, Kuas, Pusut, Busur. Adapun
permintaan pasar yang terus bahan yang digunakan dalam proses
meningkat bukan hanya untuk produksi meliputi: bambu tali, cat, paku
memenuhi kebutuhan rumah pernis, dan jenis-jenis kerajinan bambu
tangga tetapi juga pariwisata ini hasil produksi kerajinan bambu di Desa
sangat mampu membantu Kayubihi yaitu: Sok Polos, Tempeh Jaring,
perekonomian masyarakat Desa Kotak/Kopok, Wakul, Kukusan, Kapar, Tas
Kayubihi. Dengan kelancaran Bunga, Tempat Nasi, Sokasi, Tempat kue,
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

Tempat kue, Tempat Sampah di Dalam diharapkan mampu memberikan


Ruangan, Bokor/Tempat Kuangen, Sokasi gambaran tentang pemanfaatan
Cerakenan, Keranjang Buah, Tempat sumber daya alam sekitar
Pakaean, Tempat Menaruh Toples, sehingga siswa mampu
Tempat Sampah, Katung Tempat Sate, mengembangkan pemikiran kreatif.
Ganek, Tempat Nasi Tradisional, Dalam proses pembelajaran siswa
Keranjang Lampu. sebisa mungkin dihadapkan dalam
Adapun kontribusi Pemerintah kondisi yang sebenarnya agar
Kabupaten Bangli melalui Dinas siswa mampu lebih peka dalam
Perindutrian dan Perdagangan juga kehidupan sehari-hari.
berperan dalam pelestarian kerajinan 2) Aspek Kewirausaha
anyaman bambu dalam bentuk pembinaan Para pengerajin bambu dalam
di Desa kayubihi, dengan mengadakan meningkatkan hasil kerajinannya
kegiatan pelatihan pengembangan harus perlu memiliki jiwa
kerajinan anyaman bambu, dimana kewirausahaan. Aspek
kegiatan ini berpusat di Desa Kayubihi, kewirausahaan sangat penting,
disini peranan pemerintah kabupaten artinya bagi mereka yang
Bangli sangat membantu masyarakat akan menekuni suatu produksi (besar
perkembangan kerajinan bambu yang maupun kecil termasuk industri
berupa motif-motif, bentuk-bentuk rumahan) bila menghendaki
kerajinan yang berpariasi dan kebutuhan peningkatan produktivitas serta
konsumen lokal maupun manca negara. pengetahuannya. Dalam
Kerajinan bambu kususnya di Desa berhubungan ini pengerajin
Kayubihi memiliki nilai historis sangat kerajinan bambu di Desa Kayubihi
penting dalam konteks sejarah sebagai dapat dikatagorikan telah memiliki
salah satu kerajinan bambu yang patut jiwa kewirausahaan. Hal ini
dilestarikan. Dengan melakukan didorong oleh kenyataan bahwa
kunjungan dan pengamatan ketempat pengerajin bambu di Desa
pengerajin bambu merupakan salah satu Kayubihi tidak hanya
sarana yang mampu membekali para memproduksinya, tetapi juga
generasi muda untuk mengembangkan memasarkannya. Pengerajin tidak
wawasan atau pengetahuannya tentang hanya memiliki keterampilan dalam
bagaimana proses produksinya dan memproduksi tetapi juga
kebertahanannya sampai sekarang. keterampilan memasarkan.
Pembelajaran sejarah lokal sangat 3) Aspek Soasial Budaya
kurang diberikan oleh guru sejarah, Pengerajin bambu di Desa
padahal pembelajaran sejarah lokal Kayubihi sangat memegang aspek
sangat penting diberikan kepada siswa. budaya. Sebagaian besar produk
Keberadaan kerajinan bambu di Desa kerajinan yang diproduksi di Desa
Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kabupaten Kayubihi berkaitan erat dengan
Bangli sangat menarik untuk dijadikan aspek budaya lokal di Bali.
sebagai sumber belajar sejarah lokal di Keterkaitan aspek sosial budaya
SMA di kelas X peminatan pada semester dalam sejarah dan proses produksi
ganjil. kerajinan bambu di Desa Kayubihi
Adapun aspek sejarah industri dapat digunakan sebagai bahan
kerajinan bambu yang dapat dijadikan ajar dalam pembelajaran sejarah
sebagai sumber pembelajaran sejarah lokal di SMA. Berkembangnya
lokal di SMA kelas X peminatan pada industri kerajinan bambu di Desa
semester ganjil adalah sebagai berikut. Kayubihi melalui proses yang
1) Pengetahuan Tentang SDA sangat panjang dan merupakan
Aspek pengetahuan tentang hasil akulturasi kehidupan soasial
sumber daya alam perlu dijadikan dan budaya masyarakat setempat.
sebagai sumber belajar sejarah Keberadaan kerajinan bambu yang
lokal di SMA. Sumber belajar ini dulunya hanya digunakan sebagai
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

pelengkap dari peralatan rumah tahun 1998-2016 puncak dari


tangga, saat ini berkembang berkembangnya kerajinan anyaman
menjadi kerajinan yang bambu yang terdapat di Desa Kayubihi,
mempunyai daya jual. bentuk-bentuk baru yang muncul seperti:
Tempat Majalah, Keranjang Kue, Tong
Sampah, Tempat Gelas, Jemuran Handuk,
dll. Bentuk-bentuk baru yang muncul pada
SIMPULAN DAN SARAN tahun ini mengambil bentuk dari yang
Kemunculan industri kerajinan bambu terdahulu dan lebih dikembangkan dan
di Desa Kayubihi berkembang pada tahun menjadi bentuk yang lebih menarik dan
1964, tetapi sebelum itu sudah disesuaikan juga dengan minat konsumen
berkembang kerajinan bambu yang lebih lokal maupun macan negara, dalam
sederhana dan hanya digunakan sebagai pewarnaan pengerajin sudah mengunakan
pelengkap perabotan rumah tangga. Pada warna yang lebih menarik seperti
mulanya kerajinan bambu dikerjakan oleh penggunaan cat dan pernis, sehingga
orang tua sebagai pengisi waktu luang terlihat hasilnya lebih indah dan bagus.
apabila pekejaan di dapur dan di kebun Berkembangnya industri kerajinan bambu
selesai. di Desa Kayubihi juga tidak bisa lepas dari
Bencana meletusnya Gunung agung peran Pemerintah, dimana pemerintah
pada tahun 1963 membuat masyarakat secara berkala melakukan pembinaan dan
Desa Kayubihi mencari alternatif mendukung pengerajin di Desa Kayubihi
pekerjaan lain selain bertani. Hingga dalam mengikuti ajang pameran di tingkat
akhirnya beralih menjadi pengerajin kabupaten, provinsi, maupun nasional.
bambu dengan melihat potensi yang ada. Sebagai sumber belajar, kajian tentang
Pada awalnya hasil produksi kerajinan perkembangan kerajinan bambu dan
bambu tersebut dijual sampai ke luar proses produksinya dapat
kecamatan seperti ke pasar Menanga, dan diimplementasikan dalam proses
sampai di Kabupaten Klungkung. Berawal pembelajaran khususnya pembelajaran
dari tahun 1964, kerajinan anyaman sejarah di SMA. Aspek yang berkaitan
bambu yang dicetuskan oleh salah satu dengan pembelajaran sejarah lokal di
pengerajin yang bernama I Ketut Tangkep SMA meliputi aspek pemanfaatan sumber
(95 Tahun). Oleh I Ketut Tangkep (95 daya alam, aspek kewirausahaan dan
Tahun) yang pada saat itu beliau aspek sosial budaya. Perkembangan
mengetahui bahwa kerajinan bambu kerajinan bambu relevan dijadikan sebagai
mampu menopang ekonomi pada saat itu sumber belajar karena memiliki nilai-nilai
kegiatan mengayam ini dikembangkan sejarah yang jelas dan dan proses
untuk masyarakat yang bisa mengayam perkembangannya merupakan hasil
agar dijadikan kegiatan pokok. Selain itu akulturasi antara nilai-nilai sosial budaya
faktor-faktor yang berpengaruh dalam masyarakat yang kemudian disesuaikan
berkembangnya industri kerajinan bambu dengan sumber daya alam yang ada
adalah: (1) Faktor Budaya; (2) Faktor sehingga dapat menghasilkan produk
lingkungan; (3) Faktor Ekonomi (4) Tidak yang memiliki nilai jual.
Membutuhkan Pendidikan Tinggi; (5)
Faktor Keturunan; (6) Faktor Sumber
Daya Alam (SDA) DAFTAR PUSTAKA
Kerajinan bambu telah mengalami Abdul Latief, Juraid.2012. Manusia,
perkembangan bentuk dan model. Pada Filsafat, dan Sejarah. Jakarta: PT
awalnya bentuk kerajinan bambu masih Bumi Aksara
sangat sederhana. Seiring dengan Arinasa, Ida bagus Ketut. 2013. Jenis-
berkembangnya pasar dan peralatan yang Jenis Bambu di Bali Dan Potensinya.
ada, proses produksipun ikut mengalami Candikuning: Lembaga Ilmu
perkembangan. Keberadaan art shop di Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Desa Kayubihi juga berperan dalam
berkembangnya kerajinan bambu. Pada
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

Asyari, Agus.1999. Manajemen Isyanti. 2003. Sistem pengetahuan


Pemasaran Dan Sistem Produksi. kerajinan Tradisional. Yogyakarta:
Yogyakarta: BPLE Wahyu Indah Offset.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2013. Joesron, 2012. Teori Ekonomi Mikro,
Potensi Pertanian Provinsi. Bali. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diterbitkan oleh Badan Pusat Kurniasih, Sani Berlin. 2014. Impementasi
Statistik Provinsi Bali. Kurikulum 2013 Konsep dan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangli. Penerapan. Surabaya: Kata Pena
2016. Kabupaten Bangli Dalam Koetjaraninggrat.1987 Kebudayaan
Infografis 2016. Bangli. Diterbitkan Mentalitas dan Pembangunan.
oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jakarta: PT Gramedia.
Bali. Koentjaraningrat. 1985. Asas - Asas Ritus
Beattie, Bruce R, dkk.1994. Ekonomi Upacara Dan Religi Dalam Ritus
Produksi. Yogyakarta: Gajah Mada Peralihan di Indonesia. Jakarta:
University Press. Balai Pustaka.
Bungin, Burhan 2011 Metode Penelitian Muslim, Sri Banun. 2010. Supervisi
Kuantitatif, Surabaya: Kencana Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Chourman, Iman dan Prihatin. 1994. Profesionalisme Guru. Bandung:
Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta: Alfabeta
Dirjen Dikti Depdikbud. Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional
Daryanto. 2014. Pendekatan Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Pembelajaran Saintifik Kurikulum ---------, 2004. Pengelolaan Pengajaran
2013. Yogyakarta: Gava Media. (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Cipta.
Bandung: CV. RAMAWIDYA Putra, I Komang Wisujana (2014)
Dakir, H. 2004. Perencanaan dan Kerajinan Kain Tenun Rangrang
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Dusun Karang, Desa Pejukutan,
PT Rineka Cipta. Kecamatan Nusa Penida,
Dwijayanti, I Made Esti. 2012. Klungkung, Bali (Pemertahanan,
Perkembangan dan Sistem Proses Pembuatan) Potensinya
Pewarisan Kerajinan Anyaman Sebagai Sumber Belajar IPS di
Bambu di Desa Sulahan, SMP. Skripsi (Tidak diterbitkan).
Kecamatan Susut, Kabupaten Jurusan Pendidikan Sejarah.
Bangli, Bali. Skripsi. (Tidak Universitas Pendidikan Ganesha.
diterbitkan). Jurusan Pendidikan Sani, Abdullah Ridwan. 2014.
Sejarah. Universitas Pendidikan Pembelajaran Saintifik Untuk
Ganesha. Implementasi Kurikulum 2013.
Gunawan, I Wayan. 2014. “Identifikasi Jakarta: Bumi Aksara.
Arca Megalitik di Pura Ulun Suwi Sunyoto, Danang 2012. Dasar – dasar
Desa Pakraman Selulung, Manajemen Pemasaran, Yogyakarta:
Kintamani, Bangli (Kajian tentang CAPS
Sejarah dan Potensinya Sebagai Sumartini, Dewa Ayu Oka. 2009.
Sumber Pembelajaran IPS pada Perkembangan Kerajinan Bambu Di
Sekolah Menengah Pertama Desa Belega, Kecamatan
Berdasarkan Kurikulum 2013”. Blahbatuh, Kabupaten Gianyar
Singaraja: Tidak diterbitkan “Ditinjau Dari Bentuk Dan
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Fungsinya” Skipsi (tidak diterbitkan).
Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Jurusan pendidikan sejarah,
Aksara Undiksha Singaraja.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 2003.
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Teknologi pengajaran. Bandung:
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Sinar Baru Algensindo.
e-Journal Nama Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan diganti dengan nama jurusan (Volume x Tahun xxxxx)

Suharsaputra, Uhar, (2012) Metode


Penelitian, Bandung: PT Refika
Aditama
Sanjaya, wina. 2004. Strategi
pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan. Jakarta:
Kencana Predana Media Group
Wirakartakusumah, M. Juhari. 1998.
Bayang-Bayang Ekonomi Klasik.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Suharsaputra, Uhar, (2012) Metode
Penelitian, Bandung: PT
RefikaAditama
Sanjaya, wina. 2004. Strategi
pembelajaran berorientasi standar
proses pendidikan. Jakarta:
Kencana Predana Media Group
Wirakartakusumah, M. Juhari. 1998.
Bayang-Bayang Ekonomi Klasik.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai