Anda di halaman 1dari 8

RISET PEMASARAN

PENERIMAAN MASYARAKAT TERHADAP INOVASI PRODUK


REMPEYEK MENGGUNAKAN BAYAM

Amalia Jannatun Hasanah


Dimas Dwi Kusuma
Ika Nahot Gurning
M. Donny Mauliddin
Misbahul Munir

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu sayuran yang banyak di budidayakan di Indonesia adalah bayam.
Hal ini disebabkan karena bayam merupakan salah satu sayuran yang sangat kaya
vitamin dan mineral. Menurut Denanath (2009) bayam mengandung spinasterol,
hentriakontan, tanin, kalium, nitrat, kalsium oksalat, garam fosfat, zat besi, serta
vitamin (A, C, K) dan piroksin B6. Bayam juga sangat baik sebagai sumber Protein,
terutama Asam Amino yang sangat penting untuk pembentukan Otak. Jadi, jika
dilihat dari komposisi Proteinnya, bayam sangat baik untuk di konsumsi oleh anak-
anak. Bayam sendiri memiliki beberapa jenis diantaranya adalah Jenis bayam cabut
dan bayam sekul. Namun salah satu yang banyak dibudidayakan di indonesia adalah
bayam cabut. Bayam cabut memiliki batang dan daun yang lebih kecil dari pada
bayam petik. Masa panennya pun lebih singkat, hanya 3 minggu sampai 1 bulan
setelah masa tanam. Bayam cabut biasanya dibuat untuk sayur bayam dan sup bubur
bayam.
Bayam tergolong bahan makanan yang mudah layu dan mudah rusak, sehingga
bayam yang habis dipanen harus segera dipasarkan dan dikonsumsi. Pada suhu
kamar, kesegaran daun bayam hanya dapat bertahan selama 12 jam. Untuk
memperpanjang umur simpan bayam dilakukan pengolahan terhadap bayam. Pada
penelitian ini dilakukan pengolahan bayam menjadi rempeyek.
Rempeyek merupakan hidangan mirip kerupuk yang bercita rasa gurih,
rempeyek cocok sebagai lauk pendamping nasi atau sebagai cemilan. Rempeyek
popular sebagai satu di antara cemilan khas Indonesia yang lezat.
Disini diolah rempeyek menggunakan campuran bayam, dengan tujuan bagi
mereka yang tidak menyukai sayur terutama bayam bisa mengonsumsi bayam dengan
cara yang berbeda, yaitu mengolahnya menjadi rempeyek. Kemudian dilakukan riset
bagaimana penerimaan dan daya belim masyarakat terhadap produk rempeyek ini.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan riset pemasaran
pada rempeyek bayam dan rempeyek kacang terhadap penerimaan dan daya beli
masyarakat. Melalui penilaian terhadap rasa, warna, kerenyahan, kadar minyak,
jumlah, dan kemasan.

Rumusan Masalah
Rempeyek/peyek adalah gorengan yang berbahan dasar tepung beras yang
dicampur dengan air hingga membentuk adonan kental, dengan tambahan bumbu,
serta bahan pengisi seperti kacang tanah kedelai, ataupun udang kecil. Namun pada
produk rempeyek kali ini dilakukan inovasi dengan menggunakan bayam sebagai
pengisi. Penggunaan bayam dilakukan karena bayam mudah ditemukan dan memiliki
harga yang murah. Selain itu kami melihat produk rempeyek bayam masih sangat
jarang beredar dimasyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian
tentang penerimaan masyarakat terhadap adanya inovasi rempeyek dengan
menggunakan bayam. Pada penelitian ini akan dilakukan survei kepada masyarakat
dengan memberikan kuesioner dan melakukan beberapa wawancara kepada
masyarakat yang berhubungan dengan penerimaan dan daya beli. Penelitian ini
menggunakan rempeyek kacang sebagai pembanding. Melalui penilaian terhadap
rasa, warna, kerenyahan, kadar minyak, jumlah, dan kemasan,
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Bayam


Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah
Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi).
Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal
sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam
dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara
berkembang. Di duga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu
lintas perdagangan orang luar negeri masuk kewilayah Indonesia.
Bayam “ Amaranthus sp. ” adalah salah satu tanaman sayuran yang dapat di
budidayakan di dataran rendah dan dataran tinggi. Bayam ini memiliki dua jenis yang
dapat di budidayakan yaitu bayam putih ( Amaranthus tricolor )dan bayam cabut
( Amaranthushibrydus L ).
Klasifikasi Tanaman Bayam
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Sub Divisi : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliophyta
Sub Classis : Caryophyllidae
Famili : Amaranthacea
Genus : Amaranthus
Species : Amaranthus L. ( Amaranthus sp.)
Morfologi Tanaman Bayam
Secara umum, tanaman bayam dapat di lakukan anatomi dan morfologinya
berdasarkan bentuknya berupa akar, batang, daun, bunga dan biji.
a. Akar
Tanaman bayam memiliki akar perdu ( terma ), akar tanaman bayam ini akan
menembus tanah hingga kedalaman 20-40 cm bahkan lebih. Akar tanaman bayam ini
tergolong akar tunggang dan memiliki serabutan di bagian atasnya.
b. Batang
Tanaman bayam memiliki batang tumbuh dengan tegak, tebal dan banyak
mengandung air. Batang pada tanaman ini memiliki panjang hingga 0.5-1 meter dan
memiliki cabang monodial. Batang bayam berwarna kecoklatan, abu-abu dan juga
memiliki duri halus di bagian pangkal ujung batang tanaman bayam.
c. Daun
Tanaman ini memiliki daun tunggal, berwarna hijau muda dan tua, berbentuk
bulat memanjang serta oval. Panjang daun pada bayam 1,5-6,0 cm bahkan lebih,
dengan lebar 0,5 – 3,2 cm dan memiliki pangkal ujung daun runcing serta obtusus.
Batang bayam di sertai dengan tangkai yang berbentuk bulat dan memiliki permukaan
opacus. Panjang tangkai ini mencapai 9.0 cm dan memiliki bagian tepi atau
permukaan repandus.
d. Bunga
Bunga tanaman bayam ini memiliki kelamin tunggal, berwarna hijau tua, dan
juga memiliki mahkota terdiri dari daun bunga 4-5 buah, benang sari 1-5, dan bakal
buah 2-3 buah serta lainnya yang membantu dalam penyerbukan. Bunga tanaman
bayam ini berukuran kecil dan memiliki panjang mencapai 1,5-2,5 cm, serta tumbuh
di ketiak daun yang tersusun tegak. Namun, penyerbukan bunga ini biasanya di bantu
juga dengan binatang sekitar dan angin.
e. Biji
Tanaman bayam memiliki biji berukuran kecil, dan halus, memiliki bentuk
bulat serta memiliki warna kecoklatan hingga kehitaman. Namun, ada beberapa jenis
bayam yang terdapat biji berwarna putih dan merah, contohnya bayam maksi.
Keripik bayam adalah makanan yang terbuat dari bayam sebagai bahan
dasarnya dan menggunakan tepung pelapis sebagai penyalut lembaran bayam yang
akan digoreng. Tepung pelapis yang umum digunakan untuk keripik terbuat dari
tepung beras dan tapioka (Tursilawati, 1999). Pengolahan bayam menjadi keripik
selain memberikan keanekaragaman pangan juga mampu meningkatkan kualitas dan
nilai ekonomis dari sayuran tersebut. Selain itu keripik memiliki umur simpan lebih
lama dari produk segarnya serta memberikan flavor produk yang khas, yaitu renyah
dan gurih (Harris dan Karmas, 1975).
METODOLOGI

Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu unit usaha yang memproduksi berbagai
macam keripik dan rempeyek salah satunya rempeyek bayam bernama “Mama Mira”
yang berlokasi di jalan Kinibalu, guntung manggis, landasan ulin, banjarbaru,
Kalimantan selatan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa
perusahaan ini merupakan perusahaan yang baru berdiri dan pemilik usaha bersedia
berdialog secara terbuka untuk bersama dengan peneliti merumuskan strategi
pengembangan perusahaannya.
Analisis Data
1. Metode studi
Penelitian ini menggunakan metode survei. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, wawancara, dan observasi
lapangan.
2. Penetapan responden
Responden diambil dari kalangan masyarakat yang dikelompokan berdasarkan
factor usia :
a. Masa usia anak-anak 6 – 11 tahun
b. Masa usia remaja 12 – 17 tahun
c. Masa usia dewasa 18 – 40 tahun
3. Teknik sampling
Pengambilan sampel diambil di sekitaran banjarbaru dengan pengambilan 100
orang reponden.
4. Pengolahan dan analisis data
Analisis data dilakukan dengan kualitatif atau analisis data berdasarkan dari
data pernyataan dalam bentuk uraian.. Analisis dilanjutkan dengan
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dalam segi karakteristik produk
maupun pengemasan dan pelabelan produk rempeyek yang dihasilkan yang
paling mempengaruhi minat beli konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Denanath, J. D., Ahirwar, R., Jain, K., Sharma, N. and Gupta.S. 2009. A
Pharmacological Review : Amaranthus spinosus. Research J. Jurnal
Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol. 1. No. (3): 169-172
Harris, O. R. dan E. Karmas. 1975. Nutrional Evaluation of Food Processing. The
Avi Publishing Co,. Wesport, Connecticut.

Anda mungkin juga menyukai