http://journal.ummat.ac.id/index.php/historis
p-ISSN 2549-7332 | e-ISSN 2614-1167
Vol. 4, No. 1, June 2019, Hal. 1-6
————————————————————
1
2| Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah
Vol. 4, No.1, June 2019, Hal. 1-6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mayarakat yang berada di ke-tujuh suku tersebut.
tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh Kedua, Di bidang keagamaan, (1) Sebagai tempat
tentang Eksistensi Rumah Adat Pelang Serang Suku pengukuhan dan pemberentian badan syara
Uma Kakang di Desa Dulolong Kecamatan Alor Barat (pengurus mesjid), (2) Sebagai tempat
Laut Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur. penyelesaian kesenjangan sosial di bidang agama.
Ke-tiga, Di bidang pemerintahan Sebagai tempat
B. METODE PENELITIAN pemberian restu dari masyarakat kepada
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis pemerintah baik di wilayah desa, kecamatan, dan
penelitian kualitatif dimana dalam penelitian ini pemerintah daerah Kabupaten Alor.
lebih menekankan pada makna dan proses daripada Rumah adat ini Pelang Serang ini dipercayai
hasil suatu aktivitas. Pendekatan penelitian yang keberadaannya oleh Masyarakat Desa Dulolong
dipakai oleh peneliti adalah pendekatan deskriptif karena memiliki nilai tambah yang begitu besar
yang mempelajari masalah-masalah yang ada serta seperti masyarakat saadar bahwa sebuah budaya
tata cara kerja yang berlaku. adat istiadat sangat mempengaruhi kehidupan
Lokasi yang dijadikan objek dalam penelitian ini sosial.
adalah di Desa Dulolong Kecamatan Alor Barat Laut Seperti halnya yang disampaikan oleh bapak
Kabupaten Alor. Lokasi dipilih karena di lokasi ini Muhammad Palae yang peneliti wawancarai
memiliki sebuah Rumah Adat yang menciri khas bahwa masyarakat yang berada di Desa Dulolong
budaya masyarakat Desa Dulolong khususnya dan merupakan masyarakat yang masih memegang
masyarakat Kabupaten Alor pada umumnya. teguh bahwa Rumah Adat Pelang Serang
merupakan sarana untuk menghimpun
C. HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat Desa Dulolong khusunya dan
1. Eksistensi Rumah Adat Pelang Serang masyarakat Kabupaten Alor pada umumnya.
Ekistensi diartikan sebagai keberadaan. Karena mereka beranggapan bahwa Adat istiadat
Artinya, eksistensi menjelaskan tentang penilaian yang berada di Desa Dulolong sebagai sarana
ada atau tidak adanya pengaruh terhadap persatuan dan rasa persaudaran yang kokoh
keberadaan seseorang tersebut. Eksistensi yang dengan ditandai adanya Rumah Adat Pelang
dimaksud disini adalah eksistensi Rumah Adat. Serang karena masyarakat menganggap bahwa
Eksistensi bisa juga kita kenal dengan satu kata masyarakat Desa Dulolong merupakan
yaitu keberadaan. Keberadaan yang dimaksud masyarakat yang berasal dari satu yang ditandai
adalah adanya pengaruh atau tidaknya Rumah dengan adanya sebuah tarian yaitu tarian lego-
Adat. lego (beku) tarian yang berbentuk lingkaran dan
Rumah Adat Pelang Serang merupakan salah saling bergandengan tangan yang
satu Ruma Adat khas budaya masyarakat Desa menggambarkan karakteristik masyarakat Desa
Dulolong. Dengan makna kata “Pelang” yang Dulolong.
artinya perahu dan “Serang” artinya rakyat, inilah Hal ini senada jika kita sesuaikan dengan teori
yang membuat rumah adat ini tetap eksis di yang ada di landasan teori yang perbedaannya
tengah-tengah masyarakat Desa Dulolong dengan hanya terletak pada pengertiannya saja bahwa
dasar kalimat perahu yang menghimpun seluruh eksistensi artinya menjelaskan tentang penilaian
rakyat masyarakat Desa Dulolong. ada atau tidak adanya pengaruh terhadap
Rumah adat Pelang Serang ini memiliki keberadaan sesorang. Sebagaimana yang
beberapa fungsi yaitu: Pertama, Di bidang diungkapkan oleh Kierkegard (1918) bahwa yang
kebudayaan meliputi tiga hal yaitu: (1) sebagai pertama-tama penting bagi keadaan manusia
tempat pengukuhan dan pemberentian ketua- yakni keadannya sendiri atau eksistensinya
ketua adat dari ke-tujuh suku tersebut. (2) sendiri. Ia menegaskan bahwa eksisteni bukanlah
Sebagai tempat penyelesaian masalah adat ada yang statis, melainkan ada yang menjadi.
istiadat apabila terjadi kesalahan dalam penataan Dalam arti terjadi perpindahan dari
nilai-nilai adat. (3) Sebagai tempat penyelesaian ‘kemungkinan’ ke ‘kenyataan’. Apa yang semula
masalah apabila terjadi kesenjangan sosial antara
4| Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah
Vol. 4, No.1, June 2019, Hal. 1-6
ada sebagai kemungkinan berubah menjadi pedoman mulai mengalami benturan yang
kenyataan. diakibatkan masuknya pengaruh nilai dari luar,
hal ini sesuai dengan pendapat Soekanto, (1990)
2. Faktor Penghambat Eksistensi Rumah Adat bahwa, setiap masyarakat dalam hidupnya pasti
Pelang Serang mengalami perubahan. Perubahan itu dapat
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,
masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, pola prilaku, organisasi sosial, susunan lembaga
salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa kemasyarakatan, lapisan-lapisan sosial dalam
cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati masyarakat, kekuasaaan wewenang, interaksi
diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, sosial dan yang lainnya.
terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya Hal inilah yang terjadi pada keadaan sosial
berkembang menjadi budaya massa, hilangnya budaya pada masyarakat Desa Dulolong seperti
kepercayaan diri, gaya hidup yang kebarat- masalah teknologi yang mana membawa
baratan, dan hilangnya sifat kekeluargaan dan perubahan yang sangat fatal terhadap masyarakat
gotong royong. Hal tersebut terjadi karena Desa Dulolong. Saat ini masyarakat Desa Dulolong
tergerus oleh perkembanagn teknologi dan sedang mengalami serbuan yang hebat dari
informasi yang canggih. berbagai produk pornografi berupa tabloid,
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan majalah, buku bacaan di media cetak, televisi dan
pengaruh terhadap budaya Kabupaten Alor terutama adalah peredaran bebas VCD, baik yang
khususnya Desa Dulolong. Derasnya arus datang dari luar negeri maupun yang diproduksi
informasi dan telekomunikasi ternyata sendiri.
menimbulkan sebuah kecenderungan yang Dari pengaruh globalisasi ini, budaya asli Desa
mengarah pada memudarnya nilai-nilai Dulolong menjadi terancam, seperti terjadinya
pelestarian budaya. Buadaya masyarakat Desa erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa
Dulolong yang dulunya ramah tamah, gotong nasionalisme dan patriotisme, hilangnya sifat
royong, sopan berganti dengan budaya Barat. kekeluargaan dan gotong royong, kehilangan
Misalnya pergaulan bebas pada remaja. Dengan kepercayaan diri, dan gaya hidup kebarat-baratan.
meniru budaya barat yang mengenakan pakaian Begitupun dengan Eksistensi Rumah Adat Pelang
minim dan ketat dengan memamerkan bagian Serang dengan pengaruh era globalisasi maka
tubuh tertentu, menyaksikan tayangan sinetron masyarakatpun mengalami perubahan dan mulai
yang tidak semestinya ditonton. Selain itu, dulu menyampingkan aturan-aturan atau tata cara
anak-anak remaja masih banyak yang berminat pelaksanaan adat istiadat yang telah ditetapkan
belajar kesenian-kesenian daerah setiap harinya oleh para leluhur dan tata cara pelaksanaan Adat
namun berbeda dengan saat sekarang ini. Budaya istiadatpun tidak sesuai dengan tata cara yang
yang sebenarnya telah ditetapkan oleh para sebenarnya.
leluhurpun berubah. Globalisasi menyebabkan Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
terjadinya perubahan sosial budaya maupun teknololgi, kurangnya pengetahuan tentang
perilaku masyarakat Desa Dulolong. budaya dan pengaruh Era Globalisasi yang
Mengenai perubahan sosial dan budaya Semua membuat perubahan sikap dan perilaku
orang menyadari bahwa masyarakat hidup dan masyarakat terhadap budayanya sendiri.
bekerja dalam suatu lingkungan senantiasa Kurangnya pengetahuan mengenai budaya
mengalamai perubahan dengan cepat. Perubahan membuat masyarakat melaksanakan aktifitas
di suatu bidang secara langsung akan tidak sesuai dengan hakekat budaya yang
mengakibatkan perubahan di bidang lain. sesungguhnya seperti menyalah gunakan nilai-
Perubahan dalam peningkatan taraf hidup nilai adat bahkan aturan-aturan adat yang telah
(pembangunan) akan dapat mempengaruhi dan ditetapkan oleh para leluhur sehingga usaha
mengubah sikap, nilai-nilai yang dianut oleh pemerintah daerah maupun pusat kerap
masyar akat. Nilai-nilai yang selama ini menjadi terhalang dalam pelestarian budaya Daerah
Rosada, Dian Eka Mayasari, Ardi Itawan Gorang, Rumah Adat Pelang...5
tersebut sehingga pemuda Desa Dulolong dalam pelestarian atau menjaga keberadaan atau
mempunyai anggapan bahwa mereka tidak perlu eksistensi rumah adat Pelang Serang dengan
lagi ikut berperan dalam melestarikan budaya Melakukan perbaikan bronjong (penembokan)
tradisional karena maasih banyak orang tua adat yang menggunakan batu semen dan pasir, yang
yang lebih memperhatikan budaya asli Desa berada di halaman rumah adat pelang serang
Dulolong. ketika mengalami kerusakan, Melakukan
3. Upaya Masyarakat dalam Melestarikan pembukaan jalan penghubung antar dusun satu
Rumah Adat ke dusun dua serta melakukan perbaikan jalan-
Pelestarian adalah sebuah upaya yang jalan yang sudah rusak, Mendirikan dermaga
berdasar, dan dasar ini disebut juga faktor-faktor penghubung antar pulau dan juga Mengadakan
yang mendukungnya baik itu dari dalam maupun silaturahmi ketika pemerintah daerah
dari luar dari hal yang dilestarikan. Maka dari itu, mengadakan silaturahmi ke Desa Dulolong, baik
sebuah proses atau tindakan pelestarian pemerintah dari wilayah kabupaten maupun
mengenal strategi atapun teknik yang didasarkan wilayah kecamatan. Semua itu dilakukan sebagai
pada kebutuhan dan kondisinya masing-masing. simbol dari rasa memiliki kebudayaan atau adat
Pelestarian tidak mungkin berdiri sendiri, oleh yang ada.
karena senantiasa berpasangan dengan Demikian kebudayaan dilukiskan secara
perkembangan, dalam hal ini kelangsungan hidup. fungsionil, yaitu sebagai suatu relasi terhadap
Pelestarian merupakan aspek stabilisasi rencana hidup kita sendiri. Kebudayaan lalu
kehidupan manusia, sedangkan kelangsungan nampak sebagai suatu proses belajar raksasa
hidup merupakan percerminan dinamika. yang sedang dijalankan oleh umat manusia.
Pelestarian itu hanya bisa dilakukan secara efektif Merujuk pada pernyataan di atas, maka saya
manakala benda yang dilestarikan itu tetap mendefinisikan bahwa yang dimaksud
digunakan dan tetap ada dijalankan. Kapan pelestarian budaya (ataupun budaya lokal)
budaya itu tak lagi digunakan maka budaya itu adalah upaya untuk mempertahankan agar
akan hilang. supaya budaya tetap sebagaimana adanya.
Mengenai pelestarian budaya lokal, Jacobus Kebudayaan tidak terlaksana diluar kita sendiri,
Ranjabar (2006) mengemukakan bahwa maka kita (manusia) sendirilah yang harus
pelestarian norma lama bangsa (budaya lokal) menemukan suatu strategi kebudayaan.
adalah mempertahankan nilai-nilai seni budaya, Termasuk dalam proses melestarikan
nilai tradisional dengan mengembangkan kebudayaan. Karena, proses melestarikan
perwujudan yang bersifat dinamis, serta kebudayaan itu adalah pada hakekatnya akan
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang mengarah kepada perilaku kebudayaan dengan
selalu berubah dan berkembang. Salah satu sendirinya, jika dilakukan secara terus menerus
tujuan diadakannya pelestarian budaya adalah dan dalam kurun waktu tertentu.
juga untuk melakukan revitalisasi budaya
(penguatan), seperti halnya dengan upaya yang D. SIMPULAN DAN SARAN
dilakuka masyarakat dalam melestarikan budaya
Eksistensi Rumah Adat Pelang Serang ini
Desa Dulolong yaitu selalu menjaga serta
mempunyai pengaruh cukup besar bagi masyarakat,
memelihara nilai-nilai adat yang berada di Desa
Nilai-nilai histori yang bisa diwariskan kepada
Dulolong.
masyarakat Desa Dulolong pada khususnya dan
Masalah pelestarian budaya, saat ini
masyarakat Kabupaten Alor pada umumnya.
sebahagian besar masyarakat Desa Dulolong
Faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi
masih mempertahankan budaya yang ada di Desa
rumah adat pelang serang yaitu, kurangnya
Dulolong itu sendiri seperti tersimpannya benda-
pengetahuan mengenai budaya, berkembangnya
benda bersejarah dan selalu mengadakan pesta-
ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan majunya era
pesta adat. Tidak terlepas dari itu, pemerintah
globalisasi
Desa Dulolong juga memperhatikan budaya yang
Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat
ada sehingga pemerintah Desa mengambil alih
untuk selalu melestarikan Eksistensi Rumah Adat
6| Historis : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah
Vol. 4, No.1, June 2019, Hal. 1-6
REFERENSI
[1] Abidin, dkk. (2008). Kinerja Keuangan Efesiensi
Perbankan. Jakarta: AB FI Perbanas.
[2] Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
[3] Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
[4] Arikunto, Suharsimi. (2004). Metode Penelitian Suatu
Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
[5] Budiharjo. (1994). Percikan Masalah Arsitektur,
Perumahan Perkotaan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
[6] Danandjaja, James. (1997). Foklor Indonesia: Ilmu
Gossip, Dongeng, Dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti.
[7] Depdikbud. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
[8] Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
[9] Kierkegard. (1918). Concluding Unscientific Postecript
To Philosophical Fragmental Vol. 1. New Jersey:
Princeton Press.
[10] Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu
Antropologi, Pokok-pokok Etnografi II. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
[11] Sidharta. (1989). Refleksi Tentang Struktur Ilmu
Hukum. Bandung: Bandar Maju.
[12] Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Penerbit CV. Alfabeta.