Anda di halaman 1dari 105

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Lombok merupakan sebuah pulau dengan berbagai bentuk macam

budaya. Hal tersebut disebabkan karena Lombok merupakan bagian dari

wilayah indonesia yang memiliki berbagai macam kebudayaan yang

pluralistik ( majemuk) yang terdiri dari berbagai macam suku, adat,

agama dan kepercayaan yang terbesar besar di seluruh bagian wilayah

indonesia. Salah satu suku dengan kekayaan budaya dan tradisinya di

pulau lombok adalah suku sasak.

Tradisi merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Tradisi juga

merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan individu maupun

kehidupan bermasyarakat karna tradisi mengandung norma yang di anggap

benar oleh masyarakat iru sendiri. Menurut Koentjaraningrat (1987 : 187)

bahwa tradisi sama dengan adat istiadat, konsep serta aturan yang mantap

dan integrasi yang kuat dalam sistem masyarakat di suatu kebudayaan

yang menata tindakan manusia dalam bidang sosial kebudayaan itu.

Disamping sebagai pengatur atau penata tingkah laku manusia

tradisi atau adat istiadat juga dapat dijadikan sebagai sarana pemenuhan

kebutuhan manusia. sehingga tradisi yang berkembang di masyarakat

dapat memberi kebermanfaatan secara menyeluruh pada anggota

masyarakat iru sendiri dan sesuai nilai-nilai agama yang di anutnya.

1
Salah satu tradisi di pulau Lombok adalah Bau nyale (menangkap

Nyale) berasal dari bahsa sasak Bau artinya menangkap sedangkan Nyale

artinya cacing laut. Bau nyale merupakan suatu tradisi yang di hubung-

hubungkan dengan kebudayaan setempat. Bau nyale berasal dari legenda

lokal, yang melatar belakangi tentang kisah seorang putri mandalika. Pada

tradisi kegiatan bau nyale (menangkap cacing laut) masyarakat suku sasak

menjadikan tradisi bau nyale sebagian dari kebudayaan sekaligus identitas

etnis dari suku sasak yang tidak terlepas dari kepercayaan leluhur yang

berkaitan dengan cerita-cerita yang sudah melegenda di kalangan

masyarakat Lombok.

Cerita ini menceritakan kemunculan nyale yan keluar dari pantai

selatan Lombok ini merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Tradisi bau

nyale ini berawal dari Legenda seorang Putri yang cantik, pintar, ramah,

sopan, dan tidak sombong, walaupaun dia anak seorang Raja. Menurut

keprcayaan masyarakat Lombok, konon nyale ini merupakan jelmaan putri

mandalika. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak pangeran yang

jatuh hati padanya dan ingin menjadikan permaisurinya. Putri tersebut

bingung dan tidak bisa menentukan pilihannya, dia sangat bingung. Jika

dia memilih salah satu diantara mereka maka pertumpahan darah,

perperangan akan terjadi.

Oleh sebab itu putripun memilih untuk mengirbankan dirinya

dengn menceburkan diri ke laut. Bersamaan dengn itu kilat petir

menggelegar di sertai angin kencang sontak seluruh rakyat yang ada di

2
sana panik, dan berbondong-bondong turun untuk menyelamatkan sang

putri, namu putri mndalika hilang tak di temukan, tidak adatanda tanda

sang putri berada di tempat itu, jasad sang putri tidak di temukan di laut

tersebut, tidak lama kemudian di tempat dia menjatuhkan diri muncul

cacing laut yang berwarna merah, hijau, coklat, yang oleh warga setempat

menyebutnya Nyale. Masyarakat yakin bahwa Nyale adalah jelmaan putri

mandalika yang mengirbankan diri demi kesejahtraan dan keselamatan

kepada penduduk kerajaan tersebut.

Kepercayaan itu muncul karena mereh, hijau, coklat adalah warna

selendang yang dikenakan sang putri saat menjatuhkan dirinya ke laut.

Konon katanya masyarakat disini percaya bahwa Nyale tidak hanya

sekedar cacing laut biasa tetapi meupakan mahluk yang di percaya dapat

membawa kesejahtraan bagi yang menangkapnya. Sudah menjadi tradisi

yang susah untuk ditinggalkan bagi masyarakat setempat, karena mereka

meyakini bahwa bau nyale ini memiliki tuah yang bisa mendatangkan

kesejahteraan bagi yang menghargainya.

Menurut keyakinan masyarakat Lombok, cacing laut bisa

membawa kesejahteraan terutama untuk kesuburan tanah pertanian agar

menghasilkan panen yang memuaskan. Nyale yang telah mereka tangkap

di pantai, biasanya akan mereka taburkan ke sawah sawah untuk

kesuburan padi dan tanaman lainnya. Selain itu, nyale juga mereka jadikan

santapan lezat berupa Pepes nyale, emping nyale, lauk pauk, dan beberapa

keyakinan lain.

3
Tradisi bau nyale (menangkap nyale) merupakan perayaan

tradisional suku sasak yang di rayakan setiap tahunnya, tradisi tersebut

selalu dirayakan dengan berbagai rangkaian acara seperti peresean (tradisi

budaya bela diri dengan rotan dan perisai), karnaval, festifal dan hiburan

malam puncak yang mengundang sejumlah artis nasional. Namun

pengelenggaraan tradisi bau nyale pada tahun ini berbeda. Tidak ada

penyelenggaraan apapun yang disiapkan pemerintah kabupaten lombok

tengah di masa pandemi Covid-19 yang melarang ada kerumunan masa.

Pemerintah daerah khusus Dinas Pariwisata Lombok Tengah

selaku penanggung jawab acara telah menyatakan dari jauh sebelumnya

bahwa tahun ini agenda bau nyale tidak akan di gelar oleh pemerintah.

Namun karena telah menjadi tradisi turun temurun nenek moyang

masyarakat Lombok, tentunya sangat sulit untuk mencegah masyarakat

merayakannya sehingga Bau Nyale tetap di selenggarakan meski tanpa

perayaan dari pemerintah daerah walaupun tidak adanya pegelaran hiburan

yang di gelar. Bau Nyale tetap terlaksana seperti biasanya.

Sebelumya pemerintah telah menegaskan untuk tidak

memperbolehkan warga yang berasal dari luar kabupaten Lombok Tengah

untuk mengikuti acara tersebut sebagai upaya pencegahan penularan virus

Covid-19. Merebaknya Covid-19 mengakibatkan jutaan manusia terpapar

virus ini di seluruh dunia, bahkan ratusan ribu manusia menjadi korban

meninggal dunia. Tercatat negara-negara yang memiliki kasus tertinggi

terpapar Covid-19 yaitu; Italia, Tiongkok, Sepanyol, Amerika Serikat, dan

4
Iran dengan tingkat kematian mencapai ribuan orang. Sedangkan di

Indonesia Covid-19 masuk pada bulan Maret 2020. Virus ini membawa

kekhawatiran hingga membuat aktivitas ditunda sementara dengan

melakukan isolasi mandiri di rumah.

Rumitnya penanganan wabah ini membuat para pemimpin negara di

dunia salah satunya di Indonesia menerapkan kebijakan yang super ketat

untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, yaitu dengan

mengeluarkan kebijakan Social Distancing. Tentu kebijakan ini menjadi

pilihan yang berat bagi setiap negara dikarenakan kebijakan ini berdampak

negatif terhadap segala aspek kehidupan.Diantaranya sektor yang paling

bermasalah yaitu sektor ekonomi dan pariwisata.

Pada sektor pariwisata Covid-19 menmberikan dampak perubahan

yang begitu luar biasa diseluruh negara di dunia . Begitu pula di Lombok

NTB. Covid-19 menyebabkan terhentinya semua kegiatan mulai dari

tutupnya tempat pariwisata, perkantoran, banyak yang terkena PHK,

ekonomi semakin menurun, sekolah-sekolah di tutup. Datangnya virus ini

pada bulan maret sampai dengan bulan ini sangatlah mempengaruhi sistem

pariwisata di Lombok. Terutama pada kegiatan-kegiatan tahunan seperti

Bau nyale yang di lakukan setiap 1 kali dalam setahun kini dilaksanakan

dengan protokol ksehatan.

Tradisi bau nyale ini di gelar pada tanggal 3-4 maret 2021 di

kawasan pantai seger, Desa Kuta Kecamatan Pujut Lombok Tengah,

Tradisi bau nyale yang berkaitan erat dengan legenda putri Mandalika di

5
Lombok, memang merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan

masyarakat di sepanjang kawasan pantai Selatan, Pulau Lombok. Ribuan

masyarakat biasanya berbondong-bondong ke pantai untuk memburu

cacing laut yang di yakini sebagai jelmaan purti mandalike. Bau nyale

yang biasanya padat di kunjungi masyarakat lombok tengah maupun di

luar lombok tengah berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya, yang

biasanya masyarakat datang berbondong-bondong membangun tenda

sampai ke bukit pantai seger, namun di masa pandemi Covid-19 hanya

masyarakat Lombok Tengah saja yang boleh berburu nyale.

Berdasarkan pemaparan di diatas, penulis sangat tertarik untuk

meneliti tentang “Tradisi Bau Nyale Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi

Deskriptif Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah).

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Pelaksanaan Tradisi Bau Nyale Pada Masa Pandemi

Covid-19 Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok

Tengah ?

2. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Tradisi Bau Nyale Di

Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah?

6
C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian

ini adalah unruk mengetahui :

a. Untuk Mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Tardasi Bau Nyale Pada

Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten

Lombok Tengah

b. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja Yang Terkadung Dalam

Tradisi Bau Nyale Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok

Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bermanfaat bagi penulis hasil penelitian ini dijdikan sebagai prasyarat

dalam menyelesaikan program sarjana pendidikan pancasila dan

kewarganegaraan

2. Salah satu sumber daya yang diperlukan untuk memperluas informasi

atau data untuk daerah setempat sehubungan dengan Bau Nyale di Desa

Kuta, kecamatan Pujut, kabupaten Lombok

3. Dapat dijadikan sebagai pedoman atau acuan logis bagi orang-orang

yang ingin melanjutkan pemeriksaan ini dari sudut pandang lain.

4. Bagi Pemerintah Daerah Lombok Tengah hasil penelitian ini dapat

dijadikan sebagai landasan untuk melestarikan tradisi atau adat istiadat

yang ada di Kabupaten Lombok Tengah.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Tradisi

1. Pengertian Tradisi

Tradisi ialah kebiasaan turun temurun dalam suatu masyarakat.

dalam kamus besar bahasa indonesia juga terdapat penegrtian tradisi

yaitu adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih di

jalankan dalam masuyarakat (Depdiknas, 2008: 1727). Selain itu

menurut Esten (1992: 5) kata tradisi merupakan terjemahan dalam

bahasa inggris yaitu dari kata tradition antara lain berarti pewarisan,

pemikiran, kepercayaan pelatihan-pelatihan dan adat istiadat dan lain

sebagainya dari masa lalu ke masa skarang, biasanya secara atau

melalui kegiatan praktis.

Menurut Piort (2005: 70) tradisi adalah keseluruhan benda material

dan gagasan yang berasal dari masalalu namun benar-benar masih ada

di masa kini dan belum dihancurkan. Shils (piort, 2005: 70)

mendefinisikan tradisi sebagai segala sesuatu yang disalaurkan atau

diwariskan dari masalalu atau masa sekarang. Hal senada

dikemukakan oleh maria, dkk (1995:27) yang mengemukakan bahwa

tradisi diartikan sebagai serangkaian prilaku yang dinilai tinggi, yang

telah diwariskan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi

lainya.

8
Jadi tradisi merupakan kebiasaan yang dilakukan secara terus

menerus oleh masyarakat dan akan di wariskan secara turus menerus

oleh masyarakat dan akan diwariskan secara turun temurun. Tradisi

yang dimiliki masyarakat bertujuan agar membuat hidup manusia kaya

akan budaya dan nilai-nilai bersejarah. Selain itu tradisi juga akan

menciptakan kehidupkan yang harmonis. Tradisi dapan di samakan

sebagai budaya karna bagaimanapun juga kedua kata tersebut merujuk

pada hasil karya atau tindakan masyarakat yang mampu merubah pola

tingkah lakumasyarakat tersebut.

Tradisi dan budaya adalah 2 kata yang tidak tertulis dalam ilmu

hukum tetapi dua kata tersebut dapat dijadikan menjadi cermin untuk

menata kehiduopan masyarakat ke arah yang lebih baik. Banyak sekali

masyarakat yang memahami tradisi itu sangat sama dengan budaya dan

kebudayaan. Sehingga antara keduanya sering tidak memiliki

perbedaan yang sangat menonjol. Tradisi yang telah membudaya akan

menjadi sumber dalam berahlak dan budi pekerti seseorang manusia

dalam perbuat akan melihat realitas yang ada dilingkungan sekitar

sebagai upaya dari sebuah adaptasi walaupun orang tersebut telah

mempunyi motivasi berprilaku pada diri sendiri.

Kebudayaan sebagai hasil dari pola prilaku masyarakat dengan

adanya sebuah adat istiadat di masyarakat tersebut, akan menambah

keanekaragaman budaya dalam masyarakat. Keanekaragaman budaya

9
merupakan salah satu bukti akan adanya pola prilaku manusia yang

berkembang dari waktu ke waktu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan tradisi adalah segala sesuatu baik berupa

gagasan, prilaku yang bernilai baik diwariskan secara turun temurun

dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.

2. Macam-macam tradisi menurut tingkatnya

Sebagai hasil daya, cipta, dan karya manusia, tradisi tidak bisa

lepas dari kehidupan manusia tak terkecuali pada masyarakat indonesia

yang hidup dalam tradisinya sejak berabad-abad sehingga tradisi itu

tetap hidup sampai sekarang. (Tashadi dkk., 1993: 33) membagi tradisi

menjadi 2 tingkat yaitu :

a. Tradisi besar yaitu tradisi yang berkembang dikalangan elit

sosial sesuai dengan tingkatan sosial budaya yang dihidupinya,

seperti raja pendeta, pujangga, ulama, pemangku adat dan

sebagainya.

b. Tradisi kecil yaitu tradisi yang dikembangkan oleh masyarakat

dari kalangan minoritas yakni masyarakat klelas bawah di

antaranya petani, buruh dan lain sebagainya. Tradisi kecil ini

berkembang secara alami dalam hidup itu sendiri pada

kalangan tidak terpeljar di komunitas masyarakat pedesaan.

Tradisi kecil ini terbentuk dari pola tingkah laku masyarakat

yang dilakukan secara turun temurun yang nantinya akan

10
membentuk suaru budaya asli yang dipedomani oleh

masyarakat tersebut. Antara tradisi besar dan kecil saling

memberi pengaruh terhadap kehidupan di masing-masing

tempat tradisi itu dilakukan.

Suatu tradisi merupakan unsur sosial budaya yang telah

mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Dari

sudut pandang sosiologis, tradisi merupakan suatu pranata sosial,

karna tradisi dijadikan krangka acuan norma dalam masyarakat.

Kerangka acuan norma ini ada yng bersifat skunder dan primer

(Ghazali, 2008: 3) di dalam krangka acuan norma yang bersifat

skunder, pranata ini bercorak rasional terbuka dan umum,

Konfetitif dan komplik sperti pranata politik, ekonomi, hukumdan

keterkaitan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan pranata ini

mudah di ubah struktur dan peren hubungan antar perannya

maupun norma-norama yang berkaitan dengannya sesuai dengan

situasi dan kondisi yang diinginkan oleh pendukungnya sedangkan

pranata primer merupakan krangka acuan norma yang mendasar

dan haqiqi dalam kehidupan manusia itu sendiri karena

berhubungan dengan kehormatan harga diri dan jati diri

mastarakatnya. Oleh karena itu, pranata ini dengan mudah di dapat.

11
B. Tinjauan Tentang Bau Nyale

1. Pengertian Bau Nyale

Bau nyale adalah istilah yang sering digunakan oleh

masyarakat Lombok. Dimana “Bau” berasal dari bahasa Sasak yang

artinya menangkap sedangkan “Nyale artinya cacing laut.Tradisi Bau

Nyale merupakan tradisi masyarakat Sasak khususnya masyarakat

lombok tengah bagian selatan. Nyale adalah sebutan untuk cacing

laut yang banyak terdapat di perairan Lombok Tengah, atau yang

akrab disapa cacing laut warna warniyang rutin di adakan 1 tahun

sekali.

Tradisi yang berkaitan dengan cerita Putri Mandalika ini

biasanya berpusat pada pantai Seger kuta Lombok Tengah. yang

dipercaya sebagai tempat sebelum menjatuhkan diri Putri sebelum

berubah menjadi cacing laut. Awal dari sebuah legenda, seorang putri

nan cantik jelita penuh kelembutan bernama Putri Mandalika, yang

lahir dari permaisuri bernama Dewi Seranting dan Raja Tonjang Beru

yang di kenal dengan kewibawaan dan kerendahan hatinya.

Kecantikan, lembut hati, putri mandalika kesantunan Putri

Mandalika sangat tersohor bahkan sampai menjadi rebutan para anak

raja dari kerajaan. Pangeran yang bersaing ketat memperebutkan

Putri Mandalika untuk menjadi permaisurinya, yaitu Pangeran Datu

Taruna dari kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari kerajaan

Lipur. Bingung karena jika salah satu yang terpilih pasti akan

12
menimbulkan peperangan. Tak ingin menimbulkan konflik yang

berkepanjangan, Putri Mandalika pun akhirnya memilih menceburkan

diri ke laut. Pengorbanan seorang Putri Mandalika yang lebih

mencintai perdamaian bagi semua golongan masyarakat.

Kemunculan nyale yang hanya setahun sekali ini dipercaya

sebagai wujud kunjungan Putri Mandalika untuk masyarakat Sasak.

Dan mereka juga percaya bahwa nyale ini menjadi berkah bagi

masyarakat setempat karena khasiatnya yang menyembukan

penyakit. Pelaksanaan bau nyale baru usai setelah matahari terbit.

Ribuan orang dipinggir pantai berkumpul, penuh semangat setelah

berburu nyale dringi deburan ombak dan siluet sunrise, sungguh

menjadi panorama keindahan yang luar biasa menakjubkan.

2. Sejarah Tradisi Bau Nyale

Konon di laut selatan Lombok ada kerajaan tonjang beru.

Kerajaan ini di pimpin oleh seorang Raja yang arif memiliki seorang

gadis yang di beri nama Putri Mandalika, yang terkenal karena

wajahnya yang cantik, mata yang indah dan rambutnya yang

panjang. Bukan hanya kecantikan, sifat yang menyenangkan, nada

bicara yang sopan, serta ramah kepada semua orang menjadikan dia

kebanggaan dimata rakyatnya. Karena keindahannya itulah putri

mandalika mampu menciptakan hati seluruh pemuda di pulau

Lombok.

13
Semua raja dari berbagi kerajaan datang untuk meminang

sang putri. Tidak hanya itu saja, pemuda dari rakyat biasa pun

berdatangan untuk demi bisa melamar sang putri. Namu tidak ada

satu di antara mereka semua tidak ada lamaranya diterima. Karna

putri mandalika berfikir kalau dia menerima lamaran satu dari mereka

akan terhadi pertumpahan darah, peperangan di kerajaan tak ingin

semua itu terjadi, putri mandalika terjebak dalam pilihan yang berat,

akhirnya dia memutuskan untuk bersemedi menentukan pilihan yang

dia ambil.

Setelah bersemedi menentukan keputusannya sang putri

meminta kepada seluruh rakyat agar datang berkumpul di bukit

Pantai Seger Kuta Lombok Tengah sebelum waktu subuh tiba. Tepat

pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan sasak. Akhirnya para pangeran

berdatangan ke tempat yang diminta oleh sang putri, tak terlupakan

semua rakyat yang mengagungkan dirinya. Dari orang tua, orang

dewasa, serta anak kecil berdatangan dan ingin tahu siapa yang

menyerang perasaan sang putri.

Setelah semua tamu udangan berkumpul semua rakyat terkejut

melihat kedatangan sang putri mandalika yang di iringi oleh para

prajurit, seluruh rakyat senang karena sang putri menepati janjinya.

Akhitnya di tempat yang gelap hanya diterangi oleh cahaya bulan

putri mandalika memberitahukan kepada semua rakyat terkait dengan

keputusannya, putri madalika berkata bahwa ia ingin melihat

14
ketentraman tumbuh di atas bumi pulau Lombok antar sesama.

karena itu aku untuk kalian semua, aku akan menerima lamaran dan

memberi perhatian dan cintaku untuk semua orang “ucapan sang putri

dengan suara lantang di tengah derasnya suara ombak.

Mendengar ucapan dari mulut putri tentu saja membuat semua

rakyat disana kebingungan dan saling melirik apa yg di maksud oleh

sang putri. Tidak mengerti tentang apa yang di maksud oleh sang

putri dan bagaimana ia bisa menerima semua lamaran. “ wahai

ayahanda dan ibunda dan seluruh rakyat tonjang beru yang aku cintai.

Hari ini aku telah menetapkan diriku untuk kalian semua, aku tidak

bisa memilih salah satu dari kalian semua.

Dan kmeudian pada saat itu juda putri mandalika menjatuhkan

diri dengan pada saat kilat petir menggelegar disertai angin kencang,

seluruh rakyat segera turun untuk menyelamatkan sang putri. Namun

putri mandalika hilang bagai di telan bumi. Tidak ada lagi tanda

tanda putri di tempat itu. Kemudian ditempat putri mandalika

menjatihkan diri muncul binatang kecil yang sangat banyak

jumlahnya, binatang itu berkilauan seberti cacing panjang yang

berwarna warni, merah ciklat hijau. Masyarakat percaya bahwa

jelmaan putri mandalika yang berwujud dari bentuk kasihnya sayang

sang putri yang kemudian binatang tersebut diberi nama Nyale.

Sampai saat ini nyale masih menjadi buruan oleh masyarakat

Lombok dan tradisi setiap setiap tahun di gelar setiap bulan februari

15
dan maret yang disebutkan dalam bahasa Lombok dengan “Tradiai

Bau Nyale” yang artinya menangkap cacing laut. Beberapa hari

sebelum nyale ini keluar hujan turun di siang hari sampai malam hari

diselangi dengan kilatan petir dan di sertai dengan angin. Kemudian

pada bulan 10 tanggal 19-20 pada perhitungan sasak sebelum subuh

nyale mulai keluar bersama ombak, keluar hanya sebenar setelah itu

hilang dari permukaan laut bersama dengan matahari terbit dari

timur.

C. Tinjauan tentang Pandemi Covid-19

Covid-19 awalnya di amati di wuhan, tiongkok, sekarang

menyebar cepat ke seluruh belahan dunia. Covid-19 adalah virus

keluarga , penyakit ini mulai dari gejala ringan hingga berat, jenis Covid-

19 diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

seprti Sindrom Pernafasan dan Sindrom Pernafasan Akut Parah

(kementrian kesehatan, 2020 ). (Pratiwi 2020) memberi nama virus baru

tersebut servere acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARSCoV-2)

dan nama penyakitnya sebagai coronavirus Disease 2019 atau lebih

dikenal dengan Covid-19.

Akibat Covid-19 ini berdampak pada sektor Pariwisata, dan

aktivitas di indonesia. Pada awal kemunculannya di indonesia

mengakibatkan di tutupnya tempat wisata, seperti pantai, hotel, tempat

hiburan, resoran dan usaha wisata lainnya. Munculnya pandemi Covid-19

16
mengakibatkan terhambatnya aktivitas diberbagai bidang kehidupan,

termasuk pada bidang Pariwisata. Covid-19 mengakibatkan aktivitas

masyarakat harus terhenti.

Seluruh sisi kehidupan dunia dan seolah-olah melumpuhkan dan

kehilangan orang-orang pekerjaan, sebagai akibatnya seluruh berbagai

pihak, baik Pemerintah Daerah maupun Tengah, swasta, para pegiat

industri travel daerah setempat, serta skolastik saling bahu membahu untuk

menelusuri penataan terbaik dalam mengelola pandemi ini. Pandemi

Covic-19 ini sudah mengubah kehidupan kita sehari-hari, bukan dan

industri perjalanan. Di titik sulitnya mengantisipasi kapan pandemi ini

akan berakhir, maka industri, travel, danpariwisata di Nusa Tenggara

Barat harus diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan Covid-19.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tradisi Bau Nyale Pada Masa

Pandemi Covid-19 Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten

Lombok Tengah

Tradisi bau nyale (menangkap nyale) merupakan perayaan

tradisional suku sasak yang dirayakan setiap tahunnya. Pesta rakyat ini

sarat dengan sejarahnya yang melegenda di tanah Lombok. Pesta tahunan

tersebut selalu dirayakan dengan berbagai rangkaian acara seperti parisean

(tradisi budaya beladiri dengan rotan dan perisai), karnaval, festifal dan

hiburan malam puncak yang mengundang sejumlah artis nasional. Namun

ada yang berbeda dengan pesta rakyat bau nyale pada tahun ini. Tidak ada

17
penyelenggaraan apapun yang disiapkan pemerintah kabupaten lombok

tengah di masa pandemi Covid-19 yang melarang adanya kerumunan

massa.

Pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata lombok tengah

selaku penanggng jawab acara telah menyatakan dari jauh hari sebelumnya

bahwa tahun ini agenda bau nyale tidak akan di gelar oleh pemerintah.

Namun karena telah menjadi tradisi turun temurun masyarakat lombok,

tentunya sangat sulit untuk mencegah masyarakat merayakannya

sehinggaa tradisi bau nyale ini tetap dilaksanakan meski tanpa perayaan

dari pemerintah daerah.

Adapun faktor yang mempengaruhi tradisi bau nyale sebagai berikut :

1. Penjagaan oleh polisi

Hal ini dapat memberikan keamanan dan informasi terkait

dengan hal-hal yang harus dipatuhi selama berlangsungnya

acara bau nyale, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di

tempat tradisi bau nyale berlangsung atau di jalan raya.

2. Pembatasan pengunjung

Faktor ini bertujuan guna menekankan angka pengurangan

penyebaran Covid-19 di Lombok Tengah, mencegah timbulnya

klaster baru, mengingat lonjakan penularan Covid-19 yang

belum berakhir serta kelalaian masyarakat untuk mematuhi

protokol ksehatan mencegah terjadinya penularan Covid-19.

18
Bau nyale dilaksanakan oleh masyarakat lombok tengah saja

diluar lombok tengah tidak diperbolahkan masuk. Sebelumnya

pemerintah telah menegaskan untuk tidak memperbolehkan

warga yang berasal dari luar kabupaten lombok tengah untuk

mengikuti acara rakyat tersebut sebagai upaya pencegahan

penularan virus Covid-19

3. Bau nyale tetap di adakan tanpa hiburan

Karena sudah menjadi tradisi yang tidak bisa di

hilangkan oleh masyarakat sekitar,dan menjadi salah satu

faktor yang terdapat pada tradisi bau nyale tersebut. Hal ini di

sebabkan oleh masyarakat yang hanya menitik beratkan pada

suguhan hiburan yang selalu di adakan pada saat tradisi bau

nyale berlangsung, dan masyarakat merasa dengan adanya

hiburan tersebut bisa membuat antusias dan semangat mereka

dalam menangkap nyale semakin bertambah. Namun ada

sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa jikalau hiburan

di tiadakan masyarakat tetap bersemangat dan antusias dalam

menangkap nyale tersebut, dan suasana menangkap nyaledi

katakan sama saja karena masyarakat tidak hanya menitik

beratkan pada suguhan hiburan yang ada namun lebih kepada

momen menangkap nyale di tengah malamnya yang tidak

menyurutkan antusias dan semangat masyarakat

19
Oleh karena itu tradisi bau nyale yang di adakan dengan

adanya hiburan maupun tanpa adanya sebuah hiburan tidak

menyurutkan niat masyarakat untuk menangkap nyale pada

saat tradisi bau nyale berlangsung,

4. Cuaca

Sebelum nyale muncul di awali dengan tanda-tanda alam.

Tanda alam tersebut, mulai dari terdengar suara gemuruh di

laut selatan lombok, Suara gemuruh tersebut, dapat terdengar

oleh masyarakat kemudian, akan di sertai hujan angin dan

sambaran petir yang menggelegar tanda lainnya juga akan

munculnya jamur yang mulai tumbuh di sawah atau kebun.

E. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi

sebagai masalah yang penting. Untuk mempermudah suat penelitian perlu

dibuat kerangka berfikir atau konsep dengan tujuan membuat arah

penelitan menjadi jelas. Kebudayaan tidak lepas dari simbol-simbol inilah

yang menjadi ciri khas atau yang memperkaya kehidupan masyarakat

terutama di masyarakat pedesaan.

20
Tradisi Bau Nyale pada masa pandemi covid-19 di kawasan
kuta kecamatan pujut kabupaten lombok tengah

 
Proses Bau Nyale

Pelaksanaan Bau
Nyale

Faktor faktor yang


mempengaruhi tradisi
bau nyale

Tokoh Adat, Dan Kepala Masyarakat Secara


Dusun Umum

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian dan jenis penelitian

Penelitian menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode

Deskriptif. Bogdan dan Taylor (dalam Muhammad 2011:19 ) penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati. Selanjutnya Berg (dalam Muhammad 2011:19)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif merujuk pada deskrifsi objek yang

diteliti. Sedangkan menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud utuh memahami fenomena tentang apa yang di

alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, dan tindakan

yang dialami oleh subyek penelitian atau dilakukan oleh subyek penelitian

dipaahami secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah. Selain menggunakan penelitian kualitataif peneliti juga

menggunakan metode Deskriptif.

Metode deskriptif merupakan suatu kumpulan kalimat yang

mengungkapkan masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya

sehingga bersifat sekedar mengungkapkan fakta (Moleong,2007:6)

sedangkan menurut (Menurut Nazir 1988: 63) metode deskriptif

merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas

22
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah

untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.

Berdasarkan pendapat di atas maka yang di maksud dengan

penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah suatu penelitian yang

bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena dari seseorang maupun

sekelompok orang sehingga mendapatkan data atau informasi berupa kata-

kata tertulis maupun lisan dengan deskriptif mengenai Tradisi Bau Nyale

Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Lombok

Tengah.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kuta Kecamatan Pujut

Kabupaten Lombok Tengah. Alasan peneliti melakukan penelitian di

Desa Kuta kecamatan Pujut Lombok tengah. karna di desa inilah tradisi

bau nyale dilaksanakan. Waktu penelitian pada Bulan November –

Desember 2021.

C. Subjek dan Informan penelitian

1. Subjek penelitian
Subjek penelitian merupakan narasumber, partisipan atau informen
dalam penelitian (Sugiyono, 2013: 298). Berdasarkan pendapat
tersebut subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
masyarakatsetempat yang melaksanakan proses tradisi bau nyale di
Desa Kuta Kucamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

23
2. Informan penelitian
Spradly (Yulhadi, 2009: 27) menjelaskan bahwa informen adalah
pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-katanya, prase,
dan kalimat dalam bahasa atau dialegnya sebagai model imitasi dan
sumber informasi tentang masalah yang di teliti. Artinya bahwa
informen adalah pihak yang memberikan informasi tambahan kepada
penelititerkait dengan permasalahan yang ingin di pecahkan, adapun
pihak yang menjadi informen adalah tokoh adat dan tokoh masyarakat
tang ada di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
Alasan peneliti memilih tokoh-tokoh tersebut karena tokoh-tokoh yang
disebut paling mengetahui tentang tradisi Bau Nyale di Desa Kuta.
D. Data Penelitian

1. Data primer

Data primer yaitu data yang ditulis langsung dari lapangan baik

dari informan maupun subyek penelitian. .

2. Data skunder

Data skunder ( kepustakaan) yaitu data yang bersumber dari bahan

bacaan, yang mencangkup buku-buku dan dokumen-dokumen)

mengenai masalah yang diteliti.

E. Tehnik Pengumpulan Data.

1. Tehnik pengumpulan data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, sebagaimana yang

dijelaskan sebagai berikut:

24
• Observasi
Observasi adalah teknik atau metode pengumpulan data dengan
mengamati suatu kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata,
2011:220). Konsisten dengan Aru Kunto (2013:263), alat observasi
akan lebih efektif jika informasi berupa data atau fakta alami, yaitu
perilaku dan hasil kerja responden dalam kondisi alami.
• Wawancara
Menurut Esterberg (Sugiyono, 2015:317), wawancara adalah
pertemuan dua orang di mana informasi dan ide dipertukarkan dalam
format tanya jawab sehingga makna dapat dikonstruksi dalam topik
tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, wawancara adalah suatu cara
untuk memperoleh data penelitian melalui tanya jawab, baik dalam
bentuk dialog maupun untuk tujuan memperoleh informasi. Peneliti
akan mewawancarai pihak-pihak yang berkepentingan yang dapat
dijadikan sampel yaitu tokoh adat dan kepala desa, karena metode
wawancara adalah percakapan yang peneliti lakukan untuk
memperoleh informasi dari yang diwawancarai.
• Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2015:239), “Dokumen adalah catatan
peristiwa masa lalu, dokumen dapat berupa kata-kata, gambar, atau
karya monumental seseorang. Dokumen dalam bentuk tertulis seperti
catatan harian, riwayat hidup, cerita, biografi peraturan dan kebijakan.
Dokumen dalam bentuk bentuk gambar, seperti foto, gambar hidup,
sketsa, dll. Dokumen yang berbentuk karya, seperti karya seni, dapat
berupa gambar, patung, film, dll. Dokumen dalam penelitian ini
adalah data tentang tradisi bau nyale pada masa pandemi Covid-19 di
desa kuta kecamatan pujut kabupaten. Tradisi di masa pandemi Covid.
19. Adapun kegiatan yang peneliti dokumentasikan dalam bentuk
gambar pelaksanaan tradisi bau nyale selama pandemi Covid-19,
peneliti mendokumentasi proses pelaksanaan bau nyale tersebut.

25
F. Teknik analisis data

Menurut Sugiyono (2016:335) mengemukakan bahwa analisis data

merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis

di gunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data

sehingga hipotesis dapat di kembangkan dan di evaluasi, dalam hal

analisis data kualitatif bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan lainnya sehingga

mudah di pahami dan temuannya dapat di informasikan kepada orang

lain (Sugiyono, 2016:334).

Untuk menanalisis data dalam penelitian ini metode analisis data

yang digunakan adalah model miles dan hurben (1992:16). metode

miles dan huberman terdapat 3 tahap aktifitas dalam analisis meliputi

reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), penarikan

kesimpulan (conclusion drawing). Miles dan huberman

(1992:16).mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secata terus

menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh.

1. Reduksi data

Menurut sugiyono (2017:169) reduksi data diartikan sebagai

proses mengurangi data reduksi dilakukan dengan memilih data

yang di anggap penting merupakan data yang baru, yang

belum pernah di kenal data yang unik dan data yang berbeda

26
dengan yang lain dan merupakan data yang relevan dengan

pertanyaan penelitian .

2. Penyajin data

Penyajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi

yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan.

Penyajian data yang dimaksud untuk menemukan pola-pola

yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya

penarikan simpulan serta memberikan tindakan (Miles dan

huberman 2007:840). Penyajian data bila dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan

sejenisnya.

3. Validitas data

Menurut sugiyono (2017:181) validitas merupakan drajat

ketepatan data yang terjadi pada obyek peneliti dengan data

yang dapat dilaporkan oleh peneliti, dengan demikian data

yang valid adalah data yang tidak beda antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya teradi

pada obyek penelitian .

Berdasarkan penjelasan di atas validitas data pada penelitian ini

yaitu jika data dari obyek penelitian sesuai dengan data yang

diperoleh dari informan maka hasil penelitian bisa dikatakan

valid. Jika data yang diperoleh dari subyek dan informan

tidaklah sama maka hasil penelitian bisa dikatakan tidak vilid

27
maka peneliti melakukan tringulasi, yang mana tringilasi

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan informan diluar data untuk keperluan

pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut.

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu

kegiatan konfigurasi yang utuh (miles dan huberman 2007:18).

Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Kesimpulan ditarik semenjak peneliti menyususn

pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi,

arahan sebab akibat. (Harson 2008169). Menurut miles dan

huberman kesimpulan awal dari penarikan kesimpulan masih

bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya (dalam sugiyono 2017:141).

Kesimpulan pada penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan

masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat smentara dan

akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan, data

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanan Tradisi

Bau Nyale Pada Masa Pandemi Covid 19 di Desa kuta

28
Kecamatan pujut Kabupaten Lombok tengah nilai-nilai apa saja

yang terkandung dalam tradisi bau nyale.

29
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak geografis (wilayah)

Desa kuta lombok terletak di lombok tengah bagian selatan,

kecamatan pujut, kabupaten lombok tengah provinsi nusa tenggara

barat. Kuta merupakan salah satu wilayah yang berada di kawasan

pantai sehingga memiliki potensi yang besar dalam bidang pariwisata,

terdapat 3.158 kepala keluarga yang adadidesa kuta.

Luas wilayah desa kuta yaitu 2.366 Ha dengan ketinggian tanah 5-

10 mdpl, memiliki curah hujan 125 mm sehingga rata-rata suhu udara

berkisar antara 18oC-34oC. Jenis dari dataran rendah, tinggi,

pegunungan dan pantai adalah datar dan bergelombang. Berikut adalah

maps batas wilayah administrasi desa Kuta :

30
Sebelah utara : Desa Rembitan

Sebelah timur : Desa Sukadana dan Desa Sengkol

Sebelah selatan : Samudra Indonesia

Sebelah barat : Desa Prabu

(Sumber : Profil Desa Kuta Tahun 2019)

Gambaran desa kuta dilihat secara geografis terdapat 20

dusun di antaranya Dusun Lenser, Mate, Mong 1, Mong 2, Mong

Lauk, Merendeng, Mengalung, Batu Riti, Kuta 1, Kuta 2, Kuta 3,

Ketapang, Rangkep 1, Rangkat 2, Ngolang, Ujung Lauk, Ujung

Daye, Bebunut Dan Sekar Kuning. Gambaran desa kuta di atas

maka secara sosiologis, akan memunculkan fenomena dimana

msyarakatn akan lebih cenderung ekonominya akan ke arah

pariwisata., dikarenakan desa kuta di kawasan pantai dan terdapat

32 pegunungan serta perbukitan sehingga memiliki potensi yang

besar, terlebih wilayah kuta juga sekarang ini sudah menjadi

kawasan pariwisata dimana banyak wisatawan asing yang berdiam

serta berlibur disana makanya desa yang luasnya sedemikian rupa

memiliki banyak bangunan seperti hotel-hotel, home stay,

bunglaw, serta cafe-cafe akan dijumpai di desa kuta ini.

2. Demografi

Penduduk Desa Kuta Lombok terdapat beberapa pembagian

penduduk berdasarkan karakteristik desa kuta seperti penduduk

berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, pendidikan serta mata

31
pencaharian. Jumlah penduduk di desa kuta kecamatan pujut

kabupaten Lombok tengah tahun 2018 sebanyak 11711 jiwa

dengan jumlah kepala keluarga 3434 KK.

1. Penduduk berdasarkan usia

Usia merupakan karakteristik penduduk yang pokok.

Struktur ini mempunyai pengaruh yang penting baik terhadap

tingkahlaku demografis, maupun sosial ekonomi. Umur atau

usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suaru benda atau mahluk, baik yang hidup maupun yang mati.

Berdasarkan statistik indonesia tahun 2018, struktur umur

atau usia penduduk dapat dilihat dalam unsur umur satu

tahunan atau yang disebut juga umur tunggal ( single age), dan

yang dikelompokkan dalam lia tahunan. Adapun karakteristik

penduduk Kuta Lombok berdasarkan usia kerja seperti yang

disajikan pada tabel 4.1

Tabel 01 Karakteristik penduduk berdasarkan usia kerja di Desa

Kuta

USIA

Perempua
Usia Laki-laki   Usia Laki-laki Perempuan
n
0-12
35 orang 40 orang   39 tahun 85 orang 86 orang
bulan
1 tahun 39 orang 41 orang   40 88 orang 90 orang
2 44 orang 46 orang   41 82 orang 83 orang
3 67 orang 68 orang   42 79 orang 80 orang

32
4 60 orang 80 orang   43 82 orang 86 orang
5 77 orang 78 orang   44 75 orang 76 orang
105
6 115 orang   45 76 orang 75 orang
orang
113
7 110 orang   46 90 orang 90 orang
orang
100
8 120 orang   47 91 orang 92 orang
orang
120
9 100 orang   48 94 orang 95 orang
orang
110
10 125 orang   49 76 orang 77 orang
orang
100
11 120 orang   50 94 orang 93 orang
orang
12 75 orang 75 orang   51 90 orang 89 orang
13 75 orang 80 orang   52 80 orang 80 orang
105
14 105 orang   53 76 orang 75 orang
orang
15 90 orang 91 orang   54 72 orang 73 orang
16 88 orang 89 orang   55 75 orang 75 orang
17 80 orang 89 orang   56 74 orang 75 orang
18 85 orang 80 orang   57 72 orang 72 orang
19 80 orang 80 orang   58 72 orang 73 orang
20 75 orang 76 orang   59 69 orang 70 orang
21 75 orang 78 orang   60 73 orang 72 orang
22 77 orang 75 orang   61 72 orang 73 orang
23 75 orang 75 orang   62 72 orang 73 orang
24 77 orang 78 orang   63 74 orang 74 orang
25 79 orang 79 orang   64 72 orang 73 orang
26 78 orang 77 orang   65 73 orang 72 orang
27 75 orang 74 orang   66 71 orang 71 orang
28 76 orang 76 orang   67 69 orang 70 orang
29 74 orang 75 orang   68 72 orang 73 orang
30 73 orang 73 orang   69 70 orang 70 orang
31 74 orang 74 orang   70 72 orang 73 orang
32 75 orang 75 orang   71 29 orang 29 orang
33 67 orang 72 orang   72 45 orang 45 orang
34 72 orang 70 orang   73 41 orang 41 orang
35 76 orang 77 orang   74 44 orang 45 orang

33
36 72 orang 73 orang   75 41 orang 41 orang
Lebih dari
37 75 orang 78 orang   47 orang 46 orang
75
38 70 orang 71 orang   Total 5792 orang 5904 orang
(Sumber : Profil desa kuta lombok tengah 2019)

Pada tabel 01 menunjukkan bahwa usia penduduk di kuta lombok

berada pada usia produktif. Kelompok usia 27 hingga usia 40 tahun dan

usia kerja kerja dua puluh enam tahun hingga dua puluh tahun merupakan

usia kerja yang dijadikan sebagai pekerja pemula, sedangkan kelompok

usia kerja 40-60 tahun merupakan kelompok usia kerja yang masuk ke

kategori masa pensiun.

2. Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan decara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat

yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.

Adapun karakteristik masyarakat atau penduduk di kua lombok dpat

dilihat pada jumlah penduduk menurut jenis kelamin.

Tabel 02 jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin desa

kuta

JUMLAH PENDUDUK

Jumlah laki-laki 5832 orang


Jumlah perempuan 5885 orang
Jumlah total 11717 orang
Jumlah kepala keluarga 3434 KK
Kepadatan penduduk 495,22 per km

34
Sumber : Profil desa kuta lombok tengah tahun 2019

3. Penduduk menurut agama

Agama di indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan

masyarakat.hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa indonesia:

ketuhanan yang maha Esa. Dilihat dari aspek agama yang di anut,

mayoritas penduduk desa kuta menganut agama islam sebagai agama

mereka. Namun penduduk yang beragama lain tetap mendapat tempat

di desa kuta, secara berurutan agama dan jumlah pemeluknya di desa

kuta adalah sebagai berikut:

Tabel 03 jumlah penduduk berdasarkan Agama/Kepercayaan Desa Kuta

Agama/Aliran Kepercayaan

Agama Laki-laki Perempuan

Islam 3959 orang 4010 orang

Hindu 37 orang 16 orang

Jumla
3.996 orang 4.026 orang
h

Sumber : Profil desa kuta lombok tengah tahun 2019

4. Penduduk menurut mata pencaharian

35
Klarifikasi penduduk desa kuta menurut jenis mata pencaharian dapat

dilihat melalui tabel dibawah ini.

Tabel 04 : jumlah penduduk berdasarkan Mata pencaharian penduduk

desa kuta

MATA PENCAHARIAN POKOK


Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
Petani 1333 orang 234 orang
Buruh Tani 625 orang 118 orang
Buruh Migran 30 orang 10 orang
Pegawai Negeri Sipil 42 orang 13 orang
Peternak 590 orang 10 orang
Nelayan 365 orang 20 orang
Montir 9 orang 0 orang
Dokter swasta 3 orang 2 orang
Perawat swasta 35 orang 29 orang
Bidan swasta 0 orang 20 orang
TNI 3 orang 0 orang
POLRI 6 orang 3 orang
Dosen swasta 5 orang 2 orang
Wiraswasta 15 orang 4 orang
Belum Bekerja 89 orang 30 orang
Pelajar 356 orang 222 orang
Perangkat Desa 27 orang 1 orang
Buruh usaha hotel dan penginapan lainnya 353 orang 320 orang
Pemilik usaha warung, rumah makan dan
73 orang 29 orang
restoran
Sopir 39 orang 0 orang
Jasa penyewaan peralatan pesta 24 orang 4 orang
Satpam/Security 52 orang 0 orang
Jumlah Total Penduduk 5.145 orang
Sumber : Profil desa kuta lombok tengah tahun 2019

36
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk di desa kuta

lombok kebanyakan atau mayoritasnya adalah bermata pencaharian yang

berkaitan dengan petani baik petani asli maupun buruh tani. Penduduk

desa kuta juga banyak yang bermata pencaharian sebagai karyawan swasta

seiring menjamurnya cafe-cafe dan hotel disana meskipun desa kuta

adalah daetah yang berdekatan dengan pantai-pantai namun kebanyakan

dari penduduknya adalah buruh tani dan petani. Di desa kuta sedikit

terdapat wilayah persawahan dan itupun dimanfaatkan untuk petani dan

buruh tani. Karena kurangnya wilayah persawahan di dsa kuta tidak jarang

penduduk desa kuta memiliki sawah di luar desa sehingga meskipun

tinggal di desa kuta tapi sawah nya berada di luar desa, bgitu juga dengan

buruh tani-buruh tani pun begitu ada yang jadi buruh diluar desa ada juaga

yang di desa itu sendiri.

Tabel 05 : Etnis Yang Mendimi Kuta

Etnis
Etnis Laki-laki Perempuan
Batak 6 orang 3 orang
Sunda 5 orang 11 orang
Madura 2 orang 1 orang
Bali 37 orang 15 orang
Bugis 2 orang 1 orang
Makasar 4 orang 2 orang
Sasak 3934 orang 3999 orang
Flores 6 orang 3 orang
Timor 2 orang 0 orang
Mbojo 9 orang 5 orang

37
Samawa 9 orang 7 orang
Australia 8 orang 4 orang
Amerika 3 orang 3 orang
Abai 1 orang 2 orang
Jumlah 4.028 orang 4.056 orang
Profil desa kuta lombok tengah tahun 2019

Tabel 06: tingkat pendidikan masyarakat desa kuta

Pendidikan
Tingkat pendidikan Laki-laki Perempuan
Usia 3-6 tahun belum masuk TK 97 oran orang 99 orang
Usia 3-6 tahun yang masuk TK/play 80 orang 120 orang
group
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah 138 orang 12 orang
sekolah
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 757 orang 690 orang
Usia 18-56 tahun tidak pernah 376 orang 463 orang
sekolah
Usia 18-56 tahun pernah SD tapi 171 orang 133 orang
tidak tamat
Tamat SD/sederajat 1450 orang 1850 orang
Tamat SMP /sederajat 280 orang 200 orang
Tamat SMA/sederajat 50 orang 80 orang
Tamat D-1/sederajat 37 orang 27 orang
Tamat D-2/sederajat 29 orang 17 orang
Tamat D-3/sederajat 25 orang 23 orang
Tamat S-1/sederajat 70 orang 69 orang
Tamat S-2/sederajat 3 orang 1 orang
Jumlah 7.460 Orang 5.056 orang
Profil desa kuta lombok tengah tahun 2019

3. Sarana dan prasarana

a. Sarana dan prasarana pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di desa kuta

merupakan suatu hal yang penting bagi masyarakat sekitar, baik itu

prasarana pendidikan fornal dan informal. Di desa kuta sendiri

38
terdapat prasarana berupa 1 unit kampus PTS, 4 unit

SMA/Sederajat, 9 unit SMP/Sederajat 9 unit SD/sederajat, 9 unit

TK, 5 unit lembaga pendidikan agama dan 1 unit perpustakaan

Desa Prasarana dan Sarana Pendidikan Lainnya 2 buah.

b. Sarana dan prasarana kesehatan

Dalam meningkatkan mutu kesehatan masyarakat kuta

umumnya masyarakat sangat memelihara kesehatan dan memiliki

kesadaran yang tinggi untuk itu. Hal tersebut bisa kita lihat dari

penataan kebersihan lingkungan yang bersih dan rapi dengan

adanya penyediaan atau tempat pembuangan yang khusus telah

disediakan dan dibangunnya beberapa unit prasarana kesehatan

seperti, 1 unit puskesmas, Poliklinik/balai pengobatan 7 unit,

Apotik 4 unit, posyandu 16 unit, Jumlah Rumah/Kantor Praktek

Dokter 7 unit, jumlak dokter umum 2 orang ]Dokter gigi 1 orang,

Jumlah dukun bersalin terlatih 2 orang, Bidan 8 orang dan

perawat 12 orang, Dukun Pengobatan Alternative 32 Orang,

Jumlah Dokter Praktek 10 0rang.

c. Sarana dan prasarana peribadatan

Masyarakat di desa kuta merupakan masyarakat yang

kebanyakan menganut agama islam maka sarana dan prasarana

penunjang bagi umat muslim berupa 10 mushollah/langgar dan 11

masjid.

d. Prasarana hiburan dan wisata

39
Desa kuta merupakan pusat wisata di kabupaten lombok

tengah sekaligus merupakan penyumbang pemasukan yang sangat

besar bagi ka bupaten lombok tengah sehingga banyak pula

prasarana penunjang kemajuan di bidang pariwisata seperti 7

tempat wisata, 4 buah hotel bintang 5, 42buah hotel bintang 4, 15

hotel melati, tempat bilyar 4 buah, 5 buah tempat karoke dan 29

restoran.

4. Keadaan sosial budaya

Kehidupan bermasyarakat di desa kuta kecamatan pujut lombok

tengah, khususnya pada bidang sosial budaya mereka kebanyakan

sama dengan budaya sasak pada umumnya, namun ada yang lebih

menonjolpada budaya adat istiadat di desa Kuta yaitu “Bau nyale”

sebuah acara perburuan cacing laut yang di adakan sekali setahun di

pantai seger kuta. Hubungan masyarakat terjalin dengan sangat baik

dan harmonis, walaupun terdapat keturunan etnis yang berbeda-beda

satu dengan yang lainnya, namun hubungan masyarakat satu dengan

yang lainnya terjalin dengan baik dan harmonis.

Seiring dengan kemajuan industri di bidang pariwisata bagi

masyarakat kuta bersikap terbuka terhadap kemajuan pariwisata.

Mereka melihat pariwisata sebagai salah satu peluang yang

menjanjikan terhadap kemajuan dan perubahan ekonomi masyarakat

sekitar dengan menyediakan dan membuka jasa pelayan wisata untuk

wisatawan seperi membuka hotel, homestay, restoran dan lain-lain.

40
Dengan perkembangn industri pariwisata yang semakin pesat di desa

kuta maka ineraksi dengan wisatawan asing semakin terbuka lebar dan

hal tersebut tentu saja membuka peluang yang besar bagi budaya barat

masuk kedalam budaya masyarakat setempa, namun masyarakat

setempat tetap berusaha dengan sebaik mungkin menjaga kebudayaan

asli mereka agar tidak melebur seiring dengan budaya barat yang

masuk.

Penerimaan masyarakat setempat terhadap budaya asing tersebut

tentu tidak begit saja tetapi tentu dengan batasan-batasan yang telah

ditetapkan dan dibuat oleh masyarakat sekitar agar budaya asli tetap

berjalan walaupun di tengah kemajuan periwisata yang sangat pesat.

Ditengah-tengah kesibukan masyarakat kuta yang setiap harinya

melayani tamu datang tidak meyurutkan semangat mereka untuk tetap

membangun desa kuta dengan semangat gotong royong mereka

membangun desa kuta menjadi lebih baik lagi.

5. Pemerintah dan keamanan desa

Desa kuta merupakan salah satu desa dari kecamatan pujut. Desa

kuta dipimpin oleh kepala desa dan dibantu oleh ketua RT dan ketua

RW. Ketua RT dan RW inilah yang bertgas secara langsung

menggerakkan masyarakat baik dalam bergotong royong, swadaya,

dan mengamnkan setiap program pemerintah, menjembatani hubungan

anatar sesama anggota masyarakat maupun masyarakat dengan

41
pemerintah serta membantu pelayanan pada masyarakat yang menjadi

tanggung jawab pemerintah.

B. Deskripsi data hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di Desa Kuta

Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah dengan menggunakan

teknik wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data maka

diperoleh data penelitian sebagai berikut : 1) Pelaksanaan Tardasi Bau

Nyale Pada Masa Pandemi Covid-19, Di Desa Kuta Kecamatan Pujut

Kabupaten Lombok Tengah 2) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tradisi

Bau Nyale Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

Data hasil penelitian di uraikan berdasarkan hasil wawancara yang

telah dilakukan oleh beberapa subyek dan informan penelitian di kawasan

Desa kuta Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Data hasil

penelitian ini disajikan sesuai masalah penelitian. Deskripsi data tersebut

meliputi data hasil wawancara sebagai berikut :

1. Pelaksanan Tradisi Bau Nyale Pada Masa Pandemi Covid-19

a. Pendapat masyarakat terhadap pelaksanaan bau nyale pada

masa pandemi Covid-19

1. Latar belakang terjadinya tradisi bau nyale

Latar belakang terjadinya tradisi bau nyale sebagai

bentuk perwujutan dari beberapa peristiwa penting yang pernah

42
di alami oleh masyarakat desa kuta. Tradisi ini merupkan tradisi

turun temurun dari nenek moyang yang tidak diketahui secara

jelas kapan munculnya tradisi tersebut. Beberapa informan

memberikan pertanyaan tentang hal tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara dengan informan 1 bapak SPI selaku tokoh adat

wawancara dilaksanakan pada hari kamis tanggal 4 november

2021 pukul 09:30 beliau mengatakan bahwa :

“Lahirnya tradisi bau nyale ini sejak sebelum islam, karena


tradisi ini merupakan tradisi turun temurun dari nenek
moyang yang tetap dilakukan penduduk setiap tahun tetapi
menurut cerita yang kita dengar dari orang tua yang
sangat mereka yakini kebenarannya sampai sekarang,
bahwa kejadian nyale berasal dari putri mandalika yang
sangat cantik putri tersebut menurut salah satu cerita,
bernama Mandalika putri dari raja tonjeng beru dan
istrinya dewi seranting karena kecantikan putri tersebut
banyak raja dan pangeran yang ingin melamarnya, kalau
salah satu lamaran dari pangeran tersebut diterima maka
akan menimbulkan peperangan antara raja yang bersaing
untuk mendapatkan putri mandalika. Maka agar adil dan
merata dapat dinikmati oleh seluruh rakyat putri
mandalika rela menceburkan diri ke laut kemudian
menjelma menjadi Nyake sehingga masyarakat masih
mempercayai kejadian tersebut.
Sedangkan menurut penuturan informen 2 bapak LB selaku

tokoh adat wawancara dilaksanankan pada hari kamis 4 november

2021 pukul 13:30 beliau mengatakan bahwa :

“laek lek lombok bagian selatan arak kerajaan sak te


pimpin isik tonjeng beru dait seninen aran dewi seranting
bedoa anak nine sak mun beng aran Putri Mandalike, putri
mandalike ne putri ska terkenal enges solah, baik tutur
bahasen ye sopan mampun pikat angen pangeran sak aran
aria bumbang aria johor aria sawing ye perebut putri
mandelika seuahn berebun mentu putri mandalika sini ndk

43
tau pelek salah skekn sengak lamum pelek salah sekekn an
perang an terjadi pertumpahan darah. Akhirn putri
mandalika korbanan dirikn bejanjin lemak adem pade baitk
bareng-bareng lek pantai seger tanggal 20 bulan 10
kalender sasak. (Dulu di lombok bagian selatan ada sebuah
kerajaan yang di pimpin oleh raja yang bernama tonjeng
beru dan istrinya bernama dewi seranting memiliki seorang
putri yang di beri nama Putri mandalika. Putri yang
berparas cantik dan baik hati dengan parasnya yang cantik
mampu memikat hati pangeran yang bernama aria
bumbang, aria sawing dan aria johor, sesudah berebutan
putri mandalika tidak memilih salah satu diantara mereka
dasar putri mandalika tidak memilih salah satu dari
mereka akan terjadi pertumpahan darah akhirnya putri
mandalika berjanji agar di ambil sama-sama besok di
pantai seger pada tanggal 20 bulan 10 kalender sasak .

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informen 3

bapak EP selaku tokoh adat wawancara dilakukan pada hari senin

tanggal 8 november 2021 pukul 10:00 beliau mengatakan bahwa :

“Di lombok tengah ada tradisinya dari dulu yaitu bau


nyale. Dulu ceritanya ada seorang raja yang bernama
tenjeng beru dan istrinya dewi seranting mmempunyai 1
anak perempuan yang diberi nama Putri Mandalika yang
terkenal di gumi lombok ini sebagau putri nyale. Konon
katanya dahulu putri mandalika ini men jadi rebutan oleh
beberapa pangeran yang bernama aria dundang, aria
sawing dan aria johor, kalau putri mandalika ini memilih
salah satu di antara mereka maka akan terjadi
perperangan. Pada akhirnya putri mandalika ini bersemedi
memikirkan bagaimana jalan tengahnya. Usai bersemedi
putri mandalika memerintahkan rakyaktnya untuk
mengundang pangeran beserta rakyatnya berkupul di bukit
seger sesui yang di perintahkan sang putri. Pada tanggal
20 bulan 10 kalender sasak sang putri menepati janjinya
putri mandalika dengan paras yang cantikpun pun datang
di usung oleh prajurit stibanya di bukit seger putri berdiri
menghadap ke semua rakyat yang datang menyaksikan

44
jawaban sang putri.dengan suara lantam sang putri
berkata :

Wahai ayahanda dan ibunda saya sudah


menentukan pilihan bahwa saya untuk
kalian semua

Tidak lama kemudian sang putri menjatuhkan diri teriakan


rakyat yang memanggil-manggil sang putri seluruh rakyat
yang hadir pada bergegas turun mencari sang putri namun
jasadnya tidak di temukan tidak lama setelah menjatuhkan
diri muncul cacing kecil yang berwarna warni merah,
hujau coklat, rakyat yakin bahwa itu jelmaan dari putri
mandalika karna warna hijau, merah coklat adalah warna
slendang yang di kenakan oleh sang putri sebelum
menjatuhkan diri.

Cerita lahirnya tradisi nyale ini diceritakan secara rinci oleh

bapak SPI, bapak LB, dan bapak EP selaku tokoh adat di desa kuta

dan diperkuat oleh sumber tertulis yang mengemukakan tentang

tradisi bau nyale dalam buku “kebudayaan dan pariwisata” di

susun oleh Muaini, M. Pd. Dan buku cerita rakyat PUTRI

MANDALIKA asal mula upacara tradisi bau nyale Oleh ache

Nuhi.

45
Gambar 1.1 gambaran putri mandalika saat menjatuhkan diri

(Dokumentasi : karya Fauzi)

Beberapa hari sebelum nyale keluar hujan turun deres di

siang hari sampai malam hari disilangi dengan kilatan petir dan di

sertai dengan angin. Kemudian pada bulan 10 tanggal 19-20 pada

perhitungan sasak sebelum subuh nyale mulai keluar bersama

ombak,nyale keluar hanya sebenar setelah itu lenyap dari

permukaan laut bersama dengan matahari terbit dari timur. Di

samping peristiwa di atas lahirnya tradisi bau nyale dilatar blakangi

oleh adat istiadat suku bangsa yang masih kuat yang tetep

dipertahankan sampoai sekarang, karena tradisi bau nyale ini

mereka jadikan sebagai upacara meminta kesuburan tanaman padi

yang baru selesi di tanam dengan harapan akan memperoleh hasil

panen yang baik pada tahun bersangkutan.

46
Sebelum pandemi Covid-19 tradisi ini sudah dilakukan

turun temurun oleh suku sasak nama bau nyale ini di ambil dari

dua kata “Bau” artinya menangkap sedangkan “Nyale” artinya

cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah

permukaan laut. Nyale ini muncul hanya sekali dalam setahun di

pantai selatan pulau lombok. Tradisi bau nyale ini merupakan

tradisi menangkap cacing laut yang di adakan di pantai seger Kuta,

kabupaten lombok tengah.

Namun niat masyarakat yang sudah mendarah daging di

tradisi nyale ini tidak akan menyurutkan niat mereka skalipun

pemerintah tidak mendukung. sehingga melalui sangkep warige

(rapat bersama) baik tingkat desa, kecamatan dan kabupaten,

provinsi, bahwa pemerintah terkait sekedar mengamankan saja

membuat aturan supaya masyarakan itu nyaman, aman dalam

rangka penangkapan nyale seacra tradisional artinya tidak di

dukung oleh pemerintah melalui hiburan hiburan yang ada.

Tradisi bau nyale ini sudah menjadi daya tarik yang di

tunggu-tunggu kedatangannya oleh para wisatawan asing.

Sebelum terjadinya pandemi Covid-19 acara tradisi bau nyale ini

berangsur meriah banyak hiburan yang di adakan oleh pemerintah

daerah. Banyak wisatawan yang datang memadati. Beragam

kesenian budaya khas sasak juga di tampilkan, Masyarakat yang

47
datang bukan dari lombok tengah saja yang datang memeriahkan

bahkan ada yang dari luar lombok tengah. Adapun hiburan yang

diadakan oleh pemerintah daerah yaitu :

1. Fhoto contest

2. Peresean

3. Pelatihan dasar SDM pariwisata goes to school,

4. Dialog kreatif dan fashion

5. Pemilihan putri mandalika

6. Mandalika Fashion Carnival

7. Kampung kuliner dan tentunya malam puncak acara

festival pesona bau nyale.\

Acara ini berlangsung hingga pagi hari, dipadati

masyarakat dan wisatawan yang sangat antusias menyaksikan dan

mengikuti seluruh rangkaian kegiatan ini, banyak masyarakat yang

datang dari penjuru daerah bukan masyarakat lombok tengah saja

membangun tenda hampir di seluruh kawasan pantai seger Lombok

Tengah untuk menginap dan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Sebelum pandemi pada tahun 90 an Nyale ini di dukung

dan di promosikan oleh LTDS (lombok turizem depolikmen

komplesesion) yang sekarang ITDS (Indonesia Taurism

Development Coporation) di buatkanlah kegiatan-kegiatan hiburan,

di promosikan barulah mulai di kenal oleh wisatawan baik

48
mancanegara ataupun domistik atau di luar lombok, yang dulunya

skalipun di promosikan seperti ini barang kali di dengar tetapi tidak

di gubris sehingga promosinya ITDS Indonesia Taurism

Development Coporation) untuk menjual sumber daya alam yang

sangat mendukung untuk wisatawan maka di dukunglah oleh

pemerintah melalui dinas terkait yaitu dinas Pariwisata, kabupaten

provinsi, bahkan pusat, kemudian setelah itu tradisi bau nyale ini

dijadikan event atau acara skala nasional bahkan internasional

namun karena pandemi 2 tahun ini kegiatan kegiatan-kegiatan

hiburan-hiburan di tiadakan karena tidak boleh mengadakan

krumunan harus jaga jarak sehingga kegiatan 2 tahun ini dalam

rangka acara tangkap nyale ini di hentikan.

Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa subyek

penelitian mengenai tradisi bau nyale pada masa pandemi Covid-

19 di pantai seger tepatnya di Dusun Bunut, Desa Kuta Kecamatan

Pujut Lombok Tengah. Berikut adalah deskripsi data dari beberapa

subjek penelitian yang sudah di tentukan, yaitu : Wawancara

dilakukan pada hari jum’at tanggal 5 november 2021 pukul 14:00.

Subjek 1 bernama RA Hal pertama yang ditanyakan terlebih

dahulu oleh peneliti yaitu tentang pelaksanaan bau nyale pada masa

pandemi covid-19. Subjek 1 mengatakan bahwa :

“pelaksanaan bau nyale pada tahun ini sama seperti tahun


sebelumnya, di saat pandemi maupun tidak hanya saja
pada tahun ini tidak semeriah tahun-tahun

49
sebelumnya,hanya bau nyale saja,tidak ada hiburan itu pun
sebelum menjelang pagi hari polisi datang untuk
membubarkan masyarakat dan dihimbau untuk kembali ke
rumah masing-masing. tidak ada acara besar untuk tahun
ini untuk memeriahkan bau nyale”.

Memang untuk tahun ini pemerintah tidak mengadak event,

mengundang artis, hanya bau nyale saja tidak ada acara lain

dikarenakan masih dalam masa pandemi Covid-19 guna untuk

memutuskan tali rantai penyebarannya. Sedangkan dari penuturan

subjek 2 hasil wawancara peneliti dengan sodara AP pada hari

sabtu tanggal 6 november 2021 pukul 09:00 beliau mengatakan

bahwa:

“pelaksanaan bau nyale pada masa pandemi sangat meriah


seperti biasanya, hanya saja pengunjing tidk terlalu banyak
dikarenakan masih dalam masa pandemi Covid-19,
pemerintah membatasi pengunjung yang ikut melaksanakan
bau nyale dan tidak seramai tahun lalu”.
Seperti yang dikatakan oleh subyek AP memang pada

pelaksanaan bau nyale tahun ini pengunjung dibatasi masyarakat

diluar lombok tengah tidak diperbolehkan masuk, polisi menjaga di

setiap jalan menuju ke arah seger biasanya orang-orang dri luar

lombok tengah sperti mataram, lombok barat datang berjualan,

bahkan ada juga yang datang, membangun tenda, karena masih

dalam masa pandemi untuk tahun ini hanya masyarakat lombok

tengah saja yang boleh melaksanakan tradisi bau nyale. Sedangkan

penuturan subjek ke 3 saudara AR wawancara dilakukan pada hari

50
sabtu tanggal 6 november 2021pukul 14:00 beliau Mengatakan

bahwa :

“jika saya melihat ada dampak positif dan dampak negatif,


dampak positifnya dimana masyarakat setempat akan
mendapatkan untung dari kegiatan bau nyale tersebut
karena dapat memanfaatkan lahan kosong menjadi tempat
parkir, tempat berjualan, dan dampak negatifnya adalah
disaat tradisi bau nyale ini akan menimbulkan kerumunan
masa. karena masih dalam masa pandemi Covid-19 jadi
setiap masyarakat yang masuk seger harus menunjukkan
KTP kalopun ada yang dari luar lombok tengah tidak di
izinkan masuk mengikuti pelaksanaan bau nyale.
Seperti yang dikatakan oleh AR banyak masyarakat

setempat yang menggunakan lahan kosong sebagai tempat usaha,

seperti berjualan, tempat parkir sebelum adanya pandemi covid-19

masyarakat diluar lombok tengah banyak yang datang berjualan,

karena sekarang pandemi Covid-19 mereka tidak diperbolehkan

masuk. Hasil wawancara peneliti dengan subjek ke 4 saudari VS

wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 23 desember

2021pukul 13:00 beliau mengatakan ;

“Bau nyale tahun inie biase doang ndekn rame marak


tahun sak uah, lamun tahun uik jekn slapuk tepekarak
hiburan sik pemerentah rame penok hiburan orkes, artis-
artis luah masih dateng doang laguk nani suran sak uah
dateng pandemi covid-19 sini muk sepi arak jek arakn
dengn bau nyale bau nyale tok laguk sahn rame tutu taokn
tejagak sik polisi (bau nyale pada tahun ini biasa saja tidak
ramai,seperti tahun kemaren tahun lalu semua hiburan
digelar oleh pemerintah di undangkan artis-artis ikut
memeriahkan tapi sekarang setelah pandemi Covid-19 sepi
ada sih orang yang bau nyale tapi tidak terlalu ramai, di
setiap tempat di jaga oleh polisi”.

51
Bau nyale pada masa pandemi seharusnya di tiadakan sebab

akan memicu kerumunan masyarakat dan penyebaran Covid-19.

Namun karna Bau Nyale ini sudah menjadi tradisi setiap tahun bagi

masyarakat lombok terutama lombok tengah jadi sulit untuk

melarang masyarakat untuk tidak berburu nyale. Bau nyale tahun

ini tetap dilaksanakan tapi berbeda dengan tahun-tahun

sebelumnya yang di gelar dengan meriah dan adanya kegiatan

hiburan.tapi untuk tahun ini tanpa ada acara hiburan, festival,

karena masih pada masa pandemi Covid-19. Jadi kegiatan bau

nyale pada tahun ini seperti zaman dulu hanya aktivitas bau nyale

di laut saja, tanpa ada acara hiburan, Tanggapan subyek tentang

pelaksanaan bau nyale pada masa pandemi Covid-19 mengatakan :

Hasil wawancara peneliti dengan subjek 1 sodara RA

Wawancara dilakukan pada hari jum’at tanggal 5 november 2021.

Subjek 1 bernama RA beliau mengatakan :

“tanggapan saya sendiri bau nyale tetap dilaksanakan


tanpa ada ceremony (upacara) yang dapat mengudang
kerumunan masyarakat, karena tradisi bau nyale ini
tradisi turun temurun dan hanya ada di Lombok saja”

Sedangkan dari penuturan subjek 2 saudara AP Wawancara

dilakukam pada hari sabtu tanggal 6 november 2021 pukul 09:00

beliau mengatakan:

“Bau nyale pada masa pandemi covid-19 ini kurang


meriah dikarenakan sudah tidak ada kegiatan hiburan,

52
event, pentas seni, drama, tpi tidak menyurutkan saya
untuk tidak ikut berburu nyale ini”.

Memang benar yang di katakan oleh Subjek 2 bau nyale

pada tahun ini kurang meriah karena covid-19 hanya bau nyale saja

kembali seperti Bau Nyale (menangkap nyale) pada zaman dulu

hanya bau nyale saja tanpa hiburan seperti tahun sebelumnya.

Sedangkan penuturan subjek 3 saudara AR wawancara dilakukan

pada hari sabtu tanggal 6 november 2021 pukul 14:00 beliau

Mengatakan;

”kalau menurut saya sendiri tentang Bau nyale pada masa


pandemi ini merupakan hal yang sangat merugikan bagi
pemerintah karena akan menimbulkan angka covid yang
lebih besar apa lagi ini tradisi yang hampir penjuru
lombok ikut melaksanakannya ribuan masyarakat lombok
ikut memeriahkan bau nyale ini, Karna ini tradisi turun
temurun dan tidak bisa dihilangkan, jadi pemerintak m
enganjurkan masyarakat yang ikut Bau nyale menggunakan
protokol ksehatan ”.

Sedangkan penuturan subjek ke 4 saudari VS pada pada hari kamis

tanggal 23 desember 2021beliau mengatakan

Ole apen yakt uni Sebenern ndekn yak te arak’an bau nyale
ini sikn sak Covid-19 aden ndek menyebar luasdengan sak
bakat laguk iye sak aran tradisi elek laek elek papuk balok
jarin sulitn yak pade tebalak dakakn tejagak si polisi masih
arak doang langan aden pade mauk lalo mbau, tebengt lalo
mbau laguk harus kadu masker mut ndek kadu masker
tesuruhm tulak (kita mau bilang apa sebenarnya bau nyale
ini tidak akan di adakan tapi karena tradisi ini sudah
mendarah daging di masyarakat jadi sulit untuk melarang
masyarakat skalipun di jaga oleh polisi ada saja jalan agar
mereka dapat bau nyale di izinkan kita bau nyale tapi harus

53
menggunakan masker, kalu tidak menggunakan masker
disuruh pulang”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek mengenai

masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Berdasarkan

hasil wawancara peneliti dengan sebjek 1 saudara RA pada hari

jum’at tanggal 5 november 2021 pukul 14:00 beliau mengatakan

bahwa :

“banyak masyarakat yang mengabaikan protokol ksehatan,


padahal sudah dihimbau untuk tetap menggunakan masker
sulit skali untuk menertipkan masyarakat yang sekian ratus
orang agar tetap menggunakan masker”.

Sedangkan dari penuturan subjek ke 2 saudara AP wawancara

dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 6 november 2021 pukul 09:00

beliau mengatakan:

“masih banyak masyarakat yang pelanggar protokol


kesehatan terutama hal dalam menggunakan masker,
dikarenakan keterbatasan pengunjung dan di bolehkan
untuk masyarakat lombok tengah saja sehingga
pelaksanaan bau nyale pada masa pandemi ini tidak rame
seperti tahun sebelumnya jadi jaraknya juga tidk terlalu
dekat”.

Seperti yang di katakan oleh saudara AP pelaksaan bau

nyale pada tahun ini tidak meriah bahkan pengunjung yang

54
datang tidak telalu banyak seperti tahun sebelumnya. Berikut

gambar Bau Nyale pada masa pandemi Covid-19.

Gambar Bau Nyale pada masa pandemi Covid-19

Sedangkan penuturan subjek 3 saudara AR wawancara

dilakukan pada hari sabtu tanggal 6 november 2021 pukul

14:00 beliau Mengatakan ;

“dikarenakan pengunjung dibatasi jadi masyarakat yang


ikut bau nyale tidak terlalu rame dan tidak berdeskan
jaraknya juga tidak terlalu dekat itu pu juga masih ada
masyarakat yang tidak mematuhi protokol ksehatan
terutama menggunakan masker ”.

Dan di perkuat oleh subjek ke 4 saudari VS wawancara

dilakukan pada hari kamis tanggal 23 Desember 2021pukul1

3:00 beliau mengatakan bahwa :

“Ye sukah pade tebarak laun kadang tamen kadu masker


pas sampe dalem mun pade lekak maskern laguk ndkn sak
rame lalok marak tahun uik tahun uik jak mulen padet
pacuk sik dengan bangun tendak sik dengan bedagang,
nani jek jenengn along sikn sak tebatasi dengan sak dateng
bau nyale ( sulit di beritau kalau sudah sampai di dalam

55
lokasi bau nyale maskernya dibuka, tapi masyarakat yang
datang tidak terlalu ramai seperti tahun sebelumnya padet
karena orang yang membangun tenda dan berjualan klok
tahun ini agak sepi karena kan pengunjungnya dibatasi”.
Tanggapan masyarakat mengenai Krumunan masa pada

tradisi Bau Nyale di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan

hasil Wawancara peneliti dengan Subjek 1 wawancara

dilakukan pada hari jum’at tanggal 5 november 2021. Beliau

mengatakan :

“menurut saya sendiri karena masyarakat yang datang bau


nyale dibatasi sehingga tidak terlalu rame, tidak
berdesakan seperti tahun-tahun sebelumnya dan jaraknya
pun tidak terlalu deka bisa di bilang agak renggang atau
jarang begitu”.

Hasil wawancara peneliti dengan subjek 2 saudara AP

wawancara dilakukan pada hari sabtu tanggal 6 november 2021

mengenai Pendapat masyarakat yang melihat krumunan masa

pada tradisi Bau Nyale di tengah pandemi Covid-19 beliau

mengatakan:

”bau nyale tahun ini memang dalam masa pandemi covid-


19 seharusnya ditiadakan karena mengundang keramaian
dan perkumpulan masyarakat namu karena sudah tradisi
sulit untuk melarang masyarakat, dan juga untuk tahun ini
semua acara seperti event, drama kolosal di tiadakan”.

Sedangkan penuturan subjek 3 saudara AR wawancara

dilakukan pada hari sabtu tanggal 6 november 2021 pukul 14:00

beliau Mengatakan ;

56
”kalau menurut saya tradisi bau nyale ini kan mengundang
banyak masyarakat, masyarakat yang datang kan hambir
ribuan orang seharusnya protokol ksehatan di perketat
lagi terutama penggunaan masker itu penting sekali tentu
hal ini seharusnya diperhatikan oleh petugas yang yang
menjaga acara bau nyale ini ”.
Sedangkang menurut penuturan subjek ke 4 saudari VS

wawancara dilakukan pada hari kamis 23 desember 2021

mngeatakan ;

“Rame jak rame.n Ndekn sak rame lalokn baun sepian nani
jekn dengan sak dateng kance dirik doang ndekn madek
sikn sak edak hiburan endah igin pade datang jam 02:00
lamun dengan duah jek lamun ite sak lek kute jam 4 waht
sak tu (ramai cuman tidak seramai tahun lalu orang yang
datang hanya bagian lombok tengah saja, tidak ada yang
bangun tenda tidak ada yang menginap karna tidak ada
hiburan juga makanya mereka datang jam 02:00 tapi klok
kita yang masyarakat kita paling jam 04:00 sudah disana”.

Tradisi bau nyale (menangkap Nyale) merupakan tradisi suku

sasak yang dirayakan setiap tahunnya. Tradisi ini sangat erat dengan

sejarahnya yang melegenda di tanah lombok. Tradisi bau nyale tersebut

selalu dirayakan dengan berbagai rangkaian acara seperti peresean,

karnaval, festifal, dan hiburan malam puncak yang mengundang sejumlah

artis nasional. Namun penyelenggaraan tradisi bau nyale pada tahun ini

tidak ada penyelenggaraan apapun yang di siapkan dari pemerintah

Kabupaten Lombok Tengah di masa pandemi Covid-19 ini yang melarang

adanya kerumunan masa.

57
Pemerintah daerah khususnya Dinas Pariwisata Lombok Tengah

selaku penanggung jawab acara telah menyatakan dari jauh hari

sebelumnya bahwa tahun ini agenda bau nyale tidak akan di gelar oleh

pemerintah. Namun karena telah menjadi tradisi turun temurun nenek

moyang masyarakat Lombok, tentunya sangat sulit untuk mencegah

masyarakat melaksanakan tradisi bau nyale ini sehingga tradisi Bau nyale

tetap diselenggarakan meski tanpa perayaan dari pemerintah daerah.

Melalui pantauan antusiasme masyarakat tidak berkurang

walaupun tidak adanya pagelaran hiburan, yang di gelar bau nyale tetap

terlaksana meskipu tidak seramai tahun sebelumnya. Sebelumnya

pemerintah telah menegaskan untuk tidak memperbolehkan warga yang

berasal dari luar lombok tengah untuk mengikuti acara rakyat tersebut

sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19.

Adapun pelaksanaan tradisi bau nyale pada masa pandemi Covid-

19 sebagai berikut:

a. Pembukaan tradisi bau nyale

Pembukaan plaksanaan bau nyale yang biasanya sebelum pandemi

Covid-19 di gelar oleh Pemerintah Kabupaten Lombok tengah namun

tahun ini terasa lebih special dibandingkan tahun sebelumnya.

Sebelum pandemi pembukaan Bau Nyale ini sangat meriah pemerintah

58
menyediakan panggung hiburan dan beberapa rangkaian acara. Namun

tahun ini karena masih pandemi Covid-19, rangkaian kegiatan yang

mengundang beribu-ribu masyarakat itu tidak dilakukan secara offline.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti subjek 1 saudara AR

wawancara dilakukan pada hari jum’at tanggal 6 november 202 pukul

14:00 mengatakan bahwa :

“pembukaan bau nyale biasanya diawali dengan sambutan-


sambutan dilanjutkan dengan pementasan drama putri mandalika
yang dimana drama tersebut menceritakan tentang kisah asal-
muasal putri mandalika ini. bagaimana pengorbanan putri
mandalika hingga berubah menjadi nyale, tapi sejak 1 tahun
terakhir ini tidak ada kegiatan karna masih dalam masa pandemi
bau nyale saja yang biasanya masyarakt sebelum menjelang
magrib sudah memadati lokasi tapi karena pandemi ini jadi
masyarakat yang jarak rumahnya lumayan jauh kadang datang
puku 03:00 pagi pukul 04:00 pagi.

Foto diatas adalah salah satu tradisi menyambut acara Bau Nyale

yang sampai saat ini masih dilakukan yang bertempat di Pantai Seger

Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah, Perisean

adalah tradisi wariasan nenek moyang bagian dalam upacara adat Suku

59
Sasak. Perisean dahulu dan sampai saat ini adalah ritual dalam upacara

ngayu-ngayu atau disebut juga dengan istilah Nede yakni upacara untuk

memohon hujan. Namun karena pandemi Covid-19 acara peresean ini

di tiadakan

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan subjek 2 saudara AP

wawancara dilakukan pada tanggal 6 november 2021 pukul 09:00,

beliau mengatakan bahwa :

“sebelum pandemi covid-19 pembukaan bau nyale sangat meriah


bahkan ribuan masyarakat dari penjuru lombok datang klok ada
hiburan, biasanya kami datang sore hari menginap di sana karna
masih pandemi covid-19 tidak ada hiburan hanya bau nayle saja
jadinya kami brangkat jam 04:00 dini hari”.

Pelaksanaan bau nyale tidak hanya menangkap cacing laut saja.

Namun lebih dari itu ada terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Kuta. Berikut ada beberapa hal yang dilakukan dalam

tradisi bau nyale.

1. Persiapan

Masyarakat biasanya mempersiapkan diri untuk melakukan

tradisi bau nyale ini , hal-hal yang disediakan yaitu peralatan

serta tenaga untuk menangkap nyale. Hal ini karena nyale di

tangkap menggunkan alat khusus sehingga perlu dipersiapkan

terlebih dahulu. Alat-alat untuk menangkap nyale sebagi

berikut :

60
1. Sorok (jaring bertangkai) digunakan untuk menangkap

nyale

2. Senter yang di ikatkan ke kepala agar lebih mudah

menerangi saat bau nyale dilakukan

3. Ember /baskom guna untuk meletakan nyale yang

sudah di tangkap

61
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Salah seorang

subjek 2 saudara AP wawancara dilakukan pada hari sabtu tanggal

6 november 2021 pukul 09:00 mengatakan :

“Yang paling di perlukan dalam pelaksanaan bau nyale


ini adalah senter wadah/tples tempat meletakkan nyale
yang sudah di yangkap dan sorok (jaring yang
bertangkai) tas ransel bekal makanan karena disana
kan tidak di izinkan berjualan .”

Masyarakat berangkat menuju lokasi bau nyale sehari atau

dua hari sebelum tanggal yang di tentukan. Masyarakat yang pergi

biasanya bersama keluarga atau kerabat mereka atau bersama

dengaan warga desa. Selain bau nyale masyarakat juga

mempersiapkan tenaga karena mereka akan menunggu nyale

muncul waktu menjelang subuh menjelang matahari terbit,

sehingga terkadang banyak masyarakat yang tak tidur.

Sedangkan menurut penurutan subjek 3 atas nama AR

wawancara dilakukan pada hari sabtu tanggal 6 novenber 2021

pukul 14:00, beliau mengatakan:

“yang harus ada saat bau nyale adalah wadah, atau tempat
untuk meletakkan nyale yang sudah di tangkap jaring dan
senter itu yang harus ada kalopun tudak ada sorok bisa
menggunakan tangan tapi agak sulit mengingat nyale ini
kan lincah dan licin.

Bau nyale dilakukan pada waktu pagi hari Sekitar Jam

04:00 sampai sebelum terbitnya matahari dari arah timur.

Proses menangkap nyale ini dilakukan dengan menggunakan

62
jaring khusus yang berbentuk huruf U. Jaring yang berbentuk

huruf U di ikat dengan jaring di belakangnya. Waktu

menangkap nyale dimulai puku 04 : 00 pagi sampai terbitnya

matahari nyale yang bermunculan dari batu karang tersebut

kemudian di sorok (serok) dengan jaring yang berbentuk huruf

U tersebut di butuhkan kesabaran agar tangkapan banyak,

mengingat cacing ini cukup lincah dan licin.

masyarakat yang tinggal di pesisir pantai selatan, selalu

menyelenggarakan tradisi bau nyale. tetapi bagi masyarakat

yang berada di daerah utara tradisi bau nyale jarang di ikuti dan

hanya menerima cerita, melalaui di adakannya festival bau

nyale 2021 menjadi salah satu wadah memperkenalkan budaya

lokal sebagai warga luas. Hal ini dilakukan untuk terutama

generasi muda terutama seluruh kecamatan yang ada pada

lombok tengah. Tradisi bau nyale menjadi salah satu tradisi

budaya yang hanya ada di masyarakat suku sasak sudah

seharsnya dilestarikan dan di perkenalkan terutama untuk

generasi muda tak hanya mengenal tradisi luar.

Bau nyale 2021 di gelar dengan penerapan protokol

ksehatan Covid 19 yang ketat dan sejumlah acara di gelar

secara virtual melalui jejaring media sosial. Dinas pariwisata

NTB lalu muhammad fauzal mengatakan pelaksanaan festival

bau nyale atau menangkap cacing laut 2021 akan berbeda

63
dengan tahun sebelumnya, sebab semua kegiatan nantinya akan

di rekam dan disiarkan melalui website dan medsos resmi dinas

pariwisata NTB, seperti facebook dan youtube , dikarenakan

saat in masih dalam masa pandemi jadi kita semua harus

mematuhi protokol kesehatan.

Semua seremoni di lakukan secara virtual atau online”

ujarnya di mataram (10/2). Ia mengatakan puncak bau nyale

akan di gelar 3-4 maret 2021 di kawasan pantai seger desa kuta

kecamatan pujut kabupaten lombok tengah festival akan diisi

dengan berbagai kegiatan seperti fashion show, diskusi

pariwisata dan industri kreatif, forum dialog ekonomi kreatif

dan beberapa kegiatan lainnya.

bau nyale yang berkaitan erat dengan legenda putri

mandalika di lombok tengah memng merupakan tradisi tahunan

yang dilaksanakan masyarakat di sepanjang kawasan selatan

pulau lombok. Ribuan masyarakat biasanya berbondong-

bondong ke pantai untuk membiuru cacing laut jenis wawo,

yang diyakini sebagai jelmaan putri mandalika. Tradisi bau

nyale ( menangkap cacing laut) di pantai selatan kabupaten

lombok tengah dipastikan tetap di gelar. Namun, kegiatan yang

telah menjadi event kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif

tersebut dilaksanakan tanpa adanya acara seremonial atau

hiburan akibat dampak dari pandemi Covid-19.

64
Dampak dari pandemi tersebut, pelaksanaan bau nyale

tahun 2021 tidak dilaksanakan seperti tahun sebelumnya yang

digelar dengan adanya berbagai kegiatan hiburan. Hal itu

dilakukan untuk mencegah adanya kerumunan masa dan

mengantisipasi penyebaran Covid-19, bau nyale tahun ini di

serahkan kepada masyarakat , karena tradisi ini diserahkan

kepada masyarakat, karena ini merupakan tradisi yang harus

tetap dilakukan. bau nyale tahun 2021 ala covid-19 atau

seperti zaman dahulu hanya aktivitas bau nyale di laut ,

tutupnya.

Tradisi bau nyale di lombok sudah berlangsung sangat

lama. Menurut wacana ( 1983:42), tradisi bau nyale mulai

dilakukan berdasarkan dari perhitungan kalender sasak yaitu

kalender wariga. Bulan satu kalender wariga di tandai dengan

munculnya bintang rowot, bintang rowot merupakan istilah

bahasa sasak dari bintang pleides, bintang rowot biasanya

muncul pada bulan mei, oleh karena itu awal bulan kalender

wariga jatuh pada bulan mei (kohar,2017 :69-78).waktu

perayaan tradisi bau nyale.

b. Pelaksanaan tardasi Bau Nyale

1. Waktu pelaksanaan Bau Nyale

Tradisi 2021 akan di gelar dengan penetapan protokol

ksehatan Covid-19 yang ketat. Bau nyale skarang mengalami

65
perubahan karena dalam masa pandemi covid-19. Kepala

dinas pariwisata Provinsi NTB H. Lalu muhammad faozal

mengatakan bau nyale tahun 2021 dipastikan tetap akan

digelar di kawasan pantai kuta lombok tengah Dijelaskan

oleh bapak faozal untuk proses bau nyale atau menangkap

nyale akan di gelar secara offline atau secara langsung

tentunya dengan tetap memperhatikan penerapan protokol

Covid-19. Bapak faozal mengatakan ;

“kita akan segera berkoordinasi dengan pemkab


lombok tengah, kepolisian dan juga dari unsur TNI
untuk bersama-sama mengawal proses bau nyale
dengan menerapkan protokol Covid-19 yang benar-
benar maksimal”.
Tradisi bau nyale digelar 1 kali dalam setahun

biasanya jatuh pada pertengahan bulan februari. Untuk

menentukan kpan bau nyale dilaksanakan diadakannya

sangkep warige (rapat bersama) yang mengundang

beberapa tokoh adat. Hal ini berdasarkan hasil rapat

penentuan bau nyale oleh sejumlah tokoh adat dan

masyarakat di kabupaten lombok tengah, Nusa Tenggara

Barat. Awal sangkep warige (rapat bersmaa) untuk

penentuan hari penangkapan bau nyale (cacing laut) yang

dikenal dengan tradisi bau nyale itu dilaksanakan di kantor

camat Pujut, dan di tindak lanjuti ke kabupaten pariwisata

66
umumnya di Dinas Pariwisata untuk penentuan hari H

penangkapan nyale.

Hasil wawancara peneliti dengan Informan bapak SPI

selaku tokoh adat desa kuta wawancara dilakukan pada hari

kamis tanggal 4 november 2021 pukul 09:00 beliau

mengatakan bahwa ;

“Sangkep warige (Rapat bersama) dilaksanakan akhir


desember - awal januari, kita rapat bersama
pemerintah terkait dan tokoh- tokoh terkait tokoh
budaya karena pemerintah tidak tau perhitungan
sasak sehingga kita undang tokoh budaya yang tau
kalender sasak sehingga melalui rapat itulah kita
putuskan tanggal brapa hari apa dan bulan apa nyale
keluar”.

Pada kesempatan tersebut, sepat mencuat 2 pendapat

atau versi yang berdasarkan hitungan tanggal rawot,dimana

tanggal 20 bulan 10 penanggalan sasak jatuh pada tanggal

2-3 Februari 2021. Namun dari pendapat tokoh masyarakat

yakni nyale di prediksi akan muncul atau tumpah pada

tanggal 3-4 maret 2021. Dalam pelaksanaan sangkep

warige para tokoh sasak lombok bermusyawarah untuk

menentukan hari tanggal dan bulan bau nyale tahun 2021,

sempat terjadi perdebatan Perdebatanpun tidak bisa

dihindari, sebab jika perujuk pada lagenda Bau Nyale atau

Legenda Putri Mandalika, pelaksanaan bau nyale jatuh pada

setiap tanggal 20 bulan 10 penanggalan sasak.

67
Namun sejumlah tokoh masyarakat yang hadir mengacu

pada pertanda alam yang terjadi. Dimana berdasarkan

hitungan dan bacaan sejumlah tokoh, kalau nyale akan

tumpah pada tanggal 3-4 maret 2021. Dan sekaligus tanggal

tersebut di sepakati sebagai waktu pelaksanaan bau nyale

2021. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang dan

alot, akhirnya sangkep warige penetapan hari H

pelaksanann Bau nyale tahun 2021 memutuskan dan

menetapkan nyale akan tumpah atau banyak pada tanggal

3-4 maret 2021.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informen

2 bapak LB selaku tokoh adat wawancara dilakukan pada

hari kamis tanggal 4 November 2021 pukul 13:30 beliau

mengatakan:

“Pandemi Covid-19 bukan menjadi tantangan dan


halagan masyarakat lombok tengah untuk
melaksanakan tradisi tahunan masyarakat lombok
Bau nyale. Pandemi Covid-19 bukan menjadi
halangan kita untuk melaksanakan kegiatan yang
sakral bau nyale bagi masyarakat lombok tengah,
banyak solusi yang harus dijalankan yakni 3M
( menjaga jarak, menggunakan masker, dan
mencuci tangan dengan sabun), jadi solusi bukan
penghalang pelaksanaan pelaksanaan bau nyale.

68
seperti apa yang dikatakan oleh Informan bapak SPI

selaku tokoh adat wawancara dilakukan pada hari kamis 4

november 2021 pukul 09:30 beliau mengatakan bahwa ;

“kalaupun salah perhitungan Nyale ini dia tidak keluar


karena erat kaitannya dengan faktor alam, suhu
menurut rapat rapat yang sudah saya ikuti selama ini
bahwa nyale ini akan bahwa nyale ini keluar bulan 10
tanggal 19-20 pada perhitungan sasak yang jugak di
dukung dengan faktor alam, hujan, dsertai angin,
karena suhu karang itu jugak bisa mendorong sehingga
terjadi bunyi- bunyian seperti petir dan sebagainya,
hujan dan faktor pasang surutnya air laut sehingga
harus pada tanggal 19, 20 bulan 10 peritungan sasak
baru bisa keluar yang skalipun ada istilahnya nyale
poto, bisa saja nyale poto itu keluar menurut
pengalaman bapak supriadi tapi tergantung faktor alam
jugak, tentang pasang surutnya air laut dan jugak
faktor alam yang bagaimana kedinginan sehingga
secara umum nyale ini sekali setahun.

2. Pelaksanaan di lokasi

Lokasi yang biasanya digunakan sebagai tempat bau nyale

bagi masyarakat Lombok Tengah khususnya masyarakat Desa

Kuta ialah pantai seger. Pantai ini terletak di bagian timur Kuta

Lombok Tengah Tepatnya Dusun Bunut Desa Kuta Kecamatan

Pujut Lombok Tengah, lokasinya berjarak 2 km dari pantai

kuta karena memang berada pada 1 garis pantai yang sama.

Pada saat berada di lokasi bau nyale, masyarakat biasanya

menggunakan waktu menunggu nyale muncul dengan

berkumpul dengan warga lain. Biasanya masyarakat

mendirikan tenda kemudian berkumpul dengan warga lain.

69
Namun karena pada masa pandemi Covid-19 masyarakat yang

datang dibatasi, sudah tidak ada lagi masyarakat yang

membangun tenda karena kebanyakan masyarakat datang pukul

02:00 pagi, sedangkan masyarakat desa kuta sendiri datang

menangkap nyale setelah solat subuh. Berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan inforemen 1 Bapak SPI selaku

tokoh adat pada hari kamis tanggal 4 november 2021 pukul

09:30 beliau mengatakan :

“pelaksanaan bau nyale di seger berkurang tidak terlalu


ramai, yang turun bau nyale juga tidak banyak hanya
masyarakat Lombok Tengah saja, tidak seramai tahun lalu
kalau tahun lalu bukan masyarakat lombok tengah saja
yang datang menangkap nyale ini ada yang dari mataram
Lombok barat bahkan yang datang dari lombok timur pun
ada”.

Dan di perkuat oleh informen 2 bapak LB selaku tokoh

adat wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 4 november

2021 pukul 13:30 beliau mengatakan

“warga lombok tengah datang hadir bau nyale ada


yang jalan dari selong, mawun, seger, tampah ada yg
menangkap di An juga menyebar, memang tetap menyebar
tapi yang tempat puncak acara bau nyale itu di seger, ada
yang menangkap nyale menggunakan sampan kadang
sampai dapat 3 sampai 4 bak (ember) yang 2 bak saja
kadang isinya sampai 7 kilo, kalau dpat banyak biasanya
dijual ke pasar kuta tetapi karnapengunjung sepi akibat
pandemi, tidak seperti tahun sebelumnya kurang peminat
akhirnya mereka pindah pergi ke pasar sengkol, akibat

70
pandemi covid-19 ini betul betul berubah drastis ekonomi
masyarakat menurun drastis

Sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan informen


3 bapak S selaku kpala dusun merendeng desa kuta pada hari
selasa tanggal 21 desember 2021 pukul 14:00 beliau
mengatakan bahwa :

“Memang bau nyale pada tahun ini berbeda dengan tahun


sebelumnya di mana di tahun ini pelaksanaan bau nyale
kembali ke zaman dulu bau nyale saj, pelaksanaan bau
nyale di seger ya sama saja seperti tahun tahun
sebelumnya hanya yang membedakan tidak ada hiburan,
pengunjung yang datang dibatasi tetapi, meskipun tanpa
hiburan tidak menyurutkan niat masyarakat untuk berburu
nyale yang keluar sekali dalam setahun ini”.

Pada saat subuh, setelah air surut masyarakat turun ke laut

untuk menangkap nyale yang muncul di permukaan. Setalah

mendapat nyale beberapa masyarakat mengkonsumsi langsung

nyale yang masih hidup, memberikan dampak ksehatan yang

lebih baik dari pada yang sudah di olah. Nyale yang tidak

dikonsumsi langsung di taruh di ember atau wadah yang sudah

dibawa oleh masyarakat untuk menjaga agar nyale tetap hidup.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek 1

saudara RA pada hari jum’at tanggal 5 November 2021 pikul

14:00 beliau mengatakan:

“pelaksanaan bau nyale pada masa pandemi Covid-19


dilokasi sangat rumit semua lokasi bau nyale di jaga
kita datang di sambut polisi yang berjaga, semua

71
masyarakat yang datang bau nyale sebelum masuk
lokasi diperiksa KTP terlebih dahulu apakah betul-
betul orang Lombok Tengah dan masker kalok tidak
menggunakan masker tidak di izinkan masuk, meskipun
dijaga tidak menyurutkan niat kami untuk tidak bau
nyale, tetap kami akan pergi bau nyale karna ini tradisi
masyarakat lombok tengah yg mendarah daging”.

Menurut penuturan subjek ke 2 saudara AP wawancara

dilakukan pada hari sabtu tanggal 6 november 2021 pukul

09:00 beliau mengatakan bahwa:

“bau nyale dilokasi sangat meriah meskipun tanpa


hiburan, tanpa adanya tontonan, menjelang waktu
subuh masyarakat dengan semngatnya turun ke laut
mencari nyale, yang biasanya masyarakat banyak
membangun tenda di sekitar lokasi bau nyale utuk
tahun ini tidak ada tapi itu semua tidak menyurutkan
niat masyarakat, tetap bau nyale kita kan mencaeri
nyale bukan hiburannya”.

Sedangkan Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan subjek

3 saudara AR pada hari jum’at tanggal 5 november 2021 pukul

14:00 beliau mengatakan

“nyale hilang kalau sudah muncul matahari dari ujung


timur, nyale sudah tidak ada yg keluar lagi saya
dengan teman-teman yang lain bersiap-siap untuk
pulang karena kalau sudah pagi atau matahari muncul
sedikit saja nyale sudah tidak ada skalipun mencari ke
tengah laut tidak akan ada karna begitu matahari
keluar nyale akan hilang”.

Setelah merasa air laut sudah mulai tinggi dan merasa nyale

sudah mulai habis masyarakat akan naik ke bibir pantai

kemudia mengemas barang bawaan masing-masing dan

72
berangkat pulang, jika nyale yang di tangkap merasa sangat

banyak warga masyarakat kuta biasanya menjual kepasar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek 4 saudari VS

pada hari selasa tanggal 23 desember 2021 pukul 13:00 beliau

mengatakan :

“kalau nyale sudah habis, dan tidak muncul lagi di


permukaan laut, kita siap-siap untuk pulang soalnya nyale
ini hilang kalau matahari sudah terbit”.

Bau Nyale atau berburu cacing laut yang hanya keluar di

tepi pantai pada waktu tertentu saja. Bau nyale diselenggarakan

setiap pada tanggal 20 bulan 10 berdasarkan penanggalan

sasak, biasanya jatuh pada bulan Februari atau Maret. Tradisi

ini sekarang telah dijadikan sebagai tradisi kegiatan tahunan

yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Sasak dan

sekitarnya.Tradisi ini hanya digelar sekali dalam setahun.

Dengan menangkap Nyale, warga mengartikan telah bertemu

dengan putri Mandalika yang menjelma sebagai cacing. Tak

heran jika dalam pelaksanaannya, ribuan warga dari berbagai

usia mengerumuni laut hanya untuk menangkap cacing

tersebut. Nyale ini dikenal mengandung protein yang tinggi

sehingga sangat nikmat dan layak untuk dikosumsi.

Benar atau tidaknya, legenda Putri Mandalika buktinya

membuat banyak orang tertarik pada tradisi Bau Nyale. Alhasil

ratusan orang berbondong menceburkan diri ke laut demi bisa

73
mendapat cacing laut. Meskipun berbentuk seperti cacing biasa

tapi nyale memiliki warna kulit yang beragam. Warnanya hijau,

coklat hingga merah dengan kulit licin mengilap. Kalau

dikumpulkan akan terlihat paduan warna yang cantik.

Tradisi Bau Nyale atau berburu Nyale ini, marak

diramaikan wisatawan lokal maupun mancanegara. Tidak

hanya masyarakat setempat yang tumpah ruah meramaikan

tradisi ini, wisatawan dari berbagai penjuru juga sudah siap

berburu Nyale, cacing warna warni yang disebut sebagai

perwujudan Putri Mandalika yang cantik rupawan. Para

pemburu Nyale datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-

anak sampai dewasa, wanita dan laki-laki, semua berkumpul

hadir beramai-ramai. . Dinginnya air laut serta semilirnya angin

pagi hari yang cukup menusuk, tak dihiraukan lagi.

Teriakan para pemburu nyale saling beradu dengan

deburan ombak Pantai Seger. Sebagai penerangan, rata-rata

mereka memasang lampu kecil di kening atau senter di tangan.

Para pemburu menangkap nyale dengan menggunakan kayu

yang berbentuk huruf ‘U’, yang diikat jaring dibelakangnya.

Ketika nyale bermunculan dari dalam karang, para pemburu

pun langsung menyeroknya dengan jaring tersebut. Dibutuhkan

74
kesabaran dan kelihaian dalam menangkap nyale ini, karena

cacing-cacing ini sangat licin dan lincah gerak geriknya.

Tradisi bau nyale ini telah menjadi salah satu daya tarik

yang banyak di tunggu- tunggu oleh ,masyarakat dan

wisatawan. Oleh karena itu pemerintah kabupaten Lombok

Tengah menjadikan Bau Nyale ini sebagai aset budaya yang

penyelenggaraannya telah memjadi coor event kegiatan budaya

nasional. tradisi Bau Nyale yang di wariskan secara turun

temurun oleh suku sasak ini sudah ada sejah abad ke-16

Masehi. Pada saat acara Bau Nyale di langsungkan, sejak sore

hari masyarakat setempat beramai-ramai menangkap nyale di

sepanjang pesisir selatan pulau lombok, terutama di Pantai

Seger Kuta Kecamatan Pujut Lombok Tengah. Upacara bau

nyale sudah menjadi tradisi masyarakat setempat yang sulit

ntuk ditinggalkan, sebab mereka meyakini bahwa upacara ini

memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahtraan bagi

yang menghargainya dan mudarat bagi orang yang

meremehkannya.

c. Penutupan bau nyale

Tidak ada penutupan pada saat bau nyale (menangkap

nyale) dilaksanakan karna setelah terbitnya matahari

masyarakat yang datang menangkap nyale dibubarkan oleh

75
polisi untuk kembali ke rumah masing-masing. Seperti yang di

katakan oleh salah satu subyek RA mengtakan

“untuk penutupan bau nyale ini tidak ada penutupan


jadi setelah nyale tidak muncul atau menghilang karna
waktu sudah mau pagi kita naik, bersiap-siap untuk
pulang”.

C. Hasil Observasi

Observasi mengenai pelaksanaan tradisi bau nyale pada masa

pandemi Covid-19 di desa kuta kecamatan pujut kabupaten lombok tengah

hal yang di temukan dalam observasi ini adalah peneliti mengamati

pelaksanaan tradisi bau nyale pada masa pandemi Covid-19 di Desa Kuta

kecamatan pujut kabupaten Lombok Tengah, tidak terlalu ramai, tidak ada

pembukaan saat bau nyale, tidak ada hiburan, pentas seni, drama kolosal,

tidak ada masyarakat yang membangun tenda di bukit seger, banyak

masyarakat yang setibanya di tempat lokasi melepas maskernya.

Proses pelaksanaan bau nyale tidak terlalu sepi seperti biasa, di

bandingkan dengan tahun sebelum pandemi Covid-19, di masa pandemi

Covid-19 hanya sebagian yang datang, tidak ada cara besar untuk

memeriahkan bau nyale pada tahun ini, hanya bau nyale saja. Masyarakat

ada yang menggunakan masker dan ada juga setiba di tempat lokasi

76
sebagian masyarakat melepas maskernya. Penjagaan oleh polisi di hari

pertama, sempat terjadi keributan dikarenakn masyarakat tidak di izinkan

memarkir motornya di dalam. Masyarakat yang menjadi juru parkir tidak

terima dengan larangan itu, adu mulut dengan aparat.

D. Hasil Dokumentasi

Dokumentasi terkait tradisi bau nyale pada masa pandemi Covid-

19, di desa kuta kecamatan pujut kabupaten lombok tengah dilaksanakan

pada saat penelitian berlangsung, yakni pada saat penelitian pada bulan

november sampai dengan desember 202. Peneliti menemukan

dokumentasi untuk menemukan data-data dengan cara mengumpulkan

foto yang terkait dengan proses plaksanaan Tradisi Bau Nyale Pada Masa

Pandemi Covid-19 Di pantai seger tepatnya Di Dusun Bunut, Desa Kuta

Kecamatan Pujut Lombok Tengah yang memperkuat hasil data dan

wawancara yang ada dalam penelitian ini.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tradisi Bau Nyale Pada Masa Pandemi

Covid-19 Di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

Pada bagian ini akan di deskripsikan hasil wawancara yang dilakukan

dengan subjek dan informan penelitian terkadit dengan Tradisi Bau Nyale pada

77
masa pandemi Covid-19 di Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok

Tengah berikut adalah deskripsi hasil wawancara peneliti dengan subjek dan

informan terkait dengan tradisi Bau Nyale pada masa pandemi civid-18 di desa

kuta kecamatan pujut lombok tengah adapun hasil wawancara peneliti dengan

informan 1 bapak SPI selaku tokoh adat di dusun merengge desa kuta pada

tanggal.

Adapun faktor yang mempengaruhi tradisi bau nyale sebagai berikut :

1. Penjagaan oleh polisi

Penjagaan oleh aparat kepolisian dilakukan di beberapa lokasi

tempat Bau Nyale, terutama pintu masuk ke Desa Kuta. hal ini dapat

memberikan keamanan dan informasi terkait dengan hal-hal yang harus

dipatuhi selama berlangsungnya acara bau nyale, sehingga tidak

menimbulkan kegaduhan di tempat tradisi bau nyale berlangsung atau di

jalan raya. Hasil wawancara peneliti dengan subjek ke 1 saudara RA

pada hari selasa tanggal 4 januari 2022 pukul 10:00 mengatakan bahwa :

“mau dijaga polisi Silahkan saja, tetapi itu tidak ada efeknya bagi
masyarakat, jika kepolisian berjaga jaga karena masyarakat
khususnya lombok tengah sudah terbiasa tidak mau melewati
momen ini karna memang ini merupapak tradisisi masyarakat
lombok tengah khususnya kami masyarakat desa kuta, walaupun
dalam kondisi pandemi Covid-19 masyarakat tidak memperdulikan
kerumunan pada waktu saat keluarnya nyale”.

78
Hasil wawancara peneliti dengan subjek 2 saudara AP pada hari

rabu tanggal 5 januari 2022 pukul 14:00 mengatakan bahwa :

“Penjagaan oleh aparat kepolisian, babinsa, sangatlah baik untuk


mengamankan masyarakat dari tindak kriminal karna bau nyale ini
kan tidak sedikit orng yng datang dari penjuru lombok tengah jadi
untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan karena melihat
kejadian-kejadian sekarang ini banyak, apa lagi menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau”.

Sedangkan menurut penuturan subjek ke 3 sodara AR

wawancara dilaksanakan pada hari kamis tanggal 6 januari 2022

pukul 11:00 mengatakan bahwa:

“kalau saya sendiri itu cukup relevan ya, karena dengan


adanya aparat dari pihak kepolisian, babinsa maupun
anggota polri yang berjaga, agar masyarakat yang ikut bau
nyale berlangsung dengan aman , karna memng
keberadaan apat sangat perlu saat bau nyale berlangsung,
karna untuk menghindari keributan ataupun kericuhan saat
bau nyale tersebut”.

Menurut penuturan subjek ke 4 atas nama VA wawancara

dilakukan pada hari kamis tanggap 6 januari 2021 pukul 09:30

mengatakan bahwa :

“menurut saya tidak apa-apa di jaga lebih ketat justru akan


lebih aman kalau ada polisi yang berjaga, karena menurut
pengalaman saya tahun lalu, banyak masyarakat yang
membawa alkohol, mabok minum minuman keras adanya
aprat yang berjaga kan bisa di amankan langsung jadi
orang yang datang bau nyale tidak hawatir”.

2. Pembatasan pengunjung

79
Faktor ini bertujuan guna menekankan angka pengurangan

penyebaran Covid-19 di Lombok Tengah, mencegah timbulnya klaster

baru, mengingat lonjakan penularan Covid-19 yang belum berakhir serta

kelalaian masyarakat untuk mematuhi protokol ksehatan mencegah

terjadinya penularan Covid-19. Bau nyale dilaksanakan oleh masyarakat

lombok tengah saja diluar lombok tengah tidak diperbolahkan masuk.

Sebelumnya pemerintah telah menegaskan untuk tidak memperbolehkan

warga yang berasal dari luar kabupaten lombok tengah untuk mengikuti

acara rakyat tersebut sebagai upaya pencegahan penularan virus Covid-

19. Hasil wawancara peneliti dengan subjek ke 1 saudara RA pada hari

selasa tanggal 4 januari 2022 pukul 10:00 mengatakan bahwa:

“Tidak apa-apa pengunjung dibatasi karena masa pandemi juga


mau dijaga atau tidak masyarakat tidak peduli karena tradisi ini
sudah melekat untuk tidak mau melewati momen sekali dalam
setahun yang tetap di adakan dan diperingati karna tradisi ini
kan sudah masuk ke acara skala nasional”.

Hasil wawancara peneliti dengan subjek 2 saudara AP Wawancara

Dilaksanakan Pada hari rabu Tanggal 5 Januari 2022 Pukul 14:00

mengatakan bahwa :

“ini merupakan langkah yang baik oleh pemerintah karena dapat


kita lihat kan pandemi covid-19 semakin melunjak Menurut saya
ada baiknya memang kalau pengunjung bau nyale dibatasi
jadinya masyarakat yang datang bau nyale tidak terlalu ramai,
tidak berdesakan dan jaraknyapun bisa di atur”.

80
Sedangkan menurut penuturan subjek ke 3 atas nama AR

wawancara dilakukan pada hari kamis tanggal 6 januari 2022 pukul

11:00 mengatakan bahwa :

“Dengan dibatasinya masyarakat yang datang bau nyale ini, bisa


dikatakan mengurangi atau memutus tali rantai penyebaran
Covid-19, dan akan memudahkan untuk mengontrol keamanan di
lokasi penangkapan nyale.

Sedangkan menurut penuruturan subjek ke 4 atas nama VA

wawancara dilaksanakan pada hari kamis tanggal 6 januari 2022 pukul

09:30 mengatakan :

“tidak apa-apa dibatasi karna pandemi Covid-19 ini kan blm


berakhir yang penting masyarakat lombok tengah di izinkan
bau nyale terutama kami yang dilombok bagian selatan,
pemerintah daerah tidak bisa melarang masyarakat untuk
turun bau nyale karena ini kan tradisi yang mendarah daging
bagi masyarakat lombok tengah sulit untuk melarang
masyarakat”.

3. Bau nyale tanpa hiburan

Karena sudah menjadi tradisi yang tidak bisa di hilangkan oleh

masyarakat sekitar,dan menjadi salah satu faktor yang terdapat pada

tradisi bau nyale tersebut. Hal ini di sebabkan oleh masyarakat yang

hanya menitik beratkan pada suguhan hiburan yang selalu di adakan pada

saat tradisi bau nyale berlangsung, dan masyarakat merasa dengan

adanya hiburan tersebut bisa membuat antusias dan semangat mereka

dalam menangkap nyale semakin bertambah. Namun ada sebagian

81
masyarakat yang beranggapan bahwa jikalau hiburan di tiadakan

masyarakat tetap bersemangat dan antusias dalam menangkap nyale

tersebut, dan suasana menangkap nyaledi katakan sama saja karena

masyarakat tidak hanya menitik beratkan pada suguhan hiburan yang ada

namun lebih kepada momen menangkap nyale di tengah malamnya yang

tidak menyurutkan antusias dan semangat masyarakat

Oleh karena itu tradisi bau nyale yang di adakan dengan adanya

hiburan maupun tanpa adanya sebuah hiburan tidak menyurutkan niat

masyarakat untuk menangkap nyale pada saat tradisi bau nyale

berlangsung. hasil wawancara peneliti dengan saudara RA pada hari

selasa tanggal 4 januari 2022 pukul 10:00 mengatakan bahwa :

“bau nyale tanpa hiburan tidak apa-apa, masyarakat memang bisa


dikatakan 90% tidak mencari acara hiburan dalam tradisi bau
nyale ini, tujuan utama mereka adalah Bau Nyale (menangkap
cacing laut ) yang ada di wilayah pantai selatan lombok tengah,
karena di seger inilah memang asli nyale yang sebenarnya,
sesuai dengan cerita”.

Sedangkan menurut penuturan subjek ke 2 AP wawancara pada

hari rabu tanggal 65 januari 2022 mengatakan bahwa :

Bau nyale tanpa hiburan atau tontonan, mengurangi jumlah


pengunjung atau wisatawa, menurunnya juga nilai penjualan,
dan pendapatan pedagang setempat seperti tukang parkir, orang
orang yang berjualan, tapi untuk sebagian orang masyarakat
yang datang bau nyale tidak menitik beratkan pada suguhan
hiburan skalipun tidak ada hiburan saya akan tetap pergi bau
nyale kan saya cari nyakle bukan artisnya”.

82
Menurut penuturan subjek ke 3 AR wawancara pada pada hari

kamis tanggal 6 januari 2022 pukul 11:00 mengatakan bahwa :

“Kan tangkap nyale itu hampir subuh, sementara selama ini yang
banyak datang karena hiburan, sampai mengundang artis-artis
kalau tidak ada hiburan mungkin akan lebih sedikit datang”.

Sedangkan menurut penuturan subjek ke 4 saudari VA wawancara


dilakukan pada hari kamis tanggal 6 januari 2022 pukul 09:30
mengatakan bahwa:

“Sekalipun tidak ada hiburan tidak menjadi halangan bagi


masyarakat untuk tidak pergi bau nyale, bau nyale tetap
dilaksanakan karena ini sudah menjadi tradisi tahunan bagi
masyarakat Lombok tengah terutama kami yang dari kuta”.

4. Cuaca

Sebelum nyale muncul di awali dengan tanda-tanda alam. Tanda

alam tersebut, mulai dari terdengar suara gemuruh di laut selatan lombok,

Suara gemuruh tersebut, dapat terdengar oleh masyarakat kemudian,

akan di sertai hujan angin dan sambaran petir yang menggelegar tanda

lainnya juga akan munculnya jamur yang mulai tumbuh di sawah atau

kebun. Hasil wawancara peneliti dengan informen 1 bapak SPI selaku

tokoh adat di desa kuta pada hari kamis 4 November 2021 pukul 10 :

00 beliau mengatakan bahawa :

“nyale ini erat kaitannya dengan faktor alam baru bisa dia keluar
di samping tanggal dan bulan yang tadi pada bulan 10
tanggal19-20 kalender sasak., kalaupun nyale tidak keluar
tergantung pada suhu dan faktor alam juga menurut rapat-rapat
yang saya ikuti selama ini bahwa nyale ini akan keluar pada
bulan 10 tanggal 19-20 perhitungan sasak yang juga di dukung
dengan faktor alam hujan harus banyak turun, karena suhu di
dalam karang itu jugak bisa mendorong sehingga terjadi bunyi-

83
bunyian seperti guntur (petir), angin, dan juga faktor pasang
surutnya air laut.

Sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan informen 2 bapak

LB selaku tokoh adat desa kuta pada hari selasa tanggal 21 desember

2021 pukul 13:45 beliau mengatakan bahwa :

“memang selalu terjadi sestiap sebelum acara bau nyale


terjadi hujan lebat siang, malam angin kencang kilat, petir
ini jaraknya biasanya 5 hari sebelum acara bau nyale pada
hari nyale keluar”.
Sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan informen 3 bapak

S selaku kpala dusun desa kuta pada hari selasa tanggal 21 desember 2021

pukul 14:00 beliau mengatakan bahwa :

“Beberapa hari sebelum nyale keluar di tandai dengan faktor


alam terdengar bunyi gemuru Suara gemuruh ini bisa kita
dengar jelas oleh warga, yang kemudian disertai hujan,
angin, kilat petir”.
Dan di perkuat oleh informen 4 bapa EP selaku tokoh adat

wawancara dilakukan pada hari selasa tanggal 21 desember 2021 pukul

09:00 beliau mengatakan :

“beberapa faktor alam sebelum nyale keluar itu tumbuh


jamur tanah. Jamur tanah ini keluar biasanya awal
desember sampai akhir februari baru kemudian di susul
dengan nyale, sebelum nyale akan keluar ditandai dengan
faktor alam seperti hujan angin kilat peti, itu sebelum nyale
nyale keluar pada tanggal yang sudah di tentukan.

84
BAB V
PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pelaksanaan Tardasi Bau Nyale Pada Masa Pandemi Covid-19 Di

Desa Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

Tradisi adalah kebiasaan turun temurun pada masyarakat. dalam


kamus besar bahasa indonesia juga ada pengertian tradisi, adatkebiasaan
turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat.
(Depdiknas, 2008: 1727). Selain itu dari (Esten, 1992:lima) kata tradisi
adalah terjemahan pada bahasa inggris yaitu dari istilah tradition antara
lain pewarisan, pemikiran, kepercayaan , pembinaan-pelatihan serta adat
tata cara dan lain sebagainya dari masa lalu ke masa sekarangbiasanya

85
secara atau melalui kegiatan mudah istilah tradisi dalam bahasa latin yaitu
tradition yang berarti “doteruskan”, dalam pengertian yang paling
sederhana merupakan sesuatu yang dilakukan sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara budaya, saat atau kepercayaan yang sama. Dasar berasal tradisi ini
adalah adanya isu yang membuat generasi baik tertulis maupun lisan
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi bisa punah.

Berdasarkan deskripsi data hasil peelitian yang diperoleh tentang


tradisi bay nyale pada masa pandemi Civid-19 di desa kuta kecamatan
pujut kabupaten Lombok tengah Terdapat beberapa hal yang dilakukan
oleh masyarakat. Berikut adalah beberapa tahapan yang dilakukan dalam
tradisi bau nyale.

1. Persiapan
Sekelompok masyarakat menyiapkan diri untuk melengkapi
budaya bau nyale, hal-hal yang diatur adalah perangkat dan tenaga untuk
mendapatkan nyale. Hal ini dikarenakan mereka perlu mendapatkan Nyale
dengan menggunakan alat musik yang unik, sehingga mereka harus
bersiap jauh-jauh hari. kemudian, pada saat itu, daerah setempat pergi ke
daerah bau nyale,biasanya sebeleum adanya Covid-19 masyarakat datang
bau nyale 2 hari sebelum tanggal yang di tentukan tetapi karena masih
pada masa pandemi Covid-19masyarakat datang sesuai tanggal yang
ditunjukkan. Masyarakat yang umumnya pergi ke lokasi bau nyale tersebut
dengan anggota keluarga mereka atau bersama-sama masyarakat
kampung, Jika disediakan kendaraan oleh desa. Selain peralatan bau nyale,
para penghuninya juga menyiapkan tenaga karena mereka akan
menunggunya untuk naik saat fajar menyingsing, sebelum fajar
menyingsing. Masyarakat yang tak terhitung jumlahnya itu tidak
beristirahat. Beberapa hari sebelum pelaksanaan bau nyale yang sudah
ditentukan.
2. Pelaksanaan di Lokasi

86
Tempat bau nyale masyarakat Lombok Tengah, khususnya
masyarakat Desa Kuta ialah pantai pantai seger, aan, mawun, dan Selong
blanak. Pantai ini terletak di bagian selatan Lombok Tengah, 4 pantai
pantai ini dibatasi oleh bukit. Biasanyatahun sebelumnya ramai yang
mendirikan tenda kemudian menyalakan api unggun namun karena
pandemi Covid-19 tidak ada masyarakat yang menginap bahkan
membangun tenda karena sebagian masyarakat memilih untuk tidak
bermalam dan berangkat pukul dua pagi, bagi masyarakat yang lokasi
rumahnya jauh, sedangkan masyarkat desa kuta sendiri biasanya mreka
brangkat pukul 04:00 pagi dan aja juga yang berangkat setelah solat subuh.
Tetapi pemerintah sudah menjadikan budaya bau nyale sebagai sebuah
festival, namun untuk tahun ini festival, kegiatan- kegiatan untuk
menyambut bau nyale ditiadakan karena masih pada masa pandemi Covid-
19 .
Pada waktu subuh, saat air laut surut, masyarakat akan turun ke
laut untuk menangkap nyale yang naik ke atas permukaan. saat menangkap
nyale, masyarakat biasanya meneriaki kata-kata luar biasa yang dianggap
menyebabkan nyale naik ke permukaan, salah satunya adalah "jabut".
Jabut dalam bahasa Indonesia berartibanyak, Setelah mendapatkan nyale,
orang-orang tertentu langsung mengkonsumsi nyale hidup-hidup. Hal ini
dilakukan karena masyarakat setempat menganggap nyale yang masih
hidup memiliki pengaruh kesehatan yang lebih baik dibandingkan yang
dirawat di rumah. Nyale yang tidak dikonsumsi langsung dikumpulkan di
tempat yang sudah dibawa oleh masyarakat setempat, misalnya wadah dan
lain sebagainya agar Nyale tetap hidup.
3. kepercayaan masyarakat suku sasak terhadap Bau nyale

Seperti yang ditunjukkan oleh Barnes, dalam siklus hidup polychaeta,


pembangkitan terjadi dalam satu tahun, ini dilakukan bersama-sama
sebagai massa yang sangat besar. Meski hanya mendapatkan cacing laut,
masyarakat Sasak memiliki makna yang lebih mendalam, mendapatkan

87
cacing laut sekaligus menyelamatkan cara hidup yang telah dilakukan
cukup lama dan mewariskan cerita yang dituturkan dari seorang usia ke
yang lain.

Orang Sasak memiliki keyakinan yang berbeda tentang bau nyale ini.
Kelompok masyarakat tersebut menganggap nyale yang merupakan
perwujudan dari Putri Mandalike memberikan manfaat, baik kesejahteraan
maupun manfaat, seperti halnya agama yang menciptakan aroma nyalete
secara lokal:

a. Sembeq Ini adalah kelengkapan khas orang Sasak setelah bau


nyale. Sembek diakhiri dengan memegang nyale dan mengaduknya
di pura anak-anak untuk mendapatkan berkah dari nyale itu sendiri.
Hal ini menunjukkan bagaimana masyarakat Sasak menganggap
Nyale sebagai lambang Putri Mandalika sangat sakral.
b. Cuci alat untuk mendapatkan nyale di sawah. Hal ini dilakukan
agar tanaman padi di sawah dapat tumbuh subur dan menghasilkan
banyak panen. Ini diakhiri dengan mencuci perlengkapan nyale,
misalnya jaring dan ember di sawah, termasuk air di sawah yang
Anda butuhkan untuk memberikan khasiat yang bagus dari nyale.
c. Nyale sebagai obat. Orang Sasak mengakui bahwa nyale dapat
memberikan kesejahtraan kepada orang yang mengkonsumsinya.
Ini diakhiri dengan memakan nyale yang masih mentah atau belum
diolah menjadi lauk pauk dan bahan tambahan makanan lainnya,
sehingga nyale hidup langsung dimakan.
d. Semakin deras hujan, semakin banyak nyale yang keluar. Tanggal
dua puluh bulan kesepuluh seperti yang ditunjukkan oleh jadwal
Sasak, sebagian besar jatuh sekitar bulan Februari atau Berjalan
dalam jadwal Gregorian. Bulan itu juga merupakan musim badai,
jadi menurut penduduk setempat, dengan asumsi ada angin
kencang disertai hujan lebat, ini menunjukkan datangnya nyale.

88
e. Ada gemuruh di sekitar tepi selatan pulau Lombok setiap ada
masalah bau nyale. Diterima bahwa suara kakek disebut papuk
dungki (papuk = kakek/nenek) yang berarti kedatangan nyale
mengingat suara itu baru muncul pada musim nyale, selain musim
nyale tidak akan didengar.

Meski terlihat aneh dan sepele, masyarakat Sasak telah menjaga


tradisi budaya bau nyale dan kepercayaan yang terkandung di dalamnya
selama bertahun-tahun. Bahkan kini pemerintah provinsi sudah
memasukkan tradisi mencium nyale ini dalam kalender event pariwisata
nasional.

4. Waktu pelaksanaan Bau Nyale

Tradisi bau nyale digelar 1 kali dalam setahun setiap tanggal 20


bulan 10 menurut perhitungan kalender sasak biasanya jatuh pada
pertengahan bulan februari. Untuk menentukan kpan bau nyale
dilaksanakan diadakannya sangkep warige (rapat bersama) yang
mengundang beberapa tokoh adat,tokoh agama. Hal ini berdasarkan hasil
rapat penentuan bau nyale oleh sejumlah tokoh adat dan masyarakat di
kabupaten lombok tengah, Nusa Tenggara Barat. Awal sangkep warige
(rapat bersmaa) untuk penentuan hari penangkapan bau nyale (cacing laut)
yang dikenal dengan tradisi bau nyale itu dilaksanakan di kantor camat
Pujut, dan di tindak lanjuti ke kabupaten pariwisata umumnya di Dinas
Pariwisata untuk penentuan hari H penangkapan nyale.

5. Proses pelaksanaan Bau nyale

Proses bau nyale dilakukan pada waktu pagi hari Sekitar Jam 04:00
sampai sebelum terbitnya matahari dari arah timur. Proses menangkap
nyale ini dilakukan dengan menggunakan jaring khusus yang berbentuk
huruf U, di bantu dengan alat penerang seperi senter,ember, panci. Jaring
yang berbentuk huruf U di ikat dengan jaring di belakangnya. Waktu
menangkap nyale dimulai puku 04 : 00 pagi sampai terbitnya matahari

89
nyale yang bermunculan dari batu karang ytersebut kemudian di sorok
(serok) dengan jaring yang berbentuk huruf U tersebut di butuhkan
kesabaran agar tangkapan banyak, mengingat cacing ini cukup lincah dan
licin.

Masyarakat sasak terutama yang tinggal di pesisir pantai selatan,


selalu menyelenggarakan tradisi bau nyale. tetapi bagi masyarakat yg
berada di wilayah utara tradisi bau nyale sporadis di ikuti serta hanya
mendapatkan cerita, melalaui pada adakannya festival bau nyale 2021
menjadi salah satu wadah memperkenalkan budaya lokal sebagai
masyarakat luas. Hal ini dilakukan buat terutama generasi muda terutama
semua kecamatan yang terdapat pada lombok tengah. Tradisi bau nyale
menjadi salah satu tradisi budaya yang hanya terdapat pada masyarakat
suku sasak sudah seharsnya dilestarikan serta di perkenalkan terutama
untuk generasi muda tak hanya mengenal tradisi luar.

Bau nyale 2021 di pulau lombok nusa tenggara barat di gelar


menggunakan penerapan protokol kesehatanan Covid 19 yang ketat dan
sejumlah acara gelar secara virtual melalui jejaring media sosial. Dinas
pariwisata NTB muhammad fauzal berkata aplikasi festival bau nyale atau
menangkap cacing sebelumnya 2021 akan berbeda menggunakan tahun-
tahun sebelumnya, karena semua aktivitas yg akan tiba akan direkam serta
melalui situs web resmi dinas pariwisata NTB, seperti facebook serta
youtube, karena saat ini masih dalam dalam. masa pandemi jadi kita semua
wajib mematuhi protokol kesehatan.

seluruh serepmoni dilakukan secara virtual atau online. Beliau


mengatakan puncak bau nyale akan di gelar 3-4 maret 2021 di tempat
pantai seger Kuta Lombok Tengah. Vau nyale di pesisir selatan Lombok
Focal Rezim dipastikan akan terus menyandang predikatnya. Namun,
latihan yang telah berubah menjadi program layanan industri perjalanan
dan ekonomi kreatif itu selesai tanpa acara atau hiburan formal karena efek

90
dari pandemi Covid-19. koordinasi dengan semua asosiasi yang
mempertimbangkan tokoh-tokoh budayawan guna menyerapaspirasi
masyarakat. Bau nyale di tahun initetap dilaksanakan tapi tanpa hiburan.
Dikarenakan pandemi pelaksanaan acara Bau Nyale tahun 2021 tidak
seperti tahun sebelumnya yang digelar dengan segudang hiburan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran CoVid-19 bau nyale
tahun ini di serahkan kepada masyarakat setempat, karena tradisi ini
merupakan kebiasaan yang harus tetap dilaksanakan.

6. Penutupan bau nyale


Tidak ada penutupan pada saat bau nyale (menangkap nyale)
dilaksanakan karna setelah terbitnya matahari masyarakat yang datang
menangkap nyale pulang kerumah masing-masing dan di bubarkan oleh
polisi. Bau nyale di Lombok sudah berlangsung cukup lama. Menurut
Wacana (1983:42), bau nyale mulai dilaksanakan mengingat perhitungan
kalender Sasak, yaitu kalender wariga. Bulan utama dari bulan wariga
dibedakan dengan adanya bintang rowot, bintang rowot adalah kata bahasa
Sasak yang didapat dari bintang Pleides, bintang rowot sebagian besar
muncul pada bulan Mei, maka awal bulan wariga jatuh pada bulan Mei
(Kohar, 2017:69-78 ).

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi tradisi bau nyale pada masa

pandemi covid-19 di desa kuta kecamatan pujut kabupaten lombok

tengah

Tradisi bau nyale (menangkap nyale) merupakan perayaan

tradisional suku sasak yang dirayakan setiap tahunnya. Pesta rakyat ini

sarat dengan sejarahnya yang melegenda di tanah Lombok. Pesta tahunan

tersebut selalu dirayakan dengan berbagai rangkaian acara seperti parisean

91
(tradisi budaya beladiri dengan rotan dan perisai), karnaval, festifal dan

hiburan malam puncak yang mengundang sejumlah artis nasional. Namun

ada yang berbeda dengan pesta rakyat bau nyale pada tahun ini. Tidak ada

penyelenggaraan apapun yang disiapkan pemerintah kabupaten lombok

tengah di masa pandemi Covid-19 yang melarang adanya kerumunan

massa.

Pemerintah daerah khususnya dinas pariwisata lombok tengah

selaku penanggng jawab acara telah menyatakan dari jauh hari sebelumnya

bahwa tahun ini agenda bau nyale tidak akan di gelar oleh pemerintah.

Namun karena telah menjadi tradisi turun temurun nenek moyang

masyarakat lombok, tentunya sangat sulit untuk mencegah masyarakat

merayakannya sehinggaa tradisi bau nyale ini tetap dilaksanakan meski

tanpa perayaan dari pemerintah daerah.

Adapun faktor yang mempengaruhi tradisi bau nyale sebagai berikut :

1. Penjagaan oleh polisi

Hal ini dapat memberikan keamanan dan informasi terkait dengan

hal-hal yang harus dipatuhi selama berlangsungnya acara bau nyale,

sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di tempat tradisi bau nyale

berlangsung atau di jalan raya.

2. Pembatasan pengunjung

Faktor ini bertujuan guna menekankan angka pengurangan

penyebaran Covid-19 di Lombok Tengah, mencegah timbulnya klaster

92
baru, mengingat lonjakan penularan Covid-19 yang belum berakhir

serta kelalaian masyarakat untuk mematuhi protokol ksehatan

mencegah terjadinya penularan Covid-19. Bau nyale dilaksanakan oleh

masyarakat lombok tengah saja diluar lombok tengah tidak

diperbolahkan masuk. Sebelumnya pemerintah telah menegaskan

untuk tidak memperbolehkan warga yang berasal dari luar kabupaten

lombok tengah untuk mengikuti acara rakyat tersebut sebagai upaya

pencegahan penularan virus Covid-19

3. Bau nyale tetap di adakan tapi tanpa hiburan

Karena sudah menjadi tradisi yang tidak bisa di hilangkan oleh

masyarakat sekitar,dan menjadi salah satu faktor yang terdapat pada

tradisi bau nyale tersebut. Hal ini di sebabkan oleh masyarakat yang

hanya menitik beratkan pada suguhan hiburan yang selalu di adakan

pada saat tradisi bau nyale berlangsung, dan masyarakat merasa

dengan adanya hiburan tersebut bisa membuat antusias dan semangat

mereka dalam menangkap nyale semakin bertambah. Namun ada

sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa jikalau hiburan di

tiadakan masyarakat tetap bersemangat dan antusias dalam menangkap

nyale tersebut, dan suasana menangkap nyaledi katakan sama saja

karena masyarakat tidak hanya menitik beratkan pada suguhan hiburan

yang ada namun lebih kepada momen menangkap nyale di tengah

malamnya yang tidak menyurutkan antusias dan semangat masyarakat

93
Oleh karena itu tradisi bau nyale yang di adakan dengan adanya

hiburan maupun tanpa adanya sebuah hiburan tidak menyurutkan niat

masyarakat untuk menangkap nyale pada saat pandemi Covid-19.

4. Cuaca

Sebelum nyale muncul di awali dengan tanda-tanda alam. Tanda

alam tersebut, mulai dari terdengar suara gemuruh di laut selatan

lombok, Suara gemuruh tersebut, dapat terdengar oleh masyarakat

kemudian, akan di sertai hujan angin dan sambaran petir yang

menggelegar tanda lainnya juga akan munculnya jamur yang mulai

tumbuh di sawah atau kebun.

BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas mengenai

“Tradisi Bau Nyale Pada Masa Pandmi Covid-19”. berdasarkan analisis

yang telah dilakukan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan hasil

dan saran sebagai berikut :

94
1. Pelaksanaan Tradisi Bau Nyale Pada Masa Pandemi Civid-19 di

Desa Kuta Kecamatan Pujut Lombok Tengah

a. Latar belakang tradisi bau nyale

Lahirnya tradisi bau nyale dilatar belakagi oleh adat istiadat atau

kepercayaan masyarakat yang masih kuat yang tetap dipertahankan

sampai sekarang karena merupakan kebiasaan turun temurun yang

tetap dilakukan setiap tahun oleh masyarakat sasak terutama

masyarakat desa kuta, dan dijadikan sebagi upacara untuk

meminta keselamatan dan kesejahtraan, terutama yang

berhubungan dengan upacara mohon kesuburan.

b. Pembukaan

Pelaksanaan tradisi bau nyale pada tahun 2020 dan 2021

mengalami perubahan dimana tradisi bau nyale tahun ini tidak

dilaksanakan dengan meriah lagi dikarenakan pandemi Covid-19.

Pemerintah melarang agar tidak terjadi kerumunan masa guna

memutuskan rantai penyebaran Covid-19. Serangkaian kegiatam

yang dilakukan sebelum upacara tradisi bau bau nyale ini seperti,

event, presean, mengundang artis nasional, sudah tidak ada lagi

dikarenakan masih dalam masa pandemi Covid-19.

c. Persiapan

Persiapan dalam melaksanakan bau nyale harus mempersiapkan

diri, membawa alat-alat yang di butuhkan saat bau nyale, seperti

sorok, senter, ember/baskom, dan persiapan bekal makanan.

95
d. Pelaksanaan

Pelaksanaan bau nyale pada tanggal 20 bulan 10 kalender sasak

atau diperkirakan jatuh pada akhir februari-awal maret, bau nyale

dilaksanakan pada pukul 04:00 sampi terbitnya matahari.

e. Penutup

Tidak ada penutupan Bau nyale pada tahun ini dikarenakan masih

dalam masa pandemi Covid-19. Bau nyale bagi masyarakat

lombok merupakan tradisi menangkap nyale guna untuk

mengenang jasa pengorbanan dari putri mandalika. Tradisi ini terus

menerus diwariskan secara turun temurun sebagai kearifan lokal

yang masih dipertahnkan. Bau nyale merupakan tradisi yang unik

yakni hanya terjadi dalam satu kali setahun dan selalu terjadi pada

tanggal yang sama. Tradisi bau nyale merupakan tradisi yang

sangat sakral dan sarat akan makna yang terkandung di dalamnya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tradisi Bau Nyale Di Desa

Kuta Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah

a. Penjagaan oleh aparat kepolisian

Penjagaan oleh aparat kepolisian guna mencekat masyarat yang

dari luar lombok tengah agar tidak ikut serta dalam pelaksanaan

bau nyale karena sudah di berikan informasi kalau orang dari luar

Lombok Tengah tidak di izinkan masuk

96
b. Pembatasan pengunjung

Pembatasan pengunjung yang ikut bau nyale guna memutus rantai

penyebaran Covid-19, mematuhi protokol kesehatan terutama

penggunaan masker .

c. Bau nyale tanpa hiburan

Pelaksanaan tradisi bau nyale tahun 2021 tetap dilaksanakan

namun tanpa hiburan dikarenakn masih dalam masa pandemi

Covid-19 mengurangin kerumunan masyaraka.

d. Cuaca

Adapun faktor alam yang terjadi beberapa hari sebelum nyale

keluar yaitu hujan disertai angin, dan kilat petir.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka adapun

saran yang peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah daerah kabupaten Lombok Tengah khususnya di Desa

Kuta agar tetap melestarikan tradisi bau nyale ini , karena memngingat

tradisi ini adalah tradisi yang mendarah daging bagi masyarakat

lombok tengah.

2. Bagi tokoh adat, tokoh masyarakat dan masyarakat agar tetap

melestarikan tradisi bau nyale ini agr tidak punah dan tetap berjalan

sebagaimana yang telag diwariskan dari zaman ke zaman.

97
3. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pegangan

guna melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai tradisi bau

nyale yang ada pada masyarakat desa kuta.

4. Bagi masyarakat hendak memperkenalkan tradisi bau nyale kepada

anak cucu tentang bagaimana sejarah bau nyale dan menjaga makna

terkandung dalam prosesi tradisi bau nyale, diharapkan agar terus

menjaga eksistensi tradisi bau nyale sebagai icon budaya masyarakat

Lombok dengan tujuan tradisi bau nyale dapat eksis sampai

mancanegara.

5. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pegangan

guna melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai tradisi Bau

Nyale di Desa Kuta Kecamatan Pujut Lombok Tengah.

Daftar Pustaka

Bungun, Burhan.2007. Penelitian kualitatif. Jakarta:kencana

98
Ratna, Nyoman Khuta, 2005 , sastra dan cultural studies : refresentasi

fiksi dan fakta. Yogyakarta : pustaka pelajar

Muaini, M.Pd. 2018 buku jar kebudayaan dan pariwisata

Ache Nuhi, 2019, Cerita rakyat putri mandalika asal muasal bau nyale

Maleong. Lexy J 2007. Metodologi penelitian kualitatif .

bandung :PT.Remaja Rosda karya offset

Prof. Dr. Djam,an satori, M. A. Dr Aan Komariah, M.Pd Metodologo

penelitian kualitatif .Albeta Bandung

Pujileksoni. Sugeng 2016. Pengantar antropologi: Memahami Realitas

sosial budaya. Intans: publishing. Malang

Sugiyono.2017. Metode penelitian kualitatif. Bandung. Alfabeta

Sugiyono.2018 metode menelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,

kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeth

Dr.Broswi, M.Pd. & Dr. Suwandi, M.Si. memahami penelitian kualitatif .

Rineka cipta

Yakum, H.Moh. 2009. “Kisah PutriMandalike Nyale, Cerita Rakyat

Nusantara Suku Sasak”.

Budiwanti, Erni. 2000. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Waktu Lima.

Yogyakarta: LkiS

99
Saharudin, S. (2016). Perilaku Liminal Masyarakat Sasak-Lombok Dalam Bekayaq

Bau Nyale dan Pataq Pare. Sasdaya: Gadjah Mada Journal of Humanities,

1(1), 87.

Tradisi Mesilak Acara Nyelamatan Pada Masyarakat Sasak Di Desa Sapit Kecamatan

Suele Lombok Timur Dan Nilai Yang Terkandung Di Dalamnya , Sekripsi.

Runi fazalani 2018, Tradisi bau nyale terhadap nilai multikultural pada suku sasak

Runi Fazalani. Jurnal Tradisi bau nyale terhadap nilai multikultural Pada

suku sasak . Universitas Muhammadiyah Malang

Suarsana, I Made. “Kajian Nilai-nilai Budaya pada Tradisi Bau Nyale di

Lombok dalam Rangka Sosialisasi dan Integrasi” dalam Jurnal

Jnana Budaya Media Informasi Sejarah, Sosial, dan Budaya Edisi

Kelima No. 05/V/2001

Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, 10(1), 99

100
LAMPIRAN

Lampiran 2 : Foto

101
(Pelaksanaan bau nyale pukul 04:00 pagi)

(Pelaksanaan bau nyale pukul 05:30 pagi)

102
(Pelaksanaan bau nyale pukul 06:00 pagi)

(nyale di lubang-lubang batu)

103
(Nyale hasil tangkapan masyarakat dijual atau di masak)

(Pepes nyale di jadikan lauk pauk)

104
105

Anda mungkin juga menyukai