Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENILAIAN TENGAH SEMESTER GENAP

“ KONSTITUSI HUKUM ADAT DI DESA SADE ”


BAU NYALE

KELOMPOK 4
ANGGOTA :

ALMA SYIFA NUR A.


ANISA NOVARIANI
INI MEZZALUNA J.T
INTAN AQILAH FASYA
NAJWA SHAQILA
SYARIFA SOFINAZ M.

SMA LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL


TAHUN AJARAN 2023/2024
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ......................................................................... . i
DAFTAR ISI ..................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................. 3
C. Tujuan penelitian ................................................ 3

BAB II HASIL PENELITIAN ........................................ 4

DOKUMENTASI .............................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 7


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adat merupakan hukum asli masyarakat Indonesia. Berakar


pada adat istiadat atau merupakan pancaran nilai-nilai dasar budaya
masyarakat Indonesia, yang berarti pula mengikat dan menemukan segala
pikiran tersebut di akui oleh konstitusi UUD 1945. Masyarakat hukum adat
sudah ada sejak dahulu. Di Indonesia sendiri banyak daerah daerah yang
masih menerapkan hukum adat di dalam berbagai aspek kehidupan. Seperti
salah satu suku yang ada di pulau lombok NTB yaitu suku sasak.

Kampung asli suku sasak di Nusa Tenggara Barat (NTB ), menjadi


salah satu daya tarik pariwisata pulau lombok. Keunikan adat istiadat,
keramahan, dan keanekaragaman produk budaya sasak membawa kesan
tersediri bagi pelancong. hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma
yang bersumber pada perasaan keadilan rakyat yang selalu berkembang
serta meliputi peraturan-peraturan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari dalam masyarakat. Sebagian besar tidak tertulis, senantiasa
ditaati dan dihormati rakyat, karena mempunyai akibat hukum (sanksi
dalam hukum adat )

Lombok adalah nama sebuah pulau yang kini menjadi salah satu bagi
provinsi Nusa Tenggara Barat, pulau yang terkenal akan keindahan pesona
alamnya yang sangat memukau dan mempunyai potensi wisata bahari
cukup besar. Di Lombok menyimpan banyak legenda yang dipercaya oleh
masyarakat setempat, khususnya di Lombok Tengah terdapat legenda Putri
Mandalika yang juga menjadi legenda untuk tradisi tahunan suku Sasak,
yaitu tradisi Bau nyale yang pada saat ini tengah dikembangkan sebagai
salah satu wisata budaya tahunan di Pulau Lombok.

Bau Nyale adalah salah satu kebudayaan Suku Sasak di Lombok. Bau
Nyale merupakan salah satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak, oleh
sebab itu tradisi ini masih dilakukan oleh suku Sasak sampai saat ini. Bau
Nyale biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir
pantai di pulau Lombok selatan, khususnya di pantai selatan Lombok
Tengah seperti di pantai Seger, Kuta dan pantai sekitarnya. Bau Nyale
berasal dari bahasa Sasak. Dalam bahasa Sasak, Bau artinya menangkap
sedangkan Nyale adalah nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai namanya,
tradisi ini kegiatan menangkap nyale yang ada di laut.

Bau Nyale berawal dari legenda lokal yang melatarbelakangi yakni


tentang kisah Putri Mandalika. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok,
nyale konon merupakan jelmaan Putri Mandalika. Putri Mandalika
dikisahkan sebagai putri yang cantik dan baik budi pekertinya. Karena
kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta
kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri tersebut
bingung dan tidak bisa menentukan pilihannya, dia sangat bingung. Jika
dia memilih salah satu dari mereka, dia takut akan terjadi peperangan. Putri
yang baik ini tidak menginginkan peperangan karena dia tidak mau rakyat
yang akan menjadi korban. Oleh sebab itulah, putri pun lebih memilih
mengorbankan dirinya dengan menceburkan dirinya ke laut dan berubah
menjadi nyale yang berwarna-warni.

Cacing nyale muncul serempak dan rutin setiap tahun pada bulan
februari atau maret, sebetulnya nyale merupakan cacing laut dari kelas
Polychaeta yang sedang melakukan pemijahan massal. Cacing yang
ditemukan di pulau Lombok pada saat bau nyale sebagian tubuhnya
mengalami modifikasi bentuk, sedangkan pada individu lainnya kadang-
kadang ditemukan deretan bintik hitam dan ada yang berwarna hijau. Pada
umumnya cacing laut merupakan hewan yang memiliki meta meri
sempurna dengan tubuh yang lunak, langsing dan berbentuk silindris serta
mempunyai warna-warna yang menarik seperti merah, hijau, biru, coklat
dan lain-lain disebabkan adanya pigmen zat warna pada tubuhnya (Eddy
Yusron, 1985).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas. Maka kami dapat merumuskan


masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hukum yang di gunakan di Desa Sade sejak
setelah kemerdekaan sampai sekarang ?
2. Bagaimana sistem yang di gunakan saat ini?
3. Apa saja hal yang di ketahui tentang tradisi Bau Nyale ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui lebih lanjut terkait konstitusi hukum adat di Desa Sade dan
tradisi tahunan suku sasak, yaitu tradisi Bau Nyale yang tengah di
kembangkan sebagai salah satu wisata budaya tahunan di Pulau Lombok.
BAB II
HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian kami dapat di ketahui beberapa hal yaitu :

1. Sistem hukum yang di gunakan di Desa Sade sejak setelah kemerdekaan


sampai sekarang yaitu hukum adat yang sudah ada sejak dahulu.
Masyarakat yang berada dalam kawasan Desa Sade akan terus berlanjut
dan akan terus di jalankan ketika masyarakat adat budaya tersebut tetap
masih di jalankan.

Ada beberapa sistem hukum yang terdapat di Desa Sade yaitu Sistem
pemerintahan Desa, Sistem pertanian dan perkebunan, sistem ekonomi,
sistem sosial dan budaya, sistem pendidikan dan kesehatan, sistem
pariwisata dan sistem pengaruh modernisasi.

Jadi secara umum setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia telah


mengeluarkan berbagai peraturan dan UUD terkait pemerintahan desa dan
pengaturan hukum adat. Dalam perkembangannya, sistem pemerintahan
desa dan pengaturan hukum adat terus mengalami perubahan sesuai dengan
dinamika politik, sosial, dan hukum nasional. walaupun Desa Sade
mungkin mengakui keberadaan hukum tertulis seperti hukum nasional
Indonesia, namun hukum tidak tertulis atau hukum adat masih memainkan
peran yang sangat penting dalam mengatur kehidupan sehari-hari dan
hubungan sosial di desa tersebut.

2. sistem hukum yang di gunakan saat ini yaitu sistem kepercayaan dan
kemasyarakatan, sebab sistem tersebut merupakan aspek penting mengingat
adanya aturan aturan yang khusus atau kearifan local pada komunitas
sebuah Desa. Peraturan dan aturan adat juga mengatur berbagai aspek
kehidupan masyarakat Desa Sade, termasuk dalam hal pernikahan, warisan,
pertanian, dan penggunaan sumber daya alam. Sistem hukum adat ini
menjadi landasan penting dalam menjaga keberlangsungan tradisi dan adat
istiadat suku sasak di Desa Sade.
3. hal yang di ketahui tentang tradisi Bau Nyale yaitu Bau nyale adalah
aktivitas masyarakat untuk menangkap cacing laut. Cacing laut ini
berbentuk panjang dan berwarna hijau, kuning, dan oranye. Cacing laut ini
biasanya dibuat pepes oleh masyarakat, atau bahkan dikonsumsi secara
langsung. Tradisi bau nyale sangat erat kaitannya dengan Legenda Putri
Mandalika.Tradisi Bau Nyale ini melatar belakangi tentang kisah Putri
Mandalika. Tradisi Bau Nyale masih di pertahankan hingga kini karena
nyale dipercaya dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang
menghargainya dan keburukan bagi orang yang meremehkannya. Tradisi
Bau Nyale ini biasanya di laksanakan atau di selenggarakan sekitar bulan
Februari untuk nyale awal dan Maret untuk nyale akhir di Pantai Seger atau
disepanjang pantai selatan Lombok Tengah.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/bau-nyale-merupakan-suatu-acara-adat-yang-
muncul-berkat-sebuah-legenda-tentang-putri-mandalika/

Anda mungkin juga menyukai