Anda di halaman 1dari 20

Nama : Dirland Junardi

Nim : G11113517
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
2013

Kata Pengantar
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Wawasan Budaya
Maritim ini dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang salah satu unsur budaya
yang ada pada masyarakat maritim yaitu Pengetahuan.
Faktor pendukung seperti buku ajaran dan berbagai literature dari berbagai
sumber

sebagai salah satu indikator pendidikan yang perlu diprioritaskan demi

tercapainya hasil belajar yang optimal serta kemampuan berfikirdan percakapan


hidup adalah hasil akhir yang diharapkan.
Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca semuanya
.Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan.Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah
ini.

Makassar, 19 November 2013


Hormat Kami,

Penulis

Wawasan Sosial Budaya Maritim

Daftar Isi
Kata pengantar ............................................................................................................. 2
Daftar Isi ...................................................................................................................... 3
Bab I . Pendahuluan ..................................................................................................... 4
a. Latar Belakang ................................................................................................ 4
b. Tujuan ............................................................................................................. 4
c. Manfaat ........................................................................................................... 5
Bab II . Pembahasan .................................................................................................. 6
A. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Bulukumba ..............................................6
B. Sistem pengetahuan Masyarakat Bulukumba ....................................................6
1. Pengetahuan tentang waktu Berlayar ...............................................................8
2. Pengetahuan tentang Angin............................................................................ 11
3. Pengetahuan tentang Karang ......................................................................... 13
4. Pengetahuan tentang Lokasi Penangkapan Ikan ........................................... 14
5. Pengetahuan tentang Ombak ........................................................................ 14
6. Pengetahuan tentang Pantangan/ pemali ...................................................... 15
Bab III. Kesimpulan ................................................................................................. 18
Daftar Pustaka .............................................................................................................19

Wawasan Sosial Budaya Maritim

BAB I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dan agraris. Indonesia dikenal sebagai Negara
maritim karena wilayah perairan indonesia yang sangat luas dan negara agraris karena
indonesia merupakan negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa sehingga
menyebabkan pertanian indonesia sangat banyak menghasilkan flora yang bermacammacam. Kehidupan masyarakat Bangsa Indonesia sangat dipengaruhi dengan kondisi
geografis Indonesia terutama kehidupan masyarakat maritim. Posisi Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar juga dapat membuka kesempatan bagi Indonesia
untuk membangun potensinya sebagai Negara maritim besar. Dengan wilayah laut
yang sangat luas, Indonesia dapat memperoleh manfaat yang besar dari sumberdaya
yang terdapat di dalamnya.
Fenomena sosial masyarakat Indonesia tentunya melahirkan unsur-unsur budaya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang salah satu unsur budaya tersebut,
yaitu pengetahuan. Pengetahuan digunakan untuk menhadapi lingkungan dan
mendorong tindakan terwujudnya tindakan sesuai dengan motif yang dipunyai oleh
masyarakat maritim.
b. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui perkembangan kebudayaan
masyarakat maritim khususnya di daerah Bulukumba .

Wawasan Sosial Budaya Maritim

c. Manfaat
Manfaat dari makah ini yaitu :

Kita dapat memperoleh pengetahuan mengenai Pengetahuan masyarakat


maritim di Bulukumba

Kita dapat mengetahui perkembangan pengetahuan masyarakat maritim di


Bulukumba .

Wawasan Sosial Budaya Maritim

BAB II
A. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Bulukumba
Penduduk di Kabupaten Bulukumba dari berbagai macam suku bangsa sebahagian
besar adalah suku Bugis, dan Makassar. Selain itu terdapat juga satu suku yang masih
memegang teguh tradisi leluhur dengan mempertahankan pola hidup tradisional yang
bersahaja dan jauh dari kehidupan modern, yakni Suku Kajang. Demikian juga
dengan para pendatang di Kabupaten Bulukumba mereka juga ikut berbaur dengan
adat istiadat daerah ini sehingga adat istiadat/kebudayaan di Kabupaten Bulukumba
tetap lestari, baik dalam upacara adat, upacara tradisional serta berbagai bentuk
kebudayaan lainnya.
Sementara itu Pemkab Bulukumba juga telah melakukan upaya pembinaan
terhadap kebudayaan/adat istiadat Bulukumba terutama kebudayaan Suku Kajang
yang unik dan menarik, dengan melakukan kegiatan promosi melalui berbagai event
dan kesempatan, yang mana selama ini telah menunjukkan hasil yang memuaskan.
Kebudayaan Suku Kajang yang unik ini telah dikenal bahkan hingga ke manca negara
dan kini dikembangkan sebagai salah satu obyek wisata budaya andalan Kabupaten
Bulukumba
Suku Bugis Makassar yang dikenal sebagai pelaut sejati, telah menumbuhkan
budaya maritim yang cukup kuat di masyarakat Bulukumba. Dengan slogan
"Bulukumba Berlayar", masyarakat Bulukumba menyatakan eksistensinya dengan

Wawasan Sosial Budaya Maritim

kata layar mewakili pemahaman subyek perahu sebagai refleksi kreatifitas dan karya
budaya yang telah mengangkat Bulukumba di percaturan kebudayaan nasional dan
internasional, sebagai "Bumi Panrita Lopi"
Selain itu budaya keagamaan yang kental juga cukup mempengaruhi tatanan
kehidupan masyarakat Bulukumba. Sentuhan ajaran agama islam yang dibawah oleh
ulama besar dari Sumatera, yang masing-masing bergelar dato Tiro (Bulukumba),
Dato Ribandang (Makassar), dan Dato Patimang (Luwu), telah menumbuhkan
kesadaran religius dan menimbulkan keyakinan untuk berlaku zuhud, suci lahir
bathin, selamat dunia akhirat dalam rangka tauhid "appaseuwang" (MengEsakan
Allah SWT).

B. Sistem Pengetahuan Masyarakat Bulukumba


Masyarakat Bulukumba di desa Kaluku Lohe adalah merupakan masyarakat
maritim mempunyai sistem pengetahuan yang berkaitan dengan kemaritiman yang
dimanifestasikan setiap harinya. Sistem pengetahuan itu terlihat dalam teknik
pembuatan perahu, dan rumah.
Masyarakat Bulukumba masih mempercayai sampai dewasa ini tentang hari
baik dan hari buruk untuk melakukan perjalanan. Dengan demikian, tiap hari
berpengaruh terhadap hasil pekerjaan, semua urusan dan pekerjaan yang akan
dilakukan selalu diawali dengan menghitung-hitung hari yang baik dan hari yang
buruk. Sistem pengetahuan ini merupakan pewarisan nenek moyangnya, kemudian
ditransformasikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam lingkungan
sekitarnya.

Wawasan Sosial Budaya Maritim

1. Pengetahuan tentang waktu berlayar


Berdasarkan terbitnya bulan (Qamariah), menurut penduduk Bulukumba hari
yang paling baik untuk berlayar adalah hari ke-8 terbitnya bulan. Menurut orang
Bulukumba jadwal waktu yang baik untuk berangkat berlayar adalah sebagai berikut :
Hari Senin, pukul 09.00 disebut ele
Hari Selasa, pukul 07.00 ele-kelek dan pukul 14.00 disebut tangngasso
Hari Rabu, pukul 06.00 disebut ele-kale
Hari Kamis, pukul 07.00 disebut ele-kale
Hari Jumat, pukul 06.00 disebut ele-kale
Hari Sabtu, pukul 08.00 disebut ele
Nakkasetaung (nahas tahunan), yaitu malam/hari terbitnya satu
Muharram.
Nakkasepallopi (nahas pelayar), yaitu apabila bertepatan hari ahad dan
terbitnya pula bulan purnama.
Toppoi jennek kebok, yaitu angin kencang yang bertiup sekitar tanggal 17
Agustus sampai 20 Agustus.
Anginna Wara-warae, yaitu angin kencang yang bertiup sekitar tanggal 17
sampai 20 Juli.
Anginna tanrae, yaitu angin kencang yang bertiup sekitar tanggal 15 Agustus
Barubunna manue, yaitu angin yang bertiup pada tanggal 10 Oktober.
Pengetahuan untuk menentukan arah perahu dan daerah yang akan dituju
umunya dimiliki oleh orang Bulukumba. Untuk menetukan arah memerlukan bantuan
bintang pada malam hari. Pengetahuan mengenai bintang-bintang adalah sebagai
berikut :

Wawasan Sosial Budaya Maritim

1. Sule bawie,
adalah sebuah bintang yang selalu muncul di sebelah timur dan terbit pada
awal malam, tenggelam sekitar pukul 21.00. Di sebut Sulo-bawie karena
sejak terbit dan bersinar, babi-babi di hutan keluar dari sarangnya mencari
makanan karena sudah gelap.

2. Buttee,
adalah sekolompok bintang terdiri atas 4 buah bintang berbentuk buttek (
sejenis ikan yang besar perutnya). Bintang ini berada di sebelah selatan
bersama-sama dengan walue dan eppangnge. Bila muncul buttee
menandakan ikan di laut bertelur khususnya ikan terbang.

3. Wara-warae,
adalah bintang tinggalyang menampakkan diri agak terang merah seperti
bara api. Pada bulan Juli tanggal 17 sampai 20, sering membawa angin
yang agak kencang yang disebut anginna wara-warae dan pada saat itu
sering terjadi kebakaran.

4. Tanrae,
adalah bintang yang berjumlah 3 buah, dijadikan sebagai pedoman dalam
menentukan arah perahu. Pada tanggal 15 Agustus, merupakan pertanda
bahwa akan ada angin yang agak kencang disebut anginna tanrae. Apabila
bintang tanrae muncul di sebelah timur menandakan mulai masuk angin
timur dan bila berada pada posisi tengah hari dan bertepatan dengan pukul
06.00, berarti musim pertengahan musim timur, terjadi sekitar bulan
Agustus dan pada bulan tersebut sering datang hujan yang disebut, bosi
tangngasso tanrai. Apabila bintang tanrae berada pada posisi sebelah barat
atau tenggelam di sebelah barat menandakan musim barat mulai datang.

Wawasan Sosial Budaya Maritim

10

5. Tande Mamallou,

adalah sebuah bintang yang muncul disebelah timur, terbit sekitar pukul
05.00 dan tenggelam pada pukul 06.30, bila Bintang ini muncul berarti
sudah fajar.

6. Mano,

adalah sejumlah bintang(6buah) yang menyerupai ayam dan bila muncul


di sebelah timur menandakan pertengahan musim timur. Pada tanggal 10
September memberi tanda akan sering bertiup angin yang disebut
barubunna manue.

7. Lumes,

terdiri atas 4 buah bintang yang berada di sebelah selatan tenggara sekitar
pukul 19.00 dan menghilang pukul 07.00. Apabila bintang tersebut
muncul menandakan ikan mulai menampakkan diri di permukaan laut
khususnya tarawani (ikan terbang). Bintang ini disebut juga bintang lakilaki dan pasangannya adalah bintang eppangnge sebagai bintang
perempuan. Apabila bintang lumes masih berjajar menghadap ke atas,
suku Bulukumba belum mau berlayar, dana bila kebetulan berada di darat
mereka menunggu sampai bintang tersebut, menghadap ke bawah.
Apabila bintang wallue masih menghadap ke atas berarti ada angin
kencang yang bertiup.
8. Lakkeppang,

terdiri atas 7 bintang merupakan pasangan walue, Eppangnge disebut


sebagai perempuan, sebab bila bintang lumes tenggelam, maka eppangnge
menangis maksudnya pada saat tersebut hujan turun dan pohon-pohon
mulai berbuah atau berisi.

Wawasan Sosial Budaya Maritim

11

9. Puppuru,
ialah sekelompok 6 bintang yang menyerupai ikan pari dan muncul di
sebelah selatan, pada pukul 18.30. dan menghilang pada pukul 05.00.
Menurut orang Bulukumba bintang ini menandakan berarti musim barat
mulai datang.
10. Tandeng Tellue,
ialah sejumlah bintang muncul di sebelah timur menandakan musim timur
mulai muncul jam 19.00 dan tenggelam di sebelah barat pukul 06.00.
Menurut orang Bulukumba bintang itu merupakan tanda bahwa musim
barat mulai datang disertai angin keras.
11. Mamau Tangnga Baangi
Bintang ini muncul di sebelah Barat sekitar pukul 22.00 dan menghilang pada
jam
05.00. Bintang ini menandakan bahwa waktu tidak akan turun hujan.
2. Pengetahuan tentang angin
Selain itu Suku Bulukumba secara umum juga memahami jenis angin yang
didasarkan atas ramalan cuaca dan tanda-tanda bahaya di laut. Suku Bulukumba
berdasarkan sumber tradisi lisan pemahaman laut diperoleh melalui pengalaman yang
sangat luas dan melalui gejala alam sekitar serta ketajaman indera pakkita
(penglihatan),

parengkalinga

(pendengaran),

paremmau

(penciuman),

penedding(firasat), dan tentuang (keyakinan). Tanda-tanda bahaya yang bisa


diramalkan oleh seorang pasompe antara lain adalah sebagai berikut :
Angin bare
Angin bareadalah angin yang bertiup dari arah barat daya dan barat laut. Tandatanda menjelang bertiupnya angin bare adalah :

Wawasan Sosial Budaya Maritim

12

a) Lino (angin laut yang tenang), musim malam hari dan siang. Angin
tersebut akan mulai bertiup pada waktu sore hari sampai malam.
b) Didahului oleh kilat yang mendatar di permukaan laut atau kilat itu
bersinar ke atas.
c) Cuaca gelap/menghitam di sebelah barat.
d) Apabila angin kencang tersebut akan menyerang dalam seketika, tandanya
awan menghitam di sebelah barat kemudian berubah menjadi terang (silih
berganti).
e) Guntur selalu berbunyi di saat hujan sedang turun.

Angin timo
Angin timo, yaitu angin timur yang bertiup pada bulan Juli-Agustus. Tanda- tanda
menjelang bertiupnya angin timo, adalah:
a) Di waktu malam bintang-bintang cahayanya kelihatan tidak tenang (reppekreppek).
b) Pada waktu air pasang, angin bertiup dengan keras, layar harus digulung. Pada
waktuu air surut, angin bertiup sedang, dan layar tidak perlu digulung karena
anginnya tidak terlalu kencang.
c) Gumpalan awan hitam ada di sebelah timur.

Laso angin (angin tornado),


yaitu angin yang sering datang pada musim barat. menurut keprcayaan mereka
cara mengalihkan angin itu adalah dengan jalan telanjang bulat di atas perahu
menghunus keris atau badik luwuk dan mengayungkan di udara tiga kali. Tanda akan
datang laso anging adalah : Udara berbau anyir, terlihat gumpalan yang menghitam
dan pada gumpalan tersebut berekor sebesar batang kelapa membayang ke
permukaan laut.

Wawasan Sosial Budaya Maritim

13

Angin Datue
Anginna datue yaitu angin kencang yang bertiup sekitar pertengahan bulan
Agustus. Tanda-tanda yang mendahulukan adalah :
a) Selalu ada kilat di waktu malam.
b) Tanda-tanda akan merusak, apabila tiupan menimbulkan bunyi pada besi
karena tiupan yang demikian keras.

Angin Sulilik (kala-kala)


Angin sulili adalah angin yang muncul karena adanya pertemuan dua arus besar
di laut. Selain angin juga yang ditakuti adalah binatang laut seperti
Binatang Laut (kurita),
Kurita adalah jenis hewan yang berbahaya, tanda-tandanya adalah :
a) Dari jauh kelihatan seperti sorotan lampu berwarna, hijau kebiru-biruan,
sering muncul pada awal terbitnya bulan dan pada terbenamnya bulan
(Qamariah).
b) Apabila di suatu tempat air yang tenang seperti bercampur dengan minyak
oli. Di mana arah ikan meloncat di tengah laut dan air beriak
bergelombang dan keruh di situ menandakan air dangkal.
Sebaliknyadimana arah ikan itu turun ke air dan air berwarna biru di situ
airnya dalam.

3..Pengetahuan Tentang Karang


Jika sementara masyarakat Bulukumba berlayar dan melihat laut tidak
berombak dan air laut tidak berarus keras banyak buih-buih air atau busa air
terapung-apung disertai adanya bau anyir maka mereka dipastikan bahwa ditempat itu
ada karang. Tanda lain adalah terdapatnya biji pelir mengecil. Di samping itu
bilamana kayu perahu berdesir.Seperti gesekan pasir berarti karang ada disekitar

Wawasan Sosial Budaya Maritim

14

tempat itu .Disamping itu untuk mengetahui tempat yang berbatu karang ,dikenal
dengan tanda-tanda;
a. Pada waktu malam terang bulan ,gugusan karang nampak mengkilat akibat
pantulan cahaya bulan.
b. Di waktu siang gugusan karang terlihat berwarna putih akibat pecahan
ombak.
c. Bau gugusan batu karang dapat dirasakan kira-kira satu mil sebelum, yaitu
berbau anyir.

4.Pengetahuan Tentang Lokasi Penangkapan Ikan.

Tanda-tanda bahwa ditempat itu banyak ikan ialah adanya karang, karena
disekeliling karang itu tempat ikan bermain-main. Untuk menangkap harus
menghadang arus. Waktu yang sebaiknya menangkap ikan menurut orang
Bulukumba adalah waktu pagi dan sore. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu
laut tidak begitu panas sehingga ikan-ikan bermain di permukaan laut. Pada waktu
malam penangkapan dilakukan dalam keadaan bulan redup karena pada waktu itu
ikan-ikan naik ke permukaan laut, tetapi sebaiknya kalau bulan terang, maka ikanikan itu turun sampai pada kedalaman 20 meter.

5. Pengetahuan Tentang Ombak

Orang Bulukumba memiliki pengetahuan tentang Gayo atau ombak. Ombak


menurut pengetahuan kebaharian masyarakat Bulukumba terdiri atas :
Gayo didikki (ombak kecil), anjolang (gelombang), kakeang (pertemuan
arus), Goya salatang yang datangnya sekitar bulan Juni sampai Desember, Goya timo,
sekitar bulan Juni sampai Desember, Goya Utare yang datangnya sekitar bulan

Wawasan Sosial Budaya Maritim

15

Nopember dan Desember, Goya Bare datangnya sekitar bulan Desember sampai
April, Goya Kapuaka (panca roba) yang datangnya pada sekitar bulan Oktober dan
Desember.
Pada Goya Kapuaka ini disertai dengan sisiapu (laso anging) yaitu ditandai
dengan awan hitam yang berputar bentuknya kadang-kadang vertikal dan kadangkadang horisontal. Angin ini begitu dasyatnya sehingga apa yang didahuluinya
diangkat ke udara kemudian dihempaskan kembali ke permukaan laut. Utang
menolak angin ini suku Bulukumba meninggalkan pakaian kemudian duduk bersila di
haluan perahu sambil membaca mantra agar angin berubah arah.
6.Pengetahuan Tentang Pantangan ( Pemmali)
Berbagai pemali atau pantangan yang masih berlaku dan ditaati oleh para
nelayan antara lain adalah sebagai berikut:
a) Pantangan menjatuhkan sesuatu benda secara sengaja atau tidak pada waktu
akan berangkat berlayar.
b) dimana arah ikan itu turun ke air dan air berwarna biru di situ airnya dalam.
c) Pantangan menegur atau bertanya kepada orang yang sedang menuju
perahunya.
d) Pantang berpaling/berbalik ke belakang setelah berjalan menuju ke perahu
untuk berlayar.
e) Pantang menginjak pinggiran/ujung ombak (lila-wae) yang sedang terhempas
kedarat.
f) Pemmali menegur (makkemparang) di saat berlayar , dilarang
menegur/bertanya apabila menemukan hal-hal yang aneh atau tempat yang
dianggap keramat.
g) Pemmali situmpa ada, ritengnga dolangeng, dilarang bertengkar di dalam
perjalanan.

Wawasan Sosial Budaya Maritim

16

h) Pemmali mappacuru urung ritasie, yaitu dilarang menggunakan periuk atau


bejana timba air di laut.
i) Tidak boleh mengucapkan kata-kata : degaga (tidak ada), makessini
angingnge (angin sudah baik/tenang), tetapi harus diganti dengan kata- kata :
masempo (murah), dan masempona nangngiri angingnge (angin tidak bertiup
lagi ).
j) Pemali mallopie ritengnga dolangeng, yaitu pantang gembira/bermain secara
berlebih-lebihan di dalam perjalanan atau sedang berlayar.

Apabila si suami atau salah satu anggota keluarga sedang berlayar, ada
beberapa pantangan bagi pihak isteri/keluarga yang ditinggalkan seperti :
a. Mengeluarkan atau membuang debu dapur dari rumah.
b. Menunda mencuci pakaian suami sampai tiga hari.
c. Mencuci/memakai piring tempat makanan si suami.
d. Menurunkan barang-barang pada malam hari.
e. Membalikkan tempat beras.
f. Mencuci/menjemur kelambu, bantal dan kasur.
g. Memperbaiki/menurunkan bagian rumah seperti dinding dan atap.
h. Mencari kutu di tangga rumah.
i. Menyapu di waktu malam.
j. Sapa (pantang) makan ;
Sapa panyu, dilarang makan daging penyu karena penyu sering menolong
orang yang ditimpa musibah di laut. Sapa anre, (pantang makan), karena pesan dari
nenek moyang secara turun-temurun atau apabila dimakan timbul rasa gatal atau
bisul-bisul khususnya kepada jenis ikan tertentu. Sapa bale pesse-pesse, pantang
makan ikan pesse-pesse menurut masayarakat setempat jenis itu dianggap bukan ikan
karena tidak mempunyai lidah.

Wawasan Sosial Budaya Maritim

17

Muatan perahu ada pantangannya yang disebut Pemmalinna lureng lopie


antara lain perahu tidak boleh memuat colabai tungke (pantang memuat seorang
wadam, kecuali cukup dua orang atau lebih); bakka cilampa (tidak boleh memuat
seorang wanita, kecuali dua orang wanita atau lebih dan bila terpaksa harus
memenuhi, syarat membawa atau membeli seekor ayam ikut bersama dalam perahu
atau harus memakai topi/kopiah); Ase pulu bolong, (tidak boleh memuat beras pulut
hitam, baik dalam bentuk beras atau dalam bentuk kue-kue); Mesa (pantang memuat
batu nisan ), dan palungen (tidak boleh memuat lesung yang sudah dipakai, baik yang
terbuat dari batu maupun kayu).

Wawasan Sosial Budaya Maritim

18

BAB III
Kesimpulan
Penduduk nelayan di Indonesia pada umumnya menghuni daerah pesisir pulaupulau

besar dan memenuhi pulau-pulau kecil yang sangat banyak jumlahnya.

Mereka ini di kategorikan sebagai nelayan karena sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada
pemanfaatan sumberdaya perikanan laut, dengan mengantungkan beberapa tipe
perahu dan jenis-jenis alat/teknik eksploitasi sumber daya laut.

Pengetahuan yang menjadi landasan utama bagi nelayang dalam mengekplitasi


lingkungan laut. Yang diuraikan sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang pelayaran
2. Pengetahuan tentang biota laut yang bernilai ekonomis
3. Pengetahuan tentang lokasi tepat/rumah ikan
4. Pengetahuan tentang lingkungan sosial.

Pada masyarakat

Bulukumba

yang berada di daerah pesisir,

sistem

pengetahuannya merupakan pewarisan nenek moyang. Kemudian ditransformasikan


dengan situasi dan kondisi yang berkembang dalam lingkungan sekitarnya. Sistem
pengetahuan ini terlihat dalam teknik pembuatan perahu, rumah, ilmu astronomi
perbintangan.
Masyarakat Bulukumba sendiri sejak zaman nenek moyang telah mengetahui
cara berlayar, jenis-jenis angin, mengenai terumbu karang, lokasi penangkapan ikan,
tentang ombak dan juaga tentang pantanga-pantangan (pemmali)

Wawasan Sosial Budaya Maritim

19

Daftar Pustaka
Anonim A.2013.Budaya Maritim Masyarakat Bulukumba
http://www.scribd.com/doc/17280040/Laporan-LDP-LPMA-Studi-Antropologi.Diakses pada
19 November 2013
Anonim B.2013.Budaya Maritim Masyarakat Bulukumba
http://arkeologijawa2.files.wordpress.com/2009/10/05_sofwan.pdf Diakses pada 19
November 2013
Anonim B.2013.Budaya Maritim Masyarakat
Bugishttp://www.scribd.com/doc/21108279/Budaya-Bahari-Sebagai-Budaya-LokalMasyarakat-Nelayan-Bugis Diakses pada 19 November 2013

Wawasan Sosial Budaya Maritim

20

Wawasan Sosial Budaya Maritim

Anda mungkin juga menyukai