Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan suatu daerah yang curah hujannya termasuk


yang tertinggi di seluruh dunia. Curah hujan daerah satu dengan lainnya berbeda-
beda tergantung dari kondisi lingkungannya. Pada setiap analisis iklim pertanian
mempertimbangkan variabilitas ini dan tidak hanya didasarkan atas nilai rata-rata
dari curah hujan yang merupaka unsur dari iklim yang ada di daerah-daerah.
Pola curah hujan di Indonesia Secara Astronomis Indonesia terletak diatara 6º
Lu dan 11º Ls dan sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa dan memiliki
curah hujan yang cukup besar terutama di Indonesia bagian barat, dengan rata
curah hujannya 2.000 – 3.000.m/tahun dan semakin ke arah timur curah hujannya
semakin kecil kecuali Maluku dan Papua. Curah hujan di Indonesia tidak terlepas
dipengaruhi oleh angin muson barat dan angin muson timur. Angin muson barat
pada bulan Januari tekanan udara tinggi berada di atas Asia sedangkan tekanan
rendah berada di atas Australia, angin ini berhembus di atas Lautan Pasifik banyak
membawa uap air dan akhirnya menurunkan hujan di wilayah Indonesia bagian
barat dan berlangsung antara bulan Oktober – April atau musim hujan.
Salah satu indikasi kuat dikenalnya Indonesia sebagai satu-satunya kawasan
unik di daerah ekuator sebagai Benua Maritim Indonesia (BMI) adalah adanya
keragaman curah hujan yang cukup besar yang terjadi di beberapa kawasan di
Indonesia. Selain mendapat pengaruh dari sirkulasi udara pada skala global
maupun regional, pembentukan awan dan hujan di Indonesia juga dipengaruhi
oleh kondisi lokal, seperti kondisi topografi yang berbeda – beda pada setiap
pulau di Indonesia dan juga suhu permukaan laut di perairan Indonesia.
Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari
awan yang terdapat di atmosfer. Bentuk presipitasi lainnya adalah salju dan es.
Untuk dapat terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu dan
asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat dapat mengambil uap
air dari udara. Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan millimeter
(mm) atau inchi namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan
adalah dalam satuan millimeter (mm).
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan
satu millimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Iklim adalah sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang,
yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang
berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya. Iklim adalah konsep abstrak yang
menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama
kurun waktu yang panjang.
Di Indonesia pengetahuan tentang cuaca dan iklim adalah sangat penting
sekali karena sering adanya penyimpangan permulaan musim penghujan sangat
mempengaruhi terhadap kegiatan usaha tani di Indonesia. Seperti kondisi suhu
(temperatur) udara, curah hujan, pola musim sangat menentukan kecocokan dalam
optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum mengenai
curah hujan dan klasifikasi iklim sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penambahan ilmu pengetahuan, serta untuk kedepannya dapat diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam sektor pertanian.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum Klimatologi ini yaitu untuk mengidentifikasi


klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dan klasifikasi iklim Oldeman dalam
menghitung besarnya curah hujan pada Kabupaten Tana Toraja.
Adapun manfaat dari praktikum Klimatologi ini yaitu agar kita dapat
mengklasifikasikan iklim Schmidt-Ferguson dan klasifikasi iklim Oldeman
sehingga dapat berguna dalam menentukan waktu tanam yang tepat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Data Kabupaten

Menurut Kelompok kerja sanitasi (2014), Kabupaten Tana Toraja merupakan


salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di
bagian utara Provinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya adalah Makale, sebuah kota
berhawa sejuk yang berada pada daerah ketinggian sekitar 125 - 3.075 mdpl.
Kabupaten Tana Toraja secara geografi terletak antara 1190 22”14,322’ - 1200
2”37,566’ Bujur Timur dan 20 44”21,296’ – 30 23”23,505’ Lintang Selatan, yang
merupakan pusat kegiatan pariwisata budaya di Provinsi Sulawesi Selatan dan
sebagai pintu gerbang antara Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Secara
administrasitif wilayah, Kabupaten TanaToraja berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten
Pinrang.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu.
Kondisi topografi Kabupaten Tana Toraja relatif bergelombang dan berbukit,
sedangkan topografi datar relatif sedikit. Kawasan yang mempunyai kemiringan
lahan datar (0-8%) pada umumnya berada di daerah di sebelah timur dan lahan-
lahan sepanjang jalan poros. Selanjutnya kawasan yang mempunyai kemiringan
lahan 8-15% tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tana Toraja, sedangkan
kemiringan lahan di atas 40% pada umumnya berada di sebelah barat kecamatan
Simbuang, Kecamatan Bonggakaradeng, Kecamatan Masanda dan beberapa
kecamatan lainnya merupakan kawasan lindung (Kelompok kerja sanitasi, 2014).
Keadaan hidrologi di Kabupaten Tana Toraja dapat diamati dengan adanya air
tanah yang bersumber dari air hujan yang sebagian mengalir di permukaan (run
off) dan sebagian lagi meresap ke bumi. Pada umumnya air permukaan yang
terdapat di Kabupaten Tana Toraja berasal dari sungai saddang yang merupakan
salah satu sungai terpanjang yang berada di Sulawesi Selatan serta beberapa
sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut diantaranya sungai Mai’ting,
sungai Saluputti, sungai Maulu, sungai Surame, sungai Sarambu yang pada
umumnya bersumber dari mata air pegunungan. Untuk jenis air ini sebagian besar
dipergunakan untuk keperluan pertanian, pariwisata (arung jeram) dan rumah
tangga, sedangkan untuk air tanah dangkal dapat diperoleh dari sumur gali dengan
kedalaman sekitar 10-15 meter dengan kualitas air yang cukup memenuhi syarat-
syarat kesehatan. Untuk jenis air ini dipergunakan oleh sebagian besar masyarakat
sebagai sumber air untuk keperluan rumah tangga. Kabupaten Tana Toraja
termasuk daerah yang beriklim tropis basah, temperatur rata-rata berkisar antara
15°c-28°c dengan kelembaban udara antara 82-86%, curah hujan rata-rata 1.500
mm/thn sampai lebih dari 3.500 mm/tahun. Dalam RTRWN dijelaskan pada
wilayah Kabupaten Tana Toraja terdapat Wilayah Sungai yakni Sungai Saddang
dengan panjang 182 km yang merupakan sungai lintas provinsi (Provinsi Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat). Selanjutnya dalam RTRW Provinsi Sulawesi Selatan
dipertegas lagi bahwa Sungai Saddang merupakan bagian dari Satuan Wilayah
Sungai (SWS) Saddang dengan luas DAS 6.696,10 km2 yang melintasi 2 provinsi
dan 5 kabupaten, yakni masing-masing Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara,
Mamasa, Enrekang, dan Pinrang (Kelompok Kerja Sanitasi, 2014).

2.2 Curah Hujan 10 Tahun Terakhir


Menurut Sabaruddin (2014), di wilayah tropik, curah hujan merupakan unsur
iklim yang paling besar keragamannya, baik itu antar waktu maupun antar lokasi.
Oleh karena itu, curah hujan mendapat perhatian yang lebih dibanding dengan
unsur iklim lain dalam pengamatannya.
Berdasarkan Data Curah Hujan Kabupaten yang didapatkan dari BMKG,
terlihat bahwa dari tahun 2006 – 2015 terjadi fluktuasi, yakni terdapat kenaikan
dan penurunan curah hujan. Hal ini berkaitan dengan analisis hujan, seperti yang
dikatakan Sabaruddin (2014), bahwa analisis hujan lebih menggambarkan tentang
keadaan hujan suatu wilayah atau daerah yang dikumpulkan dari pengamatan
setiap stasiun curah hujan.
Tana Toraja beriklim tropis. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober - Maret
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April - September. Perubahan iklim
dunia dan pengaruh pemanasan global sedikit mempengaruhi pola iklim di Tana
Toraja dalam satu dekade terakhir, namun pola dan masa tanam padi yang hampir
seluruhnya mengandalkan air hujan tetap belum berubah. Curah hujan tertinggi
biasanya terjadi pada Desember hingga Januari. Selain itu terdapat juga daerah
yang hampir selalu terselimuti oleh kabut sepanjang hari di perbatasan dengan
daerah Teluk Bone (Cahyono, 2010).

2.3 Hujan

Hujan dapat didefinisikan sebagai kebasahan yang jatuh ke bumi dalam


bentuk cair. Butir-butir hujan mempunyai garis tengah 0,08 – 6 mm. Hujan
terdapat dalam beberapa macam yaitu hujan halus, hujan rintik-rintik dan hujan
lebat. Perbedaan terutama pada besarnya butir-butir. Hujan lebat biasanya turun
sebentar saja jatuh dari awan cumulonimbus. Hujan semacam ini dapat amat kuat
dengan intensitas yang besar (Karim,1985).
Terbentuknya hujan diawali dengan terbentuknya awan, kemudian
membentuk butir – butir air namun tidak selamanya awan sebagai pertanda
terjadinya hujan. Agar menjadi hujan, butir – butir air tersebut harus tumbuh besar
hingga memiliki kemampuan untuk mengalahkan aliran air yang naik. Bilamana
awan tidak tumbuh besar makan awan – awan kecil yang terbentuk tersebut akan
menguap kembali ke atmosfer (Sabaruddin, 2014).
Menurut Estiningtyas dan Wigena (2011), curah hujan merupakan salah satu
unsur iklim yang sangat berperan penting, namun keberadaannya secara spasial
dan temporal terbilang masih sulit untuk diprediksi. Selain sifatnya yang dinamis,
proses fisis yang terlibat juga sangat kompleks. Ketidakpastian hujan ini semakin
besar ketika terjadi anomali iklim berupa El Nino dan La Nina. Berbagai kejadian
bencana di Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar bencana terkait dengan
fenomena El Nino Southern Oscilatioan (ENSO).1) Variabilitas iklim khususnya
curah hujan sangat terkait dengan fenomena ini. Pada umumnya El Nino
membawa dampak berupa berkurangnya curah hujan bahkan kekeringan,
sedangkan La Nina membawa dampak berupa meningkatnya curah hujan yang
bisa menyebabkan banjir.
Jenis-jenis hujan berdasarkan terjadinya: hujan siklonal, yaitu hujan yang
terjadi kerena udara panas yang naik disetai dengan angin berputar. Hujan zenihal,
yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator akibat pertemuan angin
pasat timur laut dengan air pasat tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan
membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan
menjadi jenuh dan turunlah hujan (Kartasapoetra, 2004).
Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau
dapat pula dengan yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada
daerah yang masih alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili
wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak
dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah
hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas
mulut penakar. Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut
penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1,2 meter
dari permukaan tanah (Jumin, 2002).
Curah hujan yang merupakan unsur iklim penting dan menentukan neraca air
tanaman sangat terlihat nyata pengaruhnya akibat anomali iklim. Sementara
kejadian anomali iklim di Indonesia telah terbukti dominan mempengaruhi
produksi pertanian dan ketahanan pangan (Estiningtyas, dkk., 2008).
Menurut Warsito, dkk. (2009), prediksi curah hujan diperlukan karena untuk
menyusun rencana masa tanam diperlukan data dan informasi kondisi curah hujan
minimal satu musim ke depan. Prediksi curah hujan dapat dilakukan beberapa
bulan ke depan bahkan satu tahun ke depan.

2.4 Iklim

Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu
tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu.
Dua unsur utama iklim adalah suhu dan curah hujan. Indonesia sebagai daerah
tropis ekuatorial mempunyai variasi suhu yang kecil, sementara variasi curah
hujannya cukup besar. Oleh karena itu curah hujan merupakan unsur iklim yang
paling sering diamati dibandingkan dengan suhu (Hermawan, 2010).
Iklim disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan penyusun cuaca. Untuk
mencari harga rata-rata, tergantung pada keadaan. Hanya perlu diketahui, untuk
mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga
normal. Yaitu harga rata-rata selama sepuluh tahun. Angka tiga puluh tahun
merupakan persetujuan internasional (Wisnusubroto, 1999).
Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan
iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan
maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas
manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala
global maupun skala lokal (Irianto, 2003).
Indonesia merupakan satu kawasan daerah tropis yang unik dimana dinamika
atmosfernya dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, aliran angin monsunal, iklim
marine dan pengaruh berbagai kondisi lokal. Cuaca dan iklim di Indonesia
mempunyai karakteristik khusus yang hingga kini mekanisme proses
pembentukannya belum banyak diketahui (Hermawan, 2010).
Iklim telah terbagi sesuai lokasi atau daerah yang telah dideterminasikan
tidak hanya untuk satu elemen saja, tetapi dengan variasi kombinasi variabel
meteorologi. Dua tempat mungkin memililki temperatur yang sama, tetapi ada
perbedaan curah hujan di sana. Beberapa karakteristik dari distribusi iklim telah
diketahui melalui klasifikasi secara astronomi. Ada beberapa klasifikasi iklim
sesuai parameter pengukurannya yaitu klasifikasi menurut Mohr, Schmidt dan
Fergusson, Oldeman, dan Koppen. Di antara keempat jenis klasifikasi iklim ini
terdapat persamaan dan perbedaan (Irianto, 2003).
Menurut Lakitan (2002), Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang
didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan
atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data
unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim
yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidang-bidang tersebut.
2.4.1 Menurut Schmidt – Fergusson

Menurut Subroto (1999), penyusunan peta iklim menurut klasifikasi


Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian
iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan
bulan kering seperti kriteria bulan basah dan juga bulan kering klsifikasi iklim
Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering maupun dari bulan basah dalam
klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan dengan membandingkan
jumlah/frekwensi bulan kering atau bulan basah selama tahun pengamatan dengan
banyaknya tahun pengamatan .
Schmidt dan Ferguson menentukan BB, BL dan BK tahun demi tahun
selama pengamatan, yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Penentuan tipe iklimnya mempergunakan tipe iklimnya dengan mempergunakan
nilai Q yaitu:
𝑩𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒊𝒏𝒈
𝑸= 𝒙𝟏𝟎𝟎%
𝑩𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒔𝒂𝒉

Tipe Iklim Keterangan Kriteria (%)


A Sangat Basah 0 < Q < 14,3
B Basah 14,3 < Q < 33,3
C Agak Basah 33,3 < Q < 60,0
D Sedang 60,0 < Q < 100,0
E Agak Kering 100,0 < Q < 167,0
F Kering 167,0 < Q < 300,0
G Sangat Kering 300,0 < Q < 700,0
H Luar Biasa Kering 700,0 < Q
Sumber: Tjasyono, 2004
Menurut Tjasyono (2004), tipe Vegetasi Iklim Klasifikasi Schmidt-Ferguson:
1. Tipe A : Daerah sangat basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika
2. Tipe B : Daerah basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika
3. Tipe C : Daerah agak basah dengan ciri vegetasi hutan rimba,
4. Tipe D : Daerah sedang dengan ciri vegetasi hutan musim
5. Tipe E : Daerah agak kering dengan ciri vegetasi hutan sabana
6. Tipe F : Daerah kering dengan ciri vegetasi hutan sabana
7. Tipe G : Daerah sangat kering dengan ciri vegetasi padang ilalang
8. Tipe H : Daerah ekstrim kering dengan ciri vegetasi padang ilalang

2.4.2 Menurut Oldeman

Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman ini didasarkan kepada


banyaknya jumlah kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman, terutaman pada
tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya pada klasifikasi iklim Oldemen ini
berdasarkan pada jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut.
Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk
tanaman palawija adalah 70 mm/ bulan dengan asumsi bahwa peluang terjadinya
hujan yang sama adalah 75 % (Oldeman et al , 1980).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim
merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah secra berturut-turut
yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya
jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian nama Zone iklim
berdasarkan huruf yaitu zone A, B, C, D dan E sedangkan pemberian sub zone
berdasarkan angka yaitu sub 1, sub 2, sub 3, sub 4 dan sub 5 (Tjasyono, 2004).

Tabel Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman


Menurut Lakitan (2002), Oldeman membagi iklim berdasarkan kebutuhan
air masing-masing tanaman sehingga setiap zone memiliki jenis tanaman dan cara
pengelolaan yang berbeda sehingga disebut zona agroklimat, berikut zona
agroklimat klasifikasi Oldeman:
1. A1 10-12 bulan basah berurutan dan 0-1 bulan kering
2. B1 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
3. B2 7-9 bulan basah berurutan dan 2-3 bulan kering
4. B3 7-8 bulan basah berurutan dan 4-5 bulan kering
5. C1 5-6 bulan basah berurutan dan 0-1 bulan kering
6. C2 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
7. C3 5-6 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
8. D1 3-4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering
9. D2 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
10. D3 3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
11. D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan bulan kering 11
12. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering
13. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering
14. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering
15. E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan
Hasil klasifikasi Oldeman dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan
pertanian, seperti penentuan permulaan masa tanam, penentuan pola tanam dan
intensitas penanaman (Rusmayadi, 2002).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Curah Hujan dan Klasifikasi Iklim ini di laksanakan di


Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika, Laboratorium Ekofisiologi dan
Nutrisi Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Praktikum
Curah Hujan dan Klasifikasi Iklim ini di laksanakan pada hari Jumat, Mulai
tanggal 24 Maret - 28 April 2017 dan untuk pengolahan data dilaksanakan mulai
hari Sabtu tanggal 29 april – 1 mei 2017 pada waktu yang telah ditentukan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan pada praktikum curah hujan dan klasifikasi tipe iklim
adalah laptop, LCD dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum curah hujan dan klasifikasi iklim ini
adalah data klimatologi kabupaten Tana Toraja tahun 2006 hingga tahun 2016
yang diperoleh dalam bentuk hardcopy.

3.3 Pengolahan Data


Pengolahan data curah hujan dan klasifikasi iklim dilakukan sebagai berikut :
1. Mengambil data curah hujan selama 10 tahun pada tempat yang telah
ditentukan.
2. Mengetik ulang data curah hujan.
3. Mengetik data curah hujan per dekade serta jumlahnya.
4. Mencari bobot dari data curah hujan per dekade serta jumlahnya dengan
formula pada Microsoft Excel.
a. Untuk dekade pertama digunakan formula sebagai berikut :
= 10/jumlah hari dekade pertama*(nilai dekade pertama)
b. Untuk dekade kedua digunakan formula sebagai berikut :
= 10/jumlah hari dekade kedua*(nilai dekade kedua)
c. Untuk dekade ketiga digunakan formula sebagai berikut :
= 10/jumlah hari dekade ketiga*(nilai dekade ketiga)
d. Untuk jumlah digunakan formula sebagai berikut :
= 30/jumlah hari dalam satu bulan*(nilai jumlah curah hujan dalam satu
bulan)
5. Membuat rangking data curah hujan serta jumlahnya dari yang paling besar
hingga yang paling kecil nilainya.
6. Membuat grafik dari rangking data curah hujan per bulan selama 10 tahun.
7. Membuat peluang 40%, 50%, dan 60% data curah hujan per dekade serta
jumlahnya dengan formula pada Microsoft Excel.
a. Untuk peluang 40% digunakan formula = (jumlah tahun + 1)*40%
b. Untuk peluang 50% digunakan formula = (jumlah tahun + 1)*50%
c. Untuk peluang 60% digunakan formula = (jumlah tahun + 1)*60%
8. Membuat rataan data curah hujan per dekade serta jumlahnya dengan formula
pada Microsoft Excel sebagai berikut :
=Rangking awal – (rata-rata per dekade atau jumlah)/(nilai sebelum rangking
awal atau jumlah – nilai rangking awal atau jumlah).
9. Menentukan peluang data curah hujan per dekade serta jumlahnya untuk
peluang 40%, 50%, dan 60% dengan formula pada Microsoft Excel sebagai
berikut :
=(Nilai rataan/jumlah tahun + 1)*100
10. Membuat grafik dari masing-masing peluang data curah hujan 40 %, 50%, dan
60% dan grafik dari gabungan peluang data curah hujan 40 %, 50%, dan 60%.
11. Menentukan bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab dari masing-masing
tipe iklim menurut Oldeman dan Schmidt-Ferguson.
12. Menentukan tipe iklim dari jumlah bulan basah dan bulan kering dari masing-
masing tipe iklim menurut Oldeman dan Schmidt-Ferguson.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Tabel Data Mentah Per Dekade
Tahun
Bulan Dkd
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 74 - 3 69 97 128 129 124 97 9
2 46 203 16 85 53 32 179 177 - 4
Jan
3 34 160 72 145 145 193 61 302 9 158
Jumlah 154 363 91 299 295 353 369 603 106 171
1 159 138 35 9 101 123 87 419 63 141
2 134 53 2 101 99 215 75 311 55 41
Feb
3 89 57 84 172 172 169 36 0 51 119
Jumlah 382 248 121 282 372 507 198 730 169 301
1 7 8 144 109 87 81 20 94 69 165
2 171 240 109 245 56 189 1 73 70 140
Mar
3 102 151 241 69 69 100 163 176 113 156
Jumlah 280 399 494 423 212 370 184 343 252 461
1 35 256 172 70 78 158 82 134 70 166
2 168 142 282 89 187 149 70 123 156 94
Apr
3 58 152 132 255 255 149 119 132 125 71
Jumlah 261 550 586 414 520 456 271 389 351 331
1 24 136 140 27 132 210 92 56 73 265
2 124 110 - 19 19 31 111 125 65 231
Mei
3 249 29 82 25 25 93 124 82 29 15
Jumlah 397 275 222 71 176 334 327 263 167 511
1 100 24 72 24 137 9 73 78 69 128
2 154 38 131 25 25 75 75 49 116 165
Jun
3 38 64 - 19 19 18 51 169 105 14
Jumlah 292 126 203 68 181 102 199 296 290 307
1 46 108 50 17 173 6 69 142 226 -
2 39 111 77 18 18 27 95 210 157 5
Jul
3 21 5 84 95 95 62 61 8 - -
Jumlah 106 224 211 130 286 95 225 360 383 5
1 24 9 13 7 87 22 26 101 - -
2 2 20 71 14 14 12 5 68 5 -
Agu
3 26 5 15 3 3 28 13 11 2 -
Jumlah 52 34 99 24 104 62 44 180 7 0
1 6 82 149 3 139 20 - 11 - -
Sep
2 10 9 20 5 5 35 177 1 - -
3 - 43 - 2 2 84 47 5 - -
Jumlah 16 134 169 10 146 139 224 17 0 0
1 - 31 76 - 342 51 - - - -
2 - 54 102 - - 108 - 27 - -
Okt
3 - 60 330 51 51 74 32 40 - 1
Jumlah 0 145 508 51 393 233 32 67 0 1
1 - 94 180 200 388 158 41 216 2 -
2 24 74 100 147 147 120 51 68 1 -
Nov
3 143 105 135 356 356 160 17 112 4 8
Jumlah 167 273 415 703 891 438 109 396 7 8
1 60 94 202 170 158 219 91 118 - 12
2 79 74 204 334 334 193 107 223 63 84
Des
3 139 105 147 208 208 76 212 173 109 276
Jumlah 278 273 553 712 700 488 410 514 172 372
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)
b. Tabel yang Sudah diboboti
Tahun
Bulan Dkd
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 74 0 3 69 97 128 129 124 97 9
2 46 203 16 85 53 32 179 177 0 4
Jan
3 31 145 65 132 132 175 55 275 8 144
Jumlah 149 351 88 289 285 342 357 584 103 165
1 159 138 35 9 101 123 87 419 63 141
2 134 53 2 101 99 215 75 311 55 41
Feb
3 111 71 105 215 215 211 45 0 64 149
Jumlah 409 266 130 302 399 543 212 782 181 323
1 7 8 144 109 87 81 20 94 69 165
2 171 240 109 245 56 189 1 73 70 140
Mar
3 93 137 219 63 63 91 148 160 103 142
Jumlah 271 386 478 409 205 358 178 332 244 446
1 35 256 172 70 78 158 82 134 70 166
2 168 142 282 89 187 149 70 123 156 94
Apr
3 58 152 132 255 255 149 119 132 125 71
Jumlah 261 550 586 414 520 456 271 389 351 331
1 24 136 140 27 132 210 92 56 73 265
2 124 110 0 19 19 31 111 125 65 231
Mei
3 226 26 75 23 23 85 113 75 26 14
Jumlah 384 266 215 69 170 323 316 255 162 495
1 100 24 72 24 137 9 73 78 69 128
Jun
2 154 38 131 25 25 75 75 49 116 165
3 38 64 0 19 19 18 51 169 105 14
Jumlah 292 126 203 68 181 102 199 296 290 307
1 46 108 50 17 173 6 69 142 226 0
2 39 111 77 18 18 27 95 210 157 5
Jul
3 19 5 76 86 86 56 55 7 0 0
Jumlah 103 217 204 126 277 92 218 348 371 5
1 24 9 13 7 87 22 26 101 0 0
2 2 20 71 14 14 12 5 68 5 0
Agu
3 24 5 14 3 3 25 12 10 2 0
Jumlah 50 33 96 23 101 60 43 174 7 0
1 6 82 149 3 139 20 0 11 0 0
2 10 9 20 5 5 35 177 1 0 0
Sep
3 0 43 0 2 2 84 47 5 0 0
Jumlah 16 134 169 10 146 139 224 17 0 0
1 0 31 76 0 342 51 0 0 0 0
2 0 54 102 0 0 108 0 27 0 0
Okt
3 0 55 300 46 46 67 29 36 0 1
Jumlah 0 140 492 49 380 225 31 65 0 1
1 0 94 180 200 388 158 41 216 2 0
2 24 74 100 147 147 120 51 68 1 0
Nov
3 143 105 135 356 356 160 17 112 4 8
Jumlah 167 273 415 703 891 438 109 396 7 8
1 60 94 202 170 158 219 91 118 0 12
2 79 74 204 334 334 193 107 223 63 84
Des
3 126 95 134 189 189 69 193 157 99 251
Jumlah 269 264 535 689 677 472 397 497 166 360
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)
c. Tabel Rangking Per Dekade
Tahun Rata-
Bulan Dkd
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata
1 129 128 124 97 97 74 69 9 3 0 66
2 203 179 177 85 53 46 32 16 4 0 72
Jan
3 275 175 145 144 132 132 65 55 31 8 106
Jumlah 584 357 351 342 289 285 165 149 103 88 271
1 419 159 141 138 123 101 87 63 35 9 116
2 311 215 134 101 99 75 55 53 41 2 99
Feb
3 215 215 211 149 111 105 71 64 45 0 108
Jumlah 782 543 409 399 323 302 266 212 181 130 355
1 165 144 109 94 87 81 69 20 8 7 71
Mar 2 245 240 189 171 140 109 73 70 56 1 118
3 219 160 148 142 137 103 93 91 63 63 111
Jumlah 478 446 409 386 358 332 271 244 205 178 331
1 256 172 166 158 134 82 78 70 70 35 111
2 282 187 168 156 149 142 123 94 89 70 133
Apr
3 255 255 152 149 132 132 125 119 71 58 132
Jumlah 586 550 520 456 414 389 351 331 271 261 413
1 265 210 140 136 132 92 73 56 27 24 105
2 231 125 124 111 110 65 31 19 19 0 76
Mei
3 226 113 85 75 75 26 26 23 23 14 63
Jumlah 495 384 323 316 266 255 215 170 162 69 266
1 137 128 100 78 73 72 69 24 24 9 65
2 165 154 131 116 75 75 49 38 25 25 78
Jun
3 169 105 64 51 38 19 19 18 14 0 45
Jumlah 307 296 292 290 203 199 181 126 102 68 206
1 226 173 142 108 69 50 46 17 6 0 76
2 210 157 111 95 77 39 27 18 18 5 69
Jul
3 86 86 76 56 55 19 7 5 0 0 36
Jumlah 371 348 277 218 217 204 126 103 92 5 196
1 101 87 26 24 22 13 9 7 0 0 26
2 71 68 20 14 14 12 5 5 2 0 19
Agu
3 25 24 14 12 10 5 3 3 2 0 9
Jumlah 174 101 96 60 50 43 33 23 7 0 59
1 149 139 82 20 11 6 3 0 0 0 37
2 177 35 20 10 9 5 5 1 0 0 24
Sep
3 84 47 43 5 2 2 0 0 0 0 17
Jumlah 224 169 146 139 134 17 16 10 0 0 86
1 342 76 51 31 0 0 0 0 0 0 46
2 108 102 54 27 0 0 0 0 0 0 27
Okt
3 300 67 55 46 46 36 29 1 0 0 53
Jumlah 492 380 225 140 65 49 31 1 0 0 138
1 0 216 200 180 158 94 41 2 0 0 81
2 147 147 120 100 74 68 51 24 1 0 67
Nov
3 356 356 160 143 135 112 105 17 8 4 127
Jumlah 891 703 438 415 396 273 167 109 8 7 341
1 219 202 170 158 118 94 91 60 12 0 102
2 334 334 223 204 193 107 84 79 74 63 154
Des
3 251 193 189 189 157 134 126 99 95 69 137
Jumlah 689 677 535 497 472 397 360 269 264 166 433
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)
d. Grafik Peluang 40%, 50%, 60%, dan Grafik Peluang Gabungan

Peluang 40%
600
500
400
300
200
100
0

Sumber : Data primer setelah diolah (2017)

Peluang 50%
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Sumber : Data primer setelah diolah (2017)

Peluang 60%
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Sumber : Data primer setelah diolah (2017)


Grafik Peluang Gabungan
Kecamatan Nanggala
Kabupaten Toraja Utara
600
500
400
300
200
100
0

Series1 Series2 Series3

Sumber : Data primer setelah diolah (2017)


e. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt Fergusson
Klasifikasi Iklim Menurut Smith Ferguson

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Januari BB BB BL BB BB BB BB BB BB BB
Februari BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Maret BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
April BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Mei BB BB BB BL BB BB BB BB BB BB
Juni BB BB BB BL BB BB BB BB BB BB
Juli BB BB BB BB BB BL BB BB BB BK
Agustus BK BK BL BK BB BL BK BB BK BK
September BK BB BB BK BB BB BB BK BK BK
Oktober BK BB BB BK BB BB BK BL BK BK
November BB BB BB BB BB BB BB BB BK BK
Desember BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
BB 9 11 10 7 12 10 10 10 8 7 9.4
BK 3 1 2 3 0 0 2 1 4 5 2.1
BL 0 1 0 2 0 2 0 1 0 0 0.6
BK 2.1
BB 9.4
Q = BK/BB*100% 22.34
Karena Q = 22.34 maka tipe iklim menurut Schdmith- Fergusson
f. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Januari BL BB BK BB BB BB BB BB BL BL
Februari BB BB BL BB BB BB BB BB BL BB
Maret BB BB BB BB BB BB BL BB BB BB
April BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Mei BB BB BB BK BL BB BB BB BL BB
Juni BB BL BB BK BL BL BL BB BB BB
Juli BL BB BB BL BB BK BB BB BB BK
Agustus BK BK BK BK BL BK BK BL BK BK
September BK BL BL BK BL BL BB BK BK BK
Oktober BK BL BB BK BB BB BK BK BK BK
November BL BB BB BB BB BB BL BB BK BK
Desember BB BB BB BB BB BB BB BB BL BB
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
BB 5 7 5 6 7 8 3 9 2 5 5.7
BK 3 0 0 3 0 2 0 2 4 5 1.9
BL 0 2 0 0 2 0 0 0 3 0 0.7
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)

Keterangan
BK 1.9 Sub-Tipe 1
BB = >200 BB 5.7 Tipe Utama C
BL = 100-200
BK = <100
C1 = Tanam Padi dapat sekali dan Palawija dua kali setahun.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari analisis data yang dilakukan, diketahui pada data curah hujan
Kabupaten Toraja, yang terhitung mulai dari tahun 2006 – 2015, terlihat bahwa
pada setiap dekade atau 10 hari dalam 1 tahun terdapat intensitas curah hujan yang
berbeda – beda pada setiap dekade tersebut, ada yang curah hujannya tinggi, ada
yang sedang dan juga ada yang rendah. Perbedaan intensitas curah hujan ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti, suhu temperature, kelembaban, serta arah
angin, hal ini sesuai dengan pendapat Sabaruddin (2014), yang menyatakan bahwa
adapun faktor yang menyebabkan terjadinya hujan adalah perubahan suhu yang
drastis, temperature, kelembaban yang rendah, serta arah angin yang membuat
terbentuknya atau terbawanya awan yang akan mengakibatkan terjadinya hujan.
Pada data grafik peluang perkiraan cuaca, yaitu 40%, 50%, dan 60%, terlihat
bahwa peluang dengan curah hujan 40% paling tinggi pada bulan Desember,
sedangkan curah hujan yang terendah terjadi pada bulan Agustus. Kemudian pada
peluang 50%, curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember, sedangkan
curah hujan terendah terdapat pada bulan Agustus. Pada peluang 60%, curah
hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember, sedangkan curah hujan terendah
terdapat pada bulan September. Dengan melihat peluang gabungan terlihat bahwa
curah hujan terendah terjadi pada bulan September, sedangkan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Desember. Dengan data ini kita dapat menetukan
waktu tanam dan waktu panen, karena dengan peluang ini kita bisa
memperkirakan sekitaran bulan berapa curah hujan rendah, sedang maupun tinggi.
Sehingga disesuaikan dengan tanaman yang nantinya akan ditanam agar tidak
terjadi gagal panen akibat salah menentukan waktu tanam dan panen.
Dalam sistem pengkasifikasian iklim, dilakukan melalui dua tipe klasifikasi
iklim yakni klasifikasi iklim menurut Schmidt – Fergusson dan klasifikasi iklim
menurut Oldeman. Kedua klasifikasi iklim ini ditentukan berdasarkan banyaknya
bulan basah dan bulan kering, namun penentuan tipe iklimnya yang berbeda.
Dalam sistem klasifikasi menurut Schmidt – Fergusson, berdasarkan dari hasil
olahan data, didapatkan bahwa pada daerah Kabupaten Tana Toraja termasuk
kedalam kelas B. Menurut Tjasyono (2004), daerah dengan klasifikasi kelas B
merupakan daerah basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika. Daerah ini
sangat baik untuk ditanami berbagai macam vegetasi tanaman, terutama pada jenis
pepohonan, seperti pohon pinus.
Kemudian sistem klasifikasi iklim menurut Oldemen, setelah data diolah
menurut klasifikasi iklim dari Oldemen didapatkan data bahwa, Kabupaten Tana
Toraja termasuk dalam kelas C1. Dimana kelas C1 ini menurut Lakitan (2002),
kelas iklim yang termasuk C1 adalah yang terdiri dari 5-6 bulan basah berurutan
dan 0-1 bulan kering. Pada kelas ini sangat baik untuk ditanam jenis tanaman padi
dan palawija, klasifikasi Oldeman ini ditentukan berdasarkan atas besarnya
kebutuhan air pada tanaman.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Curah hujan Kabupaten Tana Toraja selama 10 Tahun, memiliki jumlah
intensitas curah hujan yang berbeda – beda.
2. Tipe iklim dari kabupaten Tana Toraja menurut Smidth – Fergusson adalah
termasuk kelas B
3. Klasifikasi iklim menurut Oldeman adalah Kabupaten Tana Toraja termasuk
dalam kelas C1.

5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah diharapkan kedepannya praktikan
mengerti dengan jelas sebelum keluar dari laboratorium agar nantinya tidak
timbul pertanyaan – pertanyaan lagi akibat kurang paham dalam mengolah data.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono. 2010. http://dicahdwicahyono.blogspot.co.id/2011/02/sekilas-wilayah-


tana-toraja-utara.html. Diakses pada hari Kamis pukul 09.45 WITA.
Estiningtyas, W. dan Wigena, A. H. 2011. Teknik Statistical Downscaling Dengan
Regresi Komponen Utama Dan Regresi Kuadrat Terkecil Parsial Untuk
Prediksi Curah Hujan Pada Kondisiel Nino, La Nina, Dan Normal. Jurnal
Metereologi dan Geofisika. Vol. 11 No. 1.
Estiningtyas, W., Surmaini, E., dan Hariyanti, K.S. 2008. Penyusunan Skenario
Masa Tanam Berdasarkan Prakiraan Curah Hujan Di Sentra Produksi
Pangan. Jurnal Metereologi dan Geofisika. Vol. 9 No. 1.
Hermawan, Eddy. 2010. Pengelompokkan Pola Curah Hujan Yang Terjadi Di
Beberapa Kawasan P. Sumatera Berbasis Hasil Analisis Teknik Spektral.
Jurnal Metereologi dan Geofisika. Vol. 11 No. 2.
Irianto, Gatot. 2003. Implikasi Penyimpangan Iklim Terhadap Tataguna Lahan.
Makalah Seminar Nasional Ilmu Tanah. KMIT Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian UGM. Yogyakarta.
Jumin, Hasan Basri. 2002 Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologi. PTRaja
Grafindo Persada, Jakarta
Karim, K. 1985. Diktat Kuliah Dasar-Dasar Klimatologi. Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.
Kastasapoetra, Ance Gunarsih. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim
Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara.
Kelompok Kerja Sanitasi. 2014. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tana Toraja .
Diakses pada tanggal 2 mei 2017 pukul 19.30 Wita.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-2. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Cetakan Ke-dua. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Oldeman, L. 1975. An agroclimate map of Java and Madura. Contributions of
the. Central Research Institute for Agriculture. Bogor, Indonesia.
Rusmayadi, Gusti. 2002. Klimatologi Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian
Faperta UNI.AM. Banjarbaru.
Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi Aspek-aspek Klimatik untuk
Sistem Budidaya Tanaman. Bandung: Alfa Beta.
Subroto.1999. Klimatologi Umum. Bandunng: ITB Bandung
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Penerbit ITB. Bandung.Wibowo, H. 2008.
Desain Prototipe Alat Pengukur Curah Hujan Jarak Jauh Dengan
Pengendali Komputer. Universitas Jember. Jember.
Warsito, B., Tarno, dan Sugiharto, A. 2009. Prediksi Curah Hujan Sebagai Dasar
Perencanaan Pola Tanam Padi Dan Palawija Menggunakan Model General
Regression Neural Network. Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah Vol. 7 No.
1.
Wisnubroto, Sukardi. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Yogyakarta : Mitra
Gama Widya.
Laporan Praktikum 2

Agroklimatologi

Curah Hujan dan Klasifikasi Iklim

Nama : Nurfauziyah
NIM : G111 16 316
Kelas : Agroklimatologi D
Kelompok : 11
Asisten : Adhe Riany Rahman

FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

Anda mungkin juga menyukai