PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Hujan
2.4 Iklim
Iklim dapat didefinisikan sebagai ukuran statistik cuaca untuk jangka waktu
tertentu dan cuaca menyatakan status atmosfer pada sembarang waktu tertentu.
Dua unsur utama iklim adalah suhu dan curah hujan. Indonesia sebagai daerah
tropis ekuatorial mempunyai variasi suhu yang kecil, sementara variasi curah
hujannya cukup besar. Oleh karena itu curah hujan merupakan unsur iklim yang
paling sering diamati dibandingkan dengan suhu (Hermawan, 2010).
Iklim disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan penyusun cuaca. Untuk
mencari harga rata-rata, tergantung pada keadaan. Hanya perlu diketahui, untuk
mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga
normal. Yaitu harga rata-rata selama sepuluh tahun. Angka tiga puluh tahun
merupakan persetujuan internasional (Wisnusubroto, 1999).
Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan
iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan
maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas
manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala
global maupun skala lokal (Irianto, 2003).
Indonesia merupakan satu kawasan daerah tropis yang unik dimana dinamika
atmosfernya dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, aliran angin monsunal, iklim
marine dan pengaruh berbagai kondisi lokal. Cuaca dan iklim di Indonesia
mempunyai karakteristik khusus yang hingga kini mekanisme proses
pembentukannya belum banyak diketahui (Hermawan, 2010).
Iklim telah terbagi sesuai lokasi atau daerah yang telah dideterminasikan
tidak hanya untuk satu elemen saja, tetapi dengan variasi kombinasi variabel
meteorologi. Dua tempat mungkin memililki temperatur yang sama, tetapi ada
perbedaan curah hujan di sana. Beberapa karakteristik dari distribusi iklim telah
diketahui melalui klasifikasi secara astronomi. Ada beberapa klasifikasi iklim
sesuai parameter pengukurannya yaitu klasifikasi menurut Mohr, Schmidt dan
Fergusson, Oldeman, dan Koppen. Di antara keempat jenis klasifikasi iklim ini
terdapat persamaan dan perbedaan (Irianto, 2003).
Menurut Lakitan (2002), Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang
didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan
atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data
unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim
yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidang-bidang tersebut.
2.4.1 Menurut Schmidt – Fergusson
Alat yang di gunakan pada praktikum curah hujan dan klasifikasi tipe iklim
adalah laptop, LCD dan alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum curah hujan dan klasifikasi iklim ini
adalah data klimatologi kabupaten Tana Toraja tahun 2006 hingga tahun 2016
yang diperoleh dalam bentuk hardcopy.
Peluang 40%
600
500
400
300
200
100
0
Peluang 50%
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Peluang 60%
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari BB BB BL BB BB BB BB BB BB BB
Februari BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Maret BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
April BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Mei BB BB BB BL BB BB BB BB BB BB
Juni BB BB BB BL BB BB BB BB BB BB
Juli BB BB BB BB BB BL BB BB BB BK
Agustus BK BK BL BK BB BL BK BB BK BK
September BK BB BB BK BB BB BB BK BK BK
Oktober BK BB BB BK BB BB BK BL BK BK
November BB BB BB BB BB BB BB BB BK BK
Desember BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)
Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
BB 9 11 10 7 12 10 10 10 8 7 9.4
BK 3 1 2 3 0 0 2 1 4 5 2.1
BL 0 1 0 2 0 2 0 1 0 0 0.6
BK 2.1
BB 9.4
Q = BK/BB*100% 22.34
Karena Q = 22.34 maka tipe iklim menurut Schdmith- Fergusson
f. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari BL BB BK BB BB BB BB BB BL BL
Februari BB BB BL BB BB BB BB BB BL BB
Maret BB BB BB BB BB BB BL BB BB BB
April BB BB BB BB BB BB BB BB BB BB
Mei BB BB BB BK BL BB BB BB BL BB
Juni BB BL BB BK BL BL BL BB BB BB
Juli BL BB BB BL BB BK BB BB BB BK
Agustus BK BK BK BK BL BK BK BL BK BK
September BK BL BL BK BL BL BB BK BK BK
Oktober BK BL BB BK BB BB BK BK BK BK
November BL BB BB BB BB BB BL BB BK BK
Desember BB BB BB BB BB BB BB BB BL BB
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)
Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
BB 5 7 5 6 7 8 3 9 2 5 5.7
BK 3 0 0 3 0 2 0 2 4 5 1.9
BL 0 2 0 0 2 0 0 0 3 0 0.7
Sumber : Data primer setelah diolah (2017)
Keterangan
BK 1.9 Sub-Tipe 1
BB = >200 BB 5.7 Tipe Utama C
BL = 100-200
BK = <100
C1 = Tanam Padi dapat sekali dan Palawija dua kali setahun.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari analisis data yang dilakukan, diketahui pada data curah hujan
Kabupaten Toraja, yang terhitung mulai dari tahun 2006 – 2015, terlihat bahwa
pada setiap dekade atau 10 hari dalam 1 tahun terdapat intensitas curah hujan yang
berbeda – beda pada setiap dekade tersebut, ada yang curah hujannya tinggi, ada
yang sedang dan juga ada yang rendah. Perbedaan intensitas curah hujan ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti, suhu temperature, kelembaban, serta arah
angin, hal ini sesuai dengan pendapat Sabaruddin (2014), yang menyatakan bahwa
adapun faktor yang menyebabkan terjadinya hujan adalah perubahan suhu yang
drastis, temperature, kelembaban yang rendah, serta arah angin yang membuat
terbentuknya atau terbawanya awan yang akan mengakibatkan terjadinya hujan.
Pada data grafik peluang perkiraan cuaca, yaitu 40%, 50%, dan 60%, terlihat
bahwa peluang dengan curah hujan 40% paling tinggi pada bulan Desember,
sedangkan curah hujan yang terendah terjadi pada bulan Agustus. Kemudian pada
peluang 50%, curah hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember, sedangkan
curah hujan terendah terdapat pada bulan Agustus. Pada peluang 60%, curah
hujan tertinggi terdapat pada bulan Desember, sedangkan curah hujan terendah
terdapat pada bulan September. Dengan melihat peluang gabungan terlihat bahwa
curah hujan terendah terjadi pada bulan September, sedangkan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Desember. Dengan data ini kita dapat menetukan
waktu tanam dan waktu panen, karena dengan peluang ini kita bisa
memperkirakan sekitaran bulan berapa curah hujan rendah, sedang maupun tinggi.
Sehingga disesuaikan dengan tanaman yang nantinya akan ditanam agar tidak
terjadi gagal panen akibat salah menentukan waktu tanam dan panen.
Dalam sistem pengkasifikasian iklim, dilakukan melalui dua tipe klasifikasi
iklim yakni klasifikasi iklim menurut Schmidt – Fergusson dan klasifikasi iklim
menurut Oldeman. Kedua klasifikasi iklim ini ditentukan berdasarkan banyaknya
bulan basah dan bulan kering, namun penentuan tipe iklimnya yang berbeda.
Dalam sistem klasifikasi menurut Schmidt – Fergusson, berdasarkan dari hasil
olahan data, didapatkan bahwa pada daerah Kabupaten Tana Toraja termasuk
kedalam kelas B. Menurut Tjasyono (2004), daerah dengan klasifikasi kelas B
merupakan daerah basah dengan ciri vegetasi hutan hujan tropika. Daerah ini
sangat baik untuk ditanami berbagai macam vegetasi tanaman, terutama pada jenis
pepohonan, seperti pohon pinus.
Kemudian sistem klasifikasi iklim menurut Oldemen, setelah data diolah
menurut klasifikasi iklim dari Oldemen didapatkan data bahwa, Kabupaten Tana
Toraja termasuk dalam kelas C1. Dimana kelas C1 ini menurut Lakitan (2002),
kelas iklim yang termasuk C1 adalah yang terdiri dari 5-6 bulan basah berurutan
dan 0-1 bulan kering. Pada kelas ini sangat baik untuk ditanam jenis tanaman padi
dan palawija, klasifikasi Oldeman ini ditentukan berdasarkan atas besarnya
kebutuhan air pada tanaman.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Curah hujan Kabupaten Tana Toraja selama 10 Tahun, memiliki jumlah
intensitas curah hujan yang berbeda – beda.
2. Tipe iklim dari kabupaten Tana Toraja menurut Smidth – Fergusson adalah
termasuk kelas B
3. Klasifikasi iklim menurut Oldeman adalah Kabupaten Tana Toraja termasuk
dalam kelas C1.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah diharapkan kedepannya praktikan
mengerti dengan jelas sebelum keluar dari laboratorium agar nantinya tidak
timbul pertanyaan – pertanyaan lagi akibat kurang paham dalam mengolah data.
DAFTAR PUSTAKA
Agroklimatologi
Nama : Nurfauziyah
NIM : G111 16 316
Kelas : Agroklimatologi D
Kelompok : 11
Asisten : Adhe Riany Rahman
FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017