Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH DAN BUDAYA SUKU NIAS DAN SUKU ANGKOLA

Diajukan Oleh :

ABDUL HABIB NST

M. QATAR BALDY

REGI DIO PRATAMA

SALSA NATASYA

DEBY YOLA EMLEGINTA SEMBIRNG

PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA

POLITEKNIK NEGRI MEDAN

MEDAN

2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II. Suku Nias...............................................................................................................................5
2.1 Sejarah Suku Nias.....................................................................................................................5
2.2 Budaya Suku Nias......................................................................................................................5
A. Tradisi Suku Nias.................................................................................................................5
B. Rumah Adat Suku Nias.......................................................................................................7
C. Pakaian Adat Suku Nias......................................................................................................7
D. Tarian Adat Suku Nias........................................................................................................8
E. Makanan Suku Nias.............................................................................................................9
F. Jenis-jenis alat musik suku Nias.......................................................................................10
BAB III. SUKU ANGKOLA.............................................................................................................11
3.1 Sejarah Suku Angkola.......................................................................................................11
3.2 Budaya Suku Angkola.......................................................................................................12
A. Tradisi Suku Angkola........................................................................................................12
B. Rumah Adat Suku Angkola...............................................................................................13
C. Pakaian Adat Suku Angkola.............................................................................................13
D. Tarian Adat Suku Angkola................................................................................................14
E. Makanan Suku Angkola....................................................................................................15
F. Alat Musik Suku Angkola.................................................................................................15
BAB IV. KESIMPULAN...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan rahmat Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul SEJARAH DAN BUDAYA SUKU
NIAS DAN SUKU ANGKOLA ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
APRILZA ASWANI,S.Pd.,M.A. pada bidang studi Etika dan Budaya Sumatera Utara. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang tradisi suku Sumatera
Utara yakni suku Nias dan suku Angkola bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami
mengucapkan terima kasih kepada ibu APRILZA ASWANI,S.Pd.,M.A., selaku dosen saya di
bidang mata kuliah Etika dan Budaya Sumatera Utara yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan
Aceh di sebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau di sebelah selatan. Provinsi
Sumatera Utara merupakan wilayah multietnis yang dihuni oleh banyak suku bangsa dengan
suku Batak toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, Karo, melayu , Nias dan Angkola sebagai
penduduk asli wilayah ini. Melayu dan Pakpak merupakan kelompok etnis asli Provinsi
Sumatera Utara. Etnis Angkola merupakan salah satu dari lima kelompok etnis batak lainnya,
yaitu, Toba, Karo, Pakpak, Mandailing-pakpak. Sedangkan Pulau Nias yang terletak di
sebelah barat pulau Sumatra lebih tepatnya terletak kurang lebih 85 mil laut dari Sibolga,
daerah Provinsi Sumatera Utara ini dihuni oleh suku Nias. Setiap etnis yang ada di Sumatera
Utara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Baik etnis Batak maupun etnis lainnya,
bahkan kebudayaan diantara etnis Batak itu sendiri juga memiliki perbedaan.

1.2 Rumusan Masalah

Pada makalah ini, kami akan membahasnya tentang budaya etnis suku Nias dan Angkola
hanya dalam ruang lingkup atau rumusan masalah mengenai :
1. Sejarah suku nias dan suku angkola di Sumatera Utara
2. Tradisi dan tarian suku nias dan suku angkola di Sumatera Utara
3. Rumah adat, adat istiadat, dan pakaian adat suku nias dan suku angkola

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang budaya yang dimiliki suku
Nias dan suku Angkola. Sejarah, Tradisi, Tarian, Rumah adat, Adat istiadat, Pakaian adat,
Makanan dan Alat musik.
BAB II. Suku Nias
2.1 Sejarah Suku Nias

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam bahasa aslinya,
orang Nias menamakan diri mereka ”Ono Niha” (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia)
dan pulau Nias sebagai “Tanö Niha” (Tanö = tanah). Sebenarnya tidak diketahui secara persis
kapan orang yang pertama kali datang ke Pulau Nias. Namun, pada sekitar 700 tahun yang
lalu ada sekelompok orang atau suku lain yang menghuni Pulau Nias. Hal ini dibuktikan
dengan bukti arkeologi.

Pada tahun 1999 ekskavasi pertama Museum Pusaka Nias terdapat gua besar yang jaraknya 4
km dari Gunung sitoli dan sekitar 130 meter di atas permukaan laut. Sisa sisa dan alat-alat
juga ditemukan di dalam gua tersebut.

Diperkirakan telah dihuni sekitar lebih dari 12.000 tahun yang lalu. Ekskavasi berikutnya
dilakukan oleh Balai Arkeologi Medan menjelaskan bahwa gua tersebut telah berpenghuni
oleh manusia sampai dengan 700 tahun yang lalu.

2.2 Budaya Suku Nias

Budaya suku Nias di Sumatera Utara kaya akan tradisi, adat istiadat, seni, dan kebudayaan
yang unik. Berikut ini beberapa budaya suku Nias di Sumatera Utara:

A. Tradisi Suku Nias

Pulau nias di Sumatera Utara memiliki beragam tempat wisata dan dikenal sebagai surganya
pencinta surfing. Suku Nias yang mendiami pulau di Samudera Hindia itu juga punya
beragam tradisi budaya yang unik.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Nias punya hukum adat sendiri yang dikenal
dengan istilah fondrako. Mereka sangat kuat menjaga adat budaya warisan leluhur. Hampir
tiap tahun menggelar upacara adat yang beberapa di antaranya jadi daya tarik wisata.

Berikut 8 tradisi dan budaya unik suku Nias:


 Manafo
Manafo merupakan tradisi mengunyah sirih khas orang Nias. Sirih jadi simbol persahabatan
di Nias. Masyarakat setempat akan menyajikan sirih kepada tamu untuk dikunyah sebagai
lambang kedekatan.
 Famato Harimau
Famato harimau atau upacara harimau dilakukan 7 tahun atau 14 tahun sekali. Dalam
pelaksanaannya, masyarakat akan mengarak patung harimau lalu dilemparkan ke sungai .
 Manga'i Binu
Manga’i binu merupakan tradisi berburu kepala manusia. Mangai artinya mengambil dan
binu artinya dahulu.
Menurut sejarah tradisi ini sudah ada sejak 851. Dulu, setiap laki-laki Nias yang ingin
menikah diwajibkan memenggal minimal satu kepala manusia. Tradisi ini dianggap untuk
menghormati leluhur, kemudian berkembang jadi penanda status sosial.
 Fahombo Batu
Lompat batu atau fahombo batu merupakan tradisi suku Nias yang sangat populer dan jadi
daya tarik bagi wisatawan. Lompat batu jadi agenda tahunan Nias. Masyarakat setempat
menunjukkan keterampilannya dengan melompati batu setinggi 1,8 sampai 2,2 meter.
 Tari Mogaele
Jenis tarian ini merupakan tradisi Hilinawalo Fau, yang dilakukan dalam upacara tradisional
hingga penyambutan para orang penting ke tanah Nias. Makna dalam tarian ini
menggambarkan rasa perdamaian dan kesatuan.
Mogaele diartikan sebagai tarian yang dilakukan oleh perempuan, dan disebut juga sebagai
tarian perang karena dulu terjadinya perang antar desa. Selain itu tarian ini akan diiringi
dengan lagu khas Nias Selatan.

 Sapaan Ya’ahowu

Ya’ahowu merupakan sapaan salam yang berasal dari bahasa Nias. Apabila kita hendak
bertamu ke masyarakat Suku Nias maka harus memberi salam ya’ahowu. Ya’ahowu berasal
dari dua kata yang digabungkan menjadi satu. Yaitu ya’a yang berarti terimalah dan howu
yang berarti berkat. Sapaan ya’ahowu ini telah membudaya dan juga turun temurun yang
digunakan sebagai sapaan salam kepada masyarakat Suku Nias.

 Pernikahan

Pernikahan atau dalam masyarakat Suku Nias sering disebut dengan fame ono nihalo adalah
suatu kebudayaan yang menarik. Yang menjadi unik dari kebudayaan pernikahan ini yaitu
mahar dan jujur pernikahannya yang sangat tinggi. Perbedaan dari pernikahan ini terdapat
pada gadis yang perawan atau bukan yaitu dengan cara adatnya. Jika gadis perawan maka
adatnya akan luar biasa dan dijadikan sebagai ratu. Sedangkan yang bukan perawan, adatnya
biasa saja, cukup dengan doa dan nyanyian saja.

 Pemberian Nama bagi Perempuan yang Sudah Menikah

Setelah dilakukan adat pernikahan, hal selanjutnya yang dilakukan yaitu acara pemberian
nama bagi perempuan yang sudah sah menjadi istri tersebut. Pemberian nama tersebut
dilakukan di rumah pria. Hal ini dilakukan untuk meresmikan bahwa perempuan sudah
menjadi hak miliki sepenuhnya dari pria tersebut. Biasanya nama pengantin perempuan yang
baru menikah selalu berakhiran dengan kata Jauso. Dalam melaksanakan adat pemberian
nama ini, pihak pria bisa mengeluarkan uang puluhan juta bahkan lebih, hanya untuk adat
pemberian nama saja.
B. Rumah Adat Suku Nias

Rumah tradisional Nias merupakan salah satu warisan budaya daerah bukan hanya memiliki
peran sebagai tempat berteduh dari sengat matahari, berkumpul bersama keluarga, dan
beristirahat tetapi juga sarat dengan nilai religiusitas, simbolisasi, filosofis, dan pengharapan
akan masa depan yang baik.
Berikut jenis rumah adat nias yaitu:
 Omo Sebua
Omo Sebua merupakan rumah tradisional dari pulau Nias, dimana rumah ini dibangun untuk
kepala desa atau salawa. Selain digunakan untuk kepala desa, Oma Sebua ini juga dibangun
untuk kaum-kaum para bangsawan yang akan tinggal dan juga menetap di pusat desa. Bentuk
dari rumah Omo Sebua ini sama halnya dengan rumah adat Nias lainnya, dimana omah
tersebut dibangun diatas tiang-tiang kayu nibung yang mempunyai ukuran tinggi dan juga
besar.

Rumah ini juga didesain khusus untuk melindungi para penghuninya dari berbagai serangan
musuh pada saat perang terjadi di zaman dahulu. Keunikan dari rumah adat Sumatera Utara
Omah Sebua ini adalah akses masuk yang hanya menggunakan tangga kecil dan dilengkapi
dengan pintu jebakan. Kemudian pada atapnya juga mempunyai bentuk yang curam yakni
hingga mencapai 16 m sehingga sangat tahan apabila terkena guyuran air hujan yang besar.
Omah ini selain digunakan untuk tempat berlindung dari musuh, ternyata omah ini juga
dibangun agar tahan terhadap goncangan gempa bumi.

 Omo Hada
Omo Hada merupakan rumah adat Nias yang berbeda dengan Omo Sebua. Dimana rumah
adat Omo Hada ini dibangun untuk para rakyat jelata, meskipun demikian gaya dari arsitektur
rumah adat Omo Sebua dan juga Omo Hada tidak jauh berbeda. Dimana Omo Hada
mempunyai bentuk persegi yang dibangun di atas tiang-tiang kayu. Atap dari rumah ini
menggunakan rumbia atau daun dari pohon sagu.

Keunikan dari rumah adat Omo Hada adalah mempunyai pintu yang berfungsi sebagai
penghubung dari setiap rumah. Dimana pintu tersebut memungkinkan setiap penghuni dari
rumah bisa berjalan di sepanjang teras. Bukan hanya itu, beberapa dari pemilik rumah ini
juga meletakkan tugu batu yang bermakna status sosial di depan rumahnya. Biasanya para
pemilik Omo Hada ini yang merupakan keturunan dari para bangsawan akan menggunakan
tugu yang lebih tinggi

C. Pakaian Adat Suku Nias

Pakaian adat masyarakat Suku Nias dibedakan menjadi dua, yaitu untuk laki-laki dan juga
perempuan. Untuk laki-laki pakaian adatnya dinamakan baru ohalu, dan untuk pakaian adat
perempuannya diberi naman oroba si’oli.
Pakaian adat masyarakat Suku Nias biasanya memiliki warna emas yang dipadukan dengan
warna lainnya, contohnya hitam, putih dan merah. Warna pada pakaian adat masyarakat Suku
Nias memiliki filosofi tersendiri, yaitu:

 Warna kuning yang biasanya dipadukan dengan corak persegi empat dan bunga kapas
sering digunakan oleh bangsawan. Hal tersebut menggambarkan kekuasan, kekayaan,
kemakmuran dan juga kejayaan.
 Warna merah yang dipadukan dengan corak segitiga, sering digunakan oleh para
prajurit. Hal tersebut menggambarkan keberanian para prajurit.
 Warna hitam sering digunakan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Hal
tersebut menggambarkan kesedihan, kewaspadaan dan ketabahan.
 Warna putih yang digunakan oleh para pemuka agama. Hal tersebut menggambarkan
kemurnian dan kedamaian.

D. Tarian Adat Suku Nias

Tarian adat Nias adalah bagian tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakat Nias, suku yang
berasal dari Pulau Nias di Sumatera Utara, Indonesia. Pertunjukan tarian adat ini biasanya
digelar pada upacara adat, pernikahan, penyambutan tamu penting, atau festival budaya.
Jenis tari suku melayu yaitu:
 TARI PERANG (FALUAYA)
Tari perang (faluaya) merupakan lambang kesatria para pemuda di desa-desa di nias untuk
melindungi desa dari ancaman musuh. Kata faluaya berasal dari kata fana,a dalam bahasa
Indonesia disebut dengan ronda atau siskambling. Seiring berkembangnya zaman, tradisi ini
dilakukan hanya pada hari-hari tertentu atau hanya untuk merayakan acara-acara tertentu saja.
 TARI MAENA
Tari Maena salah satu tari tradisi masyarakat nias yang selalu dilakukan pada setiap
pertemuan yang bernuansa kegembiraan dan penuh suka cita, seperti pesta pernikahan,owasa
dan sebagainya. Suatu pertemuan atau pesta yang didalamnya ada kegiatan maena itu
merupakan pertanda bahwa semua yang hadir pada pertemuan tersebut ikut menikmati
sukacita, rasa damai, suasana akrab, dan bahagia. Maena merupakan suatu bentuk lagu yang
disajikan secara berkelompok oleh pria dan wanita sambil melakukan gerakan tari yang
terdiri satu orang sebagai sanehe/penyanyi dan tiga orang sanutuno/penyair.
 LOMPAT BATU (HOMBO BATU)
Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak zaman para leluhur, di zaman dahulu mereka
sering berperang antar suku sehingga mereka melatih diri agar kuat dan mampu menembus
benteng lawan yang cukup tinggi untuk dilompati. Tradisi lompat batu diadakan untuk
mengukur kedewasaan dan kematangan lelaki nias, sekaligus ajang menguji fisik dan mental
remaja lelaki di nias menjelang usia dewasa. Tradisi ini dilakukan lelaki nias untuk
membuktikan bahwasanya mereka sudah dibolehkan untuk menikah.
 TARI BURUNG (TARI MOYO)
Tari burung disebut juga tari elang yang terus mengepakkan sayapnya dengan lembut tanpa
mengenal lelah. Tarian ini melambangkan keuletan dan semangat secara bersama dalam
mewujudkan sesuatu yang di cita-citakan. Tari mayo dilaksanakan pada perayaan hari besar
tertentu juga untuk menyambut tamu.

E. Makanan Suku Nias


Adapun jenis makanan dan minuman di suku Nias semakin beragam dengan berbagai
perpaduan-perpaduan agar lebih menarik dan memiliki rasa yang enak dengan penggunaan
sistem teknologi yang semakin canggih. Dulunya, makanan dan minuman yang terkenal di
Nias adalah

Makanan Khas Nias:


 Bae – Bae
 Gowi Nihandro (Gowi Nitutu ; Ubi tumbuk)
 Harinake (daging babi cincang dengan cacahan yang tipis dan kecil-kecil)
 Godo-godo (ubi / singkong yang diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian direbus setelah
matang di taburi dengan kelapa yang sudah di parut)
 Köfö-köfö(daging ikan yang dihancurkan, dibentuk bulat dan
dijemur/dikeringkan/diasap)
 Ni'owuru (daging babi yang sengaja diasinkan agar bisa bertahan lama)
 Ratigae (pisang goreng)
 Tamböyö (ketupat)
 löma (beras ketan yang dimasak dengan menggunakan buku bambu)
 Gae nibogö (pisang bakar)
 Kazimone (terbuat dari sagu)
 Wawayasö (nasi pulut)
 Gulo-Gulo Farö (manisan dari hasil sulingan santan kelapa)
 Bato (daging kepiting yang dipadatkan dalam bentuk bulat agar dapat bertahan lama;
terdapat di Kepulauan Hinako)
 Nami (telur kepiting dapat berupa nami segar atau yang telah diasinkan agar awet, dapat
bertahan hingga berbulan-bulan tergantung kadar garam yang ditambahkan)
Minuman khas nias:
 Tuo nifarö (tuak) adalah minuman yang berasal dari air sadapan pohon nira (dalam
bahasa Nias "Pohon Nira" = "töla nakhe" dan pohon kelapa (dalam bahasa Nias "Pohon
Kelapa" = "töla nohi") yang telah diolah dengan cara penyulingan. Umumnya Tuo nifarö
mempunyai beberapa tingkatan (bisa sampai 3 (tiga) tingkatan kadar alkohol). Dimana
Tuo nifarö No. 1 bisa mencapai kadar alkohol 43%.
 Tuo mbanua / Sataha (minuman tuak mentah yang berasal dari air sadapan pohon kelapa
atau pohon nira yang telah diberi 'laru' berupa akar-akar tumbuhan tertentu untuk
memberikan kadar alkohol).

F. Jenis-jenis alat musik suku Nias

Alat musik suku Nias memiliki berbagai jenis yang unik dan berbeda satu sama lain. Setiap
alat musik mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dalam budaya dan tradisi suku Nias.
Berikut adalah beberapa jenis alat musik suku Nias yang populer:

 Mafa

Mafa adalah salah satu jenis alat musik tradisional dari suku Nias. Alat musik ini terbuat dari
kayu yang diberi lubang di tengahnya. Pada bagian ujungnya, terdapat serutan bambu yang
berfungsi sebagai resonator. Mafa dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau
palu kecil. Suara yang dihasilkan oleh mafa terdengar keras dan bergetar sehingga mampu
mengiringi tarian dan pertunjukan tradisional suku Nias.

 Talu

Talu adalah alat musik tradisional yang terbuat dari tanduk kerbau atau tanduk ternak lainnya.
Bagian ujung talu yang lebih lebar digunakan sebagai resonator, sedangkan bagian
pangkalnya berfungsi sebagai sarana menghasilkan bunyi. Cara memainkan talu adalah
dengan meniup bagian pangkalnya. Suara yang dihasilkan oleh talu memiliki keunikan
tersendiri dan sering digunakan dalam pertunjukan musik dan tari tradisional suku Nias.

 Fife

Fife merupakan jenis alat musik tiup dari suku Nias. Fife terbuat dari bambu dengan lubang
yang diberikan pada beberapa bagian. Alat musik ini dimainkan dengan cara ditiup pada
lubang di bagian atasnya. Suara yang dihasilkan oleh fife tergolong ceria dan melodi. Fife
kerap digunakan dalam perayaan dan upacara adat suku Nias.

 Taganing

Taganing adalah alat musik perkusi dari suku Nias. Taganing terbuat dari logam dengan
bentuk lonjong dan datar. Untuk memainkan taganing, pemain akan menabuhnya dengan
menggunakan tangannya atau menggunakan alat pemukul khusus. Suara yang dihasilkan oleh
taganing cukup khas dan digunakan sebagai pengiring dalam tarian tradisional suku Nias.

 Gondang Sabangunan
Gondang Sabangunan adalah jenis alat musik perkusi yang terdiri dari sepasang gendang.
Gondang ini terbuat dari kayu dan kulit binatang yang disusun secara berurutan. Gondang
Sabangunan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan atau alat pemukul. Alat
musik ini biasanya digunakan dalam pertunjukan musik dan tari adat suku Nias. Suara yang
dihasilkan oleh gondang sabangunan memiliki ritme yang khas dan menjadi pengiring dalam
upacara tradisional suku Nias.
BAB III. SUKU ANGKOLA

3.1 Sejarah Suku Angkola

Angkola adalah salah satu sub suku bangsa Batak, disamping Batak Toba, Karo, Dairi,
Simalungun, Mandailing. Orang Angkola secara umum sering disamakan dengan orang
Mandailing, namun kalau dilihat lebih jauh mereka memiliki beberapa perbedaan atau
variasi.. Suatu sumber sejarah mencatat bahwa orang Batak Angkola awalnya
berkembangnya dari daerah Porboti, Padang Lawas (Padang Bolak), Tapanuli Selatan yang di
kemumukan oleh B. G. Siregar dalam Surat Tumbangan Holing: Buku Pelajaran Adat
Tapanuli Selatan (1984).

Padang Bolak adalah wilayah asal orang Batak Angkola, di daerah Portibi terdapat sebuah
candi, yaitu candi Biara, peninggalan agama Hindu dan Buddha, pengaruh tersebut tampak
juga pada tulisan Gurat Angkola, atrologi, permainan catur, dan kosakata sanskerta. Ini
merupakan bukti adanya kontak dengan India dan Jawa.

Candi di Portibi ini konon berjumlah 16 buah, dan kini yang masih ada tinggal lima buah.
Diantara kelima candi itu , tiga di antaranya disebut Bahal I, II, III.

Pada Bahal I Tinggi candi tersisa sekitar 12 meter,berukuran 10x10 meter. Relief dinding luar
berwujud orang menari.

Bahal II terletak sekitar 400 meter dari Bahal I, dan terdapat gambar dewa yang sedang
menari. Candi ini berada di tengah padang ilalang. Bahal I terletak di arah Timur dengan
ukuran 7x7 meter. Disekitaran candi-candi terdapat banyak sisa-sisa bangunan kuno dengan
kepunahannya.

3.2 Budaya Suku Angkola

Suku Angkola atau batak Angkola adalah salah satu suku yang terbesar di wilayah Angkola Tapanuli
Selatan. Masyarakat Angkola memiliki berbagai macam budaya yang diwariskan oleh Nenek Moyang
terdahulu.
A. Tradisi Suku Angkola

Suku Angkola merupakan salah satu suku bangsa yang mendiami wilayah Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara. Mereka memiliki tradisi dan adat istiadat yang khas.
Berikut ini beberapa tradisi suku Angkola:
 Adat Perkawinan: Dalam tradisi suku Angkola, adat perkawinan memiliki prosesi yang
cukup kompleks. Prosesi pernikahan dimulai dengan merisik, yaitu kunjungan keluarga
pria ke keluarga wanita untuk menyampaikan niat baik dan meminta restu. Setelah itu,
dilakukan lamaran, akad nikah, dan resepsi pernikahan. Selama prosesi ini, adat istiadat,
tarian, dan musik tradisional suku Angkola turut dipertunjukkan.
 Adat Kematian: Dalam tradisi suku Angkola, adat kematian juga memiliki prosesi yang
khas. Prosesi pemakaman diawali dengan upacara penjemputan jenazah, kemudian
dilanjutkan dengan penguburan dan penghormatan kepada arwah leluhur. Selama prosesi
ini, dilakukan juga tarian dan musik tradisional sebagai ungkapan duka cita.
 Adat Minangkabau: Suku Angkola memiliki keterkaitan dengan suku Minangkabau yang
terletak di sebelah barat Sumatera Utara. Oleh karena itu, beberapa tradisi suku
Minangkabau juga turut dipraktikkan dalam budaya suku Angkola. Contohnya, adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (BSBKB) yang mengacu pada prinsip-prinsip
agama dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari.
 Upacara Adat: Suku Angkola memiliki berbagai upacara adat yang diadakan dalam
berbagai kesempatan, seperti upacara adat kelahiran, upacara adat pengikatan, dan
upacara adat penyambutan tamu. Upacara ini dilakukan dengan mempertahankan nilai-
nilai adat dan tradisi suku Angkola yang telah ada sejak lama.

B. Rumah Adat Suku Angkola

Rumah adat Angkola merupakan rumah adat Batak, yang memiliki bentuk yang dibuat dari
bahan material papan kayu untuk lantai dan juga di dindingnya, sementara untuk bagian atap
nya bahan material yang digunakan bisa dari ijuk atau menggunakan tanah liat.Konsep yang
digunakan dalam rumah ini adalah berbentuk rumah panggung dengan tiang yang berada
pada bagian badan rumah menjadi penyangga nya.
Banyak yang menyamakan rumah adat ini dengan rumah adat Mandailing yakni Bagas
Gondang, tetapi yang perlu diketahui bahwa perbedaan antar keduanya tergolong cukup
banyak, mulai dari struktur, gaya desain hingga pembagian are utamanya.Ornamen atau
desain hiasan yang digunakan pada bangunan rumah adat ini mempunyai makna atau filosofi
tersendiri.
Dimana pada bagian atas pintu yang menggunakan lukisan grongga mempunyai makna
sebagai bentuk persaudaraan antara masyarakat yang sangat kuat.Rumah adat Angkola
mempunyai keunikan pada bentuk strukturnya, dimana pada bagian atap yang akan dibuat
seperti menyerupai pelana kuda. Dinding rumah yang dibangun tanpa menggunakan plafon
dengan ketinggian yang cukup rendah dan hanya cukup untuk berdiri saja.
Rumah adat Angkola juga mempunyai bentuk yang lebih kotak dengan atapnya yang besar
berada pada bagian depan rumah. Kemudian ada juga atap kecil yang diatasnya mempunyai
bentuk segitiga. Rumah adat ini juga didominasi dengan warna coklat tua, orange dan juga
putih.

C. Pakaian Adat Suku Angkola

Suku Angkola merupakan suku yang berdiam di Tapanuli Selatan, lebih tepatnya di sekitar
daerah Sungai Batang Angkola. Perbedaan mencolok dari baju daerah Angkola ini terletak
pada bagian hiasan kepala wanita yang lebih mirip dengan suntiang milik orang Padang,
hanya saja bentuknya berbeda.

Pakaian adat Angkola memiliki makna dan simbol yang sangat kuat dalam budaya dan
kehidupan masyarakat Angkola. Setiap elemen pakaian adat ini dipilih dengan hati-hati dan
memiliki filosofi yang mendalam.

Pertama-tama, busana adat pria Angkola terdiri dari baju kurung dengan kain sarung bernama
“ulov” yang dililitkan di pinggang. Ulov ini memiliki keunikan karena terbuat dari kain
songket yang dihiasi dengan motif yang rumit dan indah. Motif pada ulov mengandung
simbol-simbol kehidupan seperti matahari, bunga, dan binatang, yang menggambarkan
kesuburan, kebahagiaan, dan kehidupan yang harmonis.

Selanjutnya, ada juga kain hingga yang dikenakan oleh pria Angkola yang disebut
“songkok”, yaitu topi tradisional berbentuk kerucut. Songkok ini memiliki warna hitam yang
melambangkan keagungan dan kekuatan. Selain itu, songkok juga melambangkan identitas
dan kebanggaan suku Angkola.

Bagi perempuan Angkola, pakaian adat terdiri dari baju kurung dengan kain panjang yang
terbuat dari kain songket. Baju kurung ini memiliki warna cerah dan motif yang indah. Motif
pada songket perempuan Angkola sering menggambarkan bunga dan tumbuhan, yang
melambangkan keindahan, keseimbangan, dan kesuburan.

Begitu juga dengan aksesoris yang digunakan oleh perempuan Angkola. Mereka mengenakan
perhiasan seperti gelang, kalung, dan anting-anting yang terbuat dari emas atau perak.
Perhiasan ini memiliki simbol-simbol seperti bintang, matahari, atau bulan yang
melambangkan keindahan alam dan kehidupan yang harmonis.

D. Tarian Adat Suku Angkola

Daerah Tapanuli Selatan adalah daerah yang di tempati oleh suku Angkola.
Suku Angkola memiliki tarian adat, seperti :
 Tarian Tradisional Rondang Bulan
Tarian ini melukiskan kegembiraan gadis-gadis Mandailing. Gerakan tari ini cukup simpel
dengan lenggokan tubuh dengan sesekali membuat lingkaran.
 Tari Tradisional Onang – Onang
Tarian ini di biasanya di iringi dengan lagu yang bunyinya Onang-onang Ile Baya Onang
serta di iringi dengan Gondang Sembilan.
 Tarian Tradisional Turke-turke
Tarian Turke-turke yang berarti timang-timang. Tarian ini menceritakan seorang kakak yang
berperan sebagai seorang ibu yang selalu menjaga adiknya, seorang kakak mulai
memandikan,menimang, menidurkan, seorang adik tersebut di kala ibu mereka sedang pergi
berladang.

E. Makanan Suku Angkola

Makanan tradisional suku Angkola memiliki cita rasa yang khas dan beragam. Beberapa makanan
tradisional suku Angkola antara lain:

 Babatok: Babatok adalah makanan tradisional suku Angkola yang terbuat dari daging sapi atau
kambing yang dimasak dengan bumbu rempah khas. Makanan ini memiliki cita rasa gurih dan
pedas.
 Bihun Bebek: Bihun bebek adalah hidangan mi bihun yang disajikan dengan irisan daging bebek
yang dimasak dengan bumbu khas suku Angkola. Rasa daging bebek yang lezat dan bumbu
rempah yang kaya membuat hidangan ini menjadi favorit.
 Gulai Ikan Patin: Gulai ikan patin adalah hidangan ikan patin yang dimasak dengan bumbu gulai
khas suku Angkola. Rasa gurih dan pedas bumbu gulai yang meresap ke dalam daging ikan
membuat hidangan ini sangat lezat.
 Arsik: Arsik adalah hidangan ikan mas atau ikan nila yang dimasak dengan bumbu khas suku
Angkola seperti andaliman, daun jeruk, dan bawang merah. Hidangan ini memiliki rasa pedas,
asam, dan gurih yang khas.
 Saksang: Saksang adalah hidangan daging babi yang dimasak dengan bumbu khas suku Angkola
seperti andaliman, daun jeruk, dan bawang merah. Hidangan ini memiliki cita rasa pedas dan
gurih yang khas.
 Lompong: Lompong adalah makanan tradisional suku Angkola berupa ketan yang dimasak
dengan santan dan dibungkus dengan daun pisang. Makanan ini memiliki tekstur yang kenyal
dan rasa yang manis.

F. Alat Musik Suku Angkola

Suku Angkola memiliki beberapa alat musik tradisional yang digunakan dalam pertunjukan seni dan
musik tradisional mereka. Berikut beberapa contoh alat musik suku Angkola:

1. Talempong

Talempong adalah alat musik tradisional suku Angkola yang terbuat dari logam, seperti perunggu
atau tembaga. Alat musik ini terdiri dari beberapa gendang kecil yang dipukul dengan pemukul kayu.
Talempong digunakan untuk mengiringi tarian dan lagu tradisional suku Angkola.

2. Saluang

Saluang adalah alat musik tiup tradisional suku Angkola yang terbuat dari bambu. Alat musik ini
memiliki beberapa lubang yang dapat ditutup untuk menghasilkan berbagai nada. Saluang biasanya
dimainkan secara solo atau sebagai bagian dari ansambel musik tradisional.

3. Gondang

Gondang adalah alat musik perkusi tradisional suku Angkola. Alat musik ini terdiri dari pertunjukan
gendang besar yang dipukul dengan tangan atau pemukul kayu. Gondang digunakan untuk
mengiringi tarian dan lagu-lagu tradisional suku Angkola.

4. Taganing

Taganing adalah alat musik perkusi tradisional suku Angkola yang terbuat dari logam, seperti
perunggu atau tembaga. Alat musik ini terdiri dari beberapa simbal kecil yang dipukul dengan
pemukul kayu. Taganing digunakan untuk memberikan ritme dan variasi dalam pertunjukan musik
tradisional suku Angkola.

5. Sarune

Sarune adalah alat musik tradisional suku Angkola yang terbuat dari bambu. Alat musik ini memiliki
beberapa lubang yang dapat ditutup untuk menghasilkan berbagai nada. Sarune biasanya dimainkan
sebagai alat musik soliter atau sebagai bagian dari ansambel musik tradisional.
BAB IV. KESIMPULAN

Suku Nias dan suku Angkola adalah dua suku bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang
khas. Meskipun keduanya berasal dari wilayah Sumatera Utara, mereka memiliki perbedaan dalam
hal adat istiadat, musik, tari, dan makanan tradisional.

Suku Nias dikenal dengan tradisi peperangan, tarian perang, dan rumah adat yang megah. Mereka
memiliki alat musik tradisional seperti gondang sabangunan dan marimba. Makanan tradisional suku
Nias antara lain berasal dari hasil pertanian dan perikanan, seperti sagu, ikan, dan umbi-umbian.

Sementara itu, suku Angkola memiliki adat perkawinan yang kompleks, dengan prosesi lamaran, akad
nikah, dan resepsi pernikahan. Musik dan tarian tradisional suku Angkola, seperti tari rondang bulan
dan tari onang-onang yang khas dari suku Angkola. Makanan tradisional suku Angkola antara lain
babatok, bihun bebek, dan gulai ikan patin.

Keduanya memiliki upacara adat yang diadakan dalam berbagai kesempatan, seperti upacara
kelahiran, pertunangan, dan penyambutan tamu. Upacara ini merupakan bagian penting dalam
menjaga kebudayaan dan warisan budaya suku Nias dan suku Angkola.

Dengan mempelajari dan memahami kebudayaan dan tradisi suku Nias dan suku Angkola, kita dapat
menghargai kekayaan budaya Indonesia yang beragam. Pelestarian dan pengenalan budaya ini
penting untuk memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup dan dikenal oleh
generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimed.ac.id/26623/5/8.%20NIM.%203132121015%20CHAPTER%20I.pdf

https://www.romadecade.org/rumah-adat-nias/#

https://travel.okezone.com/read/2023/08/23/406/2869889/5-tradisi-unik-suku-nias-nomor-3-
sangat-mengerikan?page=2

https://haloedukasi.com/suku-nias

https://kumpulanskripdanmakalah.blogspot.com/2015/12/makalah-tentang-suku-nias.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Angkola

http://digilib.unimed.ac.id/21309/8/08.%20NIM%202121151010%20BAB%20I.pdf

https://berita.99.co/rumah-adat-sumatera-utara/

https://www.suratdarianas.com/pakaian-adat-angkola/

https://kamisukubatak.blogspot.com/2017/07/Tarian-Adat-Batak-Angkola-Terlengkap-Se-
Indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai