Anda di halaman 1dari 15

NOKEN PAPUA

MAKALAH

Nama : Albert Giban

NIM/stambuk : 141401392

Abstract

Banyak budaya tradisional Indonesia yang dipublikasikan, namun minim perlindungan, sehingga
sering diklaim oleh pihak asing. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan
Kebudayaan kemudian mencetuskan Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu sebagai database
kebudayaan. Skripsi ini akan membahas mengenai bentuk perlindungan kebudayaan dalam
Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu, kelembagaan dalam pencatatan pada Sistem Pendataan
Kebudayaan Terpadu, dan kelembagaan dalam pemberian Izin Pemanfaatan Objek Pemajuan
Kebudayaan. Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu dapat menjadi alat defensive protection
apabila budaya tradisional Indonesia diklaim oleh pihak asing. Sistem Pendataan Kebudayaan
Terpadu merupakan acuan dalam pemajuan kebudayaan, termasuk didalamnya pemanfaatan
objek pemajuan kebudayaan. Pencatatan dalam Sistem Pendataan Kebudayaan Terpadu dan
pemberian Izin Pemanfaatan Objek Pemajuan
Kebudayaan dapat dilakukan oleh Kemendikbud selaku perwakilan dari Pemerintah Pusat.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan Papua” ini dengan tepat waktu. Selama
proses penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan yang sangat berarti bagi kami. Oleh
karena itu kami berterimakasih kepada :
1. Ibu dosen pembimbing kami yaitu Hj.Harianti,M.Pd
2. Orangtua kami yang telah memberikan dukungan
3. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
mengenai bukti-bukti peninggalan zaman prasejarah di Indonesia terutama mengenai alat-alat serpih
dan tulang. Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu,
penulis sangat menerima dengan senang hati apabila ada kritik atau saran demi kesempurnaannya
makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................................... 1

Daftar Isi................................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah....................................................................................................... 2

b. Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 3

c. Rumusan Masalah................................................................................................................ 3

d. Sistematika Penulisan........................................................................................................... 4

BAB II Pembahasan

a. Kondisi dan Letak Geografis Papua...................................................................................... 4

b. Kesenian dan Kebudayaan Papua...............................,.......................................................... 5

BAB III Penutup

a. Kesimpulan.......................................................................................................................... 11

b. Daftar Pustaka.......................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan berbudaya, tentunya Indonesia sebagai Negara kepulauan yang begitu luas,
dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia, yang dibatasi oleh lautan, memiliki keragaman
kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini tentu tak mesti menjadi sebuah perbedaan yang
akhirnya menjadi konflik diantara sesama bangsa Indonesia. Justru hal tersebut harus dianggap
khazanah kekayaan kebudayaan di Indonesia yang akan menjadi pemersatu bangsa, seperti halnya
semboyan Negara kita, “ Bhineka Tunggal Ika “ yang berarti berbeda-beda namun tetap satu jua, Salah
satu daerah di Indonesia yang memilki kebudayaan yang cukup terkenal serta memiliki kebudayaan yang
sangat kaya serta masih memiliki keasliannya di tengah aliran globalisasi adalah salah satunya di daerah
irian. Seperti yang kita tahu bagaimana Begitu kayanya daerah irian ini. Ditambah lagi dengan kekayaan
kebudayaan begitu beragam serta jauh berbeda dengan kebudayaan yang ada didaerah Indonesia
lainya, bagaimana mereka masih berpegang teguh terhadap ajaran nenek moyang mereka serta masih
tertutup dari budaya luar.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui letak geografis serta demografis dari kebudayaan irian.
2. Mengetahui perlengkapan serta peralatan yang digunakan oleh kebudayaan irian untuk biasa bertahan
hidup.
3. Mengetahui sistem mata pencahariannya.
4. Mengetahui sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang ada di kebudayaan tersebut.
5. Mengetahui bahasa daerah yang sehari-hari digunakan.
6. Mengetahui sistem kepercayaan yang di anut oleh masyarakat yang ada di irian.
C. Rumusan Masalah
1. Apa dan Bagaimana Sistem Religi Masyarakat Papua?
2. Apa dan Bagaimana Sistem Kemasyarakatan/Sosial Masyarakat Papua ?
3. Bagaimana sistem pengetahuan masyarakat Papua?
4. Bagaimana bahasa/alat komunikasi masyarakat Papua?
5. Apa dan Bagaimana kesenian masyarakat papua?
6. Apa dan Bagaimana sistem mata pencaharian masyarakat papua?
7. Bagaimana sistem peralatan dan tekhnologi masyarakat papua?
D. Sistematika Penulisan
Dalam rangka mempermudah memahami penulisan laporan ini, maka penulis menyusun
sistematika sebagai berikut :
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi dan Letak Geografis Papua


Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian timur Indonesia.Provinsi
Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua. Pada masa pemerintahan kolonia Hindia-Belanda, wilayah
ini dikenal sebagai Nugini Belanda ( Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea ). Setelah
belanda di bawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun
1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan
tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap secara resmi hingga tahun 2002.Nama provinsi
ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Bagian timur
tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Papua Barat. Luas wilayah
provinsi Papua adalah 317.062 ( Km2 ) dengan Kota Merauke yang terluas dan Kota Jayapura yang
terkecil. Papua terletak diantara 130-141o Bujur Timur dan 2o25’ Lintang Utara – 9o Lintang Selatan.
1. Batas Wilayah
Sebelah Utara : Samudera Fasifik
Sebelah Selatan : Laut Arafura
Sebelah Barat : Provinsi Papua Barat
Sebelah Timur : Papua New Guinea
2. Iklim dan Cuaca
Kota Jayapura merupakan daerah dengan suhu udara tertinggi, mencapai 28,2oC ditahun 2005
sedangkan Wamena merupakan daerah dengan suhu udara terendah yang mencapai 19,4oC pada tahun
2004. Persentase kelembaban udara tertinggi mencapai 87% di Biak pada tahun 2005 dan terendah
mencapai 77% di Serui pada tahun 2001.
B. Kesenian dan Kebudayaan Papua :
Papua memiliki banyak kesenian dan kebudayaan yang ada di dalamnya, kesenian dan
kebudayaan tersebut sangat unik dan menarik. Berikut beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di
Papua:

1. Bahasa
Terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang ada di Papua.
Aneka Berbagai bahasa ini menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik
dengan kelompok etnik lainya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara resmi oleh
masyarakat-masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman. Namun ada masyarakat yang tidak
mengerti bahasa Indonesia karena minimnya pendidikan yang ada di Papua
2. Pakaian Tradisional
Pakaian adat Papua untuk pria dan wanita hampir sama bentuknya. Pakaian adat itu memakai
hiasan-hiasan seperti hiasan kepala berupa bentuk burung cendrawasih, gelang, kalung, dan ikat
pinggang dari manik-manik, serta rumbai-rumbai pada pergelangan kaki. Namun ada juga masyarakat
suku pedalaman Papua yang hanya menggunakan koteka dalam membalut tubuhnya

Saya sedang menggunakan noken papua

Papua adalah pulau yang terletak di ujung timur Indonesia. Papua memiliki berbagai daya tarik
yang sangat khas baik Sumber Daya Alam maupun kerajinannya seperti patung Asmat atau tas
Noken. Papua, bagi sebagian orang merupakan wilayah pelosok yang penduduknya masih sangat
tradisional. Hal ini disebabkan kurangnya pembangunan di wilayah tersebut, sehingga
masyarakat Papua masih banyak yang bergantung pada alam dan adat masih dipegang kuat.

Kenyataan bahwa masyarakat asli Papua dihadapkan pada kenyataan pembangunan yang tidak
berpihak, eksploitasi SDA Papua yang cenderung merusak lingkungan dan banyak pelanggaran
hak-hak dasar orang asli Papua, tentu harus diperbaiki. Misalnya dengan memfasilitasi kreatifitas
masyarakat Papua dari perkotaan hingga perkampungan Papua melalui berbagai industri
kerajinan khas Papua. Salah satunya adalah Noken.

3. Rumah Adat
Rumah adat Papua memiliki nama Rumah Honai, dimana bahan yang diguanakan untuk
membuat rumah Honai yaitu dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami
atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak berjendela.. Sebenarnya
struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk menahan hawa dingin
pegunungan Papua.Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang terdiri dari lantai pertama untuk
tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat untuk bersantai, makan, serta untuk
mengerjakan kerajinan tangan.

4. Tari Tradisional
Papua memiliki berbagai macam tarian yang unik dan menarik, seperti tari selamat dating yang
merupakan tarian khas papua yang menggambarkan kegembiraan hati para penduduk dalam menyabut
para tamu terhormat yang datang ke wilayah mereka. Tari ini memiliki gerakan yang menarik, dinamik
dan dilakuakan dengan semangat

5. Senjata Tradisional
Papua memiliki senjata tradisional yang digunakan untuk melawan musuh. Seperti pisau belati
papua yang terbuat dari tulang kaki burung kasuari dan bulu burung tersebut yang menghiasi pinggiran
belati tersebut. Namun ada senjata lain yang biasanya di gunakan yaitu busur dan panah serta lembing
yang digunakan untuk berburu.
6. Makanan Khas
Makanan khas papua yaitu sagu yang di buat jadi bubur atau yang dikenal dengan nama papeda.
Masyarakat papua biasanya menyantap papeda bersama kuah kuning, yang terbuat dari ikan tongkol
atau ikan mubara dan di bumbui kunyit dan jeruk nipis. Selain itu banyak olahan ikan khas papua sampai
yang ekstrem yaitu sate ulat sagu.

7. Alat Musik
Papua memiliki banyak alat musik tradisional salah satunya yaitu tifa. Tifa merupakan salah satu
alat musik pukul yang bentuknya hampir mirip dengan gendang. Alat musik Tifa terbuat dari kayu yang
mana pada bagian tengah kayu tersebut dibuat lubang besar yang dibersihkan. Lalu diujung salah satu
kayu tersebut ditutup dengan mengunakan kulit rusa yang telah dikeringkan yang berfungsi agar alat
musik Tifa ini bisa menghasilkan suara yang indah dan bagus
Alat musik tifa

8. Kerajinan Tangan
Masyarakat papua biasanya membuat kerajinan tangan yang di buat dari bahan-bahan yang
tersedia dialam. Seperti kerajinan tas yang bernama Noken. Kerajinan ini di buat dari kulit kayu yang di
anyam, dan warna yang diguanakan berasal dari pewarna alami akar tumbuhan dan buah-buahan.
Noken ini biasa di gunakan dan di bawah dengan menyangkutkan noken di atas kepala.

9. Sistem Kepercayaan/Religi
Sebagian masyarakat Papua masih memiliki kepercayaan totemisme, sebagai bentuk
kepercayaan yang memandang asal-usul manusia berasal dari dewa-dewa nenek moyang, dan masih
ada suku suku yang tertutup atau tidak mau berhubungan dengan dunia luar. mendiami tiga distrik
yakni Merauke, Okaba dan Muting, Kabupaten Merauke, Papua. Namun walaupun begitu sebagian dari
mereka telah memeluk beberapa agama resmi yang diakui oleh pemerintah.Di Papua Timur sebagian
agamanya beragama Kristen dengan persentase sebagai berikut :
 Protestan ( 51.2 % ), Katolik ( 25.42 % ), Islam ( 20% ), Hindu ( 3 % ) dan Buddha ( 0.13 % )
Sedangkan di Papua Barat :
 Kristen ( 50.7 % ), Islam ( 41.3 % ), Katolik ( 7.7% ), Hindu ( 0.1 % ), Buddha ( 0.1 % ) dan Konghucu ( 0.1
%)
10. Sistem Mata Pencarian
Sistem mata pencaharian di papua ini amat beragam, sesuai dengan dimana masyarakat
itu tinggal. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang ( rumah
panggung ), mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan.Penduduk daerah pedalaman yang
hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada umumnya bermata
pencahariannya menangkap ikan, berburu, binatang uatama yang diburu biasanya Babi, tapi dalam
perjalanan orang sering menangkap beraneka ragam binatang dan mengumpulkan hasil hutan.
Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharianya berternak dan berkebun secara sederhana.
 Penduduk pesisir pantai
Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun dan meramu sagu
yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota dan masyarakat luar
sudah tidak asing bagi mereka.
 Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah
Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu dihuta disekeliling
lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok kecil. Mereka ada yang mendiami tanah
kering dan ada yang mendiami rawa dan payau serta sepanjang aliran sungai.
 Penduduk pegunungan yang mendiami lembah
Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang kala mereka
berburu dan memetik hasil dari hutan
11. Peralatan dan Perlengkapan Hidup
Banyak senjata yang digunakan oleh masyarakat papua dalam bertahan hidup, seperti halnya
pisau belati yang merupakan senjata tradisional Papua. Selain itu mereka juga sering menggunakan
Tombak serta panah untuk berburu.
12. Sistem Kekerabatan dan Sistem Organisasi Sosial
Umumnya masyarakat papua hidup dalam system kekerabatan dengan menurut garis keturunan
ayah ( Partrilinea ).Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat berpendudukan asli papua
cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh alam laut, hutan dan
pegunungan.
Beberapa contoh sistem kekerabatan yang berlaku di Papua :

Masyarakat Dani tidak mengenal konsep keluarga batin, dimana bapak, ibu dan anak tinggal
dalam satu rumah. Mereka adalah masyarakat komunal. Maka jika rumah dipandang sebagai suatu
kesatuan fisik yang menampung aktivitas-aktivitas pribadi para penghuninya. Dalam masyarakat Dani
unit rumah tersebut adalah sili.Pada dasarnya silimo / sili merupakan komplek tempat kediaman yang
terdiri dari beberapa unit bangunan beserta perangkat lainnya. Perkampungan tradisional di Wamena
dengan rumah-rumah yang dibuat berbentuk bulat beratap ilalang dan dindingnya dibaut dari kayu
tanpa jendela. Rumah seperti ini disebut Honai. Komplek bangunan biasanya terdiri dari unsur-unsur
unit bangunan yang dinamakan : rumah laki-laki ( Honai / pilamo ), rumah perempuan ( ebe-ae / ebei ),
dapur ( hunila ) dan kandang babi ( wamdabu / wamai ).
Sistem Kemasyarakatan
Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang berbeda satu dengan
lainnya, seperti, Suku Asmat, Suku Ka moro, Suku Dani dan Suku Sentani. Mengacu pada perbedaan
tofografi dan adat istiadat. Penduduk Papua dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar, masing-
masing:
• Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum rumah di atas tiang (rumah panggung)
dengan mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan;
• Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah serta kaki gunung.
Umunya mata pencaharian mereka yaitu menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil hutan;
• Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan beternak secara sederhana.
Tiap kelompok suku mengenal sistem strata dalam masyarakat. Penduduk diklasifikasikan
berdasarkan faktor tertentu seperti keturunan dan kekayaan. Banyaknya macam suku di Papua juga
mengakibatkan munculnya beberapa falsafah masyarakat yang unik dalam perilaku sosial mereka
masing-masing.
• Suku Komoro di Kabupaten Mimika, yang membuat gendering dengan menggunakan darah.
• Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya yang gemar melakukan perang-perangan, yang dalam bahasa Dani
disebut Win. Budaya ini merupakan warisan turun-temurun dan dijadikan festival budaya Lembah
Baliem. Ada juga rumah tradisional Honai, yang di dalamnya terdapat mummy yang diawetkan dengan
ramuan tradisional. Terdapat tiga mummy di Wamena; Mummy Aikima berusia 350 tahun, Mummy
Jiwika 300 tahun, dan Mummy Pumo berusia 250 tahun.
• Suku Imeko di Kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian adat Imeko dengan budaya suku
Maybrat dengan tarian adat memperingati hari tertentu seperti panen tebu, memasuki rumah baru dan
lainnya.
• Suku Marin di Kabupaten Merauke, terdapat upacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang dilaksanakan
sebagai bagian dari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah hari kematian seseorang
dan akan dicabut kembali setelah 1.000 hari.
13. Sistem Pengetahuan
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian terdahulu bahwa Papua memiliki berbagai ragam suku,
maka tak heran jika setiap suku juga memiliki sistem pengetahuan yang berbeda. Pada bagian ini, kami
akan memberi contoh sistem pengetahuan dari Suku Asmat dan Suku Dani.
a. Pengetahuan Suku Asmat
 Pengetahuan mengenai alam sekitar
Orang Asmat berdiam di lingkungan alam terpencil dengan rawa-rawa berlumpur yang
ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu dan lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter.
Pengetahuan itu dimanfaatkan oleh orang Asmat untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. Pada
waktu pasang surut, orang berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika pasang sedang
naik.
 Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna di daerah tempat tinggal.
Pohon sagu banyak tumbuh di daerah dimana Suku Asmat tinggal. Oleh karenanya, makanan pokok Suku
Asmat adalah sagu dengan makanan tambahan seperti ubi-ubian dan berbagai jenis daun-daunan.
Mereka juga memakan berbagai jenis binatang seperti, ulat sagu, babi hutan, burung, telur ayam hutan,
dan ikan. Selain itu, gigi-gigi anjing yangtelah mati biasa digunakan sebagai perhiasan.
b. Pengetahuan Suku Dani
Salah satu pengetahuan terbesar Suku Dani adalah bagaimana mereka bisa tetap bertahan
hidup yaitu dengan sistem pengetahuan mereka untuk membuat tempat tinggal yang disebut dengan
Honai.
Honai berbentuk bundar, berdindingkan kayu, beratap jerami, dan pintunya mungil sekali.
Ukurannya tergolong mungil. Rumah bundar itu begitu kecil hingga kita tidak berdiri di dalamnya. Honai
hanya mempunyai tinggi sekitar 1 meter. Di dalamnya hanya ada 1 perapian yang terletak persis di
tengah. Tak ada perabotan seperti kasur, lemari, apalagi cermin.
Atap jerami dan dinding kayu berfungsi untuk mengatur suhu di dalam rumah. Hawa sejuk
mampu masuk melalui celah-celah kayu ke dalam Honai. Ketika udara sangat dingin, mereka
menyalakan api di perapian. Bagi mereka, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap dalam waktu lama.
Oksigen akan selalu masuk melalui pintu rumah yang tidak pernah tertutup. Mereka pun meringkuk
dalam kehangatan.
Ada juga tempat tinggal yang disebut Ebei. Bentuknya mirip dengan Honai, hanya perbedaannya
terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan Ebei dihuni oleh
perempuan.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, Honai juga memiliki beberapa fungsi lainnya. Ada Honai
khusus untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, ada pula yang khusus untuk pengasapan
mumi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau papua atau
bagian paling timur West New Guinea(irian jaya). Belahan timurnya merupakan negara papua nugini
atau East New Guinea. Papua adalah salah satu provinsi yang memiliki budaya yang bermacam-macam.
Di tanah papua juga kita bisa temukan bermacam-macam suku yang mendiami beberapa wilayah di
daratan papua.
Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di
Papua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi daerah lain.
Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang berbeda satu dengan lainnya,
seperti, Suku Asmat, Suku Ka moro, Suku Dani dan Suku Sentani. Mengacu pada perbedaan tofografi dan
adat istiadat
Simpulan dari penjelasan-penjelasan di atas ialah bahwa kita harus bercermin pada masyarakat
tradisional untuk menata hubungan kita dengan alam demi keberlanjutan hidup mahluk manusia.
Masyarakat tradisional telah berhasil mewariskan bumi ini dalam keadaan tidak tercemar kepada kita
diwaktu sekarang untuk memanfaatkannya dan menikmati kehidupan di atasnya. Keberhasilan itu
merupakan perwujudan nyata dari ketaatan mereka terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta sikap
yang mereka kembangkan dalam kebudayaannya untuk menjaga dan melestarikan alam Berbagai
sumber daya alam yang dinikmati sekarang sesungguhnya merupakan bukti nyata keberhasilan
masyarakat tradisional pada masa lampau untuk menjaga, melestarikan dan mewariskannya bagi kita di
waktu sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat.2004. manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

http://www.papuaweb.org/gb/foto/yaku-kuyawagi

http://exaltedx.blogspot.com/2010/01/kebudayaan-papua-di-indonesia.html

http://indonesia-liek.blogspot.com/2011/05/budaya-papua-barat-seni-kebudayaan.html

Anda mungkin juga menyukai