Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan Papua” ini dengan tepat
waktu. Selama proses penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan yang
sangat berarti bagi kami. Oleh karena itu kami berterimakasih kepada seluruh pihak yang
membantu penyelesaian makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai bukti-bukti peninggalan zaman prasejarah di Indonesia terutama
mengenai alat-alat serpih dan tulang. Tentunya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan. Maka dari itu, penulis sangat menerima dengan senang hati apabila ada kritik atau
saran demi kesempurnaannya makalah ini.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................ 1
Daftar Isi..........................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah........................................................................................................... 3
b. Rumusan masalah .................................................................................................................... 3
c. Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 3
BAB II Pembahasan
a. Kondisi dan Letak Geografis Papua......................................................................................... 5
b. Sistem kemasyarakatan Papua…................................,............................................................. 5
c. Sistem pengetahuan masyarakat Papua ………………………………………………………6
d. Sistem kekerabatan masyarakat Papua ………………………………………………………7
e. Sistem kepercayaan masyarakat Papua ………………………………………………………7
f. Sistem mata pecaharian masyarakat Papua ………………………………………………….8
g. Kesenian Masyarakat Papua ………………………………………………………………...8
2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana letak geografis dan demografis Papua?
4. Bagaimana sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang ada di kebudayaan Papua?
6. Apa dan bagaimana sistem mata pencaharian serta peralatan dan perlengkapan hidup
masyarakat Papua?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui letak geografis serta demografis Papua.
3
4. Mengetahui sistem kekerabatan dan organisasi sosial yang ada di kebudayaan tersebut.
6. Mengetahui sistem mata pencaharian serta peralatan dan perlengkapan hidup apa yang
digunakan masyarakat Papua.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Batas Wilayah
Sebelah Utara : Samudera Fasifik
Sebelah Selatan : Laut Arafura
Sebelah Barat : Provinsi Papua Barat
Sebelah Timur : Papua New Guinea
5
Tiap kelompok suku mengenal sistem strata dalam masyarakat. Pendudukdiklasifikasikan
berdasarkan faktor tertentu seperti keturunan dan kekayaan. Banyaknya macam suku di Papua
juga mengakibatkan munculnya beberapa falsafah masyarakat yang unik dalam perilaku sosial
mereka masing-masing.
• Suku Komoro di Kabupaten Mimika, yang membuat gendering dengan menggunakan darah.
• Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya yang gemar melakukan perang-perangan, yang dalam
bahasa Dani disebut Win. Budaya ini merupakan warisan turun-temurun dan dijadikan festival
budaya Lembah Baliem. Ada juga rumah tradisional Honai, yang di dalamnya terdapat mummy
yang diawetkan dengan ramuan tradisional. Terdapat tiga mummy di Wamena; Mummy Aikima
berusia 350 tahun, Mummy Jiwika 300 tahun, dan Mummy Pumo berusia 250 tahun.
• Suku Imeko di Kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian adat Imeko dengan budaya suku
Maybrat dengan tarian adat memperingati hari tertentu seperti panen tebu, memasuki rumah baru
dan lainnya.
• Suku Marin di Kabupaten Merauke, terdapat upacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang
dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah hari
kematian seseorang dan akan dicabut kembali setelah 1.000 hari.
6
Atap jerami dan dinding kayu berfungsi untuk mengatur suhu di dalam rumah. Hawa
sejuk mampu masuk melalui celah-celah kayu ke dalam Honai. Ketika udara sangat dingin,
mereka menyalakan api di perapian. Bagi mereka, asap dari kayu sudah tak aneh lagi dihisap
dalam waktu lama. Oksigen akan selalu masuk melalui pintu rumah yang tidak pernah tertutup.
Mereka pun meringkuk dalam kehangatan.
Ada juga tempat tinggal yang disebut Ebei. Bentuknya mirip dengan Honai, hanya
perbedaannya terletak pada jenis kelamin penghuninya. Honai dihuni oleh laki-laki, sedangkan
Ebei dihuni oleh perempuan.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, Honai juga memiliki beberapa fungsi lainnya.
Ada Honai khusus untuk menyimpan umbi-umbian dan hasil ladang, ada pula yang khusus untuk
pengasapan mumi.
Umumnya masyarakat papua hidup dalam system kekerabatan dengan menurut garis
keturunan ayah ( Partrilinea ).Budaya setempat berasal dari Melanesia. Masyarakat
berpendudukan asli papua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangat dipengaruhi oleh
alam laut, hutan dan pegunungan.
E. Sistem Kepercayaan/Religi
Sebagian masyarakat Papua masih memiliki kepercayaan totemisme, sebagai bentuk
kepercayaan yang memandang asal-usul manusia berasal dari dewa-dewa nenek moyang, dan
masih ada suku suku yang tertutup atau tidak mau berhubungan dengan dunia luar. mendiami
tiga distrik yakni Merauke, Okaba dan Muting, Kabupaten Merauke, Papua. Namun walaupun
begitu sebagian dari mereka telah memeluk beberapa agama resmi yang diakui oleh
pemerintah.Di Papua Timur sebagian agamanya beragama Kristen dengan persentase sebagai
berikut :
Protestan ( 51.2 % ), Katolik ( 25.42 % ), Islam ( 20% ), Hindu ( 3 % ) dan Buddha ( 0.13 % )
Sedangkan di Papua Barat :
Kristen ( 50.7 % ), Islam ( 41.3 % ), Katolik ( 7.7% ), Hindu ( 0.1 % ), Buddha ( 0.1 % ) dan
Konghucu ( 0.1 % )
7
F. Sistem mata pencaharian masyarakat Papua.
Sistem mata pencaharian di papua ini amat beragam, sesuai dengan dimana masyarakat
itu tinggal. Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum, rumah diatas tiang
( rumah panggung ), mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan.Penduduk daerah
pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada
umumnya bermata pencahariannya menangkap ikan, berburu, binatang uatama yang diburu
biasanya Babi, tapi dalam perjalanan orang sering menangkap beraneka ragam binatang dan
mengumpulkan hasil hutan. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharianya
berternak dan berkebun secara sederhana.
Penduduk pesisir pantai
Penduduk ini mata pencaharian utama sebagai Nelayan disamping berkebun dan meramu
sagu yang disesuaikan dengan lingkungan pemukiman itu. Komunikasi dengan kota dan
masyarakat luar sudah tidak asing bagi mereka.
Penduduk pedalaman yang mendiami dataran rendah
Mereka termasuk peramu sagu, berkebun, menangkap ikan disungai, berburu dihuta
disekeliling lingkungannya. Mereka senang mengembara dalam kelompok kecil. Mereka ada
yang mendiami tanah kering dan ada yang mendiami rawa dan payau serta sepanjang aliran
sungai.
Penduduk pegunungan yang mendiami lembah
Mereka bercocok tanam, dan memelihara babi sebagai ternak utama, kadang kala mereka
berburu dan memetik hasil dari hutan
8
juga masyarakat suku pedalaman Papua yang hanya menggunakan koteka dalam membalut
tubuhnya
3. Rumah Adat
Rumah adat Papua memiliki nama Rumah Honai, dimana bahan yang diguanakan untuk
membuat rumah Honai yaitu dari kayu dengan dan atapnya berbentuk kerucut yang terbuat dari
jerami atau ilalang. Rumah tradisional Honai mempunyai pintu yang kecil dan tidak berjendela..
Sebenarnya struktur Honai dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela bertujuan untuk
menahan hawa dingin pegunungan Papua.Umumnya rumah Honai terdiri dari 2 lantai yang
terdiri dari lantai pertama untuk tempat tidur sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat
untuk bersantai, makan, serta untuk mengerjakan kerajinan tangan.
9
4. Tari Tradisional
Papua memiliki berbagai macam tarian yang unik dan menarik, seperti tari selamat dating
yang merupakan tarian khas papua yang menggambarkan kegembiraan hati para penduduk
dalam menyabut para tamu terhormat yang datang ke wilayah mereka. Tari ini memiliki gerakan
yang menarik, dinamik dan dilakuakan dengan semangat
5. Senjata Tradisional
Papua memiliki senjata tradisional yang digunakan untuk melawan musuh. Seperti pisau
belati papua yang terbuat dari tulang kaki burung kasuari dan bulu burung tersebut yang
menghiasi pinggiran belati tersebut. Namun ada senjata lain yang biasanya di gunakan yaitu
busur dan panah serta lembing yang digunakan untuk berburu.
10
6. Makanan Khas
Makanan khas papua yaitu sagu yang di buat jadi bubur atau yang dikenal dengan nama
papeda. Masyarakat papua biasanya menyantap papeda bersama kuah kuning, yang terbuat dari
ikan tongkol atau ikan mubara dan di bumbui kunyit dan jeruk nipis. Selain itu banyak olahan
ikan khas papua sampai yang ekstrem yaitu sate ulat sagu.
7. Alat Musik
Papua memiliki banyak alat musik tradisional salah satunya yaitu tifa. Tifa merupakan
salah satu alat musik pukul yang bentuknya hampir mirip dengan gendang. Alat musik Tifa
terbuat dari kayu yang mana pada bagian tengah kayu tersebut dibuat lubang besar yang
dibersihkan. Lalu diujung salah satu kayu tersebut ditutup dengan mengunakan kulit rusa yang
telah dikeringkan yang berfungsi agar alat musik Tifa ini bisa menghasilkan suara yang indah
dan bagus.
11
8. Kerajinan Tangan
Masyarakat papua biasanya membuat kerajinan tangan yang di buat dari bahan-bahan
yang tersedia dialam. Seperti kerajinan tas yang bernama Noken. Kerajinan ini di buat dari kulit
kayu yang di anyam, dan warna yang diguanakan berasal dari pewarna alami akar tumbuhan dan
buah-buahan. Noken ini biasa di gunakan dan di bawah dengan menyangkutkan noken di atas
kepala.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau
papua atau bagian paling timur West New Guinea(irian jaya). Belahan timurnya merupakan
negara papua nugini atau East New Guinea. Papua adalah salah satu provinsi yang memiliki
budaya yang bermacam-macam. Di tanah papua juga kita bisa temukan bermacam-macam suku
yang mendiami beberapa wilayah di daratan papua.
Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat
di Papua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi
daerah lain. Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang berbeda satu
dengan lainnya, seperti, Suku Asmat, Suku Ka moro, Suku Dani dan Suku Sentani. Mengacu
pada perbedaan tofografi dan adat istiadat
Simpulan dari penjelasan-penjelasan di atas ialah bahwa kita harus bercermin pada
masyarakat tradisional untuk menata hubungan kita dengan alam demi keberlanjutan hidup
mahluk manusia. Masyarakat tradisional telah berhasil mewariskan bumi ini dalam keadaan
tidak tercemar kepada kita diwaktu sekarang untuk memanfaatkannya dan menikmati kehidupan
di atasnya. Keberhasilan itu merupakan perwujudan nyata dari ketaatan mereka terhadap nilai-
nilai dan norma-norma serta sikap yang mereka kembangkan dalam kebudayaannya untuk
menjaga dan melestarikan alam Berbagai sumber daya alam yang dinikmati sekarang
sesungguhnya merupakan bukti nyata keberhasilan masyarakat tradisional pada masa lampau
untuk menjaga, melestarikan dan mewariskannya bagi kita di waktu sekarang.
13