Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA DALAM ISLAM DAN SEBAGAI


IDEOLOGI

DOSEN PEMBIMBING

RAHMADON Dr, MA

DISUSUN OLEH

AYU MAULINA

NPM :1912020002

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PIAUD
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa selesaikan makalah ilmiah mengenai limbah
dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan


pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi
didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami bisa melakukan perbaikan makalah ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ilmiah ini dapat berguna dengan baik bagi
para pembacanya.Amin

                                   

 Banda Aceh,28 Desember 2019

.                                                                                           Penyusun
DAFTAR ISI

I. COVER
II. KATA PENGANTAR
III. DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULIS

BAB II PEMBAHASAN 1

A. PENGERTIAN PANCASILA DALAM ISLAM


1. Pandangan Islam Terhadap Pancasila
2. Integritas sila-sila dalam Pancasila Terhadap Ayat Al-Qur’an

BAB III PEMBAHASAN 2

A. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


B. FUNGSI IDEOLOGI

BAB IV. PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

DAFTAR PERPUSTAKAAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Segala puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, dan segala Rahmat dan
petunjukNya kita menikmati kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasar
Pancasila dan Undang-Undang 1945, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ini semua berkat usaha dan perjuangan yang gigih para pendahulu kita yang telah meletakkan
dasar-dasar Negara yang cerdas dan bijak sana.Tentu kita tidak dapat membayangkan
bagaimana founding fathers dahulu, begitu tenang dan sangat teliti menyusun rumusan dasar-
dasar Negara. Dan Pancasila ketika ditetapkan sebagai way of life bagi Masyarakat, Bangsa
dan Negara Republik, dengan Undang-Undang Dasar 1945, bersifat religious dan universal.

Bahkan hingga sekarang justru Pancasila tidak dapat dihindari sebagai magnit yang luar
biasa untuk menjadi rujukan, ketika bangsa ini terasa carut marut dalam berkehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan beragama.Begitu pula bangsa-bangsa di dunia pada
belajar terhadap kesaktian Pancasila yang secara biografis sangat syarat dengan
perbedaan.Baik ras, agama dan suku yang memiliki berbagai macam adat, bahasa dan
keyakinan.

Pancasila telah teruji melalui berbagai seminar hokum dan dipandang dari berbagai segi
baik filsafat dan agama serta perjalanan sejarah bangsa, bahwa Pancasila sangat cocok
sebagai ideology bangsa Indonesia.Dari bebagai ideology politik dan paham agama,
Pancasila dapat menimbulkan kepribadian secara selaras, serasi dan seimbang dan tidak
bertentangan dengan hukumTuhan dari berbagai keyakinan adat dan agama apapun di dunia
dan khususnya di Indonesia.

Karena itu Pancasila dari sudut pandangan Islam, tidak ada lagi yang dapat menunjukkan
adanya jurang pembeda.Bahkan tidak ada sedikitpun Pancasila dengan 5 (lima) silanya dan
ditambah secara rinci butir-butir dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4) yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tahun 1978,
bertentangan dengan ajaran Islam.

Setiapbangsadannegara yang inginberdirikokohkuat, tidakmudahterombang-


ambingolehkerasnyapersoalanhidupberbangsadanbernegara,
sudahbarangtentuperlumemilikidasarnegaradanideologinegara yang kokohdankuat
pula.Tanpaitu, makabangsadannegaraakanrapuh.
MempelajariPancasilalebihdalammenjadikankitasadarsebagaibangsa Indonesia yang
memilikijatidiridanharusdiwujudkandalampergaulanhidupsehari-
hariuntukmenunjukkanidentitasbangsa yang lebihbermartabatdanberbudayatinggi.
SejarahLahirnyaPancasilasebagaiIdeologidanDasar Negara
IdeologidandasarnegarakitaadalahPancasila.Pancasilaterdiridarilimasila. Kelimasilaituadalah:
Ketuhanan yang MahaEsa, Kemanusiaan yang adildanberadab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpinolehhikmatkebijaksanaandalampermusayawaratanperwakilan,
danKeadilansosialbagiseluruhrakyat Indonesia.
Sebelumtanggal 17 Agustusbangsa Indonesia belummerdeka.Bangsa Indonesia
dijajaholehbangsa lain. Banyakbangsa-bangsalain yang menjajahatauberkuasa di Indonesia,
misalnyabangsaBelanda, Portugis, Inggris, danJepang. Paling lama
menjajahadalahbangsaBelanda.Padahalsebelumkedatanganpenjajahbangsaasingtersebut, di
wilayahnegara RI terdapatkerajaan-kerajaanbesar yang merdeka, misalnyaSriwijaya,
Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, danTidore.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pandangan islam terhadap pancasila
2. Bagaimana integrita sila-sila pancasila dalam ayat-ayat Al-Qur’an
3. Apa arti dari pancasila sebagai ideologi negara
4. Apa makna ideologi bagi negara
5. Apa maksud dari pancasila sebagai ideologi terbuka

C. Tujuan Penulisan
dari penulisan ini adalah agar kita lebih memahami pengertian dari pancasila
dalam agama islam maupun pengertian dari pancasila sebagai ideologi. Semoga para
pembaca dapat mencerna maupun memahami dari penulisa makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN 1

A. Pandangan Islam Terhadap Pancasila

Sejak terjadinya gerakan reformasi pada Tahun 1998, Pancasila mengalami ujian
berat khususnya dalam masalah nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Menurut
pandangan Islam bahwa teori dan praktek Demokrasi Pancasila hanya dapat diterima jika
warna pencelupannya sesuai dengan pencelupan Pancasila, yaitu menurut celupan Allah
Subhanahu Wata’ala yang ber-Ke Tuhanan Yang Maha Esa itu. Untuk mengenal celupan
dari Allah Subhanahu Wata’ala, orang bebas mempergunakan ilmu dari Barat-kah atau
dari Timur-kah, tetapi setiap teori tentang masyarakat, bangsa dan Negara, tentang
kebudayaan yang normatif, hukum dan kesusilaan, tentang agama dan filsafat, yang
coraknya datang dari jiwa Atheisme, Politheisme, Komunisme dan jiwa munafik wajib
ditolak seluruhnya, demikian menurut Prof. Dr. Hazairin SH. Dalam bukunya Demokrasi
Pancasila Th. 1985.

Ada 2 (dua) Pandangan Islam terhadap Pancasila, yang perlu dan penting untuk
disampaikan disini diantaranya adalah :

1. Pancasila dan Piagam Jakarta dipandang dari sudut Theologis.


Secara historis Pancasila dan Pembukaan dalam Undang-Undang Dasar 1945,
tidak dapat terlepas dengan keberadaan Piagam Jakarta. Perbedaan satu-satunya antara
Piagam Jakarta dan Pembukaan UUD 1945 Cuma terdiri dari yakni ”dengan kewajiban
manjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,” sedangkan kewajiban yang
dimaksud itu dari aspek theologis, sejak dahulu sampai sekarang telah dijalankan oleh
umat Islam yang ta’at kepada agamanya.Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menurut pandangan Islam
mempunyai 2 (dua) Kedaulatan, yaitu Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Tuhan.

a. Kalau Kedaulatan Rakyat, memiliki wujudnya Demokrasi Pancasila. Artinya


hubungan antar manusia sepenuhnya yang berhak mengatur dirinya. Dan sampai pada
menentukan suatu kekuasaan dalam sebuah Negara ditentukan oleh rakyat (manusia).
Karena ini menyangkut ’Hablum minan naas’, maka Nabi Muhammad Rasulullah
bersabda : ”antum a’lamu biumuuri dunyakum”, kamu lebih mengetahui urusan
duniamu”.

Meskipun urusan dunia yang dianggap lebih tahu adalah manusia, bukan berarti
mutlak dari manusia untuk manusia. Islam memberikan kesempatan manusia untuk
bersikap kritis. Bukan jatuh kepada paham liberalisme, sekularisme, kapitaisme,
atheisme, polytheisme, tetapi harus tetap pada paham monotheisme, yaitu paham yang
menganut kepada Tuhan yang satu, Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana sila pertama
dalam Pancasila.

Pancasila adalah produk manusia/bangsa Indonesia yang memiliki dasar negara yang
ber-Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Dan sangat paham dalam menghayati kehidupan warga
bangsa yang plural (beraneka ragam suku dan agama). Penghayatan itu diabadikan dalam
lambang Garuda Pancasila yang dicengkeramkan dengan kuat pada kata-kata ”Bhinneka
Tunggal ika”. Semangat hidup dalam perbedaan ras, agama dan suku, yang didasarkan
pada modal kebesaran jiwa yang ber-Tuhan, hendaknya mampu melahirkan jiwa ke-Esa-
an atau ke-Ika-an dalam kebhinekaan.

Menurut Prof. Dr. Mukti Ali MA. (yang dikenal Bapak Perbandingan Agama
Indonesia), bahwa sikap yang paling tepat untuk hidup di Negara berdasarkan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menerapkan prinsip ”agree undisgreement”,
setuju dalam dalam ketidak setujuan. Adapun ayat suci Al Qur’an surat Al Kafirun yang
menyebutkan ”lakum diinukum waliya diin”, untukmu agamamu, untukku agamaku.

Situasi terakhir masyarakat Indonesia telah mangalami dekadensi moral Pancasila dan
agama. Dimana-mana ternyata terjadi tawuran antar warga. Adanya mudah marah kepada
saudaranya sendiri, tidak lagi mengenal teman sendiri, sesama warga bangsa, antar
mahasiswa/pelajar, antar pemeluk agama, seiman dan seagama. Perselisihan ini mulai
antar sekolah/kampus, antar desa, seasma korp pegawai bahkan sesama anngota Gedung
DPR.

Peristiwa diatas menunjukkan bahwa doktrin Pancasila dan Agama, sudah mulai luntur.
Setidaknya ada 2 (dua) masalah besar bagi Bangsa dan Negara dalam masalah ini.

1) Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), dianggap tidak identik


dengan Soeharto. Sehinga apapun yang menjadi produk tatanan yang berasal dari pada
zaman kepemimpinan H. Muhammad Soeharto dianggap tidak benar, dan tidak dapat
dijadikan rujukan kebaikan dan kebenaran. Meskipun Pancasila yang dijabarkan secara
rinci dalam P4 masih banyak relevansinya dalam kehidupan sekarang.

2) Menganggap remeh program tentang Tri Kerukunan Hidup Umat Beragama. Hal ini
disebabkan adanya kelompok yang masih merasa dirugikan dan diuntungkan/belum
menjadi bagian dari tatanan hidup yang sangat tinggi nilainya, baik sebagai nilai
kebenaran Pancasila dan agama. Bahkan masih terjangkit adanya sindrom mayoritas
(yang mayoritas merasa terdesak dengan berkembangnya yang minoritas) dan sindrom
minoritas (yang minoritas merasa terinjak-injak haknya oleh yang mayoritas).
Kalau P4 dan Tri Kerukunan Hidup Umat Beragama yang berdasarkan Pancasila yang
merupakan konsep maju dan modern sebagai bangsa, dan demi terwujudnya konsep
”Rahmatan Lil’alamin”, rahmat bagi seluruh alam, harus dijadikan perhatian utama
dalam mambangun karakter bangsa. Pemerintah dalam hal ini harus tegas dan bijak.

Sebagaimana firman Allah ”Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin
berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari dua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat
aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu, dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.
(Al Qur’an surat Al Hujurat 9-10)

Pancasila yang hingga kini masih dipertanyakan sebagian warga negara yang belum
menghayati ”hubbul wathon minal iman”, cinta tanah air itu sebagian daripada iman (Al
Hadits). Sebagian warga Negara inilah yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Karena
sesungguhnya merekalah yang sering menimbulkan pemahaman-pemahaman yang selalu
cenderung antagonistik (pertentangan). Lebih daripada itu, mereka mengarah kepada anti
kemapanan. Tidak peduli Negara Pancasila dan agama, menjadi lahan untuk menyalurkan
pikiran-pikiran yang antagonistik itu.

Berdasarkan realitas sosial keagamaan diatas, maka masalah besar tersebut harus cepat
segera diatasi. Sayang jika bangsa ini dibiarkan terlanjur masuk kejurang dekadensi
moral, baik moral Pancasila (tidak Pancasila) maupun moral agama (tidak agamis).
Karena secara theologis bangsa ini hampir mulai terjangkit mosi tidak percaya terhadap
kebenaran Pancasila dan Agama. Dan mulai melirik kepada kapitalisme, liberalisme, dan
komunisme, sebagai upaya mencari solusi daripada kebutuhan politik sekaligus agama.

b. Sementara kedaulatan Tuhan Allah SWT memiliki wujud dalam sila pertama dan
utama dalam Pancasila yaitu Ke Tuhanan Yang Maha Esa. Dalam Al Qur’an surat Al
Ikhlas ayat pertama dan seterusnya, jelas umat Islam secara theology meyakini sebagai
inti kekuatan ajaran Islam. Dan sebagai dogma teologi yang tidak boleh diingkari ke-Esa-
annya.

Begitu pula ketika bahwa Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah tokoh-tokoh
yang religius yang sangat paham dan sadar betul bahwa kemerdekaan yang merupakan
hasil perjuangan bangsa Indonesia adalah ”atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa”.

Karena itu secara Theologis hendaknya di pahamkan bahwa menjalankan


kehidupan yang Pancasilais atau menjalankan Demokrasi Pancasila itu syarat muatan
amanah Allah. Manusia telah diberi amanah yang langsung bersumber kepada Allah,
”Dan dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan dia
mengangkat (derajat) sebagian kamu diatas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia)
yang diberikan-Nya kepadamu” (surat Al’Anam 165).

Dengan demikian wajib bagi kita, baik sebagai warga Negara biasa maupun yang
menjalankan tugas Negara baik sipil maupun militer menjalankan amanah itu dengan
penuh dedikasi tanpa pamrih. Karena itu setiap langkah dalam kehidupan, hendaknya
disesuaikan dengan kehendak Allah Tuhan Yang Kuasa. Dan selaras dengan itu wajiblah
setiap sumpah jabatan disertai dengan ucapan ”Demi Allah” seperti yang telah
dicontohkan dalam pasal UUD 1945.

2. Pancasila dan umat Islam dipandang dari sudut sosiologi agama.

Sudah menjadi takdir Ilahi bahwa manusia hidup berkelompok dan salah satu
kelompojk adalah kelompok bangsa. Sejak terjadinya revolusi Perancis 1789, peran
bangsa menjadi besar dalam kehidupan umat manusia dengan terjadinya Negara-negara
kebangsaan (nation states).

Negara kebangsaan menjadi subjek yang utama dalam kehidupan Internasional.


Maka secara sosiologis sebagai umat Islam kita menganut persaudaraan Islam yang tak
mengenal batas bangsa dan meliputi seluruh umat manusia. Tetapi dipihak lain kita
sebagai umat Islam juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Negara dan Bangsa,
dimana kita dilahirkan dan hidup di Negara Pancasila yaitu Negara Indonesia.

Karena Islam itu memandang sangat strategis bahwa umat Islam adalah menjadi
bagian dari bangsa Indonesia, mempunyai kepentingan besar atas kemajuan bangsa
Indonesia. Sebab makin maju kesejahteraan hidup bangsa Indonesia, makin sejahtera pula
kehidupan umat Islam di Indonesia. Karena umat Islam adalah mayoritas, maka
keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia berarti keberhasilan umat Islam Indonesia.

Sebagai umat Islam yang memiliki keyakinan bahwa Islam adalah ”rahmatan lil
alamin”, rahmat bagi seluruh alam, maka umat Islam yang merupakan bagian dari bangsa
Indonesia harus menempatkan diri sebagai yang terdepan sebagai patriot bangsa, pembela
tanah air, mencintai tanah air, dan bahkan komitmen terhadap pemimpin-pemimpin
bangsa sebagai kholifah yang harus pula di taati, selain Allah dan Rasulnya

Islam memandang hukumnya wajib menghargai, menghormati dan mentaati


siapapun pemimpin Negara Republik Indonesia. Demokrasi Pancasila yang berdasarkan
Ke Tuhanan Yang Maha Esa, berarti pula Negara ini secara tidak langsung berdasarkan
sosiologi agama adalah pemerintahan yang didasarkan pada syari’at agama dan
masyarakat adalah masyarakat yang agamis (religius). Sila-sila dalam Pancasila adalah
jelas merupakan dasar-dasar yang tidak bertentangan ajaran agama (Islam) bahkan
sejalan dengan syari’at Islam.

Memandang dari sudut theology bahwa Ke Tuhanan Yang Maha Esa diatas, para
ulama menegaskan betapa pentingnya bangsa ini menumbuhkan persaudaraan melaui
ukhuwah wathoniyah (persaudaraan antar Negara), ukhuwah bashoriah (persaudaraan
antar warga negara), dan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antar umat Islam).
Persaudaraan ini sangat menjadi perhatian khusus oleh ajaran Islam, demi terwujudnya
persaudaraan menyeluruh bagi warga bangsa. Dan pemerintah menyelaraskan hal ini
melalui Kementrian Agama, telah merumuskan Tri Kerukunan Hidup Umat Beragama,
yaitu kerukunan antar agama dan pemerintah, kerukunan antar agama dan kerukunan
intern umat beragama.

Dalam kehidupan bangsa yang multi ras, agama dan suku, maka rumusan Tri
Kerukunan Umat Beragama menjadi sangat penting dan strategis dalam upaya
pemerintah menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, sebagai wujud dan bentuk
Negara yang ber Ke Tuhanan dengan pemerintahan yang sangat memahami bahwa
bangsa lndonesia, masyarakatnya adalah masyarakat religius.

Secara sosiologis bahwa realitas masyarakat lndonesia, penduduknya yang paling


besar adalah umat lslam (mayoritas). Karena itu Negara Republik lndonesia ini maju dan
mundumya, secara tidak langsung telah menjadi tugas dan tanggung jawab umat lslam.
Peranan umat Islam sangat penting dan modal besar bagi Negara untuk dijadikan modal
dasar pembangunan.

Bahkan tidak mustahil bahwa kemajuan lndonesia dapat menjadi inspirasi bagi
perkembangan dan kemajuan umat lslam di Negara-negara lain, Karena itu betapapun
kemajuan yang dicapai oleh kalangan non lslam, itu masih belum dapat membawa
kemajuan bangsa lndonesia kalau umat lslam lndonesia belum mencapai kemajuan hidup,
Dengan menyadari existensinya sebagai umat mayoritas, dan sebagai warga Negara yang
ta'at pada Allah, Rasul-Nya dan pemimpin pemerintahan, wajib hukumnya hubungan
baik pemerintah dan umat lslam harus tetap terpelihara dengan baik.

Bahkan mayoritas umat lslam mendukung Negara Pancasila dan sedikit yang
menginginkan berdirinya Negara lslam dan itupun dilakukan dengan cara damai karena
mereka tidak melawan otoritas pemegang kekuasaan Negara melainkan dengan
membangun 'masyarakat ideal’, yang diyakini sebagai pelaksanaan konsep Negara dalam
lslam
Meskipun Negara Pancasila bukan berarti Negara Agama, sebaiknya pemerintah
tetap selalu memperhatikan kepentingan mayoritas umat lslam sebagai warga Negara.
Jika pemerintah membuat Peraturan perundangan hendaknya lebih memberikan peluang
kepada fiqh lslam, yang menjadi landasan hidup umat lslam sehari-hari, Harus disadari
bahwa umat lslam dalam Negara Pancasila tidak dapat mendirkan negara lslam, tetapi
jika peraturan perundangan tidak menantang arus fiqh lslam maka berarti tidak akan
menghalangi bagi umat lslam melaksanakan hukum lslam.

Pada akhirnya umat lslam memberikan legitimasi terhadap Pancasila sebagai


dasar Negara dan Negara memberikan legitimasi terhadap umat lslam melaksanakan
syari'at agamanya dalam kehidupan ber-Masyarakat, ber-Bangsa dan ber-Negara, Dan
secara sosiologis, hubungan ulama-ulama Islam dapat berdampingan saling mengisi
dalam membangun bangsa dan negara, sebaliknya kehidupan mayoritas umat lslam
dalam Negara Pancasila semakin memiliki peran penting dalam pembangunan disegala
bidang kehidupan, Sehingga keberhasilan pembangunan bangsa dan Negara ini juga
merupakan keberhasilan umat lslam.

B. Integritas Sila-sila dalam Pancasila terhadap Ayat-ayat Al-Qur’an


Lima Sila (Panca Sila) telah disebutkan dengan jelas dalam Naskah alinea ke-4
preamble (Mukadimah) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.,
dimana ia adalah amanat cita-cita mulia dari para pendiri bangsa dalam membangun
dasar sebuah nation (negara) besar Ber-Bhinneka Tunggal Ika, “Berbeda-beda tetapi
tetap satu” yang sekarang kita kenal bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagi kita sebagai orang Islam, jiwa yang terkandung didalam Pancasila bukanlah sesuatu
yang asing lagi, bukan pula sesuatu yang merugikan apalagi hendak menghapuskan,
karena apa yang telah disuarakan Pancasila merupakan bagian dari nilai-nilai Universal
Islam. Nilai-nilai Pancasila itu terkandung di dalam ajaran indah Al-Qur’an.
Berikut adalah contoh penerapan pancasila yang berkaitan dengan ayat-ayat dalam
Al’Qur’an:

1. Sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa


a. “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syuura : 11)
b. “Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Saba’ : 1)
c.“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui
yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah
Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang
Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka
persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk
Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang
ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “ (Q.S.
Al-Hasyr : 22-24)
d.“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu
dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan
Yang Esa.” (Q.S. Al-Ma’idah : 73)
e. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat.” (Q.S. Al-Baqarah : 256)

2. Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


a. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.“
(Q.S. At-Tiin : 4)
b.“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (Q.S. Al-Isra’ : 70)
c. “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain
(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh
jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-
olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan)
yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang lalim.“ (Q.S. Al-Hujurat : 11)
d.“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Ma’idah : 2)
e.“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim
dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih. “(Q.S. Al-Insan : 8-9)

3.Sila ketiga, Persatuan Indonesia


a.“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “
(Q.S. Al-Hujurat : 13)
b.“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan
yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya
dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.” (Q.S. Al-Hujurat : 9)
c.“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. “(Q.S.
Al- Al-Hujurat : 10)
d. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. “(Q.S. An-
Nisa : 59)

4.Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
a.“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. “(Q.S.
Asy-Syura : 38)
b. “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah
dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.”
(Q.S. Al-Mujadilah : 11)
c. “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia,
janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada
Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada
Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (Q.S. Al-Mujadilah : 9)

5. Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


a.“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki,
tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka
kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu.
Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah? “ (Q.S. An-Nahl : 71)
b.“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.
Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu
akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“ (Q.S. Al-Imran : 180)
c.“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian. “ (Q.S. Al-Furqan : 67)
d.“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak, “ (Q.S. Al-Hadid : 11)
e.“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapat bahagian. “ (Q.S. Adz-Dzariyat : 19)
f. “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. “ (Q.S. Al-Ma’uun : 1-3)

BAB III
PEMBAHASAN 2

Istilah ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea yang berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, ide-ide dasar,cita-cita. Kata idea berasal dari bahaa Yunani ,
eidos yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai
cita-cita, yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian, cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan atau faham
yang diyakini kebenarannya. Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah,ideologi
berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang pengerian dasar.
Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai berikut :

1. Pokok ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan perilaku
manusia. Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan dengan
tertib sosial dan politik yang ada dan berupaya untuk merubah atau mempertahankan
tertib sosial dan politik yang bersangkutan.
2. Bahwa ideologi, disamping mengemukakan program juga menyertakan strategi guna
merealisasikannya.
3. Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat
mempersatukan manusia, kelompok atau masyarakat yang selanjutnya diarahkan pada
terwujudnya partisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial politik.
Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi pemikiran
menjadi ideologi adalah fungsi pemikiran itu dalam berbagai lembaga

A. Karakterstik dan Makna Ideologi bagi Negara


Dalam memahami ideologi dan ideologi politik tidaklah cukup hanya dengan melihat dari
sosok pengertiannya, atau hanya berangkat dari definisi-definisi yang telah dikemukakan
para ahli. Makna Ideologi dapat ditemukan dari karakteristiknya. Beberapa karakteristik
suatu ideologi, antara lain :
1. Ideologi sering muncuI dan berkembang dalam situasi krisis
Situasi krisis dimana cara pandang, cara berpikir dan cara berindak yang sebelumnya
dianggap umum dan wajar dalam suatu masyarakat telah dianggap sebagai suatu yang
sudah tidak bisa diterima lagi.Keadaan seperti ini biasanya akan mendorong muncul
munculnya suatu ideologi.
2. Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis
Ideologi pada dasarnya merupakan ide atau gagasan yang dilemparkan atau ditawarkan
ketengah-tengah arena perpolitikan. Oleh karena itu, ideologi harus disusun secara
sistematis agar dapat diterima oleh warga masyarakat secara rasional.
3. Ideologi mempunyai ruang lingkup jangkauan yang luas, namun beragam
Dilihat dari dimensi horisontal, ideologi mempunyai ruang lingkup yang sangat luas,
mulai dari penjelasan-penjelasan yang parsial sifatnya sampai kepada gagasan-gagasan
atau pandangan-pandangan komprehensif.
4. Ideologi mencangkup beberapa strata pemikiran dan panutan
Dilihat dari dimensi vertikal, ideologi mencangkup beberapa strata pemikiran dan
panutan, mulai dari konsep yang kompleks dan shophisticated sampai dengan slogan-
slogan atau simbol-simbol sederhana yang mengekspresikan gagasan-gagasan tertentu
sesuai dengan tingkat pemahaman dan perkembangan masyarakat.

B. Fungsi Ideologi
Tumbuhnya keyakinan da kepercayaan terhadap ideologi tertentu, barangkali bukan satu-
satunya cara, melalui mana manusia bisa memformulasikan dan mengisi kehidupannya.
Ideologi juga mempermainkan fungsinya dalam mengatur hubungan antara manusia dan
masyarakat.setiap kehidupan masyarakat pasti mengharapkan setiap anggotanya dapat
terlibat didalamnya. Untuk itu ideologi dapat membantu anggota masyarakat dalam
upaya melibatkan diri dalam berbagai sektor kehidupan. Dsamping fungsinya yang
sangat umum,ideologi juga memiliki fungsi khusus sifatnya, antara lain :
1. Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia
Sebagai sistem panutan, ideologi pada dasarnya merupakan formulasi ide atau gagasan
melalui ana manusia dapat menerima, memahami, dan sekaligus menginteptasikan
hakikat kehidupan ini.
2. Ideologi berfungsi sebagai panduan.
Sebagai suatu panduan, ideologi mencanangkan seperangkat patokan tentang bagaimana
manusia seharusnya bertingkah laku, disamping tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
3. Ideologi berfungsi sebagai lensa
Ideologi merupakan salah satu alat bagi seseorang atau bangsa untuk mengenal dan
melihat dirinya sendiri dan mengharapkan orang lain untuk bisa melihat dan
mengitepretasikan tindakannya yang didasarkan atas ideologinya.
4. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik.
Dalam level personal, ideologi dapat membantu setiap individu dalam mengatasi konflik
yang terjadi dalam dirinya ataupun dalam hubungan dengan orang lain. Dalam kehidupan
masyarakat, ideologi juga dapat berfungsi membatasi konflik.

C. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai ideologi bangsa Ideologi bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai dan
gagasan-gagasan dasar yang dapat dilihat dalam sikap, perilaku, dan kepribadian bangsa
Indonesia.
Menurut Alfian, suatu ideologi yang baik harus mengandung tiga dimensi agar supaya
dapat memelihara relevansinya yang tinggi/kuat terhadap perkrmbangan aspirasi
masyarakat dan tuntutan perubahan zaman. Kehadiran ketiga dimensi yang saling
berkaitan, saling mengisi, dan saling memperkuat itu menjadikan ideologi yang kenyal
dan tahan uji dari masa ke masa. Dimensi-dimensi sebagai mana tersebut di atas dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
a. Dimensi Realitas
Ideologi merupakan nilai-nilai dasar yang bersumber dari nilai-nilai yang hidup di dalam
masyarakatnya, terutama pada waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian, masyarakat
pendukung ideologi itu dapat merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu milik
mereka bersama.
b. Dimensi Idealitas
Ideologi ini mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara. Dengan demikian, bangsa yang memiliki
ideologi adalah adalah bangsa yang telah mengetahui kearah mana mereka akan
membangun bangsa dan negaranya.
c. Dimensi Fleksibilitas
Ideologi harus memberikan ruang yang memungkinkan berkembangnya pemikiran-
pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa menghilangkan hakikat yang terkandung
didalamnya.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman,
dan dinamika internal. Dinamika internal tersebut memberi peluang kepada penganutnya
untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dan sesuai dengan
perkembangan dari masa ke masa. Dengan demikian,ideologi tersebut tetap aktual,selalu
berkembang dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesipulan

BerdasarkanuraiantentangPancasilamenurutPandanganlslamdarisudutTheologisdanSosiol
ogis, makadapatditarikkesimpulandalam 2 (dua )hal, yaitu :
1.Secaratheologis, bahwasebagaiwargabangsaharusmenjunjungtingginilai-
nilaiPancasiladannilai'nilai Agama. Pancasila yang memilikisilapertamaKeTuhanan yang
MahaEsa, telahmemberikanartisecara theologies bagipelaksanaansila-silaselanjutnya, Hal
inidapatdimengertibahwasetiapkebijakan yang
diambilolehpemerintahdalammengambilkeputusanharusberdasarkanaspirasipolitikumatlsl
am yang mayoritas, khususnyammperhatikankehidupanumatlslam yang
melaksanakansyari’atagamanya' Sehinggakepentingan Negara
dalammelaksanakanpemerintahandanpembangunantidakbertentangandengankehendak
Allah Tuhan yang MahaEsa, yang secarasyari'atmenjadikeyakinanumatlslam.

2. Negara Pancasilatelahmemberikanlegitimasiumatlslamdalammelaksanakansysi'atlslam,
sebaliknyaumatlslamtelahmeligitimasikanPancasilasebagaidasar Negara
dalamkehidupanbermasyarakat, berbangsadanbemegara,
Karenaitupancasilatelahmenjadibagiandarinilai - nilaiajaranlslam yang
sejalandengankehidupansehari-hariumatlslam' Karenaitu Tri
KerukunanHidupUmatberagamaperludidukungsepenuhnyaolehwargabangsa, demi
terwujudnyapersatuandankesatuan Negara Republiklndonesia, yang berdasarkanKe-
Tuhanan Yang Esadanberahklakulkarimah.

Dan adabanyaksekaliayat-ayatdalam Al-Qur’an yang


eratkaitannyadalamsetiapsiladalamPancasila.

Pancailai sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga merupakan ideologi
negara. Sebagai ideologi negara berarti pancasila merupakan gagasan dasar yang
berkenaan dengan kehidupan negara.Pancasila bukan hanya suatu yang bersifat statis
melandasi berdirinya negara Indonesia akan tetapi pancasila membawakan gambaran
mengenai wujud masyarakat tertentu yang diinginkan serta prinsip-prinsip dasar yang
harus diperjuangkan untuk mewujudkannya.

Pancasila membawakan nilai-nilai tertentu yang digali dari realitas sodio budaya bangsa
Indonesia. Ideologi membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya dengan
ideologi lainnya. Kehasan itu adalah keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa,yang
membawa konsekuensi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Keberadaan ideologi Pancasila dilihat dari dimensi realitas membawakan nilai-nilai yang
mencerminkan realitas sosiobudaya bangsa Indonesia, dari segi idealitas mamidpu
memberikan keyakian akan terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan, dan dari
dimensi Fleksibilitas, nilai-nilai yang ada didalamnya dapat dijabarkan secara konstektual
agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan dinamika dan perkembangan masyarakat.
DATAR PUTAKA

http://so45.blogspot.co.id/2011/09/pandangan-islam-terhadap-pancasila.html
https://sinarislam.wordpress.com/2009/06/03/ayat-ayat-al-quran-mengenai-pancasila/
https://aseft63.wordpress.com/materi-pelajaran/pkn-kelas-8/pancasila-sebagai-ideologi-
dan-dasar-dasar-negara
Buku paket Pendidikan Pancasila A.T. Soegito, dkk.

Anda mungkin juga menyukai