PROPOSAL SKRIPSI
OLEH:
…..
NIM.
1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, termasuk dalam
penulisan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal skripsi ini. Akhir kata, semoga proposal skripsi ini
3
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Judul 1
1.2 Latar Belakang 1
1.3 Rumusan Masalah 3
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat 3
4
3.5 Teknik Analisis Data 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Judul
1.2Latar Belakang
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
resmi atau tidak resmi dimana salah satu atau kedua pasangan adalah anak
dengan median usia kawin pertama perempuan yang rendah yaitu 20,1
6
mencatat persentase wanita menurut usia perkawinan pertama <16-19
45,88% pada tahun 2014 dan 51,49% pada tahun 2015 (BPS Lombok Barat,
dari survei BPS tahun 2013, angka rata-rata lama sekolah masyarakat NTB
masih tergolong sangat rendah yaitu berkisar 7,20 tahun. Hal tersebut
dalam mengambil keputusan untuk masa depan yang lebih baik (GEN NTB,
2017).
budaya pernikahan yang dianut masyarakat yaitu “kawin lari” atau Merariq.
yaitu Merariq, lamaran dan nikah gaib (nikah siri). Beberapa alasan remaja
7
perceraian orang tua, kekerasan dalam keluarga, melakukan hubungan
dan status janda atau duda akibat perceraian dari pernikahan dini tidak lagi
diperkuat oleh angka perceraian dan isbat nikah akibat nikah siri di daerah
Lombok Barat yang masih cukup tinggi yaitu sebanyak 610 perkara
perceraian dan 1. 010 isbat nikah. Adapun rincian untuk kecamatan Kediri
sebanyak 57 perkara cerai dan 105 isbat nikah pada tahun 2018. Data lain
sebanyak 87 kasus dan kasus kekerasan pada anak sebanyak 34 kasus pada
(masalah gizi akut akibat asupan gizi kurang memenuhi standar dalam kurun
waktu yang lama) dan kemiskinan (Hasil Wawancara, 2020). Ditinjau dari
8
pendarahan dan kematian neonatal sebagian besar (43%) karena kasus
BBLR. Pada usia dini, kehamilan tentunya membawa resiko kematian yang
sangat besar baik pada ibu dan janin atau bayinya. Dalam kondisi hamil, ibu
yang masih dalam masa pubertas akan “berebut” nutrisi dengan janinnya
yang juga membutuhkan zat gizi untuk berkembang. Akibat dari semakin
tingginya kasus pernikahan dini, akan berdampak pada kematian, pola asuh
anak yang tidak optimal, isu gender, kemiskinan dan juga tingkat pendidikan
dini. Jika fenomena pernikahan dini ini dibiarkan maka dapat mempengaruhi
proses pembangunan sumber daya manusia di NTB. Oleh karena itu penulis
Lombok Barat).
1.3Rumusan Masalah
9
2. Apa saja upaya Masyarakat dalam mengatasi pernikahan dini di Desa
1.4Tujuan
1.5Manfaat
maupun praktis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
10
fenomena pernikahan dini di desa Kediri Kecamaatan Kediri Lombok
Barat.
BAB II
11
TINJAUAN PUSTAKA
dianjurkan bagi mereka yang menginginkan, siap lahir batin, dan mampu
nikah tidak hanya sebatas pada hasrat atau keinginan seksual, melainkan harus
memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagai suami istri. Seorang wali
(Musfiroh, 2016).
(Akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran
agama. Dini dapat diartikan sebagai sebelum waktunya. Jadi pernikahan dini
dapat diartikan sebagai ikatan (Akad) perkawinan sesuai ketentuan hukum dan
bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
12
Adapun syarat-syarat perkawin diatur pula dalam Undang-Undang tersebut,
diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
bagi wanita yang dipersamakan dengan batas minimal umur perkawinan pada
dilakukan sebelum anak mencapai usia 18 tahun, sebelum anak matang secara
dan anak yang dihasilkan dari pernikahan tersebut (Fadlyana, 2009). Banyak
sah-sah saja. Di sisi lain, kurangnya sosialisasi dampak pernikahan dini bagi
Pernikahan dalam adat Sasak (Lombok) disebut juga dengan merariq atau
kawin. Secara etimologis kata "Merariq" atau kawin diambil dari kata "lari",
berlari. Merariq berarti Melari'ang atau melarikan. Kawin lari adalah sistem
masyarakat Sasak meyakini bahwa dengan kawin lari atau mencuri si gadis
13
dari pengawasan walinya akan menjadi ajang pembuktian kelaki-lakian bagi
bajang atau pemuda Sasak. Selain itu, seorang pemuda dianggap memiliki
merupakan adat istiadat yang sudah ada dan membudaya dalam masyarakat
pertentangan yang di dapat dari orang tua mengenai hubungan yang dialami
oleh kedua sejoli sehingga dipilihlah cara merariq sebagai jalan keluarnya.
Ketiga, ketidaktahuan dari pihak perempuan bahwa dirinya dibawa lari oleh
bahasa Sasak disebut Merariq Kodeq). Hal itu disebabkan karena yang
melakukan Merariq ini adalah anak-anak usia sekolah dan rata-rata berusia 16
tempat tinggal (perdesaan atau perkotaan), jenis kelamin dan juga berdasarkan
14
perkotaan hanya 7,15%. Ketiga, praktek pernikahan dini tidak hanya terjadi
pada kalangan anak perempuan, tetapi juga pada anak laki-laki. Sekitar 1 dari
100 laki-laki 20-24 tahun (1,06%) pada tahun 2018 telah melangsungkan
prevelensi pernikahan dini tertinggi untuk wilayah Jawa, Bali dan Nusa
yang erat kaitannya dengan praktek perkawinan anak seperti faktor ekonomi,
rata lama sekolah baik perempuan maupun laki-laki udia 20-24 tahun yang
untukmelepaskan diri dari kemiskinan. Menurut data Susenas 2018 anak dari
15
keluarga kuintil ekonomi terendah paling beresiko pada pernikahan dini.
Ketiga, faktor tempat tinggal. Anak perempuan di daerah pedesaan dua kali
Anak Desa (KPAD). Keempat, faktor tradisi dan agama. Beberapa tradisi
yang tidak diinginkan sebagai alasan mereka menikah dini. Kelima, faktor
lain: pernikahan dini dalam situasi bencana. Studi literatur juga menemukan
yang masih marak terjadi dalam kehidupan masyarakat NTB yaitu sebagai
1) Sosial Budaya
16
pembagian peran antara laki-laki dan perempuan terjadi kecenderungan
budaya ini membuat pola pikir dan kebiasaan bahwa anak perempuan tidak
pandangan masyarakat, jika anak perempuan belum menikah pada usia yang
kawin lari yang terjadi dalam masyarakat Lombok. Jika anak perempuan
dilarikan oleh anak laki-laki, maka anak perempuan tersebut harus bersedia
untuk dinikahkan. Akan tetapi, dalam keluhuran budaya ini, jika memang
pasangan belum siap atau di bawah umur, dapat dilakukan pemisahan (belas)
pemisahan ini sulit dilakukan karena dapat dianggap aib baik oleh keluarga
tidak langsung meresmikan perkawinan tersebut. Pada titik inilah, orang tua,
tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat sering kali menjadi pelaku
17
2) Sosial-Ekonomi
Kondisi keluarga yang tergolong miskin ini, sering kali membuat anak
perempuan di NTB tidak mendapat kesempatan yang sama dengan anak laki-
3) Administrasi Kependudukan
2014).
18
Tingginya data pernikahan dini diiringi juga data perceraian dari
terselesaikan secara baik oleh anak. Dampak lain dari pernikahan dini
yaitu kekerasan seksual, angka kematian ibu yang tidak siap hamil
yang berdampak pada hak pendidikan dan kesehatan, dan masih banyak
tetapi ada juga kalangan yang menolak. Banyak dampak negatif yang
ditimbulkan dari Merariq baik dari segi kesehatan maupun dari segi
kesehatan mental pasangan yang menikah di usia muda. Selain itu, tidak
2018).
sebagai berikut:
19
sebagai anak-anak. Anak yang menikah, baik perempuan maupun laki-laki
mungkin belum siap. Perkawinan anak membuat anak laki-laki lebih awal
menjadi seorang ayah dan dengan situasi itu menambah tekanan untuk
kerja mereka.
yang menikah dini yang berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja formal
rumah tangga juga beban dari pekerjaan. Anak perempuan yang menikah
20
Kebanyakan pengantin muda kemudian menjadi ibu muda. Selain adanya
berupa solusi baru yang lebih objektif yang dapat dijadikan sebagai langkah
pernikahan dini dirasa akan semakin maksimal bila anggota masyarakat turut
serta berperan aktif dalam pencegahan pernikahan anak di bawah umur yang
ada di sekitar mereka. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat terutama para
orang tua yang mempunyai anak remaja merupakan jurus terampuh sementara
diharapkan tidak ada lagi anak yang menjadi korban akibat pernikahan
tersebut dan anak-anak Indonesia bisa lebih optimis dalam menatap masa
21
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Sudarsih dan Diya Wahyu Ningsih
pernikahan dini dengan kejadian pernikahan dini. Hal ini terjadi karena orang
tua yang mendukung terhadap nilai budaya lama yang menyatakan bahwa
terjadi pernikahan dini. Orang tua diharapkan dapat lebih bijaksana dalam
Hal yang paling dominan terjadi di daerah Lombok adalah adanya tradisi
merariq. Para remaja banyak yang menikah muda dan putus sekolah karena
22
meminimalisir pernikahan dini sudah dilakukan oleh pemerintah dan tokoh
awal pihak sekolah dengan pihak orang tua/wali siswa) yang ditujukan pada
siswa atau siswa yang ingin putus sekolah. Namun hal ini ternyata juga kurang
efektif karena pada kenyataan yang terjadi adalah mereka lebih memilih
membayar denda tersebut yang dalam hal ini denda dibayar oleh pihak orang
tua dengan cara menjual ladang atau sapi mereka sehingga anaknya tetap bisa
menyimpulkan bahwa intervensi tokoh adat dan tokoh agama pada tradisi
dampak pernikahan dini. intervensi tokoh adat dan tokoh agama pada tradisi
menikah suku sasak mampu mengubah sikap yang lebih positif yaitu setuju
memberikan informasi yang benar oleh tokoh adat dan tokoh agama tentang
sebelum ia beranjak dewasa, yang juga akan membantu Indonesia untuk tidak
23
kehilangan potensi SDM. Adapun rekomendasi tersebut dirangkum sebagai
berikut:
(PATBM)
dalam PATBM atau kelompok perlindungan anak desa (KPAD) orang muda
operasional.
Hanya 11, 76% dari perempuan dan 19,23% laki-laki usia 20-24 tahun yang
perkawinan anak. Orang tua menganggap bahwa anak perempuan yang sudah
hamil adalah aib bagi keluarga. Selain itu, orang tua juga menganggap bahwa
24
perkawinan anak dapat menjadi solusi agar anak tidak melakukan zina. Oleh
Reproduksi) yang komprehensif dan inklusif untuk semua anak dapat menjadi
pernikahan dini.
pengentasan kemiskinan saja tidak cukup tetapi perlu ada penguatan sistem
25
4. Perubahan pola pikir mengenai perlindungan akses anak pada Hak
kaum muda.
menikah. Norma sosial yang ada dalam masyarakat mengenai gender masih
sering mempengaruhi perkawinan anak. Oleh karena itu, perlu ada tambahan
intervensi dari level rumah tangga dan komunitas. Sehingga solusi yang bisa
perkawinan anak.
pikir ini sangat diperlukan agar anak dapat menerima pendidikan dan layanan
HKSR masih dianggap tabu maka anak tidak bisa menerima informasi yang
26
juga dapat berkontribusi di dalam ruang yang secara tradisional biasa dipimpin
oleh orang dewasa, seperti Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD) atau
Kehamilan dini masih sering terjadi dan menjadi salah satu alasan
dan inklusif untuk semua anak perlu dikenalkan sejak dini untuk menurunkan
itu, perlu ada penelitian untuk melihat kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) yang terjadi setelah anak menikah dan anak laki-laki yang menikah di
usia anak. Sehingga dapat mengetahui investasi yang paling efektif dalam
27
masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan oleh masyarakat setempat dengan
melibatkan tokoh adat dan tokoh agama dalam mengubah persepsi orang tua
dan juga para remaja untuk tidak melakukan pernikahan dini atau Merariq
28
BAB III
METODE PENELITIAN
tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum metode penelitian adalah suatu
cara yang sudah mempunyai susunan secara sistematis yang digunakan pada
2012).
dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Melalui
29
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih kepada
2000).
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
30
jika peneliti mempunyai pertimbnagan-pertimbangan tertentu dalam
kuisioner yang diberikan dan diisi sesuai dengan petunjuk yang sudah
ada.
31
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
penelitian dapat berhasil sesuai dengan tujuan. Data yan digunakan adalah data
primer, merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
32
asli atau pihak pertama tidak melalui media perantara (indriantoro, 2011). Data
mengalami pernikahan dini. Data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif
mendeskripsikan hasil analisis dari data primer yang diperoleh. Data sekunder
yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). data sekunder diperoleh
melalui studi literatur (kajian pustaka dari berbagai sumber yang berhubungan
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
33
penting dan dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.
angket maupun dokumen yang telah ditulis dalam catatat lapangan dan
ialah:
(Moleong,2012:288).
34
b. Interpretasi data yaitu pencarian pengertian yang lebih luas tentang data
penjelasan yang terinci tentang arti yang sebenarnya dari data penelitian
(Hasan, 2002:137).
bentuk teks naratif. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman
display data for qualitative research data in the has been narrative text”
atau yang paling sering digunakan dalam penyajian data dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Maksud dari teks naratif
35
Penarikan kesimpulan dan verifikasi merupakan unsur yang
yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proporsi. Pada tahap
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
37
Desa Kediri Induk merupakan salah satu Desa yang terletak di
Kediri Induk merupakan bagian dari Desa Kediri dan pada tahun
dua bagian yaitu sebelah utara jalan raya menjadi Desa Kediri induk
dan sebelah selatan jalan raya menjadi Desa Kediri Selatan. Desa
Kediri Induk masih menjadi bagian dari Desa Kediri dengan batas
BAB IV
PEMBAHASAN
38
Berdasarkan respon masyarakat tentang pengetahuan mengenai
usia perkawinan (usia 20 untuk Wanita dan usia 25 untuk pria) dengan
tahun karena umur anak yang belum cukup matang secara biologis dan
menikah dini karena masih ada juga masyarakat yang berpendapat bahwa
maksiat.
bahwa telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Terdapat 48%
alasan ekonomi, dijodohkan oleh orang tua atau hamil diluar nikah. Meski
begitu, 56% masyarakat tidak setuju bahwa orang tua mendorong anaknya
39
setelah menikah. Hal ini akan memicu terjadinya kemiskinan, kekerasan
dalam rumah tangga, perceraian, resiko tinggi ibu hamil dan putus sekolah.
dini yakni 62% sangat setuju pernikahan dini menyebabkan anak putus
sekolah, 50% sangat setuju bahwa anak yang menikah dini belum siap secara
yang belum stabil pada anak yang menikah dini rentan akan terjadi
pertengkaran dan kekerasan yang berujung pada perceraian, dan 60% sangat
kanker serviks, hipertensi, kematian ibu dan bayi karena panggul sempit dan
dimasa pubertas agar tidak terjadi seks bebas, peran serta tokoh masyarakat
40
BAB V
KESIMPULAN
Ada 3 upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi pernikahan dini didesa kediri
Lombok barat :
1. Mengubah persepsi orang tua akan pentingnya Pendidikan anak dan tidak
reproduksi.
dan upaya penanganan masalah hukum yang timbul akibat pernikahan dini.
41
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. 2014. Lombok Barat Dalam
Angka 2014.
42
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. 2019. Kabupaten Lombok
Barat Dalam Angka 2019.
Hamidiyanti, Baiq Yuni Fitri., Syajaratuddur Faiqah, Ati Sulanti dan Ristrini.
2018. Intervensi Tokoh Agama dan Tokoh Adat pada Tradisi Menikah
Suku Sasak dalam rangka Menurunkan Kejadian Pernikahan Usia Dini
di Kabupaten Lombok Barat Provinsi NTB. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan Vol. 21 No. 3.
Muzzaki. 2018. Kawin Cerai Etnik Suku Sasak (Studi di Kecamatan Suralaga
Lombok Timur). Jurnal Studi Masyarakat dan Pendidikan Vol. 1 No. 2.
43
Rosdiana., Arman dan Andi Muh. Multazam. 2018. Praktik Merariq pada
Masyarakat Sasak di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat.
Window of Health: Jurnal Kesehatan Vol. 1 No. 3.
Sudarsih, Sri., Diya wahyu ningsih. 2018. Hubungan Persepsi Orang Tua
Tentang Pernikahan Dini Dengan Pernikahan Dini Yang Terjadi Di Desa
Sajen Pacet Kabupaten Mojokerto. Humaniora Vol. 15 No. 2.
44
UNICEF. 2020. Pencegahan Perkawinan Anak Percepatan yang Tidak Bisa
Ditunda.
45
LAMPIRAN 1
HASIL WAWANCARA
Pewawancara : ……………………
46
⮚ Naikah gaib/nikah siri. Suami nya diluar daerah/luar
negeri istrinya di Kediri. Walinya diwakilkan oleh
guru/syekh di tempat sang cowok. Hanya sebagai ikatan
suami istri agar menjadi pasangan yang halal.
47
a yang dilakukan oleh aparat desa dan masyarakat
setempat?
Narasumber : ⮚ Desa membentuk lembaga atau organisasi KPAD
(Komisi Perlindungan Anak Desa), lembaga kontrol yang
khusus mengangani soal persoalan anak lebih-lebih soal
perkawinan anak.
⮚ Sosialisasi. Kampanye tanda tangan petisi on the road ke
jalan agar masyarakat tau ada program dan masyarakat
dari orangtua, remaja dan anak menandatangani petisi
sepakat menolak pernikahan dini,
⮚ Penguatan keluarga. Lewat program BKR (Bina Keluarga
Remaja) dan lewat posyandu remaja,
⮚ Advokasi belas/lerai.
⮚ Dialog warga perdusun. Membedah secara keseluruhan
dampak dampak negativf pernikahan dini
⮚ Adanya PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
Dinamakan (PKBM Kerebung Baru Kediri) yang saat ini
telah memiliki hampir 25 orang peserta didik,
membangun kesadaran anak dan remaja putri agar tidak
menikah diusia dini dan mengenalkan mereka dengan
kewirausahawan sederhana agar dapat mengisi waktu
dengan lebih bermanfaat
⮚ Aplikasi girtloster. Pemetaan kawasan-kawasan anak
yang rentan akan melakukan pernikahan dini.
Narasumber : ⮚ Mediasi
48
⮚ MOU perjanjian dengan dinas
⮚ Adanya PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
Dinamakan (PKBM Kerebung Baru Kediri) yang saat ini
telah memiliki hampir 25 orang peserta didik,
membangun kesadaran anak dan remaja putri agar tidak
menikah diusia dini dan mengenalkan mereka dengan
kewirausahawan sederhana agar dapat mengisi waktu
dengan lebih bermanfaat
⮚ YPA (Yayasan Peduli Anak). Dipondokkan
49
akan bunuh diri dan lain sebagainya nah asumsi-asumsi
itu yang kemudian kita luruskan makanya kita gandeng
tim kesehatan juga yang memastikan bahwa anak ini
tidak mengalami kondisi seksual kondisi
psikologis/psikis yang cukup mengganggu ketika prosesi
itu terjadi, saya dan pemerintah punya mekanisme lain
punya cara lah mengadvokasi si cowok kemudian cowok
tersebut mengadvokasi si cewek, saya gali terus apa sih
tujuan kamu menikah karna jawabannya ya karna
pengen menikah, artinya dia belum punya kesiapan dan
kemna sih arahnya dia akan membawa anak orang ini
kalau orientasinya menikah menikah, kalau dia tetap
bersikukuh dim au menikah artninya dia tidak punya
tujuan. Dia si cewek ini naik kelas 1 aliyah atau SMA,
cowoknya tidak sekolah atau putus kelas 3 SD, saya
bilang kamu cantik banget kamu bisa jauh lebih bisa
memilih orang-orang yang berkualitas, orang sudah
masak pakai gas LPJ kamu masih pakai kayu bakar,
temen-temenmu masih seneng shopping, selfie foto-foto
kamu sudah gendong anak, dan anakmu itu kamu
pososmu smaa kayak anak, tapi tetep dia nangis ngaku
“saya sudah berhubungan” oke sekalipun kamu sudah
berhubungan selama kamu tidak hamil bla-bla itu dia
mencari celah supaya dia di biarin dah merarik makanya
dia mengaku itu dia bilang muntah-muntah saya suruh
cek ternyata tidak hamil dia bohong akhirnya dikasi
kesempatan untuk mikir merenung, kalau cowok tetep
mau menikah, orangtuanya kekeh saya punya tanah tetap
dia ngelobi dengan pemerintah, kemudian anak cewek ini
akhirnya bilang “mau saya pulang” karena diajak keliling
50
sambil ngobrol santai melihat keadaan rumah si cowok
dengan di iming-imingi kamu bisa lebih sejahtera
dibandingkan ini, akhirnya mau dia pulang pas pulang itu
katanya dia malu balik ke sekolah, kemudian didampingi
oleh pemerintah desa kemana akan dipindah, setelah
mau kelulusan dia merarik lagi dengan laki-laki lain.
51