Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN MAKALAH PENUGASAN KELOMPOK 2

“ Seksualitas pada Remaja Laki-laki ”

Ledy Hera Selva 18031002


Maulidia Khairani 18031006
Muhammad Mukhlis 18031011
Yuni Hermanita 18031015
Shella Noviawati 18031020
Eli Dinika 18031024
Nindia Trysia Roza 18031028
Nurpazrani 18031032
Mella Mardison Putri 18031036
Putri 18031040
Murthada Habibi 18031044

Prodi Keperawatan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 17 November 2019

Tim Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................……………. i

Daftar Isi ........................................................................………………………….. ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan Penulisan 1
1.3 Manfaat Penulisan 1

BAB II Pembahasan

2.1 Seksualitas Pada Masa Remaja Laki Laki 2


2.2 Pembentukan Identitas Diri 3
2.3 Aspek Seksualitas 4
2.3.1 Orientasi Seksual 4
2.3.2 Peran Seks 4

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan 5
3.2 Saran 5

Daftar pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa. Masa-masa remaja adalah
masa-masa yang paling indah. Pencarian jati diri bahkan terjadi pada masa remaja. Banyak
orang yang mengatakan bahwa remaja adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat
menggantikan generasi-generasi terdahulu. Di tangan remajalah tergenggam arah masa depan
negara. Namun, pada kenyataannya situasi yang terjadi pada remaja saat ini cukup berbeda
drastic dengan situasi yang diharapkan. Mengapa demikian?

Dewasa ini, di era teknologi yang modern seperti ini sudah banyak dijumpai berbagai macam
informasi yang dapat dengan mudah diakses oleh siapapun dan dimanapun. Mulai dari dunia
politik, gaya hidup, budaya, bahkan permasalahan seksual sekalipun. Kasus-kasus
penyimpangan seksual yang terjadi malah selalu menjadi trending topic di berbagai
pemberitaan, tak terkecuali dengan masalah pergaulan bebas berupa perilaku seksual pranikah
maupun prostitusi di kalangan para remaja. Kronisnya, tak ada urat malu lagi yang
bersembunyi disana. Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang diharapkan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa agar menjadi lebih baik sungguh bertolak
belakang dengan kenyataan yang ada. Moral remaja semakin merosot hanya karena untuk
memenuhi gairah seksualnya. Berbagai alas an muncul saat pertanyaan “mengapa” dilontarkan
pada mereka. Apa sebenarnya penyebab timbulnya pergaulan bebas dan prostitusi di kalangan
remaja? Apakah hal ini berhubungan dengan pola-pola perkembangan remaja, pola asuh
orangtua, teknologi, maupun lingkungan?

1.2 Tujuan
1. Dapat memahami Seksualitas pada Masa Remaja Laki-laki
2. Dapat memahami cara Pembentukan diri
3. Dapat memahami Aspek Seksualitas

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui Seksualitas pada Masa Remaja Laki-laki
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara Pembentukan diri
3. Mahasiswa mampu mengetahui Aspek Seksualitas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Seksualitas Pada Masa Remaja Laki Laki

Kadar testosteron yang meningkat pada anak laki laki selama pubertas ditandai dengan
peningkatan ukuran penis,testis,prostat,dan vesikula seminalis. Anak laki laki dan anak gadis
mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, tetapi ejakulasi pada anak laki laki
tidak terjadi sampai organ seksnya matur,yaitu sekitar usia 12 atau 14 tahun. Ejakulasi mungkin
terjadi pertama kali selama tidur (emisi nokturnal). Hal ini dapat diinterpretasikan sebagai suatu
episode mimpi basah dan bahkan bagi anak laki laki yang berpengetahuan mungkin sangat
memalukan. Anak laki laki harus mengetahui bahwa, meski mereka tidak menghasilkan sperma
saat pertama ejakulasi, mereka segera akan menjadi subur, pada saatnya terjadi perkembangan
genital,rambut pubis,wajah, dan tubuh mulai tumbuh.

Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti
perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan
asimilasi pengharapan masyarakat. Remaja dihadapkan pada keputusan dan dengan demikian
membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan aktivitas
seksual,dan kehamilan. Informasi faktual ini dapat datang dari rumah,sekolah,buku buku,atau
teman sebaya. Bahkan dengan informasi seperti ini pun, remaja mungkin tidak
mengintegrasikan pengetahuan ini kedalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat
ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa
kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka. Dan karenanya tindak kewaspadaan
tidak diperlukan.penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini.

Yang lebih penting dari hal penulis hal faktual adalah pedoman dalam menetapkan
sistem nilai atau keyakinan pribadi untuk digunakan sebagai kerangka kerja pembuatan
keputusan. Sebagian besar dari pedoman ini sudah ditunjukkan oleh orang tua baik secara
verbal maupun nonverbal. Sikap sikap orang tua mengenai peran dan prilaku sesuai jender
mempengaruhi karier dan pilihan keluarga remaja dan dapat juga mempengaruhi keputusan
mengenai aktivitas seksual dan pilihan menjadi orangtua dan pasangan.

Masa ini mungkin merupakan usia dalam mengidentifikasi orientasi seksual.banyak


remaja mempunyai setidaknya satu pengalaman homoseksual dengan seorang individu atau
dalam kelompok. Remaja mungkim takut bahwa pengalaman ini mendefenisikan seksualitas
total mereka. Banyak individu terus berorientasi heteroseksual secara ketat setelah pengalaman
demikian. Beberapa remaja mungkin mengenali prefensi mereka sebagai homoseksual yang
jelas. Hal ini dapat sangat menakutkan dan pengenalan yang membingungkan bagi remaja dan
keluarga serta membutuhkan banyak dukungan.dukungan dapat datang dari berbagai sumber
seperti konselor di sekolah, penasehat spritual,keluarga,dan profesional kesehatan mental.

Remaja putra mengungkapkan seksualitas mereka dengan berbagai cara. Usia rata –
rata pria melakukan hubungan seksual untuk pertama kali ialah 15,7 tahun. Remaja putra sering
kali membual tentang kemenangan seks mereka. Seorang remaja putra mungkin tidak ingin
menerima stigma menjadi satu – satunya perjaka dalam kelompoknya. Akibatnya, saat remaja

2
mendengar cerita isapan tentang petualangan seksual ini, mereka tidak mengetahui bahwa
banyak cerita ini dikembangkan untuk membuat para pendenggar terkesan. Banyak remaja pria
menjadi aktif secara seksual, bukan karna gairah seksnya,tetapi lebih karna kebutuhan untuk
menjadi bagian dalam kelompok.

2.2 Pembentukan Identitas Diri

Proses pembentukan identitas diri adalah merupakan proses yang panjang dan
kompleks, yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu, sekarang dan yang akan datang dari
kehidupan individu dan hal ini akan membentuk kerangka berpikir untuk mengorganisasikan
dan mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan (Rice, 2012). Sumber-
sumber yang dapat mempengaruhi pembentukan identitas diri adalah lingkungan sosial,
dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti keluarga dan tetangga yang merupakan
lingkungan masa kecil, juga kelompok-kelompok yang terbentuk ketika mereka memasuki
masa remaja, misalnya kelompok agama atau kelompok yang mendasarkan pada kesamaan
minat tertentu. Kelompok-kelompok itu disebut sebagai reference group dan melalui kelompok
tersebut remaja dapat memperoleh nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya.
Kelompok tersebut dapat membantu remaja untuk mengetahui dirinya dalam perbandingannya
dengan orang lain sehingga mereka dapat membandingkan dirinya dengan kelompoknya, nilai-
nilai yang ada pada dirinya dengan nilai nilai dalam kelompok yang selanjutnya akan
berpengaruh kepada pertimbangan apakah dia akan menerima atau menolak nilai-nilai yang
ada dalam kelompok tersebut.

Remaja dalam kehidupan sosialnya akan selalu dihadapkan kepada berbagai peran yang
ditawarkan oleh lingkungan keluarga maupun kelompok sebaya, yang kadangkadang
membingungkan dan sering menimbulkan benturan-benturan, misalnya menjadi anggota
kelompok musik tetapi juga harus menjadi siswa teladan. Maka dalam hal ini remaja harus
mampu mengintegrasikan berbagai peran tersebut ke dalam diri pribadi (identitas diri) dan
apabila terjadi benturanbenturan berbagai tuntutan peran harus dapat diselesaikan.

3
2.3 Aspek Seksualitas

2.3.1 Orientasi seksual

Pada masa ini remaja diharapkan sudah menemukan orientasi seksualitasnya atau arah
ketertarikan seksualnya (heteroseksualitas atau homoseksualitas). Norma umum yang berlaku
lebih menyukai jika seseorang menyukai orientasi seksualitas ke arah heteroseksualitas.
Namun, tidak dipungkiri ada remaja yang memilih orientasi seksualitas homoseksualitas.
Orientasi ini dipengaruhi oleh penghayatan terhadap jenis kelamin. Faktor individu (fisik atau
psikologis), keluarga dan lingkungan ikut mendorong dan berperan dalam menguatkan
identitas ini.

2.3.2 Peran seks.

Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu
selaras dengan jenis kelaminnya. Laki-laki akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana laki-laki,
demikian pula perempuan akan dekat dengan sifat-sifat sebagaimana perempuan. Peran seks
ini sangat penting pada tahap pembentukan identitas diri, apakah seseorang itu berhasil
mengidentifikasi dirinya atau justru melakukan transfer pada identitas yang lain (transsexual).

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seksualitas pada remaja laki-laki itu merupakan suatu proses perkembangan baik secara
biologi dan psikologi yang dimana tujuannya adalah untuk memberikan kemampuan pada
bereproduksi secara normal. Hal ini biasanya dialami seseorang apabila secara komponen
seksualitas dari tahap perkembangan sudah mancapai tahap matur atau matang, tentunya dalam
proses tersebut tingkat perkembangan dan pertumbuhan yang dialami seseorang itu berbeda-
beda hsl tersebut tergantung dari faktor lingkungan dan personal seseorang, bagi laki – laki
sendiri biasamya tahap normal dari kemantapan organ reproduksinya secara normal apabila
dia sudah memasuki umur 12 hingga14 tahun yang dinamakan masa pubertas seorang laki laki
ditandai dengan adanya mimpi basah, barulah laki laki sudah bisa menghasilkan sperma untuk
tahap reproduksi terhadap wanita.

3.2 Saran

Apabila seorang laki-laki telah mencapai masa pubertas atau dinamakan dengan proses
maturasi sel sperma itu sendiri telah dihasilkan sehingga dari proses perkembangan itu
seharusnya seorang laki-laki menempatkan perannya sebagai lelaki dengan bertingkah laku
positif terhadap wanita dan lingkungannya. Dia tahu bahwa sel sperma itu dikeluarkan atau di
produksi apabila sudah memiliki hubungan yang sah terhadap wanita sehingga prilaku
penyimpangan seks bisa diatasi.

5
Daftar Pustaka

Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC

Potter. P. (2008). Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta: EGC

Wardhani. D. T. (2012). Perkembangan dan seksualitas remaja. Vol. 17. No. 03. Bandung:
sekolah tinggi kesejahteraan sosial.

Anda mungkin juga menyukai