Anda di halaman 1dari 26

Laporan Makalah

“Asuhan Keperawatan DHF”

Nama Kelompok:
1. Falia tasya (18031004)
2. Yuni hermanita (18031015)
3. Marziah ustnah (18031026)
4. Mella mardison putri (18031036)
5. Gustri alviani (18031041)
6. Febri masfalah (18031042)
7. Novita pertiwi (18031047)

PRODI KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Asuhan Keperawatan DHF. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang Dibimbing Oleh Ns. Rani Lisa Indra, M.Kep.
Dalam mata kuliah keperawatan medical bedah I

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Pekanbaru, 25 September 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 latar belakang 1


1.2 tujuan 1
1.3 manfaat 2

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Definisi 3
2.2 Epidemiologi Dbd 5

2.3 Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue 7


2.4 Vektor Demam Berdarah Dengue 8

BAB III : PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar Penyakit


9
3.2 Asuhan Keperawatan 15

BAB IV : PENUTUP

4.1 Simpulan 21

DAFTAR PUSTAKAN 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DHF ( Denguage Haemorraghic Fever) pada penyakit manusia awam sering disebut
sebgai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah denguage disebut sebagai
penyakit (terutama sering dijumpai) yang disebabkan oleh virus denguage dengan gejala
utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti oleh dengan gejala pendarahan spontan seperti:
bintik merah pada kulit, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah dan BAB
berdarah.
Demam berdarah denguage merupakan salah satu infeksi arbovirus yang paling
umum muncul di daerah tropis dan subtropis diseluruh dunia. Infeksinya disebarkan oleh
nyamuk yag menyebabkan demam, pembengkakan, dan oerdarahan disimpul kelenjer getah
bening. Juga menyebabkan rasa sakit yang sangat diotot dan persendian ini, sering kali
diderita oleh anak dibawah 10 tahun, dan infeksinya bsa kambuh lagi pada tahun berikutnya.
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah
perkotaan yang berpenduduk padat da,n pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika
Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar
50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000
kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia,
tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui gigitan
nyamuk setempat.

1.2 Tujuan Penulisan

 Tujuan Umum

Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikan bedah

 Tujuan Khusus
1. Memahami tentang definisi DHF
2. Memahami tantang penyakit DHF
3. Memahami asuhan keperawatan tentang penyakit DHF
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa memahami tentang definisi DHF
b. Mahasiswa memahami Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue
c. Mahasiswa memahami Vektor Demam Berdarah Dengue
d. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan DHF
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di
sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika
dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3
dan Den-41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk
Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai
14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari
ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10
hari.
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD,
ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji
tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.
Tiga tahap presentasi klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan pemulihan.
Tahap beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa paling kritis, dengan kebocoran
plasma cepat yang mengarah ke gangguan peredaran darah. Terdapat 4 tahapan derajat keparahan
DBD, yaitu derajat I dengan tanda terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket +
(positif); derajat II yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau ditandai adanya
kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg),
hipotensi (sistolik menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral dingin, kulit
lembab dan pasen tampak gelisah; serta derajat IV yang ditandai dengan syok berat (profound
shock) yaitu nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
Walaupun DD dan DBD disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme
patofisiologisnya berbeda dan menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan utama adalah adanya
renjatan yang khas pada DBD yang disebabkan kebocoran plasma yang diduga karena proses
immunologi, pada demam dengue hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis DD timbul akibat reaksi
tubuh terhadap masuknya virus yang berkembang di dalam peredaran darah dan ditangkap oleh
makrofag. Selama 2 hari akan terjadi viremia (sebelum timbul gejala) dan berakhir setelah lima
hari timbul gejala panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus.
T-helper akan mengaktifasi sel T -sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit
virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah
dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibody hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses
tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala
sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler,
sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Pada kasus berat, volume
plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat
infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, anti-
hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM,
pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi
yang telah ada jadi meningkat.
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke5,
meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari.
Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi
IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG
meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada
hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan
mendeteksi antibody IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan
lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat.

\
2.2 Epidemiologi DBD
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dan mengakibatkan spectrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang
paling ringan, demam dengue (DD), DBD dan demam dengue yang disertai renjatan atau
dengue shock syndrome (DSS)9; ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus yang
terinfeksi.10 Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk
ke dalam family Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2,
Den3 dan Den-4.1 Dalam 50 tahun terakhir, kasus DBD meningkat 30 kali lipat dengan
peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan, dalam dekade ini, dari kota ke
lokasi pedesaan.9 Penderitanya banyak ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan
subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan Karibia.
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di
daerah perkotaan yang berpenduduk padat da,n pemukiman di Brazil dan bagian lain
Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi
diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan
mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40
persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus
dengue melalui gigitan nyamuk setempat.
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik
bahkan cenderung terus meningkat12 dan banyak menimbulkan kematian pada anak8 90%
di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi
KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah
penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun
berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna
dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang
dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009
sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%.15 Penularan virus
dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus Stegomya yaitu nyamuk
Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer dan Ae. polynesiensis,
Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder,9 selain itu juga terjadi
penularan transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan9 serta
penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya.16-17 Ada juga penularan virus
dengue melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal
dari penderita asimptomatik(18). Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling
tinggi adalah penularan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di
dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam
tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.
Penelitian di Jepara dan Ujungpandang menunjukkan bahwa nyamuk Aedes spp.
berhubungan dengan tinggi rendahnya infeksi virus dengue di masyarakat; tetapi infeksi
tersebut tidak selalu menyebabkan DBD pada manusia karena masih tergantung pada faktor
lain seperti vector capacity, virulensi virus dengue, status kekebalan host dan lain-lain.
Vector capacity dipengaruhi oleh kepadatan nyamuk yang terpengaruh iklim mikro dan
makro, frekuensi gigitan per nyamuk per hari, lamanya siklus gonotropik, umur nyamuk dan
lamanya inkubasi ekstrinsik virus dengue serta pemilihan Hospes. Frekuensi nyamuk
menggigit manusia, di antaranya dipengaruhi oleh aktivitas manusia; orang yang diam (tidak
bergerak), 3,3 kali akan lebih banyak digigit nyamuk Ae. aegypti dibandingkan dengan
orang yang lebih aktif, dengan demikian orang yang kurang aktif akan lebih besar risikonya
untuk tertular virus dengue. Selain itu, frekuensi nyamuk menggigit manusia juga
dipengaruhi keberadaan atau kepadatan manusia; sehingga diperkirakan nyamuk Ae. aegypti
di rumah yang padat penghuninya, akan lebih tinggi frekuensi menggigitnya terhadap
manusia dibanding yang kurang padat. Kekebalan host terhadap infeksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah usia dan status gizi, usia lanjut akan menurunkan
respon imun dan penyerapan gizi. Status status gizi yang salah satunya dipengaruhi oleh
keseimbangan asupan dan penyerapan gizi, khususnya zat gizi makro yang berpengaruh
pada sistem kekebalan tubuh. Selain zat gizi makro, disebutkan pula bahwa zat gizi mikro
seperti besi dan seng mempengaruhi respon kekebalan tubuh, apabila terjadi defisiensi salah
satu zat gizi mikro, maka akan merusak sistem imun.
Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi makanan, tubuh manusia dan
lingkungan yang merupakan hasil interaksi antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh
manusia dan penggunaannya. Tanda-tanda atau penampilan status gizi dapat dilihat melalui
variabel tertentu [indikator status gizi] seperti berat badan, tinggi badan, dan lain lain.26
Sumber lain mengatakan bahwa status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan [requirement] oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis: [pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lain lain].
Status gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia karena zat gizi
mempengaruhi fungsi kinerja berbagai sistem dalam tubuh. Secara umum berpengaruh pada
fungsi vital yaitu kerja otak, jantung, paru, ginjal, usus; fungsi aktivitas yaitu kerja otot
bergaris; fungsi pertumbuhan yaitu membentuk tulang, otot & organ lain, pada tahap
tumbuh kembang; fungsi immunitas yaitu melindungi tubuh agar tak mudah sakit; fungsi
perawatan jaringan yaitu mengganti sel yang rusak; serta fungsi cadangan gizi yaitu
persediaan zat gizi menghadapi keadaan darurat.
Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada kelompok umur
<15 tahun (95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan proporsi penderita
pada kelompok umur 15 -44 tahun, sedangkan proporsi penderita DBD pada kelompok umur
>45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar 3,64%.
Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya
kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus dengue),
host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan berkembang biaknya
nyamuk Aedes spp.30 Selain itu, juga dipengaruhi faktor predisposisi diantaranya kepadatan
dan mobilitas penduduk, kualitas perumahan, jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan,
sikap hidup, golongan umur, suku bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya.

2.3 Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue

Salah satu faktor risiko penularan DBD adalah pertumbuhan penduduk perkotaan
yang cepat, mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan prasarana transportasi dan
terganggu atau melemahnya pengendalian populasi sehingga memungkin terjadinya KLB.40
Faktor risiko lainnya adalah kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak mempunyai
kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat, pasokan air minum dan
pembuangan sampah yang benar.11 Tetapi di lain pihak, DBD juga bisa menyerang
penduduk yang lebih makmur terutama yang biasa bepergian.41 Dari penelitian di
Pekanbaru Provinsi Riau, diketahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah
pendidikan dan pekerjaan masyarakat, jarak antar rumah, keberadaan tempat penampungan
air, keberadaan tanaman hias dan pekarangan serta mobilisai penduduk; sedangkan tata letak
rumah dan keberadaan jentik tidak menjadi faktor risiko.
Faktor risiko yang menyebabkan munculnya antibodi IgM anti dengue yang
merupakan reaksi infesksi primer, berdasarkan hasil penelitian di wilayah Amazon Brasil
adalah jenis kelamin laki-laki, kemiskinan, dan migrasi. Sedangkan faktor risiko terjadinya
infeksi sekunder yang menyebabkan DBD adalah jenis kelamin lakilaki, riwayat pernah
terkena DBD pada periode sebelumnya serta migrasi ke daerah perkotaan.

2.4 Vektor Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti yang menjadi
vektor utama serta Ae. albopictus yang menjadi vektor pendamping. Kedua spesies nyamuk
itu ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, hidup optimal pada ketinggian di atas 1000 di
atas permukaan laut,10 tapi dari beberapa laporan dapat ditemukan pada daerah dengan
ketinggian sampai dengan 1.500 meter,44 bahkan di India dilaporkan dapat ditemukan pada
ketinggian 2.121 meter serta di Kolombia pada ketinggian 2.200 meter.45 Nyamuk Aedes
berasal dari Brazil dan Ethiopia, stadium dewasa berukuran lebih kecil bila dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lainnya.
Kedua spesies nyamuk tersebut termasuk ke dalam Genus Aedes dari Famili
Culicidae. Secara morfologis keduanya sangat mirip, namun dapat dibedakan dari strip putih
yang terdapat pada bagian skutumnya.46 Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua
strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna
putih. Sedangkan skutum Ae. albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis
putih tebal di bagian dorsalnya.
Nyamuk Ae. aegypti mempunyai dua subspesies yaitu Ae. aegypti
queenslandensis dan Ae. aegypti formosus. Subspesies pertama hidup bebas di Afrika,
sedangkan subspecies kedua hidup di daerah tropis yang dikenal efektif menularkan virus
DBD. Subspesies kedua lebih berbahaya dibandingkan subspecies pertama.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep Dasar Penyakit

3.1.1 Definisi
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
dibawa oleh nyamuk aegypti betina lewat air liur gigitan saat
menghisap darah manusia. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh.
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh arbovirus (Arthropadbom Virus) dan di tularkan melalui gigitan
nyamuk aides (Aides Albipices dan Aedes Aegypti).
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus
dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti.
3.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit DHF atau demam berdarah adalah virus
dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae yang
dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype lain.
3.1.3 Manifestasi Klinis
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinik, yaitu: demam tinggi
dan mendadak yang dapat mencapai 40 ℃ atau lebih dan terkadang
disertai dengan kejang, demam, sakit kepala, anoreksia, mual muntah,
epigastrik, discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian
perut dan pendarahan, terutama pendarahan kulit, walaupun hanya
berupa uji toumiquet positif. Selain itu, pendarahan kulit dapat
terwujud memar atau juga berupa pendarahan spontan mulai dari
ptekie pada ekstermitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan
pendarahan gusi. Sementara pendarahan gastrointestinal masih lebih
jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok
yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi.
Pendarahan lain seperti pendarahan sub konjungtiva terkadang juga
ditemukan. Pada masa konvalisen seringkali ditemukan eritema pada
telapak kaki dan hepatomegaly. Hepatomegaly biasanya dapat diraba
pada permukaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar
dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa
iklers maupun kegagalan pendarahan.
3.1.4 Anatomi Fisiologi

Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF


adalah sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi adalah sarana untuk
menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus distivus dari paru-paru
ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem sirkulasi merupakan sarana
membuang sisa-sisa metabolism dari sel-sel ginjal, paru-paru, dan kulit
yang merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan darah.

1. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk
dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara
bekerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya
tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah
bawah agak runcing yang disebut apeks kordis. Letak jantung didalam
rongga dada sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan
rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang
kiri antara kosa V dan VI dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat
ini teraba adanya denyut jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya
lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira
250-300 gram.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu:
a. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluruh bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah
arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut
aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi
sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri
pulmonalis, garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. Arteri ini mempunyai
cabang-cabang keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang
akhirnya akan menjadi pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri
mendapat darah dari darah yang mengalir didalamnya tetapi hanya
untuk tunika intima. Sedangkan untuk lapisan lainnya mendapat
darah dari pembuluh darah yang disebut vasa vasorum.
b. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang
membawa darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk kedalam
jantung. Tentang bentuk susunan dan juga pernafasan pembuluh
darah yang menguasai vena sama dengan pada arteri. Katup-katup
pada vena kebanyakan terdiri dari dua kelompok yang gunanya
untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi. Vena-vena yang
ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena pulmonalis. Vena
ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil yang disebut venolus
yang selanjutnya menjadi kapiler.
c. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah
yang sangat halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya
terdiri dari suatu lapisan endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat
kapiler yaitu: rambut, kuku, dan tulang rawan. Pembuluh darah
kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan. Oleh karena itu,
dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat makanan mudah
merembes ke cairan jaringan antar sel.
3. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian
cair disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah
pada darah keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya
oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah yang banyak
mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen
dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat ini sangat berguna
pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh. Pada tubuh
yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-kira 1/¿3 ¿
dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan jumlah
tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah:
a. Sebagai alat pengangkut
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun
dalam tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat
antiracun
c. Mengatur panas keseluruh tubuh

Adapun proses pembentukan sel darah terdapat 3 tempat yaitu:


sumsum tulang, hepar, dan limpa.

3.1.5 Patofisiogi
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit (ptekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegaly) dan pembesaran limpa (Splenomegaly).
Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan
plasma ke ruang ekstra seluler.

Perembesan plasma ke ruang esktra seluler mengakibatkan


berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematocrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan


dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa
yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi
ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah
pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika
tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami syok. Jika syok atau hipovolemik berlangsung
lama akan timbul anoksia jaringan, metabolic asidosis dan kematian
apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada
DHF menyangkut 3 faktor yaitu: perubahan vaskuler, trombositopenia,
dan gangguan koagulasi.
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan
mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada sistem
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening,
hati, dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti
pembuluh darah dibawah kulit.
Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut
derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu:

a. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan
spontan seperti ptekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi.
c. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredarah darah seperti nadi lemah
dan cepat (>120 x/menit) tekanan nadi sempit, dan tekanan darah
menurun.
d. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut jantung 140
x/menit), anggota gerak teraba dingin, berkeringat, dan kulit tampak
biru.
3.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium:
1. Trombosit menurun
2. Hematocrit meningkat 20% atau lebih
3. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
4. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
5. Hipoproteinemia (protein darah rendah)
6. Hiponatremia (NA rendah)
b. Pemeriksaan Radiologi:
Pada foto trorax (pada DHF grade III/IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura.
3.1.7 Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d. Pemberian cairan melalui infus
e. Pemberian obat-obatan, antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g. Monitor TTV
h. Monitor adanya tanda-tanda syok
i. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari

3.2 Asuhan Keperawatan Teoritis CA Paru

3.2.1 Pengkajian

a. identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnose medis.
b. Keluhan utama meliputi atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF saat dating ke
rumah sakit
c. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama yang merupakan keluhan klien, data
yang dikaji yang dirasakan klien saat ini.
d. Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang diderita
sekarang
e. 11 pola pengkajian Gordon:
 Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status kesehatan dan
praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh kembang, riwayat sakit
yang lalu, perubahan status kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
 Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi makanan
dan cairan, tipe intake makan damn minum sehari, penggunaan suplemen, vitamin
makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas diperut, lapar dan haus
berlebihan.
 Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola BAB, BAK
frekuensi karakter BAB terakhir, dan frekuensi BAK.
 Aktivitas – latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan energy, tipe
dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah, atau tempat sakit.
 Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekuensi dan durasi periode istirahat
tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah yang
dirasakan saat tidur.
 Kognitif – perceptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan nyeri,
fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan pengecap dan
pembau, sensasi perabaan, baal kesemutan.
 Konsep diri – persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran social, kepuasan
dengan seks, orientasi seksual.
 Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi atau koping
terhadap stress.
 Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan
berhubungan dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual.

3.2.2 Diagnosa
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus gangue
b. Risiko terjadi syok hypovolemic berhunbungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
c. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutsiri kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.

3.2.3 intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1. Hipertermi berhubungan Thermoregulasi Fever treatment:
dengan proses infeksi Kriteria hasil:  Monitor suhu
virus dengue  Suhu tubuh dalam sesering mungkin
rentang normal  Monitor warna dan
 Nadi dan RR dalam suhu kulit
rentang normal  Monitor tekanan
 Tidak ada perubahan darah, nadi dan RR
warna kulit dan tidak  Monitor penurunan
ada pusing, merasa tingkat kesadaran
nyaman  Berikan cairan
intravena
 Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi

No Diagnosa NOC NIC


2. Nyeri berhubungan Pain level, pain control, Pain management:
dengan proses patologis comfort level.  Lakukan pengkajian
penyakit Kriteria hasil: nyeri secara
 Mampu mengontrol komprehensif
nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
nyeri, melaporkan karakteristik,
bahwa nyeri berkurang kualitas dan faktor
dengan menggunakan presipitasi
manajemen nyeri)  Observasi reaksi
 Mampu mengenali nonverbal dari
nyeri (skala, intensitas, ketidaknyamanan
frekuensi dan tanda  Pilih dan lakukan
nyeri) penanganan
 Menyatakan rasa nyeri( farmakologi,
nyaman setelah nyeri non farmakologi dan
berkurang interpersonal)
 Tanda vital dalam  Kaji tipe dan sumber
rentang normal nyeri untuk
menentukan
intervensi
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
 Evaluasi keefektifan
control nyeri
Analgesic administration:
 Tentukan
lokasi,karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
Satu
 Pilih rute pemberian
secara IV,IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Evaluasi efektivitas
analgesic,tanda dan
gejala (efek
samping)

N Diagnosa NOC NIC


o
3. risiko gangguan Nutritional status: food and fluid Nutrition management:
pemenuhan kebutuhan intke  Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari Kriteria hasil: makanan
kebutuhan tubuh  Adanya peningkatan  Kolaborasi dengan
berhubungan dengan berat badan sesuai ahli gizi untuk
intake nutrisi yang tidak dengan tujuan menentukan jumlah
adekuat akibat mual dan  Berat badan ideal sesuai kalori dan nutrisi
nafsu makan yang dengan tinggi badan yang dibutuhkan
menurun  Mampu mengidentifikasi pasien
kebutuhan nutrisi  Yakinkan diet yang
 Tidak ada tanda-tanda dimakan
malnutrisi mengandung tinggi
 Tidak terjadi penurunan serat untuk
berat badan yang berarti mencegah
konstipasi
 Ajarkan pasien
begaimana
membuat catatan
makanan harian
 Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition monitoring:
 BB pasien dalam
batas normal
 Monitor adanya
penurunan berat
badan
 Monitor turgor
kulit
Monitor mual dan
muntah
 Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet.

BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di
sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika
dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke
dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3
dan Den-41, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk
Aedes aegypti dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan DBD,
ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji
tourniquet positif, trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh.
Demam berdarah dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (Arthropadbom Virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk aides
(Aides Albipices dan Aedes Aegypti). Penyebab penyakit DHF atau demam
berdarah adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup
flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3,
dengue 4, yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi
dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotype lain.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman. Diane. (2005). Keperawatan medical bedah. Jakarta : ECG
Candra. Ayu. (2010). Demam Berdarah Dangue: Epidemiologi, Pathogenesis, dan
Faktor Resiko Penularannya. Aspirator: vol.2 No. 2 : 110-119
Engram. Barbara. (2008). Rencana asuhan keperawatan medical bedah: vol 3. Jakarta :
ECG

Anda mungkin juga menyukai