Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif yang
ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Dermawan 2013).

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, Komunikasi


terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2005).

Komunikasi dalam keperawatan merupakan alat mengimplementasikan proses


keperawatan. Komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal (Stuart dalam Suryani, 2006).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan
klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang
digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien.
Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah saling membutuhkan antara perawat
dengan klien, sehingga dikategorikan kedalam komunikasi pribadi diantara perawat dan
klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
hubungan perawat-klien. Bila perawat tidak memperhatikan hal ini maka hubungan perawat-
klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang akhirnya
mempercepat proses kesembuahan tetapi lebih kepada hubungan sosial. Perawat yang
menguasai teknik “komunikasi terapeutik” akan lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan. Dampak selanjutnya adalah memberikan kepuasan personal dalam pelayanan
keperawatan dan akan meningkatkan citra profesi serta rumah sakit.

1
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dalam komunikasi terapeutik
2. Untuk mengetahui teknik-teknik komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik
4. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi teraputik
5. Untuk mengetahui karakteristik perawat dalam komunikasi terapeutik

1.3 Manfaat Penulisan


Diharapkan untuk pembaca dapat memahami arti dari komunikasi terapeutik tersebut
dan tenaga medis terutama perawat dapat menerapkan hubungan terapeutik pada pasien.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik – Teknik Komuikasi Terpeutik

5. Teknik Komunikasi Teraupetik

Menanggapi pesan yang disampaikan pasien, perawat dapat menggunakan berbagai


teknik komunikasi teropetik sebagai berikut ( Stuart dan Sudeen,1987: 124 dalam Mundakir
2006):

a. Mendengar
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar, perawat mengetahui
perasaan pasien,memberi kesempatan lebih banyak kepada pasien untuk berbicara.
Perawat harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa
yang disampaikan pasien perlu diluruskan. Tujuan teknik ini ialah memberi rasa aman
pasien dalam mengungkapkan perasaannya dan menjaga kestabilan emosi/psikologis
pasien.
b. Pertanyaan terbuka
Teknik ini memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya sesuai
kehendak pasien tanpa dibatasi. Agar pasien merasa aman dalam mengungkapkan
perasaanya,perawat dapat memberi dorongan dengan cara mendengar atau
mengatakan,”saya apa yang saudara katakan”.
c. Mengulang
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan pasien. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan pasien dan memberi indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien.
d. Klasifikasi
Dilakukan bila perawat ragu,tidak jelas,tidak mendengar atau pasien berhenti bila karena
malu mengemukakan informasi, informasi yang di peroleh tidak lengkap atau
mengemukakanya berpinda-pindah.

3
e. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat pasien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi
ini dapat dibedakan menjadi dua,yaitu refleksi isi, dan refleksi perasaan. Refleksi isi
bertujuan memvalidasi apa yang didengar.klasifikasi ide yang diekspresikan pasien
dengan pengertian perawat. Refleksi perasaan bertujuan memberi respon pada perasaan
pasien terhadap isi pembicaraan agar pasien mengetahui dan menerima perasaanya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
1) Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
2) Mengoreksi
3) Memberi keterangan lebih jelas

Sedangkan kerugianya:

1) Terlalu sering mengulang tema yang sama.


2) Dapat menimbulkan marah,iritasi dan fustasi.
f. Memfokuskan
Membantu pasien bicara pada topik yang telah dipilih dari yang penting.serta menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan,yaitu lebih spessifik,lebih jelas, dan berfokus pada
realitas.
g. Membagi persepsi
Meminta pendapat pasien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.dengan cara ini
perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
h. Identifikasi tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami pasien yang muncul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang
penting.
i. Diam
Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuanya memberi
kesempatan berpikir dan memotivasi pasien untuk bicara. Pada pasien yang menarik
diri,teknik diam berarti perawat menerima pasien. Teknik ini memberikan waktu kepada
pasien untuk berpikir dan menghayati, memperlambat tempo interaksi,sambil perawat
menyampaikan dukungan, pengertian, dan penerimanya. Diam juga memungkinkan

4
pasien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendri dan berguna pada saat pasien harus
mengambil keputusan.
j. Memberi informasi
Teknik ini bertujuan memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi
pasien. Misalnya perawat menjelaskan penyebab sakit yang dialami pasien.
k. Saran
Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak
tepat pada fase awal hubungan.
l. Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan teraupetik. Florence Nightingle
dalam Anonymous(1999) pernah mengatakan bahwa suatu pengalaman pahit sangat baik
ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran.

Mental dan kreativitas,serta menurunkan tekanan darah dan nadi. Tidak ada
aturan kapan,bagaimana,dan dimana humor seharusnya digunakan. Dalam hubungan
terpeutik penggunanya bergantung pada kualitas hubungan. Dalam beberapa kondisi
berikut uni humor mungkin bisa dilakukan:

1. Pada saat pasien mengalami kecemasan ringan sampai sedang,humor mungkin bisa
menurunkan kecemasan pasien.
2. Jika relevan dan konsisten dengan sosial budaya pasien.
3. Membantu pasien mengatasi masalah lebih efektif.

Perawat perlu menganalisis teknik yang tepat pada setiap berkomunikasi dengan
pasien karena ketidaktepatan menggunakan teknik dalam berkomunikasi dapat
berpengaruh terhadap proses dan keberhasilan komunikasi. Informasi yang akurat dapat
disampaikan melalui komunikasi verbal,namun aspek emosi dan perasan tidak dapat
diungkapkan seluruhnya melalui verbal. Dalam hal ini dibutuhukan kemampuan perawat
untuk menghadirkan diri,menggunakan taknik komunikasi secara tepat dan pemahaman
terhadap respon emosional pasien.

5
Dengan mengerti proses komunikasi dan mempunyai berbagai keterampilan
berkomunikasi, perawat diharapkan mampu menggunakan dirinya secara utuh dalam
memberi efek terapeutik kepada pasien.

m. Memberikan pujian.
Seseorang akan cenderung berinteraksi apabila ia merasa interaksi tersebut
menuntubgkan,baik secara psikologis maupun ekonomis. Memberikan pujian merupakan
keuntungan psikologis yang didapatkan pasien ketika berinteraksi dengan perawat.
Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan pasien.
Reinforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.
Isyarat nonverbal bisa disampaikan dengan memberikan acungan jempol ketika pasien
melakukan sesuatu yang menurut perawat merupakan perubahan positif. Reinforcement
ini banyak membantu dalam menyembuhkan pasien dengan harga diri rendah,menarik
diri,dan juga depresi.
Hubungan terapeutik adalah suatu proses merespons dengan tanggung jawab yang
dimulai dengan konforontasi,pengertian dan afirmasi diri serta kehidupan individu; yang
membutuhkan komitmen bagi perkembangan potensial yang kemungkinan pribadi
sehingga kita dapat menolong yang lain memenuhi kehidupuan mereka dengan
diperkaya,diperluas dan pribadi yang terpilih. Hal ini adalah tanggung jawab yang
membutuhkan keyakinan dalam diri sendiri dan kehidupan keperawatan. Keyakinan
rasional berasal dari keseimbangan pengetahuan,keahlian dan sikap,serta dari
keterbukaan hati dan pikiran melalui pencarian,penelitian dan pembaharuan.

Perawat adalah seorang profesional yang pertama dari semua kehidupan pribadi
dengan tujuan khusus menciptakan keperawatan dengan cara sedemikian rupa yang
memicu penyembuhan,menginspirasi harapan,membantu manusia menemukan arti pada
kehidupan dan menjelang ajal. Perawat hadir pada kaitan dengan oranglain,keluarga atau
komunitas. Hubungan terapeutik dapat berupa satusatu,satu dengan keluarga,satu dengan
komunitas atau kenyataannya bisa menjadi komunitas perawat dengan komunitas
manusia. Ini merupakan hubungan ketika waktu aktual keterlibatan pada hubungan
tersebut menjadi kurang bermakna dibanding pengalaman integritas dan kualitas. Hal ini
merupakan tindakan kolabpratif dengan yang lainnya,hubungan terhadap

6
intensitas,pribadi dan saham profesional,suatu komitmen kepada orang lain tentang
pernghargaan terhadap kehidupan dan menjelang ajal.

2.2 Karakteristik Perawat yang Menfasilitasi hubungan Terapeutik


Penggunaan komunikasi terapeutik yang efektif dengan memperhatikan pengetahuan,
sikap, dan cara yang digunakan oleh perawat sangat besar pengaruhnya terhadap usaha
mengatasi berbagai masalah psikologis klien.Dengan komunikasi terapeutik, klien akan
mengetahui apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan selama di rumah sakit,
sehingga perasaan dan pikiran yang menimbulkan masalah psikologis klien dapat teratasi,
seperti kecemasan, ketakutan. Pelaksanaan komunikasi terapeutik sampai saat ini masih
belum baik dan hanya bersifat rutinitas. Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya
komunikasi terapeutik pada pasien diantaranya pengetahuan, sikap perawat tingkat
pendidikan, pengalaman, lingkungan, jumlah tenaga yang dirasa masih kurang. Untuk
mempunyai sikap yang positif dalam komunikasi terapeutik maka diperlukan pengetahuan
yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka sikap dalam komunikasi
terapeutik akan menjadi kurang. Bila hal ini dibiarkan akan menjadi dampak pada psikologis
klien seperti kecemasan, ketakutan, perubahan sikap maladaptive.
Menurut Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang perawat yang dapat
memfalisitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Karakteristik tersebut antara lain :
a. Kejujuran (Trustworthy). Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan
komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan
saling percaya. Klien hanya akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi
yang benar hanya bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif. Dalam berkomunikasi hendaknya perawat
menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus
mendukung komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan
klien menjadi bingung.
c. Bersikap positif. Bersikap positif dapat ditunjukan dengan sikap yang hangat, penuh
perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan
terapeutik adalah kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.
d. Empati bukan simpati. Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena
dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien

7
seperti yang dirasakan dan dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat
memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut
merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah
tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif.
Sikap simpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif
karena dia terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan perawat harus berorientasi pada klien, (Taylor, dkk,1997) dalam Suryani
2005. Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien perawat harus
memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus
menggunakan teknik active listening dan kesabaran dalam mendengarkan ungkapan
klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak secara
keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat saja diagnose yang
dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang
diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya. Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa
nyaman dana man dalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau
mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa
perawat tidak menerima klien apa adanya.
g. Sensitive terhadap perasaan klien. Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit
terjalin dengan baik, karena jika tidak sensitive perawat dapat saja melakukan
pelanggaran batas, privasi dan menyinggung perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri. Seseorang
yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada masa lalunya tidak akan
mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien,
jika ia sendiri memiliki segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
3.2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA
Simbiosa . (2009). Observasi Komunikasi Kesehatan. Bandung : BP2KI
Nunung,N.(2010).Ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta timur : CV. Trans Info Media.
Nasir, abdul. Muhith, abdul. Mubarak, Wahit iqbal . (2011). Komunikasi dalam
keperawatan : teori dan aplikasi. Jakarta : selemba medika
Lynn Basford & Oliver Slevin. 2006. “Buku Teori dan Praktik Keperawatan”.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

10

Anda mungkin juga menyukai