Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK JALANAN


OLEH
NUR AYUN R. YUSUF
Keadaan dan Masalah
 Jumlah anak saat ini diperkirakan sekitar 77 juta
jiwa (Kemendagri, 2016) atau kira-kira sepertiga
total jumlah penduduk Indonesia (Sensus Penduduk
2010). Menurut data Direktorat Kesejahteraan
Sosial Anak, Kementerian Sosial 2015 terdapat 2,9
juta anak terlantar di seluruh Indonesia dimana
33.400 diantaranya merupakan anak jalanan.
 Menurut hasil penelitian STKS 2014, usia pertama
kali anak turun ke jalanan adalah pada usia 7-10
tahun (42,67%) usia 5-7 tahun (21,33%), usia 3-5
tahun (13,33%) usia <3 tahun (6,67%), usia 10-18
tahun (5,33%) dimana 81% anak jalanan masih
bersekolah dengan tingkat pendidikan terbanyak
berada di sekolah dasar (61,54%).
 Kelompok anak terlantar termasuk di dalamnya anak
jalanan sejauh ini masih belum mendapatkan
perhatian penuh, khususnya program pelayanan
kesehatan yang dikaitkan dengan risiko
permasalahan kesehatan mereka. Hal ini antara lain
di sebabkan tingginya tingkat mobilisasi anak
jalanan dan kurangnya pemahaman mereka tentang
akses terhadap pelayanan kesehatan, sehingga sulit
dijangkau oleh tenaga kesehatan dan keterbatasan
dana pendukung kegiatan program juga merupakan
kendala tersendiri.
 Hasil penelitian STKS Bandung di 16 provinsi
pada tahun 2014 menunjukkan bahwa persentase
anak jalanan laki-laki sebanyak 64,6% dan anak
jalanan perempuan sebanyak 35,4%. Sebanyak
72,15% anak jalanan masih mempunyai orang tua,
50% anak jalanan tinggal bersama orangtuanya dan
11,5% tidak tinggal bersama orangtuanya.
 Penelitian lain di Makassar menunjukkan bahwa
45,1% anak jalanan berada di jalan selama 4-8 jam.
Lebih dari setengah anak jalanan memiliki status
pendidikan tidak/belum tamat SD (58,8%).
Sebagian besar anak jalanan tidak terdaftar di LSM
ataupun organisasi lainnya (82,7%) (Indina,2012).
 Pada umumnya anak jalanan merupakan keluarga miskin,
tidak mampu menyekolahkan anaknya, bekerja sebagai
pedagang asongan, pengamen, buruh, pemulung,
pedagang kecil, dan lain-lain dengan pendapatan yang
rendah jauh di bawah upah minimum regional (UMR).
 Beberapa alasan anak turun ke jalan adalah faktor
ekonomi (64.7%), diajak teman (19.6%) dan lainya
(15.7%). Alasan lainnya dalam hal ini adalah faktor
keluarga dan untuk sekedar mengisi waktu. Hal ini
menunjukkan bahwa alasan utama contoh turun ke jalan
adalah ekonomi (64.9%) (Nur’aini, 2009).
KATEGORI ANAK JALANAN
1. Anak jalanan yang hidup di jalanan (children of the
street = true street children), dengan kriteria:
 Hampir seluruh hidupnya habis di jalanan.

 8-10 jam berada di jalanan untuk “berkerja” (mengamen,

mengemis, memulung) dan sisanya menggelandang/tidur.


 Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang

tuanya.
 Tidak lagi bersekolah.

 Rata-rata berusia di bawah 14 tahun.


2. Anak jalanan yang bekerja di jalanan (children of the
street=working children), dengan kriteria:
 Keberadaan di jalanan untuk bekerja.

 Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya.

 8-16 jam berada di jalanan.

 Mengontrak kamar sendiri, bersama teman, ikut orang tua/saudara,

umumnya di daerah kumuh.


 Tidak lagi bersekolah.

 Lokasi tersebar pada umumnya di lampu merah, pasar dan terminal.

 Pekerjaan: penjual koran, pengasong, pencuci bus, pemulung,

penyemir sepatu, dll


 Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.
3. Anak yang rentan menjadi anak jalanan (children
vulnerable to be street children) dengan kriteria:
 Bertemu teratur setiap hari/tinggal dan tidur dengan

keluarganya.
 4-6 jam bekerja di jalan.

 Masih bersekolah.

 Pekerjaan: penjual Koran, penyemir, pengamen, dll

 Usia rata-rata di bawah 14 tahun.


MASALAH KESEHATAN
 Masalah kesehatan umum dan perilaku berisiko
lainnya
 Masalah kesehatan jiwa, penyalahgunaan NAPZA
 Masalah Sosial
 Masalah Pemenuhan Kebutuhan Makanan dan Gizi
 Masalah Akses terhadap Pelayanan Kesehatan
FAKTOR PENYEBAB
Faktor yang menyebabkan adanya anak jalanan dapat
dibagi dua, yaitu:
Faktor eksternal : Faktor eksternal biasanya berkaitan
dengan kondisi masyarakat, lingkungan, dan sosial

Faktor internal : Faktor internal adanya anak jalanan


dapat berasal dari diri sendiri ataupun kondisi dan
situasi anak dalam keluarga.
 Faktor penyebab internal, antara lain:
 Ekonomi sulit.

 Hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga (perceraian

orangtua, konflik dalam keluarga, penolakan anak oleh


orangtua dan kondisi terpisah dari orangtua atau kehilangan
orangtua)
 Adanya kesenjangan komunikasi antara orangtua dan anak

 Adanya kekerasan dan perlakuan yang salah terhadap anak di

dalam keluarga (penganiayaan anak)


 Status pendidikan anak atau orang tua yang rendah.

 Orang tua yang tidak bertanggung jawab (penelantaran

terhadap anak).
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan kesehatan anak jalanan adalah
pelayanan kesehatan bagi anak jalanan usia 0- 18 tahun,
yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan bayi
2. Pelayanan kesehatan balita dan anak pra sekolah
3. Pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja

Upaya pelayanan yang dilakukan mencakup upaya


promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di dalam dan di
luar gedung.
Strategi Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan


kesehatan anak jalanan.
2. Melaksanakan pendekatan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR)
3. Memperkuat mekanisme kemitraan dan jejaring
4. Meningkatkan pembiayaan pelayanan kesehatan
anak jalanan
5. Memfasilitasi kearifan lokal (local wisdom)
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan

1. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan


Kesehatan Anak Jalanan
a. Melatih tenaga kesehatan pengelola program bagi anak jalanan

b. Melaksanakan orientasi dan sosialisasi tentang program


kesehatan bagi anak jalanan

2. Melaksanakan Pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli


Remaja (PKPR)
Usia remaja merupakan proporsi terbesar pada populasi anak
jalanan, sehingga pelayanan kesehatan dilakukan dengan
pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
 3. Memperkuat Mekanisme Kemitraan dan Jejaring
Adapaun kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya
memperkuat mekanisme kemitraan dan jejaring antara
lain:
a. Mengembangkan Usaha Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yaitu posyandu remaja, kelompok
remaja
b. Melakukan penguatan mekanisme kemitraan antara
pemerintah dan masyarakat di bidang kesejahteraan
anak dan keluarga antara lain: komisi nasional
perlindungan anak (komnas PA), lembaga perlindungan
anak (LPA), dan lembaga konsultasi kesejahteraan
keluarga (LK3)
c. Melakukan orientasi dan sosialisasi kegiatan
pelayanan anak jalanan kepada pimpinan panti,
pendamping panti, kantong anak jalanan, kelompok
pendukung / koordinator anak jalanan.
d. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan anak
jalanan melalui daerah tangkapan/saluran, antara lain:
- Organisasi sosial (orsos) bidang kesejahteraan anak.
- Rumah belajar anak jalanan.
- Mobil sahabat anak.
- Institusi pendidikan non formal (PKBM).
- Organisasi kemasyarakatan/LSM/swasta.
e. Melaksanakan pertemuan rutin antar anggota
jejaring. Dilakukan secara periodik, bersama-sama
secara bergantian sebagai ajang pertukaran informasi
dan pengalaman, dalam bentuk rapat, pertemuan,
atau lokakarya.
f. Membangun komunikasi berkala melalui sarana
komunikasi seperti: telepon, fax, email, telekonferen,
internet, aplikasi gadget seperti BBM, WA, FB,
Twitter, dan sebagainya. Perkembangan di bidang
teknologi informasi sangat membantu kecepatan dan
efisiensi kerja suatu organisasi.
 4. Meningkatkan Pembiayaan Pelayanan
Kesehatan Anak Jalanan
 Pembiayaan dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan bagi anak jalanan berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana
BOK dan sumber dana lainnya yang tidak
mengikat.
 5. Memfasilitasi Kearifan Lokal (Local Wisdom)
 a. Mengoptimalkan pemnafaatan CSR sesuai kondisi
lapangan
 b. Pemanfaatan pendekatan keagamaan untuk pesan
dalam rangka penyampaian pesan kesehatan
termasuk perilaku berisiko, kesehatan reproduksi
 c. Memanfaatkan nilai-nilai local, budaya local dan
acara keagamaan
 d. Membuat kebijakan inovatif local yang memiliki
daya ungkit terhadap pembinaan dan peningkatan
pelayanan kesehatan bagi anak jalanan
Sistem Pelayanan Kesehatan Anak Jalanan

 Di Dalam Gedung
Pelayanan kesehatan di dalam gedung adalah
pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan di dalam
gedung FKTP secara komprehensif dan terintegrasi
untuk anak jalanan yang datang langsung atau dirujuk
oleh rumah singgah, panti sosial asuhan anak (PSAA),
pusat layanan di masyarakat atau Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) atau anggota Satuan Polisi
Pamong Praja pada saat melakukan patrol ketertiban
umum dan ketentraman masyarakat.
 Pelayanan Kesehatan di Luar Gedung
Pelayanan kesehatan di luar gedung adalah pelayanan
kesehatan dasar yang dilakukan di luar Puskesmas berbentuk
promotif, preventif, maupun kuratif dan rehabilitatif secara
komperhensif dan terintegrasi untuk anak jalanan yang berada
di LKSA seperti rumah singgah, panti sosial asuhan anak
(PSAA), atau pusat layanan di masyarakat serta anak jalanan
yang belum pernah mengakses layanan kesehatan. Bila ada
kasus yang tidak dapat ditangani oleh Puskesmas, maka
Puskesmas dapat merujuk ke FKRTL/Rumah Sakit setempat
sesuai mekanisme rujukan.
Model 1: Pelayanan kesehatan melalui pendekatan
sasaran langsung:

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran


langsung adalah :
 Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor

terkait untuk pendataan sasaran.


 Pemetaan wilayah daerah titik rawan anak jalanan.

 Identifikasi dan melakukan pemilahan terhadap

anak yang hidup di jalanan, bekerja di jalanan dan


anak yang rentan menjadi anak jalanan.
Model 2: Pelayanan kesehatan melalui pendekatan
kelembagaan

 Pelayanan kesehatan melalui pendekatan kelembagaan


adalah pelayanan kesehatan untuk anak jalanan melalui
wadah pembinaan yang sudah ada di masyarakat.
 Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai sasaran

kelembagaan adalah :
 Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor

terkait untuk pelaksanaan kegiatan.


 Pelaksanaan kegiatan

 Monitoring, evaluasi dan pelaporan


Model 3: Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah pelayanan


kesehatan dasar yang komprehensif dan terintegrasi
untuk anak jalanan yang datang langsung atau dirujuk
oleh rumah singgah, panti sosial asuhan anak
(PSAA), atau pusat layanan di masyarakat.
Model 4: Pelayanan kesehatan melalui pendekatan
kelompok pendukung dan koordinator

Pelayanan kesehatan melalui pendekatan kelompok pendukung


adalah pelayanan kesehatan untuk anak jalanan melalui
pembinaan/pelatihan kelompok pendukung dan koordinator anak
jalanan.
Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kelompok pendukung
adalah :
 Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait untuk

pendataan sasaran.
 Pemetaan wilayah daerah titik rawan kelompok pendukung atau

koordinator.
 Identifikasi kelompok pendukung.
LANGKAH-LANGKAH PENDAMPINGAN ANAK
JALANAN

1. Membangun Komunikasi yang Efektif:


 Keterampilan mendengarkan aktif.

 Keterampilan berbicara

 Umpan balik

 Komunikasi Non-Verbal : Sikap dan penampilan,

Pertahankan sikap tubuh yang mendukung


2. Membina Hubungan Saling Percaya

Anda mungkin juga menyukai