Anda di halaman 1dari 27

N

A
H
U

S
A
M N
A
E
I
L
S
A
D PA
K A
I
E T AD
AL N P
G A
E
L AT
K W
E
A
P
R
AS EPE
K

T
K
A
R
F

R
U

KELOMPOK 1

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dian Rahmawati
Heppy Erawati
Moh. Agung S
Novan Adi S
Purwati
Yesi Yuliani

DEFINISI....
Fraktur
adalah
terputusnya
kontinuitas
jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan
luka
sekitar
jaringan
lunak,
kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ
tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang
besar
dari
yang
dapat
diabsorbsinya
(Smeltzer, 2001).

ETIOLOGI...

Trauma langsung
2) Trauma yang tidak
langsung.
3) Trauma ringan
4) Kekerasan akibat tarikan
otot
1)

PATOFISIOLOGI
...

Bila tulang yang hidup normal mendapat


kekerasan yang cukup menyebabkannya
patah, maka pasti timbul kerusakan hebat
pada
struktur
jaringan
lunak
yang
mengelilinginya. Periosteum terkelupas dari
tulang dan terobek terus ke sisi berlawanan
dari sisi yang mendapat trauma. Ruptur
pembuluh darah di dalam tulang dan
periosteum akan membentuk hematoma di
sekeliling tempat fraktur.
Darah juga keluar melalui celah
periosteum ke otot-otot seitarnya dan
disertai pembengkakan dalam berbagai
tingkatan.
Fraktur
terjadi
kekerasan
langsung atau tak langsung.

KLASIFIKASI....
Terbuka / Tertutup
2) Komplit / Tidak Komplit
3) Bentuk
Garis
Patah
dan
Hubungan
Dengan
Mekanisme
Trauma
4)
Jumlah Garis Patah
5) Bergeser / Tidak Bergeser
6) Fraktur Patologis
1)

MANIFESTASI
KLINIS...

Riwayat trauma, bila tak ada riwayat


trauma berarti fraktur patologis
2)
Nyeri yang langsung dan menjadi lebih
hebat karena benjolan dan tekanan pada
daerah yang terkena
3)
Pembengkakan dan perubahan warna
lokal pada kulit
4)
Perubahan bentuk
5)
Hilangnya fungsi pada daerah yang
cidera
6)
Gerakan-gerakan yang abnormal
7)
Krepitasi
8)
Edem setempat
9)
Shock disebabkan karena rasa nyeri
yang hebat, kehilangan darah jaringan
yang rusak
1)

PEMERIKSAAN PENUNJANG...
X-Ray untuk menentukan lokasi fraktur /
trauma
2)
Bone scaning, Tomogram, CT / MRI
Scan
:
visualisasi
fraktur
juga
mengidentifikasi jaringan lunak yang
rusak
3)
Arteriogram
:
kemungkinan
ada
kerusakan vaskuler
4)
CBC
(Complete
Blood
Count)
kemungkinan (hemokonsentrasi)
5)
Cr (creatinin ) trauma otot meningkat
6)
Profil
koagulasi
(kondisi
pembengkakan) terkait dengan hilangnya
darah berbagai transfusi / trauma hepar
1)

PENATALAKSANAA
(Proteksi,
N....

Konservatif
Reposisi,
Imobilisasi
dan
Traksi)
2) Operatif
(Reposisi,
Imobilisasi : Fiksasi interna
dan
Fiksasi
eksterna,
Prostesis)
3) Obat (Anti nyeri, Anti
biotik, Kalsium, Vitamin C)
1)

STUDY KASUS....
Sekitar 4 bulan yang lalu An. S usia 7 tahun datang ke
rumah sakit diantar oleh orang tuanya, orang tua
terlihat panik si anak mengeluh kesakitan habis jatuh
ketika main bola di sekolahan, tampak bengkak pada
tangan bagian lengan kiri bawah. Menurut informasi
dari orang tua An S, sebelum dibawa ke rumah sakit
anak tersebut sudah dibawa ke dukun pijat tulang
yang cukup tersohor didaerahnya. Namun oleh dukun
tersebut dianjurkan untuk rontgen dulu sebelum
ditangani oleh sang dukun.

Dan setelah dilakukan rontgen kemudian dokter


membacakan hasilnya pada ayah pasien jikalau
anaknya mengalami patah tulang lengan bawah
(fraktur radius ulna 1/3 distal sinistra). Si ayah
hanya mengangguk-angguk seolah menyepelekan
dan terburu-buru pengen cepat pergi dari rumah
sakit. Lalu ketika dokter
menjelaskan tentang
penanganan kasus tersebut bisa dengan beberapa
cara selain dengan operasi, juga bisa dilakukan
pemasangan Gibs yang akan dikerjakan oleh ahli
orthopedi kami. Tiba-tiba si bapak nyeletuk, maaf
dok.. kalau sudah selesai saya mau pamit sekalian
mau bayar administrasinya. Dokter langsung
tersontak diam, dan cuma bisa bilang... "ohh,
kenapa pak kok kayanya buru-buru?? saya mau
bawa anak saya pada dukun pijatnya lagi, kata
orang-orang
disana
bagus
penanganannya.
Akhirnya dokter hanya dapat mempersilahkan
bapak itu untuk membawa anaknya pulang".

Sekitar 4 bulan tak ada kabar, beberapa waktu


lalu tiba-tiba An. S datang lagi ke rumah sakit
dan masih diantar oleh orang tuanya. Si bapak
mengeluhkan jari-jari tangan anaknya yang
sebelah
kiri
tidak
bisa
ditekuk
dan
menggenggam, jadi kaku lurus tidak bisa
memegang barang secara kuat. Kemudian
dokter menyarankan untuk rontgen ulang,
hasilnya tulang sudah mulai menyambung
namun posisi sambungannya tidak terlalu baik.

Setelah berpikir sejenak dokter memutuskan


untuk konsultasi pada rekan sejawatnya dr.
Ortopedi dirumah sakit mengenai kondisi anak
tersebut via telpon. Dr orthopedi di Rs juga
sedikit bingung karena tidak melihat kondisi
pasien secara langsung, namun curiganya bukan
masalah ditulangnya tapi dari syaraf dan
otot/tendon dibagian tangan. Oleh sebab itu dr
orthopedi
menyarankan besok kembali lagi
kerumah sakit untuk diperiksa secara langsung.

Keesokan harinya pasien datang kembali dan bertemu


dengan dokter tulang yang dimiliki Rs. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan kesimpulan pasien mengalami
Kompartment Sindrom yang merupakan kondisi tekanan
intertisial dalam kompartmen osteofasial tertutup, sehingga
menyebabkan aliran darah berkurang sehingga otot menjadi
kekurangan aliran darah dan oksigen dan akhirnya
mengalami kerusakan otot permanen. Dokter menjelaskan
hal ini akibat prosedur terapi yang kurang tepat, dimana
dukun pijat melakukan pemasangan kayu dan kardus yang
diikat
pada
lengan
pasien
terlalu
kuat
sehingga
menyebabkan tekananan yang menggangu perfusi darah ke
jaringan otot.

Karena sudah kronis akhirnya jari-jari tangan


menjadi
sulit
digerakkan
dan
tidak
bisa
menggegam.
Dokter
orthopedi
tidak
bisa
menjanjikan
pengobatan
apa-apa
dan
lebih
memilih untuk merujuknya ke rumah sakit dr.
soetomo surabaya, karena menurut beliau ini
merupakan
kasus
yang
cukup
berat
dan
penanganan yang tepat diarahkan ke surabaya
yang lebih berkompeten, menurut beliau jari
tangannya kemungkinan sulit bisa digerakkan
kembali seperti sedia kala.

Akhirnya keluarga hanya pasrah dan berpikir ulang


untuk membawa anaknya ke surabaya. Karena selama 3
bulan berobat ke Sangkal putung/dukun tulang, keluarga
mengaku menghabiskan dana yang tidak sedikit.
Kemudian dokter bertanya kepada keluarga pasien,
"kenapa bapak tidak mau menuntut pertanggung
jawaban dukun tulang yang sudah membuat anak bapak
cacat ?" Siapa yang harus saya tuntut dok ? tadinya saya
sempat kepikiran begitu, saya ingin labrak dan minta
tanggung jawab kesana. Tapi setelah dipikir-pikir lagi itu
bukanlah kesalahannya, tapi lebih karena saya terlalu
percaya bisikan dan saran keluarga untuk membawa ke
sana, ketimbang membawanya untuk berobat pada
dokter. Jadi saya pasrah saja, kalau mau nuntut juga
kasihan, dukunnya juga hanya mencari nafkah dan
keliatanya orangnya juga tidak punya apa-apa.

A.

MENGKAJI SITUASI

An. S usia 7 tahun datang ke rumah sakit diantar oleh


orang tuanya, orang tua terlihat panik si anak mengeluh
kesakitan habis jatuh ketika main bola di sekolahan,
tampak bengkak pada tangan bagian lengan kiri bawah.
Sebelum dibawa ke rumah sakit anak tersebut sudah
dibawa ke dukun pijat tulang yang cukup tersohor
didaerahnya.
Dokter membacakan hasilnya pada ayah pasien jikalau
anaknya mengalami patah tulang lengan bawah (fraktur
radius ulna 1/3 distal sinistra).
Ayah hanya mengangguk-angguk seolah menyepelekan
dan terburu-buru pengen cepat pergi dari rumah sakit
untuk pergi ke dukun pijatnya lagi
Tiba-tiba An. S datang lagi ke rumah sakit dan masih
diantar oleh orang tuanya dengan keluhan jari-jari tangan
anaknya yang sebelah kiri tidak bisa ditekuk dan
menggenggam, jadi kaku lurus tidak bisa memegang
barang secara kuat. Kemudian dokter menyarankan untuk
rontgen ulang, hasilnya tulang sudah mulai menyambung
namun posisi sambungannya tidak terlalu baik.

CONT. .
Dr. orthopedi melakukan pemeriksaan didapatkan kesimpulan
pasien mengalami Kompartment Sindrom yang merupakan
kondisi tekanan intertisial dalam kompartmen osteofasial
tertutup, sehingga menyebabkan aliran darah berkurang
sehingga otot menjadi kekurangan aliran darah dan oksigen
dan akhirnya mengalami kerusakan otot permanen yang
disebabkan karena prosedur terapi yang kurang tepat,
dimana dukun pijat melakukan pemasangan kayu dan kardus
yang diikat pada lengan pasien terlalu kuat sehingga
menyebabkan tekananan yang menggangu perfusi darah ke
jaringan otot. Karena sudah kronis akhirnya jari-jari tangan
menjadi sulit digerakkan dan tidak bisa menggegam.
Keluarga hanya pasrah dan berpikir ulang untuk membawa
anaknya ke surabaya. Karena selama 3 bulan berobat ke
sangkal
putung/dukun
tulang,
keluarga
mengaku
menghabiskan dana yang tidak sedikit.
Keluarga bingung harus menuntut siapa, sebab kalau dia
ingin menuntut si dukun tersebut keluarga kasihan karena
dukun hanya mencari nafkah dan keliatanya orangnya juga
tidak punya.

B. MENDIAGNOSA MASALAH ETIK


MORAL

Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka


bisa menimbulkan permasalahan etik moral
perawat jika tidak memberikan edukasi kepada
pasien berupa pentingnya menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di masyarakat. Fasilitas
kesehatan bertujuan untuk membantu masyarakat
meningkatkan
derajat
kesehatannya.
Jikalau
masyarakat
tidak
mempunyai
biaya
ntuk
membayarnya masyarakat bisa menggunakan
program pemerintahan yang sekarang sedang
dijalani yaitu program BPJS. Kita sebagai perawat
juga harus bisa memberikan pengertian kepada
masyarakat jika tim medis pasti memberikan
pelayanan yang terbaik untuk kesembuhan pasien.

C.

MEMBUAT TUJUAN DAN RENCANA


PEMECAHAN

1)Membantu An. S dan keluarga dalam memecahkan


masalah yang dihadapi saat ini, seperti :
Memberikan edukasi (pengetahuan) kepada keluarga
dan pasien mengenai penanganan kesehatan fraktur,
bahwa pengobatan secara rasional lebih menjamin
kesembuhan
dibandingkan
dengan
pengobatan
irrasional (dukun).
Membantu keluarga dan pasien dalam memecahkan
masalah yang dihadapi saat ini, seperti jika pasien
tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan rujukan ke
RS soetomo surabaya, tim mdis dapat membantu
dengan menganjurkan keluarga untuk mendaftar
sebagai anggota BPJS.
2)Membiarkan saja An. S beserta keluarganya dalam
menghadapi masalahnya sendiri. Seperti :
Salah pemahaman mengenai kesehatan.
Bingung tentang biaya pengobatan anaknya.

D.

MELAKSANAKAN RENCANA

a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini tim medis harus menghargai apa yang
menjadi keputusan pasien dan keluarganya. Apabila
keluarga tetap menolak dilakukan rujukkan ke Rs
soetomo surabaya, tim medis tidak boleh memaksa.
b. Benefesience / Kemurahan Hati
Prinsip ini mendorong tim medis untuk melakukan
sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak
merugikan An. S dan keluarga. Sehingga tim medis bisa
memilih diantara 2 alternatif diatas mana yang paling
baik dan tepat untuk An. S dan sangat tidak merugikan
An. S seperti manganjurkan kepada keluarga agar An. S
di rujuk ke Rs Soetomo surabaya untuk mendapatkan
penanganan yang lebih baik dan berkompeten.

CONT..
c. Justice / Keadilan
Tim medis harus menerapkan prinsip moral adil dalam melayani
pasien. Adil berarti An. S mendapatkan haknya sebagaimana pasien
yang lain juga mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh Pelayanan
yang sesuai dengan harapannya meski keluarga An. S telah
menyepelekan kemampuan Tim medis RS dengan menduakannya
dengan seorang dukun sangkal putung / dukun tulang.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat tim medis tersebut nantinya tidak
menimbulkan kerugian pada An. S baik secara fisik ataupun psikis
yang kronis nantinya. Pada kasus ini jika An. S tidak dianjurkan untuk
dirujuk ke Rs dr. Soetomo surabaya maka An. S akan mengalami
kecacaatn pada fungsi anggota tubuhnya.

CONT..
e. Veracity / Kejujuran
Tim medis harus bertindak jujur jangan menutup-nutupi
atau membohongi An. S beserta keluarganya mengenai
penyakit dan pengobatan untuk penyakitnya. Karena hal
ini merupakan kewajiban dan tanggung jawab tim medis
untuk memberikan informasi baik penyakit yang diderita,
alternatif pengobatannya dan efek yang akan dialami An.
S jika tidak segera dilakukan tindakan medis yang tepat
mengenai penanganan penyakit An. S (Fraktur).
Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut
keputusan yang bisa diambil dari dua alternatif diatas
lebih mendukung untuk alternatif ke-1 yaitu : Membantu
An. S dan keluarganya dalam menghadapi masalahnya
saat ini. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien
terhindar dari bahaya kecacatan permanen akibat
komplikasi fraktur yang dialaminya yang disebabkan salah
penanganan oleh seorang dukun sangkal putung.

E.

MENGEVALUASI HASIL

Alternatif
yang
dilaksanakan
kemudian
dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana An. S
beradaptasi dengan terapi yang telah diberikan
setelah dilakukan rujukkan agar mendapatkan
pelayanan medis yang tepat untuk penyakit An. S.
Jika An S masih denial (menyangkal) maka
pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan
dan support sistem tetap terus diberikan yang
pada intinya membuat pasien merasa ditemani,
dihargai dan disayangi.

KESIMPULAN....
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan
agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat
atau profesi lain, maka perawat harus memanfaatkan nilainilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral
disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima
tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti
bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi,
keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak
pasien, dan akan berdampak terhadap peningkatan kualitas
asuhan keperawatan.Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip
etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.

Anda mungkin juga menyukai