Anda di halaman 1dari 26

Laporan kasus

MAL UNION FEMUR DEXTRA + UNEQUAL LIMB DEXTRA

Fikri Barliansyah Lubis, S.Ked

140611009

Pembimbing:
dr. M. Bayu Rizaldy, M.Ked (Surg), Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN/SMF ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
ABSTRAK

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan

fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat proses penyakit

seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis. Tn.A, 33 tahun datang

ke poliklinik bedah orthopedi dengan keluhan nyeri pada paha kanan sejak 1 tahun yang lalu.

Keluhan dikatakan semakin nyeri saat hendak beraktivitas. Pasien juga mengatakan bahwa

kaki sebelah kanannnya sulit untuk digerakkan. Pasien mengatakan sebelumnya terjadi

kecelakaan motor pada tahun 2018 dan mengalami patah pada tulang paha kanan. Pasien

mengatakan setelah mengalami patah kaki, pasien berobat dikampung dan mengurut kakinya

ke tukang urut. Pasien menyadari bahwa tidak terdapat perubahan yang didapat setelah

mengurut kakinya, pasien merasakan kakinya makin terasa sakit, sulit digerakkan, dan

berjalan pincang. Pasien merasakan kakinya pendek sebelah. Pemeriksaan fisik pada regio

femur dextra didapatkan pada pemeriksaan Look: didapatkan pemendekan, bengkak,

deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama.

Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif,

sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan ROM sulit dinilai. Terapi yang

diberikan berupa terapi konservatif dan direncanakan open reduction internal fixation

(ORIF).

i
ABSTRACT

Fracture is a break in the continuity of the bone, most fractures occur as a result of

trauma, some fractures occur secondary to a disease process such as osteoporosis which

causes pathological fractures. Mr. A, 33 years old came to the orthopedic surgery clinic with

complaints of pain in his right thigh since 1 year ago. Complaints are said to be increasingly

painful when they want to do activities. The patient also said that his right leg was difficult to

move. The patient said there was a previous motorbike accident in 2018 and suffered a

fracture in the right thighbone. The patient said that after experiencing a broken leg, the

patient sought treatment in the village and massaged his leg to a massage therapist. The

patient realized that there were no changes that were obtained after massaging his feet, the

patient felt that his legs hurt more, were difficult to move, and walked with a limp. The

patient feels his leg is short in one side. . Physical examination of the right femur region was

obtained on Look's examination: there was shortening, swelling, deformity, lateral

angulation, intact skin (no tearing wound), same skin color on the thighs. On the Feel

examination: found tenderness, active motion pain, active passive motion pain, normal

sensibility. On movement examination: found ROM is difficult to assess. The therapy given

is in the form of conservative therapy and an open reduction internal fixation (ORIF) is

planned.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya

penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Mal Union Femur Dextra +

Unequal Limb Length”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi

syarat penilaian Kepanitraan Klinik Senior di bagian/KSM Ilmu Bedah.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak

masa perkuliahan klinik di bagian/ KSM Ilmu Bedah sampai pada penyusunan makalah ini,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan lapkas ini, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Bayu Rizaldy, M.Ked (Surg), sp.OT selaku

pembimbing selama mengikuti KKS di bagian/ KSM Ilmu Bedah yang telah membimbing

penulis dengan tulus dan ikhlas dengan segenap keilmuannya.

Penulis menyadari penyusunan referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata,

semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Semoga referat ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Aceh Utara, 20 Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Abstrak .............................................................................................................. i
Abstract .............................................................................................................. ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi............................................................................................................ iv

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................ 1

BAB 2. LAPORAN KASUS............................................................................. 2

BAB 3. PEMBAHASAN................................................................................... 12

BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur

terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat proses penyakit seperti

osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis (Engram, 1998: 266).

Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak langsung,

dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh

dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras

(jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya

jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan

fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis

(Sjamsuhidayat dan Wim de Jong, 2010).

Menurut Black dan Matasarin (1997), fraktur dibagi berdasarkan dengan kontak dunia

luar, yaitu meliput fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya

komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur

yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur

terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade,

yaitu Grade I, II, dan III. Grade I adalah robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade

II seperti grade 1 dengan memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan

kerusakan pembuluh darah, syaraf, kulit dan otot.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

II.1 Identitas Pasien

No. MR : 161272

Nama : Tn. A

Umur : 37 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Alamat : Syamtalira Aron , Aceh Utara

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Masuk : 2 Februari 2021

Tanggal Keluar : 20 Februari 2021

Status : Menikah

II.2 Anamnesa

Subjektif

a. Keluhan Utama : Nyeri pada paha kanan

b. Keluhan Tambahan : Kaki kanan sulit digerakkan

c. Riwayat penyakit sekarang :

Os datang ke Poliklinik bedah orthopedi dengan keluhan sakit pada paha

kanan sejak 1 tahun yang lalu. Sebelumnya os mengatakan mengalami kecelakaan

motor tahun 2018. Pada saat kecelakaan terjadi, os belum merasakan sakit pada paha

kanannya. Setelah beberapa bulan kemudian, os merasakan sakit pada paha kanannya,

dan terasa semakin sakit pada saat berjalan. Os juga menambahkan sulit berjalan dan

terasa pincang.

2
Os pernah datang ke puskesmas terdekat sebelumnya dan mengetahui bahwa

paha kanannya telah patah. Os lalu membawa ke tukang urut dan menganggap akan

baik-baik saja jika diurut. Os mengurut kakinya selama 6 bulan lebih dan

mengkonsumsi obat-obatan tradisional yang direkomendasikan dari warga kampung

sekitar tempat tinggalnya.

Os menyadari tidak ada perubahan yang didapat selama mengurut kakinya. Os

mengatakan bahwa semakin hari semakin terasa sakit dan pincang ketika berjalan

sehingga sulit untuk beraktivitas. Os mengatakan badan terasa lemas (+), mual (-),

muntah (-), pucat (+).

c. Riwayat Penyakit terdahulu

Tidak ada riwayat penyakit terdahlu.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak Ada riwayat penyakit keluarga

f. Riwayat penggunaan obat

Pasien mengkonsumsi obat-obatan tradisional dari kampungnya.

Objektif

a. Status generalisata

 Keadaan umum : Tampak pasien sakit sedang

 Kesadaran : E4V5M6 : Kompos mentis

 Vital Sign :

o Tekanan Darah : 110/60 mmHg

o Nadi : 100 x/i

o RR : 22x/i

o Suhu : 36.3 °C

3
II.3 Pemeriksaan Fisik

 Kepala : Normochepali

 Mata : Conjungtiva anemis (+/+), Sklera Ikterik (-)

 THT dan bibir : dalam batas normal

 Leher : pembesaran KGB (-)

Thorax

Thorax depan dan belakang

1. Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest

2. Palpasi

- Pergerakan dada simetris

- Nyeri tekan (-/-)

- Suara fremitus taktil kanan = suara fremitus taktil kiri

3. Perkusi

- Sonor (+/+)

- Redup (-/-)

4. Auskultasi

- Vesikuler (+/+)

- Ronkhi (-/-)

- Wheezing (-/-)

 Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V sekitar satu cm lateral linea midclavicula

anterior sinistra

Perkusi : Batas jantung atas : di hemithorax sinistra ICS III

4
Batas jantung kanan : di linea parasternalis dektra ICS V

Batas jantung kiri : di ICS V sekitar satu cm lateral dari linea

axilaris anterior sinistra

Auskultasi : BJ I > BJ II, regular, Murmur sistolik, gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Simetris, Distensi (-)

Palpasi : Splenomegali (-)

Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), undulasi (-)

Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal

Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas
a/r Femoralis dextra
Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh
(tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama.
Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif, sensibilitas
normal.
Movement: didapatkan ROM sulit dinilai.

II.4 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Lab (tanggal 28-01-2021)

o Hb : 14,61 gr/dl

o Leukosit : 9,38 ribu/uL

o Hematokrit : 44,04 %

o Eritrosit : 5,11 juta/uL

o Trombosit : 256 ribu/uL

o MCV : 86, 22 fl

o MCH : 28,61 pg

5
o MCHC : 33,19 gr/dl

o KGD : 99 mg/dl

o CT : 1’15”

o BT : 8,30”

 Pemeriksaan Lab (tanggal 05-02-2021)

o Hb : 10,61 gr/dl

o Leukosit : 8,78 ribu/uL

o Hematokrit : 32,50 %

o Eritrosit : 3,77 juta/uL

o Trombosit : 164 ribu/uL

o MCV : 86,19 fl

o MCH : 28,15 pg

o MCHC : 32,66 gr/dl

 Pemeriksaan Lab (tanggal 17-02-2021)

o Hb : 6,92 gr/dl

o Leukosit : 11,17 ribu/uL

o Hematokrit : 22,15 %

o Eritrosit : 2,57 juta/uL

o Trombosit : 393 ribu/uL

o MCV : 86,33 fl

o MCH : 26,96 pg

o MCHC : 31,23 gr/dl

6
 X-ray Femur Dextra Pre-Op

 X-ray Femur Dextra Post-Op

II.5 Diagnosa Klinis: Mal union femur dextra + unequal limb dextra

II.6 Therapy

 Inj. Cefotaxime ig v/12j (pre-op)

7
Planning: Persiapan OP, Osteodesis.

II.7 Follow up

Tanggal & Follow Up permeriksaan, dan Instruksi

jam penatalaksanaan pasien


2/2/2021 Subjective Inj. Cefotaxime 1gr V/12j

 Lemas

 Nyeri pada paha kanan

Objective

 K/U : Baik

 Kesadaran : CM

 TD : 110/70 mmHg, Nadi : 80x/i

 RR : 20 x/I,

 T : 36°C.

Assesment

1. Unequal limb dextra

Planning

Persiapan operasi

Osteodesis

8
4/2/2021 Subjective IVFD RL 20 gtt/I

 Lemas Inj. Cefotaxim 1gr V/12j

 Post OP osteodesis POD 1 Inj. Ketorolac A/12j

Objective Inj. Ranitidin A/12j

 K/U : Sedang

 Kesadaran : CM

 TD : 120/70 mmHg, Nadi : 85x/i

 Suhu : 36.50C

Assesment

1. Unequal limb dextra

Planning

 Traksi tungkai dengan bebat 5 L air.

Bebat tidak boleh terkena lantai dan

diposisikan senyaman mungkin

5/2/2021 Subjective IVFD RL 20 gtt/I

 Lemas Inj. Cefotaxim 1gr V/12j

 Post OP POD 5 Inj. Ketorolac A/12j

Objective Inj. Ranitidin A/12j

 KU : Sedang, Kes : CM

 TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/i

 RR : 20 x/I, S : 36,6°C

 Hb : 10,61 g/dl

Assesment

1. Unequal limb dextra

9
Planning

 Gv

 Aff drain

 Cek darah rutin

16/2/2021 Subjective IVFD RL 20 gtt/i

 Post ORIF femur dextra POD 0 Inj.Cefotaxime 1gr V/12j

 Lemas

Objective

 KU : Sedang, Kes : CM

 TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/i

 RR : 20 x/I,

 S : 36,6°C

Assesment

Post ORIF Mal union femur dextra + Unequal

limb dextra

Planning

 RO femur (D)

 Kosongkan drain dan vacum ulang

 Cek darah rutin

 Jika Hb<10, Transfusi

 Gv

 Aff drain

10
17/2/2021 Subjective Diet MB

 Lemas IVFD RL 20 gtt/I

 Pucat Inj. Cefotaxime 1gr V/12j

 Post ORIF femur dextra POD 1 Inj. Ranitidin A/12j

Objective Inj. Ketorolac A/8j

 KU : Sedang, Kes : CM

 TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/i

 RR : 20 x/I, S : 36,6°C

 Hb : 6.92 g/dl

Assesment

Post ORIF Mal union femur dextra + Unequal

limb dextra

Planning

 Cek darah rutin ulang

 RO femur a/r AP/LAT (D)

 Gv

 Aff drain

18/2/2021 Subjective Diet MB

 Pucat IVFD RL 20 gtt/i

 Lemas Inj. Cefotaxime 1gr V/12j

 Post ORIF femur dextra POD 2 Inj. Ranitidin A/12j

Objective Inj. Ketorolac A/8j

 KU : Sedang, Kes : CM

11
 TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/i

 RR : 20 x/I, S : 36,6°C

Assesment

Post ORIF Mal union femur dextra + Unequal

limb dextra

Planning

 Transfusi 2 bag

 Gv/hari

12
19/2/2021 Subjective IVFD RL 20 gtt/i

 Lemas Inj. Cefotaxime 1gr V/12j

 Post ORIF femur dextra POD 3 Inj. Ranitidin A/12j

Objective Inj. Ketorolac A/8j

 KU : Sedang, Kes : CM

 TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/i

 RR : 20 x/I, S : 36,6°C

Assesment

Post ORIF Mal union femur dextra + Unequal

limb dextra

Planning

 Cek darah rutin

 Gv

13
20/2/2021 Subjective Cefadroxil 2x1
Na Diklofenak 2x1
 Lemas Ranitidine 2x1
Vit C 2x1
 Post ORIF femur dextra POD 4

Objective

 KU : Baik, Kes : CM

 TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/i

 RR : 20 x/I,

 S : 36,6°C

Assesment:

Malunion Femur Dextra + Unequal limb dextra

Planning

 PBJ

BAB III

PEMBAHASAN

14
Dilaporkan kasus pasien Tn.A, 33 tahun datang ke poliklinik bedah orthopedi dengan

keluhan nyeri pada paha kanan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan dikatakan semakin nyeri saat

hendak beraktivitas. Pasien juga mengatakan bahwa kaki sebelah kanannnya sulit untuk

digerakkan. Pasien mengatakan sebelumnya terjadi kecelakaan motor pada tahun 2018 dan

mengalami patah pada tulang paha kanan. Fraktur atau patah tulang merupakan terputusnya

kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma. Penyebab fraktur adalah trauma,

yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma

langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana

daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak

langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di

kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu

sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

kompos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 100x/menit, pernafasan 22x/menit,

suhu 36,3 ºC, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan lokalis pada regio femur

dextra didapatkan pada pemeriksaan Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas,

angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama. Pada

pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif,

sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan ROM sulit dinilai. Fraktur

dibagi berdasarkan dengan kontak dunia luar, yaitu meliputi fraktur tertutup dan terbuka.

Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar

melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya

hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi.

Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III. Grade I adalah

robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II seperti grade 1 dengan memar kulit

15
dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, kulit dan

otot.

Fraktur dibagi menjadi green stick, transverse, longitudinal, oblique, spiral dan

comminuted. Jenis garis patahan green stick adalah jenis garis patahan pada sebelah sisi dari

tulang (retak dibawah lapisan periosteum) atau tidak mengenai seluruh korteks, sering terjadi

pada anak-anak dengan tulang lembek. Transverse yaitu jenis garis patahan melintang dan

sering terjadi. Longitudinal yaitu jenis garis patahan memanjang. Oblique yaitu jenis garis

patahan miring. Spiral yaitu jenis garis patahan melingkar. Comunited yaitu jenis garis

patahan menjadi beberapa fragmen kecil.

Fraktur berdasarkan kedudukan fragmennya, yaitu dengan disertai dislokasai atau

tidak disertai dislokasi. Dislokasi terdiri dari beberapa jenis. Dislokasi at axim yaitu

membentuk sudut. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh. Dislokasi at longitudinal

yaitu berjauhan memanjang. Dislokasi at lutuscum controltinicum yaitu fragmen tulang

menjauh dan overlap (memendek).

Pemeriksaan penunjang dilakukan berupa pemeriksaan foto rontgen menunjukkan

kesan fraktur femur dextra 1/3 distal, kalus ditemukan, reposisi dan realignment kurang baik.

Hasil foto juga menunjukkan kesan malunion pada femur dextra. Pasien mengatakan setelah

mengalami patah kaki, pasien berobat dikampung dan mengurut kakinya ke tukang urut.

Pasien menyadari bahwa tidak terdapat perubahan yang didapat setelah mengurut kakinya,

pasien merasakan kakinya makin terasa sakit, sulit digerakkan, dan berjalan pincang. Pasien

merasakan kakinya pendek sebelah. Malunion merupakan keadaan tulang yang patah telah

mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal (posisi

buruk). Malunion terjadi karena reduksi yang tidak baik atau imobilisasi yang tidak efektif

dalam proses penyembuhan.

16
Perbedaan panjang pada tulang diakibatkan oleh proses penyembuhan yang tidak

sempurna. Proses penyembuhan tulang meliputi 5 tahap, yaitu: Tahap 1 meliputi kerusakan

jaringan dan pembentukan hematom, tahap 2 meliputi tahap radang dan proliferasi seluler,

tahap 3 meliputi proses terbentuknya kalus, tahap 4 meliputi konsolidasi, dan tahap kelima

meliputi remodeling. Perbedaan panjang tulang dapat dihitung dengan metode pengukuran

true length. Pita pengukur biasanya digunakan untuk mengukur panjang setiap ekstremitas

bawah dengan mengukur jarak antara anterior superior iliac spine (SIAS) dan medial

maleolus. Namun, perbedaan ketebalan kedua tungkai, dan kesulitan dalam mengidentifikasi

tonjolan tulang serta kelainan bentuk sudut dapat menyebabkan kesalahan menggunakan alat

pengukuran klinis ini. Selain itu, ada penyebab tertentu dalam perbedaan panjang tulang

seperti fibular hemimelia dan kehilangan tulang pasca trauma yang melibatkan kaki di mana

sebagian besar pemendekan ekstremitas berada di distal dari ankle mortise. Sehingga dalam

hal ini, untuk mengukur panjang sebenarnya dari panggul ke bagian bawah tumit karena lebih

mudah dinilai dan dapat menjelaskan pemendekan distal ke pergelangan kaki.

Pembedahan dilaksanakan 2 kali, pembedahan pertama dilakukan refraktur dan

pemasangan traksi. Pasien dilakukan traksi, tampak pada regio femur dextra hingga cruris

diperban dan dipasang traksi dengan beban 5L air. Traksi merupakan pemasangan gaya

tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, mereduksi,

menyejajarkan, mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas. Traksi terdiri atas, skin

traksi dan skeletal traksi. Skeletal Traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan

tulang yang cidera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan

pins atau kawat ke dalam tulang. Imobilisasi, setelah dilakukan reposisi secara reduksi atau

traksi pada fragmen tulang yang patah, dilakukan imobilisasi dan hendaknya anggota badan

yang mengalami fraktur tersebut diminimalisir gerakannya untuk mencegah tulang berubah

posisi kembali. Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang patah dengan menempelkan

17
pleter langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membentuk menimbulkan spasme

otot pada bagian yang cidera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek Ketika bagian

yang patah telah lurus maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan pemasangan Open

Reduction Internal Fixation (ORIF). ORIF adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan

internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup

dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur.

Tujuan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) antara lain: 1. Memperbaiki fungsi

dengan mengembalikan gerakan dan stabilitas 2. Mengurangi nyeri. 3. Klien dapat

melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien. 4.

Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena 5. Tidak ada kerusakan

kulit. Indikasi tindakan pembedahan ORIF: 1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang

apabila ditangani dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan.

2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intraartikular disertai

pergeseran. 3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot

tendon. Kontraindikasi tindakan pembedahan ORIF: 1. Tulang osteoporotik terlalu rapuh

menerima implan 2. Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk 3. Terdapat infeksi 4. Adanya

fraktur comminuted yang parah yang menghambat rekonstruksi. 5. Pasien dengan penurunan

kesadaran 6. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang 7. Pasien

yang mengalami kelemahan (malaise).

Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF: 1. Mobilisasi dini tanpa fiksasi

luar. 2. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur. 3. Kesempatan untuk memeriksa

pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. 4. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat

dicapai 5. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi. 6. Potensi untuk

mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama perawatan

fraktur. Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF: 1. Setiap anastesi dan operasi

18
mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut. 2. Penanganan

operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi. 3.

Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan alat itu sendiri. 4.

Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang

sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan

selama tindakan operasi.

Perawatan Post Operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dilakukan untuk

meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat dilakukan dengan

cara: 1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi. 2. Meninggikan bagian yang sakit untuk

meminimalkan pembengkak. 3. Mengontrol kecemasan dan nyeri (biasanya orang yang

tingkat kecemasannya tinggi, akan merespon nyeri dengan berlebihan) 4. Latihan otot

Pergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi tulang, tujuannya agar otot tidak

kaku dan terhindar dari pengecilan massa otot akibat latihan yang kurang. 5. Memotivasi

klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan menyarankan keluarga untuk selalu

memberikan dukungan kepada klien.

BAB IV

KESIMPULAN

19
Dilaporkan kasus pasien Tn.A, 33 tahun datang ke poliklinik bedah orthopedi dengan

keluhan nyeri pada paha kanan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan dikatakan semakin nyeri saat

hendak beraktivitas. Pasien juga mengatakan bahwa kaki sebelah kanannnya sulit untuk

digerakkan. Pasien mengatakan sebelumnya terjadi kecelakaan motor pada tahun 2018 dan

mengalami patah pada tulang paha kanan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran

kompos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit,

suhu 36,7 0C, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan lokalis pada regio femur

dextra didapatkan pada pemeriksaan Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas,

angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama. Pada

pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif,

sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan ROM sulit dinilai.

Pemeriksaan penunjang dilakukan berupa pemeriksaan foto rontgen menunjukkan

kesan fraktur femur dextra 1/3 distal, kalus ditemukan, reposisi dan realignment kurang baik.

Hasil foto juga menunjukkan kesan malunion pada femur dextra.

Tatalaksana pembedahan dilakukan 2 kali, tindakan pertama berupa refraktur dan

pemasangan traksi. Pembedahan kedua dilakukan tindakan ORIF

DAFTAR PUSTAKA

20
A Graham Appley, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi 7, Widya
Medika, Jakarta.

Chairuddin Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone, Jakarta.
Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder: Core Knowledge in
orthopaedics. I” ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p.623-7.

Hahn B. Clavicle, Fractures and Dislocations. In: Bruno MA, Coombs BD, Pope TL, Krasny
RM, Chew FS, editors [online]. 2007 [cited 2019 Feb]. Available from:
URL:http://www.emedicine.com.

Sjamsuhidajat R, de Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004. hal 846,
858-9

Sachdeva R K. Catatan ilmu bedah. Edisi 5. Jakarta: Hipokrates; 2009. hal 101-2
Schwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2000.
hal 658

Norton J A, Barrie S P, Bollinger R R, Chang E A, Lo1wry F S, et all. Surgery basic science


and clinical evidence. 2nd Edition. USA: Springer; 2008. p.2226

American Academy of Orthopaedic Surgeons. Ortho info clavicle fractures (broken


collarbone). [serial online] 2011 [cited 2019 Feb] Available from:URL:
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00072

Canale ST, Beaty SH, editors. Campbell’s Operative Orthopedics (13th edition). Tennessee:
Elsevier, 2016

21

Anda mungkin juga menyukai