Lapkas Bedah
Lapkas Bedah
140611009
Pembimbing:
dr. M. Bayu Rizaldy, M.Ked (Surg), Sp.OT
fraktur terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat proses penyakit
seperti osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis. Tn.A, 33 tahun datang
ke poliklinik bedah orthopedi dengan keluhan nyeri pada paha kanan sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan dikatakan semakin nyeri saat hendak beraktivitas. Pasien juga mengatakan bahwa
kaki sebelah kanannnya sulit untuk digerakkan. Pasien mengatakan sebelumnya terjadi
kecelakaan motor pada tahun 2018 dan mengalami patah pada tulang paha kanan. Pasien
mengatakan setelah mengalami patah kaki, pasien berobat dikampung dan mengurut kakinya
ke tukang urut. Pasien menyadari bahwa tidak terdapat perubahan yang didapat setelah
mengurut kakinya, pasien merasakan kakinya makin terasa sakit, sulit digerakkan, dan
berjalan pincang. Pasien merasakan kakinya pendek sebelah. Pemeriksaan fisik pada regio
deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama.
Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif,
sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan ROM sulit dinilai. Terapi yang
diberikan berupa terapi konservatif dan direncanakan open reduction internal fixation
(ORIF).
i
ABSTRACT
Fracture is a break in the continuity of the bone, most fractures occur as a result of
trauma, some fractures occur secondary to a disease process such as osteoporosis which
causes pathological fractures. Mr. A, 33 years old came to the orthopedic surgery clinic with
complaints of pain in his right thigh since 1 year ago. Complaints are said to be increasingly
painful when they want to do activities. The patient also said that his right leg was difficult to
move. The patient said there was a previous motorbike accident in 2018 and suffered a
fracture in the right thighbone. The patient said that after experiencing a broken leg, the
patient sought treatment in the village and massaged his leg to a massage therapist. The
patient realized that there were no changes that were obtained after massaging his feet, the
patient felt that his legs hurt more, were difficult to move, and walked with a limp. The
patient feels his leg is short in one side. . Physical examination of the right femur region was
angulation, intact skin (no tearing wound), same skin color on the thighs. On the Feel
examination: found tenderness, active motion pain, active passive motion pain, normal
sensibility. On movement examination: found ROM is difficult to assess. The therapy given
is in the form of conservative therapy and an open reduction internal fixation (ORIF) is
planned.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Mal Union Femur Dextra +
Unequal Limb Length”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak
masa perkuliahan klinik di bagian/ KSM Ilmu Bedah sampai pada penyusunan makalah ini,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan lapkas ini, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Bayu Rizaldy, M.Ked (Surg), sp.OT selaku
pembimbing selama mengikuti KKS di bagian/ KSM Ilmu Bedah yang telah membimbing
Penulis menyadari penyusunan referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata,
semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Abstrak .............................................................................................................. i
Abstract .............................................................................................................. ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi............................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................ 1
BAB 3. PEMBAHASAN................................................................................... 12
BAB 4. KESIMPULAN.................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur
terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat proses penyakit seperti
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak langsung,
dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh
dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan
fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur patologis
Menurut Black dan Matasarin (1997), fraktur dibagi berdasarkan dengan kontak dunia
luar, yaitu meliput fraktur tertutup dan terbuka. Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya
komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur
yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur
terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade,
yaitu Grade I, II, dan III. Grade I adalah robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade
II seperti grade 1 dengan memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan
1
BAB II
LAPORAN KASUS
No. MR : 161272
Nama : Tn. A
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
II.2 Anamnesa
Subjektif
motor tahun 2018. Pada saat kecelakaan terjadi, os belum merasakan sakit pada paha
kanannya. Setelah beberapa bulan kemudian, os merasakan sakit pada paha kanannya,
dan terasa semakin sakit pada saat berjalan. Os juga menambahkan sulit berjalan dan
terasa pincang.
2
Os pernah datang ke puskesmas terdekat sebelumnya dan mengetahui bahwa
paha kanannya telah patah. Os lalu membawa ke tukang urut dan menganggap akan
baik-baik saja jika diurut. Os mengurut kakinya selama 6 bulan lebih dan
mengatakan bahwa semakin hari semakin terasa sakit dan pincang ketika berjalan
sehingga sulit untuk beraktivitas. Os mengatakan badan terasa lemas (+), mual (-),
Objektif
a. Status generalisata
Vital Sign :
o RR : 22x/i
o Suhu : 36.3 °C
3
II.3 Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normochepali
Thorax
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
- Redup (-/-)
4. Auskultasi
- Vesikuler (+/+)
- Ronkhi (-/-)
- Wheezing (-/-)
Jantung
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V sekitar satu cm lateral linea midclavicula
anterior sinistra
4
Batas jantung kanan : di linea parasternalis dektra ICS V
Abdomen
Ekstremitas
a/r Femoralis dextra
Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh
(tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama.
Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif, sensibilitas
normal.
Movement: didapatkan ROM sulit dinilai.
o Hb : 14,61 gr/dl
o Hematokrit : 44,04 %
o MCV : 86, 22 fl
o MCH : 28,61 pg
5
o MCHC : 33,19 gr/dl
o KGD : 99 mg/dl
o CT : 1’15”
o BT : 8,30”
o Hb : 10,61 gr/dl
o Hematokrit : 32,50 %
o MCV : 86,19 fl
o MCH : 28,15 pg
o Hb : 6,92 gr/dl
o Hematokrit : 22,15 %
o MCV : 86,33 fl
o MCH : 26,96 pg
6
X-ray Femur Dextra Pre-Op
II.5 Diagnosa Klinis: Mal union femur dextra + unequal limb dextra
II.6 Therapy
7
Planning: Persiapan OP, Osteodesis.
II.7 Follow up
Lemas
Objective
K/U : Baik
Kesadaran : CM
RR : 20 x/I,
T : 36°C.
Assesment
Planning
Persiapan operasi
Osteodesis
8
4/2/2021 Subjective IVFD RL 20 gtt/I
K/U : Sedang
Kesadaran : CM
Suhu : 36.50C
Assesment
Planning
KU : Sedang, Kes : CM
RR : 20 x/I, S : 36,6°C
Hb : 10,61 g/dl
Assesment
9
Planning
Gv
Aff drain
Lemas
Objective
KU : Sedang, Kes : CM
RR : 20 x/I,
S : 36,6°C
Assesment
limb dextra
Planning
RO femur (D)
Gv
Aff drain
10
17/2/2021 Subjective Diet MB
KU : Sedang, Kes : CM
RR : 20 x/I, S : 36,6°C
Hb : 6.92 g/dl
Assesment
limb dextra
Planning
Gv
Aff drain
KU : Sedang, Kes : CM
11
TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/i
RR : 20 x/I, S : 36,6°C
Assesment
limb dextra
Planning
Transfusi 2 bag
Gv/hari
12
19/2/2021 Subjective IVFD RL 20 gtt/i
KU : Sedang, Kes : CM
RR : 20 x/I, S : 36,6°C
Assesment
limb dextra
Planning
Gv
13
20/2/2021 Subjective Cefadroxil 2x1
Na Diklofenak 2x1
Lemas Ranitidine 2x1
Vit C 2x1
Post ORIF femur dextra POD 4
Objective
KU : Baik, Kes : CM
RR : 20 x/I,
S : 36,6°C
Assesment:
Planning
PBJ
BAB III
PEMBAHASAN
14
Dilaporkan kasus pasien Tn.A, 33 tahun datang ke poliklinik bedah orthopedi dengan
keluhan nyeri pada paha kanan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan dikatakan semakin nyeri saat
hendak beraktivitas. Pasien juga mengatakan bahwa kaki sebelah kanannnya sulit untuk
digerakkan. Pasien mengatakan sebelumnya terjadi kecelakaan motor pada tahun 2018 dan
mengalami patah pada tulang paha kanan. Fraktur atau patah tulang merupakan terputusnya
kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur terjadi akibat trauma. Penyebab fraktur adalah trauma,
yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma
langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana
daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak
langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di
kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, denyut nadi 100x/menit, pernafasan 22x/menit,
suhu 36,3 ºC, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan lokalis pada regio femur
angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama. Pada
pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif,
sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement: didapatkan ROM sulit dinilai. Fraktur
dibagi berdasarkan dengan kontak dunia luar, yaitu meliputi fraktur tertutup dan terbuka.
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar
melalui kulit. Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi.
Fraktur terbuka dibagi lagi menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III. Grade I adalah
robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II seperti grade 1 dengan memar kulit
15
dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, kulit dan
otot.
Fraktur dibagi menjadi green stick, transverse, longitudinal, oblique, spiral dan
comminuted. Jenis garis patahan green stick adalah jenis garis patahan pada sebelah sisi dari
tulang (retak dibawah lapisan periosteum) atau tidak mengenai seluruh korteks, sering terjadi
pada anak-anak dengan tulang lembek. Transverse yaitu jenis garis patahan melintang dan
sering terjadi. Longitudinal yaitu jenis garis patahan memanjang. Oblique yaitu jenis garis
patahan miring. Spiral yaitu jenis garis patahan melingkar. Comunited yaitu jenis garis
tidak disertai dislokasi. Dislokasi terdiri dari beberapa jenis. Dislokasi at axim yaitu
membentuk sudut. Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh. Dislokasi at longitudinal
kesan fraktur femur dextra 1/3 distal, kalus ditemukan, reposisi dan realignment kurang baik.
Hasil foto juga menunjukkan kesan malunion pada femur dextra. Pasien mengatakan setelah
mengalami patah kaki, pasien berobat dikampung dan mengurut kakinya ke tukang urut.
Pasien menyadari bahwa tidak terdapat perubahan yang didapat setelah mengurut kakinya,
pasien merasakan kakinya makin terasa sakit, sulit digerakkan, dan berjalan pincang. Pasien
merasakan kakinya pendek sebelah. Malunion merupakan keadaan tulang yang patah telah
mengalami penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal (posisi
buruk). Malunion terjadi karena reduksi yang tidak baik atau imobilisasi yang tidak efektif
16
Perbedaan panjang pada tulang diakibatkan oleh proses penyembuhan yang tidak
sempurna. Proses penyembuhan tulang meliputi 5 tahap, yaitu: Tahap 1 meliputi kerusakan
jaringan dan pembentukan hematom, tahap 2 meliputi tahap radang dan proliferasi seluler,
tahap 3 meliputi proses terbentuknya kalus, tahap 4 meliputi konsolidasi, dan tahap kelima
meliputi remodeling. Perbedaan panjang tulang dapat dihitung dengan metode pengukuran
true length. Pita pengukur biasanya digunakan untuk mengukur panjang setiap ekstremitas
bawah dengan mengukur jarak antara anterior superior iliac spine (SIAS) dan medial
maleolus. Namun, perbedaan ketebalan kedua tungkai, dan kesulitan dalam mengidentifikasi
tonjolan tulang serta kelainan bentuk sudut dapat menyebabkan kesalahan menggunakan alat
pengukuran klinis ini. Selain itu, ada penyebab tertentu dalam perbedaan panjang tulang
seperti fibular hemimelia dan kehilangan tulang pasca trauma yang melibatkan kaki di mana
sebagian besar pemendekan ekstremitas berada di distal dari ankle mortise. Sehingga dalam
hal ini, untuk mengukur panjang sebenarnya dari panggul ke bagian bawah tumit karena lebih
pemasangan traksi. Pasien dilakukan traksi, tampak pada regio femur dextra hingga cruris
diperban dan dipasang traksi dengan beban 5L air. Traksi merupakan pemasangan gaya
tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot, mereduksi,
traksi dan skeletal traksi. Skeletal Traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan
tulang yang cidera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan
pins atau kawat ke dalam tulang. Imobilisasi, setelah dilakukan reposisi secara reduksi atau
traksi pada fragmen tulang yang patah, dilakukan imobilisasi dan hendaknya anggota badan
yang mengalami fraktur tersebut diminimalisir gerakannya untuk mencegah tulang berubah
posisi kembali. Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang patah dengan menempelkan
17
pleter langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membentuk menimbulkan spasme
otot pada bagian yang cidera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek Ketika bagian
yang patah telah lurus maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan pemasangan Open
Reduction Internal Fixation (ORIF). ORIF adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan
internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup
dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur.
Tujuan ORIF (Open Reduction Internal Fixation) antara lain: 1. Memperbaiki fungsi
melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam lingkup keterbatasan klien. 4.
Sirkulasi yang adekuat dipertahankan pada ekstremitas yang terkena 5. Tidak ada kerusakan
kulit. Indikasi tindakan pembedahan ORIF: 1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang
apabila ditangani dengan metode terapi lain, terbukti tidak memberi hasil yang memuaskan.
2. Fraktur leher femoralis, fraktur lengan bawah distal, dan fraktur intraartikular disertai
pergeseran. 3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot
menerima implan 2. Jaringan lunak diatasnya berkualitas buruk 3. Terdapat infeksi 4. Adanya
fraktur comminuted yang parah yang menghambat rekonstruksi. 5. Pasien dengan penurunan
kesadaran 6. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang 7. Pasien
pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. 4. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat
dicapai 5. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi. 6. Potensi untuk
mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama perawatan
fraktur. Keuntungan dilakukan tindakan pembedahan ORIF: 1. Setiap anastesi dan operasi
18
mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut. 2. Penanganan
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang
sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan
Perawatan Post Operasi ORIF (Open Reduction Internal Fixation) dilakukan untuk
meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada bagian yang sakit. Dapat dilakukan dengan
cara: 1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi. 2. Meninggikan bagian yang sakit untuk
tingkat kecemasannya tinggi, akan merespon nyeri dengan berlebihan) 4. Latihan otot
Pergerakan harus tetap dilakukan selama masa imobilisasi tulang, tujuannya agar otot tidak
kaku dan terhindar dari pengecilan massa otot akibat latihan yang kurang. 5. Memotivasi
klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan menyarankan keluarga untuk selalu
BAB IV
KESIMPULAN
19
Dilaporkan kasus pasien Tn.A, 33 tahun datang ke poliklinik bedah orthopedi dengan
keluhan nyeri pada paha kanan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan dikatakan semakin nyeri saat
hendak beraktivitas. Pasien juga mengatakan bahwa kaki sebelah kanannnya sulit untuk
digerakkan. Pasien mengatakan sebelumnya terjadi kecelakaan motor pada tahun 2018 dan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, denyut nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit,
suhu 36,7 0C, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan lokalis pada regio femur
angulasi ke lateral, kulit utuh (tidak terdapat luka robek), warna kulit paha sama. Pada
pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif aktif,
kesan fraktur femur dextra 1/3 distal, kalus ditemukan, reposisi dan realignment kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
20
A Graham Appley, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi 7, Widya
Medika, Jakarta.
Chairuddin Rasjad, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone, Jakarta.
Trurnble TE, Budoff JE, Cornwall R, editors. Hand, Elbow and Shoulder: Core Knowledge in
orthopaedics. I” ed. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2006. p.623-7.
Hahn B. Clavicle, Fractures and Dislocations. In: Bruno MA, Coombs BD, Pope TL, Krasny
RM, Chew FS, editors [online]. 2007 [cited 2019 Feb]. Available from:
URL:http://www.emedicine.com.
Sjamsuhidajat R, de Jong Wim. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2004. hal 846,
858-9
Sachdeva R K. Catatan ilmu bedah. Edisi 5. Jakarta: Hipokrates; 2009. hal 101-2
Schwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2000.
hal 658
Canale ST, Beaty SH, editors. Campbell’s Operative Orthopedics (13th edition). Tennessee:
Elsevier, 2016
21