Sang Ayu Putu Srimas Ambara Dewi,1 I Made Kardana,1 I Wayan Eka Sutyawan2 CrossMark
ABSTRAK
Retinopathy of prematurity (ROP) merupakan penyebab kebutaan pada bayi usia gestasi >26 minggu 38 (71%). Skrining ROP pada
paling sering pada bayi kurang bulan. Angka kejadiannya 16% 55 bayi prematur menunjukkan hasil 2 bayi (3,63%) menderita ROP,
dari seluruh kelahiran bayi kurang bulan. Tujuan penelitian adalah 49 bayi (89,09%) retina imatur, dan 4 bayi (7,27%) retina matur. Dua
menggambarkan karakteristik bayi kurang bulan yang menjalani bayi yang menderita ROP terdiri dari 1 bayi menderita ROP stage I, dan
skrining ROP di RSUP Sanglah selama tahun 2013. Penelitian deskriptif 1 bayi ROP stage II. Bayi yang menjalani skrining ROP, 49 bayi (89,09%)
retrospektif ini dilakukan pada 55 orang bayi kurang bulan yang menderita sepsis, 35 bayi (63,63%) mendapatkan terapi oksigen
menjalani deteksi dini ROP. Sumber data dari catatan medis. Dari dengan continous positive airway pressure (CPAP) >7 hari, dan 39 bayi
55 orang bayi kurang bulan yang diperiksa, didapatkan jenis kelamin (70%) mendapatkan tranfusi darah. Dari penelitian ini disimpulkan
lelaki 28 orang (51%), usia gestasi ≤32 minggu 35 orang (63%), berat bayi kurang bulan yang menjalani deteksi dini ROP lebih banyak pada
badan ≤1500 gram 31 orang (56%), postmenstrual age 22-23 minggu lelaki, usia gestasi ≤32 minggu dan dominan retina imatur. Keadaan
pada bayi usia gestasi ≤26 minggu 2 orang (100%), dan 33-34 minggu yang paling sering menyertai ROP adalah sepsis.
Sang Ayu Putu Srimas Ambara Dewi,1 Made Kardana,1 Wayan Eka Sutyawan2
ABSTRACT
Retinopathy of prematurity (ROP) is the most common cause of in 38 infant (71%). Screening ROP in 55 preterm infants show the results
premature blindness in preterm infants. The number of events is 16% 2 infants (3.63%) had ROP, 49 infants (89.09%) immature retina, and
of all preterm births. The purpose of this study was to describe the 4 infants (7.27%) mature retina. Two infants with ROP consists of one
characteristics of preterm infants underwent ROP screening in Sanglah baby suffering from ROP stage I, and 1 stage II. Infants which underwent
Hospital during 2013. This retrospective descriptive study conducted on ROP screening, 49 infants (89.09%) suffered sepsis, 35 infants (63.63%)
55 preterm infants who underwent early detection of ROP. Data resources received oxygen therapy with continuous positive airway pressure
1
Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
2
Bagian Mata Fakultas Kedokteran were medical records. From 55 preterm infants were examined, it was continuous positive airway pressure (CPAP) >7 days, and 39 infants
Universitas Udayana /Rumah Sakit found 28 male infants (51%), gestational age ≤ 32 weeks in 35 infants (70%) received blood transfusion. This study suggests that preterm
Umum Pusat Sanglah, Denpasar (63%), birth weight ≤ 1500 gram of 31 infants (56%), postmenstrual infants underwent early detection of ROP mostly were male, with
age (PMA) 22-23 weeks chronological age (gestational age ≤ 26 weeks) gestational age ≤32 weeks, and predominantly immature retina. The
*
Coresspondence to: in 2 infants (100%) and PMA 33-34 weeks (gestational age >26 weeks) most often situation accompanied ROP was sepsis.
dewisakura9@gmail.com
118
ARTIKEL ASLI
Tabel 1 K
arakteristik bayi kurang bulan yang menjalani skrining HASIL PENELITIAN
ROP Dalam kurun waktu Februari 2013 sampai Maret
Total = 55 2014 didapatkan bayi kurang bulan yang dilakukan
Karakteristik N Persentase (%) skrining ROP di sub-bagian Neonatologi RSUP
Sanglah sebanyak 55 orang. Seluruh sampel 55 bayi
Usia gestasi, n, %
≤ 32 minggu 35 63
yang diperiksa, jenis kelamin lelaki 28 orang (51%),
> 32 minggu 20 37 usia gestasi ≤ 32 minggu 35 orang (63%) bayi,
Berat badan, n, % 56 berat badan lahir ≤1500 g dari 31 orang (56%),
≤ 1500 g 31 44 postmenstrual age (PMA) 22-23 minggu pada
> 1500 g 24 51 bayi usia gestasi ≤ 26 minggu 2 orang (100%) dan
Jenis kelamin, n,% 33-34 minggu pada bayi usia gestasi >26 minggu
Laki-laki 28 38 (71%). Karakteristik bayi kurang bulan yang
menjalani skrining ROP ditampilkan dalam Tabel 1.
Postmenstrual age (PMA ) Seluruh pasien yang menjalani skrining didapa-
Usia kronologis ≤ 26 minggu, tkan ROP 2 (3,63%) bayi, retina imatur 49 (89,09%)
n,% : 2 4 bayi, retina matur 4 (7,27%) bayi. Dua dari pasien
22-23 minggu
ROP 1 (50%) adalah ROP stadium I, dan 1(50%)
2 100 stadium 2 (Gambar 1 dan Gambar 2).
Pasien yang menjalani skrining ROP menderita
Usia kronologis > 26 minggu,
hyaline membrane disease (HMD) 27 (49,09%),
n,% : 53 96
menggunakan CPAP >7 hari 35 orang (63,63%),
38 71 mendapatkan tranfusi darah 39 orang (70%)
33-34 minggu
(Gambar 3).
DISKUSI
Pada skrining ROP yang telah dilaksanakan,
ditemukan kasus ROP dalam kurun waktu 1 tahun
sebesar 3%. Insiden ROP selama tiga tahun 18,3%.7
Adriono dkk5 melaporkan insiden ROP di RSCM
30,3% pada tahun 2006. Insiden ROP di Taiwan
Yang dkk9 yaitu 25%, sedangkan Shah VA dkk10 dari
Singapura mendapatkan hasil 29,2%. Perbandingan
dari kejadian ROP, dibandingkan dalam beber-
apa negara yaitu pada penelitian prospektif yang
dilakukan di Sweden, bayi usia gestasi <27 minggu
didapatkan kejadian ROP sebesar 73% dan ROP
berat 35%.11 Penelitian yang dilakukan di Norway
pada bayi <28 minggu, didapatkan kasus ROP
dengan berbagai stage sebesar 33%.12 Penelitian
yang diadakan di Afrika menunjukkan hasil ROP
sebesar 19,3% dan menyatakan bahwa faktor risiko
yang dapat menimbulkan kejadian ROP adalah usia
gestasi yang kecil, penggunaan oksigen, serta peng-
gunaan transfusi darah yang sering.13 Penelitian di
Gambar 1 Persentase retina imatur, retina matur, dan ROP Austria dan New Zealand bayi usia <29 minggu
didapatkan kasus ROP berat 10%.14 Pada penelitian
disease, berada di zona I, ROP derajat 3, tanpa plus yang kami lakukan didapatkan angka kejadian ROP
disease dan jika berada di zona II, ROP derajat 2 3,63%, yaitu stage I dan II. Variasi persentase kejad-
dan 3, dengan plus disease.7 Analisis data meng- ian ROP pada berbagai negara tersebut, diperkira-
gunakan program SPSS 17, data disajikan dalam kan akibat perbedaan proporsi bayi kurang bulan
bentuk tabel atau gambar. Penilaian dan keterangan yang memiliki risiko untuk terjadi ROP pada
kelaikan etik penelitian ini diberikan oleh Komisi masing-masing negara. Perbedaan persentasi kasus
Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas yang didapatkan dalam penelitian ini, diperkirakan
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah karena beberapa pasien masih harus menjalani
Denpasar. beberapa kali evaluasi hingga retina matur.
SIMPULAN 10. Shah VA, Yeo CL, Ling YL. Incidence, risk factors
of retinopathy of prematurity among very low birth
Karakteristik bayi kurang bulan dengan skrin- weight infants in Singapore. Ann Acad Med Singapore.
PubMed. 2005;34:169–78.
ing ROP, lebih banyak didapatkan pada jenis 11. Austeng D, Kallen KB, Ewald UW, Jakobsson PG,
kelamin lelaki, berat badan lahir ≤1500 gram serta Holmstrom GE. Incidence of retinopaty of prematurithy
usia gestasi ≤ 32 minggu. Karakteristik faktor in infants born before 27 weeks gestation in Sweeden. Arch
Ophtalmol. 2009;127:1315-9.
risiko penyebab ROP dominan pada pasien yang 12. Markestad T, Kaaresen PI, Ronnestad A, Reigstad H,
mengalami HMD, menggunakan CPAP >7 hari, Lossius K, Medb S, dkk. Early death, morbidity, and
dan mendapatkan tranfusi darah. need of treatment among extremely premature infants.
Pediatrics. 2005;115:1289-98.
13. Hakeem AH, Mohamed GB, Othman MF. Retinopathy
of prematurity : a study of prevalence and risk factors.
DAFTAR PUSTAKA PubMed. 2012;19:289-94.
1. Terry TL. Extreme prematurity and fibroplastic over- 14. Darlow BA, Hutchinson JL, Henderson-Smart DJ,
growth of persistent vascular sheath behind each crystal- Donoghue DA, Simpson JM, Evans NJ. Prenatal risk fac-
line lens. Am J Ophtalmol. 1941;25:203-4. tors for severe retinopathy among very preterm infants
2. Campbell K. Intensive oxygen therapy as a possible cause of the Australian and New Zealand Neonatal Network.
of retrolental fibroplasias: a clinical approach. Med J. Pediatrics. 2005;115:990-6.
1951;2:48-50. 15. Quinn GE, Gilbert C, Darlon BA, Zin A. Retinopathy
3. Reza S, Ahmad H, Sina A, Shagayeg R. Prevalence and pre- of prematurity:An epidemic in the making. Chin Med J
disposing factors of retinopathy of prematurity in very low (Engl). 2010;123:2929-37.
birth weight infants discharged from NICU. Iran J Pediatri. 16. Anderson GC, Benithz EW, Madam A. Retinopathy of
2009;19:59-63. prematurity and pulse oximetry. Journal of perinatology.
4. Richard LW, Laura KW. Understanding Retinopathy of 2004;24:164-8.
Prematurity. Vision enhancement journal. 2008;123:991-9. 17. Sapieha P, Joyal JS, Rivera JS, Duchemin EK, Sennlaib F,
5. Adriono GA, Elvioza, Sitorus RS. Screening for retinop- Hardy P, dkk. Retinopathy of prematurity: Understanding
athy of prematurity at Ciptomangunkusumo hospital, ischemic retinal vasculopathies at an extreme of life.
Jakarta, Indonesia – a preliminary report. Acta Medica PubMed. 2010;120:3022-32.
Lituanica. 2006;13:165-70. 18. Harnett ME, Penn JS. Mechanisms and management of ret-
6. Pokja ROP. Pokja nasional ROP dan bayi prematur. Pokja inopathy of prematurity. N Engl J Med. 2012;367:2515-26.
ROP. 2011 [dikutip 12 Januari 2014]. Diunduh dari: URL: 19. Rohsiswatmo R. Retinopathy or prematurity: Prevalence
http://www.bayiprematur-rop.com/profile. and risk factors. Paediatrica Indonesiana. 2005;45:11-2.
7. Rizalda D, Rudolf T, Rinawati R. Skrining retinopathy 20. Smith LE. Pathogenesis of retinopathy of prematurity.
of prematurity di rumah sakit dengan fasilitas terbatas, PubMed. 2004;14:140-4.
Bagian Ilmu Penyakit Mata RSIA Eria Bunda, Pekanbaru.
Sari Pediatri. 2012;14:185-90.
8. Sylviati MD. Klasifikasi berat badan dan usia kehami-
lan. Dalam: Sholeh K, Ari Y, Rizalya D, Gatot IS, Ali U,
penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi pertama. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2008. h.11-30.
9. Yang CS, Chen SJ, Lee FL, Hsu WM, Liu JH. Retinopathy This work is licensed under a Creative Commons Attribution
of prematurity; screening, incidence and risk factors anal-
ysis. Chin Med J. 2001;64:706-12.