Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL ASLI

MEDICINA 2017, Volume 48, Number 2: 118-122


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Karakteristik bayi kurang bulan dengan skrining


retinopathy of prematurity di rumah sakit umum
pusat Sanglah

Sang Ayu Putu Srimas Ambara Dewi,1 I Made Kardana,1 I Wayan Eka Sutyawan2 CrossMark

ABSTRAK

Retinopathy of prematurity (ROP) merupakan penyebab kebutaan pada bayi usia gestasi >26 minggu 38 (71%). Skrining ROP pada
paling sering pada bayi kurang bulan. Angka kejadiannya 16% 55 bayi prematur menunjukkan hasil 2 bayi (3,63%) menderita ROP,
dari seluruh kelahiran bayi kurang bulan. Tujuan penelitian adalah 49 bayi (89,09%) retina imatur, dan 4 bayi (7,27%) retina matur. Dua
menggambarkan karakteristik bayi kurang bulan yang menjalani bayi yang menderita ROP terdiri dari 1 bayi menderita ROP stage I, dan
skrining ROP di RSUP Sanglah selama tahun 2013. Penelitian deskriptif 1 bayi ROP stage II. Bayi yang menjalani skrining ROP, 49 bayi (89,09%)
retrospektif ini dilakukan pada 55 orang bayi kurang bulan yang menderita sepsis, 35 bayi (63,63%) mendapatkan terapi oksigen
menjalani deteksi dini ROP. Sumber data dari catatan medis. Dari dengan continous positive airway pressure (CPAP) >7 hari, dan 39 bayi
55 orang bayi kurang bulan yang diperiksa, didapatkan jenis kelamin (70%) mendapatkan tranfusi darah. Dari penelitian ini disimpulkan
lelaki 28 orang (51%), usia gestasi ≤32 minggu 35 orang (63%), berat bayi kurang bulan yang menjalani deteksi dini ROP lebih banyak pada
badan ≤1500 gram 31 orang (56%), postmenstrual age 22-23 minggu lelaki, usia gestasi ≤32 minggu dan dominan retina imatur. Keadaan
pada bayi usia gestasi ≤26 minggu 2 orang (100%), dan 33-34 minggu yang paling sering menyertai ROP adalah sepsis.

Kata kunci: bayi kurang bulan, retinopathy of prematurity, skrining.


Cite Pasal Ini: Dewi, S.A.P.S.A., Kardana, I.M., Sutyawan, I.W.E. 2017. Karakteristik bayi kurang bulan dengan skrining retinopathy of prematurity
di rumah sakit umum pusat Sanglah. Medicina 48(2): 118-122. DOI:10.15562/medi.v48i2.39

Characteristics of premature infants underwent retinopathy


of prematurity screening at Sanglah hospital

Sang Ayu Putu Srimas Ambara Dewi,1 Made Kardana,1 Wayan Eka Sutyawan2

ABSTRACT

Retinopathy of prematurity (ROP) is the most common cause of in 38 infant (71%). Screening ROP in 55 preterm infants show the results
premature blindness in preterm infants. The number of events is 16% 2 infants (3.63%) had ROP, 49 infants (89.09%) immature retina, and
of all preterm births. The purpose of this study was to describe the 4 infants (7.27%) mature retina. Two infants with ROP consists of one
characteristics of preterm infants underwent ROP screening in Sanglah baby suffering from ROP stage I, and 1 stage II. Infants which underwent
Hospital during 2013. This retrospective descriptive study conducted on ROP screening, 49 infants (89.09%) suffered sepsis, 35 infants (63.63%)
55 preterm infants who underwent early detection of ROP. Data resources received oxygen therapy with continuous positive airway pressure
1
Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
2
Bagian Mata Fakultas Kedokteran were medical records. From 55 preterm infants were examined, it was continuous positive airway pressure (CPAP) >7 days, and 39 infants
Universitas Udayana /Rumah Sakit found 28 male infants (51%), gestational age ≤ 32 weeks in 35 infants (70%) received blood transfusion. This study suggests that preterm
Umum Pusat Sanglah, Denpasar (63%), birth weight ≤ 1500 gram of 31 infants (56%), postmenstrual infants underwent early detection of ROP mostly were male, with
age (PMA) 22-23 weeks chronological age (gestational age ≤ 26 weeks) gestational age ≤32 weeks, and predominantly immature retina. The
*
Coresspondence to: in 2 infants (100%) and PMA 33-34 weeks (gestational age >26 weeks) most often situation accompanied ROP was sepsis.
dewisakura9@gmail.com

Diterima: 21 februari 2017 Keywords : premature, retinopathy of prematurity, screening.


Desetujui: 26 maret 2017 Cite This Article: Dewi, S.A.P.S.A., Kardana, I.M., Sutyawan, I.W.E. 2017. Characteristics of premature infants underwent retinopathy of prematurity
Diterbitkan: 2 mei 2017 screening at Sanglah hospital. Medicina 48(2): 118-122. DOI:10.15562/medi.v48i2.39

118
ARTIKEL ASLI

PENDAHULUAN 2014. Populasi target adalah bayi kurang bulan


yang memenuhi kriteria untuk skrining ROP. Bayi
Retinopathy of prematurity (ROP) merupakan penye- kurang bulan adalah bayi lahir pada usia kehamilan
bab paling sering kasus kebutaan pada bayi kurang kurang dari 37 minggu.8 Populasi terjangkau pada
bulan. Retinopathy of prematurity pertama kali penelitian ini adalah bayi kurang bulan yang dilaku-
dipublikasikan oleh Terry1 tahun 1942. Penemuan kan skrining ROP dirawat di ruang NICU dan
Terry1 tersebut didukung oleh teori yang disam- Cempaka Barat di RSUP Sanglah Denpasar selama
paikan oleh Campbell2 pada tahun 1952 mengenai Februari 2013- Maret 2014. Kriteria inklusi pada
penyebab ROP adalah penggunaan oksigen pada penelitian ini adalah neonatus dengan usia kehami-
bayi kurang bulan. Retinopathy of prematurity lan ≤ 32 minggu atau berat badan lahir ≤1500 gram,
merupakan kelainan retina yang dialami oleh bayi neonatus dengan usia kehamilan >32 minggu atau
kurang bulan dengan berat lahir sangat rendah dan berat badan lahir >1500 gram yang membutuhkan
memiliki potensi untuk terjadi kebutaan pada bayi.3 suplementasi oksigen lebih dari 1 minggu, neona-
Angka kejadian ROP pada bayi kurang bulan tus dengan faktor risiko seperti pemakaian oksigen
sekitar 16%. Lebih dari 50% bayi dengan berat lebih dari 28 hari, sepsis, transfusi darah berulang,
badan <1500 gram berkembang menjadi ROP. Di sindrom gawat napas (hyaline membrane disease/
Amerika Serikat, lebih dari 2100 anak mengalami HMD), patent ductus arteriosus (PDA), intraventric-
komplikasi ROP dan 500-1200 diantaranya ular hemorrhage (IVH), neonatal seizure, penggu-
mengalami kebutaan dan komplikasi yang serius.4 naan oksigen dalam jangka waktu lebih dari 7 hari,
Angka kejadian ROP di Indonesia terdiri dari menggunakan ventilator, dan continous positive
beberapa kota yaitu di Jakarta yaitu sebesar 30,3% airway pressure (CPAP). Kriteria eksklusi adalah
dan di daerah Pekanbaru telah dilakukan evaluasi neonatus kurang bulan dengan data rekam medis
selama tiga tahun didapatkan angka kejadian ROP tidak lengkap. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter
sebesar 18,3%.5,6 Data ROP di Bali belum diketahui mata Sub-divisi Ophtalmologi Pediatri, meng-
dan data karakteristik pasien ROP belum tersedia. gunakan binocular indirect opthalmoscopy (BIO).
Beberapa faktor risiko terjadinya ROP antara Pemeriksaan dengan metode BIO yaitu pemerik-
lain bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari saan yang dilakukan dua atau tiga jam sebelumnya
32 minggu, penggunaan oksigen dengan konsen- dengan cara mendilatasi pupil dengan tropicamide
trasi yang tinggi, berat badan lahir < 1500 gram, 0,5% dan phenilephrin 2,5% (diberikan bergantian
penyakit lain yang menyertai seperti anemia, kadar setiap 30 menit). Bayi difiksasi dan diberi tetes mata
karbon dioksida yang tinggi, apnea, bradikardia, tetracaine hydrochloride 0,5% sebagai analgetik,
transfusi darah, kejang, ventilasi mekanik, perda- kemudian dipasangkan spekulum mata selanjut-
rahan intraventrikuler, dan faktor ibu saat hamil nya dilakukan pemeriksaan fundus. Pemeriksaan
(merokok, diabetes, dan preeklamsia).4 pertama kali pada usia kronologis 4-6 minggu lalu
Kelompok kerja (Pokja) yang terdiri atas para dilanjutkan tiap 1-2 minggu sampai vaskularisasi
dokter spesialis mata dan spesialis anak telah retina lengkap. Jika bayi telah dipulangkan sebelum
melangsungkan skrining sejak tahun 2009, dan retina matur, pemeriksaan dilanjutkan saat rawat
telah dilakukan di RSUP Sanglah sejak tahun 2011.7 jalan. Semua pemeriksaan dilakukan di ruang
Sampai saat ini belum didapatkan data karakteris- perawatan neonatus. Hasil pemeriksaan diklasifi-
tik bayi kurang bulan yang dilakukan skrining ROP kasikan sesuai dengan International Classification
di RSUP Sanglah. Berdasarkan hal tersebut, maka of Retinopathy of Prematurity (ICROP) yaitu derajat
penelitian ini dilakukan untuk menentukan karak- satu jika ditemukan garis demarkasi yang timbul di
teristik bayi kurang bulan yang dilakukan skrining antara bagian retina avaskular dan vaskular, dera-
ROP. jat dua jika garis demarkasi menebal (membentuk
ridge), tetapi pembuluh darah baru masih berada
di bagian dalam retina, derajat tiga jika penebalan
METODE PENELITIAN (ridge) dengan proliferasi jaringan fibrovaskular
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, ke ekstraretina, derajat empat jika sebagian retina
retrospektif yang mendata karakteristik bayi kurang terlepas dan derajat lima jika seluruh retina terle-
bulan yang menjalani skrining ROP di sub-bagian pas.7 Pada pemeriksaan ditentukan zona vasku-
Neonatologi Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak larisasi, area ditentukan sesuai daerah jam, serta
FK Unud/RSUP Sanglah. Penelitian dilakukan adanya ”plus disease” yang ditandai dengan vena
dengan mengambil sampel bayi kurang bulan yang yang berliku-liku (tortuosity of veins). Retinopathy
dirawat inap di ruang perawatan Cempaka Barat of prematurity dinyatakan sebagai ROP berat,
dan Neonatal intensive care unit (NICU) RSUP dan harus segera dilakukan tindakan jikaberada
Sanglah Denpasar selama Februari 2013- Maret di zona I, ROP derajat berapa saja, dengan plus

Medicina 2017; 48(2): 118-122 | doi: 10.15562/Medicina.v48i2.39 119


ARTIKEL ASLI

Tabel 1  K
 arakteristik bayi kurang bulan yang menjalani skrining HASIL PENELITIAN
ROP Dalam kurun waktu Februari 2013 sampai Maret
Total = 55 2014 didapatkan bayi kurang bulan yang dilakukan
Karakteristik N Persentase (%) skrining ROP di sub-bagian Neonatologi RSUP
Sanglah sebanyak 55 orang. Seluruh sampel 55 bayi
Usia gestasi, n, %
≤ 32 minggu 35 63
yang diperiksa, jenis kelamin lelaki 28 orang (51%),
> 32 minggu 20 37 usia gestasi ≤ 32 minggu 35 orang (63%) bayi,
Berat badan, n, % 56 berat badan lahir ≤1500 g dari 31 orang (56%),
≤ 1500 g 31 44 postmenstrual age (PMA) 22-23 minggu pada
> 1500 g 24 51 bayi usia gestasi ≤ 26 minggu 2 orang (100%) dan
Jenis kelamin, n,% 33-34  minggu pada bayi usia gestasi >26 minggu
Laki-laki 28 38 (71%). Karakteristik bayi kurang bulan yang
menjalani skrining ROP ditampilkan dalam Tabel 1.
Postmenstrual age (PMA ) Seluruh pasien yang menjalani skrining didapa-
Usia kronologis ≤ 26 minggu, tkan ROP 2 (3,63%) bayi, retina imatur 49 (89,09%)
n,% : 2 4 bayi, retina matur 4 (7,27%) bayi. Dua dari pasien
22-23 minggu
ROP 1 (50%) adalah ROP stadium I, dan 1(50%)
2 100 stadium 2 (Gambar 1 dan Gambar 2).
Pasien yang menjalani skrining ROP menderita
Usia kronologis > 26 minggu,
hyaline membrane disease (HMD) 27 (49,09%),
n,% : 53 96
menggunakan CPAP >7 hari 35 orang (63,63%),
38 71 mendapatkan tranfusi darah 39 orang (70%)
33-34 minggu
(Gambar 3).

DISKUSI
Pada skrining ROP yang telah dilaksanakan,
ditemukan kasus ROP dalam kurun waktu 1 tahun
sebesar 3%. Insiden ROP selama tiga tahun 18,3%.7
Adriono dkk5 melaporkan insiden ROP di RSCM
30,3% pada tahun 2006. Insiden ROP di Taiwan
Yang dkk9 yaitu 25%, sedangkan Shah VA dkk10 dari
Singapura mendapatkan hasil 29,2%. Perbandingan
dari kejadian ROP, dibandingkan dalam beber-
apa negara yaitu pada penelitian prospektif yang
dilakukan di Sweden, bayi usia gestasi <27 minggu
didapatkan kejadian ROP sebesar 73% dan ROP
berat 35%.11 Penelitian yang dilakukan di Norway
pada bayi <28 minggu, didapatkan kasus ROP
dengan berbagai stage sebesar 33%.12 Penelitian
yang diadakan di Afrika menunjukkan hasil ROP
sebesar 19,3% dan menyatakan bahwa faktor risiko
yang dapat menimbulkan kejadian ROP adalah usia
gestasi yang kecil, penggunaan oksigen, serta peng-
gunaan transfusi darah yang sering.13 Penelitian di
Gambar 1  Persentase retina imatur, retina matur, dan ROP Austria dan New Zealand bayi usia <29 minggu
didapatkan kasus ROP berat 10%.14 Pada penelitian
disease, berada di zona I, ROP derajat 3, tanpa plus yang kami lakukan didapatkan angka kejadian ROP
disease dan jika berada di zona II, ROP derajat 2 3,63%, yaitu stage I dan II. Variasi persentase kejad-
dan 3, dengan plus disease.7 Analisis data meng- ian ROP pada berbagai negara tersebut, diperkira-
gunakan program SPSS 17, data disajikan dalam kan akibat perbedaan proporsi bayi kurang bulan
bentuk tabel atau gambar. Penilaian dan keterangan yang memiliki risiko untuk terjadi ROP pada
kelaikan etik penelitian ini diberikan oleh Komisi masing-masing negara. Perbedaan persentasi kasus
Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas yang didapatkan dalam penelitian ini, diperkirakan
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah karena beberapa pasien masih harus menjalani
Denpasar. beberapa kali evaluasi hingga retina matur.

120 Medicina; 48(2): 118-122 | doi: 10.15562/Medicina.v48i2.39


ARTIKEL ASLI

NICU, dan menurunkan angka kejadian ROP


dari 60% menjadi 21%.16 Pada penelitian kami
didapatkan pasien yang menjalani skrining ROP
lebih banyak dengan riwayat penggunaan oksigen
dengan CPAP dengan rentang saturasi oksigen
saat awal perawatan 40-60%. Hubungan antara
pemberian oksigen dengan terjadinya ROP,
bukanlah masalah yang langsung terjadi namun
merupakan salah satu faktor yang memperberat
keadaan ROP. Ketika bayi lahir kurang bulan
maka pembuluh darah retina belum terbentuk
dengan sempurna. Selain itu, bayi kurang bulan
sangat kekurangan beberapa faktor yang normal
didapatkan dari dalam kandungan (seperti ω-3
polyunsaturated fatty acids dan insulin-like growth
factor, faktor-faktor tersebut didapatkan selama
trimester ketiga kehamilan) faktor ini sangat pent-
Gambar 2  Persentase stadium ROP. ing bagi perkembangan pembuluh darah. Pasien
bayi kurang bulan yang mendapatkan stress oksi-
datif dari pemberian terapi oksigen melalui venti-
lasi mekanis akan menimbulkan efek penekanan
pada pembentukan faktor-faktor proangiogenik
oksigen seperti vascular endothelial growth factor
(VEGF) dan erythropoietin. Setelah tahap awal,
maka pada fase kedua terjadi kompensasi dan
terjadi kerusakan neovascularisasi yang terbentuk
dan diatur oleh faktor angiogenik yang dirang-
sang oleh keadaan hipoksia.17,18 Keadaan sel yang
mengalami hiperoksia menimbulkan keadaan
vaso-obliteration, penekanan produksi VEGF dan
menghentikan pembentukan pembuluh darah,
selanjutnya daerah yang tidak terpapar akan
mengalami hipoksia sehingga terjadi pembentu-
kan VEGF yang berlebihan dan bersifat patologi.
Keadaan ini menimbulkan fibrosis pada retina dan
pelepasan retina.19,20 Penggunaan oksigen yang
dikatakan dapat memperberat terjadinya ROP
adalah menggunakan CPAP > 7 hari.19
Gambar 3  Persentase faktor risiko ROP Faktor risiko lain yang dihubungkan dengan
terjadinya ROP adalah bakterimia yang dapat
Retinopathy of prematurity signifikan menye- menimbulkan kejadian ROP berat pada bayi
babkan kebutaan pada anak. Kejadian akan dengan berat badan lahir amat sangat rendah.
meningkat pada bayi kurang bulan. Bayi berat lahir Peningkatan risiko berhubungan dengan inflamasi
sangat rendah (<1500 g), bayi kurang bulan (usia sistemik yang terjadi pada pasien sepsis. Keadaan
gestasi <28 minggu), dan menggunakan oksigen sepsis dapat disertai keadaan hipotensi dan akan
dalam jangka waktu lama merupakan risiko paling berefek menjadi hipoksia lokal karena kurangnya
sering yang dapat menimbulkan ROP.15,16 Menurut perfusi ke bagian perifer dan mengenai pembuluh
American Academic of Prematurity (AAP), American darah retina sehingga berisiko terjadinya ROP.19
Association for Pediatric Opthalmology and strabis- Pada penelitian ini, bayi prematur yang menjal-
mus serta American Academy of Opthalmology telah ani skrining ROP memiliki riwayat sepsis sebesar
memberikan rekomendasi dilakukannya skrining 89,09% dan yang menjalani tranfusi darah sebesar
ROP untuk pasien bayi kurang bulan yaitu usia 70,90%. Komorbiditas yang dapat dihubungkan
kehamilan kurang dari 32 minggu.7 dengan kejadian ROP adalah IVH, PDA, peng-
Pemantauan saturasi oksigen dikatakan dapat gunaan surfaktan, dan HMD.4 Pada penelitian
membantu penurunan kejadian ROP. Pemantauan ini didapatkan komorbiditas yang paling banyak
ini sudah dilakukan di bagian intensif bayi yaitu adalah sepsis sebesar 89,09%.

Medicina 2017; 48(2): 118-122 | doi: 10.15562/Medicina.v48i2.39 121


ARTIKEL ASLI

SIMPULAN 10. Shah VA, Yeo CL, Ling YL. Incidence, risk factors
of retinopathy of prematurity among very low birth
Karakteristik bayi kurang bulan dengan skrin- weight infants in Singapore.  Ann Acad Med Singapore.
PubMed. 2005;34:169–78. 
ing ROP, lebih banyak didapatkan pada jenis 11. Austeng D, Kallen KB, Ewald UW, Jakobsson PG,
kelamin lelaki, berat badan lahir ≤1500 gram serta Holmstrom GE. Incidence of retinopaty of prematurithy
usia gestasi ≤ 32 minggu. Karakteristik faktor in infants born before 27 weeks gestation in Sweeden. Arch
Ophtalmol. 2009;127:1315-9.
risiko penyebab ROP dominan pada pasien yang 12. Markestad T, Kaaresen PI, Ronnestad A, Reigstad H,
mengalami HMD, menggunakan CPAP >7 hari, Lossius K, Medb S, dkk. Early death, morbidity, and
dan mendapatkan tranfusi darah. need of treatment among extremely premature infants.
Pediatrics. 2005;115:1289-98.
13. Hakeem AH, Mohamed GB, Othman MF. Retinopathy
of prematurity : a study of prevalence and risk factors.
DAFTAR PUSTAKA PubMed. 2012;19:289-94.
1. Terry TL. Extreme prematurity and fibroplastic over- 14. Darlow BA, Hutchinson JL, Henderson-Smart DJ,
growth of persistent vascular sheath behind each crystal- Donoghue DA, Simpson JM, Evans NJ. Prenatal risk fac-
line lens. Am J Ophtalmol. 1941;25:203-4. tors for severe retinopathy among very preterm infants
2. Campbell K. Intensive oxygen therapy as a possible cause of the Australian and New Zealand Neonatal Network.
of retrolental fibroplasias: a clinical approach. Med J. Pediatrics. 2005;115:990-6.
1951;2:48-50. 15. Quinn GE, Gilbert C, Darlon BA, Zin A. Retinopathy
3. Reza S, Ahmad H, Sina A, Shagayeg R. Prevalence and pre- of prematurity:An epidemic in the making. Chin Med J
disposing factors of retinopathy of prematurity in very low (Engl). 2010;123:2929-37.
birth weight infants discharged from NICU. Iran J Pediatri. 16. Anderson GC, Benithz EW, Madam A. Retinopathy of
2009;19:59-63. prematurity and pulse oximetry. Journal of perinatology.
4. Richard LW, Laura KW. Understanding Retinopathy of 2004;24:164-8.
Prematurity. Vision enhancement journal. 2008;123:991-9. 17. Sapieha P, Joyal JS, Rivera JS, Duchemin EK, Sennlaib F,
5. Adriono GA, Elvioza, Sitorus RS. Screening for retinop- Hardy P, dkk. Retinopathy of prematurity: Understanding
athy of prematurity at Ciptomangunkusumo hospital, ischemic retinal vasculopathies at an extreme of life.
Jakarta, Indonesia – a preliminary report. Acta Medica PubMed. 2010;120:3022-32.
Lituanica. 2006;13:165-70. 18. Harnett ME, Penn JS. Mechanisms and management of ret-
6. Pokja ROP. Pokja nasional ROP dan bayi prematur. Pokja inopathy of prematurity. N Engl J Med. 2012;367:2515-26.
ROP. 2011 [dikutip 12 Januari 2014]. Diunduh dari: URL: 19. Rohsiswatmo R. Retinopathy or prematurity: Prevalence
http://www.bayiprematur-rop.com/profile. and risk factors. Paediatrica Indonesiana. 2005;45:11-2.
7. Rizalda D, Rudolf T, Rinawati R. Skrining retinopathy 20. Smith LE. Pathogenesis of retinopathy of prematurity.
of prematurity di rumah sakit dengan fasilitas terbatas, PubMed. 2004;14:140-4.
Bagian Ilmu Penyakit Mata RSIA Eria Bunda, Pekanbaru.
Sari Pediatri. 2012;14:185-90.
8. Sylviati MD. Klasifikasi berat badan dan usia kehami-
lan. Dalam: Sholeh K, Ari Y, Rizalya D, Gatot IS, Ali U,
penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi pertama. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI; 2008. h.11-30.
9. Yang CS, Chen SJ, Lee FL, Hsu WM, Liu JH. Retinopathy This work is licensed under a Creative Commons Attribution
of prematurity; screening, incidence and risk factors anal-
ysis. Chin Med J. 2001;64:706-12.

122 Medicina; 48(2): 118-122 | doi: 10.15562/Medicina.v48i2.39

Anda mungkin juga menyukai