Laporan PBL 4 Kelompok PBL 13
Laporan PBL 4 Kelompok PBL 13
FRACTURE IN ELDERY
Disusun oleh:
PBL 13
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya kami dapat melakukan proses diskusi kegiatan Problem Based Learning (PBL)
keempat ini dengan lancar tanpa kekurangan suatu apapun. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada dr. Komang Ardi Wahyuningsih, M. Biomed. selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing PBL ini dengan baik. Tak lupa juga
ucapan terima kasih disampaikan kepada anggota kelompok PBL 13 angkatan 2019 yang telah
berpartisipasi aktif dan kreatif dalam mendukung pelaksanaan kegiatan PBL secara dinamis
dan informatif.
Adapun tema sentral dari siklus PBL pada pertemuan ketiga ini adalah Fraktur pada
lansia. Fokus dari Learning Objectives (LO) yang kami rumuskan bersama dalam diskusi PBL
ini terangkum dalam 9 poin utama: Menjelaskan jenis-jenis, patofisiologis, gejala, faktor risiko,
pemeriksaan fisik dan penunjang, perawatan, healing proses, komplikasi dan riwayat penyakit
lain yang terkait dengan fraktur.
Laporan ini dibuat dalam tiga bagian utama, yakni pembukaan, isi, dan penutup.
Adapun pembukaan memuat kata sambutan, latar belakang, dan skenario masalah. Bagian isi
memuat klarifikasi istilah, identifikasi masalah, brainstorming, penentuan LO, belajar mandiri,
dan penyampaian hasil belajar mandiri. Bagian penutup memuat kesimpulan dan saran.
Semoga laporan diskusi PBL ini dapat meningkatkan semangat belajar dan keaktifan
berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah secara kolektif (kelompok) dan memicu rasa
ingin tahu yang semakin besar dalam dunia kedokteran.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2.3 Brainstorming
2.4 Skema
BAB III
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.3 Brainstorming
1. Apa definisi dari fraktur?
2. Apa saja jenis-jenis dari fraktur, trauma, dan luka
3. Apa patofisiologis dari fraktur?
4. Apa saja penanda atau gejala dari fraktur
5. Apa saja faktor risiko dari fraktur ?
6. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang dari fraktur
7. Apa penanganan dari fraktur ?
8. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur ?
9. Apa saja riwayat penyakit lain yang dapat berhubungan dengan fraktur ?
- Spiral
- Simple
- Transverse : fraktur secara horizontal
- Comminuted
- Impacted
- Compound
Trauma
2.5 Skema
Fraktur dapat sembuh dengan dua mekanisme berbeda tergantung pada posisi
dan stabilitasnya. Dengan penyembuhan primer, perbaikan terjadi secara internal, dan
tidak ada kalus yang terbentuk. Penyembuhan sekunder atau tidak langsung melibatkan
pembentukan kalus bertulang dan kemudian pemodelan ulang eksternal untuk
menjembatani celah tersebut.
Empat fase penyembuhan patah tulang tidak langsung adalah sebagai berikut:
Cedera patah tulang berarti terjadi pula kerusakan pada sumsum tulang,
periosteum, dan jaringan lunak lokal. Tahap terpenting dalam penyembuhan fraktur
adalah fase inflamasi dan pembentukan hematoma selanjutnya. Selama tahap inilah
mekanisme pensinyalan seluler bekerja melalui kemotaksis dan mekanisme inflamasi
untuk menarik sel yang diperlukan untuk memulai respons penyembuhan.
Selama tahap keempat, kalus berbentuk jaring dari tulang anyaman digantikan
oleh tulang pipih keras, yang disusun sejajar dengan sumbu tulang. Tahap terakhir ini
melibatkan pemodelan ulang tulang di lokasi penyembuhan fraktur oleh berbagai jenis
seluler seperti osteoklas. Renovasi bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun, tergantung pada faktor pasien dan patah tulang.
b. Pembengkakan
Edema dapat muncul segera, sebagai akibat dari akumulasi cairan serosa pada
lokasi fraktur serta ekstravasasi darah ke jaringan sekitar.
c. Memar
d. Spasme otot
e. Nyeri
Jika klien secara neurologis masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur,
intensitas dan keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien. Nyeri
biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur dimobilisasi. Hal ini terjadi karena
spasme otot, fragmen fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
f. Ketegangan
g. Kehilangan fungsi
Hilangnya fungsi terjadi karena nyeri yang disebabkan fraktur atau karena
hilangnya fungsi pengungkit lengan pada tungkai yang terkena. Kelumpuhan juga dapat
terjadi dari cedera saraf.
i. Perubahan neurovaskular
j. Syok
K. Krepitasi
Krepitasi adalah suara pada persendian yang disebabkan oleh gesekan ujung
dari tulang yang patah.
Usia merupakan salah satu faktor yang tidak lagi dapat dipungkiri dari kasus
fraktur pada skenario ini. Kepadatan tulang dan massa otot cenderung menurun seiring
bertambahnya usia sehingga hal ini dapat meningkatkan risiko lansia mengalami
fraktur. Orang tua juga bisa mengalami masalah dengan penglihatan dan keseimbangan,
yang bisa meningkatkan risiko jatuh yang dapat berakibat terjadinya fraktur.
Selain usia, jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor risiko terlebih pada
skenario tersebut tertulis bahwa seorang wanita yang mengalami fraktur. Wanita
mengalami kehilangan kepadatan tulang yang lebih cepat daripada pria, hal ini
dikarenakan penurunan kadar estrogen yang terjadi saat menopause mempercepat
pengeroposan tulang. Wanita jauh lebih mungkin mengalami patah tulang daripada
pria, hal ini dibuktikan pada sebuah penelitian dimana satu dari dua wanita di atas usia
50 tahun akan mengalami patah tulang dalam hidupnya.
Merokok merupakan faktor risiko patah tulang karena berdampak pada kadar
hormon. Wanita yang merokok umumnya mengalami menopause pada usia yang lebih
dini. Menurut National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases,
lebih dari 20 tahun yang lalu merokok dianggap sebagai faktor risiko pengeroposan
tulang lebih. Tapi untuk melihat dampak penuh dari merokok pada kesehatan tulang itu
rumit, karena faktor lain dapat terlibat. Misalnya, Pada perokok sering cenderung juga
mengkonsumsi banyak minum alkohol, kurang olahraga, dan pola makan yang buruk.
Intinya, sebagian besar penelitian menunjukkan, bahwa merokok meningkatkan risiko
patah tulang.
Sejarah keluarga
Riwayat patah tulang orang tua (terutama riwayat keluarga patah tulang
pinggul) dikaitkan dengan peningkatan risiko patah tulang yang tidak tergantung pada
kepadatan mineral tulang
Etnis
-menopause
Jika kalsium tidak cukup dalam darah, maka tubuh akan mengambil kalsium
dari tulang, sehingga dapat melemahkan tulang. Vitamin D membantu tubuh menyerap
kalsium dan fosfor. Memiliki jumlah vitamin D, kalsium, dan fosfor yang tepat penting
untuk membangun dan menjaga tulang yang kuat.
-memiliki gaya hidup yang kurang aktif: aktivitas yang menggunakan tulang
selama masa dewasa muda dapat meningkatkan BMD di usia paruh baya. Selain
meningkatkan BMD, aktivitas tulang selama masa dewasa meningkatkan ukuran
tulang, area kortikal dan kekuatan dan mengurangi risiko patah tulang pinggul di
kemudian hari.
-Wanita yang lebih tua lebih sering menderita osteoporosis daripada pria karena
dua alasan: (1) Tulang wanita kurang masif daripada tulang pria, dan (2) produksi
estrogen pada wanita menurun drastis saat menopause, sedangkan produksi androgen
utama, testosteron, pada pria yang lebih tua berkurang secara bertahap dan hanya
sedikit. Estrogen dan testosteron menstimulasi aktivitas osteoblas dan sintesis matriks
tulang.
Ujian ini digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang (BMD). Ini
paling sering dilakukan dengan menggunakan absorptiometry sinar-x energi ganda
(DXA atau DEXA) atau densitometri tulang. Jumlah sinar-X yang diserap oleh
jaringan dan tulang diukur dengan mesin DXA dan berhubungan dengan kepadatan
mineral tulang.
Mesin DXA mengubah informasi kepadatan tulang menjadi skor T dan skor Z
Anda. Skor T mengukur jumlah tulang yang Anda miliki dibandingkan dengan
populasi normal orang yang lebih muda dan digunakan untuk memperkirakan risiko
Anda mengalami patah tulang dan kebutuhan akan terapi obat. Skor Z Anda mengukur
jumlah tulang yang Anda miliki dibandingkan dengan kelompok usia Anda. Angka ini
dapat membantu menunjukkan apakah diperlukan tes kesehatan lebih lanjut.
Perawatan pertolongan pertama yang baik dan tepat sangat diperlukan dalam
menangani kondisi patah tulang selalu. Pertolongan pertama untuk patah tulang yang
paling penting adalah melakukan immobilisasi (membatasi pergerakan) pada area yang
cedera. Pertolongan pertama ini bisa menggunakan bidai dan belat serta mengontrol
perdarahan eksternal. Namun apabila terjadi fraktur yang serius seperti fraktur di kepala
atau tubuh seperti tengkorak, tulang rusuk, dan panggul harus ditangani oleh
paramedis.
Prinsip ABCDE :
Treatment
- managemen rasa sakit > patah tulang tangan dalam anak, biasanya
dikasih ibuprofen atau kombinasi acetaminophen dan kodein
- immobilisasi: karena emg penyembuhan tulang itu proses natural yang
pasti terjadi, immobilisasi tujuannya lebih untuk memastikan fungsinya
paling optimal/paling mirip normal. Biasanya ada proses "reduction"
(geser tulang ke posisi awal). biasanya pakai anastesi karena nyeri hebat,
nanti akhirnya akan diimobilisasi dengan cast (fibreglass).
- ketika edema/pembengkakan turun, bisa diganti dengan brace yang bisa
dilepas (orthosis).
- Biasanya imobiliasi juga dilakukan dengan operasi (pen), tapi bisa pakai
ilizarov method (fiksasi pakai alat luar) batang/ pelat logam yg
dimasukan scr bedah untuk menopang tulang.
- buddy wrapping untuk tulang kecil (jari)
- operasi: hanya dilakukan kalau treatment konservatif
gagal/kemungkinan besar akan gagal/hasilnya kurang fungsinya (cth:
fraktur pinggul - biasanya osteoporosis, diminta op karena kemungkinan
mengakibatkan infeksi dada, nyeri tekanan, kondisi tidak pulih, deep
vein thrombosis, embolik pulmonari yang lebih berat dibanding op),
biasanya kalau fraktur pas di sendi disarankan op biar bisa dipastikan
tetap mulus persendiannya
- risk: infeksi
- bone grafting via op
- reinforcement pakai besi (ada kemungkinan stress shielding, atropi
karena metal sectionnya (untuk dikurangi efek jeleknya, pakai
titanium/alloy titanium), kalau installasinya pakai metal lain (titanium +
cobalt-chromium/stainless steel screws) bisa terjadi korosi, ion besi
yang bersirkulasi bisa merusak tulang secara lokal & sistem tubuh juga
bisa terpengaruhi
- supplemen vit D + additional kalsium bisa mengurangi kemungkinan
faktur tulang pada orang usia lanjut
Perawatan Non-Medis
a. Cedera saraf
Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera dapat
menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan terdapat pucat dan tungkai pasien
yang sakit teraba dingin, ada perubahan pada kemampuan klien untuk
menggerakkan jari-jari tangan atau tungkai. parestesia, atau adanya keluhan
nyeri yang meningkat.
b. Sindroma kompartemen
Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisi oleh
jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan membesar jika otot
mengalami pembengkakan. Edema yang terjadi sebagai respon terhadap fraktur
dapat menyebabkan peningkatan tekanan kompartemen yang dapat mengurangi
perfusi darah kapiler. Jika suplai darah lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan
metabolic jaringan, maka terjadi iskemia. Sindroma kompartemen merupakan
suatu kondisi gangguan sirkulasi yang berhubungan dengan peningkatan
tekanan yang terjadi secara progresif pada ruang terbatas. Hal ini disebabkan
oleh apapun yang menurunkan ukuran kompartemen.gips yang ketat atau
faktor-faktor internal seperti perdarahan atau edema. Iskemia yang
berkelanjutan akan menyebabkan pelepasan histamin oleh otot-otot yang
terkena, menyebabkan edema lebih besar dan penurunan perfusi lebih lanjut.
Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma ortopedi infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke
dalam. Hal ini biasanya terjadi karena kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin (ORIF dan
OREF) atau plat.
c. Kontraktur Volkman
Emboli lemak serupa dengan emboli paru yang muncul pada pasien
fraktur. Sindroma emboli lemak terjadi setelah fraktur dari tulang panjang
seperti femur, tibia, tulang rusuk, fibula, dan panggul.
b. Nekrosis avaskular
c. Malunion
Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh dalam kondisi yang tidak
tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang serta gravitasi.
Hal ini dapat terjadi apabila pasien menaruh beban pada tungkai yang sakit
dan menyalahi instruksi dokter atau apabila alat bantu jalan digunakan
sebelum penyembuhan yang baik pada lokasi fraktur.
d. Penyatuan terhambat
e. Non-union
f. Penyatuan fibrosa
Kelainan kronis lain juga dapat menjadi faktor yaitu celiac disease, crohn’s
disease, dan penyakit-penyakit lainnya yang menggunakan steroid sebagai obat
terapinya. Penyakit yang dapat melemahkan tulang, seperti osteoporosis, osteogenesis
imperfekta (kelainan genetik yang menyebabkan tulang rapuh), infeksi tulang, dan
kanker ulang. Osteopenia dan osteoporosis adalah kondisi di mana tulang biasanya
mengalami termineralisasi tetapi jumlahnya menurun. Osteoporosis didefinisikan
sebagai pengeroposan tulang yang cukup untuk meningkatkan risiko patah tulang dan
dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan akibat patah tulang.
Berbagai faktor termasuk massa tulang puncak, usia, aktivitas, genetika, nutrisi, dan
pengaruh hormonal berkontribusi pada patogenesisnya.
Diabetes dengan kadar glukosa tidak terkendali memiliki resiko besar untuk
mengalami komplikasi baik akut ataupun kronik. Pada diabetes terjadi suatu kondisi
inflamasi yang ditandai oleh peningkatan kadar sitokin, pembentukan osteoklas,
penurunan pembentukan dan fungsi osteoblas sehingga menginduksi proses
osteoklastogenesis. Kondisi ini nantinya akan berkaitan dengan penurunan densitas
mineral tulang, peningkatan risiko fraktur dan terhambatnya proses penyembuhan
fraktur.
Kondisi hiperglikemia menyebabkan peningkatan spesies oksigen reaktif
(ROS). Pembentukan spesies oksigen reaktif (ROS) menginduksi ekspresi RANKL dan
meningkatkan pembentukan osteoklas yang lebih besar. Produksi ROS yang diinduksi
hiperglikemia juga meningkatkan ekspresi RAGE, yang dapat menyebabkan
pembentukan osteoklas.
Pada fase ini, pembuluh darah robek dan akan membentuk hematom.Hematom
yang terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang robek akan
dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot). Bekuan ini menyediakan fibrin
mesh yang menutup lokasi fraktur dan menyediakan kerangka untuk masuknya sel
inflamasi, pertumbuhan fibroblast, dan proliferasi kapiler yang menjadi ciri jaringan
granulasi. Pelepasan PDGF, TGF-β, FGF, dan faktor pertumbuhan lainnya oleh
trombosit terdegranulasi dan sel inflamasi mengaktifkan sel osteoprogenitor di
periosteum, rongga meduler, dan jaringan lunak di sekitarnya untuk merangsang
aktivitas osteoklastik dan osteoblas. Hematon akan mendorong periosteum
disekitarnya dan terjadi robekan. Osteosit di sekitar fraktur akan kehilangan darah dan
mati sepanjang 1 atau 2 mm sehingga akan terbentuk daerah cincin avaskuler tulang
yang mati pada sisi fraktur
Pada fase ini, terjadi reaksi jaringan fibrous karena adanya sel-sel osteogenik
yang berproliferasi dari lapisan dalam periosteum sekitar lokasi fraktur. Sel-sel ini
menjadi precursor osteoblast dan membentuk kalus eksternal pada bagian endosom dan
kalus internal pada bagian dalam kanal medular. Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah
fragmen tulang dan jaringan sumsum tulang.
Pada fase ini, osteoblas membentuk tulang lunak (kallus). Kalus memberikan
rigiditas pada fraktur. Salah satu faktor yang paling dominan dari sekian banyak faktor
pertumbuhan adalah Transforming Growth Factor-Beta 1 (TGF-B1) yang menunjukkan
keterlibatannya dalam pengaturan diferensiasi dari osteoblas dan produksi matriks
ekstraseluler. Faktor lain yaitu: Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang
berperan penting pada proses angiogenesis selama penyembuhan fraktur. Pusat dari
kalus lunak adalah kartilogenous yang kemudian bersama osteoblast akan
berdiferensiasi membentuk suatu jaringan rantai osteosit, hal ini menandakan adanya
sel tulang serta kemampuan mengantisipasi tekanan mekanis. Jika terlihat massa kalus
atau woven bone pada pemeriksaan radiologi, maka merupakan indikasi awal terjadinya
penyembuhan fraktur. Selanjutnya berlanjut pertumbuhan tulang rawan dan
penggabungan jaringan fibrosa dan tulang serat imatur.
Pada fase ini, kalus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah
menyatu dan secara bertahap menjadi tulang matur. Keadaan tulang ini menjadi lebih
kuat sehingga osteoklas dapat menembus jaringan debris pada daerah fraktur dan diikuti
osteoblast yang akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang yang baru. Proses
ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk
menerima beban yang normal.
5. Stadium Remodeling
Gambar 1.5 Stadium Remodelling
Pada fase ini, lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks
fraktur. Sedangkan, tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Kalus eksterna juga
perlahan-lahan akan menghilang dan kalus intermediet akan berubah menjadi tulang
yang kompak dan berisi sistem haversian. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang yang terus menerus
lamella yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi. Rongga
medulla akan terbentuk kembali dan diameter tulang kembali pada ukuran semula.
Akhirnya tulang akan kembali mendekati bentuk semulanya, terutama pada anak-anak.
Pada keadaan ini tulang telah sembuh secara klinis dan radiologi.
1. Hormon, termasuk estrogen (pada kedua jenis kelamin), androgen, vitamin D, dan
hormon paratiroid (PTH)
2. Faktor pertumbuhan yang diproduksi secara lokal, seperti IGF-I, yang mengubah
faktor pertumbuhan β ( TGF-β), peptida terkait PTH (PTHrP), interleukin (ILs),
prostaglandin, dan anggota superfamili tumor necrosis factor (TNF). Faktor-faktor
ini terutama memodulasi kecepatan di mana tempat-tempat pemodelan ulang baru
diaktifkan, sebuah proses yang mula-mula menghasilkan resorpsi tulang oleh
osteoklas, diikuti oleh periode perbaikan di mana jaringan tulang baru disintesis
oleh osteoblas.
3. Sitokin yang bertanggung jawab untuk komunikasi antara osteoblas, sel sumsum
lainnya, dan osteoklas adalah ligan RANK (RANKL) (penggerak reseptor dari
faktor nuklir-kappa-B [NFκB]; RANKL). RANKL, salah satu anggota keluarga
TNF, disekresikan oleh osteosit, osteoblas, dan sel-sel tertentu dari sistem
kekebalan. Reseptor osteoklas untuk protein ini disebut sebagai RANK. Aktivasi
RANK oleh RANKL adalah jalur umum terakhir dalam pengembangan dan
aktivasi osteoklas. Umpan humoral untuk RANKL, juga disekresikan oleh
osteoblas, disebut sebagai osteoprotegerin.
4. Nutrisi (terutama asupan kalsium)
5. Tingkat aktivitas fisik.
6. Aktivasi Wnt melalui beban mekanis, atau oleh faktor hormonal atau sitokin,
merangsang pembentukan tulang dengan meningkatkan pembentukan dan aktivitas
osteoblas dan menurunkan sekresi RANKL, yang menghambat produksi dan
aktivitas osteoklas.
7. Sclerostin, juga suatu protein osteosit, adalah penghambat utama aktivasi Wnt dan
pembentukan tulang. Jalur RANKL dan Wnt keduanya telah menjadi target utama
untuk pengobatan farmakologis osteoporosis.
Pada orang dewasa yang lebih tua, patah tulang sering terjadi sebagai latar
belakang kelainan tulang lainnya (misalnya, osteoporosis dan osteomalacia). Dalam
keadaan seperti itu, imobilisasi bedah seringkali diperlukan untuk perbaikan yang
memadai. Faktor lain juga dapat mengganggu penyembuhan. Imobilisasi yang tidak
memadai, yang memungkinkan pergerakan kalus dan mengganggu pematangan
normal, dapat mengakibatkan penyatuan tertunda atau nonunion. Jika nonunion
berlanjut, kalus yang cacat mengalami degenerasi kistik dan permukaan luminal dapat
dilapisi oleh sel mirip sinovial, menciptakan sendi palsu atau pseudoarthrosis. Infeksi
pada lokasi fraktur, terutama yang sering terjadi pada fraktur terbuka, merupakan
hambatan serius lainnya untuk penyembuhan, seperti malnutrisi dan displasia skeletal.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus, pasien ini menderita penyakit penyakit osteoporosis yang penyebab
utamanya umur dan kondisinya yang sudah menopause (peran hormon). Dilihat dari rekam
medisnya, tidak ada penyakit lainnya seperti diabetes atau hipertensi yang pada umumnya
dapat memperburuk pasien yang mengidap penyakit osteoporosis. Pasien mengalami
deformitas di bagian pergelangan tangan yang membutuhkan waktu untuk tulang remodelling
ada beberapa cara, mulai dari yang primer dan juga sekunder. Selain itu, penyebab jari-jarinya
pucat karena kurangnya aliran darah di daerah tersebut disebabkan oleh fraktur.
3.2 Saran
Sebaiknya pasien disarankan untuk mengonsumsi makanan yang sehat terutama
vitamin D yang bagus untuk tulang, selain itu juga mengurangi kegiatan aktivitas fisik yang
membutuhkan tenaga atau beban yang besar dan jika makin memburuk segera melakukan
pengobatan mulai dari terapi atau bahkan operasi.
DAFTAR PUSTAKA