Disusun Oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah Osteoporosis mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2
dengan lancar dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 2 pada semester 4, program studi D3 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan dan
masalah, namun berkat bantuan, kerjasama, dan bimbingan dari berbagai pihak maka kesulitan
tersebut dapat teratasi.
Pada penyusunan makalah ini, sangat disadari bahwa masih terdapat kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
BAB I .................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
C. Tujuan....................................................................................................................................... 4
D. Manfaat..................................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 5
A. Definisi ...................................................................................................................................... 5
B. Jenis-jenis ................................................................................................................................. 5
C. Etiologi ...................................................................................................................................... 6
D. Tanda dan Gejala .................................................................................................................... 7
E. Patofisiologi .............................................................................................................................. 7
F. Pathways ................................................................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan .................................................................................................................. 8
H. Pemeriksaan penunjang ...................................................................................................... 9
I. Konsep Dasar Kebutuhan Manusia ....................................................................................... 9
J. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................................................. 10
BAB III ................................................................................................................................................. 2
PENUTUP ............................................................................................................................................ 2
A. Kesimpulan............................................................................................................................... 2
B. Saran ......................................................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 3
LAMPIRAN ......................................................................................................................................... 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wanita memiliki resiko osteoporosis lebih tinggi dibanding laki-laki, hal
inidikarenakan wanita mengalami proses kehamilan dan menyusui serta penurunan
hormon estrogen pada saat premenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada pria
juga memiliki resiko terkena osteoporosis, penyakit osteoporosis pada pria juga
dipengaruhi oleh hormon. Bedanya laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga
osteoporosis datang lebih lambat (La Ode, 2012). Menurut WHO (2012), osteoporosis
menduduki peringkat kedua, di bawah penyakit jantung sebagai masalah kesehatan utama
dunia. Menurut data Internasional Osteoporosis Foundation (IOF), lebih dari 30% wanita
diseluruh dunia mengalami resiko patah tulang akibat osteoporosis, bahkan mendekati
40%. Sedangkan pada pria, resikonya berada pada angka 13%. Angka kejadian patah
tulang (fraktur) akibat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orangdan
diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun
2050. Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang, dan Amerika adalahsebanyak 75 juta
penduduk, sedangkan di Cina 84 juta penduduk, dan ada 200 juta penderita osteoporosis
diseluruh dunia (Purwoastuti, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi osteoporosis ?
2. Jenis-jenis osteoporosis
3. Apa etiologi osteoporosis ?
4. Apa tanda dan gejala osteoporosis ?
5. Bagaimana patofisiologi Osteoporosis ?
6. Pathways osteoporosis
7. Bagaimana Penatalaksanaan osteoporosis ?
8. Pemeriksaan penunjang untuk osteoporosis
9. Konsep Asuhan keperawatan
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteoporosis?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan adalah:
1. Tujuan Umum dari penulisan yaitu untuk mengetahui asuhan keperawatan pada
pasien dengan osteoporosis.
2. Tujuan khusus dari penulisan yaitu untuk mengetahui definisi, etiologi,tanda
gejala, patofisiologi, pathways, dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
osteoporosis.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk pembaca dan penulis yaitu dapat
menambah pengetahuan mengenai penyakit atau gangguan osteoporosis, juga mengetahui
bagaimana cara penatalaksanaan pada pasien dengan osteoporosis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteoporosis adalah kelainan penulangan dimana terjadi penurunan massa tulang total
akibat gangguan metabolisme dimana tubuh tidak mampu menyerap dan
memanfaatkan zat-zat yang diperlukan untuk proses pematangan tulang. Pada
osteoporosis terjadi pengurangan masa/jaringan tulang per unit volume tulang
dibandingkan dengan keadaan normal. Dengan bahasa awam dikatakan tulang
menjadi lebih ringan dan lebih rapuh dari biasanya, meskipun mungkin zat-zat dan
mineral untuk pembentukan tulang didalam darah masih dalam batas nilai normal.
Proses pengurangan ini terjadi di seluruh tulang dan berkelanjutan sepanjang
kehidupan. Manusia lanjut usia (lansia) beresiko menderita osteoporosis,sehingga
setiap patah tulang pada lansia perlu diasumsikan sebagai osteoporosis, apalagi jika
disertai dengan riwayat trauma ringan dan kesehatan seperti mata, jantung, dan fungsi
organ lain. Pada usia 60-70 tahun, lebih dari30% perempuan menderita osteoporosis
dan insidennya meningkat menjadi70% pada usia 80 tahun ke atas. Hal ini berkaitan
dengan defisiensi estrogen pada masa menopause dan penurunan massa tulang karena
proses penuaan. Pada laki-laki osteoporosis lebih dikarenakan proses usia lanjut,
sehingga insidennya tidak sebanyak perempuan. Pada seorang yang mengalami patah
tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan
rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirnya
keadaan lainnya yang menyebabkan osteoporosis.
B. Jenis-jenis
1. Osteoporosis Primer. Sekitar 65-80% wanita dan 45-60% pria dengan osteoporosis
menderita osteoporosis primer. Pada wanita dengan fraktur kompresi karena
osteoporosis primer didapat masa tulang kortikal dan trabekular yang kurang.
Jumlah trabekula yang kurang dan pertanda biokimiawi serta histologik
merupakan bukti terjadinya resorpsi tulang yang meningkat dibandingkan kontrol
padaumur yang sama. Hormon estron dan androstendion berkurang secara
bermakna pada wanita dengan osteoporosis, dan hal ini merupakan sebagian sebab
didapatkannya resorpsi tulang yang bertambah banyak dan pengurangan masa
tulang. Absorbsi kalsium pada wanita dengan kondisi ini menjadi lebih
rendah.Osteoporosis primer dibagi lagi menjadi:
a. Osteoporosis tipe 1, disebut juga postemenoposal osteoporosis.
Osteoporosistipe ini bisa terjadi pada dewasa muda dan usia tua, baik laki-laki
maupun perempuan. Pada perempuan usia antara 51-75 tahun beresiko 6 kali
lebih banyak daripada laki-laki dengan kelompok umur yang sama. Tipe
osteoporosis ini berkaitan dengan perubahan hormon setelah menopause dan
banyak dikaitkan dengan patah tulang pada ujung tulang pengumpil lengan
bawah. Pada osteoporosis jenis ini terjadi penipisan bagian keras tulangyang
paling luar (kortek) dan perluasan rongga tulang.
b. Osteoporosis tipe 2, disebut juga senile osteoporosis
(involutionalosteoporosis). Tipe 2 ini banyak ditemui pada usia di atas 70
tahun dan dua kali lebih banyak pada wanita dibanding laki-laki pada umur
yang sama. Kelainan pertulangan terjadi pada bagian kortek maupun di bagian
trabikula. Tipe ini sering dikaitkan dengan patah tulang kering dekat sendi
lutut, tulang lengan atas dekat sendi bahu, dan patah tulang paha dekat sendi
panggul. Osteoporosis jenis ini, terjadi karena gangguan pemanfaatan vitamin
D oleh tubuh, misalnya karena keadaan kebal terhadap vitamin D (vit D
resisten) atau kekurangan dalam pembentukan vitamin D (vit D synthesa) dan
bisa juga disebabkan karena kurangnya sel-sel perangsang pembentukan
vitamin D (vit D reseptor).
2. Osteoporosis Sekunder 2, Osteoporosis sekunder lebih jarang ditemukan.
Osteoporosis sekunder terdapat pada 20-35% wanita dan 40-55% pria, dengan
gejalanya berupa fraktur pada vertebra dua atau lebih. Diantara kelainan ini yang
paling sering terjadi adalah pada pengobatan dengan steroid, mieloma, metastasis
ke tulang, operasi pada lambung, terapi anti konvulsan, dan hipogonadisme pada
pria. Osteoporosis sekunder ini disebabkan oleh faktor diluar tulang diantaranya:
Karena gangguan hormon seperti hormon gondok, tiroid, dan paratiroid, insulin
pada penderita diabetes melitus dan glucocorticoid, Karena zat kimia dan obat-
obatan seperti nikotin, rokok, obattidur, kortikosteroid, alkohol, Penyebab lain
seperti istirahat total dalam waktu lama, penyakit gagal ginjal, penyakit hati,
gangguan penyerapan usus, penyakit kanker dan keganasan lain, sarcoidosis,
penyakit sumbatan saluran paru yang menahun.
C. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
1) Faktor Mekanis
Bertambahnya massa tulang dan kurangnya beban akan mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa
ada hubungan langsung antara massa otot dan massa tulang. Beban mekanik
yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang
besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan
dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya terutama pada
lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik pada otot maupun tulangnya
akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu
yang lama.
2) Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang
berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi
kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
3) Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada
seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran
universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban
mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang
lebih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang
sama.
4) Faktor mekanis interaksi
penting antara factor maknis dengan factor factor nutrisi hormonal. Pada
umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena
masa tulang merupakan fungsi beban mekanis, masa tulang akan menurun
dengan bertambahnya usia.
5) Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan
massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada wanita
post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-
wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan
absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari
keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat
antara masukan kalsium dengan keseimbangan.
E. Patofisiologi
Remodelling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan masa tulang
sampai sekitar usia 35 tahun. Genetic, nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan
aktifitas fisik mempengaruhi puncak masa tulang. Kehilangan karena usia mulai
segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat
menopause mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama
tahun-tahun pasca menopause.
Factor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk
absorbs kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan
vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan masa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
F. Pathways
G. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan
Penatalaksanaa farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu:
1) Meningkatkan pembentukkan tulang. Obat-obatan yang dapat meningkatkan
pembentuka tulang, misalnya steroid anabolik.
2) Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat resorpsi
tulang yaitu estrogen, kalsitonim, difosfat, dan modulator Reseptor selektif.
Seluruh pengobatan iniharus ditambah dengan konsumsi kalsium dan vitamin
D yang cukup.
• Pencegahan.
Terapi pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin yaitu sejak masa
kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis pada usia muda mempunyai tujuan mencapai
masa tulang dewasa (proses konsolidasi yang) yang optimal. Sejumlah pencegahan
yang dapat dilakukan di antaranya:
1) Mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup
2) Latihan/olah raga secara teratur setiap hari
3) Mengonsumsi protein hewani
4) Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoporosis, misalnya
merokok, alkohol, dan kafein.
H. Pemeriksaan penunjang
Sejumlah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada osteoporosis yaitu
pemeriksaan sinar X, CT scan densitas tulang, rontgen, pemeriksaan laboratorium, dan
penilaian masa tulang.
Pemeriksaan yang paling akurat adalah dual-energy x-ray absorptimetri((DXA).
Pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri bisa dilakukan dalam waktu 5-15
menit (Lukman, ningsih 2013: 145).
a. pengkajian
Anamnesa
Menurut (Asikin;dkk 2012: 109)Anamnesa, tanyakan klien tentang:
1. Apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga
2. Apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya
3. Apakah klien mengonsumsi kalsium diet harian sesesuai dengan
kebutuhan
4. Bagaimana pola latihan klien
5. Kapankah terjadinya dan faktor yang mempengaruhi terjadinya
menopause
6. Apakah klien mengunakan kortikostroid selain mengonsumsi alkohol,
rokok, dan kafein
7. Apakah klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri pinggang,
konstipasi, atau gangguann citra diri
Pemeriksaan fisik
Menurut (Asikin;dkk 2012: 109) pada pemeriksaan fisik ditemukan:
1. Adanya “punuk dowager” (kifosis)
2. Nyeri punggung: thoracic dan lumbar
3. Penurunan tinggi badan
4. Gaya berjalan bungkuk
5. Nyeri sendi
6. Kelemahan otot
7. Masalah mobilitas dan penafasan akibat perubahan postur
8. Adanya konstipasi yang disebabkan oleh aktivitas
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada osteoporosis menurut
(Asikin;dkk 2012: 109) dan (umi 2017: 125) :
i. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur
ii. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan
program terapi
iii. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan integritas
struktur tulang
iv. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang osteooporosis
1 2 3 4
1 Nyeri akut kontrol nyeri Manajement nyeri
berhubungan 1. Lakukan pengkajian
dengan fraktur dengan kriteria hasil:
nyeri komprehensif
1. Mengenali kapan yang meliputi lokasi,
terjadi nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi
2. Mengunakan factor
penyebab
2. Gali pengetahuan dan
3. Mengunakan tindakan kepercayaan pasien
pencegahan mengenai nyeri
6. Ajarkan pengunaan
non farmakologi
seperti: relaksasi,
aplikasi panas/dingin,
terapi music
7. Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrol nyeri yang
dipakai selama
pengkajian nyeri
dilakukan
6. Diskusikan pilihan
terapi/penangan
5. Berjalan mengeliling
rumah 4. Fasilitasi aktivitas
ambulasi fisik
5. Mempertahankan 5. Sarankan
keseimbangan ketika mengunakan alas kaki
berdiri dengan satu yang aman
kaki
6. Lakukan latihan fisik
6. Postur rutin yang meliputi
berjalan
1. Implementasi
Implementasi merupakan tindakkan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakkan keperawatan mencakup tindakkan mandiri
(independent), saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan
tindakan rujukan/ketergantungan (dependent)(Tarwoto, 2015).
2. Evaluasi
Menurut Potter, Perry (2010:501)Untuk eveluasi hasil yang diharapkan dan
respons terhadap asuhan keperawatan, dibandingkan hasil yang didapatkan
pada klien saat ini dengan hasil yang diharapkan saat perencanaan: seperti
kemampuan klien untuk mempertahankan atau memperbaiki kesejajaran tubuh,
meningkatkan mobilisasi, dan melindungi klien dari bahaya imobilisasi.
Menurut (Nurjannah 2005), evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
unntukmenilai efek dari tindakkan keperawatan pada klien : evaluasi terus
menerus dilakukan pada respon klien terhadap tindakkan keperawatan yang
telah dilaksanakan, diguunakan komponen SOAP :
B. Saran
1. Lansia
Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari faktor-faktor resiko
osteoporosis serta memenuhi asupan gizi yang lengkap terutama untuk tulang
2. Tenaga medis
Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan pendidikan kesehatan
yang baik terutama bagi lansia sehingga dapat menghindarkan atau mencegah
terjadinya penyakit osteoporosis
3. Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan system
musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di lahan
praktik demi memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
CONTOH KASUS
Ny. M umur 59 tahun datang ke RSUD Pare dengan keluhan sakit
pada punggungyang sering dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan Ny.M
merasa punggungnya sedikit membungkuk, sebenarnya rasa sakit punggung
Ny.M sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny. M tidak
memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke dokter Ny. M dianjurkan
untuk tes darah dan rongent pada tulang belakang. Hasil rongent
menunjukkan bahwa Ny. M menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan
hasil BMD (Bone Mineral Density) T-score -3. Klien mengalami menopause
sejak 7 tahun yang lalu. Menurut klien dirinya tidak suka minum susu sejak
usia muda dan tidak menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahwa
keluhan yang dirasakannya karena usianya yang bertambah tua.Riwayat
kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak pernah mengalami
penyakit seperti DM dan hipertensi serta tidak pernah dirawat di RS.Pola
aktifitas diketahui klien banyak beraktifitas duduk karena dulu dirinya
bekerja di perkantoran.Riwayat penggunaan KB hormonal dengan metode
pil.Pemeriksaan TB 162 cm (TB sebelumnya 165 cm), BB 76 kg (BB
sebelumnya 78 kg).
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
Kampus II Jln. Mayjend Bambang Soegeng Mertoyudan Magelang 56172
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny.A.M
2. Umur : 59 Tahun
3. Agama : Islam
4. Tanggal masuk RS/RB : 21 April 2017
5. Nomor Rekam Medis : 113-8597-999
6. Bangsal : Mawar
- Alasan masuk rumah Sakit: pada punggung terasa nyeri saat beraktivitas, ini
menyebabkan klien sulit berjalan secara normal.
c. Riwayat pengobatan
Tidak terkaji
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan
d. Kemampuan mengontrol kesehatan:
- Yang dilakukan bila sakit: klien ke klinik terdekat
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
Klien tidak suka minum susu dan tidak menyukai makanan laut
f. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat
2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
1) BB biasanya: 78 dan BB sekarang: 76
2) Tinggi Badan : 162 cm
3) IMT : 29
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
• BMD T-score -3
• Kalium : 47 mmol/L
• Hasil Lab Darah lengkap tanggal 21 April 2017
o SGPT 6,6 µ/L
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
conjungtiva anemis/tidak:
Rambut berwarna hitam lurus, tebal, turgur kulit tidak elastis, mukosa bibir
lembab, conjungtiva tidak anemis
h. Cairan masuk
Cairan air mineral 2000 ml
Air metabolisme : (15 x BB) /24 jam = 15x76/24= 1140/24=47,5 cc/jam
i. Cairan keluar
Urine 4x sehari Volume = 400 ml
IWL = (15xBB)/24= 47,5cc/jam
j. Penilaian Status Cairan (balance cairan)
2000 ml – 47,5 = 1.952,5
k. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tampak simetris, tidak ada bekas luka
Auskultasi : terdengar bising usus
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
Perkusi : terdengar timpani
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan)
Warna kuning jernih
Jumlah urine keluar 400 ml/hari
Frekuensi 4x/hari
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi :
BAB 1x sehari
c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu)
Turgor kulit tidak elastis, warna kulit sawo matang, kulit teraba hangat
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 6 - 8 jam
2) Insomnia : klien tidak mengalami insomnia
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Kantoran/Swasta
2) Kebiasaan olah raga : klien jarang berolahraga
3) ADL
a) Makan : mandiri
b) Toileting : mandiri
c) Kebersihan : mandiri
d) Berpakaian : mandiri 5 5
4) Kekuatan otot 5 5
5) ROM : aktif
6) Resiko untuk cidera : pasien memiliki resiko cidera
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : klien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung
2) Edema esktremitas : tidak ada edema ekstremitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 130/90
b) Duduk : 140/90
4) Tekanan vena jugularis: tidak terkaji
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : dada tampak simetris, tidak ada bekas luka
b) Palpasi : tidak ada nyeri
c) Perkusi : terdengar redup
d) Auskultasi : terdengar lup-dup
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : tidak ada
2) Penggunaan O2 : tidak ada
3) Kemampuan bernafas : normal
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)
Tidak ada
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : dada tampak simetris dan tidak ada bekas luka
b) Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : terdengar sonor
d) Auskultasi : terdengar vaskuler
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SLTA
2) Pengetahuan tentang penyakit: Klien tidak mengetahui penyebab dan cara
pengobatan sakit dipunggungnya.
3) Orientasi (waktu, tempat, orang) : baik, klien mengenali waktu dan orang
disekitarnya
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : klien tidak mempunyai riwayat penyakit
jantung
2) Sakit kepala : klien tidak mengalamai sakit kepala
3) Penggunaan alat bantu : klien tidak menggunakan akat bantu
4) Penginderaan : penginderaan klien normal
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : klien tidak mengalami kesulitan
berkomunikasi
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : tidak ada
2) Perasaan putus asa/kehilangan: tidak ada
3) Keinginan untuk mencederai : tidak ada
4) Adanya luka/cacat : tidak ada
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : Kawin
2) Orang terdekat : Keluarga
3) Perubahan konflik/peran : ada perubahan peran
4) Perubahan gaya hidup : ada perubahan gaya hidup
5) Interaksi dengan orang lain : klien dapat berinteraksi dengan baik
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada masalah seksual
2) Periode menstruasi : klien sudah mengalami menopause
3) Metode KB yang digunakan : Tidak ada
9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : Klien tidak mengalami cemas
2) Kemampan untuk mengatasi : tidak terkaji
3) Perilaku yang menampakkan cemas : tidak terkaji
11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : klien tidak memiliki alergi
b. Penyakit autoimune : klien memiliki penyakit autoimune
c. Tanda infeksi : klien tidak ada tanda infeksi
d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada gangguan thermogulasi
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia,
Sindrome disuse, gaya hidup yang tetap)
Klien tidak memiliki gangguan/resiko
12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : Terasa nyeri saat beraktivitas dan
nyeri berkurang saat istirahat
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : Seperti tertekan benda berat
3) Regio (dimana letaknya) : Pada punggung
4) Scala (berapa skalanya) : 7 (1-10)
5) Time (waktu) : Pada saat beraktivitas aktifitas
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak terkaji
c. Gejala yang menyertai : tidak terkaji
13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : Tidak ada gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
b. DDST (Form dilampirkan) : tidak terkaji
c. Terapi Bermain (SAB dilampirkan) : tidak terkaji
C. DATA LABORATORIUM
DATA
TANGGAL
DATA DATA
NO DAN JAM ETIOLOGI PROBLEM
SUBYEKTIF OBYEKTIF
PENGKAJIAN
(GEJALA) (TANDA)
1. 21 April 2017 Klien mengatakan - P : Terasa nyeri Deformitas Nyeri kronis
10.00 WIB sakit pada saat beraktivitas vertebra
punggung sejak dan nyeri
beberapa tahun lalu. berkurang saat
- Klien mengatakan istirahat
banyak beraktifitas - Q : Seperti
duduk karena dulu tertekan benda
dirinya bekerja di berat
perkantoran - R : Pada
- Klien mengatakan punggung
terasa sakit pada - S : 7 (1-10)
sendi ketika -T : Pada saat
beraktivitas/berjalan beraktivitas
- Klien mengatakan - Wajah klien
aktivitas sehari-hari meringis.
terhambat - Sering memegang
area yang sakit
2. 21 April 2017 - Klien mengatakan - Hasil BMD T- Kerusakan Gangguan
10.00 WIB ketika berjalan score -3. integritas mobilitas fisik
punggung klien - Hasil lab struktur
terasa sakit Elektrolit (ca: 9,98 tulang
- Klien mengatakan mg/dL,na: 142
aktivitas sehari-hari mmol/L, K: 47
terhambat mmol/L, Cl: 108
- Klien mengatakan mmol/L )
rasa sakitnya - Cara berjalan
bertambah saat klien tidak tegap
beraktivitas yang (kifosis)
berat.
3. 21 April 2017 Klien mengatakan - Klien sangat Gangguan Resiko Cidera
10.00 WIB merasakan sakit berhati-hati mobilitas
pada punggung saat berjalan.
beraktivitas, apalagi - Hasil BMD T-
jika melakukan score -3.
kegiatan yang - Cara bejalan klien
sedikit berat rasa tidak tegap
sakit semakin (kifosis)
terasa.
Prioritas DIagnosa Keperawatan :
- Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
FORMAT IMPLEMENTASI
3.Ajarkan mobilisasi
sederhana dengan melakukan
pergerakan dengan latihan S : pasien mengatakan mengerti
selama kurang lebih 30menit dan paham mengenai latihan
dan selingi dengan istirahat fisik yang diajarkan
dengan berbaring selama 15 O : Pasien tampak lebih
menit semangat
4. Mengkolaborasikan
dengan ahli terapi fisik
1. Menciptakan lingkungan
3. 21 April Resiko yang bebas dari bahaya
2017 cidera • Tempatkan klien pada
12.20 berhubungan tempat tidur rendah. S : Klien mengatakan
WIB dengan lingkungan terasa nyaman
• Amati lantai yang
gangguan O : klien tampak lebih nyaman
membahayakan klien.
mobilitas S : klien mengatakan mengerti
• Berikan penerangan yang yang dijelaskan perawat
cukup O : klien tampak paham
• Tempatkan klien pada S : klien mengatakan mengerti
ruangan yang tertutup dengan mengangguk tentang
yang dijelaskan perawat
dan mudah untuk
O : klien tampak paham
diobservasi. S : klien mengatakan mengerti
yang dijelaskan perawat
2. Memberikan dukungan
O : klien tampak paham
ambulasi sesuai kebutuhan
3. Mengajarkan pentingnya
diet untuk mencegah
Osteoporosis
• Ajarkan diet yang
mengandung banyak
kalsium
• Ajarkan klien untuk
mengurangi atau berhenti
megkonsumsi rokok atau
kopi
• Ajarkan tentang efek
rokok terhadap
pemulihan tulang
P:
Lanjutkan intervensi
2. 21 April Gangguan S:
2017 mobilitas
- Klien mengatakan hanya mampu berjalan 30 menit tanpa
fisik
14.00 WIB berhubungan berhenti, klien tidak bisa mengangkat benda berat
dengan - klien mengatakan lebih mudah berjalan
kerusakan
integritas O:
struktur
klien tampak meringis ketika berjalan.
tulang
A:
P:
Lanjutkan intervensi
3. 21 April Resiko S:
2021 cidera
- Klien mengatakan lingkungan terasa nyaman
berhubungan
14.00 WIB dengan - Klien mengatakan mengerti yang dijelaskan perawat
gangguan
mobilitas O:
A:
P:
Lanjutkan interviensi