Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TERSTRUKTUR

FISIKA MEDIS

BIOLISTRIK
KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN DIDALAM TUBUH

NAMA KELOMPOK
EMILIA TRESNA ANUGRAH
FRIESCHA SEPTIANI
MARNI
YULIANTI RETNOSARI

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

BIOLISTRIK
Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada organ tubuh.
Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu : Kelistrikan dan
Kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan listrik dan magnet pada
permukaan tubuh manusia. Aktivitas organ dan berbagai sistem didalam tubuh manusia tidak
hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi juga bekerjasama dalam menanggapi perubahan
lingkungan, baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia
terdapat sistem koordinasi yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas
dan keserasian kerja antara sistem organ.
Sejarah perkembangan biolistrik yaitu Luigi Galavani (1780) mulai mempelajari
kelistrikan pada tubuh hewan kemudian pada tahun (1786) Luigi Galvani melaporkan hasil
eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat ketika diberi aliran listrik lewat suatu
konduktor. Pada tahun (1856)Caldani menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang telah
mati, dan pada tahun (1928) melaporkan tentang pengobatan penderita dengan menggunakan
short wave.
Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh salah satu
bagian sel yakni mitokondria dalam proses respirasi dengan kata lain biolistrik merupakan
segala yang berkaitan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh makhluk hidup.
Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan muatan-muatan, ionion yang terdapat dalam tubuh dan medan listrik yang diasilkan oleh ion-ion dan muatan
muatan tersebut serta tegangan yang dihasilkan.
Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh
sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau biopotensial.
Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel otot (muscle).
Tegangan yang terjadi pada sel, (selanjutnya disebut tegangan sel (cell potentials)), terus
menerus terjaga keberadaannya, dan untuk menjaganya, sejumlah besar energi dibutuhkan.
Jadi, energi yang disuplai ke dalam tubuh, sebanyak paling tidak 25% digunakan untuk
menjaga kehadiran tegangan pada sel.
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dariATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energiyang bernama
mitokondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan fenomena sel. Sel-sel
mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan lapisan tipis muatan positif pada

permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif pada permukaan dalam bidang
batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)menghantarkan isyarat biolistrik sangat
penting.Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries
yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer
neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruhtubuh seperti gelombang pada
permukaan air. Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang
beberapaelektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung
(Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya padaECG,
aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu.
Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, geger otak
dan kelainan otak lainnya.

Hukum-Hukum dalam Biolistrik


Ada beberapa hukum yang berkaitan dengan biolistrik antara lain sebagai berikut:
1. Hukum Ohm
Hukum Ohm disampaikan oleh George Simon Ohm (1826), yang isinya menyatakan
bahwa Beda potensial di anatar dua ujung konduktor berbanding lurus dengan
arus listrik yang melewatinya. Rumus hukum Ohm di atas melibatkan unsur yang
dengan beda potensial (tegangan), arus listrik dan hambatan (tahanan) listrik.

Gambar. Arus Listrik Pada Konduktor

Di dalam suatau penghantar listrik (konduktor), terdapat elektron-elektron


(partikel bermuatan negatif) bebas yang dapat bergerak. Gerakan ini berlawanan
arah dengan gerakan proton (partikel bermuatan positif). Dengan adanya gerakan
elektron dan proton inilah maka timbul gerakan muatan listrik yang disebut sebagai
arus listrik. Arus listrik berjalan searah dengan gerakan proton (berlawanan arah
dengan gerakan elektron).
Aliran listrik bisa terjadi karena adanya beda potensial (tegangan) listrik di anatara
dua ujung konduktor terseut. Arus mengalir dari ujung berpotensial tinggi ke ujung
berpotensial rendah.

Gambar. Analogi proses terjadinya arus listrik dengan proses terjadinya arus air.

Air mengalir dari tempat yang posisinya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah
sehingga terjadilah arus air. Bandingkan dengan muatan listrik yang mengalir dari
potensial tinggi ke potensial rendah sehingga terjadilah arus listrik. Pipa saluran air
analog dengan konduktor, jika pipa adalah penghantar untuk aliran air maka
konduktor listrik adalah penghantar untuk aliran listrik. Setiap saluran air atau setiap
konduktor listrik memiliki nilai hambatan yang tetap (konstan). Semakin besar
penampang saluran air atau konduktor maka hambatan terhadap perjalanan arus
semakin kecil (arus akan semakin lancar perjalanannya). Sebuah konduktor listrik
dari zat yang berbeda juga memiliki nilai hambatan yang spesifik yang disebut
sebagai hambatan jenis. Agar air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi, maka
air yang sudah jatuh di tempat yang lebih rendah dipompa kembali ke tempat yang
lebih tinggi. Demikian juga muatan listrik yang telah mengalir dari potensial tinggi
ke potensial rendah dikembalikan lagi kepotensial tinggi.

Adapun persamaan hukum Ohm yang digunakan sebagai berikut:


R

V
I

Di mana :

= Resistensi ()

= Arus (Ampere)

= Tegangan / Beda potensial (Volt)

2. Hukum Joule
Arus listrik melewati konduktor dengan perbedaan tegangan (V) dalam waktu
tertentu akan menimbulkan panas. Hukum ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H (Kalori)

Di mana :

V .I .T
J

= Tegangan (Volt)

= Arus (Ampere)

= Waktu (Sekon)

= Joule (0,293 kal)

Macam-Macam Gelombang Listrik


1. Arus bolak-balik/sinusoidal
2. Arus setengah gelombang
3. Arus searah penuh tapi masih mengandung rippler/desir
4. Arus searah murni
5. Faradik
6. Surged faradic/sentakan sinusoidal
7. Surged sinusoidal/sentakan sinusoidal
8. Galvanik yang interuptus
9. Arus gigi gergaji

Pompa natrium-kalium (Na-K)


merupakan proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada
saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam sel. Proses ini berlangsung secara
aktif, karena memerlukan energi (ATP) untuk terjadinya proses itu. Ion-ion lain yang
ditranspor secara aktif seperti kalsium, hidrogen, chloride, iodine, urate, sugar dan asam
amino (Guyton dan Hall, 2006). Komponen pompa Na+-K+ terdiri atas dua komponen carier
protein, masingmasing disebut subunit alpha dengan BM 100 KDa dan subunit betha dengan

BM 50 KDa. Subunit alpha mempunyai tiga tempat spesifik untuk berfungsinya pompa itu,
yaitu:
1. Tiga reseptor site untuk tempat berikatan ion sodium yang terletak disisi sebelah dalam
membran sel.
2. Dua reseptor site untuk tempat berikatan ion potasium (K) yang terletak disisi luar
membran sel.
3. Pada sisi dekat reseptor site ion sodium terdapat tempat aktivitas enzim ATPase.

Proses pompa akan berlangsung jika tiga ion sodium dan dua ion potasium berikatan
direseptor site, maka enzim ATPase akan aktif untuk menghasilkan energi dari ATP,
sehingga ion sodium akan dipompa keluar sel dan ion potasium akan masuk kedalam sel.
Tujuan dari pompa natrium-kalium adalah untuk mempertahankan konsentrasi ion sodium
dan potasium didalam dan diluar membran sel, dan untuk mencegah keadaan hiperosmolar di
dalam sel (Hartanto, 2007).
Tanpa fungsi dari pompa ini sel dalam tubuh akan bengkak dan meledak. Mekanisme
kontrol dari volume sel adalah sebagai berikut: di dalam sel terdapat sejumlah protein dan
molekul organik yang lain yang tidak dapat keluar dari sel. Substansia tersebut menyebabkan
muatan negatif didalam sel, yang akan menarik ion yang bermuatan positif seperti ion
sodium, potassium dan ion positif lainnya. Hal itu menyebabkan terjadinya proses osmosis
dalam sel sehingga jika tidak dikontrol dapat mengakibatkan sel bengkak dan meledak.
Pompa Na-K akam memompa tiga ion Na keluar sel dan memompa dua ion K
kedalam sel, dan membran sel kurang permiabel terhadap ion Na dibandingkan dengan ion K.
Adanya kelebihan satu ion Na diluar sel menyebabkan konsentrasi diluar sel lebih tinggi
sehingga terjadi proses osmosis keluar sel. Perpindahan ion ini juga berefek mengikat
molekul air. Pada beberapa tempat di dalam tubuh terutama bagian tubuh yang tersusun atas
lembaran sel terjadi proses transpor aktif, seperti :
1) epitel intestinal,
2) epitel tubulus renalis,
3) epitel glandulaeksokrin,
4) epitel kantung empedu,
5) pleksus choroid otak.

Keterangan:
1.Ion
2. Molekul
3. Makromolekul
4. Organel
5. Sel
6. Jaringan
7. Organ
8. Sistem Organ
9. Organisme
Gambar Organisme Kompleks
Sistem Syaraf dan Neuron
Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom.
a. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah serat-serat
yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis disebut saraf
afferensedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak dan medulla
spinalis ke otot serta kelenjar disebut serat efferen.
b. Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan kelenjar-kelenjar.
Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak berhubungan langsung dengan
medulla spinalis; keduanya diliputi cairan serebro spinalis dan dilindungi tulang
tengkorak serta tulang vertebralis (columna vertebralis). Berfat otak 1500 gram dan hanya
50 gram yang efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf di sebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf mempunyai fungsi
menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.

Kelistrikan Saraf
Dalam bidang neuroanatomi akan dibicarakan kecepatan impuls serat saraf ; serat saraf
yang berdiameter besar mempunyai kemampuan menghantar impuls lebih cepat dari pada
serat saraf yang berdiameter kecil. Kalau ditinjau besar kecilnya serat saraf maka serat saraf
dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu serat saraf tipe A, B dan C. Dengan mempergunakan

mikroskop elektron, serat saraf dibagi dalam dua tipe : serat saraf bermielin dan serat saraf
tanpa mielin.
Serfat saraf bermielin : banyak terdapat pada manusia. Mielin merupakan suatu insulator (
isolasi) yang baik dan kemampuan mengalir listrik sangat rendah. Potensial aksi makin
menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.

Perambatan Potensial Aksi


Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot mendapat
rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai kemampuan untuk
merangsang daerah sekitar sel membran untuk mencapai nilai ambang. Dengan demikian
dapat terjadi perambatan potensial aksi ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut
perambatan potensial aksi atau gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi. Proses
repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tinkat refrakter ada dua fase yaitu
periode refrakter absolut dan peiode refrakter relatif. Periode refrekter absolute Selama
periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk menghasilkan potensial aksi
yang lain. Periode refrekter relative Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya
maka dari periode refrekter absolut akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada
stimulasi/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi yang baru.

Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction


Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis; berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromnyal junction. Baik sinapsis maupun Neuromnyal
junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat
dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran
sel otot, oleh karena pada waktu terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan
trigger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi
repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami relaksasi.

Kelistrikan Otot Jantung


Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Pada saraf
maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat dilakukan ragsangan ionion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai nilai ambang akan timbul depolarisasi.
Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+ berlahan-lahan akan masuk kembali kedalam sel

dengan akibat terjadi gejala depolarisasi secara spontan sampai mencapai nilai ambang dan
terjadi potensial aksi tanpa memerlukanrangsangan dari luar.

Elektroda
Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan elektroda. Kegunaan dari
elektroda untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur elektron. Bahan yang dipakai
sebagai elektroda adalah perak dan tembaga. Apabila sebuah elektroda tembaga da sebuah
elektroda perak di celupkan dalam sebuah larutan misalnya larutan elektrolit seimbang cairan
badan/tubuh maka akan terjadi perbedaan potensial antara kedua elektroda itu.
Perbedaan potensial ini kira-kira sama dengan perbedaan antara potensial kontak kedua
logamtersebut disebut potensial offset elektroda. Macam- macam bentuk elektroda :
a. Elektroda Jarum (Mikro Elektroda)
Berbentuk konsentrik ( consentrik elektoda ). Elektroda berbentuk jarum ini dipergunakan
untuk mengukur aktivitas motor unit tunggal.
b. Elektroda Mikropipet
Elektroda ini dibuat dari pada gelas.
c. Elektroda Permukaan Kulit
Elektroda permukaan kulit terbuat dari metal/logam yang tahan karat, Misalnya perak,
nikel, atau alloy.

Isyarat Listrik Tubuh


Isyarat listrik ( elektrical signal ) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari tipe-tipe
sel tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif sangat berguna untuk
memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh. Yang termasuk dalam isyarat listrik tubuh
:
Elektromiografi (EMG) adalah teknik untuk mengevaluasi dan rekaman aktivitas listrik yang
dihasilkan oleh otot rangka. EMG dilakukan menggunakan alat yang disebut Electromyograph, untuk
menghasilkan rekaman yang disebut Elektromiogram. Sebuah. Electromyograph mendeteksi potensial
listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot ketika sel-sel ini elektrik atau neurologis diaktifkan. Sinyal
dapat dianalisis untuk mendeteksi kelainan medis, tingkat aktivasi, perintah rekrutmen atau untuk
menganalisa biomekanik gerakan manusia atau hewan.
Ada dua jenis EMG digunakan secara luas: EMG permukaan dan intramuskular (jarum dan
fine-kawat) EMG. Untuk melakukan EMG intramuskular, jarum elektroda atau jarum mengandung
dua elektroda-kawat halus dimasukkan melalui kulit ke dalam jaringan otot. Seorang yang sudah

terlatih atau profesional (seperti physiatrist, ahli saraf, atau terapis fisik) mengamati aktivitas listrik
ketika memasukkan elektroda. Kegiatan insersional memberikan informasi berharga tentang keadaan
otot dan saraf yang innervating. Otot normal saat kegiatan istirahat, sinyal-sinyal listrik normal ketika
jarum dimasukkan ke dalamnya. Kemudian aktivitas listrik dipelajari ketika otot yang diam. Aktivitas
spontan abnormal mungkin menunjukkan beberapa saraf atau kerusakan otot. Kemudian pasien
diminta untuk kontrak otot lancar. Bentuk, ukuran, dan frekuensi potensi unit motor yang dihasilkan
tentukan. Kemudian elektroda ditarik beberapa milimeter, dan sekali lagi kegiatan ini dianalisa
sampai setidaknya 10-20 unit telah dikumpulkan. Setiap lagu elektroda hanya memberikan gambaran
yang sangat lokal dari aktivitas seluruh otot. Karena otot berbeda dalam struktur batin, elektroda harus
ditempatkan pada berbagai lokasi untuk mendapatkan penelitian yang akurat.

Intramuscular EMG dapat dianggap terlalu invasif atau tidak perlu dalam beberapa
kasus. Sebaliknya, permukaan elektroda dapat digunakan untuk memantau gambaran umum
aktivasi otot, sebagai lawan kegiatan hanya beberapa serat seperti yang diamati menggunakan
EMG intramuskular. Teknik ini digunakan dalam beberapa jenis, misalnya, di klinik
fisioterapi, aktivasi otot dipantau menggunakan EMG permukaan dan pasien memiliki
stimulus auditori atau visual untuk membantu mereka tahu kapan mereka mengaktifkan otot
(biofeedback).
Sebuah unit motor didefinisikan sebagai satu neuron motor dan semua serat otot itu
innervates. Ketika kebakaran unit motor, dorongan (disebut potensial aksi) dilakukan
menuruni neuron motor ke otot. Daerah mana kontak saraf otot disebut sambungan
neuromuskuler, atau akhir pelat motor. Setelah potensial aksi ditransmisikan di persimpangan
neuromuskuler, suatu potensial aksi adalah elicited di semua serat otot diinervasi dari unit
motor tertentu. Jumlah dari semua aktivitas elektrik ini dikenal sebagai potensial aksi unit
motor (MUAP). Kegiatan ini elektropsikologi dari unit motor multiple sinyal biasanya
dievaluasi selama EMG sebuah. Komposisi unit motor, jumlah serat otot per unit motor, jenis
metabolisme dari serat otot dan berbagai faktor lainnya mempengaruhi bentuk potensi motor
unit di myogram tersebut.
Uji konduksi saraf juga sering dilakukan pada waktu yang sama sebagai EMG untuk
mendiagnosa penyakit saraf.Beberapa pasien dapat menemukan prosedur agak menyakitkan,
sedangkan yang lain hanya mengalami sedikit ketidaknyamanan ketika jarum dimasukkan.
Otot atau otot sedang diuji mungkin sedikit sakit untuk satu atau dua hari setelah prosedur.

Aktivitas Kelistrikan Otot Jantung


Sel membran otot jantung serupa dengan sel membran otot bergaris, yaitu mempunyai
kemampuan menuntun suatu perambatan potensial aksi/gelombang depolarisasi. Depolarisasi
membran otot jantung (miokardium) oleh perambatan potensial aksi dengan menghasilkan
kontraksi otot. Hanya saja ada 3 hal penting perbedaan antara sel otot jantung dengan sel otot
bergaris .
Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang dihantarkan sepanjang
membrane sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik, akibat adanyaimpuls listrik yang
dibangkitkan oleh jantung sendiri: suatu kemampuan yang disebutautorhytmicity. Sifat ini dimiliki
oleh sel khusus otot jantung. Terdapat dua jeniskhusus sel otot jantung, yaitu: sel kontraktil dan sel
otoritmik. Sel kontraktil melakukankerja mekanis, yaitu memompa dan sel otoritmik mengkhususkan
diri mencetuskan danmenghantarkan potensial aksi yang bertanggung jawab untuk kontraksi sel-sel
pekerja.Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang memiliki potensial membrane istirahatyang
mantap. Sel-sel khusus jantung tidak memiliki potensial membrane istirahat. Sel-selini
memperlihatkan aktivitas pacemaker (picu jantung), berupa depolarisasi lambatyang diikuti oleh
potensial aksi apabila potensial membrane tersebut mencapai ambangtetap. Dengan demikian,
timbulkah potensial aksi secara berkala yang akan menyebar keseluruh jantung dan menyebabkan
jantung berdenyut secara teratur tanpa adanyarangsangan melalui saraf.

Isyarat Magnet Jantung dan Otak


Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan magnet sekitar
jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami depolarisasi dan
repolarisasi. Pencatatan medan magnet disebut magnetoksdiogram. Besar medan magnet
sekita jantung adalah sekitar 51011 T ( Testa) atau sekitar 10108 medan megnet bumi.
Hubungan Testa (T) dengan Gauss dapat dinyatakan:
= 104 Gauss
Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan suatu ruang
yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan magnet (magnetometer). Detector
yang dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding Quantum Interference Device) yang bekerja
pada suhu 5 K, dan dapat mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus searah atau arus
bolak-balik. Ada 2 alat untuk mencatat medan magnet ini antara lain:
1.

Magnetokardiografi (MCG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang

didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan EKG.

Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman diberi kode B, D, F,
H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali dibubuhi huruf I dan ditandai
dengan angka (1, 3, 5, 9). Informasi yang diperlukan pada MKG tidak dapat dipakai sebagai
EKG oleh karena dalam pengukuran medan magnet mempergunakan arus searah yang
mengenai otot dan saraf. Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna dalam
diagnosis apabila dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena pada saat
ini dipergunakan arus listrik.
2.

Magnetoensefalogram (MEG)
MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling otak dengan mempergunakan arus

searah. Alat yang adalah SQUID magnetometer. Pada rithme alpha, medan magnet berkisar
11013 T

Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh


Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik berfrekwensi
rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula menggunakan listrik dengan
frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut Short Wave Diaththermy. Pada 1950
sudah diperkenalkan penggunaan gelombang mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk
keperluan diathermi dan pemakain radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di bagi dalam 2
bentuk:
1.

Listrik Berfrekuensi Rendah


Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini

mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk pemakain
dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot, maka dipakai arus
faradic. Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan merangsang otot yang telah
kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang intereptur/terputus-putus atau arus DC
yang telah dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus AC ini
serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang saraf sensorik,
merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.
2.

Listrik Berfrekuensi Tinggi


Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas 500.000 siklus

perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat merangsang saraf motoris
atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan dengan pengulangan yang lama. Frekuensi

sifat ini maka frekuensi tinggi digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian
yaitu:
a. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
Pada diatermi ini terdapat dua metoda yang dipakai untuk memperoleh gelombang
elektromagnetis agar masuk ke dalam badan. Dua metoda yang dimaksudkan adalah
metoda capacitance (metoda kondensor) dan metoda inductance (metoda induksi =
metoda kabel).
b. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)
Metoda capacitance/kondensor. Prinsip : elektroda dan diletakan pada masing-masing sisi
yang akan diobati dan dipisahkan dari kulit dengan bhan isolator. Apabila kedua
elektroda di aliri arus listrik maka akan tercipta medan listrik di antara kedua elektroda
tersebut. Substansi yang berada da dalam medan listrik akan mengalami vibrasi, elektrolit
mengalami dipole dan timbul panas. Panas yang timbul sesuai dengan rumus :

H= 0,24 ( hukum joule)


Ukuran dan jarak elektroda perlu diperhatiakn, syarat yang perlu diperhatikan bahwa
elektroda harus lebih besar dari pada struktur yang akan diobati dan jarak penempatan
elektroda harus sama terhadap kulit.Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini.

Gambar. Garis gaya listrik (medan listrik) cenderung menyebar. Struktur yang akan diobati
lebih besar dari elektroda.

Magnetik Blood Flow Water


Elektromagnetik merupakan alat untuk mengukur aliran darah. Ada beberapa jenis Blood
Flowmeter, tetapi yang paling banyak digunakan disini ialah dari jenis elektromagnetik. Prinsip dasar
dari tipe elektromagnetik ini didasari pada Hukum Faraday yang menyatakan bahwa dalam suatu
kawat penghantar yang berada pada medan magnet maka pada kawat penghantar tersebut akan
terinduksi ggl.
Besarnya tegangan induksi yaitu e = CHVd
Dimana C = kontan
H = Besarnya medan magnet
V = Kecepatan aliran darah
d = Diameter pembuluh darah

Gambar Rangkaian Alat Magnetic Blood Flow Meter

Desain dari Flow Transduser

Dalam prakteknya, bahan tranduser elektromagnetik (Wyatt,1984) terbuat dari bahan


nonmagnetik untuk memastikan agar fluks magnetik tidak melewati aliran dan jatuh ke dasar alat.
Bahan transduser terbuat dari material yang dapat menjaga dari short circuit dari induksi emf,
misalnya dari bahan stainless stell atau platinum. Penggunaan tranduser disesuaikan dengan ukuran
dari pembuluh darah. Menurut Wyatt (1966) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
konstruksi transduser, yaitu:
1. Inti Magnet
2. Isolasi berkualitas tinggi
3. Platinization dari elektroda untuk meminimalkan inpedansi elektrode
4. ketelitian dari elektrostatis yang dihasilkan oleh kumparan magnet dari rangkaian elektroda.
5. kontruksi dari kepala elektroda harus simetris dengan kumparan magnet.

Syok Listrik
Energi listrik menyebabkan kerusakan langsung pada jaringan tubuh, sehingga
menyebabkan asistol, fibrilasi ventrikel, atau apneu.Seperti diketahui bahwa penyebab
terbesar kematian karena sengatan listrik dilaporkan karena terpengaruhnya kerja jantung.
Sengatan listrik mengganggu sistem kelistrikan jantung dan merusak otot jantung. Jantung
pada keadaan normal memiliki sistem kelistrikan yang searah dari nodus sinus (pacemaker)
menuju serat purkinje untuk kemudian menyebar ke seluruh otot jantung yang berfungsi
untuk mengkontraksikan jantung guna memompa darah ke seluruh tubuh supaya kebutuhan
nutrisi terpenuhi untuk metabolisme sel-sel tubuh Adanya arus listrik yang melewati jantung
mempengaruhi konduksi listrik jantung yang semula ritmis dan searah. Aliran arus listrik
masuk melalui miokardium terutama di lapisan superfisial epikardium, menyeberang
endokardium dan memiliki pengaruh besar yang langsung pada sinsisium miokardium,
memungkinkan dislokasi nodus pacemaker dan sistem kelistrikan jantung terganggu. Efek
pada jantung karena sengatan listrik dapat dibagi menjadi :
1. Aritmia
Terjadinya fibrilasi tergantung pada lamanya paparan, dan berat badan. Fibrilasi
jantung merupakan penyebab kematian yang paling umum pada sengatan listrik. Dua
keadaan jantung yang dapat menyebabkan kematian akibat sengatan listrik, yaitu asistole
dan fibrilasi ventrikel. Asistole disebabkan oleh sengatan listrik bertegangan > 1000 Volt

dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu sekejap. Fibrilasi ventrikel disebabkan
oleh sengatan listrik bertegangan 65 1000 Volt dan menyebabkan kematian dalam waktu
beberapa detik (< 15 detik), tetapi lebih lambat dari kematian akibat asistole. Singkatnya
waktu terjadinya kematian ini menyebabkan tidak munculnya tanda-tanda asfiksia. Jika
aliran yang melewati dada sebesar 50 miliampere atau lebih, maka fibrilasi ventrikel yang
sangat fatal dapat terjadi meskipun aliran tersebut hanya terjadi beberapa detik. Arus
bolakbalik (AC) jauh lebih berbahaya daripada arus searah (DC) sehubungan dengan
timbulnya aritmia jantung.
Hentian jantung mendadak karena fibrilasi ventrikel lebih sering terjadi karena arus
AC dengan voltase rendah (30 200 mA), sedangkan asistol lebih sering terjadi karena
kejutan listrik dari arus DC atau AC dengan tegangan tinggi (lebih dari 5 A). Aritmia yang
berpotensi fatal sering disebabkan oleh arus yang bergerak horizontal dari tangan ke
tangan, arus yang bergerak secara vertikal (dari kepala ke kaki) biasanya menyebabkan
kerusakan myocardium. Aritmia yang paling sering terjadi adalah sinus takikardi dan
kontraksi ventrikular tetapi ventricular takikardi dan fibrilasi atrium dapat pula terjadi.
Kebanyakan aritmia terjadi langsung setelah kejutan listrik, tetapi yang tertunda dapat
terjadi (sampai 12 jam setelah kejadian).
2. Konduksi abnormal
Sinus bradikardi dan blok atrioventrikular dapat terjadi setelah kejutan lisrik. Luka
listrik akibat arus AC terlihat memiliki kecenderungan terhadap nodus SA dan AV.
Diperkirakan karena saluran ion nodus SA dan AV adalah bagian yang paling mudah
dirusak dan iskemia serta infark distribusi arteri koronaria kanan (yang terletak paling
dekat dengan permukaan jantung dan mensuplai kedua nodus) membuat nodus-nodus
mudah terkena arus listrik.
3. Kerusakan miokardium
Kerusakan disebabkan secara langsung oleh perubahan energi listrik menjadi energi
panas atau karena diinduksi oleh keadaan iskemik.

Anda mungkin juga menyukai