Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, bumi kita banyak mengalami kemajuan dan perubahan yang
berkesinambungan di segala sektor kehidupan. Perkara-perkara baru yang belum dikenal
oleh manusia sebelumnya banyak bermunculan. Bahkan, sebelumnya perkara tersebut
tidak pernah terbayang akan menjadi sebuah keniscayaan, kini menjadi kenyataan yang
tidak bisa dipungkiri lagi. Salah satu dari kemajuan dan perubahan itu, ialah lahirnya satu
penemuan baru yang disebut dengan kloning.
Perkembangan teknologi kloning saat ini telah memungkinkan dalam mengkloning
mamalia yang lebih kompleks, yaitu manusia. Saat ini diskusi tentang kloning manusia
atau rekayasa genetika manusia menjadi isu yang hangat kembali, baik di televisi
maupun radio di Amerika Serikat. Para ilmuwan berpendapat bahwa rekayasa genetika
membawa revolusi baru untuk membuat generasi manusia lebih
baik secara fisik di masa depan. Isu ini membangkitkan perdebatan bagi kalangan
tradisionalist dan gereja, sehingga mereka memberikan respons terhadap pencapaian
spektakuler ini.
Penulis tertarik memberikan tulisan ini mengingat betapa pentingnya isu ini,
meskipun isu ini tidak begitu hangat di Indonesia pada saat ini. Yang jelas perkembangan
teknologi maju secara pesat, seperti yang dikatakan oleh Lee Silver, biomolekuler dari
Universitas Princeton, anyone who thinks the technology will move slowly is being
naive.1 Perkembangan ini memberikan pengaruh yang cepat dan luar biasa bagi
manusia.
Sejak Dolly dihasilkan pada tahun 1997, para ilmuwan mulai mengarahkan diri
kembali pada rekayasa genetika manusia, karena mereka berpendapat bahwa paling tidak
kemajuan ini dapat memberikan sumbangsih dalam perkembangan dan kemajuan
manusia di masa depan. Seperti mimpi bukan? Jikalau kita melihat film-film imaginatif
Hollywood tentang manusia masa depan dan sepertinya, impian ini akan terbukti.
Ilmuwan berpendapat bahwa pencapaian ini akan membawa manfaat dalam hidup
manusia untuk memodifikasi struktur genetik dari penyimpangan genetik dalam diri
manusia, dan menghindari organ reproduksi bagi mereka yang tidak dapat memiliki anak
melalui cara tradisional.
Pada awal abad dua puluh satu, dunia digegerkan kembali oleh kloning manusia
pertama, yaitu bayi EVE. Namun, kloning manusia ini membuat banyak orang kuatir,

sehingga perbedaan pendapat, baik pro dan kontra yang mengatasnamakan sains, etika,
dan agama pun mencuat.
Semenjak diumumkannya keberhasilan proses kloning domba Dolly, reaksi dan
kritikan timbul di mana-mana. Saat ini reaksi dan kritikan itu semakin besar, karena
kloning kali ini berhubungan dengan manusia. Oleh karena itu, sangat naf rasanya jika
perkara baru ini hanya ditanggapi dan disambut dengan ekspresi kedahsyatan dan
penolakan saja, tanpa ada keinginan lebih jauh untuk mengetahui substansi perkara baru
tersebut. Untuk itulah, melalui uraian makalah ini penulis mencoba mengambil topik
kloning dalam berbagai perspektif untuk memaparkan pengertian kloning, sejarah
munculnya kloning.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kloning?
2. Apa saja jenis dan macam-macam kloning?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian kloning?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang hendak dicapai penulis dalam penyusunan makalah
ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian kloning.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dan macam-macam kloning.
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang ada pada kloning.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KLONING
Kloning berasal dari kata dasar Klon yang berasal dari bahasa Yunani kln yang
artinya tunas. Kloning adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan jasad
hidup tanpa fertilisasi, yaitu dengan cara mengambil sel gamet dari induk sehingga
didapat keturunan yang mempunyai susunan (jumlah dan gen) yang sama dan
kemungkinan besar mempunyai fenotipe yang sama.. Kloning dalam biologi adalah
proses menghasilkan individu-individu dari jenis yang sama (populasi) yang identik
secara genetik.
Kata klon memiliki dua pengertian:
1. Klon sel adalah sekelompok sel yang identik sifat-sifat genetiknya, semua berasal dari
satu sel
2. Klon gen atau molekuler, yaitu sekelompok salinan gen yang bersifat identik yang
direplikasi dari satu gen yang dimasukkan dalam sel inang Sehingga bisa kita
simpulkan bahwa kloning adalah proses reproduksi aseksual. Kloning bisa dilakukan
pada berbagai jenis makhluk hidup seperti bakteri, serangga, dan tumbuhan, termasuk
manusia. Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan cara
menggunakan sel tubuh sehingga hasil keturunanya mempunyai kode genetik yang
sama dengan induknya yang berupa manusia. Kloning pada tanaman dalam arti
melalui kultur sel mula-mula dilakukan pada tanaman wortel. Dalam hal ini sel akar
wortel dikultur, dan tiap selnya dapat tumbuh menjadi tanaman lengkap. Teknik ini
digunakan untuk membuat klon tanaman dalam perkebunan. Dari sebuah sel yang
mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk membelah dalam kultur, sampai
ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang sama,
sehingga tiap sel merupakan klon dari tanaman tersebut. Kloning pada hewan
dilakukan mula-mula pada hewan amfibi (kodok), dengan mengadakan transplantasi
nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi atau dihilangkan inti selnya. Sebagai
donor, digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata
donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih
dapat membentuk embrio normal.

C. TEHNIK KLONING
Sebelum masuk ke tehnik dalam proses kloning, lebih dahulu akan saya paparkan
mengenai proses kloning secara garis besar, proses kloning dapat dijelaskan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Mempersiapkan sel stem, yaitu sel awal yang diambil dari sel tubuh seorang manusia
yang hendak dikloning
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetik kemudian dipisahkan
dari sel
3. Mempersiapkan sel telur, yaitu suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan
kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur. Sel telur dipicu dengan kejutan
listrik supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua)
menjadi sel embrio.
5. Sel embrio yang terus membelah (blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan
siap diimplantasikan ke dalam rahim.
6. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan
sel stem donor.
Dari penjabaran diatas, ada 2 macam tehnik telah dilakukan oleh para ilmuwan
sebagai pembanding keberhasilan, mulai dari merubah inti sel yang didonorkan, hewan
yang dikloning, dan juga persentase keberhasilan. Kedua tehnik itu dikenal dengan nama
tehnik kloning Roslin dan tehnik kloning Honolulu
a) Tehnik Roslin
Tehnik ini diperkenalkan oleh Ian Wilmut dan Keith Campbell. Keduanya
memperkenalkan suatu metodeyang mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari
kedua sel, yakni sel donor dan sel telur. Tanpa singkronosasi siklus sel, maka inti tidak
akan berada pada suatu keadaan yang optimum untuk dapat diterima oleh embrio.
Mereka berdua melakukan percobaan ini pada seekor domba. Sel donor diambil dari
seekor domba berwarna putih (Finn dorset). Sel ini diambil dari kelenjar mammae
domba tersebut. Sedang sel penerima diambil dari sel telur yang sudah dihilangkan
intinya dari domba yang berwajah hitam (Scottish blackface). Setelah itu, diberi
kejutan listrik pada kedua sel yang telah digabungkan tadi dan ditanam di uterus
domba pemilik sel telur. Ketika domba hasil kloning ini lahir, domba ini memiliki ciriciri fisik yang sama dengan domba Finn dorset sebagai pendonor. Domba inilah yang
4

kita kenal dengan nama Domba Dolly. Hanya saja, Domba Dolly mengidap penyakit
kanker paru-paru dan arthritis, sehingga dia dibunuh dengan suntikan mematikan pada
14 Februari 2003. Umur Domba Dolly juga tidak sepanjang umur domba Finn dorset
yang mencapai sebelas hingga dua belas tahun

b) Teknik Honolulu
Tehnik ini diperkenalkan oleh Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi,
dua orang dari kelompok ilmuwan di Universitas Hawai. Jika tehnik dorset
menggunakan media domba, maka tehnik Honolulu ini menggunakan media tikus
sebagai bahan percobaan. Wakayama dan Yanagimachi menggunakan pendekatan
singkronisasi sel yang berbeda dengan seperti yang dilakukan Ian Wilmut. Wilmut
menggunakan sel mammae sebagai sel pendonor, sedangkan Yanagimachi dan
Wakayama menggunakan sel otak dan sel kumulus sebagai pendonor.Wakayama juga
tidak menambahkan kejutan listrik untuk menggabungkan sel pendonor dan sel
penerima. Setelah terbukti bahwa tehniknya dapat menghasilkan kloning yang hidup,
Wakayama juga membuat kloning dari kloning, dan membiarkan makhluk klon yang
asli untuk melahirkan secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki
kemampuan

reproduksi

secara

sempurna.

Pada

saat

dia

mengumumkan

keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima puluh kloning. Persentase


keberhasilan tehnik Wakayama juga jauh lebih besar dari tehnik roslin, yaitu berhasil

menghasilkan 3 klon dari seratus percobaan, bandingkan dengan tehnik roslin yang
menghasilkan 1 klon dari 277 percobaan.
B. SEJARAH KLONING.
Kloning sebagai prosedur perbanyakan non-seksual telah sukses dilakukan sejak
tahun 1952 oleh Briggs dan King, dan disempurnakan di Oxford oleh Sir John Gurdon
tahun 1962-1966.
Kloning dapat berupa klon sel, yaitu sekelompok sel yang identik sifat-sifat
genetiknya, semua berasal dari satu sel, dan klon gen atau molecular, yaitu sekelompok
salinan gen yang bersifat identik yang direplikasi dari satu gen yang dimasukkan ke
dalam sel inang.
1. Kloning sel
Kloning sel adalah teknik untuk menghasilkan salinan makhluk hidup dengan
menggunakan bahan genetis dari sel makhluk itu sendiri.
Dr Ian Wilmut dan rekannya dari Institute Roslin di Edinburgh, Inggris,
mengklon domba dari sel epitel ambing (sel payudara) seekor domba lainnya.Wilmut
pertama mengambil sel epitel ambing seekor domba jenis Finn Dorset berumur enam
tahun yang sedang hamil. Kemudian sel ambing itu dikultur dalam cawan petri
dengan sumber makanan yang terbatas. Karena kelaparan sel itu berhenti berkembang
atau mematikan aktivitas gennya.Sementara itu mereka juga mengambil sel telur yang
belum dibuahi dari seekor domba betina jenis Blackface. Inti sel telur yang bisa
membelah menjadi domba dewasa setelah dibuahi itu kemudian diambil, sekarang sel
telur itu kosong, hanya berisi organela dan plasma sel saja.
Selanjutnya dua sel itu didekatkan satu dengan lainya. Kejutan aliran listrik
membuat kedua sel itu bergabung seperti dua gelembung sabun. Kejutan aliran listrik
kedua meniru energi alami yang muncul ketika telur dibuahi oleh sperma, sehingga
sel telur dengan inti baru itu merasa telah dibuahi. Kejutan aliran listrik itu telah
mengubah sel telur dengan inti baru itu seakan-akan menjadi sel embrio. Kurang lebih
enam hari kemudian, sel embrio bohongan itu disuntikkan ke dalam rahim seekor
domba betina Blackface lainnya yang kemudian mengandung. Setelah mengandung
selama 148 hari induk domba titipan ini melahirkan Dolly, seekor domba lucu seberat
6,6 kilogram yang secara genetis persis dengan domba jenis Finn Dorset pemilik inti
sel ambing.
2. Sel Eukariotik

Secara taksonomi eukariotik dikelompokkan menjadi empat kingdom, masingmasing hewan (animalia), tumbuhan (plantae), jamur (fungi), dan protista, yang
terdiri atas alga dan protozoa. Salah satu ciri sel eukariotik adalah adanya organelorganel subseluler dengan fungsi-fungsi metabolisme yang telah terspesialisasi. Tiap
organel ini terbungkus dalam suatu membran. Sel eukariotik pada umumnya lebih
besar daripada sel prokariotik. Diameternya berkisar dari 10 hingga 100 m. Seperti
halnya sel prokariotik, sel eukariotik diselimuti oleh membran plasma. Pada
tumbuhan dan kebanyakan fungi serta protista terdapat juga dinding sel yang kuat di
sebelah luar membran plasma. Di dalam sitoplasma sel eukariotik selain terdapat
organel dan ribosom, juga dijumpai adanya serabut-serabut protein yang disebut
sitoskeleton. Serabut-serabut yang terutama berfungsi untuk mengatur bentuk dan
pergerakan sel ini terdiri atas mikrotubul (tersusun dari tubulin) dan mikrofilamen
(tersusun dari aktin).
C. JENIS-JENIS KLONING
1. Kloning DNA rekombinan
Kloning ini merupakan pemindahan sebagian rantai DNA yang diinginkan dari
suatu organisme pada satu element replikasi genetik, contohnya penyisipan DNA
dalam plasmid bakteri untuk mengklon satu gen. Kloning ini meliputi serangkaian
proses isolasi fragmen DNA spesifik dari genom suatu organisme, dimulai dari
penentuan sekuen DNA serta pembentukan molekul DNA rekombinan, dan ekspresi
gen target dalam sel inang. Penentuan sekuen DNA yang melalui sekuensing memiliki
tujuan untuk memastikan fragmen DNA yang kita isolasi adalah gen target sesuai
dengan kehendak kita. Gen target yang kita peroleh selanjutnya kita klon dalam
sebuah vektor (plasmid, phage atau cosmid) melalui teknologi DNA rekombinan yang
selanjutnya akan membentuk molekul DNA rekombinan. DNA rekombinan yang
dihasilkan kemudian ditransformasi ke dalam sel inang (biasanya sel bakteri, misalnya
strain E. coli) untuk diproduksi lebih banyak. Gen-Gen target yang ada di dalam sel
inang jika diekspresikan akan mengahasilkan produk gen yang kita inginkan.
Aplikasi kloning DNA rekombinan yang sudah pernah ada yaitu produksi insulin
dengan pendekatan kloning gen. Dimulai dari fragmen DNA spesifik penyandi insulin
diisolasikan dan diklon dalam suatu vektor hingga membentuk DNA rekombinan,
yang selanjutnya produksi insulin dilakukan di dalam sel inang bakteri E. coli.

2. Kloning Reproduktif
Kloning ini merupakan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan
yang sama, contohnya Dolly dengan suatu proses yang disebut SCNT (Somatic Cell
Nuclear Transfer). Pada tipe reproduktif, DNA yang berasal dari sel telur manusia atau
hewan dihilangkan dan diganti dengan DNA yang berasal dari sel somatik (kulit,
rambut, dan lain-lain) hewan atau menusia dewasa yang lain. Dengan suatu loncatan
listrik, inti sel hewan atau manusia yang telah diinjeksikan pada sel somatik tersebut
selanjutnya akan berkembang dan membelah. Selanjutnya, embrio hasil teknik ini
dimasukkan (diimplantasikan) dalam rahim hewan atau manusia yang memungkinkan
embrio berkembang menjadi hewan ataupun menjadi manusia baru. Meskipun teknik
kloning ini berpotesi menghasilkan individu hewan atau manusia yang identik dengan
hewan atau manusia pendonor DNA, teknik kloning ini juga berpotensi besar dalam
menghasilkan kelainan genetik yang berat pada individu hasil kloning.
3. Kloning Terapeutik
Kloning ini merupakan suatu kloning untuk memproduksi embrio manusia
sebagai bahan penelitian. Tujuan utama dari proses ini bukan untuk menciptakan
manusia baru, tetapi untuk mendapatkan sel batang yang dapat digunakan untuk
mempelajari perkembangan manusia dan penyembuhan penyakit.
Tujuan lain dari kloning ini ialah menghasilkan suatu stem cell (sel yang belum
terdiferensiasi) yang memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi organ-organ
tubuh atau jaringan untuk kepentingan penggantian organ atau jaringan yang rusak
pada manusia akibat suatu penyakit tertentu (penyakit degeneratif) tanpa adanya
penolakan respon kekebalan tubuh penerima. Secara umum prosedur yang dilakukan
pada teknologi transfer inti sel somatik (kloning terapeutik) terbagi atas tiga bagian,
8

yaitu: dimulai dari pembentukan embronik stem cells, pengkulturan sel tipe spesifik
yang murni, dan uji fisiolagis (uji efikasi dan uji keamanan). kloning ini memeiliki
beberapa tahap, diantaranya adalah sebagai berikut
a) Pembentukan Sel Stem Embrionik
Pada pembentukkan sel stem embrionik, langkah pertama yang dilakukan
ialah pengambilan inti sel dari sel telur. Hal yang sama juga dilakukan pada sel
somatik. DNA yang berasal dari sel somatik selanjutnya ditransfer ke dalam sel
telur yang sudah tidak memiliki inti sel. Melalui kejutan arus listrik, sel ini
dirangsang untuk membentuk pra-embrio. Dalam suatu persentase yang kecil, praembrio ini akan terbentuk. Selanjutnya, zona pelusida (lapisan tebal yang
mengelilingi blastosit) di hilangkan dengan menambahkan suatu zat kimia tertentu.
Massa sel bagian dalam dari blastosit selanjutnya di letakkan pada medium khusus
yang selanjutnya akan berkembang dan menghasilkan banyak sel stem.
b) Pengkulturan Sel Tipe Spesifik
Setelah diperoleh sel stem embrionik, setiap stem sel yang tumbuh dalam
cawan petri yang mengandung medium tertentu diambil dan di letakkan pada
cawan petri yang baru yang mengandung medium spesifik. Medium spesifik ini
mengandung suatu zat tertentu yang dapat merangsang sel stem tumbuh menjadi
jaringan atau organ tertentu. Teknologi transfer inti sel somatis (kloning
terapeutik), sangat erat kaitannya dengan permasalahan stem cell. Karena pada
hakikatnya tujuan dari teknologi transfer inti sel ini atau yang dikenal sebagai
therapeutic cloning ialah mendapatkan sekumpulan sel yang dapat berkembang
selanjutnya menjadi jaringan atau organ yang diinginkan (stem cell).

D. MACAM-MACAM KLONING
9

1. Kloning Pada Tumbuhan


Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu suatu teknik
untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian
tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi
aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman sempurna kembali.
Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang pertama
adalah teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya,
sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut. Yang kedua
adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel yang
memiliki potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi
suatu tanaman lengkap.
Dalam kultur jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi
tumbuhannya, yaitu :
1. Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, seperti pucuk adventif atau embrio
somatiknya
2. Eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Yang penting dalam eksplan ini adalah factor varietas, umur,
dan jenis kelaminnya. Bagian yang sering menjadi ekspan adalah pucuk muda,
kotiledon, embrio, dan sebagainya.
3. Media tumbuh, karena di dalam media tumbuh terkandung komposisi garam
anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media.
4. Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
zat ini adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam
kultur tertentu.
2. Kloning Pada hewan
Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan
dibentuk dari satu sel yang diambil dari organisme induknya dan secara genetika
membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan kloning ini adalah
duplikat yang persis sama baik dari segi sifat dan penampilannya seperti induknya,
dikarenakan adanya kesamaan DNA.
Di alam, sebenernya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual pada
beberapa jenis organisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar dalam satu
10

telur juga merupakan apa yang disebut dengan kloning. Dengan kemajuan
bioteknologi sekarang ini, bukan mustahil untuk menciptakan lebih lanjut mengenai
kloning pada hewan.
Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan tidak
berhasil selama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang diraih oleh
ilmuwan pada saat mereka berhasil mengkloning seekor kecebong dari sel embrio di
tubuh katak dewasa. Namun demikian, kecebong tersebut tidak pernah berhasil
tumbuh menjadi katak dewasa. Kemudian, dengan menggunakan nuclear trasnfer di
sel embrio, para ilmuwan mulai melakukan penelitian terhadap kloning hewan
mamalia. Tapi sekali lagi, hewan-hewan tersebut tidak pernah mencapai hidup yang
panjang.
Kloning pertama yang berhasil diujicobakan dan bisa bereproduksi adalah
seekor domba yang dinamakan Dolly. Dolly ditemukan oleh Ian Wilmut dan kawankawanya di Skotlandia pada tahun 1997. Tapi tidak sama dengan uji coba kloning
sebelumnya yang menggunakan sel embrio, kloning dolly menggunakan sel dari
domba dewasa. Karena sel domba dewasa ini dianggap sudah tua, maka, dolly pun
jadi berumur pendek, walau tidak sependek hewan lain hasil kloningan dengan
menggunakan sel embrio.
Sekarang ini, para ilmuwan sudah sukses mengkloning banyak hewan seperti
tikus, kucing, kuda, babi, anjing, rusa, dan sebagainya dari sel embrio maupun sel
non-embrio, tergantung dari tujuan pengkloningan tersebut. Jika, diharapkan hewan
hasil kloning yang bisa bereproduksi, maka digunakanlah sel non-embrio, sedangkan
jika diharapkan hewan kloning yang tidak harus bisa bereproduksi, maka digunakan
sel embrio.
Proses kloning hewan melalui tahap berikut, yaitu mengekstrak nukleus DNA
dari suatu sel embrio kemudian ditanamkan dalam sel telur yang sebelumnya intinya
sudah dihilangkan. Kadang-kadang proses ini distimulasi oleh manusia menggunakan
alat dan bahan-bahan kimia. Sel telur yang sudah dibuahi ini kemudian dimasukkan
kembali ke dalam tubuh sel hewan inangnya dan membentuk sifat yang identik.
Beberapa ilmuwan menjadikan hewan hasil kloningan yang tidak bisa
bereproduksi sebagai bahan pangan. Namun baru-baru ini, diberitakan bahwa hewan
hasil kloning, tidak layak untuk dikonsumsi sebagai makanan manusia walau belum
ada bukti pasti mengenai hal tersebut. Penelitian lebih lanjut mengenai hal ini masih
terus dilakukan.
11

3. Kloning Pada Manusia


Setelah sukses dengan teknologi kloning hewan menyusui, sekarang hanya
tinggal menunggu waktu, timbulnya kabar yang melaporkan lahirnya manusia hasil
kloning. Contohnya saja pada Eve, yang dikabarkan adalah bayi perempuan
pertama hasil kloning, namun kebenaran beritanya masih belum bisa dipastikan. Ada
lagi berita mengenai hasil kloning permintaan dari pasangan homoseksual dari
Belanda. Namun, bukti-bukti konkrit mengenai manusia hasil kloningannya sama
sekali tidak ada.
Beberapa sumber menyebutkan, para peneliti tersebut beralasan bahwa hal ini
menyangkut pribadi sekaligus melanggar privasi dari pendonor gen jika diberitakan
secara luas. Mungkin saja, penyembunyian berita-berita seperti ini dilakukan, karena
masih banyaknya kontroversi serta pro dan kontra yang terjadi di masyarakat
mengenai pengkloningan manusia yang dianggap melanggar kodrat alam dan tidak
sesuai dengan etika yang dianut dari agama.
Proses kloning pada manusia, sebenarnya tidak memiliki banyak perbedaan
dengan bayi tabung atau in vitro fertilization. Dalam proses ini, sperma sang suami
dicampur ke dalam telur sang istri dengan proses in vitro di dalam tabung kaca.
Setelah sperma tumbuh menjadi embrio, embrio tersebut ditanamkan kembali ke
dalam tubuh si ibu, atau perempuan lain yang menjadi ibu tumpang. Bayi yang lahir
secara biologis merupakan anak suami-istri tadi, walaupun dilahirkan dari rahim
perempuan lain.
Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut:
1. Mempersiapkan stem sel: suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel
tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
2. Sel stem diambil

inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian

dipisahkan dari sel.


3. Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan
kemudian intinya dipisahkan.
4. Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah
(hari kedua) menjadi sel embrio.
6. Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke
lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.

12

7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama
dengan sel stem donor.
E. KEUNTUNGAN KLONING
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Manfaat kloning terutama dalam rangka pengembangan biologi, khususnya
reproduksi-embriologi dan diferensiasi.
2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang
serupa tentu saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba,
kambing dan lain-lain. Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit
unggul, maka anggota klonnya pun akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat
unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi, jika dikombinasikan dengan teknik
transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot dimasukkan gen yang dikehendaki,
sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen tambahan yang lebih unggul.
3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi
Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit
genetika thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak
mempunyai anak. Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan
terlebih dahulu dibuat klon pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon
blastomer tersebut mengandung kelainan gen yang menjurus ke thalasemia mayor,
maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada blastomer yang lain, sebelum
dikembangkan menjadi blastosit.
Contoh lain adalah mengkultur sel pokok (stem cells) in vitro, membentuk organ
atau jaringan untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak.
4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis
infertilitas dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia
merupakan kondisis yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu bantuan
ialah menggunakan teknik fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF). Namun IVF
tidak dapat menolong semua pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak
dapat memproduksi sel telur atau seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma,
IVF tidak akan membantu.

13

Dalam hubungan ini, maka teknik kloning merupakan hal yang revolusioner
sebagai pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma
atau telur. Mereka hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil,
sudah memungkinkan mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau
istrinya.
F. KERUGIAN KLONING
1.

Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.

2.

Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.

3.

Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara. Seperti, hokum pernikahan, nasab,


nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ashabah, dan lain-lain.

4.

Memperlakukan manusia sebagai objek.


G. PANDANGAN TERHADAP KLONING
1. Kloning Gen Ditinjau Dari Hukum Agama
Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning,
sesungguhnya telah menyingkapkan sebuah hukum alam yang ditetapkan ALLAH
SWT pada sel-sel tubuh manusia dan hewan, karena proses kloning telah menyikap
fakta bahwa pada sel tubuh manusia dan hewan terdapat potensi menghasilkan
keturunan, jika intisel tubuh tersebut ditanamkan pada sel telur perempuan yang telah
dihilangkan inti selnya. Jadi sifat inti sel tubuh itu tak ubahnya seperti sel sperma lakilaki yang dapat membuahi sel telur peermpuan.
Pada hakikatnya islam sangat menghargai iptek. Oleh sebab itu islam terhadap
kloning tersebut tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat internasional.
Didalam islam berbeda antara hukum kloning binatang dan manusia.
Pada hukum kloning pada manusia, menurut buku fatawa muashiroh karangan
Yusuf Qurdhowy bahwa tidak diperbolehkanya kloning terhadap manusia. Atas
beberapa pertimbangan diantaranya:
1. Dengan kloning akan meniadakan keanekaragaman.
ALLAH SWT telah menciptakan alam ini dengan kaedah keanekaragaman.
Hal tersebut tertuang dalam Al-Quran surat fathir ayat 26 dan 27. Sedangkan
dengan kloning akan meniadakan keanekaragaman tersebut. Karena dengan
kloning secara tidak langsung menciptakan duplikat dari satu orang. Dan dengan
ini akan dapat merusak kehidupan manusia dan tatanan sosial dalam masyarakat,

14

efeknya sebagian telah kita ketahui dan sebagian lainnya kita ketahui di kemudian
hari.
2. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan).
Bagaimana dengan hubungan orang ang mengkloning dan hasil kloningan
tersebut,

apakah dihukumi sebagai duplikatnya

atau bapaknya

ataupun

kembarannya, dan ini adalah permasalahan yang kompleks. Kita akan kesulitan
dalam menentukan nasab hasil kloningan tersebut. Dan tidak menutup
kemungkinan kloning dapat digunakan untuk kejahatan, Siapa yang bisa menjamin
jikalau diperbolehkan kloning tidak akan ada satu negara yang mencetak ribuan
orang yang digunakan sebagai prajurit militer yang berfungsi menumpas negara
lain.
3. Dengan kloning akan mengilangkan Sunatullah (nikah).
ALLAH SWT telah menciptakan manusia, tamanan, binatang dengan
berpaang-pasangan. Surat Addariyat 46.. Anak-anak produk kloning tersebut
dihasilkan melalui cara yang tidak alami. Padahal justru cara alami itulah yang
telah ditetapkan ALLAH SWT untuk manusia dan dijadikan-Nya sebagai
sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunannya. ALLAH SWT
berfirman: dan Bawasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan lakilaki dan perempuan, dari air mani apabila dipancarkan. (QS. An Najm : 45-46).
4. Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak
hukum-hukum syara. Seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak, dan
kewajiban antar bapak dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman,
hubungan ashabah dan lain-lain. Disamping itu koning akan mencampur adukkan
dam menghilangkan nasab serta menyalahi fitra yang telah diciptakan ALLAH
SWT untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Kloning manusia
sesungguhnya merupakan perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan
struktur kehidupan masyarakat.
2. Kloning Ditinjau Dari Hukum Indonesia
Ketentuan pidana untuk pelaku upaya kehamilan diluar cara alami diatur dalam
pasal 82 ayat (2) a yang berbunyi: Melakukan upaya kehamilan diluar cara alami yang
tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
3. Pandangan Etika Terhadap kloning
Setelah dilaporkan tentang Dolly, seekor anak domba yang berhasil di klon dari
sel domba dewasa. Segera timbul pertanyaan di masyarakat terutama para ahli, apakah
nantinya manusia juga akan di klon? Sebab, teknologi ini dapat diterapkan pada
15

semua mamalia termasuk juga manusia. Tetapi dengan demikian munculah masalah
etika, yang didasari berbagai pertanyaan seperti apakah yang telah dilakukan dengan
hewan ini boleh dilakukan pada manusia? Sejauh manakah manusia dapat dan boleh
malangkah ke depan tanpa kehilangan kemanusiaanya?
Para ilmuwan berpendapat dan memiliki keyakinan yang besar akan hal ini
dapat membantu pasangan yang infertil yang tidak bisa dibantu dengan metode lain
untuk bisa mendapatkan keturunan. Dilihat dari tujuan kloning reproduktif yaitu
penciptaan manusia baru maka kloning manusia dapat dikatakan tidak etis karena
tentu saja hal ini melampaui kekuasaan Tuhan.
Dilihat dari tujuan kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan
kesehatan atau tujuan klinik. Penelitian yang berlangsung menyangkut diri manusia
harus bertujuan untuk menyempurnakan tata cara diagnostic, terapeutik dan
pencegahan serta pengetahuan tentang etiologi dan tatogenesis. Dan juga kloning
tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang dari pengembangannya untuk
tujuan ekonomi, militerisme dan tindakan-tindakan kriminal.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kloning berasal dari kata Clone yang diturunkan dari bahasa Yunani Klon
yang artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman. Kloning adalah
langkah penggandaan (pembuatan tiruan yang sama persis) dari suatu makhluk hidup
dengan menggunakan kode DNA makhluk tersebut.
Jenis-jenis Kloning.
16

1. Kloning DNA Rekombinan


2. Kloning Reproduktif
3. Kloning Terapeutik
Macam-Macam Kloning
1. Kloning pada tumbuhan
2. Kloning pada Hewan
3. Kloning pada manusia
Manfaat Kloning
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
2. Untuk mengembangkan dan memperbanyak bibit unggul
3. Untuk tujuan diagnostik dan terapi
4. Menolong atau menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan
Kerugian Kloning
1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.
2. Kloning pada perempuan saja tidak akan mempunyai ayah.
3. Menyulitkan pelaksanaan hokum-hukum syara.Seperti, hukum pernikahan, nasab,
nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ashabah, dan lain-lain.
4. Memperlakukan manusia sebagai objek.
B. SARAN
Orang yang melakukan kloning sebaiknya dilakukan oleh suami istri yang sah,
yang mana sama sekali tidak bisa memiliki keturunan. Dengan melakukan kloning
.Sebelum melakukan kloning sebaiknya pasangan suami istri mengkonsultasikannnya
dengan dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Cloning. http://www.scribd.com/doc/78318984/Cloning. (Diakses pada
tanggal 7 Oktober 2015).
Rangga.

2012.

Kloning

Pada

Hewan

Ternak

Dan

Keuntungannya/

http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/651076761/name/Kloning.pdf. (Diakses
pada tanggal 5 Oktober 2015).
Anonim. 2011. Kloning. http://id.wikipedia.org/wiki/Kloning. (Diakses pada tanggal 7
Oktober 2015).

17

Ida,

Rahma.

2012.

Pengertian

Kloning

Dan

Jenis-Jenis

Kloning.

http://kamusq.blogspot.com/2012/03/pengertian-kloning-dan-jenis-jenis.htm.
(Diakses pada tanggal 6 Oktober 2015).
Wati,

Bidah.

2012.

Cara-Cara

Kloning

Pada

http://www.masbied.com/search/cara-cara-kloning-pada-tumbuhan.

Tumbuhan.
(Diakses

pada tanggal 7 Oktober 2015).


Welis,

Fitria.

2013.

Kloning

Pada

Hewan

Dan

Manusia.

http://fitrianowelis.blogspot.co.id/2013/09/makalah-kloning.html. (Diakses pada


tanggal 7 Oktober 2015).

18

Anda mungkin juga menyukai