Disusun oleh :
Agnia Dwi Khasanah 1117101030
Aulia Lismaya 1117101031
Disya Dwi Lenggana 1117101036
Dizza Renaldy 1117101043
Rahma Anjani Khalid 1117101034
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah
dan karunia-Nya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penulisan paper hingga dapat tersusun dengan baik.
Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari berbagai
sumber e-book, jurnal, artikel dan media elektronik lainnya dengan harapan pembaca dapat
memahami tentang Kepemimpinan dan Motivasi dalam sebuah organisasi atau perusahaan.
Penulis menyadari bahwa paper ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
penyempurnaan paper ini. Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca.
Terima kasih.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Rivai dan Mulyadi (2011:2), menyatakan bahwa kepemimpinan secara luas meliputi
proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para
pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara
hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-
orang di luar kelompok atau organisasi.
1
dasarnya kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai aturan bekerja. Selain kepemimpinan dari
seorang pemimpin untuk memberikan arahan kepada bawahan, hal penting lainnya adalah
motivasi yang menjadi pendorong atau yang menggerakan pegawai, supaya dapat bekerja
sama secara produktif dan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi bukan saja
mengharapkan pegawai mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau
bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan
kecakapan pegawai tidak berarti bagi perusahaan jika mereka tidak bekerja dengan baik.
Kecanggihan peralatan yang didukung pegawai yang terampil dan berkualitas memberi
manfaat yang besar bagi organisasi sesuai tuntutan perkembangan keadaan.
Motivasi adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada di dalam diri manusia
yang mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-
tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya. Motivasi berasal dari bahasa latin, Mavere
yang artinya dorongan, keinginan-keinginan, penggerak rangsangan atau impuls dalam diri
seseorang yang menimbulkan perilaku (Hasibuan, 2005: 216). Robbins (2002: 55)
menjelaskan bahwa motivasi kerja adalah keinginan untuk melakukan sesuatu sebagai
kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi,
yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual.
Motivasi kerja menurut Hasibuan (2005: 216) adalah pemberian daya gerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi bekerja tidak
hanya berwujud kebutuhan ekonomis yang bersifat materil saja, akan tetapi bisa juga
2
berwujud penghargaan dari lingkungan, prestise dan status sosial, yang semuanya
berbentuk ganjaran sosial yang imateril sifatnya. Tidak selalu motif uang itu menjadi motif
primer bagi orang yang bekerja. Kebanggaan akan hasil karya sendiri, interest atau minat
yang besar terhadap pekerjaan, merupakan insentif kuat untuk mencintai suatu pekerjaan
(Rivai, 2003). [4]
3
BAB 2
ISI
4
Dari pengertian para ahli di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, kepemimpinan
adalah kemampuan atau kecakapan mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk lebih
unggul daripada yang lainnya sehingga sasaran atau tujuan yang dicita-citakan dapat
tercapai.
Ada dua macam pemimpin yaitu Pemimpin Formal dan Pemimpin Informal.
Soerjono Soekanto (2001: 318) menyatakan bahwa kepemimpinan ada yang bersifat resmi
(formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula
kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk
menjalankan kepemimpinan.
Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi atau lembaga tertentu ditunjuk
sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu
jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban, untuk mencapai
sasaran organisasi. Ciri-ciri pemimpin formal sebagai berikut
a. Berstatus sebagai pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas dasar
legalitas formal oleh penunjukkan pihak yang berwewenang (ada legitimitas)
b. Sebelum pengangkatannya, dia harus memenuhi beberapa persyaratan formal
terlebih dahulu
c. Ia diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas kewajibannya.
Karena itu dia selalu memiliki atasan atau superiors
d. Dia mendapatkan balas jasa materiil dan immateriil tertentu, serta (emolumen)
keuntungan ekstra, penghasilan sampingan lainnya
e. Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal, dan dapat dimutasikan
f. Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan, dia akan dikenai sanksi dan hukuman
g. Selama menjabat kepemimpinan, dia diberi kekuasaan dan wewenang, antara lain
untuk: menentukan policy, memberikan motivasi kerja kepada bawahan,
menggariskan pedoman dan petunjuk, mengalokasikan jabatan dan penempatan
bawahannya; melakukan komunikasi, mengadakan supervisi dan kontrol,
menetapkan sasaran organisasi, dan mengambil keputusan-keputusan penting
lainnya.
5
Kartini Kartono (2006: 11) menyatakan bahwa pemimpin informal ialah, orang
yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena memiliki
sejumlah kualitas unggul, maka mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Ciri-ciri
pemimpin informal antara lain sebagai berikut
a. Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai pemimpin
b. Kelompok rakyat atau masyarakat menunjukkan dirinya, dan mengakuinya sebagai
pemimpin. Status kepemimpinannya berlangsung selama kelompok yang
bersangkutan masih mau mengakui dan menerima pribadinya.
c. Dia tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi formal dalam menjalankan
tugas kepemimpinannya.
d. Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa, atau imbalan jasa itu diberikan
secara sukarela.
e. Tidak dapat dimutasikan, tidak pernah mencapai promos, dan tidak memiliki atasan.
Dia tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu.
f. Apabila dia melakukan kesalahan, dia tidak dapat hukuman; hanya saja respek
orang terhadap dirinya jadi berkurang, pribadinya tidak diakui, atau dia ditinggalkan
oleh masanya. [3]
2.2 Tugas Pemimpin
Menurut Soerjono Soekanto (2001: 326), secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang
pemimpin sebagai berikut
a. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi
pengikut-pengikutnya (Analitis dan Konseptual). Dengan adanya kerangka pokok
tersebut, maka dapat disusun suatu skala prioritas mengenai keputusan-keputusan
yang perlu diambil untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi (yang
sifatnya potensial atau nyata)
b. Mengawasi, mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang
dipimpinnya.
6
c. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang dipimpin.
d. Pemimpin bekerja sama dengan orang lain
e. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas)
f. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas.[3]
2.3 Syarat-syarat menjadi seorang Pemimpin
7
h. Agni-brata, yaitu sifat memberikan semangat kepada anak buah. [3]
Menurut Sunindhia (1993) menjelakan bahwa pemimpin harus memiliki sifat dan
syarat yaitu:
8
b. Power (Kekuatan)
kemampuan untuk secara konsisten menampilkan kinerja yang hampir sempurna
dalam aktivitas tertentu.
c. Hedonism (Hedonisme/Kebahagiaan)
arti dan tujuan hidup, target keseluruhan dan akhir dari keberadaan manusia.
d. Altruistic (Altruistik/Kesejahteraan)
sesuatu yang utuh, meliputi kelayakan kompensasi finansial dan kelayakan
kehidupan. Kesejahteraan juga soal perlakuan. kesejahteraan juga soal membangun
lingkungan kerja yang layak.
e. Affiliation (Afiliasi/Hubungan)
jaringan sosial yg terwujud karena adanya interaksi antara individu tertentu.
f. Tradition (Tradisi)
sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan
suatu kelompokmasyarakat, biasanya dari suatu negara,kebudayaan, waktu, atau
agama yang sama.
g. Security (Keamanan)
keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan dengan hubungan kepada
kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain.
h. Commerce (Perdagangan)
kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan
kesepakatan bersama bukan pemaksaan.
i. Aesthetic (Estetika)
merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana
supaya dapat merasakannya.
j. Science (Ilmu)
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
9
Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola
bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para
anggota organisasi bawahannya (Nawawi, 2003:115).
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa
untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki
bawahannya sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan.
Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya,
karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuannya (Waridin danBambang Guritno, 2005). Menurut Tjiptono (2006:161)
gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi
dengan bawahannya. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).
10
Dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan jabatan
Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan
Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahannya
3. Tipe pemimpin yang paternalistik
Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa
Bersikap terlalu melindungi
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif
Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasi
Sering bersikap mau tahu
4. Tipe pemimpin yang kharismatik
Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas
Mengkomunikasikan visi itu secara efektif
Mendemontrasikan konsistensi dan focus
Mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya
5. Tipe pemimpin yang demokratik
Ia senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan
Selalu berusaha mengutamakan kerjasama tim dalam usaha mencapai tujuan
Selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya
Selalu berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
11
a. Visi dan artikulasi. memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang berharap
masa depan lebih baik dari pada status quo, dan mampu mengklarifikasi pentingnya
visi yang dapat dipahami orang lain.
b. Resiko personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh resiko personal tinggi,
menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala
lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan.
d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif (sangat
pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif terhadap kebutuhan dan
perasaan mereka. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat
dalam perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
2. Gaya kepemimpinan transaksional
12
para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah
lama dengan cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan
mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran
kelompok. Ada empat karakteristik pemimpin transformasional:
a. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan, meraih
penghormatan dan kepercayaan
b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan symbol untuk
memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara sederhana
c. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah
secara hati-hati
d. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani karyawan secara
pribadi, melatih dan menasehati
4. Gaya kepemimpinan visioner
13
BAB 3
Nama lengkapnya adalah Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie. Ia
dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau merupakan
anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti
Marini Puspowardojo.
Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini
dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Masa kecil Habibie
dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang
pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak.
Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas
ketika masih menduduki sekolah dasar, namun ia harus kehilangan bapaknya yang
meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia sedang
shalat Isya.
Tak lama setelah ayahnya meninggal, Ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya
dan pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang
membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie.
14
Karena kemauan untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments
Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam
pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Karena kecerdasannya, Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB
(Institut Teknologi Bandung), Ia tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan
beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di
Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya penguasaan Teknologi
yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara dikala
Indonesia pada waktu itu masih berkembang.
Pada waktu itu pemerintah Indonesia dibawah Soekarno gencar membiayai ratusan siswa
cerdas Indonesia untuk bersekolah di luar negeri menimba ilmu disana. Habibie adalah
rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai
negara. Habibie kemudian memilih jurusan Teknik Penerbangan dengan spesialisasi
Konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule (RWTH).
Pendidikan yang ditempuah Habibie diluar negeri bukanlah pendidikan kursus kilat tapi
sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek. Sejak awal Habibie hanya tertarik dengan
‘how to build commercial aircraft’ bagi rakyat Indonesia yang menjadi ide Soekarno ketika
itu. Dari situlah muncul perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya
adalah IPTN.
15
Ketika sampai di Jerman, Habibie sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan
harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan
kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99%
mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang
memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain.
Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan
ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan
disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih
banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan
uang tanpa mengikuti ujian.
Beliau mendapat gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960
dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, Dengan gelar insinyur,
beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman.
Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk
mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar.
Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba
mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan
pada wagon dan akhirnya berhasil.
16
Setelah itu beliau kemudian melanjutkan studinya untuk gelar Doktor di Technische
Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen kemudian Habibie menikah pada
tahun 1962 dengan Hasri Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya
makin keras, di pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat
kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada malam
hari dan belajar untuk kuliahnya.
Istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie harus mengantri di tempat pencucian umum untuk
mencuci baju untuk menghemat kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie
mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (Sangat sempurna)
dengan nilai rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen
Aachen.
Rumus yang di temukan oleh Habibie dinamai "Faktor Habibie" karena bisa menghitung
keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang
sehingga ia di juluki sebagai "Mr. Crack". Pada tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan
(Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung. Dari tempat yang sama tahun 1965.
Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di
antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa
Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish
Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de
l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).
17
Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward
Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di
dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung
(ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.
Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor
konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude.
Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum
memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
B.J Habibie Kembali Ke Indonesia dan Membuat Pesawat Buatan Indonesia Pertama
18
Pesawat N250 rancangan Habibie kala itu bukan sebuat pesawat yang dibuat asal-asalan.
Didesain sedemikian rupa oleh Habibie, Pesawat N250 ciptaannya sudah terbang tanpa
mengalami ‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan,
teknologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan Habibie untuk 30 tahun kedepan.
Habibie memerlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal. Pesawat N250 Gatot
Kaca merupakan satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi
‘Fly by Wire'.
Pesawat N250 Gatot Kaca sudah terbang 900 jam menurut Habibie dan selangkah lagi
masuk program sertifikasi FAA (Federal Aviation Administration). PT IPTN bahkan
membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara
itu, meskipun pada waktu itu banyak yang memandang remeh pesawat buatan Indonesia itu
termasuk sebagian kalangan di dalam negeri.
Saat IPTN dibawah komando Habibie sudah mulai berjaya dan mempekerjakan 16.000
orang, Tiba-tiba Presiden Soeharto memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan
industri strategis lainnya. Hal ini dilakukan ketika badai krisis moneter melanda indonesia
antara tahun 1996-1998.
19
REFERENSI :
[1] https://media.neliti.com/media/publications/2747-ID-pengaruh-kepemimpinan-
motivasi-kondisi-kerja-dan-disiplin-terhadap-kinerja-pegaw.pdf
[2] https://media.neliti.com/media/publications/89599-ID-none.pdf
[3] http://eprints.uny.ac.id/7776/3/BAB2%20-%2008108244079.pdf
[4]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27075/Chapter%20II.pdf;jsessionid
=4DF2C916C20D08E4B0DE0B17888BC643?sequence=4
[5] http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-bj-habibie.html
[6]
[7]
20