Disusun oleh :
Ketua Peneliti
Dela Arnelia (201211760)
Anggota Peneliti
Khalda Salsabila Rahmah (211211907)
Nessy Afriyanti (211211915)
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan literature review ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga
tercurah kepada suri tauladan terbaik bagi seluruh alam yaitu Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Literature review ini merupakan
karya tulis ilmiah yang dibuat mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang dalam mengikuti kegiatan Indonesian Nursing
Student Competition (INSCO-1) Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI).
iii
Semoga Allah SWT senantiasa dan mencatat semua bantuan yang diberikan kepada
penulis sebagai amal kebaikan.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
ABSTRAK
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi anak. Pemerintah mengharapkan angka stunting pada tahun 2024 turun menjadi 14%.
Literatur review ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan stunting dengan
komplementer keperawatan sebagai strategi perawat dalam menuntaskan angka stunting
pada balita melalui intervensi pemberian fortifikasi makanan. Desain penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (literature review). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder.
Sumber data dalam penelitian literatur review ini diperoleh melalui situs pencarian jurnal
terpercaya yaitu Google Scholar, ProQuest, Sage Journal dan Pubmed dari tahun 2018
sampai tahun 2022. Analisis data disajikan dalam tabel yang terdiri dari judul, penulis,
tahun, sampel, metodologi, dan hasil. Penuntasan stunting pada balita dilakukan melalui
komplementer keperawatan berupa fortifikasi makanan dari bahan-bahan alami seperti
Tepung Daun Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa), Tepung Daun Kelor (Moringa
Oleifera), Tepung Labu Kuning (Cubitha) dan Tepung Dadih (Tepung Susu Kerbau).
Fortifikasi atau pengayaan zat gizi mampu mencegah stunting pada balita. Pemberian
fortifikasi makanan dimulai sejak anak usia 6-8 bulan. Berdasarkan hasil penelitian ada
hubungan Komplementer Keperawatan dengan penuntasan stunting pada balita. Hal ini
dapat menjadi salah satu strategi perawat dalam menciptakan Indonesia bebas stunting.
ix
ABSTRACT
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
dengan ketahanan pangan. Rumah tangga dengan ketahanan pangan yang tinggi
kemungkinan memiliki status gizi yang baik (Arlius, Sudargo, & Subejo, 2017).
Pemenuhan gizi pada anak di 1000 HPK menjadi sangat penting, sebab
jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada perkembangan
anak akan bersifat permanen. Perubahan permanen inilah yang menimbulkan
masalah jangka panjang seperti stunting (P2PTM Kemenkes RI, 2018).
Dikarenakan program peningkatan bahan pangan dan gizi belum sepenuhnya
tercapai sehingga perlu di lakukan cara lain untuk mencapai program
peningkatan bahan pangan dan gizi yang baik untuk balita dan wanita usia sibur.
Salah satu caranya yaitu dengan Terapi Komplementer. Terapi komplementer
adalah sebuah kelompok dari macam-macam sistem pengobatan dan perawatan
kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari
pengobatan konvensional (Fatimah, 2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka penulis
dapat mengambil suatu rumusan yaitu “Apa saja Strategi Perawat Terhadap
Penuntasan Stunting dengan Terapi Komplementer?”
C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan literature review ini adalah untuk mengetahui
apa saja Strategi Perawat Terhadap Penuntasan Stunting dengan Terapi
Komplementer.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan literature review ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan ataupun
sebagai bahan pembelajaran dalam bidang kesehatan khususnya di jurusan
keperawatan tentang strategi penuntasan stunting dengan terapi
komplementer.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah referensi dan wawasan peneliti dalam
menetapkan strategi penuntasan stunting dengan terapi komplementer.
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan ibu mengenai wawasan tentang terapi
komplementer yang dapat dijadikan strategi dalam penuntasan stunting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting
1. Pengertian
Stunting merupakan suatu keadaan dimana anak terlalu pendek
sesuai usianya karena mengalami kegagalan pertumbuhan yang disebabkan
oleh buruknya gizi dan kesehatan anak sebelum dan sesudah kelahiran.
Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan menurut usia dibawah -2 standar
deviasi sesuai kurva pertumbuhan (UNICEF, 2020).
Masyarakat awam tidak mempersalahkan kondisi tubuh anak yang
pendek karena sering disebut sebagai faktor genetik dari kedua orang
tuanya, padahal faktor genetik tersebut merupakan faktor determinan
kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibanding dengan faktor
perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan
kesehatan (Agus Setiawan, 2021).
5
6
h. Infeksi
Infeksi klinis dan subklinis, seperti infeksi pada usus, diare,
environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi pernafasan, malaria,
peradangan dan nafsu makan yang kurang akibat infeksi.
gizi buruk anak, penyakit anak, dll, sedangkan faktor lingkungan berasal
dari kesehatan keluarga dan faktor sosial ekonomi. Dalam mengatasi
stunting, pemerintah telah menerapkan dua strategi yaitu intervensi spesifik
dan intervensi sensitif. Kedua strategi tersebut antara lain program
intervensi gizi, promosi makanan pendamping ASI, pengayaan darah ibu
hamil, senam gizi seimbang, pengelolaan gizi buruk dan gizi buruk,
pemberian suplemen, Pendidikan ibu dan keluarga terkait dengan
keterlambatan perkembangan
4. Karakteristik Stunting
Stunting adalah suatu keadaan yang menggambarkan keadaan
kurang gizi yang biasanya berlangsung dalam waktu yang lama dan
memerlukan masa pemulihan yang lebih lama bagi anak yang mengalami
gangguan tumbuh kembang untuk pulih kembali. Keterlambatan
perkembangan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan keterlambatan perkembangan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan memiliki aktivitas motorik yang rendah,
perkembangan motorik dan intelektual yang tertunda, dan kinerja kognitif
yang tertunda (Beal et al, 2018). Keterlambatan tumbuh kembang seorang
anak bisa sangat berbahaya jika terjadi pada masa tumbuh kembangnya
masa keemasan atau Golden Periode, pada masa itu anak sedang mengalami
pertumbuhan yang pesat yang akan menjadi bekal ketika mencapai usia
remaja dan dewasa.
Karakteristik stunting yang paling mudah diidentifikasi yaitu
kurangnya tinggi badan. namun, tinggi badan tidak selalu menandakan
masalah stunting. indikasi lain yang mendukung diantaranya anak yang
menderita stunting lebih apatis, anak penderita stunting tidak bisa
mempertahankan kontak mata yang merupakan dampak gangguan motorik
dan psikomotorik. dan Bila dilakukan tes memori, kemampuan mengingat
anak penderita stunting akan rendah, bahkan anak penderita stunting saat
beranjak dewasa, umumnya mereka mengalami keterlambatan pubertas Jika
dibandingkan dengan teman seusianya (Universitas Airlangga, 2021).
9
B. Terapi Komplementer
1. Pengertian
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang
konvensional (Putri & Amalia, 2019).
Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional (WHO, 2020).
d. Terapi Energi
1) Terapi Sinar (Light Therapy)
2) Healing Touch
3) Reiki
4) Akupresur
5) Refleksologi
C. Peran Perawat
Adapun peran perawat dalam mencegah stunting dengan terapi komplementer
(Hermawan, 2021; Widyatuti, 2008) antara lain :
1. Advokat
Peran ini dilakukan oleh perawat, membantu ibu dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai atau informasi lain dari pemberi pelayanan,
terutama dalam menyetujui tindakan asuhan yang diberikan kepada pasien,
dan juga dapat berperan dalam menegakkan dan melindungi hak-hak pasien,
termasuk yang paling baik. Selain itu dapat memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk
perawatan alternatif.
2. Edukator
Peran ini dipenuhi dengan membantu ibu meningkatkan
pengetahuan kesehatan dan gizi untuk mencegah stunting sebelum dan
11
Pencarian Literatur
Identification
12
13
yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini.
b. Sage Journal dan ProQuest. Untuk menemukan jurnal penelitian online
lainnya peneliti mengubah kata kunci menjadi privent stunting with
complementary , dalam waktu pencarian tahun 2021 dan ditemukan 5.142
jurnal penelitian online di Sage Journal. Dan Kemudian pada ProQuest
peneliti mengubah kata kunci menjadi supplement food, dan ditemukan
4.687 jurnal penelitian online. Kemudian dari 5.142 dan 4.687 jurnal
penelitian online tersebut peneliti membaca melalui abstrak untuk
memastikan jurnal tersebut sesuai dengan kriteria inklusi. Setelah membaca
abstrak peneliti hanya memilih 1 jurnal penelitian online di Indonesia.
Jurnal penelitian online yang tidak terpilih adalah jurnal penelitian online
yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. Literature review Penggunaan Terapi Komplementer dalam Pencegahan Stunting
No.
1 2 3 4 5
Artikel
Hibiscus sabdariffa Is instant porridge with a Penerapan Self Efficacy Efektivitas penambahan Development of dadih
Meal Meningkatkan high calcium content Dan Pemanfaatan Biskuit daun kelor pada nugget powder as a
Status Zat Besi Wanita based on Moringa oleifera Labu Kuning Sebagai cumi-cumi untuk complementary food to
Usia Subur dan as an alternative baby food Makanan Tambahan pencegahan stunting di prevent children from
Mencegah Stunting di to prevent stunting in Terhadap Pencegahan desa padang kecamatan stunting in West
Balita mereka di Ghana Indonesia? Stunting Pada Gold manggeng Sumatra, Indonesia.
Judul Utara. Period Di Siosar
Clement Kubreziga Septa Katmawanti, Astaria Br Ginting, Syahfitri Desi Susanti. H. Helmizar, IS Surono,
Kubuga, Hyokyoung Supriyadi, Fariha Mariroh. Juliana Munthe, Lidya IA Saufani
Grace Hong dan Won T Natalia Br Sinuhaji,
Peneliti O. Song. Anisatulaila, Elisabet
Yovanika Pasaribu.
15
16
Metode komunitas ini (uji mengembangkan bubur 6 bulan yang akan penggerak PKK sebagai Teknik transformasi
dan klinis.gov ID: instan dengan tiga diintervensi dengan panelis panelis sebanyak yang digunakan adalah
desain NCT03754998) formula. Setiap formula pemberian 4 buah biskuit 20 orang. Penelitian ini metode penyimpanan
penelitian direncanakan dalam terdiri dari tepung daun labu kuning per hari menggunakan rancangan untuk mempertahankan
desain kuasi- kelor (5,6 dan 7 gram dengan model bantuan acak kelompok (RAK) 2 probioti
eksperimental dengan masing-masing) (Omnibus Tests of Model faktor yaitu jumlah cumi-
fokus utama menilai dikombinasikan dengan Coefficients). cumi dan jumlah daun
dan meningkatkan 30 gram bubuk oatmeal, kelor.
status zat besi diad, 40 gram susu formula
ditentukan oleh bubuk, 10 gram gula
hemoglobin dan sTfR. halus, dan 5 gram tepung
pisang
Hasil penelitian Berdasarkan uji Penelitian dengan Hasil penelitian terbaik Pada tahap awal,
menunjukkan bahwa organoleptic, Formula 3 Pengujian Simultan berdasarkan parameter pengukuran
mengkonsumsi tepung (dibuat dengan 5 gram (Omnibus Tests of adalah formulasi A1 (10 antropometri dilakukan
daun hibiscuss tepung daun kelor) Model Coefficients) gram daun kelor dan 100 pada 126 anak yang
sabdariffa (HSM, 1,71 ditemukan sebagai yang Penerapan Self-efficacy gram cumi - cumi) ditindaklanjuti sejak
mg FE / 100 g terbaik panel evaluasi dan Pemanfaatan Labu dengan karakteristik rasa lahir, yang ibu hamil
makanan) tiga kali organoleptic terdiri dari 3 untuk Cegah Stunting di gurih (4.70), aroma telah diberikan dadih
19
seminggu selama 12 panel terlatih dan 30 Siosar (Relokasi daging cumi-cumi dapat sejak trimester kedua
Hasil minggu selama musim peserta yang tidak terlatih, Pengungsi Gunung tercium (4.55), tekstur selama enam bulan
penelitian kemarau/kering di sedangkan hasil statitstik Sinabung) Kab. Karo padat, sangat kompak intervensi dari
Ghana Utara mampu menunjukan parameter menunjukkan bahwa dan kenyal (4.25), dan penelitian sebelumnya.
meningkatkan status waarna, tekstur, dan rasa pada taraf signifikansi (α warna hijau menarik Anak tersebut
zat besi wanita usia tidak berpengaruh nyata = 0,002) (4.30), perlakuan tersebut ditindaklanjuti pada
subur dengan waktu atas penerimaan penelis. berbeda nyata lebih usia 6 sampai 8 bulan
(p=0,001) dan tinggi dibanding dengan untuk mendapatkan
mencegah stunting perlakuan lainnya data status gizi dan
pada balita selama prevalensi stunting. Hal
musim kemarau/kurus ini menunjukkan bahwa
(p=0,024) yang status gizi anak pada
merupak periode masa tindak lanjut
dengan kerawanan meliputi stunting
pangan dan gizi 15,9%, kurus 10,3%,
terburuk. dan wasting 3,2%.
Dibandingkan dengan Prevalensi stunting ini
kolompok kontrol, lebih rendah dari data
jumlah balita stunting dari Riset Kesehatan
20
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan Komplementer
Keperawatan dengan penuntasan stunting pada balita. Salah satu
Komplementer Keperawatan yaitu fortifikasi makanan dari bahan-bahan alami
seperti Tepung Daun Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa), Tepung Daun Kelor
(Moringa Oleifera), Tepung Labu Kuning (Cubitha) dan Tepung Dadih
(Tepung Susu Kerbau). Bahan-bahan tersebut telah diteliti dan berpengaruh
terhadap penuntasan stunting pada balita. Hal ini dapat menjadi salah satu
strategi perawat dalam menciptakan Indonesia bebas stunting.
B. Saran
Setelah melihat hasil literatur review yang telah di dapat, peneliti ingin
memberikan saran dan masukan yang di harapkan dapat diterima oleh semua
pihak yang terkait dalam penelitian.
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Diharapkan agar pihak rumah sakit dapat :
a. Menjadikan terapi komplementer sebagai salah satu intervensi yang
dapat dilakukan perawat dalam pelayanan asuhan keperawatan
khususnya dalam manajemen penuntasan angka stunting.
b. Membina kader - kader posyandu/gizi untuk memberikan
penyuluhan mengenai stunting, pengetahuan status gizi, pola asuh
ibu, dan kebersihan lingkungan
c. Melakukan pengukuran tinggi badan rutin pada kegiatan posyandu
setiap bulannya guna memantau status gizi TB/U anak secara teratur
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan agar dapat memperbanyak literatur perpustakaan terkait
terapi komplementer dan intervensi keperawatan komplementer dalam
pencegahan stunting sebagai salah satu mata ajar yang dipelajari lebih
mendalam.
24
25
Arlius, A., Sudargo, T., & Subejo, S. (2017). Hubungan Ketahanan Pangan
Keluarga Dengan Status Gizi Balita (Studi Di Desa Palasari Dan Puskesmas
Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang). Jurnal Ketahanan Nasional,
23(3), 359. https://doi.org/10.22146/jkn.25500
Astutik, Rahfiludin, M. Z., & Aruben, R. (2018). (2020). Faktor Penyebab Stunting
pada Anak: Tinjauan Literatur. Real in Nursing Journal, 3(1), 1–10.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/447/227
Ginting, A. B., Munthe, J., Sinuhaji, L. N. B., & Anisatulaila. (2021). Penerapan
Self Efficacy Dan Pemanfaatan Biskuit Labu Kuning Sebagai Makanan
Tambahan Terhadap Pencegahan Stunting Pada Gold Period Di Siosar Astaria.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 11(2), 2013–
2015. https://doi.org/10.33859/dksm.v11i2.638
Helmizar, H., Surono, I. S., & Saufani, I. A. (2020). Development of dadih powder
as a complementary food to prevent children from stunting in West Sumatra,
Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 583(1),
0–6. https://doi.org/10.1088/1755-1315/583/1/012027
Katmawanti, S., Mariroh, F., Negeri, U., Metode, D., & Diskusi, H. (2021). kelor
oleifera dijadikan sebagai alternatif makanan bayi untuk mencegah stunting
di Indonesia ? Machine Translated by Google. 10, 353–357.
Kubuga, C. K., Hong, H. G., & Song, W. O. (2019). Hibiscus sabdariffa meal
improves iron status of childbearing age women and prevents stunting in their
toddlers in Northern Ghana. Nutrients, 11(1).
https://doi.org/10.3390/nu11010198
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–
1178.
Putri, D.M.P & Amalia, R.N. (2019). Terapi Komplementer Konsep dan Aplikasi
dalam Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru.
Sutriyawan, A., Kurniawati, R. D., Hanjani, R., & Rahayu, S. (2021). Prevalensi
Stunting Dan Hubungannya Dengan Sosial Ekonomi. Jurnal Kesehatan,
11(3), 351. https://doi.org/10.35730/jk.v11i3.636
Syahfitri, & Susanti, D. (2022). Efektivitas Penambahan Daun Kelor pada Nugget
Cumi-Cumi untuk Pencegahan Stunting di Desa Padang Kecamatan
Manggeng. Jurnal Sosial Dan Teknologi (SOSTECH), 2(2), 174–181.
https://www.viva.co.id/gaya-hidup/parenting/1398907-yuk-kenali-apa-itu
stunting-ciri-ciri-dan-cara-pencegahannya
Lampiran 1. Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. Biodata Tim