Anda di halaman 1dari 42

LITERATURE REVIEW : STRATEGI PERAWAT TERHADAP

PENUNTASAN STUNTING DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER

Diajukan untuk Mengikuti Karya Tulis Ilmiah Indonesian Nursing Student


Competition (INSCO-1) Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI)

Disusun oleh :

Ketua Peneliti
Dela Arnelia (201211760)

Anggota Peneliti
Khalda Salsabila Rahmah (211211907)
Nessy Afriyanti (211211915)

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


2022
ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penyusunan literature review ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga
tercurah kepada suri tauladan terbaik bagi seluruh alam yaitu Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Literature review ini merupakan
karya tulis ilmiah yang dibuat mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang dalam mengikuti kegiatan Indonesian Nursing
Student Competition (INSCO-1) Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI).

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada :
1. Ibu Ns. Fitri Wahyuni. S, M.Kep., Sp.Kep.An selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan arahan dan dukungan dalam penulisan karya tulis ilmiah
2. Ibu Ns. Lenni Sastra, S.Kep., M.S selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
yang telah memberikan dukungan dan bimbingan dalam penulisan karya tulis
ilmiah
3. Ibu Zulfita, S.SiT., M.Biomed selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan dalam penulisan karya tulis ilmiah
4. Ibu Ises Reni, S.Kp., M.Kep selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang yang telah memberikan dukungan dalam penulisan karya tulis ilmiah
5. Bapak Jasmarizal, S. Kp, MARS selaku Ketua Yayasan STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
6. Yang teristimewa kepada kedua orang tua kami yang selalu memberi semangat
dan doa nya yang tulus, semoga Allah SWT selalu memberikan kita kesehatan
dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

iii
Semoga Allah SWT senantiasa dan mencatat semua bantuan yang diberikan kepada
penulis sebagai amal kebaikan.

Padang, 11 Juli 2022

Tim Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan .......................................................................................................... 4
D. Manfaat........................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Stunting ....................................................................................................... 5
B. Terapi Komplementer .................................................................................. 9
C. Peran Perawat ............................................................................................ 10
BAB III METODE
A. Strategi Pencarian Literatur ....................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 15
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 24
B. Saran .......................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Literature review Penggunaan Terapi Komplementer dalam


Pencegahan Stunting …………………………………………………. 15

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Pemilihan jurnal berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi………13

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : Biodata Tim

viii
ABSTRAK

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi anak. Pemerintah mengharapkan angka stunting pada tahun 2024 turun menjadi 14%.
Literatur review ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan stunting dengan
komplementer keperawatan sebagai strategi perawat dalam menuntaskan angka stunting
pada balita melalui intervensi pemberian fortifikasi makanan. Desain penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (literature review). Jenis data yang digunakan adalah data sekunder.
Sumber data dalam penelitian literatur review ini diperoleh melalui situs pencarian jurnal
terpercaya yaitu Google Scholar, ProQuest, Sage Journal dan Pubmed dari tahun 2018
sampai tahun 2022. Analisis data disajikan dalam tabel yang terdiri dari judul, penulis,
tahun, sampel, metodologi, dan hasil. Penuntasan stunting pada balita dilakukan melalui
komplementer keperawatan berupa fortifikasi makanan dari bahan-bahan alami seperti
Tepung Daun Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa), Tepung Daun Kelor (Moringa
Oleifera), Tepung Labu Kuning (Cubitha) dan Tepung Dadih (Tepung Susu Kerbau).
Fortifikasi atau pengayaan zat gizi mampu mencegah stunting pada balita. Pemberian
fortifikasi makanan dimulai sejak anak usia 6-8 bulan. Berdasarkan hasil penelitian ada
hubungan Komplementer Keperawatan dengan penuntasan stunting pada balita. Hal ini
dapat menjadi salah satu strategi perawat dalam menciptakan Indonesia bebas stunting.

Kata Kunci : Balita Pendek, Fortifikasi, Keperawatan Komplementer.

ix
ABSTRACT

Stunting is a chronic malnutrition problem caused by inadequate nutritional intake for a


long time due to feeding that is not in accordance with the nutritional needs of children.
The government expects the stunting rate in 2024 to drop to 14%. This literature review
aims to find out how the relationship between stunting and complementary nursing as a
nurse's strategy in solving stunting rates in toddlers through the intervention of providing
food fortification. The design of this research is library research (literature review). The
type of data used is secondary data. Sources of data in this literature review research were
obtained through trusted journal search sites, namely Google Scholar, ProQuest, Sage
Journal and Pubmed from 2018 to 2022. Data analysis is presented in a table consisting
of title, author, year, sample, methodology, and results. . The completion of stunting in
toddlers is carried out through complementary nursing in the form of food fortification
from natural ingredients such as Rosella Flower Leaf Flour (Hibiscus Sabdariffa),
Moringa Leaf Flour (Moringa Oleifera), Pumpkin Flour (Cubitha) and Dadih Flour
(Buffalo Milk Flour). Fortification or enrichment of nutrients can prevent stunting in
toddlers. Provision of food fortification begins in children aged 6-8 months. Based on the
results of the study, there is a relationship between complementary nursing and the
completion of stunting in toddlers. This can be one of the nurse's strategies in creating a
stunting-free Indonesia.

Keywords: Complementary Nursing,, Fortification, Stunting in Toddlers

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama 20 tahun terakhir penanganan stunting di Dunia telah mengalami


perbaikan positif. United Nation International Children’s Emergency Fund
1 ada sekitar 203,6 juta anak menderita
(UNICEF) menyebutkan pada tahun 2000
stunting dibawah usia lima tahun dan mengalami penurunan pada tahun 2020
sebanyak 26,7% menjadi 149,2 juta. Meski demikian jumlah balita stunting di
Dunia menurun tapi belum merata. Terlihat dari wilayah Afrika Barat dan
Afrika Tengah jumlah balita penderita stunting masih meningkat 28,5% dari
22,8 juta pada tahun 2000 menjadi 29,3 juta pada 2020.

Dikawasan Asia Tenggara Indonesia menduduki peringkat ke dua


tertinggi prevalensi anak penderita stunting usia dibawah lima tahun (balita)
sebesar 31,8% pada tahun 2020. Peringkat pertama prevalensi stunting tertinggi
ada di Timor Leste sebanyak 48,8% dan Laos berada di peringkat ketiga dengan
prevalensi stunting tertinggi. Sedangkan peringkat terendah prevalensi stunting
berasal dari Singapura dengan tingkat prevalensi hanya 2,8% (Asian
Development Bank, 2021).

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya yaitu faktor langsung dan


tidak langsung. Beberapa faktor langsung yang mempengaruhi stunting yaitu
pola asuh orang tua. Pola asuh merupakan cara pengasuhan yang di dalamnya
terkandung ketersediaan pangan, perawatan kesehatan, dan sumber lain di
dalam rumah tangga yang tujuannya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan,
dan perkembangan anak (Kullu, V. M., Yusnani, & Lestari, 2020). Tidak hanya
pola asuh yang menjadi faktor penyebab terjadinya stunting, status gizi yang
kurang baik pada ibu dan balita juga mempengaruhi stunting. Anak yang
memiliki tingkat kecukupan protein dan zinc yang kurang, dapat beresiko lebih
tinggi mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang memiliki asupan
protein dan zinc yang cukup (Astutik et al. 2018). Status gizi ini berkaitan

1
2

dengan ketahanan pangan. Rumah tangga dengan ketahanan pangan yang tinggi
kemungkinan memiliki status gizi yang baik (Arlius, Sudargo, & Subejo, 2017).

Stunting dapat menimbulkan dampak pada tumbuh kembang anak.


Dampak tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak jangka pendek dan
jangka panjang. Adapun dampak jangka pendek yaitu terjadi peningkatan
kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal
pada anak tidak optimal serta meningkatnya biaya kesehatan. Sedangkan
dampak jangka panjangnya yaitu postur tubuh yang tidak normal saat dewasa
(lebih pendek dibandingkan pada umumnya), tingginya resiko obesitas dan
penyakit lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, kurangnya kualitas
belajar, dan performa yang kurang baik saat masa sekolah, serta produktivitas
dan kualitas kerja yang menurun (Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia,
2018).

Stunting perlu mendapatkan perhatian khusus terutama oleh pemerintah


sehingga perlu adanya intervensi yang dilakukan pemerintah untuk
menuntaskan kasus stunting di Indonesia. Pemerintah telah merancang dua
intervensi untuk menuntaskannya, yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi
Gizi Sensitif. Intervensi Gizi Spesifik di tujukan kepada anak dalam 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK). Ada beberapa program dari Intervensi Gizi Spesifik
ini yang sudah tercapai diantaranya Program Makanan Tambahan (PMT) pada
ibu hamil, kegiatan yang mendorong inisiasi menyusui dini/IMD serta
pemberian ASI Ekslusif kemudian setelah bayi berusia diatas 6 bulan
didampingi oleh pemberian MP-ASI.

Sementara itu, tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil menjadi


salah satu program yang belum tercapai karena rendahnya cakupan tablet
tambah darah ibu dan remaja (TTD), rendahnya cakupan suplementasi zat besi,
partisipasi masyarakat dalam posyandu, dan rendahnya tingkat imunisasi dasar
(Aprilia Dwi Purwani, 2021). Sedangkan intervensi gizi sensitif yang
dilaksanakan adalah penyediaan dan jaminan akses air bersih, bahan pangan
yang difortifikasi, pendidikan pengasuhan pada orang tua, pemberian
pendidikan anak usia dini (PAUD) Universal, pemberian pendidikan gizi
3

masyarakat, memberikan bantuan dan jaminan sosial kepada keluarga miskin


serta meningkatkan ketahanan pangan dan gizi (Saputri & Tumangger, 2019).

Pemenuhan gizi pada anak di 1000 HPK menjadi sangat penting, sebab
jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada perkembangan
anak akan bersifat permanen. Perubahan permanen inilah yang menimbulkan
masalah jangka panjang seperti stunting (P2PTM Kemenkes RI, 2018).
Dikarenakan program peningkatan bahan pangan dan gizi belum sepenuhnya
tercapai sehingga perlu di lakukan cara lain untuk mencapai program
peningkatan bahan pangan dan gizi yang baik untuk balita dan wanita usia sibur.
Salah satu caranya yaitu dengan Terapi Komplementer. Terapi komplementer
adalah sebuah kelompok dari macam-macam sistem pengobatan dan perawatan
kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari
pengobatan konvensional (Fatimah, 2017).

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan


komplementer merupakan pengobatan non konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Tujuan terapi komplementer ini yaitu untuk
memperbaiki fisiologis tubuh saat tubuh tidak dapat mengobati dirinya sendiri
yang sedang sakit, karena pada dasarnya tubuh kita memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri. Sistem yang berperan di dalamnya adalah
sistem kekebalan tubuh, agar sistem itu berjalan kita butuh asupan nutrisi yang
baik dan lengkap serta perawatan yang tepat (Prasetyaningati, 2019).

Terdapat beberapa terapi komplementer yang dapat dilakukan sebagai


strategi penuntasan stunting dari hasil kajian literatur, dan beberapa diantaranya
bersifat jangka panjang. Salah satu studi di Ghana menunjukan ada sebuah
terapi komplementer berupa makanan tambahan yang berkhasiat untuk
meningkatkan status zat besi wanita usia subur. Studi ini menjelaskan bahwa
kurangnya zat besi pada ibu dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada
anaknya (Kubuga, Hong & Song, 2019). Selain itu, ada dengan cara modifikasi
pada penyajian makan anak agar dapat disukai anak dan nafsu makan anak
meningkat (Syahfitri & Susanti, 2022; Katmawanti, Supriyadi & Mariroh,
2021).
4

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan


penelusuran lebih lanjut terkait dengan pengkajian literatur tentang apa saja
strategi yang dapat dilakukan perawat sebagai upaya dalam penuntasan stunting
pada balita dengan terapi komplementer yang merupakan penciri dari program
studi S1 Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. Hasil kajian ini
dapat menjadi salah satu strategi bagi perawat dalam mewujudkan Indonesia
bebas stunting.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka penulis
dapat mengambil suatu rumusan yaitu “Apa saja Strategi Perawat Terhadap
Penuntasan Stunting dengan Terapi Komplementer?”

C. Tujuan
Tujuan dalam penulisan literature review ini adalah untuk mengetahui
apa saja Strategi Perawat Terhadap Penuntasan Stunting dengan Terapi
Komplementer.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan literature review ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan ataupun
sebagai bahan pembelajaran dalam bidang kesehatan khususnya di jurusan
keperawatan tentang strategi penuntasan stunting dengan terapi
komplementer.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah referensi dan wawasan peneliti dalam
menetapkan strategi penuntasan stunting dengan terapi komplementer.
3. Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan ibu mengenai wawasan tentang terapi
komplementer yang dapat dijadikan strategi dalam penuntasan stunting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Stunting
1. Pengertian
Stunting merupakan suatu keadaan dimana anak terlalu pendek
sesuai usianya karena mengalami kegagalan pertumbuhan yang disebabkan
oleh buruknya gizi dan kesehatan anak sebelum dan sesudah kelahiran.
Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan menurut usia dibawah -2 standar
deviasi sesuai kurva pertumbuhan (UNICEF, 2020).
Masyarakat awam tidak mempersalahkan kondisi tubuh anak yang
pendek karena sering disebut sebagai faktor genetik dari kedua orang
tuanya, padahal faktor genetik tersebut merupakan faktor determinan
kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibanding dengan faktor
perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan
kesehatan (Agus Setiawan, 2021).

2. Faktor yang Mempengaruhi Stunting


a. Kurangnya gizi pada ibu
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam
kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama
Kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya akses terhadap makanan
bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya
keragaman pangan dan sumber protein hewani.

b. Kehamilan di usia remaja


Kehamilan pada remaja akan berdampak buruk terhadap status
gizi janin dan bayi hal ini dikarnakan remaja belum memperoleh
edukasi secara menyeluruh mengenai kehamilan dan perawatan gizi
bayi.
c. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.

5
6

Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa


60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)
secara eksklusif dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan
ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsi untuk
mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat
mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat disokong
oleh ASI. Serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem
imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.

d. Terbatasnya Layanan Kesehatan


Layanan kesehatan yang terbatas termasuk layanan ANC-Ante
Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan),
Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang
dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan
bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79%
di tahun 2007 menjadi 64% di tahun 2013 dan anak belum mendapat
akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3
ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai serta
masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang berkualitas
(baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini).

e. Masih Kurang Akses Rumah Tangga/Keluarga ke Makanan Bergizi


Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih
tergolong mahal, menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013, SDKI
2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal
dibandingkan dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di
Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya akses ke
makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1
dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
7

f. Kurangnya Akses Air Bersih dan Sanitasi


Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat
meningkatkan kejadian penyakit infeksi yang dapat membuat energi
untuk pertumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi
infeksi, zat gizi sulit diserap oleh tubuh dan terhambatnya
pertumbuhan.

g. Pemberian ASI (fase menyusui)


Praktek yang kurang memadai dalam hal inisiasi yang
terlambat, tidak ASI eksklusif, penghentian menyusui yang terlalu
cepat.

h. Infeksi
Infeksi klinis dan subklinis, seperti infeksi pada usus, diare,
environmental enteropathy, infeksi cacing, infeksi pernafasan, malaria,
peradangan dan nafsu makan yang kurang akibat infeksi.

3. Dampak Tumbuh Kembang Anak


Dampak yang dihasilkan dari stunting terdiri dari dua yaitu dampak
jangka pendek dan jangka panjang (Rini Archida Saputri, 2019). Dampak
jangka pendek; peningkatan kematian dan kondisi kesehatan menurun,
perkembangan kognitif dan motorik terganggu, aktivitas verbal anak tidak
berjalan dengan baik dan biaya kesehatan semakin meningkat. Sedangkan
dampak jangka panjang yaitu postur tubuh pendek saat dewasa, peningkatan
resiko penyakit kronis dan obesitas, penurunan kesehatan reproduksi,
kualitas belajar dan bekerja menjadi tidak optimal (Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia, 2018).

Stunting dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan motorik


anak, termasuk perkembangan motorik kasar dan halus, yang berakibat pada
kurang optimalnya perkembangan otak pada anak di masa-masa puncaknya.
Studi tersebut juga menemukan bahwa stunting di Indonesia menyebabkan
gangguan perkembangan sosial dan emosional pada anak. Ada dua
penyebab stunting di Indonesia, penyebab biologis dan penyebab
lingkungan. Faktor biologis seperti tinggi badan ibu, gizi buruk gestasional,
8

gizi buruk anak, penyakit anak, dll, sedangkan faktor lingkungan berasal
dari kesehatan keluarga dan faktor sosial ekonomi. Dalam mengatasi
stunting, pemerintah telah menerapkan dua strategi yaitu intervensi spesifik
dan intervensi sensitif. Kedua strategi tersebut antara lain program
intervensi gizi, promosi makanan pendamping ASI, pengayaan darah ibu
hamil, senam gizi seimbang, pengelolaan gizi buruk dan gizi buruk,
pemberian suplemen, Pendidikan ibu dan keluarga terkait dengan
keterlambatan perkembangan

4. Karakteristik Stunting
Stunting adalah suatu keadaan yang menggambarkan keadaan
kurang gizi yang biasanya berlangsung dalam waktu yang lama dan
memerlukan masa pemulihan yang lebih lama bagi anak yang mengalami
gangguan tumbuh kembang untuk pulih kembali. Keterlambatan
perkembangan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak, dan keterlambatan perkembangan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan memiliki aktivitas motorik yang rendah,
perkembangan motorik dan intelektual yang tertunda, dan kinerja kognitif
yang tertunda (Beal et al, 2018). Keterlambatan tumbuh kembang seorang
anak bisa sangat berbahaya jika terjadi pada masa tumbuh kembangnya
masa keemasan atau Golden Periode, pada masa itu anak sedang mengalami
pertumbuhan yang pesat yang akan menjadi bekal ketika mencapai usia
remaja dan dewasa.
Karakteristik stunting yang paling mudah diidentifikasi yaitu
kurangnya tinggi badan. namun, tinggi badan tidak selalu menandakan
masalah stunting. indikasi lain yang mendukung diantaranya anak yang
menderita stunting lebih apatis, anak penderita stunting tidak bisa
mempertahankan kontak mata yang merupakan dampak gangguan motorik
dan psikomotorik. dan Bila dilakukan tes memori, kemampuan mengingat
anak penderita stunting akan rendah, bahkan anak penderita stunting saat
beranjak dewasa, umumnya mereka mengalami keterlambatan pubertas Jika
dibandingkan dengan teman seusianya (Universitas Airlangga, 2021).
9

B. Terapi Komplementer
1. Pengertian
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain di luar pengobatan medis yang
konvensional (Putri & Amalia, 2019).
Terapi Komplementer adalah pengobatan non konvensional yang
bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Misalnya, jamu bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional (WHO, 2020).

2. Tujuan Terapi Komplementer


Adapun tujuan terapi komplementer menurut Putri dan Amalia
(2019) adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki fungsi dan sistem kerja organ-organ tubuh
b. Meningkatkan system kekebalan tubuh terhadap penyakit
c. Menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme penyembuhan alami tubuh

3. Jenis-jenis Terapi Komplementer


Beberapa jenis terapi komplementer menurut Lindquist, Tracy dan
Snyder (2018), antara lain :
a. Mind – Body – Spirit Therapies
1) Imagery
2) Intervensi Musik
3) Humor
4) Yoga
5) Biofeedback
6) Meditasi
7) Journaling
8) Storytelling
9) Animal – Assisted Therapy
10

b. Terapi Manipulatif dan berbasis Tubu


1) Pijat (Massage)
2) Tai Chi
3) Terapi Relaksasi
4) Latihan (Exercise)

c. Terapi Berbasis Biologis


1) Aromaterapi
2) Obat Herbal
3) Nutrisi Fungsional dan Nutraceuticals

d. Terapi Energi
1) Terapi Sinar (Light Therapy)
2) Healing Touch
3) Reiki
4) Akupresur
5) Refleksologi

C. Peran Perawat
Adapun peran perawat dalam mencegah stunting dengan terapi komplementer
(Hermawan, 2021; Widyatuti, 2008) antara lain :
1. Advokat
Peran ini dilakukan oleh perawat, membantu ibu dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai atau informasi lain dari pemberi pelayanan,
terutama dalam menyetujui tindakan asuhan yang diberikan kepada pasien,
dan juga dapat berperan dalam menegakkan dan melindungi hak-hak pasien,
termasuk yang paling baik. Selain itu dapat memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk
perawatan alternatif.
2. Edukator
Peran ini dipenuhi dengan membantu ibu meningkatkan
pengetahuan kesehatan dan gizi untuk mencegah stunting sebelum dan
11

selama kehamilan, serta setelah ibu melahirkan dan setelah menyusui


eksklusif.
3. Kolaborator
Perawat berperan di sini karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain untuk
mencoba mengidentifikasi layanan keperawatan yang diperlukan, termasuk
diskusi atau pertukaran untuk menentukan bentuk layanan lebih lanjut.
4. Konselor
Peran di sini adalah di mana konsultasi berlangsung tentang masalah
pencegahan stunting yang tepat. Peran ini dilakukan atas permintaan ibu
untuk mendapatkan informasi tentang tujuan asuhan yang diberikan guna
cegah stunting.
5. Peneliti atau Pembaharu
Kiprah sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang berkaitan dengan pencegahan
stunting secara sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan kesehatan terhadap gizi anak.
BAB III
METODE PENULISAN

A. Strategi Pencarian Literatur

Pencarian Literatur
Identification

Dengan Kata Kunci Umum


Screening

Pubmed 5.440 Sage journal 5.124

Google Scholar 4.250 ProQuest 4.687


Elegibility

Setelah disaraing dengan


kata kunci khusus
Included

4 jurnal online Indonesia 1 jurnal online


indonesia
1 jurnal internasional

Gambar 3.1. Pemilihan jurnal berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi

12
13

Desain penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (literature review).


Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sumber data dalam penelitian
literature review ini diperoleh melalui situs pencarian jurnal terpercaya yaitu
Google Scholar, ProQuest, Sage Journal dan Pubmed dalam kurun waktu tahun
2018 sampai tahun 2022. Metode analisis yang digunakan menggunakan analisis
isi jurnal dokumen ini menggunakan jurnal-jurnal penelitian online yang diperoleh
melalui situs pencarian jurnal terpercaya dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Jurnal-jurnal penelitian online strategi penuntasan stunting pada ibu hamil,


b. Jurnal penelitian online yang digunakan berada dalam rentang waktu 5
tahun terakhir (tahun 2018 sampai tahun 2022),
c. Jurnal-jurnal penelitian online yang berkelas nasional dan internasional,
d. Terdapat nomor ISSN (International Standard Serial Number) baik dalam
versi cetak maupun elektronik atau P dan I dalam jurnal penelitian,
e. Terdapat Digital Object Identifier (DOI) dalam jurnal penelitian,
f. Jurnal-jurnal penelitian diperoleh melalui situs pencarian jurnal terpercaya
(Google Scholar dan Sciencedirect),
g. Jurnal penelitian full text.

Proses pencarian jurnal online melalui situs pencarian jurnal terpercaya:

a. Pubmed Untuk memperoleh jurnal penelitian online, peneliti menggunakan


kata kunci how to privent stunting, dalam kurun waktu kapan saja,
ditemukan di Pubmed sebanyak 5.440 jurnal penelitian online. Kemudian
peneliti mempersempit pencarian jurnal dengan menggunakan kata kunci
Fortifikasi makanan cegah stunting pada ibu hamil di Google Scholar,
dalam rentang waktu tahun 2018-2022, ditemukan di Google Scholar
sebanyak 4.250 jurnal penelitian online. Dari 5.440 dan 4.250 jurnal
penelitian online tersebut peneliti membaca melalui abstrak untuk
memastikan jurnal tersebut sesuai dengan kriteria inklusi yang peneliti
tetapkan. Setelah membaca abstrak peneliti hanya memilih 4 jurnal
penelitian online di Indonesia dan 1 jurnal penelitian online di Internasional.
Jurnal penelitian online yang tidak terpilih adalah jurnal penelitian online
14

yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini.
b. Sage Journal dan ProQuest. Untuk menemukan jurnal penelitian online
lainnya peneliti mengubah kata kunci menjadi privent stunting with
complementary , dalam waktu pencarian tahun 2021 dan ditemukan 5.142
jurnal penelitian online di Sage Journal. Dan Kemudian pada ProQuest
peneliti mengubah kata kunci menjadi supplement food, dan ditemukan
4.687 jurnal penelitian online. Kemudian dari 5.142 dan 4.687 jurnal
penelitian online tersebut peneliti membaca melalui abstrak untuk
memastikan jurnal tersebut sesuai dengan kriteria inklusi. Setelah membaca
abstrak peneliti hanya memilih 1 jurnal penelitian online di Indonesia.
Jurnal penelitian online yang tidak terpilih adalah jurnal penelitian online
yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan dalam
penelitian ini.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1. Literature review Penggunaan Terapi Komplementer dalam Pencegahan Stunting
No.
1 2 3 4 5
Artikel
Hibiscus sabdariffa Is instant porridge with a Penerapan Self Efficacy Efektivitas penambahan Development of dadih
Meal Meningkatkan high calcium content Dan Pemanfaatan Biskuit daun kelor pada nugget powder as a
Status Zat Besi Wanita based on Moringa oleifera Labu Kuning Sebagai cumi-cumi untuk complementary food to
Usia Subur dan as an alternative baby food Makanan Tambahan pencegahan stunting di prevent children from
Mencegah Stunting di to prevent stunting in Terhadap Pencegahan desa padang kecamatan stunting in West
Balita mereka di Ghana Indonesia? Stunting Pada Gold manggeng Sumatra, Indonesia.
Judul Utara. Period Di Siosar

Clement Kubreziga Septa Katmawanti, Astaria Br Ginting, Syahfitri Desi Susanti. H. Helmizar, IS Surono,
Kubuga, Hyokyoung Supriyadi, Fariha Mariroh. Juliana Munthe, Lidya IA Saufani
Grace Hong dan Won T Natalia Br Sinuhaji,
Peneliti O. Song. Anisatulaila, Elisabet
Yovanika Pasaribu.

15
16

Tahun 2019 2021 2020 2022 2020


terbit
Pubmed Sage journal Google scholar Google scholar ProQuest
Identitas DOI:10.3390/nu12010 DOI:10.4081/jphr.2021.22 DOI: DOI: DOI:10.1088/1755-
jurnal 049 33 10.33859/dksm.v11i2.63 10.36418/jurnalsostech.v 1315/583/1/012027
8 2i2.296
Tujuan dari penelitian Penelitian ini bertujuan Penelitian ini Tujuan dari penelitian ini Tujuan penelitian ini
ini adalah untuk untuk mengembangkan menganalisis pengaruh adalah untuk mengetahui adalah untuk untuk
mengatasi kekurangan makanan pendamping ASI penerapan self-efficacy pengaruh penambahan menghasilkan bubuk
zat besi dan berupa bubur bayi instan, dan penggunaan biskuit daun kelor terhadap dadih yang
pengerdilan di antara dengan tambahan tepung labu kuning terhadap tingkat kesukaan nugget dipasteurisasi dan
populasi pedesaan oleh daun kelor, untuk pencegahan stunting. cumi-cumi. kondisi terbaik untuk
Tujuan pembuat kebijakan, memastikan kandungan produksinya untuk
penelitian pendidik kesehatan nutrisinya lengkap. formula suplementasi.
dan gizi, serta semua Selain itu bertujuan
pemangku kepentingan untuk mengembangkan
di sektor kesehatan di makanan pendamping
Ghana. ASI, dan dijadikan
sebagai makanan lokal
17

untuk mencegah anak


stunting.
Penilitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan di Penelitian ini dilakukan penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan
di dua komunitas Universitas Negri Malang, di desa Siosar (daerah di posko pencegahan di peternakan kerbau di
(Sakaa dan Chania) di Kota Malang, Provinsi relokasi gunung stunting di Desa Padang Kabupaten
KNWD dan tiga Jawa Timur. Sinabung) Kab. Karo. Kecamatan Manggeng Agam, Provinsi
Waktu komunitas Penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan Kabupaten Aceh Barat Sumatera Barat,
dan (Chuchuliga-yipaala, pada tahun 2020. pada tahun 2019 Daya. Indonesia.
tempat Azoayeri, dan Penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan
penilitian Awulansa) di BND. pada tahun 2021 pada tahun 2020
Penelitian ini
dilakukan pada tahun
2018.
Metode yang Rancangan penelitian ini Penelitian ini merupakan Metode yang digunakan Penelitian ini dilakukan
digunakan dalam didasarkan pada model penelitian kohort dengan dalam penelitian ini dengan cara
penelitian ini adalah penelitian dan analisis regresi dan uji adalah metode menentukan
metode Uji coba pengembangan Borg and chi-square. Subjek eksperimen yang karakteristik dadih dan
pemberian makan 12 Gall, Penelitian ini penelitian ini adalah 40 melibatkan kader mengubah dadih
minggu berbasis dilakukan dengan cara ibu hamil dan bayi di atas posyandu dan tim menjadi bubuk dadih.
18

Metode komunitas ini (uji mengembangkan bubur 6 bulan yang akan penggerak PKK sebagai Teknik transformasi
dan klinis.gov ID: instan dengan tiga diintervensi dengan panelis panelis sebanyak yang digunakan adalah
desain NCT03754998) formula. Setiap formula pemberian 4 buah biskuit 20 orang. Penelitian ini metode penyimpanan
penelitian direncanakan dalam terdiri dari tepung daun labu kuning per hari menggunakan rancangan untuk mempertahankan
desain kuasi- kelor (5,6 dan 7 gram dengan model bantuan acak kelompok (RAK) 2 probioti
eksperimental dengan masing-masing) (Omnibus Tests of Model faktor yaitu jumlah cumi-
fokus utama menilai dikombinasikan dengan Coefficients). cumi dan jumlah daun
dan meningkatkan 30 gram bubuk oatmeal, kelor.
status zat besi diad, 40 gram susu formula
ditentukan oleh bubuk, 10 gram gula
hemoglobin dan sTfR. halus, dan 5 gram tepung
pisang
Hasil penelitian Berdasarkan uji Penelitian dengan Hasil penelitian terbaik Pada tahap awal,
menunjukkan bahwa organoleptic, Formula 3 Pengujian Simultan berdasarkan parameter pengukuran
mengkonsumsi tepung (dibuat dengan 5 gram (Omnibus Tests of adalah formulasi A1 (10 antropometri dilakukan
daun hibiscuss tepung daun kelor) Model Coefficients) gram daun kelor dan 100 pada 126 anak yang
sabdariffa (HSM, 1,71 ditemukan sebagai yang Penerapan Self-efficacy gram cumi - cumi) ditindaklanjuti sejak
mg FE / 100 g terbaik panel evaluasi dan Pemanfaatan Labu dengan karakteristik rasa lahir, yang ibu hamil
makanan) tiga kali organoleptic terdiri dari 3 untuk Cegah Stunting di gurih (4.70), aroma telah diberikan dadih
19

seminggu selama 12 panel terlatih dan 30 Siosar (Relokasi daging cumi-cumi dapat sejak trimester kedua
Hasil minggu selama musim peserta yang tidak terlatih, Pengungsi Gunung tercium (4.55), tekstur selama enam bulan
penelitian kemarau/kering di sedangkan hasil statitstik Sinabung) Kab. Karo padat, sangat kompak intervensi dari
Ghana Utara mampu menunjukan parameter menunjukkan bahwa dan kenyal (4.25), dan penelitian sebelumnya.
meningkatkan status waarna, tekstur, dan rasa pada taraf signifikansi (α warna hijau menarik Anak tersebut
zat besi wanita usia tidak berpengaruh nyata = 0,002) (4.30), perlakuan tersebut ditindaklanjuti pada
subur dengan waktu atas penerimaan penelis. berbeda nyata lebih usia 6 sampai 8 bulan
(p=0,001) dan tinggi dibanding dengan untuk mendapatkan
mencegah stunting perlakuan lainnya data status gizi dan
pada balita selama prevalensi stunting. Hal
musim kemarau/kurus ini menunjukkan bahwa
(p=0,024) yang status gizi anak pada
merupak periode masa tindak lanjut
dengan kerawanan meliputi stunting
pangan dan gizi 15,9%, kurus 10,3%,
terburuk. dan wasting 3,2%.
Dibandingkan dengan Prevalensi stunting ini
kolompok kontrol, lebih rendah dari data
jumlah balita stunting dari Riset Kesehatan
20

menurun pada Dasar Kementerian


kelompok intervensi. Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat, yaitu
sekitar 27,9% dari
prevalensi stunting pada
anak di bawah dua
tahun.
21

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh


Komplementer Keperawatan sebagai strategi perawat dalam penuntasan stunting di
Indonesia. Beberapa penelitian tersebut mengatakan bahwa komplementer
keperawatan mampu mencegah dan menuntaskan stunting. Penelitian tersebut
dilakukan didalam maupun diluar Indonesia untuk mengetahui pengaruh
Komplementer Keperawatan terhadap penuntasan stunting.
Masalah stunting pada balita tidak hanya mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, tetapi juga pertumbuhan otak sehingga melemahkan
kemampuan kognitif balita dan kondisi tersebut harus segera diatasi dan dicegah
dengan memberikan asupan makanan bergizi bagi balita, melalui pemberian
makanan pendamping ASI yang praktis dan bergizi tinggi sehingga dibutuhkan
Komplementer Keperawatan dalam bentuk alternartif bahan-bahan alami yang
mudah diperoleh dan mudah dalam pembuatanya seperti Tepung Daun Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa), Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera), Tepung
Labu Kuning (Cubitha) dan Tepung Dadih (Tepung susu kerbau).
Dari hasil penelitian Clement et al, 2019 menunjukkan bahwa makanan
Hibiscus Sabdariffa dapat meningkatkan status zat besi wanita usia subur dan dapat
melindungi stunting pada balita selama musim kemarau di Ghana Utara yang
merupakan periode dengan kerawanan pangan dan gizi terburuk. Kemanjuran
makanan/sup Hibiscus Sabdariffa meningkatkan status zat besi dengan pemberian
Hibiscus Sabdariffa Meal (HSM ) sebesar 1,9 kg/hari meningkatkan status zat besi
wanita usia subur.
Syahfitri dan Desi Susanti (2022) dalam penelitian dengan formulasi 10
gram daun kelor dan 100 gram cumi – cumi dibuat dalam bentuk nugget memiliki
karakteristik rasa gurih (4.70), aroma daging cumi-cumi dapat tercium (4.55),
tekstur padat, sangat kompak dan kenyal (4.25), dan warna hijau menarik (4.30)
merupakan formulasi yang dapat dikembangkan menjadi makanan bergizi dan
dipasarkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan
daun kelor terhadap nugget cumi-cumi berpengaruh nyata terhadap nilai uji
organoleptik nugget. Kemudian, formulasi terbaik dengan nilai rata-rata tertinggi
nugget cumi daun kelor yaitu pada perlakuan komposisi 10 gram daun kelor dan
100 gram cumi – cumi dimanfaatan sebagai makanan pencegah stunting.
22

Septa Katmawanti dkk (2021) Berdasarkan uji organoleptik, Formula dibuat


dengan 5 gram tepung daun kelor dicampur dengan bubur instan kemudian dibuat
menggunakan modifikas tepung terigu, bubuk oatmeal (Quaker Instant Oatmeal),
susu formula bubuk (Morinaga Chil Kid), dan gula pasir, dalam kantong plastik,
diikuti dengan pengocokan manual selama 5 menit, sampai semua bahan tercampur
sempurna merupakan formulasi terbaik dengan energi 196 kkal/saji.
Hasil penelitian,H Helmizar dkk (2020) Pemberian Tepung Dadih kerbau
setiap hari pada anak usia 6-8 bulan dari 126 anak diukur dengan menggunakan
“evaluasi antropometri” untuk mengetahui apakah anak tersebut tergolong stunting
dan digunakan timbangan elektronik untuk mengetahui berat badan anak, dan
panjang terlentang diambil dengan menggunakan papan panjang didapatkan hasil
presisi di mana 0,1 kg sama dengan 0,1 cm. Kalori dalam 100 g dadih terdiri dari
95,51 kkal dengan protein 31,8 g, lemak 34,11 g, dan 29,6 g karbohidrat dan
makanan pendamping ASI ini dapat direkomendasikan untuk asupan harian anak
di bawah dua tahun berdasarkan kebutuhan mereka: energi 200 hingga 250 kkal dan
6 hingga 8 gram protein. Serbuk dadih diperoleh dengan teknologi pembekuan dan
penggunaan pemanasan vakum untuk menstabilkan serbuk. Komposisi nutrisi
bubuk dadih distandarisasi sesuai dengan nutrisi yang direkomendasikan untuk
anak di bawah dua tahun. Berdasarkan pengukuran antropometri status gizi balita
terdapat stunting 15,9%, underweight 10,3%, dan wasting 3,2%. Tepung dadih
diproduksi sebagai makanan tambahan yang dipadukan dengan sumber pangan
lokal dengan kandungan gizi yang sesuai, Pengolahan dadih menjadi serbuk dapat
bertahan terhadap bakteri asam laktat 4,6 × 106 CFU/ml. Oleh karena itu, produk
ini dapat diberikan kepada ibu hamil dan anak di bawah usia dua tahun untuk
mencegah stunting.
Penelitian yang dilakukan Astaria Br Ginting dkk (2020) dengan Pengujian
Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients) Penerapan Self-efficacy dan
Pemanfaatan Labu untuk Cegah Stunting di Siosar (Relokasi Pengungsi Gunung
Sinabung) Kab. Karo menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi (α = 0,002) <0,05
artinya variabel bebas yang terdiri dari penerapan self-efficacy dan penggunaan labu
kuning secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu pencegahan
stunting pada balita. Pengujian Simultan (Omnibus Tests of Model Coefficients)
23

Penerapan Self efficacy dan pemanfaatan labu terhadap pencegahan stunting di


Siosar (Relokasi Pengungsi Gunung Sinabung) Kab. KaroTahun 2019
menunjukkan pada tingkat signifikansi (α=0,002)<0,05 artinya bahwa variabel
independen yang terdiri dari Penerapan Self efficacy dan pemanfaatan labu secara
simultan berpengaruh terhadap variable dependen yaitu pencegahan stunting pada
balita. Kandungan gizi dari labu kuning cukup tinggi yaitu betakaroten sebesar
1569 μg/100 gbahan, dan juga mengandung gizi lainnya berupa karbohidrat,
protein, lemak, serat, beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, besi, serta vitamin
yaitu vitamin A, B, C dan serat. Dengan pemberian biskuit labu kuning kepada ibu
hamil pada masa golden period akan mengurangi penggunaan obat kimia dari impor
karena dalam biskuit labu kuning terkandung zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil
selama golden periode.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan Komplementer
Keperawatan dengan penuntasan stunting pada balita. Salah satu
Komplementer Keperawatan yaitu fortifikasi makanan dari bahan-bahan alami
seperti Tepung Daun Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa), Tepung Daun Kelor
(Moringa Oleifera), Tepung Labu Kuning (Cubitha) dan Tepung Dadih
(Tepung Susu Kerbau). Bahan-bahan tersebut telah diteliti dan berpengaruh
terhadap penuntasan stunting pada balita. Hal ini dapat menjadi salah satu
strategi perawat dalam menciptakan Indonesia bebas stunting.

B. Saran
Setelah melihat hasil literatur review yang telah di dapat, peneliti ingin
memberikan saran dan masukan yang di harapkan dapat diterima oleh semua
pihak yang terkait dalam penelitian.
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Diharapkan agar pihak rumah sakit dapat :
a. Menjadikan terapi komplementer sebagai salah satu intervensi yang
dapat dilakukan perawat dalam pelayanan asuhan keperawatan
khususnya dalam manajemen penuntasan angka stunting.
b. Membina kader - kader posyandu/gizi untuk memberikan
penyuluhan mengenai stunting, pengetahuan status gizi, pola asuh
ibu, dan kebersihan lingkungan
c. Melakukan pengukuran tinggi badan rutin pada kegiatan posyandu
setiap bulannya guna memantau status gizi TB/U anak secara teratur
2. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan agar dapat memperbanyak literatur perpustakaan terkait
terapi komplementer dan intervensi keperawatan komplementer dalam
pencegahan stunting sebagai salah satu mata ajar yang dipelajari lebih
mendalam.

24
25

3. Bagi Penelitian Keperawatan


Untuk penelitian selanjutnya jika menggunakan tema yang sama,
peneliti disarankan untuk dapat berkonsultasi dengan pakar ahli dibidang
Non Farmakologi (Komplementer) yang dapat diterapkan dalam
penuntasan angka stunting.
DAFTAR PUSTAKA

Arlius, A., Sudargo, T., & Subejo, S. (2017). Hubungan Ketahanan Pangan
Keluarga Dengan Status Gizi Balita (Studi Di Desa Palasari Dan Puskesmas
Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang). Jurnal Ketahanan Nasional,
23(3), 359. https://doi.org/10.22146/jkn.25500

Astutik, Rahfiludin, M. Z., & Aruben, R. (2018). (2020). Faktor Penyebab Stunting
pada Anak: Tinjauan Literatur. Real in Nursing Journal, 3(1), 1–10.
https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/article/view/447/227

Ginting, A. B., Munthe, J., Sinuhaji, L. N. B., & Anisatulaila. (2021). Penerapan
Self Efficacy Dan Pemanfaatan Biskuit Labu Kuning Sebagai Makanan
Tambahan Terhadap Pencegahan Stunting Pada Gold Period Di Siosar Astaria.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 11(2), 2013–
2015. https://doi.org/10.33859/dksm.v11i2.638

Helmizar, H., Surono, I. S., & Saufani, I. A. (2020). Development of dadih powder
as a complementary food to prevent children from stunting in West Sumatra,
Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 583(1),
0–6. https://doi.org/10.1088/1755-1315/583/1/012027

Katmawanti, S., Mariroh, F., Negeri, U., Metode, D., & Diskusi, H. (2021). kelor
oleifera dijadikan sebagai alternatif makanan bayi untuk mencegah stunting
di Indonesia ? Machine Translated by Google. 10, 353–357.

Kubuga, C. K., Hong, H. G., & Song, W. O. (2019). Hibiscus sabdariffa meal
improves iron status of childbearing age women and prevents stunting in their
toddlers in Northern Ghana. Nutrients, 11(1).
https://doi.org/10.3390/nu11010198
Kemenkes RI. (2018). Buletin Stunting. Kementerian Kesehatan RI, 301(5), 1163–
1178.

Lindquist, R., Tracy, M.F., & Snyder, M. (2018). Complementary Alternative


Therapies in Nursing Eighth Edition. New York : Spinger Publishing
Company Inc.

Prasetyaningati, D., & Rosyidah, I. (2019). Modul Pembelajaran Komplementer.


Www.Google.Com, 1–17.
http://www.teknologipendidikan.net/wpcontent/uploads/2012/10/
Merancang-Modul-yang-Efektif.pd

Pemerintah atasi Stunting : melalui PIS-PK, Pemberian Makanan Tambahan


(PMT), dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) - Direktorat P2PTM
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-
dan-gangguan-metabolik/pemerintah-atasi-stunting-melalui-pis-pk-
pemberian-makanan-tambahan-pmt-dan-1000-hari-pertama-kehidupan-hpk
Purwanti, A. D. (2021). Hambatan Dalam Implementasi Program Gerakan 1000
Hari Pertama Kehidupan : A Review. Cerdika : Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(6),
622–631.
https://cerdika.publikasiindonesia.id/index.php/cerdika/article/view/113#:~:te
xt=Hambatan dari implementasi program Gerakan,Gerakan 1000 Hari
Pertama Kehidupan.

Putri, D.M.P & Amalia, R.N. (2019). Terapi Komplementer Konsep dan Aplikasi
dalam Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru.

Saputri, R. A., & Tumangger, J. (2019). Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting Di


Indonesia. Journal of Political Issues, 1(1), 1–9.
https://doi.org/10.33019/jpi.v1i1.2

Sutriyawan, A., Kurniawati, R. D., Hanjani, R., & Rahayu, S. (2021). Prevalensi
Stunting Dan Hubungannya Dengan Sosial Ekonomi. Jurnal Kesehatan,
11(3), 351. https://doi.org/10.35730/jk.v11i3.636
Syahfitri, & Susanti, D. (2022). Efektivitas Penambahan Daun Kelor pada Nugget
Cumi-Cumi untuk Pencegahan Stunting di Desa Padang Kecamatan
Manggeng. Jurnal Sosial Dan Teknologi (SOSTECH), 2(2), 174–181.

Yuk Kenali Apa Itu Stunting, Ciri-ciri dan Cara Pencegahannya

https://www.viva.co.id/gaya-hidup/parenting/1398907-yuk-kenali-apa-itu
stunting-ciri-ciri-dan-cara-pencegahannya
Lampiran 1. Surat Pernyataan Keaslian Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. Biodata Tim

Anda mungkin juga menyukai