Studi Kasus Penelitian : “Proses Difusi Inovasi Dan Keputusan Inovasi Sistem
Informasi Desa: Studi Kasus Di Kabupaten Lombok Timur”
Makalah
Mata Kuliah:
Teori Komunikasi Pembangunan
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Dwi Retno Hapsari, MS
Oleh:
Esti I3502201002
Fajar Adi I3602202025
Galung Triko I3502201003
M. Nizam Auza I3502201012
Sadam I3502201007
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Semoga tidak
mengurangi semangat kita semua dalam menimba ilmu pengetahuan di masa pandemi
Covid-19 ini. Terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Teori Komunikasi
Pembangunan, Ibu Dr. Ir. Dwi Retno Hapsari, MS yang telah membimbing dan
memberikan pengetahuan kepada kami.
Pada kesempatan ini penulis mencoba menjelaskan beberapa bagian dari mata
kuliah Teori Komunikasi Pembangunan yang membahas mengenai analisis karakteristik
inovasi, nilai dan kredibilitas sumber informasi, pengambilan keputusan inovasi, dan
hambatan komunikasi. Dalam hal ini penulis merasa banyak kekurangan sehingga perlu
diberi kritik dan saran untuk menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 3
IV. KESIMPULAN.......................................................................................................... 18
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai amanat Undang-Undang Desa yakni UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 86 bahwa
: “ Desa berhak mendapatkan akses informasi melalui Sistem Informasi Desa (SID) yang
dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten kota. Pemerintah pusat dan Pemerintah
daerah wajib mengembangkan Sistem Informasi Desa dan Pengembangan Kawasan
Pedesaan. Hal ini dipertegas pada Nawacita ketiga yakni pembangunan dimulai dari
pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa. Realita di desa, saat ini adalah
banyak memiliki data namun belum terkelola dengan baik, sumber daya manusia yang
terbatas, pembangunan sarana prasarana lebih banyak fokus pada fisik bangunan.
Sedangkan infrastruktur TIK sangat kurang, beban kerja berbanding terbalik dengan
reward serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa kurang. Sehingga
menimbulkan masalah bagi desa, antara lain : kemiskinan, desa kurang berkembang, dan
pembangunan yang tidak sesuai kebutuhan desa karena data yang kurang akurat.
Sistem Informasi Desa (SID) adalah seperangkat alat dan proses pemanfaatan data
dan informasi untuk mendukung pengelolaan sumberdaya berbasis komunitas di tingkat
desa. Setidaknya ada dua hal yang menjadikan kehadiran SID menjadi penting. Pertama,
keinginan untuk mewujudkan partisipasi, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan
desa. Ini artinya SID sebagai perangkat informasi juga menjadi perangkat demokrasi.
Kedua, banyaknya data desa yang berserakan dan tidak terkumpul secara rapi di arsip
pemerintahan desa. Ini artinya SID merupakan perangkat teknokratis yang membuat
penyelenggaraan pemerintahan desa menjadi lebih efsien dan efektif (Jahja., dkk, 2012).
melakukan analisis dengan studi kasus proses difusi inovasi dan keputusan inovasi sistem
informasi desa : studi kasus di kabupaten lombok timur.
Jumlah kumulatif orang yang mengadopsi inovasi secara ideal akan mendekati kurva S,
yang bermula pada nilai yang rendah, kemudian naik dengan cepat dan akhirnya
mencapai kondisi yang stagnan atau hanya bertambah sedikit. Terkait dengan system
sosial, sebuah inovasi akan berdifusi dengan cepat pada sistem sosial yang homogen.
Gambar 1. Kurva Adopsi/Inovasi Rogers
gelombang informasi ini menguat sumber informasi dari (8) internet (cyber extension)
atau teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
komunikasi. Menurut dalam bukunya, 1976, Cruden dan Sherman Personel management
jenis hambatan teknis dari komunikasi :
− Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
− Kurangnya informasi atau penjelasan
− Kurangnya ketrampilan membaca
− Pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau
secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi idea atas pengertian, yang
diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan
pengertian (komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya keliru.
Tidak adanya hubungan antara Simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti atau
penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa
yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini,
seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik
komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang
dipakainya.
3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan
atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang,
dll. Menurut Cruden dan Sherman:
a. Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia.
Perbedaan persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi, ketrampilan
mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi.
b. Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staf dan efektifitas
komunikasi organisasi.
11
III. PEMBAHASAN
Penulis menguraikan tinjauan pustaka dengan penjabaran teori dan konsep yang
menjadi topik pembahasan. Agar menjadi lebih komprehensif, maka hal yang menjadi
bahan untuk studi kasus adalah studi riset pada jurnal tentang proses difusi inovasi. Jurnal
ini memuat pembahasan mengenai sistem informasi desa yang harus dikembangkan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah, sebagaimana tertulis dalam undang-undang desa.
Pelaksanaannya bisa menggunakan APBN, APBD, ataupun APBDes tergantung dengan
kondisi yang ada pada daerah. Topik riset pada jurnal ini adalah “proses difusi inovasi
dan keputusan inovasi sistem informasi desa: studi kasus di kabupaten lombok timur”.
relatif cepat. Pemerintah Desa bersedia mengadopsi SID karena menilai SID memiliki
keuntungan relatif, dimana SID dirasakan lebih baik dari pada sistem sebelumnya. SID
juga memiliki kompabilitas yang sejalan dengan nilai-nilai yang berlaku,
pengalamanpengalaman terakhir dan kebutuhan adopter. Kompleksitas SID dinilai
mudah dipahami dan digunakan, memiliki triabilitas untuk dicoba terlebih dahulu, dan
secara observabilitas SID dapat dilihat dan disaksikan hasilnya oleh orang lain.
Sumber inovasi yang pertama kali mengembangkan SID di Indonesia sejak tahun
2009, adalah Combine Resource Institution: Pusat Sumberdaya bagi Jaringan Informasi.
Combine atau CRI merupakan sebuah organisasi non pemerintah (NGO atau LSM) yang
memberdayakan masyarakat melalui pengembangan jaringan dan sumberdaya informasi.
Combine sendiri merupakan singkatan dari Community-based Information Network, atau
jaringan informasi berbasis komunitas. Tahun 2010, CRI merilis aplikasi SID versi 1.0
yang diterapkan di Bantul, Klaten dan Magelang. Pada tahun 2013, CRI mereplikasi SID
di Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Utara dengan aplikasi SID versi
3.0 dan versi 3.6.
Terkait dengan difusi SID di Kabupaten Lombok Timur, muncul re-invention yang
didefinisikan sebagai derajat dimana inovasi dapat diubah atau dimodifikasi oleh
pengguna dalam proses adopsi dan implementasinya. Penggunaan ide baru secara
individual menyimpang dari intinya atau versi inovasi yang dipromosikan oleh agen
pembaharu (Eveland et al.dalam Rogers, 2003). Selanjutnya Rogers (2003) menyatakan
bahwa beberapa adopter ingin berpartisipasi secara aktif dalam pemesanan inovasi untuk
situasi yang sesuai dengan kondisinya. Inovasi akan menyebar lebih cepat ketika dapat
di reinvented dan adopsinya mungkin menjadi lebih sustain (berlanjut).
Berikut karakteristik inovasi SID yang menunjukkan alasan SID dapat dengan
cepat diadopsi dengan relatif cepat di Kabupaten Lombok Timur.
Tabel 1.1 Karakteristik Inovasu SID du kabupaten Lomook Timur
No. Karakteristik Karakteristik SID
inovasi
1. Relative SID dirasakan lebih baik dari pada sistem administrasi
advantage sebelumnya, dimana sistem sebelumnya manual, sedangkan
(keuntungan SID berbasis teknologi informasi, sehingga :
relatif)
13
Pengguna SID yang tergabung dalam Forum SID Lombok Timur menggunakan
aplikasi SID dari CRI, namun dalam impelemtasinya operator menemukan masalah-
masalah teknis yang tidak bisa mereka pecahkan karena tidak ada tempat untuk
berkonsultasi. Akhirnya Forum SID menggunakan OpenSID, yaitu sistem informasi desa
yang sengaja dirancang supaya terbuka dan dapat dikembangkan bersamasama oleh
komunitas peduli SID. Open SID awalnya dikembangkan menggunakan SID dari CRI,
yaitu SID 3.10. SID CRI sendiri memiliki lisensi General Public License Version 3
sehingga siapa saja dapat mempergunakan, mengubah dan menyebarkan Open SID
secara bebas tanpa bayaran.
Komunitas Open SID terus berupaya menyempurnakan aplikasi SID, dan membuat
rilis baru secara cepat dan tanggap untuk memperbaiki masalah yang ditemukan (bug),
mengubah sistem supaya lebih mudah dipakai, menyampaikan contoh template surat atau
laporan yang mungkin diperoleh dari kontribusi komunitas SID, menambah fitur
berdasarkan permintaan dari komunitas SID, dan menyelaraskan dengan perkembangan
teknologi yang dipergunakan, seperti perkembangan PHP, Code Igniter dan sebagainya
Dengan komunitas yang begitu besar, pengembangan dan pelayanan teknis perangkat
lunak SID perlu lebih cepat dan tanggap untuk terus mempertahankan momentum yang
ada. Untuk mencapai ini, strategi utama adalah memudahkan pengguna untuk
mendapatkan SID secara bebas dan tanpa proses birokrasi, memudahkan pengguna
menyerap rilis baru SID, dan membuka peluang bagi anggota komunitas SID yang
memiliki keterampilan pemrograman, untuk secara aktif membuat kontribusi langsung
pada pengembangan perangkat lunak SID, sehingga mempercepat pengembangan
aplikasi SID.
Secara konsep dan fitur dasar, tidak ada perbedaan antara SID CRI dan OpenSID.
Pada awalnya motivasi utama OpenSID hanya melakukan perubahan teknis aplikasi SID
untuk memudahkan pengguna untuk mendapatkan SID secara bebas, tanpa proses
birokrasi, memudahkan pengguna menyerap rilis baru SID, dan mendukung pengelolaan
source code (script) aplikasi SID di Github. Karena OpenSID dikembangkan terus oleh
pegiat SID, OpenSID sudah menerapkan banyak hal yang belum dirilis oleh SID-CRI,
seperti perbaikan masalah yang ditemukan, perubahan sederhana untuk memudahkan
pengoperasian SID, dan penambahan fitur yang belum sempat dirilis oleh SID-CRI.
Sampai dengan rilis v1.10, sudah ada 41 rilis OpenSID. Daftar perbaikan/perubahan di
setiap rilis ada di https://github.com/eddieridwan/ OpenSID/ releases.
15
langsung dalam kegiatan belajar bersama, maupun melalui whatssap group (WAG)
Forum SID Lotim.
Menurut Rogers (2003), difusi terjadi dalam sebuah sistem sosial. Sistem sosial
dalam penelitian ini adalah Forum SID Kabupaten Lombok Timur (ForSID) yang
beranggotakan operator SID, perangkat desa, pegiat dan pemerhati SID. Struktur sosial
dari sistem tersebut mempengaruhi difusi inovasi, bisa menjadi pembatas terjadinya
difusi inovasi, dapat memfasilitasi atau pun menghalangi difusi inovasi dalam sistem.
Struktur sosial Forum SID sederhana dan informal, ada Ketua Forum dan Koordinator
Wilayah (Kelompok belajar), dan anggota yang setara. Proses belajar berlangsung sesuai
prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa, yaitu belajar bersama dengan bertukar
pengalaman. Proses belajar berlangsung satu kali dalam sebulan, tempat belajar diatur
bergilir dari satu desa ke desa lain, dan biaya konsumsi ditanggung bersama secara
urunan. Pengambilan keputusan inovasi, misalnya penggunaan fitur tertentu dalam SID,
diputuskan secara kolektif. Rogers (2003) menyebutnya collective innovation-decisions,
yaitu memilih untuk mengadopsi atau menolak inovasi yang dibuat melalui konsensus di
antara anggota sistem sosial.
Prinsip yang nyata dari komunikasi manusia adalah bahwa transfer ide terjadi
secara lebih sering di antara dua individu yang setara (sejenis) atau homofilous. Proses
belajar dalam Forum SID adalah homofili, dengan ciri umur, pendidikan, dan status
sosial Operator SID relatif sama. Ketua Forum SID dan beberapa anggota memang
memiliki kompetensi yang lebih baik dari anggota lainnya, namun karena kompetensi itu
didapatkan dari belajar secara otodidak, mereka tetap menempatkan diri sebagai sesama
anggota kelompok belajar, dan memang tidak ada agen perubahan dari luar Forum SID
yang mendampingi proses belajar. Selain sebagai basis data desa, SID juga
dikembangkan secara online berbasis web sehingga terbentuklah jurnalisme warga,
dimana warga dapat menjadi pewarta warga yang merupakan wujud kesadaran warga
atas pentingnya keterlibatan warga dalam mengelola informasi. Di sisi lain, SID dapat
mendorong transparansi dan akuntabilitas pembangunan di tingkat desa, karena dokumen
harus ditampilkan online maupun offline melalui grafis yang dipasang di tempat-tempat
tertentu. Pelibatan warga desa untuk berpartisipasi dalam SID dilakukan pengelola SID
dengan membuat laman di media sosial Facebook, dan membuat grup jejaring sosial
melalui Whatssap. Masyarakat dapat memberikan umpan balik (komentar, saran dan
masukan) secara online melalui website, media sosial (FB dan WA), dan pesan singkat
(SMS). Warga diajak berpartisipasi mengisi website desa dengan mengirimkan berita dan
17
informasi. Namun demikian, karena masih terfokus pada pengembangan perangkat lunak
OpenSID, para pegiat SID belum secara khusus mengembangkan jurnalisme warga
melalui SID.
18
IV. KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah, konsep dan teori karakteristik inovasi, nilai
dan kredibilitas sumber informasi, pengambilan keputusan inovasi, serta ketepatan dan
hambatan komunikasi disertai dengan studi kasus tentang adopsi inovasi SID. Maka
penulis menyimpulkan beberapa poin yang menjadi pokok bahasan, diantaranya :
1. Karakteristik inovasi terdiri dari relative advantage, compatibility, complexity,
observability, dan trialability. Sedangkan sumber inovasi dalam komunikasi inovasi
sosial dapat ditemukan pada beberapa pihak, antara lain (1) instansi pemerintah, (2)
instansi swasta, (3) lembaga swadaya masyarakat, (4) petani atau pelaku usaha dari
pengalamannya, (5) pengusaha atau pedagang dengan informasi pasarnya, (6) lembaga
penelitian atau perguruan tinggi, (7) publikasi dan media massa, serta era gelombang
informasi ini menguat sumber informasi dari (8) internet (cyber extension) atau
teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
2. Proses pengambilan keputusan adopsi inovasi terdiri dari tahap pengenalan
(knowledge), Tahap bujukan atau persuasi (persuation), tahap keputusan atau proses
pembuatan keputusan (decisions), tahap implementasi (implementation), tahap
konfirmasi (confirmation). Sedangkan ketepatan komunikasi dilihat dari Source-
Encoder dan Receiver-Decoder, message dan channel dan hambatan komunikasi
berupa hambatan teknis, semantik dan manusiawi.
3. Difusi inovasi dan keputusan inovasi SID di Kabupaten Lombok Timur berlangsung
relatif cepat. Karakteristik SID sesuai kebutuhan, lebih menguntungkan, dan
mendukung penemuan kembali. Saluran komunikasi menggunakan saluran komunikasi
massa, komunikasi kelompok, dan komunikasi interpersonal, dimana komunikasi
dilakukan secara tatap muka maupun menggunakan media sosial. Difusi relatif cepat
karena adanya kelompok-kelompok belajar SID sebagai suatu sistem sosial yang
mendukung.
4.2 Saran
Berdasarkan uraian simpulan diatas, maka saran dari makalah ini adalah diperlukan
melakukan evaluasi secara berkala pengenai pengambilan keputusan inovasi. Teknologi
selalu berubah dan dengan cepat, selain itu kapasitas sumberdaya manusia di tingkat desa
didorong untuk bisa mengikuti perkembangan teknologi. Hal ini sangat penting untuk
sistem informasi desa di Lombok Timur.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purbathin Hadi , Diyah Indiyarti , Dian Lestari Miharja, 2019. Proses Difusi Inovasi Dan
Keputusan Inovasi Sistem Informasi Desa: Studi Kasus Di Kabupaten Lombok Timur.
Indonesian Journal of Socio Economics, Volume 1, Number 1 : 1-11
http://purebohttp/id.shvoong.com/business-management/2100726-hambatan-komunikasi-
antarmanusia
https://www.facebook.com/groups/OpenSID
Hubeis, Aida Vitalaya. (2010). Pendekatan Gender dan Pembangunan dalam Pemberdayaan
Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor: IPB Press
Jahja, R., Hartaya, Dina Mariana, Meldi Rendra. 2012. Sistem Informsi Desa Sistem Informasi
dan Data untuk Pembaruan Desa. Jogjakarta: Combine Resource Institution
Katz, E & Lazzarsfeld, P. 1955. Personal Influence. New York: Columbia University Press.
http://www.scribd.com/doc/6446504/l azarfrld-theory.
Metzger, M. J., & Flanagin, A. J. (2013). Credibility and trust of information in online
environments: The use of cognitive heuristics. Journal of Pragmatics, 59, 210-220
Rogers, E. M. 2003. Diffusion of Innovations. 5 th edition (New York: The free Press 1995).
Rogers, Everett M. 1995. Diffusion of Innovations (Fourth Edition). The Free Press. New York
Stephens, Keri K., Ashley K. Barrett & Michael J. Mahometa. (2013). “Organizational
Communication in Emergencies: Using Multiple Channels and Sources to Combat Noise
and Capture Attention”. Human Communication Research, 38(2): 230-251.
Wardani, Surti, 2018. Ketepatan Komunikasi antara Manajemen dan Awak Kabin (Flight
Attendant) di PT. Garuda Indonesia.