Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LITERASI DIGITAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pola pikir digital

Dengan Dosen :

Dwikeu Novi Asrika, S.Kom., M.Kom.

Disusun oleh :

Bhadriko Theo Pramudya.D NIM 10123380

Muhammad Arasy NIM 10123354

Barka Tirta Rama NIM 10123365

Karol Efrido sanggam.P NIM 10123375

Zulfazri Wirakastam.P NIM 10123369

Universitas Komputer Indonesia

Jl. Dipati Ukur No.112-116, Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat
40132

(2023)

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1 Pengertian Literasi Digital.....................................................................................4
2.1.1 Prinsip Dasar Literasi Digital........................................................................5
2.1.2 Manfaat Literasi Digital................................................................................6
2.1.3 Tantangan Literasi Digital.............................................................................6
2.1.4 Literasi Digital ASN......................................................................................7
2.2 Pengertian Search Engine dan Kaitannya Dengan Literasi Digital....................10
2.2.1 Keterampilan Pencarian Informasi..............................................................10
2.2.2 Pemahaman Algoritma................................................................................10
2.2.3 Penilaian Informasi......................................................................................11
2.2.4 Kesadaran Privasi........................................................................................11
2.3 Macam-macam Search Engine dan Cara Penggunaannya..................................11
2.3.1 Penggunaan Tanda Kutip ("...")..................................................................11
2.3.2 Penggunaan Operator Site (site:...)..............................................................12
2.3.3 Penggunaan Operator OR (OR)..................................................................12
2.3.4 Penggunaan Operator Exclude (-)...............................................................12
2.3.5 Perbedaan dengan Search Engine Lain.......................................................12
BAB 3..................................................................................................................................14
KESIMPULAN...............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Literasi digital merupakan kemampuan atau kecakapan yang harus dimiliki oleh guru.
literasi digital mencakup kecakapan individu untuk mengakses, menggunakan, dan
memanfaatkan teknologi digital. Pemanfaatan digital sangatlah penting bagi guru-guru di
sekolah. Menurut (Ningsih et al., 2021) pemanfaatan digital sangat penting digunakan oleh
guru, guna untuk menghadapi tantangan pada lingkungan abad-21 yang penuh dengan
kecanggihan tekologi. Dengan adanya kemampuan literasi digital, diharapkan tugas dan
fungus guru tidak tergerus oleh waktu.
Guru memiliki peran penting dalam pelaksanaan pendidikan yang berkualitas. Tidak
hanya sekadar mengajar guru harus mempersiapkan segala sesuasi sesuai dengan tututan
zaman. Perihal ini juga dijelaskan oleh (Akbar, 2021) guru memiliki tugas penting yaitu
meningkatkan kopetensi dalam mengajar. kopetensi pedagogik merupakan suatu keahlian
atau kemampuan dalam memahami siswa pada abad-21 secara psikologis.
Dalam kegiatan pembelajaran pula guru memiliki peran dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, perancang kegiatan pembelajaran serta menilai hasil pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilaksanan berbasis digital. Oleh karena itu diharapkan
guru untuk dapat memiliki sebuah keterampilan dalam menggunakn teknologi informasi,
guna memaksimalkan peran dalam kegiatan pembelajaran di abad-21.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Literasi Digital

Di era saat ini, perkembangan teknologi semakin pesat, hal tersebut telah memberikan
banyak kemajuan dan kemudahan bagi kehidupan manusia. Segala kegiatan dapat dengan
mudah dilakukan hanya memanfaatkan komputer dan internet. Melalui hal tersebut segala
jenis informasi dapat tersebar luas secara mudah.

Dilansir oleh Direktorat Sekolah Dasar, berdasarkan hasil surveynya di Indonesia,


menyatakan bahwa 73,9 persen penduduknya memanfaatkan teknologi digital dimana hal
tersebut setara dengan 202 juta orang dari total 270 juta penduduk Indonesia. Hal tersebut
membuktikan bahwa penduduk Indonesia telah memanfaatkan teknologi yang berkembang.

Persebaran teknologi informasi yang semakin mudah juga tidak semuanya berisi
tentang hal positif, namun juga terdapat hal negatif, seperti penyebaran informasi tentang
berita hoaks, radikalisme, penipuan, dan lain sebagainnya. Dengan adanya hal tersebut kita
sebagai pengguna teknologi perlu adanya cara untuk memahami dan menyaring informasi
tersebut, salah satunya yaitu dengan meningkatkan literasi digital.

Apakah kalian tahu literasi digital itu? Siapa yang mencetuskan istilah literasi digital?
Istilah literasi digital dicetuskan oleh Paul Gilster yaitu seorang pemerhati teknologi
informasi asal Amerika Serikat yang kemudian istilah tersebut dijadikan istilah baku dalam
bukunya Digital Literacy yang terbit pada 1997. Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang
berjudul Digital Literacy (1997), literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami
dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas
yang diakses melalui piranti komputer. Selain itu, berdasarkan lansiran Portal Informasi
Indonesia, UNESCO memperkuat istilah literasi digital , menurutnya literasi digital yaitu
berkaitan dengan kecakapan (life skill) karena tidak hanya melibatkan teknologi, melainkan
meliputi kemampuan untuk belajar, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk menghasilkan
kompetensi digital.

4
Di Indonesia, literasi digital telah meningkat. Hal tersebut dibuktikan oleh survey
yang dilakukan dalam pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021, yang menyatakan
bahwa budaya digital (digital culture) mendapatkan skor tertinggi yaitu 3.90 dalam skala 5
atau baik. Dengan demikian, literasi digital di Indonesia diharapkan dapat terus meningkat
supaya masyarakat Indonesia dapat menjadi masyarakat yang cerdas, kreatif, dan inovatif
serta dapat memilah – milah informasi yang positif maupun negatif.

Dikutip dari buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri
Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam
memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya.
Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan,
mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak,
cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya.

2.1.1 Prinsip Dasar Literasi Digital

Menurut Yudha Pradana dalam Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital
(2018), literasi digital memiliki empat prinsip dasar, yaitu:

1. Pemahaman

Artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang diberikan


media, baik secara implisit ataupun eksplisit.

2. Saling ketergantungan

Artinya antara media yang satu dengan lainnya saling bergantung dan berhubungan.
Media yang ada harus saling berdampingan serta melengkapi antara satu sama lain.

3. Faktor sosial

Artinya media saling berbagi pesan atau informasi kepada masyarakat. Karena
keberhasilan jangka panjang media ditentukan oleh pembagi serta penerima informasi.

4. Kurasi

5
Artinya masyarakat memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami serta
menyimpan informasi untuk dibaca di lain hari. Kurasi juga termasuk kemampuan bekerja
sama untuk mencari, mengumpulkan serta mengorganisasi informasi yang dinilai berguna.

2.1.2 Manfaat Literasi Digital

Dilansir dari Manfaat Literasi Digital Bagi Masyarakat dan Sektor Pendidikan Pada Saat
Pandemi Covid-19 (2020) karya Eti Sumiati dan Wijonarko, literasi digital telah membawa
banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Manfaat tersebut di antaranya:

1. Kegiatan mencari dan memahami informasi dapat menambah wawasan individu.

2. Meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami
informasi.

3. Menambah penguasaan ‘kosa kata’ individu, dari berbagai informasi yang dibaca.

4. Meningkatkan kemampuan verbal individu.

5. Literasi digital dapat meningkatkan daya fokus serta konsentrasi individu.

6. Menambah kemampuan individu dalam membaca, merangkai kalimat serta menulis


informasi.

2.1.3 Tantangan Literasi Digital

Literasi digital setidaknya memiliki dua tantangan yang harus dihadapi, dan bisa diatasi
dengan menerapkan literasi digital dalam setiap penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.

1. Arus informasi yang banyak

Tantangan paling kuat dari literasi digital adalah arus informasi yang banyak. Artinya
masyarakat terlalu banyak menerima informasi di saat yang bersamaan. Dalam hal inilah
literasi digital berperan, yakni untuk mencari, menemukan, memilah serta memahami
informasi yang benar dan tepat.

6
2. Konten negatif

Konten negatif juga menjadi salah satu tantangan era literasi digital. Contohnya konten
pornografi, isu SARA dan lainnya. Kemampuan individu dalam mengakses internet,
khususnya teknologi informasi dan komunikasi, harus dibarengi dengan literasi digital.
Sehingga individu bisa mengetahui, mana konten yang positif dan bermanfaat serta mana
konten negatif.

2.1.4 Literasi Digital ASN

Kegiatan literasi digital bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) sejalan dengan core value
ASN, yakni BerAKHLAK. ASN dituntut mampu memahami dan merespon cepat digitalisasi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan sektor publik.

Dalam sesi paparan Budaya Digital Sektor Pemerintahan, Kepala Lab Psikologi Binus
University Bekasi, Istiani menguraikan salah satu fungsi ASN sebagaimana tercantum dalam
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yaitu perekat dan pemersatu bangsa.
Keberadaan media sosial yang memiliki dualisme dampak positif maupun negatif, maka
sebagai perekat dan pemersatu bangsa, ASN harus senantiasa membangun wawasan
kebangsaan, serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari.

Cara-cara yang bisa dilakukan ASN dalam membangun budaya digital, yaitu:

 menghargai,
 mewujudkan cinta tanah air,
 menyebarkan konten konstruktif/positif,
 bersikap santun dan bermartabat,
 menciptakan ruang diskusi yang sehat,

7
 memperkuat harmoni dan kebersamaan, dan
 mempromosikan gaya hidup yang berkualitas.

Kemajuan teknologi informasi di era digital memberikan banyak kemudahan bagi


kehidupan manusia. Di Indonesia, hasil survey mengatakan 73,9% penduduknya
memanfaatkan teknologi digital. Itu setara dengan 202 juta orang dari total 270 juta penduduk
Indonesia.

Angka tersebut merupakan potensi besar dalam pemanfaatan teknologi informasi di


Indonesia. Namun ada sisi yang patut diwaspadai di balik potensi besar ini. Karena
digitalisasi memiliki dua sisi mata pisau. Pada satu sisi membawa manfaat yang besar bagi
kemajuan umat manusia, tapi di sisi lain ada ekses-ekses negatif yang ditimbulkan.

“Oleh karena itu kita semua perlu melakukan upaya peningkatan literasi digital agar
masyarakat bisa memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan benar,” kata Jumeri,
S.T.P., M.Si., Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
Kemendikbud.

Hal tersebut disampaikan Jumeri saat memberikan sambutan pada webinar dengan tema
“Paradigma Literasi Baca Tulis di Era Digital” yang diselenggarakan oleh Siberkreasi pada
Selasa, 1 April 2021.

Selain harus menghadapi fenomena digitalisasi di tengah masyarakat yang sudah memberikan
paradigma kehidupan baru, kata Jumeri, ada tantangan lainnya yang harus diselesaikan. Yaitu
rendahnya minat baca dan kemampuan literasi penduduk Indonesia.

“Minat baca terhadap buku harus ditingkatkan lagi. Kita harus beradaptasi dengan teknologi
untuk meningkatkan minat baca masyarakat, salah satunya dengan menyediakan berbagai
platform digital,” kata Dirjen PAUD Dikdasmen.

Sejalan dengan literasi digital, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun ini akan
melaksanakan Asesmen Nasional. Tujuannya untuk mengevaluasi pendidikan secara
komprehensif melalui kompetensi literasi dan numerasi. Kebijakan ini diharapkan dapat
melahirkan SDM Indonesia yang unggul dan mampu bersaing di industri.

8
“Dengan kemampuan literasi yang tinggi, seseorang akan bisa mencari informasi, memilih
informasi, mengolah informasi, bahkan menyebarluaskan informasi secara benar. Saya
menyebutnya dengan 5M; mencari, memilih dan memilah, mengolah, memanfaatkan dan
kemudian menyebarluaskan,” tutur Jumeri.

Beliau berharap ke depan literasi penduduk Indonesia terus meningkat dan meningkat pula
mutu SDM-nya menuju 100 tahun Indonesia merdeka. “Saya berharap orang tua, guru, siswa
dan mahasiswa bisa meningkatkan literasinya lewat berbagai informasi,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Gufran A. Ibrahim, Guru Besar Antropolinguistik,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Khairun, menyampaikan, masyarakat saat ini sedang
mengalami dua lompatan besar dalam perilaku atau tradisi baca tulis. Dari Wahana kertas
menjadi wahana kaca alias teknologi digital.

“Yang terjadi pada dua lompatan itu, pertama, perpindahan wahana perilaku membaca dari
membaca tanpa jari kepada membaca dengan sentuhan jari pada gawai. Kemudian dari
peralihan ini juga ada pengalaman dan pembelajaran kecerdasan kinestetik, ada peluang
mendapatkan bacaan lebih banyak. Kemudian dari perpindahan ke wahana digital akan lahir
pula komunitas baru yaitu warga net alias netizen. Negatifnya adalah akan terjadi komunikasi
yang semakin lancing, cerewet, sedikit-sedikit berkabar dan berbagai perilaku kelisanan
lain,” tutur Gufran.

Dengan terjadinya disrupsi digital ini, Gufran menilai literasi baca tulis menjadi berkurang
dan justru melahirkan kebiasaan baru yaitu kebiasaan lisan, mutakhirkan status, banyak
bertutur dengan jari tanpa berpikir terlebih dulu, hingga akhirnya menurunkan minat
membaca buku.

“Warganet memang banyak mendapatkan informasi dari berbagai sumber, tetapi belum
sepenuhnya terbangun kebiasaan membaca dan menulis. Kalaupun menulis sesungguhnya itu
hanya mentransformasikan kelisanan ke dalam gawai yang justru sering kali menghasilkan
kegaduhan. Oleh karena itu dibutuhkan literasi digital yang massif agar masyarakat menjadi
pengguna internet yang bijak,” ujarnya.

Dr. Achmad Fahrodji, Direktur Utama PT Balai Pustaka, mengatakan, Balai Pustaka kini
sudah beradaptasi dengan era digital, melalui literasi dan digitalisasi. Bahkan Balai Pustaka
sudah membuat terobosan taman bacaan digital.

9
“Taman bacaan digital itu bentuknya semacam box, dimana alat ini hanya dicolokkan di
konektor listrik, tidak terkoneksi dengan internet dan dia langsung jadi wi-fi. Seluruh konten
yang dicolokkan di dalam bisa diakses oleh pemegang HP tanpa tersedot kuotanya dan tanpa
tergantung internet. Jadi di daerah pedalaman, di daerah tertinggal, alat ini bisa digunakan,”
ujar Achmad Fahrodji.

Fahrodji melanjutkan, rencananya dalam minggu depan taman baca digital ini akan diuji coba
di Sorong dan Raja Ampat oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal bekerjasama
dengan Kominfo, Telkom Indonesia dan Balai Pustaka.

Selain membuat taman bacaan digital, Balai Pustaka juga membuat edu-BP atau pustaka
digital Balai Pustaka yang unik. Di dalamnya ada lebih dari 500 e-book, juga ada audio buku
yang dibaca oleh para seleberitis.

2.2 Pengertian Search Engine dan Kaitannya Dengan Literasi Digital

Search engine, atau mesin pencari, adalah program komputer yang dirancang untuk
membantu pengguna menemukan informasi di internet. Search engine bekerja dengan cara
menjelajahi atau "mengindeks" berbagai halaman web dan kemudian menyajikan hasil
pencarian berdasarkan relevansi. Pengguna dapat memasukkan kata kunci atau frasa tertentu,
dan search engine akan memberikan daftar hasil yang dianggap paling relevan dengan kriteria
pencarian tersebut.

Kaitannya dengan literasi digital:

2.2.1 Keterampilan Pencarian Informasi

Literasi digital mencakup kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan


informasi secara efektif. Kemampuan menggunakan search engine dengan baik merupakan
aspek penting dari literasi digital, karena ini memungkinkan individu untuk menemukan
sumber daya yang relevan dan akurat di internet.

2.2.2 Pemahaman Algoritma

Search engine menggunakan algoritma kompleks untuk menentukan urutan hasil pencarian.
Literasi digital melibatkan pemahaman tentang bagaimana algoritma ini bekerja dan

10
bagaimana mereka mempengaruhi hasil pencarian. Ini penting agar pengguna dapat
memahami mengapa suatu halaman web muncul di bagian atas hasil pencarian.

2.2.3 Penilaian Informasi

Literasi digital juga mencakup keterampilan mengevaluasi keandalan dan kredibilitas


informasi yang ditemukan melalui search engine. Dengan banyaknya informasi yang tersedia
di internet, penting bagi individu untuk dapat mengidentifikasi sumber yang dapat dipercaya
dan informasi yang akurat.

2.2.4 Kesadaran Privasi

Penggunaan search engine juga melibatkan kesadaran privasi. Literasi digital mencakup
pemahaman tentang bagaimana data pribadi dapat dikumpulkan dan digunakan oleh search
engine. Pengguna perlu tahu cara mengelola preferensi privasi mereka dan memahami risiko
yang terkait dengan penggunaan search engine.

Dengan demikian, pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan search engine


merupakan bagian integral dari literasi digital. Literasi digital membantu individu agar dapat
mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi, memahami konteks informasi online, dan
membuat keputusan yang tepat ketika menggunakan mesin pencari untuk mencari informasi.

2.3 Macam-macam Search Engine dan Cara Penggunaannya

Memanfaatkan penulisan kata kunci yang lebih spesifik pada Google Search Engine dapat
membantu pengguna mendapatkan hasil pencarian yang lebih relevan. Berikut adalah
beberapa tips dan contoh untuk menggunakan kata kunci spesifik:

2.3.1 Penggunaan Tanda Kutip ("...")

Contoh: "teknologi kecerdasan buatan"

Penjelasan: Menggunakan tanda kutip pada suatu frasa akan membatasi pencarian agar hanya
menampilkan hasil yang mengandung frasa tersebut secara keseluruhan. Ini membantu
mendapatkan hasil yang lebih spesifik terkait dengan topik yang diinginkan.

11
2.3.2 Penggunaan Operator Site (site:...)

Contoh: site:bbc.com Brexit

Penjelasan: Dengan menggunakan operator "site:", kita dapat membatasi pencarian hanya
pada situs tertentu. Contoh di atas akan memberikan hasil pencarian terkait Brexit hanya dari
situs bbc.com.

2.3.3 Penggunaan Operator OR (OR)

Contoh: smartphone OR ponsel pintar

Penjelasan: Operator OR digunakan untuk mencari salah satu dari beberapa kata kunci.
Dalam contoh ini, hasil pencarian dapat mencakup informasi tentang smartphone atau ponsel
pintar.

2.3.4 Penggunaan Operator Exclude (-)

Contoh: jaguar -mobil

Penjelasan: Operator "-" digunakan untuk mengecualikan kata kunci tertentu dari hasil
pencarian. Contoh di atas akan memberikan hasil terkait jaguar yang tidak termasuk
informasi tentang mobil.

2.3.5 Perbedaan dengan Search Engine Lain

1. Bing:
Sing memiliki beberapa perbedaan dalam algoritma pencariannya, tetapi prinsip
dasarnya mirip dengan Google. Penggunaan operator dan tanda kutip pada kata kunci
juga dapat diterapkan di Bing.

2. Yahoo:
Yahoo menggunakan mesin pencari Bing, sehingga strategi pencarian yang efektif di
Bing kemungkinan besar juga berlaku untuk Yahoo.

3. DuckDuckGo:
DuckDuckGo menekankan privasi dan tidak melacak pengguna. Meskipun fitur
pencariannya mungkin kurang canggih dibandingkan Google, prinsip dasar
penggunaan kata kunci tetap sama.

12
Penting untuk dicatat bahwa sementara prinsip dasar pencarian dengan kata kunci seringkali
sama antara mesin pencari, algoritma masing-masing dapat memberikan hasil yang sedikit
berbeda. Oleh karena itu, eksperimen dan penyesuaian mungkin diperlukan untuk mencapai
hasil pencarian yang optimal di setiap mesin pencari.

13
BAB 3

KESIMPULAN

Literasi digital merujuk pada kemampuan seseorang untuk menggunakan teknologi digital
dengan efektif dan bertanggung jawab. Berikut adalah beberapa kesimpulan penting tentang
literasi digital: Literasi digital menjadi keterampilan kritis di era digital saat ini. Kemampuan
untuk memahami, mengevaluasi, dan menggunakan teknologi digital memainkan peran besar
dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan, dan pendidikan. Literasi digital mencakup
keterampilan untuk menilai keakuratan dan keandalan informasi online. Dengan banyaknya
informasi yang tersedia di internet, penting bagi individu untuk dapat membedakan antara
sumber yang dapat dipercaya dan yang tidak. Kesadaran terhadap keamanan digital adalah
aspek penting dari literasi digital. Ini mencakup pemahaman tentang ancaman keamanan
online, perlindungan privasi, penggunaan kata sandi yang aman, dan tindakan pencegahan
lainnya untuk menjaga keamanan dalam ekosistem digital. Literasi digital juga mencakup
kemampuan untuk menggunakan teknologi dengan cara yang kreatif dan kolaboratif. Ini
termasuk pembuatan konten digital, berkontribusi dalam lingkungan online, dan
berkolaborasi dengan orang lain secara efektif melalui platform digital. Individu yang
memiliki tingkat literasi digital yang tinggi cenderung lebih sukses dalam pendidikan dan
karier mereka. Banyak pekerjaan modern membutuhkan keterampilan teknologi digital, dan
literasi digital dapat meningkatkan daya saing di pasar kerja. Literasi digital juga mencakup
pemahaman tentang etika digital. Ini termasuk perilaku online yang etis, penghormatan
terhadap hak cipta, dan kesadaran terhadap dampak sosial dari interaksi online. Literasi
digital bukanlah tujuan yang statis, tetapi lebih sebagai proses pengembangan keterampilan
seumur hidup. Dengan cepatnya perubahan teknologi, individu perlu terus memperbarui dan
meningkatkan keterampilan literasi digital mereka. Kesetaraan akses dan partisipasi dalam
dunia digital adalah bagian penting dari literasi digital. Semua individu, termasuk mereka
yang mungkin kurang akses atau keahlian teknologi, perlu diberdayakan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat digital. Kesimpulan ini menekankan bahwa literasi digital tidak hanya
tentang penggunaan teknologi, tetapi juga tentang pemahaman, evaluasi, dan penggunaan
yang bertanggung jawab dan efektif dalam konteks digital.

14
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Sekolah Dasar. 2021. Minat Baca Tulis Netizen Turun di Era Digital, Lebih
Banyak Komen dan Update Status. Diakses melalui
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/minat-baca-tulis-netizen-turun-di-era-digital-
lebih-banyak-komen-dan-update-status

Kemendikbud. -. Buku Literasi Digital. Diakses melalui


https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/buku-literasi-digital/#:~:text=Menurut%20Paul
%20Gilster%20dalam%20bukunya,yang%20diakses%20melalui%20piranti%20komputer.

Kominfo. 2022. Budaya Digital Membaik, Indeks Literasi Digital Indonesia Meningkat.
Diakses melalui https://www.kominfo.go.id/content/detail/39488/siaran-pers-no-
15hmkominfo012022-tentang-budaya-digital-membaik-indeks-literasi-digital-indonesia-
meningkat/0/siaran_pers

Portal Informasi Indonesia. 2022. Literasi Digital Masyarakat Indonesia Membaik. Diakses
melalui https://indonesia.go.id/kategori/editorial/3962/literasi-digital-masyarakat-indonesia-
membaik

15

Anda mungkin juga menyukai