Anda di halaman 1dari 47

KONSEPSI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN

BUDAYA IPTEK DI KALANGAN MASYARAKAT


INDONESIA GUNA PENANGGULANGAN TINDAK
KEJAHATAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
(IT) CYBER CRIME DALAM RANGKA KETAHANAN
NASIONAL

ESAI KONSEPSI PENINGKATAN

Diajukan untuk memenuhi ujian akhir semester mata kuliah KU2071 Pancasila
dan Kewarganegaraan semester 1 tahun ajaran 2022/2023

Kelompok 6 K-10 Ganesha

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2022
DAFTAR ANGGOTA

1. Firsen Wijaya 13421065


2. Amenli Ailsa Sitinjak 10221028
3. Yohanes Adward Wijaya 10821012
4. Nicolas Justin Sutanto 13021074
5. Dhea Kurnia Illahi El Syukur 13319070
6. Putri Rizki Dwi Hamsy Harahap 13421024
7. Rachel Aliya Darmawan 13421047
8. Billy Christianto 13421047
9. Pradipta Tyaga Mursid Parama 13421097
10. Bakas Ramadhani 15421119
11. Nadya Zsabilla Prawira 15521039
12. Kayla Seraphine Setiadipura 17421004
13. Irna Dewi 10022139
14. Jusni Johan 10022148

i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan esai
konsepsi peningkatan ini dengan semaksimal mungkin. Laporan esai konsepsi
peningkatan ini merupakan ujian akhir mata kuliah Pancasila dan
Kewarganegaraan kelas 10 pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023 di
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
Laporan ini bertujuan untuk melaporkan hasil penelitian terhadap konsepsi
peningkatan dan pengembanagan budaya IPTEK di kalangan masyarakat
Indonesia dalam rangka penanggulangan tindak kejahatan berbasis teknologi
informasi (cyber crime) dalam rangka mempertahankan ketahanan nasional.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian ini. Penulis menyadari, laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan
demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Penulis berharap, semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca
laporan.
Laporan ini tidak akan terwujud tanpa dorongan, arahan, dan bantuan
semua pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan
kelas 10 Semester Ganjil Tahun Akademik 2022/2023, Prof. Ir.
Dicky Rezady Munaf, M.S., MSCE, Ph.D.
2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan penuh
terhadap penulis.
3. Seluruh responden yang telah ikut serta dalam penelitian ini.
Atas segala bantuannya, semoga Tuhan Yang Maha Esa mampu
membalasnya.
Bandung, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ANGGOTA …………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1
1.1 Umum ……………………………………………………………………. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………… 2
1.2.1 Maksud …………………………………………………………….. 2
1.2.2 Tujuan ……………………………………………………………… 2
1.3 Ruang Lingkup dan Tata Urut …………………………………………… 3
1.3.1 Runag Lingkup ……………………………………………………………. 3
1.3.2 Tata Urut …………………………………………………………………... 3
1.4 Metode dan Pendekatan ………………………………………………….. 3
1.5 Pengertian ………………………………………………………………………... 4

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN …………………………………………………... 5


2.1 Umum ……………………………………………………………………. 5
2.2 Paradigma Nasional ……………………………………………………… 5
2.2.1 Pancasila sebagai Landasan Idiil ………………………………………….. 5
2.2.2 UUD NRI 1945 sebagai Landasan Konstitusional ………………………... 6
2.2.3 Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional ………………………….. 7
2.2.4 Ketahanan Nasional menjadi Landasan Konseptual ……………………… 7
2.3 Peraturan dan Perundang-undangan Terkait ……………………………... 8
2.4 Landasan Teori ………………………………………………………….. 10
2.4.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ………………………………………... 10
2.4.2 Cyber Crime ……………………………………………………………… 13
2.5 Tinjauan Pustaka ………………………………………………………... 15
2.5.1. Tinjauan Umum …………………………………………………………. 15
2.5.2. Penelitian Terdahulu I …………………………………………………… 15
2.5.3. Penelitian Terdahulu II …………………………………………………... 19

BAB III KONDISI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA IPTEK


DI KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA SAAT INI ……………………….. 20
3.1 Umum …………………………………………………………………... 20
3.2 Kondisi Peningkatan dan Pengembangan Budaya IPTEK di Kalangan
Masyarakat Indonesia Saat Ini ……………………………………………… 21

iii
3.3 Implikasi ………………………………………………………………………... 22
3.4 Pokok Persoalan yang Ditemukan ……………………………………… 23
BAB IV PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS ……... 24
4.1 Umum …………………………………………………………………... 24
4.2 Pengaruh Perkembangan Lingkungan Global ………………………….. 24
4.3 Pengaruh Perkembangan Lingkungan Regional ………………………... 25
4.4 Pengaruh Perkembangan Lingkungan Nasional ………………………... 25
4.5 Peluang dan Kendala …………………………………………………… 26
BAB V KONDISI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA IPTEK DI
KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA YANG DIHARAPKAN ……………. 27
5.1 Umum …………………………………………………………………... 27
5.2 Kondisi Peningkatan dan Pengembangan Budaya IPTEK di Kalangan Masyarakat
Indonesia yang Diharapkan ………………………………………………………… 28
5.3 Kontribusi ………………………………………………………………. 28
5.4 Indikator Keberhasilan …………………………………………………. 29
BAB VI KONSEPSI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA IPTEK
DI KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA GUNA PENANGGULANGAN
TINDAK KEJAHATAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI (IT) CYBER
CRIME DALAM RANGKA KETAHANAN NASIONAL …………………………. 31
6.1 Umum ……………………………………………………………………31
6.2 Kebijakan ……………………………………………………………….. 31
6.3 Strategi ………………………………………………………………….. 31
6.4 Upaya …………………………………………………………………… 33
BAB VII PENUTUP ………………………………………………………………….. 35
7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………... 35
7.2 Saran ……………………………………………………………………..35
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. vii
LAMPIRAN ……………………………………………………………………viii
Lampiran 1 : Alur Pikir ……………………………………………………..viii
Lampiran 2 : Pola Pikir …………………………………………………….. viii
Lampiran 3 : Lembar Kontribusi …………………………………………… ix

iv
DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Lembar Kontribusi ……………………………………………………... ix

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Umum

Saat ini, penggunaan teknologi merupakan suatu hal yang tidak terlepas
dari kehidupan manusia. Teknologi menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat
dalam menjalani kehidupan sehari - hari. Seiring perkembangan zaman,
teknologi berkembang pesat dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Banyak
kalangan yang terus menciptakan dan berinovasi baru dalam era perkembangan
teknologi saat ini. Kemudahan dalam mengakses teknologi juga berdampak
pada tata kehidupan masyarakat. Banyak dampak positif yang ditimbulkan dari
perkembangan teknologi ini antara lain, kemudian dalam berkomunikasi. Pada
zaman dahulu, berkomunikasi dengan orang lain yang berada dengan jarak
yang jauh sulit untuk dijangkau, tetapi dengan adanya teknologi saat ini dapat
dengan mudah dilakukan dengan kemudahan akses teknologi saat ini. Selain
itu, juga dapat mempermudah dalam bidang pekerjaan. Perkembangan
teknologi saat ini yang mudah diakses oleh semua kalangan seperti internet
juga sangat memudahkan kita dalam memperoleh informasi. Dapat menyerap
berbagai ilmu pengetahuan tidak terbatas pada satu sumber saja, melainkan
bisa dengan mudah mengeksplor berbagai sumber.
Di samping dampak positif yang dirasakan terdapat juga dampak
negatif yang ditimbulkan. Salah satunya yaitu munculnya penyerangan
kejahatan siber (cyber crime). Cyber crime merupakan perbuatan melawan
hukum yang dilakukan dengan memakai komputer sebagai sarana untuk
memperoleh keuntungan atau merugikan pihak lain. Bentuk kejahatan siber
dapat terjadi seperti serangan pada perangkat untuk merusak keamanan atau
melakukan pencurian data dan informasi dari sistem yang dimiliki. Hal tersebut
tentunya sangat merugikan dan membahayaka banyak orang. Kejahatan siber
dapat menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia dalam aspek keamanan. Oleh

1
2

karena itu, diperlukan suatu tindakan yang tepat untuk menanggulangi


permasalahan tersebut.
Pada makalah ini, akan dikaji permasalahan terkait konsepsi
peningkatan dan pengembangan budaya IPTEK di kalangan masyarakat
Indonesia guna penanggulangan tindak kejahatan berbasis teknologi informasi
(IT) cyber crime dalam rangka ketahanan nasional.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Konsepsi ini dibuat untuk memberi gambaran kepada Pemerintah


tentang “Peningkatan Dan Pengembangan Budaya IPTEK di Kalangan
Masyarakat Indonesia Guna Penanggulangan Tindak Kejahatan Berbasis
Teknologi Informasi (IT) Cyber Crime Dalam Rangka Ketahanan Nasional”.

1.2.2 Tujuan

Konsepsi ini bertujuan untuk memberikan saran dan masukan sebagai


bahan pertimbangan dalam penyelenggaraan peningkatan dan pengembangan
budaya IPTEK dalam masyarakat Indonesia untuk menanggulangi cyber crime
dalam rangka ketahanan nasional.
3

1.3 Ruang Lingkup dan Tata Urut

1.3.1 Runag Lingkup

Dalam konsepsi ini, dibatasi pada kondisi perkembangan budaya


IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia.

1.3.2 Tata Urut

Konsepsi ini disusun dengan tata urut sebagai berikut : BAB I


Pendahuluan yang melatarbelakangi pembuatan konsepsi ini, BAB II Landasan
Pemikiran mengenai dasar dan tinjauan yang berkaitan dengan topik konsepsi,
BAB III Kondisi Peningkatan dan Pengembangan Budaya Iptek di Kalangan
Masyarakat Indonesia Saat Ini, BAB IV Pengaruh Perkembangan Lingkungan
Strategis, BAB V Kondisi Peningkatan dan Pengembangan Budaya Iptek di
Kalangan Masyarakat Indonesia yang Diharapkan BAB VI Konsepsi
Peningkatan dan Pengembangan Budaya Iptek di Kalangan Masyarakat
Indonesia Guna Penanggulangan Tindak Kejahatan Berbasis Teknologi
Informasi (IT) Cyber Crime dalam Rangka Ketahanan Nasional, dan BAB VII
Penutup.

1.4 Metode dan Pendekatan

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengarah


pada penggunaan model penelitian kuantitatif dan kualitatif serta bersifat
deskriptif, yang berarti pada penelitian ini akan mendeskripsikan data dari
metode pengumpulan yang dilakukan.
4

1.5 Pengertian

Pengertian Cyber Crime:


Cyber Crime merupakan kata yang merujuk pada kejahatan dengan
menggunakan komputer atau dengan jaringan komputer dan internet sebagai
media, objek, dan lokasi kejahatan berlangsung.
Pengertian Cyber Police:
Cyber Police merupakan polisi yang telah di training dan diajarkan,
dibekali untuk menangani kasus segala tindakan kriminal yang dilakukan di
dalam dunia maya/cyber space.
Pengertian Gatra Nasional:
Penduduk, sumber daya alam, wilayah, ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan negara.
Pengertian Geopolitik:
Geopolitik merupakan sebuah studi yang mempelajari tentaang
masalah- masalah geografi, sejarah dan ilmu sosial, dengan merujuk kepada
percaturan politik yang ada di internasional.
Pengertian Ancaman:
Ancaman merupakan suatu usaha atau juga kegiatan yang dilaksanakan
oleh individu atau oleh kelompok tertentu yang potensinya tersebut kemudian
dapat membahayakan keselamatan individu dan/atau kelompok lain.
Pengertian Globalisasi:
Globalisasi merupakan sebuah keterkaitan dan ketergantungan antar
bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga
batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Pengertian Ketahanan Nasional:
Armawi mengatakan bahwa ketahanan nasional merupakan kemampuan
dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya
menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional merupakan suatu
interaksi positif segenap unsur kehidupan nasional (2011).
BAB II
LANDASAN PEMIKIRAN

2.1 Umum

Pada bab ini akan diuraikan landasan-landasan pemikiran yang


digunakan untuk merumuskan konsepsi. Dimulai dari paradigma nasional
dengan kelima landasannya, diikuti dengan peraturan dan perundangan yang
berkaitan, landasan teori yang digunakan terkait dengan metode yang
digunakan, dan tinjauan pustaka sebagai pembanding dan acuan dalam
pembuatan konsepsi.

2.2 Paradigma Nasional

2.2.1 Pancasila sebagai Landasan Idiil

Pancasila sebagai landasan idiil merupakan cita-cita nasional bangsa


Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur. Sebagai landasan idiil,
Pancasila menjadi cara pandang bangsa indonesia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Paradigma ini terlahir dari nilai-nilai luhur bangsa demi
kelangsungan kehidupan NKRI.
Pancasila sebagai landasan idiil berada dalam seluruh aspek tata
kehidupan, dan menjadi elemen fundamental atas kekuatan nasional. Dalam hal
ini, Pancasila turut menjadi landasan atas peningkatan dan pengembangan
budaya IPTEK untuk menanggulangi cyber crime dalam rangka ketahanan
nasional.
Dilihat dari sila pertama, seorang manusia yang bertakwa pada Tuhan
Yang Maha Esa tentunya tidak akan melakukan kejahatan, salah satunya adalah
kejahatan berbasis teknologi informasi. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita
tidak boleh merugikan sesama kita dengan melakukan tindak kejahatan. Dari
sila kedua, sebagai warga negara yang baik, tentunya setiap orang harus

5
6

diperlakukan dengan adil dan manusiawi. Tentunya pemahaman ini diperlukan


agar tindak kejahatan berbasis IT dapat terhindarkan.
Pada sila ketiga, jelas bahwa segenap masyarakat harus menjunjung
tinggi persatuan Indonesia. Persatuan ini dapat dicapai dengan menghindari
dan menanggulangi tindak kejahatan berbasis IT agar tidak terjadi
perpecah-belahan. Hal ini tentu dapat diraih dengan terus melakukan
pengembangan budaya IPTEK dalam masyarakat. Sila keempat menegaskan
bahwa prinsip musyawarah mufakat harus terus dimanfaatkan dalam
pengambilan keputusan, dalam hal ini terkait dengan tindak kejahatan berbasis
teknologi informasi. Dalam sila terakhir, keadilan sosial dapat terwujud dengan
terjaganya ketahanan nasional bangsa Indonesia dengan penanggulangan cyber
crime yang tepat.

2.2.2 UUD NRI 1945 sebagai Landasan Konstitusional

UUD NRI 1945 sebagai landasan konstitusional berperan sebagai


sumber hukum dasar yang menjadi pokok kaidah NKRI yang fundamental
adanya. Hal ini terutama tercermin dalam alinea 4 pembukaan UUD NRI 1945.
Alinea ini berisi tujuan nasional bangsa Indonesia. Adapun tujuan nasional
yang termuat dalam alinea tersebut ialah “...melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial….”
Dalam memenuhi salah satu tujuan nasional, yaitu memajukan
kesejahteraan umum, perlu dilakukan tindakan untuk mencapainya. Masyarakat
yang sejahtera tentunya terhindar dari tindak kejahatan, salah satunya kejahatan
berbasis IT. Masyarakat dapat terhindar dari hal ini dengan adanya peningkatan
dan pengembangan budaya IPTEK.
Kehidupan bangsa pun akan tercerdaskan dengan peningkatan budaya
IPTEK. Selain itu, penanggulangan tindak kejahatan ini akan menjamin
terjaganya perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian, ketahanan
7

nasional Indonesia akan terjaga untuk dapat secara ulet dan dinamis
menghadapi ancaman yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

2.2.3 Wawasan Nusantara sebagai Landasan Visional

Wawasan nusantara merupakan ajaran yang kebenarannya diyakini


oleh seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut agar tidak terjadi penyimpangan
dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita - cita dan tujuan nasional. Dengan
demikian, dapat terwujud ketahanan nasional yang nyata.
Wawasan nusantara sebagai landasan visioner dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional merupakan cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan untuk tercapainya tujuan nasional.
Dengan lingkungan yang beragam menjadi tantangan tersendiri bagi
bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Perkembangan
budaya IPTEK dapat menjadi salah satu aspek untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia agar tetap terjaga. Dengan adanya perkembangan
IPTEK masyarakat dapat lebih menghargai dan saling menjaga dalam
berkehidupan rakyat Indonesia. Selain itu, adanya perkembangan IPTEK ini
juga memicu rakyat Indonesia menjadi terpecah belah. Kemungkinan yang
dapat terjadi karena adanya persebaran informasi yang cepat dan belum tentu
kebenarannya terjamin, sehingga membuat pengaruh terhadap pola pikir
individu atau kelompok yang bisa menimbulkan perpecahayan. Oleh karenitu,
wawasan nusantara sebagai landasan visional menjadi sangat penting agar
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.

2.2.4 Ketahanan Nasional menjadi Landasan Konseptual

Menurut situs Perpustakaan Lembaga Ketahan Nasional


(LemHannas) RI, ketahanan nasional sebagai landasan konsepsional ketahanan
nasional Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi
segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
8

nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,


hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasional.
Dalam perkembangan IPTEK banyak terjadi kemungkinan kejahatan
yang timbul seperti kejahan siber (cyber system). Dalam menjami identitas,
integritas, dan kelangsungan hidup bangsa dan negara perlu dilakukan bentuk
pertahanan yang kuat untuk mencegah terjadinya cyber system. Kejahatan siber
ini dapat menjadi suatu ancaman yang berbahaya dan merugikan masyarakat
serta pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, ketahanan nasional menjadi
landasan konseptual sangat penting untuk dipahami guna menjaga persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia dalam menanggulangi permasalahan kejahatan
tersebut.

2.3 Peraturan dan Perundang-undangan Terkait

Indonesia sebagai negara hukum tentunya memiliki aturan tersendiri


dalam menimbang segala perilaku bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa
bagi warga negaranya. Aturan-aturan tersebut dapat bersifat mengatur,
mengikat, bahkan memaksa dan tertulis dalam UUD RI 1945 dan
undang-undang yang berlaku.
Dalam peningkatan dan pengembangan budaya iptek di kalangan
masyarakat Indonesia, terdapat beberapa undang-undang yang berlaku guna
menanggulangi tindak-tindak kejahatan berbasis teknologi informasi (IT) atau
cyber crime dalam rangka ketahanan nasional.
Cyber crime diatur dalam Undang-Undang Transaksi Elektronik Nomor
8 Tahun 2011 sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 19
Tahun 2016, (“UU ITE”) khususnya pada pasal 27 sampai 30 mengenai
perbuatan yang dilarang.
1. Pasal 27 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
9

diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang


memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Ancaman pidana pasal 45(1)
KUHP. Pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Diatur pula dalam
KUHP pasal 282 mengenai kejahatan terhadap kesusilaan.
2. Pasal 28 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.
3. Pasal 29 UU ITE tahun 2008: Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara
pribadi (Cyber Stalking). Ancaman pidana pasal 45 (3) Setiap orang yang
memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
4. Pasal 30 ayat (1), (2) dan (3) mengatakan bahwa:
a. Dengan sengaja tanpa hak dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses dan/ atau sistem elektronik orang lain dengan cara apapun
b. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
komputer dan/ atau sistem orang lain dengan cara apapun untuk tujuan
memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.
c. Dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses
komputer dan/ atau sistem elektronik dengan tujuan melanggar
menerobos, melampaui, menjebol sistem pengaman.
Lebih lanjut sanksi bagi yang melanggar ketentuan pasal 30 UU ITE
diatur di dalam pasal 46 UU ITE berupa:
1. Ayat (1) : dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
2. Ayat (2) : dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah).
10

3. Ayat (3) : dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).
Tak hanya itu, terdapat pula aturan terkait tindak pelanggaran dalam
kasus iptek yang berlaku pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai
berikut :
1. Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding.
2. Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan.
3. Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan
pemerasan yang dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku
untuk memaksa korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
diinginkannya.
4. Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik
dengan menggunakan media Internet.
5. Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang
dilakukan secara online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.
6. Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi.
7. Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus penyebaran foto
atau film pribadi seseorang.
8. Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang
membuat sistem milik orang lain.

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a. Pengertian
Teknologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
keterampilan dalam menciptakan alat dan metode pengolahan guna membantu
menyelesaikan berbagai pekerjaan manusia. Untuk pengertian lainnya,
teknologi merupakan pembahasan sistematis atas seni terapan maupun
11

pertukangan, hal ini juga mengacu literatur Yunani yang menuliskan bahwa
kata teknologi berasal dari kata techne yang memiliki makna yaitu wacana
seni.
Menurut Naisbitt dalam bukunya yang berjudul Random House
Dictionary (2002:46), teknologi digambarkan sebagai suatu benda serta objek,
serta bahan serta wujud yang berbeda jika dibandingkan dengan manusia biasa.
Menurut Miarso (2007 : 62), teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai
tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk ,
produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan
karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem.
Menurut Iskandar Alisyahbana seperti dikutip Yusufhadi Miarso
(2007:131), teknologi adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal, sehingga seakan-akan
memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
panca indra, dan otak manusia. Terlepas dari itu semua, teknologi ini
merupakan sebuah batu loncatan bagi manusia untuk dapat lebih berkembang
dan menciptakan sesuatu yang lebih menguntungkan bagi kehidupan peradaban
manusia. Akan tetapi teknologi ini tidak bisa digunakan seenaknya dikarenakan
teknologi juga akan memiliki efek positif maupun negatif bagi manusia sendiri.
Teknologi yang digunakan dengan baik tentunya akan mendatangkan
kesejahteraan bersama.

b. Jenis-jenis
Teknologi yang telah hadir dalam kehidupan manusia telah merubah
banyak hal, yang tentunya lebih memudahkan manusia dalam melakukan
pekerjaannya. Adapun teknologi ini dibagi berdasarkan jenis-jenisnya untuk
membantu manusia di sektor pekerjaannya masing-masing. Berikut ini merupakan
berbagai jenis dari teknologi.
1. Teknologi dalam Bidang Informasi
TI atau yang biasa disebut dengan Teknologi Informasi
merupakan sebuah teknologi yang membantu manusia untuk
12

menyebarkan informasi antara satu dengan yang lainnya dengan cepat


dan tepat. Teknologi ini terdiri atas perangkat lunak (software) dan
juga perangkat keras (hardware) yang dibutuhkan dalam proses
penyampaian informasi tersebut. Untuk contohnya adalah televisi,
radio, website, social media, dan lain-lain.
2. Teknologi dalam Bidang Komunikasi
Teknologi dalam bidang komunikasi tentunya membantu manusia
untuk saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya tanpa
dibatasi oleh jarak maupun waktu. Jenis teknologi ini mungkin
merupakan teknologi yang paling terasa di era manusia sekarang.
Contoh dari teknologi ini adalah handphone, email, dan lain-lain.
3. Teknologi dalam Bidang Transportasi
Teknologi transportasi ini membantu manusia untuk dapat
berpindah tempat antarkota bahkan antarnegara dengan cepat.
Hadirnya teknologi bidang transportasi ini menyebabkan mobilitas
manusia menjadi lebih efisien dan juga penyebaran menjadi lebih
merata. Contoh dari transportasi ini adalah mobil, bus, kereta,
pesawat, dan lain-lain.
4. Teknologi dalam Bidang Pendidikan
Teknologi dalam bidang pendidikan sangat terasa adanya pada
zaman ini. Semenjak adanya virus Covid-19 yang menyebar sekitar
akhir tahun 2020, menyebabkan semua pembelajaran harus
dilaksanakan secara daring. Oleh karena itu teknologi di bidang
pendidikan ini mulai maju pesat dan sampai saat ini masih terus
berkembang dan menjadi lebih baik. Untuk contoh dari teknologi ini
adalah aplikasi pembelajaran online seperti Zoom Meeting, Google
Classroom, dan lain-lain.
5. Teknologi dalam Bidang Kesehatan
Teknologi dalam bidang kesehatan atau medis ini memiliki
cakupan yang sangat luas. Inovasi ini kemudian digunakan manusia
untuk membantu menjaga kesehatan manusia, mengurangi rasa sakit
13

yang ada, dan juga mempercepat pemulihan manusia. Bahkan,


sekarang ada juga teknologi yang dapat digunakan untuk melakukan
operasi. Contohnya adalah termometer, stetoskop, alat suntuk infus,
software monitor kesehatan, dan lain-lain.

2.4.2 Cyber Crime

a. Pengertian
Cyber Crime adalah salah satu tindak kejahatan yang dilakukan secara
online. Kejahatan jenis cyber crime ini tidak mengenal waktu dan pilih target
siapa yang ditujunya. Dalam praktiknya, cyber crime bisa dilakukan individu
maupun secara berkelompok. Dalam prosesnya, pelaku akan meretas server
dari perusahaan target yang dituju, kemudian mencuri ribuan hingga jutaan
data dan informasi pribadi dari pelanggan maupun perusahaan tersebut.
Dimulai dari nama, nomor handphone, hingga alamat pribadi akan disebar oleh
peretas ini dan mengambil keuntungan dari menjual data-data krusial tersebut.
Girasa (2002), mendefinisikan cyber crime sebagai aksi kegiatan yang
menggunakan teknologi komputer sebagai komponen utama. Tavani (2000)
memberikan definisi cyber crime, yaitu kejahatan dimana tindakan kriminal
hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi cyber dan terjadi di
dunia cyber. Dilansir dari buku Pengantar Teknologi Informasi (2020) buatan
Dasril Aldo mengatakan bahwa cyber crime merupakan kejahatan yang
ditimbulkan karena pemanfaatan teknologi internet.
Secara hukum, di Indonesia pun telah ada undang-undang terkhusus
yang membahas mengenai permasalah terkait dengan kejahatan di dunia maya.
Undang-undang tersebut adalah UU ITE tahun 2008, dimana undang-undang
tersebut membahas tentang tata cara, batasan penggunaan perangkat elektronik,
dan juga sanksi yang akan diberikan bila terjadi pelanggaran terhadap
undang-undang tersebut. Dari undang-undang inilah semua masyarakat yang
tergolong WNI diajak untuk bijak dalam menggunakan social media dan juga
waspada terhadap adanya bahaya cyber crime ini.
b. Jenis-jenis Cyber Crime
14

Dikutip dari buku Tips dan Trik Kartu Kredit: Memaksimalkan Manfaat
dan Mengelola Resiko Kartu Kredit (2010) karya Aep S. Hamidin, mengatakan
bahwa jenis-jenis dari kejahatan cyber crime adalah sebagai berikut.
1. Unauthorized access
Kejahatan tipe ini merupakan kejahatan cyber yang terjadi
ketika seseorang menyusup untuk masuk ke dalam sistem jaringan
komputer secara tidak sah dan tanpa izin yang jelas. Contoh dari
tindakan ini sendiri adalah probing dan port.
2. Illegal contents
Kejahatan cyber tipe ini dengan melakukan dan memasukkan
sejumlah data dan informasi ke dalam internet, sedangkan informasi
yang dimasukkan tersebut tidak etis, tidak benar, dan melanggar hukum
dan peraturan yang ada.
3. Data Forgery
Kejahatan cyber tipe ini merupakan sebuah kejahatan cyber
dengan memalsukan data pada suatu dokumen yang penting pada
internet. Contohnya yaitu memalsukan alamat atau link website suatu
bank ataupun lembaga resmi lainnya.
4. Cyberstalking
Kejahatan tipe ini dilakukan dengan cara mengganggu atau
melecehkan seseorang melalui perangkat komputer dan juga internet.
Kejahatan cyber tipe ini hampir sama dengan melakukan teror yang
ditujukan pada suatu orang tertentu. Contoh dari tindakan ini adalah
mengirimkan pesan ataupun foto yang bersifat melecehkan orang atau
target tertentu secara berkala hingga merusak mental dari target yang
dituju.
5. Hacking dan cracker
Hacking merupakan sebuah kegiatan untuk meretas sebuah
alat/perangkat lunak dari sebuah target yang dituju. Istilah hacker
tertuju pada orang yang memiliki minat besar untuk mempelajari
sebuah alat komunikasi elektronik secara detail. Istilah cracker
15

merupakan arti dari aksi perusakan internet. Contoh dari kejahatan


cyber ini adalah melakukan pembajakan akun, menyebarkan virus,
melakukan probing, dan lain-lain.

2.5 Tinjauan Pustaka

2.5.1. Tinjauan Umum

Dalam penelitian ini, diperlukan beberapa jurnal dan buku sebagai


bahan referensi dalam pengerjaan makalah ini. Untuk mempelajari materi
mengenai konsepsi peningkatan dan pengembangan budaya IPTEK yang ada di
kalangan masyarakat Indonesia guna penanggulangan tindak kejahatan berbasis
Teknologi Informasi (IT) Cyber Crime dalam rangka ketahanan nasional,
digunakan penelitian terdahulu dari Hardini Ardiyanti yang berjudul “CYBER
SECURITY DAN TANTANGAN PENGEMBANGANNYA DI INDONESIA” yang
kemudian akan dibahas dalam penelitian terdahulu I dan dari Ahmad Saudi
yang berjudul “KEJAHATAN SIBER TRANSNASIONAL DAN STRATEGI
PERTAHANAN SIBER INDONESIA” yang kemudian akan dibahas dalam
penelitian terdahulu II.

2.5.2. Penelitian Terdahulu I

Indonesia saat ini tengah dalam keadaan mendesak cyber-security atau


keamanan dunia maya karena melihat kenyataan bahwa tingkat kejahatan di
dunia maya atau cyber crime di Indonesia sudah mencapai tahap
memprihatinkan. Salah satu fakta yang menunjukkan cyber crime di Indonesia
sudah mengkhawatirkan adalah data CIA yang menyebutkan kerugian yang
disebabkan karena tindak kejahatan dengan memanfaatkan maupun di dunia
cyber di Indonesia telah mencapai 1,20% dari tingkat kerugian akibat cyber
crime yang terjadi di dunia.
16

Dalam tataran kebijakan, penangganan cyber crime berbeda dengan


penangganan kejahatan lainnya. Namun berbeda dengan penangganan
kejahatan lainnya, cyber-security membutuhkan pemikiran yang komprehensif
untuk menangganinya. Karena itu tulisan ini membahas dua hal yaitu: pertama,
bagaimana kebijakan cyber-security yang telah dijalankan di Indonesia selama
ini. Kedua, bagaimana prospek dan tantangan bagi pengembangan kebijakan
cyber-security di Indonesia.
Kebijakan cyber-security yang telah dijalankan di Indonesia telah
diinisiasi sejak tahun 2007 dengan dibentuknya Indonesia Security Incident
Response Team on Internet Infrastructure adalah Tim yang ditugaskan Menteri
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk membantu pengawasan
keamanan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet. Tugas dan fungsi
dari ID-SIRTII di antaranya melakukan pemantauan, pendeteksian dini,
peringatan dini terhadap ancaman dan gangguan pada jaringan, berkoordinasi
dengan pihak-pihak terkait di dalam maupun luar negeri didalam menjalankan
tugas pengamanan jaringan telekomunikasi berbasis protokol internet,
mengoperasikan, memelihara dan mengembangkan sistem database sistem
IDSIRTII, menyusun katalog-katalog dan silabus yang berkaitan dengan proses
pengamanan pemanfaatan jaringan, memberikan layanan informasi atas
ancaman dan gangguan keamanan pengamanan pemanfaatan jaringan
telekomunikasi yang berbasis protokol internet, menjadi contact point dengan
lembaga terkait tentang keamanan pengamanan pemanfaatan jaringan
telekomunikasi yang berbasis protokol internet serta menyusun program kerja
dalam rangka melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan keamanan
pengamanan pemanfaatan jaringan telekomunikasi yang berbasis protokol
internet.
Kerangka hukum cyber-security di Indonesia saat ini dibangun
diantaranya berdasarkan atas dasar UU Informasi dan Transaksi Elektronik No.
11 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik No. 82 Tahun 2012 serta surat edaran menteri dan
peraturan menteri. Secara nasional, terdapat sejumlah permasalah terkait
17

dengan pembangunan cyber-security yang tangguh di antaranya lemahnya


pemahaman penyelenggara negara atan security terkait dengan dunia cyber
yang memerlukan pembatasan penggunaan layanan yang servernya berada di
luar negeri dan diperlukan adanya penggunaan secured system; belum adanya
legalitas yang memadai terhadap penanganan penyerangan di dunia cyber; tata
kelola kelembagaan cyber-security secara nasional yang masih parsial dan
tersebar serta tidak adanya koordinasi yang baku dalam penanganan masalah
cyber-security; masih lemahnya industri kita dalam memproduksi dan
mengembangkan perangkat keras atau hardware terkait dengan teknologi
informasi.
Pengaturan dan penataan kelembagaan cyber-security nasional yang
kuat merupakan salah satu prasyarat terwujudnya cyber-security yang handal.
penangganan cyber-security harus terintegrasi secara kuat dan melibatkan
berbagai lembaga terkait yaitu intelejen, penegak hukum, pertahanan dan
keamanan baik itu kementerian pertahanan maupun TNI serta pemerintah
sebagai regulator yang dalam hal ini diwakili oleh Kominfo dan ISSIRTI serta
Lembaga Sandi Negara.
Guna menyikapi cyber crime yang sudah mencapai tahap
memprihatinkan tersebut maka salah satu alternatif kebijakannya adalah
dengan menempatkan cyber-security dalam kontek pertahanan. penanganan
cyber-security yang serius membutuhkan pembangunan infrastruktur
penunjang diantaranya diperlukannya satelit khusus untuk pertahanan termasuk
didalamnya kerja penangganan cybersecurity karena telah dimilikinya sejumlah
provider telekomunikasi oleh pemilik modal asing.
Tantangan lainnya ke depan dalam pengembangan kebijakan
cyber-security adalah sifat dari ancaman cyber yang multidimensional
membuat penangganannya tidak hanya menjadi tanggungjawab dari TNI
dan/atau Polri. Kemhan maupun Kemenkominfo. Salah satu strategi menarik
yang patut dicermati dalam menghadapi cyber war di antaranya upaya serius
pemerintah Amerika Serikat dalam mengembangkan The National Cyber
Security Division (NCSD) atau satu divisi khusus yang bertugas menanggani
18

keamanan cyber secara nasional yang didukung oleh sektor swasta dan
masyarakat yang memiliki tugas untuk membangun dan memelihara nasional
yang efektif sistem keamanan cyber atau dunia maya, membuat dan
menerapkan program manajemen risiko untuk dunia cyber guna melindungi
infrastruktur telekomunikasi dan cyber dari situasi kritis yang dikenal dengan
the National Cyber space Response System.
Terkait dengan pengembangan strategi nasional dalam membangun
cyber-security di Indonesia ke depan dilakukan dengan memenuhi empat
pondasi yang mendukung perkembangan teknologi informasi termasuk
didalamnya pengembangan cyber-security yaitu: perkembangan perangkat
lunak (software) seperti sistem dan aplikasi dan perkembangan alat keras
(hardware) perkembangan sarana dan prasarana teknologi informasi,
manajemen isi (content management), telecommunication and networking,
perkembangan internet serta perdagangan online atau melalui internet.
Selain memenuhi keempat pondasi utama pengembangan cyber-security
langkah lainnya yang mutlak dilakukan adalah pengorganisasian terkait dengan
penggunaan sistem teknologi informasi dengan memperhatikan empat hal
utama yaitu: pertama, sistem informasi (information systems) dan kedua,
kompetisi organisasi (organizational competition); ketiga, information systems
(sistem informasi) dan organizational decision making (sistem informasi dan
pengambilan keputusan dalam organisasi); keempat, pengorganisasian
penggunaan sistem informasi (organizational use of information systems).
Secara singkat, cyber-security ke depan hendaknya dibangun atas lima
bidang dasar yaitu adanya kepastian hukum (undang-undang cyber crime);
teknis dan tindakan prosedural (pengguna akhir dan bisnis (pendekatan
langsung dan penyedia layanan dan perusahaan perangkat lunak); struktur
organisasi (struktur organisasi sangat berkembang, menghindari tumpang
tindih); capacity building & pendidikan pengguna (kampanye publik dan
komunikasi terbuka dari ancaman cyber crime terbaru); Kerjasama
Internasional (termasuk didalamnya kerjasama timbal balik dalam upaya
mengatasi ancaman cyber).
19

2.5.3. Penelitian Terdahulu II

Beberapa aktor sekuritisasi adalah Kementerian Luar Negeri, Badan


Siber dan Sandi Negara, Badan Nasional Penggulangan Terorisme,
Kementerian Pertahanan, Kementerian Teknologi dan Informatika, Badan
Intelejen Negara, Dewan , Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik
Indonesia. Instansiinstansi ini bekerjasama dalam sistem yang membentuk
suatu program keamanan siber Indonesia untuk menangkal segala bentuk
kejahatan siber lintas negara yang jumlahnya dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Upaya dalam proses sekuritisasi tersebut adalah dengan
menerbitkan Undangan-undanga tentang Informasi dan Telematika selanjutnya
diterbitkannya Peraturan Presiden tentang pembentukan badan siber dan
wewenangnya. Dalam segi faktor pendukung ada beberapa perekrutan sumber
daya manusia bidang siber yang handal diiringi dengan penggunaan teknologi
dalam negeri untuk jaringan sistem siber yang cukup bagus terutama produk
vendor dalam negeri.
Kejahatan siber merupakan tanggung jawab segala lembaga atau
instansi bahkan swasta. Pemerintah Indonesia berkomitmen menjaga
kedaulatan negara dari berbagai ancaman kejahatan siber transnasional.
Dengan berbagai penjelasan di atas sudah sangat jelas bahwa pemerintah
Indonesia mengupayakan dan berusaha untuk mencegah terjadinya kerusakan
yang diakibatkan kejahatan siber yang ditujukan baik kepada pemerintah atau
kepada rakyat sipil. Kejahatan siber saat ini menjadi salah satu ancaman yang
nyata yang perlu diantisipasi sejak dini mungkin guna meminimalisir segala
kerusakan yang besar.
BAB III
KONDISI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA IPTEK DI
KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA SAAT INI

3.1 Umum

IPTEK saat ini adalah salah satu sarana dan prasarana maju yang
berkembang di dunia global. Jejaring sosial yang menghubungkan setiap orang
dan menjadi peradaban baru bagi sejarah umat manusia. Tanpa IPTEK saat ini,
sebuah negara tidak bisa dikatakan maju. Pengelolaan yang baik, teknologi
yang mumpuni serta masyarakat yang sehat dalam IPTEK.
Kondisi peningkatan IPTEK ini tentu adalah persoalan yang sangat
penting dalam masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari standar
internasional dan acuan global saat ini dalam mengembangkan IPTEK. Selain
itu, IPTEK nantinya akan terus mempengaruhi setiap aspek kehidupan
masyarakat.
Jika suatu negara tidak bisa mengambangkan IPTEK seperti standar
internasional maka bisa dikatakan negara tersebut adalah negara berkembang
yang akan sulit maju. Sebab yang ditimbulkan akan kurangnya pemahaman
IPTEK serta tidak adanya dukungan dari pihak pemerintah, maka negara
tersebut tidak akan menyumbangkan apa-apa bagi perkembangan dunia. Dalam
hal ini, keadaan ekonomi dan sosial budaya juga akan ikut terguncang.
Ekonomi tidak bisa berkembang jika tidak adanya campur tangan dari politik
luar negeri, dimana penghubungnya adalah IPTEK, begitupul dalam sesial
budaya masyarakat. Untuk itu, pengembangan dan pengalokasian dana untuk
IPTEK menjadi persoalan yang harus diperhatikan serius baik itu dari
pemerintah maupun masyarakat sendiri.

20
21

3.2 Kondisi Peningkatan dan Pengembangan Budaya IPTEK di


Kalangan Masyarakat Indonesia Saat Ini

Kondisi peningkatan budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia


masih sangat rendah. Terbukti dari laporan tahunan Indeks Kualitas Hidup
Digital atau Digital Quality of Life (DQL) 2022 oleh perusahaan Surfshark,
Indonesia menempati peringkat 72 dari 110 negara. Hal ini harus menjadi
alarm peringatan, khususnya bagi pemerintah, untuk segera memperbaiki
sektor tersebut.
Selain dari penelitian tersebut, fakta-fakta yang terjadi di lapangan juga
bisa dijadikan sebagai acuan tentang seberapa jauh peningkatan dan
pengembangan budaya IPTEK di masyarakat Indonesia saat ini. Salah satu
contohnya adalah kesenjangan pada bidang pendidikan. Masih banyak
perbedaan yang akan ditemukan saat membandingkan sekolah yang berada di
kota dengan sekolah yang berada di desa. Siswa/i di kota mendapatkan banyak
keuntungan seperti bangunan sekolah yang layak, perlengkapan belajar yang
baik, dan pengajar yang berkualitas. Hal ini seharusnya juga bisa menjadi
alarm untuk pihak pemerintahan.
Kasus lain yang bisa menggambarkan tentang budaya IPTEK di
masyarakat Indonesia adalah maraknya penipuan digital yang terjadi. Hal
tersebut bisa terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia
mengenai teknologi.
22

3.3 Implikasi

Peningkatan dan Pengembangan Budaya IPTEK di Kalangan


Masyarakat Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap Penanggulangan
Tindak Kejahatan Berbasis Teknologi Informasi (IT). Dengan adanya
Peningkatan dan Pengembangan Budaya IPTEK di Kalangan
Masyarakat Indonesia, penanggulangan tindak kejahatan berbasis
teknologi informasi akan semakin baik dan mudah dilakukan. Hal ini dapat
terjadi karena sebagian besar kejahatan berbasis teknologi yang terjadi di
Indonesia seperti penyebaran hoax, sms penipuan, dan pencurian kartu kredit
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang IPTEK itu
sendiri. Sehingga peningkatan serta pengembangan Budaya IPTEK di
kalangan masyarakat Indonesia dengan pendidikan atau penyuluhan tentang
etika menggunakan internet dapat membantu penanggulangan tindak
kejahatan berbasis IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia. Etika
menggunakan internet yang dapat disosialisasikan dapat termasuk menelusuri
sumber berita sebelum menyebarkannya, mengecek pengirim sms sebelum
mempercayainya dan tidak melakukan transaksi menggunakan kartu kredit di
situ-situs yang belum dipercayai. Jika masyarakat Indonesia sudah memiliki
etika menggunakan internet yang baik, tingkat kejahatan berbasis IPTEK akan
menurun sehingga dapat mempermudah penanggulangan.
Berdasarkan berita yang dilansir CNN Indonesia 17 Juli 2020,
Indonesia menempati peringkat kedua negara dengan kejahatan siber di dunia.
Fakta tersebut cukup mengkhawatirkan karena keamanan di dunia siber sama
pentingnya dengan keamanan di dunia nyata di era ini sebab banyak aktivitas
manusia yang dilakukan di dunia maya. Jika kejahatan siber ini tidak
ditanggulangi dengan baik, akan mengancam ketahanan nasional Indonesia.
Kejahatan siber seperti, ajakan melakukan gerakan separatis, ajakan untuk
mengikuti gerakan kelompok – kelompok radikal, cara membuat bom, dan
informasi hoax yang dapat memecah belah bangsa Indonesia dapat
mengancam ketahanan nasional. Untuk itu pemerintah perlu menanggulangi
23

kejahatan siber ini dengan serius karena dapat mempengaruhi ketahan


nasional Indonesia.

3.4 Pokok Persoalan yang Ditemukan

Pokok persoalan yang masih ditemukan terkait peningkatan dan


pengembangan budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia adalah
rendahnya literasi masyarakat akan pentingnya meningkatkan dan
mengembangkan budaya IPTEK ke arah yang positif agar tidak mengancam
ketahanan nasional Indonesia. Literasi yang rendah tersebut tentu dipengaruhi
oleh pendidikan yang diterima masyarakat mengenai budaya IPTEK itu sendiri
sehingga kesadaran untuk meningkatkan dan mengembangkan budaya IPTEK
akan rendah. Meskipun akses terkait IPTEK semakin luas dan terbuka di
kalangan masyarakat Indonesia, sikap dan pemikiran yang tidak maju dan
negatif akan mengancam ketahanan nasional.
Selain itu, anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah masih terhitung
sedikit jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang mengalokasikan
lebih dari 2% PDB tahun 2019. Hal tersebut tentu mempengaruhi peningkatan
dan pengembangan budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia melalui
lembaga dan pihak terkait lainnya seperti perguruan tinggi.
Anggaran yang mencukupi harus selaras dengan kinerja berbagai
lembaga dan pihak terkait budaya IPTEK untuk meningkatkan dan
mengembangan budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia.
Lembaga-lembaga IPTEK harus bekerja sama dan berusaha sebaik mungkin
dalam menjalankan tugas terkait peningkatan dan pengembangan budaya
IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia.
BAB IV
PENGARUH PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

4.1 Umum

Setelah memahami kondisi saat ini dari budaya IPTEK di kalangan


masyarakat Indonesia dan pokok-pokok persoalannya, kami akan menentukan
kondisi ideal/yang diharapkan. Namun sebelum itu, kami akan membahas
perkembangan lingkungan strategis serta pengaruh perkembangan tersebut
terhadap pokok-pokok persoalan yang sudah ditemukan ditinjau dari beberapa
ruang lingkup, yaitu: global, regional, dan nasional. Menganalisis
perkembangan lingkungan strategis dan pengaruhnya terhadap pokok-pokok
persoalan akan membantu mengidentifikasi peluang, kendala, dan kondisi yang
diharapkan.

4.2 Pengaruh Perkembangan Lingkungan Global

Pada tingkatan global dapat ditandai adanya globalisasi. Lingkup global


menjadi sangat mudah terjangkau, memberikan dampak dan mempengaruhi
lingkup strategis secara global. Dengan pesatnya globalisasi, segala isu dan
informasi dapat dengan cepat tersampaikan tanpa terasa batasan antar ruang
dan waktu. Begitu mudah untuk mendapat informasi antar negara. Dampak dari
hal ini ada dalam hal negatif maupun positif. Dampak positif yang terjadi bagi
bangsa Indonesia adalah mendorong Indonesia untuk semakin maju mengejar
IPTEK dan kemajuan negara lain, sedangkan dampak buruknya adalah dapat
dengan mudahnya masuk informasi tidak kredensial maupun yang mudah
mempengaruhi rakyat Indonesia dengan negatif, terutama usia remaja
kebawah. Lingkungan strategis dalam lingkup global dapat dimanfaatkan
apabila kita rakyat Indonesia dapat memanfaatkan dampak globalisasi yang
baik dan mencegah dampak buruk yang mungkin terjadi.

24
25

4.3 Pengaruh Perkembangan Lingkungan Regional

Dampak perkembangan IPTEK dalam lingkungan regional adalah


pemerataan teknologi pada tiap daerah. Tidak perlu ada perbedaan kemajuan
teknologi di berbagai wilayah. Ketika perkembangan IPTEK sudah diarahkan
ke lingkup regional, pengembangan kelembagaan mulai terlihat guna
meningkatkan efektivitas dan produktivitas regional. Akan ada akses teknologi
yang lebih mudah dalam daerah-daerah sehingga penduduk-penduduk disana
akan semakin mendapatkan akses menuju IPTEK yang lebih baik.

4.4 Pengaruh Perkembangan Lingkungan Nasional

Perkembangan IPTEK tentunya memberikan dampak terhadap


peningkatan strategis nasional. Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan
terhadap sarana dan prasarana IPTEK yang dimiliki Indonesia sendiri. Sarana
prasarana tersebut memberikan dampak positif bagi lingkungan nasional,
diantaranya setiap masyarakat yang memiliki akses dapat mendapatkan dan
menyebarkan informasi secara luas melalui internet dari berbagai sumber,
meningkatkan produktivitas dengan mempercepat proses pertukaran informasi
di bidang ekonomi, mengatasi masalah pembangunan, dan meningkatkan daya
saing nasional.
Namun, adanya persoalan terkait peningkatan dan perkembangan
IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia dapat membawa dampak negatif
terhadap peningkatan strategis di ranah nasional. Minimnya literasi masyarakat
Indonesia akan pentingnya meningkatkan dan mengembangkan budaya IPTEK
ke arah yang positif serta minimnya pengetahuan masyarakat mengenai cara
menyaring informasi yang baik dapat mengancam stabilitas ideologi Pancasila
jika ditambah dengan kecepatan penyebaran informasi yang terus berkembang
terutama mengenai ideologi-ideologi selain Pancasila. Sebagai contoh,
maraknya penyebaran akan paham komunisme di media sosial dapat
menyebabkan pengguna terpengaruh akan paham tersebut apabila tidak
26

dibekali dengan pemikiran yang tidak maju. Selain itu, beredarnya berita-berita
palsu dapat memicu konflik di masyarakat yang pada akhirnya berpotensi
dalam menimbulkan perpecahan dan mengancam ketahanan nasional dari
dalam.

4.5 Peluang dan Kendala

Peningkatan terhadap kualitas akan sarana prasarana IPTEK di


Indonesia apabila diserentakkan dengan peningkatan literasi masyarakat
terhadap pentingnya budaya IPTEK dan bagaimana cara menggunakan IPTEK
ke arah yang positif dapat memberikan perubahan terhadap pola sikap dan pola
pikir bangsa Indonesia menjadi lebih maju. Pemikiran yang maju ini
menyebabkan peningkatan terhadap kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki Indonesia serta kemampuan untuk melakukan tindakan pembangunan
yang bersifat positif.
Ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, universal, dan antisipatif
sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, IPTEK, dan sifat
masyarakat Indonesia. Dengan fleksibilitas yang dimiliki oleh Pancasila, dapat
terus dilakukan pembangunan dengan bantuan kemajuan IPTEK tanpa adanya
hambatan dalam proses demokrasi.
Perkembangan IPTEK yang terus mengalami kemajuan juga dapat
menyebabkan kendala apabila tidak dilengkapi dengan pengetahuan terhadap
teknologi itu sendiri. Semakin meningkatnya arus persebaran informasi,
semakin tinggi pula tingkat kejahatan yang dapat terjadi di ranah virtual (cyber
crime). Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi antara tenaga ahli dan pihak
berwenang untuk mengatasi masalah tersebut. Sementara, di Indonesia sendiri
anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan budaya IPTEK
terhitung sedikit dibanding negara-negara lain.
BAB V
KONDISI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA IPTEK DI
KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA YANG DIHARAPKAN

5.1 Umum

Kondisi saat ini, IPTEK menjadi suatu hal yang tabu, meski setiap hari
berbaur dengan teknologi dan pengetahuan. Pengelolaan informasi yang
kurang, ternyata terjadi di Indonesia. IPTEK bukan semata-mata hanya
pengetahuan, namun pemahaman dan penerapannya. Hal ini ternyata masih
perlu diperhatikan di Indonesia.
Peningkatan budaya IPTEK bisa dilakukan mulai dari penyamarataan
pendidikan masyarakat. Pendidikan menjadi standar utama dalam memajukan
masyarakat. Jika pendidikan sudah sama disetiap daerah, maka tidak akan ada
lagi hal yang namanya gagap dalam pengetahuan dan teknologi. Kontribusi
masyarakat dan kerja sama dalam pengembangan budaya IPTEK juga harus
selaras. Bukan hanya pemerintah yang memikirkan hal ini, namun masyarakat
juga harus ikut serta dalam mengembangkan ini, memberikan dukungan dan
membuat tempat tersendiri bagi para peneliti dan teknologi yang masuk ke
dalam Indonesia.
Keberhasilan yang diharapkan daripengembangan ini adalah,
masyarakat mampu maju dan bisa menangkal hal buruk dari IPTEK.
Pemerintah memberikan alokasi dana yang mencukupi agar bisa memenuhi
perkembangan budaya IPTEK yang sama dengan negara luar. Jika ini terjadi
maka tidak akan ada lagi masyarakat yang menemui jalan buntu dalam
tindakan yang mencakup IPTEK.

27
28

5.2 Kondisi Peningkatan dan Pengembangan Budaya IPTEK di


Kalangan Masyarakat Indonesia yang Diharapkan

Kondisi yang diharapkan adalah peningkatan budaya IPTEK di


kalangan masyarakat secara eksponensial positif setiap tahunnya. Peningkatan
budaya ini akan secara tidak langsung memecahkan masalah-masalah di bidang
lainnya.
Hal ini dapat diwujudkan salah satunya adalah dengan penyamarataan
kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan kebijakan seperti ini
akan berpengaruh terhadap lahirnya generasi-generasi yang berkualitas di
Indonesia. Generasi-generasi tersebut nantinya bisa mentransfer ilmu yang
mereka punya baik kepada generasi selanjutnya maupun generasi terdahulu.
Kebijakan lain adalah dengan mengadakan penyuluhan konvensional atau
digital tentang pentingnya budaya IPTEK.
Kebijakan-kebijakan tersebut bisa dilakukan untuk mencapai kondisi
yang diharapkan yang telah disebutkan sebelumnya.

5.3 Kontribusi

Peningkatan dan Pengembangan Budaya IPTEK di Kalangan


Masyarakat Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap Penanggulangan
Tindak Kejahatan Berbasis Teknologi Informasi (IT). Dengan adanya
peningkatan budaya iptek di kalangan masyarakat maka tentu saja akan
sangat menurunkan tindak kejahatan berbasis IT. Sebab sebagian besar
kejahatan berbasis IT di Indonesia disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang IT itu sendiri. seperti contoh: Hoax, penipuan melalui
link, teretasnya data pribadi dan lain-lain.oleh karena itu kondisi ideal
masyarakat dalam menguasai IPTEK harus dicapai.
Dengan sudah tercapainya penanggulangan tindak kejahatan berbasis
teknologi IT. Maka ketahanan nasional dari serangan cyber crime baik dari
internal dan eksternal seperti video perakitan bom, Hoax yang memecah belah
29

bangsa, ajakan-ajakan gerakan separatis, peretasan terhadap situs situs milik


negara, dan lain sebagainya akan dapat mudah difilter oleh pemerintah
maupun masyarakatnya itu sendiri karena telah memiliki kemampuan untuk
melakukan itu.
Pada kondisi yang ideal maka diharapkan tindak kejahatan cyber di
indonesia akan menurun drastis yang pada saat ini menempati peringkat
kedua negara dengan tingkat kejahatan cyber tertinggi berdasarkan yang
dilansir CNN Indonesia 17 Juli 2020.

5.4 Indikator Keberhasilan

Beberapa indikator keberhasilan terkait peningkatan dan pengembangan


budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia yaitu literasi masyarakat
yang tinggi terkait pentingnya meningkatkan dan mengembangkan budaya
IPTEK ke arah yang positif sehingga ketahanan nasional tetap terjaga dan
semakin meningkat. Literasi yang dimiliki oleh masyarakat berkaitan dengan
pendidikan yang diterima mengenai budaya IPTEK. Pendidikan yang
berkualitas akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan dan
mengembangkan IPTEK dalam berbagai hal positif meskipun akses yang
dimiliki terkait IPTEK sangat luas dan terbuka.
Pengalokasian anggaran yang cukup dan tepat sasaran oleh pemerintah
juga merupakan salah satu indikator keberhasilan untuk meningkatkan dan
mengembangkan budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia. Jika
anggaran yang dialokasikan kurang dan tidak tepat sasaran, tujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan budaya IPTEK akan terganggu dan
terhambat. Hal tersebut harus diperhatikan dan dipertimbangkan dengan baik
agar tidak menyebabkan kemunduran dalam bidang IPTEK.
Pengelolaan anggaran yang diberikan untuk meningkatkan literasi,
pendidikan, dan kesadaran terkait peningkatan dan pengembangan budaya
IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia merupakan salah satu indikator
keberhasilan yang ditentukan oleh kinerja dari lembaga-lembaga
30

penyelenggara IPTEK. Anggaran harus dikelola sebaik dan semaksimal


mungkin. Lembaga-lembaga penyelenggara IPTEK harus bekerja sama dalam
menjalankan tugas agar masyarakat semakin antusias dan tertarik untuk
menambah wawasan terkait IPTEK. Kesadaran yang dimiliki masyarakat baik
melalui literasi dan pendidikan akan mengurangi dan mencegah terjadinya
berbagai tindak kejahatan berbasis teknologi informasi seperti cyber crime
sehingga ketahanan nasional tetap terjaga dan semakin meningkat.
BAB VI
KONSEPSI PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN BUDAYA IPTEK
DI KALANGAN MASYARAKAT INDONESIA GUNA
PENANGGULANGAN TINDAK KEJAHATAN BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI (IT) CYBER CRIME DALAM RANGKA KETAHANAN
NASIONAL

6.1 Umum

Pada bagian ini berisi ide atau gagasan dari kelompok. Hal-hal ini
merupakan inti dari konsepsi peningkatan berupa pemecahan pokok persoalan
yang ditemukan.

6.2 Kebijakan

Sebagaimana yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya,


berkaitan dengan berbagai pokok persoalan yang ditemukan, dibutuhkan
realisasi penanganan atau peningkatan serta pengembangan budaya IPTEK di
kalangan masyarakat Indonesia saat ini yang perumusan kebijakannya sebagai
berikut: “Terwujudnya Penanganan, Peningkatan, dan Pengembangan Budaya
IPTEK di kalangan Masyarakat Indonesia”.

6.3 Strategi

Untuk memenuhi kondisi yang diharapkan, sebagaimana yang


tercantum pada Subbab 5.2, diperlukan strategi efektif dan efisien untuk
memenuhi terwujudnya penanganan, peningkatan, dan pengembangan budaya
IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia. Strategi yang diperlukan haruslah
tepat sasaran dan dapat dijalankan guna menanggulangi tindak kejahatan
berbasis teknologi informasi (IT) cyber crime dalam rangka ketahanan
nasional. Strategi tersebut adalah sebagai berikut.

31
32

a. Strategi-1: Pemerintah perlu untuk meningkatkan kesadaran dan


literasi masyarakat mengenai pentingnya budaya IPTEK guna
menanggulangi tindak kejahatan berbasis Teknologi Informasi.
Tujuan yang ingin dicapai dari strategi ke-1 adalah untuk
mencapai tingkat literasi dan pemahaman masyarakat mengenai
pentingnya menjalankan budaya IPTEK yang aman dan sehat guna
menanggulangi tindak kejahatan berbasis Teknologi Informasi.
Sasaran yang ditujukan pada strategi ke-1 adalah seluruh kalangan
masyarakat Indonesia.

b. Strategi-2: Lembaga IPTEK perlu meningkatkan pemahaman dan


implementasi mengenai keamanan dunia siber yang didukung dan
dilindungi oleh Undang-undang pemerintah.
Tujuan yang dapat dicapai adalah menegaskan bahwa
penyelenggara penggunaan teknologi informasi dalam dunia siber
haruslah memahami realitas dan cepatnya perubahan teknologi
informasi di dunia yang tentunya mempengaruhi perkembangan
budaya IPTEK di Indonesia. Sasaran dalam strategi ini adalah
lembaga IPTEK, yaitu Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
(Kominfo), Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi
(Kemenbudristek), serta lembaga nonkementerian, Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN)

c. Strategi-3: Pemerintah menempatkan kesiagaan keamanan siber


bukan hanya sebagai tanggung jawab lembaga IPTEK, tetapi juga
lembaga pertahanan dan keamanan negara yaitu TNI dan Polri.
Tujuan yang ingin dicapai dari strategi ini adalah memastikan
setiap elemen, khususnya lembaga pertahanan dan keamanan negara,
berkontribusi penuh dalam menjaga keamanan siber dengan basis
hukum peraturan yang dibuat beriringan dengan lembaga IPTEK.
Sasaran dalam strategi ini adalah lembaga pertahanan dan keamanan
33

negara, yaitu Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara


Republik Indonesia.

6.4 Upaya

Upaya merupakan usaha dan langkah-langkah untuk menjalankan


strategi yang telah ditentukan. Upaya yang diperlukan untuk menjalankan
strategi, sebagaimana yang tercantum pada subbab 6.3, demi mencapai kondisi
yang diharapkan adalah sebagai berikut.
a. Upaya Strategi-1: Pemerintah menjalankan program SADAR UU
ITE untuk meningkatkan kesadaran dan literasi masyarakat mengenai
budaya IPTEK.
SADAR UU ITE sendiri adalah program yang disosialisasikan
oleh pemerintah dengan tujuan meningkatkan literasi budaya IPTEK
sehingga masyarakat juga bisa menyadari hukum ITE yang dijalankan
pemerintah apakah sudah adil dan tepat sasaran atau belum. Untuk
program sosialisasi ini, anggaran yang ditetapkan oleh pemerintah
harus dinaikkan supaya dalam keberjalanannya program ini dapat
efektif.
b. Upaya Strategi-2: Lembaga IPTEK diberikan tanggung jawab untuk
meningkatkan pemahaman dan implementasi dengan UU
Sebagai pihak yang paling memahami urusan IPTEK,
lembaga-lembaga ini harus terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang dipilih
dan direkrut langsung untuk melegitimasi posisinya sebagai lembaga
yang mengimplementasikan langsung program-program yang
berkaitan dengan IPTEK.
c. Upaya Strategi-3: TNI dan Polri melakukan pengawasan terhadap
ancaman-ancaman berbasis teknologi informasi yang mengancam
ketahanan nasional
Teknologi informasi yang sering menimbulkan ancaman harus
diawasi dan ditangani oleh lembaga pertahanan dan ketahanan negara,
yaitu TNI dan Polri berdampingan dengan lembaga-lembaga IPTEK
34

yang dilakukan dengan basis teknologi juga untuk memastikan


keamanan negara dan seluruh masyarakat serta menjauhi
pengaruh-pengaruh buruk dari ancaman tersebut.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kondisi terpenuhinya peningkatan dan pengembangan budaya IPTEK


di kalangan masyarakat Indonesia dapat dipenuhi melalui konsepsi berikut.
Dewasa ini, Indonesia sedang menghadapi ancaman mengenai kejahatan di
dunia teknologi informasi yang mengancam ketahanan nasional. Penyebab dari
ancaman tersebut, antara lain: literasi masyarakat yang rendah terhadap
IPTEK; lembaga IPTEK yang belum sepenuhnya berpartisipasi dalam
meningkatkan pemahaman dan implementasi keamanan dunia siber; dan belum
adanya integrasi antara lembaga IPTEK, pemerintah, TNI dan Polri dalam
menjaga keamanan siber di Indonesia. Dengan demikian, perlu diterapkan:
edukasi IPTEK kepada masyarakat; undang-undang yang mendorong lembaga
IPTEK untuk meningkatkan pemahaman dan implementasi keamanan dunia
siber; dan mendorong TNI dan Polri untuk meningkatkan kesiagaan dan
memberikan sanksi hukum terhadap kejahatan-kejahatan siber di Indonesia.

7.2 Saran

Dengan meningkatnya literasi IPTEK di masyarakat, masyarakat tidak


lagi buta terhadap kejahatan siber dan lebih sadar terhadap ancaman-ancaman
tersebut. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih terlindungi dari
kejahatan-kejahatan siber. Kemudian, jika undang-undang keamanan siber
diterapkan kepada lembaga IPTEK, lembaga IPTEK akan menjadi lebih
produktif dan mendapatkan payung hukum mengenai keamanan siber. Terakhir,
partisipasi TNI dan Polri dalam menjaga keamanan siber dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap TNI dan Polri. Kemudian, penjagaan TNI
dan Polri dapat menimbulkan perasaan aman di masyarakat karena dilindungi
langsung oleh instansi keamanan dan pertahanan negara. Dari alasan-alasan
yang telah disebutkan, maka ‘konsepsi peningkatan dan pengembangan budaya

35
36

IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia guna penanggulangan tindak


kejahatan berbasis teknologi informasi (IT) cyber crime dalam rangka
ketahanan nasional’ dapat diimplementasikan oleh masyarakat dan
lembaga-lembaga terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Admin SMP. 2021. Waspadai Kejahatan Siber yang Sering Terjadi di
Internet. https://ditsmp.kemdikbud.go.id/waspadai-kejahatan-siber-yang-
sering-terjadi-di-internet/, diakes 9 Desember 2022 pukul 19.32 WIB
Awwaabiin, Salmaa . 2020. Mengenal Bahaya Cyber Crime Hingga Cara
Menghindarinya. https://www.niagahoster.co.id/blog/pengertian-cyber-
crime/#Pengertian_Cyber_Crime, diakses 11 Desember 10.20 WIB
Giarsa. 2002. Pengertian Cyber Crime dan Cyber Law.
Harvati, Titik. 2013. Optimalisasi Perlindungan Anak Indonesia Guna
Menyiapkan Generasi Berkualitas Dalam Rangka Pembangunan Nasional.
http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/0010-011600000000116/s
wf/3561/files/basic-html/page6.html, diakses 9 Desember 19.40 WIB
http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/0010-011600000000074/s
wf/2673/files/basic-html/page15.html, diakses 9 Desember 19.55 WIB
Karunia, Vanya. 2022. Cyber Crime: Definisi, Jenis, dan Contohnya. https://www.
kompas.com/skola/read/2022/04/25/100000169/cyber-crime--definisi-jenis
-dan-contohnya?page=all, diakses 10 Desember 19.37 WIB
Miarso, 2007. Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Pustekom Diknas.
https://www.gramedia.com/literasi/teknologi-adalah/, diakses 10 Desember
16.46 WIB
Miarso, Yusufhadi. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Naisbitt. 2002. High tech high touch. Bandung: Mizan
Tavani. 2000. Pengertian Cyber Crime dan Cyber Law. https://bapenda.jabarprov.
go.id/2017/11/07/pengertian-cyber-crime-dan-cyber-law/#:~:text=Girasa%
20(2002)%2C%20mendefinisikan%20cybercrime,dan%20terjadi%20di%2
0dunia%20cyber, diakses 10 Desember 21.10 WIB

vii
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alur Pikir

Pertama kami meneliti dan membahas budaya IPTEK di kalangan


masyarakat Indonesia saat ini terutama dalam hal menanggulangi kejahatan
berbasis teknologi informasi (IT). Kami menemukan tindak kejahatan berbasis
teknologi informasi (IT) di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan analisa dan
pembahasan kami, kami menemukan beberapa pokok persoalan. Kami
menggunakan paradigma nasional (Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara,
dan Ketahanan Nasional) yang terkait dengan pengaruh lingkungan strategis
terhadap pokok-pokok persoalan tersebut untuk memperoleh budaya IPTEK di
kalangan masyarakat Indonesia yang ideal/diharapkan. Untuk mencapai hal ini,
kami merumuskan beberapa kebijakan, strategi, dan upaya dengan
mempertimbangkan peluang dan kendala yang ada.

Lampiran 2 : Pola Pikir

Dengan memanfaatkan dan mengacu pada paradigma nasional


(Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional), kami
menganalisis budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia dalam hal
penanggulangan kejahatan berbasis teknologi informasi (IT). Berdasarkan
kondisi nyata saat ini, kami meninjau regulasi, kebijakan, dan upaya yang
sudah dilakukan oleh berbagai pihak serta memperhatikan lingkungan strategis,
peluang, dan kendala yang berkaitan dengan budaya IPTEK di kalangan
masyarakat Indonesia saat ini. Analisa ini dilanjutkan dengan menganalisis
budaya IPTEK di kalangan masyarakat Indonesia yang diharapkan.
Berdasarkan analisis tersebut dan budaya saat ini, didapatkan masukan, ide,
dan gagasan baru. Ide dan gagasan ini yang dikembangkan untuk menghasilkan
kebijakan, strategi, dan upaya untuk mencapai kondisi yang diharapkan dalam
rangka ketahanan nasional.

viii
Lampiran 3 : Lembar Kontribusi
Tabel 1 Lembar Kontribusi

Nama Anggota NIM Kontribusi

Firsen Wijaya 13421065 1. Membuat pembagian tugas


2. Membuat kerangka konsepsi
3. Membuat cover
4. Membuat bagian Daftar Anggota
5. Membuat bagian Daftar Tabel
6. Membuat subbab 4.1
7. Membuat Alur Pikir
8. Membuat Pola Pikir
9. Membuat Lembar Konstribusi
10. Membuat Catatan Kemajuan
11. Menyunting konsepsi

Amenli Ailsa Sitinjak 10221028 1. Membuat subbab 3.4


2. Membuat subbab 5.4

Yohanes Edward Wijaya 10821012 1. Membuat subbab 1.4


2. Membuat subbab 1.5
3. Membuat subbab 2.4
4. Membuat subbab 2.5

Nicolas Justin Sutanto 13021074 1. Membuat subbab 7.1


2. Membuat subbab 7.2
3. Membuat subbab 6.4

Dhea Kurnia Illahi El 13319070 1. Membuat subbab 1.1


Syukur 2. Membuat subbab 2.2.3 dan 2.2.4

ix
Putri Rizki Dwi Hamsy 13421024 1. Membuat subbab 3.2
Harahap 2. Membuat subbab 5.2

Rachel Aliya Darmawan 13421047 1. Membuat Kata Pengantar


2. Membuat Daftar Isi
3. Membuat subbab 4.4
4. Membuat subbab 4.5

Billy Christianto 13421047 1. Membuat subbab 1.2


2. Membuat subbab 2.1
3. Membuat subbab 2.2.1 dan 2.2.2

Pradipta Tyaga Mursid 13421097 1. Membuat subbab 6.1


Parama 2. Membuat subbab 6.2
3. Membuat subbab 6.3
4. Membuat subbab 6.4

Bakas Ramadhani 15421119 1. Membuat subbab 6.3


2. Membuat subbab 6.4

Nadya Zsabilla Prawira 15521039 1. Membuat subbab 1.3


2. Membuat subbab 2.2.5
3. Membuat subbab 2.3

Kayla Seraphine 17421004 1. Membuat Daftar Gambar


Setiadipura 2. Membuat subbab 4.2
3. Membuat subbab 4.3
4. Membuat Daftar Pustaka

Irna Dewi 10022139 1. Membuat subbab 3.1


2. Membuat subbab 5.1

Jusni Johan 10022148 1. Membuat subbab 3.3


2. Membuat subbab 5.3

Anda mungkin juga menyukai