Anda di halaman 1dari 26

FENOMENA SOSIAL NETIZEN DI INDONESIA

PALING TAK SOPAN SE- ASIA TENGGARA


DAN CYBERBULLYING

Oleh

Khemas Aulia
NPM : 123100029
Dinda Amanda
NPM : 123100023
Putri Septiana
NPM : 123100017

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang fenomena sosial Ketidaksopanan Netizen
Indonesia.
Kami Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang kami miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan kami
terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami ucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu kami didalam
pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ketidak sopanan
netizen Indonesia ini bisa memberikan manfaat dan Pelajaran bagi pembaca.

Cirebon, 20 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………..….…………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang …………………...………………………………………… 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat ……..................………………………………….……………….. 2
1.5 Metode ………..………………...…………………………..………………. 3

BAB III PEMBAHASAN ………….……………………………………………… 4


3.1 Makalah ……………………..…………………………………………..…. 4
2.1.1 Pengertian Makalah …………………………………………………. 4
2.1.2 Ciri – Ciri Khusus Makalah ………………………….………………. 4
2.1.3 Syarat Makalah ………………………………………………………. 4
2.1.4 Sistematika Makalah …………………………………………………. 5
2.2 Rangkuman …………………….…….……………………….…………… 9
2.2.1 Pengertian Rangkuman ……………………….……………………… 9
2.2.2 Cara Membuat Rangkuman …………….…………………………….. 9
2.3 Buku ………………………………………………………………………….. 11
2.3.1 Pengertian Buku ……………………………………………..……….. 11
2.3.2 Teknik – Teknik Menulis Buku ………………………..…………….. 11
2.4 Membaca untuk Menulis Akademik ….……………………….…………… 18
2.4.1 Pengertian Membaca dan Menulis …………………………………… 18
2.4.2 Hubungan Antara Membaca dan Menulis ……..…………………….. 19
2.4.3 Teknik Membaca Untuk Menulis ……………....…………………….. 20

BAB III PENUTUP …………………….……..….………………………..…… 22


3.1 Simpulan …………………………………………………..………………… 22
3.2 Saran …………………….……………………………………………….….. 22

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Media sosial merupakan salah satu cara berkomunikasi satu sama lain dan
dilakukan secara online sehingga memungkinkan Masyarakat saling berinteraksi tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu.

Media sosial menghilangkan batasan-batasan manusia dalam berkomunikasi


sosial, batasan ruang dan waktu,. Berkait jejaring sosial, orang dapat berkomunikasi
satu sama lain kapan saja, dimana saja, terlepas dari jarak diantara mereka dan siang
atau malam.

Media sosial berdampak besar pada kehidupan kita saat ini. Seseorang yang
pada dasarnya, “kecil” bisa langsung menjadi besar berkat jejaring sosial, dan
sebaliknya, orang yang “besar” bisa menjadi “kecil” dalam sekejap berkat jejaring
sosial.

Kalau kita bisa memanfaatkan media sosial, banyak sekali manfaat yang bisa
kita peroleh, sebagai sarana pemasaran, perdagangan, mencari silaturahmi, menjalin
persahabatan, dan sebagainya. Namun jika kita dimanfatkan oleh jaringan sosial baik
langsung maupun tidak langsung maka akan banyak kerugiaan yang ditimbulkan
seperti kecanduan, kesulitan berintegrasi dengan nyata, autisme, daln lain-lain.

Beberapa waktu lalu, netizen Indonesia mendapat rating kesopanan netizen


terendah di Asia Tenggara.

Artinya pengguna internet di Indonesia merupakan pengguna internet paling


kasar di Asia Tenggara menurut laporan Digital Civility Index (DCL).

Dalam penelitian yang dipublikasikan oleh Microsoft ini, tinggkat kesopanan


pengguna internet di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8 poin menjadi 76,
dimana semakin tinggi angkanya maka tingkat ketidak sopanan semakin memburuk.

Suvei yang kini memasuki tahun kelima ini, mengamati sekitar 16.000
responden di 32 wilayah dan dilakukan antara bulan April dan Mei 2020. 4,444 Survei
ini melibatkan responden dewasa dan remaja tentang interaksi online dan pengalaman
mereka dengan risiko online.

1.2 Tujuan

1. Menjelaskan mengapa netizen Indonesia menjadi netizen paling tidak sopan se-
Asia Tenggara

2. Menjelaskan bagaimana menjadi netizen yang Budiman memiliki etika dan sopan
santun dalam ber media sosial.

3. Menjelaskan tentang cyberbullying yang juga salah satu penyebab Netizen


Indonesia Menjadi Netizen yang paling tidak sopan se Asia Tenggara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makalah ini disusun berdasarkan laporan yang Berjudul “Digital Civility Index
(DCI)” yang diumumkan oleh Microsoft. Yang mana Indonesia berada di urutan ke-29
dari 32 negara yang di survei untuk tingkat kesopanan, sekaligus menjadi yang paling
rendah di Asia Tenggara, sehingga ini menjadi hal yang menarik untuk dibahas, agar
para netizen yang ada di lingkungan kampus bisa ter edukasi untuk menjadi netizen
yang memiliki etika didalam menggunakan media sosial dan Adapun sumber materi
cyberbullying kami yaitu flourensia sapty. (2013). CYBERBULLYING SEBAGAI
DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI. sebagai bahan
acuan kami untuk membuat makalah ini, yang mana cyberbullying pun menjadi alasan
mengapa netizen Indonesia menjadi netizen paling tak sopan se-Asia Tenggara.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Ketidaksopanan Netizen Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, Microsoft merilis laporan tahunan yang
mengukur tingkat kesopanan netizen atau pengguna internet diberbagai negara. Survey
tersebut berjudul Digital Civility Index (DCI) yang melibatkan lebih dari 16.000
responden di 32 negara. Laporan ini memiliki sistem penilaian menggunakan skala
angka, dari 0 hingga 100. Semakin tinggi skornya, maka semakin rendah nilai sopan
santun dinegara tersebut.
Indonesia sendiri termasuk negara dalam daftar negara yang diteliti. Secara
global Belanda menduduki peringkat pertama sebagai negara denga netizen paling
sopan dan untuk di Asia Tenggara dan juga Asia secara umum , Singapura adalah yang
teratas dan keempat didunia. Sementara itu, poin kesopanan yang diraih Indonesia
sendiri adalah 75, naik 8 poin dibandingkan pada tahun 2019.
Tak lama setelah laporan Digital Civility Index (DCI) rilis, netizen Indonesia
lantas menyerbu kolom komentar akun Instagram milik Microsoft sebagai bentuk rasa
tidak terima atas laporan tersebut.

Gambar 1.1
Berbagai komentar tidak pantas dituliskan oleh netizen Indonesia, hingga
akhirnya pihak Microsoft harus mematikan kolom komentar Instagram mereka.
Contoh lain, yaitu timnas Indonesia yang terpaksa mundur dari All England. Berawal
Ketika diketahui bahwa rombongan timnas Indonesia berada dalam satu penerbangan dengan
salah satu penumpang yang covid-19, dari Istanbul ke Birmingham. Mengikuti kebijakan
pemerintah inggris, maka rombongan tim dari Indonesia harus melakukan isolasi selama 10
hari sejak kedatangan tim Indonesia ke Birmingham daan terpaksa mundur dari pertandingan.
Menyusul kebijakan tersebut, Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI)
mengeluarkan pernyataan resmi berkaitan dengan timnas Indonesia yang tidak bisa
melanjutkan pertandingan All England di Birmingham Arena. Pihak Badminton World
Federation (BWF) maupun panitia All England tidak dapat berbuat banyak karena hal
tersebut merupakan peraturan pemerintah setempat dan diluar wewenang mereka.
Setelah perilisan pernyataan dan berita mengenai mundurnya Indonesia dari
pertandingan all England, akun Instagram Badminton World Federation (BWF) kedapatan
membatasi komentar pada hamper seluruh unggahannya. Diduga hal tersebut dilakukan
sebagai bentuk respon terhadap netizen Indonesia yang kebanyakan menuangkan kekecewaan
mereka atas keputusan yang dinilai tidak adil terhadap timnas Indonesia, terlihat dalam
beberapa unggahan terakhir, netizen Indonesia menghujani kolom komentar, yang
kebanyakan bertuliskan ‘Unfair”. Karena, salah satu pemain bulu tangkis Tunggal putri asal
turki, yaitu Neslihan Yigit masih diperbolehkan bertanding, walaupun akhirnya dinyatakan
walkover (WO) oleh pihak All England.
Kebanyakan netizen Indonesia yang menuliskan komentar di akun Instagram milik
BWF meminta agar seluruh pertandingan All England 2021 dihentikan, juga menuntut
pertanggungjawaban BWF atas kejadian yang merugikan Indonesia ini. Tak sedikit juga yang
menyertakan tagar #bwfmustresponsible, #unfair, bahkan #stopallengland2021 pada kolom
komentar di beberapa unggahan akun Instagram @bwf.official.
Penggunaan kata-kata kasar sebagai bentuk kekesalan dan kekecewaan atas keputusan
pemerintah inggris huga tak kalah banyak, tentu saja ini sangat berbeda dari tatanan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Aksi ini juga mencoreng citra Indonesia yang dikenal ramah
dan sopan, juga santun dalam berkomunikasi di mata dunia internasional.
Viralnya komentar-komentar netizen Indonesia yang dinilai kasar dan tidak
sopan pada akun Instagram BWF, tidak sesuai dengan nilai kesantunan dalam berbahasa
dan berkomunikasi.
Berikut adalah komentar netizen Indonesia diakun @bwf.official

Gambar 1.12
Fenomena ini bisa saja disebabkan oleh banyak faktor, seperti:
A. banyak sekali boomer yang bermain sosial media.
mereka adalah golongan ibu-ibu ataupun bapak-bapak yang di masa mudanya
belum pernah bermain sosial media, sekali saja main sosial media banyak sekali
berita hoax yang entah darimana disebabkan begitu saja dengan entengnya,
bahkan tidak segan-segan kaum Boomer ini mengomentari dan menggurui orang
lain di sosial media (bahkan dengan orang yang tidak dikenal sekalipun).
B. Tidak adanya Pelajaran di sekolah tentang cara ber-etika disosial media. Ini
adalah pr wajib bagi pemerintah maupun guru jangan hanya terpaku
mengajarkan ber-etika didunia nyata saat ini Indonesia adalah salah negara
dengan user internet terbanyak didunia, sebaiknya disekolah-sekolah di adakan
Pelajaran wajib tentang etika di dunia nyata dan sosial media (dunia Maya).
C. Banyak kata-kata toxic yang di normalisasi di sosial media, Kata-kata toxic ini
seolah-olah menjadi hal yang biasa di sosial media, bahkan seorang user sosmed
pun berani melontarkan kata-kata toxic ke orang yang tidak dikenal sekalipun
tentunya disosial media.
D. Di real life punya masalah hidup
E. Banyak Masyarakat yang kurang literasi.
Kurangnya literasi tentuu berpengaruh terhadap individu itu sendiri. Coba
bandingkan dengan ibu-ibu yang suka lihat akun julid tapi tidak pernah
membaca buku maupun pengalaman hidup orang lain, tentu respon yang
diberikan akan berbeda.
2.2. Cyberbullying
Teknologi informasi yang berkembang pesat membantu manusia dalam
berkomunikasi. Namun perkembangan teknologi informasi juga memunculkan beberapa
permasalahan kejahatan. Salah satu permasalahan yang menarik perhatian Masyarakat
adalah cyberbullying merupakan suatu Tindakan yang dilakukan oleh individual atau
kelompok terhadap seseorang melalui teks, gambar, foto, atau video yang cenderung
bersifat mempermalukan dan melecehkan.
Cyberbullying merupakan salah satu contoh penyalahgunaan teknologi
informasi yang ada. Cyberbullying dapat terjadi melalui media seperti teks, gambar
video, panggilan telepon, email, chat room, pesan instan (IM), situs media sosial, dan
situs web. Media yang paling umum menjadi tempat terjadinya cyberbullying adalah
situs media sosial. Situs media sosial diyakini menjadi salah satu penyebab utama
meningkatnya cyberbullying . Pasalnya, Sebagian besar pengguna situs media sosial
adalah remaja dan anak-anak. Menurut para psikolog, remaja belum memiliki
kemampuan berpikir dan menggambil keputusan yang tepat. Media Sosial mempunyai
ciri khas yang membedakannya dengan teknologi komunikasi lainnya. Berbagai
fiturnya antara lain pembaruan real-time, informasi yang disebarkan luaskan, titik
pengumpulan untuk melihat informasi, dan kemampuan pengguna situs media untuk
merespons dan memberikan masukan. Kemampuan ini semakin ditingkatkan bila
dipadukan dengan teknologi seluler, yang memungkinkan informasi disebarluaskan
kapan saja dan dimana saja, Cyberbullying menjadi semakin umum karena
kemungkinan teknologi seluler. Cyberbullying secara tidak langsung dapat mengarah
pada Tindakan Kriminal seperti kekerasan dalam rumah tangga, penyerangan fisik yang
serius, penyalahgunaan narkoba, ancaman, dan fitnah. Alasan utama mengapa pelaku
cyberbullying menggunakan media sosial media adalah hadirnya fitur-fitur yang
memungkinkan mereka menyembunyikan atau menyamarkan identitasnya. Ketika
seseorang melakukan cyberbullying, maka pelakunya melanggar standar yang ada.
Standar yang dilanggar adalah nilai moral, kode etik dibidang jurnalistik, periklanan,
kehumasan,dan dunia hiburan. Berbagai Tindakan pencegahan dapat diambil tergantung
pada kasus masing- masing.
Berikut merupakan metode – metode umum dalam cyberbullying :
A. Text Messages Gambar / Vidio lewat kamera
Bentuk pesan yang mengancam , menyerang, dan terus menerus Gambar yang
diambil untuk membuat korban merasa terancam dan malu. Serangan fisik secara
random diambil dan disebarkan. Menyerang korban dengan melakukan pemanggilan
telepon secara terus menerus dan mengirim pesan yang menyebabkan korban
bertanggung jawab atas panggilan telepon tersebut.
B. Email
Memiliki akun email banyak memudahkan untuk mengirim pesan email untuk
mengancam dan menggertak dengan menggunakan nama palsu atau nama orang lain.
C. Chat Room
Forum dapat dengan mudah digunakan untuk menyerang dan mengancam
seseorang
D. Instant Messaging
Suatu pesan yang di-posting maka akan berada pada cyber land. Pesan tersebut
sudah berada diluar jangkuan dan dapat melibatkan sekelompok orang yang memiliki
target tertentu.
E. Websittes
Dapat dilakukan dengan membuat blog atau personal website yang terdapat
informasi korban. Pelaku dapat membuat situs atau poling online untuk meminta
pertanyaan yang tidak terbatas mengenai korban.
Internet adalah media sumber pengetahuan yang tidak ternilai dan menyediakan
kekayaan informasi untuk mendukung kegiatan setiap orang. Sebagai perangkat
fasilitator yang efektif dan efesien, internet adalah fasilitas wajib untuk peningkatan
kualitas seseorang. Seseorang yang telah memiliki kebijaksanaan akses internet
tentunya akan menambah wawasan orang tersebut. Namun harus disadari juga, bahwa
penyalahgunaan teknologi informasi dapat menempatkan seseorang dalam bahaya atau
mengancam integritas diri dari masyarakat oran. Kemajuan dalam bidang internet harus
kita imbangi dengan prilaku yang baik, demi mencapai masa depan anak cucu kita
dengan internet sehat yang terkendali. Dengan situs-situs yang bersaing dalam bidang
pengetahuan untuk menunjang Pendidikan dan kebudayaan. Sehingga menambah
wawasan dan melahirkan bersama penggunaan internet sehat, agar kehidupan kita
dimasa kemajuan iptek ini dapat tertata dengan baik, Kita bersama menggunakan
internet sehat dengan mudah dan menyenangkan. Dan aga anak cucu kita dapat terjaga
moral dan prilakunya, sehingga identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang ramah
dan berakhlak tetap terjaga.

Dari hasil kuesioner didapatkan data bahwa 28% siswa pernah mengalami
cyberbullying dan 1% siswa mengatakan sering mengalaminya. Angka 28% ini bisa
dikatakan cukup besar mengingat dampak yang bisa ditimbulkannya cukup berbahaya.
Jika tidak diberikan informasi dan sosialisasi tentang dampak negative cyberbullying
kepada siswa bisa jadi angka ini akan semakin meningkat.
Selanjutnya berusaha didapatkan data dimana cyberbullying ini kerap terjadi 55% siswa
mengatakan cyberbullying terjadi pada saat mereka berada di lingkungan sekolah dan
45% mengatakan cyberbullying terjadi pada saat mereka berada di luar lingkungan
sekolah. Dari 29% siswa yang pernah dan sering mengalami cyberbullying didapatkan
fakta 70% siswa mengatakan bahwa serangan hanya terjadi satu atau dua kali saja lalu
berhenti, 17% mengatakan mendapatkan perlakuan tersebut beberapa kali dalam satu
minggu, 6% mendapatkan perlakuan tersebut satu minggu sekali, dan 6% siswa
mendapatkan perlakuan tersebut 2 atau 3 kali setiap bulannya. Salah satu karakteristik
dari cyberbullying adalah terjadi secara beruang kali. Pada data diatas, angka 70% yang
mengatakan bahwa serangan hanya terjadi satu atau dua kali saja lalu berhenti,
meskipun itu membawa dampak yang menyakitkan juga untuk korban tetapi belum bia
dimasukan dalam kategori cyberbullying.
Jenis kelamin pelaku cyberbullying yang diketahui secara pasti oleh siswa yaitu
50% laki-laki dan 25% Perempuan. Sisanya tidak diketahui dengan jelas jenis
kelaminnya. Daalam bullying tradisonal, penelitian menunjukan bahwa anak laki-laki
biasanaya lebih terlibatdalam aksi bullying secara keseluruhan, namun anak Perempuan
lebih sering mengalami bullying yang bersifat tidak langsung dan psikologis seperti
gossip-gosip yang sering menyebar dan pengucilan dari pergaulan sosial ([27], [47],
[12],[18]). Fakta ini didukung oleh Rigby [22] dan Whitney dan Smith [16] yang
menyatakan bahwa bullying bisa berbentuk fisik, verbal, dan psikologis (dengan
menyebarkan gossip-gosip dan mengucilkan seseorang dari pergaulan sosial), dengan
beberapa bukti menyatakan bahwa anak laki-laki lebih menggunakan dan mengalami
bullying dalam bentuk ffisik, sedangkan anak perempuam lebih mengalami bullying
dalam bentuk psikologis.
Seperti halnya bullying tradisional, perlakuan cyberbullying yang paling banyak
diterima oleh korban adalah dalam bentuk diejek/diolok-olok/dimaki-maki (52%),
kemudian disusul dengan perlakuan difitnah/digosipkan (30,3%. Bentuk yang lainnya
adalah disebarkannya gambar/ foto/ video korban (9,6%) dan dikirimi materi pornografi
(3%). Untuk frekuensi cyberbullying, 5% siswa mengatakan menerima perlakuan
cyberbullying seminggu sekali, 4% mengatakan beberapa kali dalam satu minggu, dan
3% menerima perlakuan cyberbullying 2 atau 3 kli setiap bulannnya.
Para siswa yang pernah mengalami cyberbullying sebaanyak 51,3% menceritakan
pengalamannnya tersebut kepada teman-teman di sekolahnya, 30,5% memilih tidak
menceritakannya kepada siapapun, 17,6% menceritakannnya kepada orang tuanya, dan
0,5% mencerikan kepada guru/staf sekolah. Dari hasil tersebut kita dapat melihat bahwa
siswa cenderung lebih mempercayai teman-temannnya dari pada orang yang lebih
dewasa (orang tua dan guru) sehingga memilih untuk
menceritakan pengalaman cyberbullying kepada mereka. Bahkan 30,5% memilih untuk
tidak menceritakannya kepada siapapun. Dua hal ini bisa cukup berbahaya karena
teman-teman mereka sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang cukup juga
mengenai fenomena cyberbullying ini sehinggga bisa-bisa memberikan saran dan
pendapat yang salah kepada si korban. Jika korban memilih untuk tidak menceritakan
kepada siapapun yang ditakutkan adalah si korban akan mengalami depresi karena terus
memikirkan, terus merasa takut, dan terus merasa tidak percaya diri akibat
pengalamannya tersebut.
Pada penelitian ini juga berusaha dicari tahu apakah para siswa pernah terlibat
dalam aksi cyberbully\lying sebagai pelakuku. Hasil 32% siswa mengatakan pernah
melakukan cyberbullying, dan 3% mengatakan sering melakukannya. Sarana yang
sering digunakan oleh siswa untuk melakukan cyberbullying adalah menggunakan situs
jejaring sosial (38,2%), pesan teks/SMS (34,1%), gambar/foto/video clip (5,2%), chat
room (34,1%), instant messaging (2,9%), email (2,9), panggilan telepon/ponsel (2,9%),
dan game online 1,7%). Kepada para siswa yang melakukan cyberbullying juga
ditanyakan alas an mereka melakukan aksi tersebut. 49% siswa menjawab untuk iseng
saja, 36% melakukan karena rasa jengkel dan benci terhadap teman, 75 menyatakan
karena ingin membalas dendam, dan 4% karena ikut-ikutan teman yang lainnya. Seperti
bullying tradisional, alas an untuk ditentukan, kadang-kadang cyberbullying tradisional,
alasan melakukan cyberbullying kadang sulituntuk ditentukan, kadang-kadang
cyberbullying dilakukan sebagai respon terhadap putusnya persahabatan atau suatu
hubungan, kadang-kadang dilakukan karena kebencian, dan beberapa kasus online
bullying dilakukan sebagai respon terhadap offline bullying. Beberapa anak
menganggap cyberbullying sebagai sebuah hiburan, sebuah permainan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain [31]. Para pelaku bermaksud iseng saja sehingga
mereka lebih cenderung menggunakan teknologi dari pada melakukannya secara
langsung. “Hanya untuk bersenang-senang sjaa” kadang-kadang dijadikan alasan oleh
orang-orang yang melakukan bullying [36]. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa
para remaja mengganggap melakukan bullying itu sesuatu yang ‘menyenangkan’ [35].
Hinduja dan patchin [40], melakukan penelitian yang berusaha mencari kaitan
antara faktor ketegangan/stress dan hubungannya dengan cyberbuyllying. Dan hasil
penelitian yang melibatkan 2000 siswa sekolah sekolah menengah di Amerika Serikat
terungkap fakta bahwa remaja yang merasa marah atau frustasi dan remaja yang
mengalami ketegangan/stress lebih cenderung untuk melakukan cyberbullying kepada
orang lain. Sehingga remaja yang mengalami stress yang berasal dari konflik dengan
sesame teman perlu mengatasi stress tersebut dengan cara yang sehat dan positif.
Kami menanyakan pendapat siswa tentang cyberbullying apakah menurit
mereka cyberbullying memiliki efek yang sama, lebih banyak, atau lebih sedikit bila
dibandingkan dengan bullying tradisional. Hasilnya 37% siswa mengatakan
cyberbullying memiliki efek yang lebih banyak terhadap korban, 18% mengatakan lebih
sedikit. Pengetahuan tentang efek cyberbullying ini penting untuk diketahui oleh para
remaja karena seringkali mereka mengangggap remeh dan menganggap sudah biasa
aksi seperti ini terjadi. Mereka sering tidak mengetahui efek yang bisa ditimbulokan
dari aksi cyberbullying ini. Bullying dalam berbagai bentuk dapat menimbulkan
dampak jangka Panjang yang cukup serius termasuk turunnya kepercayaan diri, depresi,
kemarahan, kegagalan disekolah, dan di beberaoa kasus yang tragis bisa berdampak,
pada menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. [31]. Penelitian yang dilakukan oleh
Hinduja dan Patchin {39] yang melibatkan 2000 siswa sekolah menengah di Amerika
menunjukan bahwa baik korban maupun pelaku memiliki kepercayaan diri yang lebih
rendah daripada mereka yang tidak pernah mengalami cyberbullying. Terhadap
konsekuenmsi emosional, efek cyberbullying tidak hanya sampai pada taraf menyakiti
perasaan saja namun lebih jauh dari itu, cyberbullying dapat merusak jiwa dan kondisi
psikologis dari banyak remaja [43]. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan fakta
bahwa korban merasa depresi, sedih dan frustasi. Juga ditemukan jumlah remaja remaja
Perempuan yang mengalami frustasi atau kemarahan akibat cyberbullying lebih banyak
dari pada remaja laki-laki Cyberbullying bisa menjadi lebih berbahaya dari pada
bullying tradisional karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah mudah untuk
dimulai. Hanya diperlukan beberapa “klik” saja dan annominitas dari Internet bisa
menghilangkan banyak hambatan yang ditemui dalam aksi tradisional. Alasan kedua
adalah sulit untuk dihentikan. Kata-kata dan gambar-gambar yang dikirimkan secara
online bissa tersebar keseluruh dunia kapanpun jugavdan kadang-kadang sulit untuk
dihapus. Alasan ketiga yaitu sangat jelas terlihat untuk anak-anak namun tidak jelas
terlihat oleh orang dewasa, karena orang dewasa melakukan kegiatan online tidk
sebanyak anak-anak dan tidak berada di ruang online yang sama. Anak-anak juga ragu
untuk memberitakuhan apa yang terjadi secara online tidak sebanyak anak-anak dan
tidak verada diruang online yang sama. Anak-anak juga ragu untuk memberitahukan
apa yang terjadi secara online maupun ponsel mereka karena mereka mengalami
trauma, takut, atau khawatir aktivitasb online mereka atau penggunaan ponsel mereka
akan menjadi dibatasi.
Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari cyberbullying adalah
kecenderungan untuk bunuh diri dari pada korban. Penelitian yang dilakukan Hinduja &
Patchin [41] mengungkapkan bahwa 20% responden dilaporkan pernah berpikir secara
serius untuk bunuh diri. Semua bentuk bullying secara signifikan berkaitan dengan
meningkatnya keinginan untuk bunuh diri. Dan percobaan bunuh diri yang dicoba
dilakukan oleh korban cyberbullying jumlahnya hamper dua kali lebih banyak daripada
remaja yang tidak pernah mengalami cyberbullying.
Ada 2 macam tantangan yang ada saat ini yang membuat aksi cyberbullying sulit
untuk dicegah [42]. Tantangan yang pertama adalah banyak orang tidak melihat bahaya
atau dampak serius dari cyberbullying ini. Hal ini terjadi karena orang menganggap ada
bentuk aksi agresi atau penyerangan yang yang lain yang lebih serius daripada
cyberbullying. Meskipun benar bahwa ada banyak ada banyak masalah lain yang
dihadapi oleh anak-anak, remaja, orang, sekolah, dan penegak hukum namun tetap
harus bisa diterima bahwa cyberbullying adalah satu masalah yang jika diabaikan akan
menjadi lebih serius dampaknya. Tantangan yang lain berkaitan dengan siapa yang akan
bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan teknologi. Orang tua kadang mengatakan
bahwa bmereka tidak memiliki cukup keterampilan untuk bisa terus memantau aktivitas
online anak mereka, guru kadang takutb untuk mencampuri masalah-masalah yang
terjadi diluar sekolah, dan penegak hukum bersikeras tidak mau terlibat jika tidak ada
bukti yang jelas dari sebuah kejahatan atau ancaman yang signifikan terhadap ini
sebenarnya tidak hanya menjadi masalah remaja saja. Banyak pihak yang harus ikut
peduli dan bertanggumg jawab atas terjadinya permasalahan ini. Pihak-pihak lain
tersebut mencangkup orang tua, media sosialo, dan msyarakat umum. Tantangan-
tantangan diatas inilah yang menyebabkan aksi cybervullying terus beralnjut dan
semakin meningkat jumlahnya karena tidak segera ditangani. Untuk mengatasi
tantangan-tangan ini dibutuhkan kerja sama dari pihak-pihak tersebut.
Untuk mencegah terjadinya cyberbullying, orang tua harus memberikan edukasi
kepada anak-anak mereka tentang perilaku online yang benar dan aman. Orang tua juga
harus melakukan pemantauan terhadap aktivitas online anak-anak mereka yang bisa
dilakukan baik secara informal maupun formal. Cukup menyedihkan melihat hasil
kuesionelr yang menyatakan bahwa para remaja lebih cenderung untuk menceritakan
pengalam mereka kepada teman-teman mereka dari pada kepada orang tua mereka. Ini
menandakan bahwa kurang ada hubungan dan komunikasi yang baik dan terbuka antara
orang tua dan anak mereka. Untuk ity orang tua harus dapat menumbuhkan dan
memelihara komunikasi yang terbuka dengan anak sehingga saat mereka mengalami
hal-hal yang tidak menyengkan saat menggunakan computer atau ponsel mereka dapat
menyampaikannya kepada orang tua.
Sering orang tua tidak mengetahui jika anak mereka mengalami cyberbullying.
Oleh sebab itu orang tua harus dapat melihat tanda-tanda yang menunjukan bahwa
cyberbullying telah dialami oleh anak mereka. Seorang anak mungkin mejadi korban
dari cyberbullying jika mereka secara tiba-tiba berhenti menggunakan computer atau
ponselnya, terlihat gugup atau kaget jika sebuah pesan instant atau email muncul,
kelihatan tidak nyaman untuk pergi ke sekolah atau keluar rumah, keliatan marah,
depresib atau frustasi setelah menggunakan computer atau ponsel, menghindari diskusi
tentang aoa yang telah mereka lakukan pada computer atau ponsel, agtau menjadi
menarik diri dari teman-teman dan keluarganya.
Jika anak mengalami cyberbullying hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua
adalah meyakinkan bahwa mereka merasa aman dan nyaman serta memberikan
dukungan yang dibutuhkan. Orang tua harus bisa meyakinkan anak mereka bahwa
mereka sering meyakinkan anak mereka bahwa meeka semua menginginkan akhir yang
sama yaitu bullying akan berhenti dan hidup tidak akan menjadi lebih sulit lagi. Orang
tua bisa berkerjasama dengan guru/sekolah atau menghubungi orang tua si pelaku atau
pihak berwenang untuk mendiskusikan permasalahn yang terjadi. Sebaliknya jika anak
menjadi pelaku cyberbullying maka orang tua harus mau mengingatkan dan
mengajarkan sikap dan nilai moral yang positif kepada anak tentang memperlakukan
orang lain dengan baik dan hormat dan menjelaskan menjelaskan konsensi negative
yang dapat muncul dari tindakannya.
2.3. Menjadi Netizen yang santun dan beretika
Nilai kesantunan menjadi hal yang penting dalam membangun hubungan
antara manusia agar dapat berkomunikasi. Santun tidak hanya dilihat dan dinilai dari
tingkah laku manusia saja, akan tetapi juga dari cara bertutur bahasa.
Indonesia merupakan negara yang dikenal memiliki tata krama baik, berbudi
luhur, juga sopan santun yang tinggi. Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang
sangat ramah, sopan, juga santun kepada sesama warga Indonesia maupun warga negara
asing.
Pada era globalisasi, dimana kemajuan teknologi berkempang sangat pesat,
manusia memanfaatkan kepintarannya dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan
untuk membuat bebagai aplikasi yang memudahkan hidup sesama manusia untuk
berkomunikasi maupun mendapatkan dan memberikan informasi. Didukung oleh
internet, terciptalah sesuatu yang saat ini kita kenal sebagai media sosial, yaitu media
untuk berkomunikasi ataupun berbagi informasi secara daring, seperti Whatsapp dan
Instagram, Instagram sendiri merupakan platform untuk berbagi foto dan video yang
akan dibagikan ke dunia maya. Instagram merupakan anak Perusahaan Facebook yang
sekarang sudah menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak digunakan oleh
Masyarakat global.
Di Indonesia pengguna Instagram mencapai lebih dari puluhan juta pengguna.
Hal ini menjadi salah satu media sosial yang paling diminati Masyarakat Indonesia, baik
dari kalangan muda maupun kalangan tua.
Dalam Komunikasi, Bahasa menjadi kunci penting dalam hubungan antara
individu, ada tiga factor penting yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi, yaitu
kesantunan berbahasa, kesopanan berbahasa, dan etika berbahasa.
Penggunaan Bahasa yang sopan akan mengurangi kemungkinan terjadinya
konflik. Komunikasi dapat menjadi penyebab dan juga solusi bagi suatu konflik.
Seringkali konflik terjadi diantara Masyarakat, bahkan lintas negara, yang diiringin
provokasi oleh oknum-oknum dengan penggunaan bahasa yang tidak bersahabat.
Indonesia memiliki budaya sopan santun dalam berperilaku dan berbicara.
Salah satu contohnya adalah penyampaian aspirasi melalui aksi demonstrasi. Namun,
Ketika dunia telah sampai pada zaman 4.0 dengan globalisasi yang membantu
percepatan perkembangan teknologi menjadi lebih canggih, banyak orang merasa
bahwa mereka dapat melakukann apa saja dengan bermodalkan internet, khususnya
media sosial. Segala bentuk informasi dapat tersampaikan dengan mudah tanpa
penyaringan ataupun penyuntingan yang ketat, seperti pada media cetak yang
memiliki bentuk fisik.
Budaya sopan santun yang dimiliki Indonesia dapat terlihat Ketika berinteraksi
secara langsung, tetapi perilaku yang sama tidak diterapkan dengan baik dalam dunia
maya. Banyak sekali kasus yang berpusat pada komentar netizen yang menyebabkan
gangguan mental seseorang. Kata-kata yang meninggung, menyindir, memaki dan
menjatuhkan orang lan bukan lagi sesuatu yang baru. Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya sosialisasi etika komunikasi dalam bermedia social. Seharusnya,
kemudahan mengakses informasi dari berbagai negara tanpa ada Batasan yang
mengekang, seharusnya kita dapat lebih hati-hati akan dunia maya yang luas dan tetap
menjaga etika berkomunikasi di media social.
Sopan santun adalah dua hal yang berbeda. Menurut Chaer, pengertian sopan
dan santun dapat dilihat dari cara berbahasa dan bertutur kata. Tutur yang satun
berkaitan dengan Bahasa yang dipergunakan dalam berkomunikasi, sedangkan tutur
yang sopan berkaitan dengan topik pembicaraan, situasi Ketika terjadinya komunikasi,
dan jarak hubungan social antara penutur dan petutur. Santun dalam berbahasa
menunjukkan seperti apa sikap dan tingkah laku seseorang juga sebagai tolak ukur
apakah mereka menghargai dan menghormati oranng lain atau tidak. Kesantunan
seseorang dapat terbentuk dari cara bertutur sehari-hari. Dalam bermedia social,
kesantunan dan kesopanan tetap diperlukan Ketika memberikan argument, pendapat,
dan kritik, baik secara lisan maupun tulisan.
Berikut merupakan poin poin dalam etika bermedia social :
1. Pergunakan Bahasa yang baik.
Dalam beraktivitas dimedia sosisak, hendaknya selalu menggunakan Bahasa
yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan resiko kesalahpahaman yang tinggi.
Alangkah baiknya apabila sedang melaukan komunikasi pada jaringan internet
menggunakan Bahasa yang sopan dan layak serta menghindari penggunaan kata atau
frasa multitafsir. Setiap orang memiliki preferensi Bahasa yang berbeda, dan dapat
memaknai konten secara berbeda, setidaknya dengan menggunakan Bahasa yang jelas
dan lugas anda telah berupaya mengunggah konten yang jelas pula.
2. Hindari penyebaran sara, pornografi dan aksi kekerasan.
Sebisa mungkin hindari menyebarkan informasi yang mengandung unsur
SARA( Suku, Agama dan Ras) serta pornografi pada jejaring social. Biasakan untuk
menyebarkan hal-hal yang berguna dan tidak menimbulkan konflik antar sesama.
Hindari juga mengupload foto kekerasan seperti foto korban kekerasan, foto kecelakaan
lalu lintas maupun foto kekerasan dalam bentuk lainnya. Jangan menambah kesedihan
para keluarga korban dengan menyebarluaskan foto kekerasan, karena mungkin saja
salah satu dari keluarganya berada di dalam foto yang anda sebarkan.
3. Kroscek kebenaran berita.
Ketika kita menerima suatu informasi dari media sosisal, diharapkan kita bisa
waspada dengan isi berita yang menjelekkan salah satu pihak di media social dan
bertujuan menjatuhkan nama baik seseorang dengan menyebarkan berita yang hasil
rekayasa. Maka hal tersebut menuntut kita agar lebih cerdas lagi saat menangkap sebuah
informasi, apabila kitaa ingin menyebarkan informasi tersebut, alangkah bijaknya jika
kita melakukan kroscek terlebih dahulu atas kebenaran informasi tersebut.
4. Menghargai hasil karya orang lain.
Pada saat menyebarkan informasi baik dalam bentuk foto, tulisan maupun video
milik orang lain, maka biasakan untuk mencantumkan sumber informasi sebagai salah
satu bentuk penghargaan atas hasil karya seseorang. Jangan membiasakan diri untuk
serta merta mencopy-paste tanpa mencantumkan sumber informasi tersebut.
5. Jangan terlalu mengumbar informasi pribadi.
Ada baiknya kita harus bersikap bijak dalam menyebarkan informasi mengenai
kehidupan pribadi (privasi) anda saat sedang menggunakan media sosial. Janganlah
terlalu mengumbar informasi pribadi anda terlebih lagi informasi mengenai nomor
telepon atau Alamat rumah.
Selain etika dalam bermedia sosial perlu kita pahami, Pembangunan karakter
SDM nya pun perlu harus di laksanakan, agar terciptanya warga negara yang ideal
( Good Citizen), yang mana Ketika ini bisa tercapai maka tercipta lah warganet / netizen
yang memiliki etika dan kesantunan.
Ada beberapa karakter warga negara ideal (good citizen) yang nantinya bisa
menjadi indikator dalam pembagunan karakter melalui Pendidikan, khususnya
kurikulum tersembunyi. Sebagaimana dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan dan
kebudayaan , melalui direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
ada tiga karakter dasar dalam pembentukan warga negara yang baik ini, yaitu :

1. Civic Intelligence yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam
dimensi spiritual, rasional, maupun sosial kecerdasan. Kewarga negaraan akan
menjadikan warga negara yang crdas dalam memahami realitas, karena didukung oleh
tiga aspek kecerdasan dasar, yakni spiritual, rasional, emosional dan sosial.

2. Civic responsibility, kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai negara yang
bertanggung jawab. Adanya kesadaran dalam memahami sesuatu dan kewajiban
terhadap diri sendiri maupun terhadap warga negara lain, semua itu harus dicapai secara
proposional dan seimbang.

3. Civic Engagement, yaitu kemampuan warga negara untuk berpartisipasi sesuai


dengan tanggung jawabnya, baik secara individu, sosial, dan sebagai pemimpin masa
depan.
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Indonesia memiliki beragam suku, budaya, agama, ras serta golongan
keberagaman inilah yang membuat Indonesia menjadi sebuah negara yang
memiliki keunikan tersendiri. Namun dengan adanya perbedaan tersebut, tak jarang
kondisi sosial di Indonesia saling bertabrakan hinggan akhirnya menimbulkan
konflik berlandaskan suku, budaya, agama, ras dan golongan.
Tak selalu bertentangan Indonesia masih memiliki beberapa kesamaan,
salah satunya budaya sopan santun. Nilai-nilai sopan dan santun ini bukan hanya
menjadi sebuah nilai bangsa, tetapi juga sudah merasuk kedalam kualitatif.
Hal ini berbanding terbalik dengan budaya Indonesia yang dikenal dengan
5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun.
Perilaku kurang santun warga Indonesia dalam bermedia sosial dapat
merusak citra bangsa. Dengan adanya makalah ini, baik kami penyusun maupun
pembaca bisa memahami dampak yang dihasilkan terhadap beberapa aspek dan
dapat mengubah pola pikir netizen dalam bertutur kata di media sosisal sehingga
tidak mencoreng nama baik Bangsa Indonesia.
Dan dalam makalah ini bisa kami simpulkan bahwa Kurangnya
pengetahuan dan sosialisasi tentang etikda dalam bermedia sosial kepada
Masyarakat dapat dikatakan sebagai salah satu faktor utama terhadap kesewenang-
wenangan netizen Indonesia dalam menggunakan media sosial. Hal tersebut dapat
dilihat dari bagaimana respon yang diberikan oleh netizen Indonesia terhadap
konten yang tidak sesuai dengan preferensi mereka. Bahkan, netizen asal Indonesia
tak segan memberikan kritik pedas, bahkan kata makian yang dapat merusak nama
baik negara Indonesia di hadapan dunia. Kemudian sikap netizen Indonesia yang
semakin menjadi-jadi ini bahkan telah mempengaruhi hasil survei lembaga
internasional tentang kesantunan Masyarakat suatu negara dalam bermedia sosial.
Indonesia menempati peringkat ke 76, yang jika diartikan secara sederhana,
Indonesia termasuk kedalam golongan negara dengan tingkat kesantunan terendah
dalam bermedia sosial. Bahkan setelah hasil ini keluar, dari pada menyadari
kesalahan dan segera memperbaikinya, kebanyakan netizen Indonesia justru
menyerang Lembaga survei terkait.

Gambar 1.3
Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk teramah di dunia dan
disaat yang sama menjadi negara dengan tingkat kesantunan terendah dalam
bermedia sosial. Alangkah lebih baik jika Indonesia dinobatkan sebagai negara
teramah dan tersantun, baik di dalam kehidupan nyata, maupun dalam dunia maya.
Supaya harapan itu terwujud, maka Masyarakat Indonesia harus mulai berbenah
diri, terutama dalam etika bermedia sosial. Menerapkan Kembali budaya sopan
santun dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan karena sebagai pembentuk jati
diri seseorang, yaitu kesantunan dalam berbahasa, kesopanan berbahasa, dan etika
berbahasa. Ketiga hal diatas seharusnya juga diterapkan dalam bermedia sosial. Jati
diri seseorang dapat terllihat dari tulisan dan komentar sebagai tanggapan terhadap
suatu konten dimedia sosial. Maka, tak heran jika nilai merah dari Microsoft
tersebut dikatakan sebagai jati diri netizen Indonesia dalam dunia maya.

3.2 Saran
 Diharapkan makalah ini menjadi wawasan dan refleksi diri, bahwasannya
kita sebagai warga negara Indonesia yang hakikatnya memiliki sopan, santun
dan budi pekerti yang luhur bisa menerapkannya Ketika bermedia sosial, jangan
sampai hanya karena nafsu belaka, mencoreng nama baik bangsa Indonesia.

 Kemudian diharapkan netizen pun bisa menjaga jarinya untuk mengetik


sesuatu yang mengandung kekerasan, hinaan, cacian, sara, dan cyberbullying,
karena dampak dari itu semua sangatlah berat dan fatal, mulai dari perpecahan,
konflik hingga merusak citra bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 1.1 https://www.hipwee.com/wp-content/uploads/2021/02/hipwee-


yjyukiuiku.jpg

Gambar 1.2 https://public.urbanasia.com/images/post/2021/03/18/1616055209-


komentarnetizen1.jpg

Gambar 1.3 https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/02/26/75541-akun-ig-


microsoft-diserang-warganet.jpg

Eraskha Paskhalia Christalent Diestoni & Chontina Siahaan (2022) Pengaruh


Kesantunan Masyarakat Indonesia dalam bermedia sosial terhadap Nation
Branding.

Siti Rokhayah (2021) Etika Bermedia Sosial

Rerin Maulinda, Suyatno Suyatno (2016) Etika Komunikasi Dalam Menggunakan


Media Sosial (Instagram)

flourensia sapty. (2013). CYBERBULLYING SEBAGAI DAMPAK NEGATIF


PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI.

Yuhdi Fahrimal (2018) ETIKA JEJARING SOSIAL GENERASI MILENIAL


DALAM MEDIA SOSIAL
https://indonesiabaik.id/infografis/benarkah-netizen-indonesia-paling-
tak-sopan-se-asia

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210225115954-185-
610735/riset-netizen-di-indonesia-paling-tak-sopan-se-asia-tenggara
https://www.kompas.com/wiken/read/2022/03/26/110500081/
penyebab-netizen-indonesia-disebut-paling-tidak-sopan-se-asia-
tenggara?page=all

Anda mungkin juga menyukai