TIM PENGUSUL:
i
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER……………………………………………………………….…………i
RINGKASAN ............................................................................................................................ 1
iii
RINGKASAN
1
BAB 1. PENDAHULUAN
2
Kegagalan untuk berkomunikasi membuat pasangan sulit untuk menyelesaikan
masalah, baik masalah keuangan, emosional atau lainnya. Selain itu, kurangnya komunikasi
dapat mengakibatkan keterasingan dari pasangan. Tanpa komunikasi yang saling timbal balik
maka akan sulit untuk mempertahankan ikatan yang kuat. Perbedaan cara pandang tidak dapat
merupakan hal yang wajar, namun ketika pasangan tidak mampu menyampaikan maksud dan
harapan, membahas isu-isu tertentu yang dinilai penting dalam pernikahan mendorong
munculnya konflik antar pasangan. Untuk itu, penting kiranya memiliki kemampuan
berkomunikasi agar pasangan yang menikah pada usia muda dapat semakin adaptif dalam
menjalankan tugas dan peran dalam keluarga.
3
BAB 2. RESTRA PENGABDIAN PERGURUAN TINGGI
Usulan pengabdian kepada masyarakat ini mendasarkan diri pada orientasi keunggulan
Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2020-2024, yaitu inovasi model
sosial dan ipteks untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Fokus bidang pengabdian
ini adalah eksplorasi budaya Pandhalungan Berbasis Nilai-nilai Multi Etnis di masyarakat.
Topik yang diusulkan dalam kegiatan pengabdian adalah pelatihan komunikasi efektif pada
pasangan yang menikah muda di Desa Plalangan, Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember.
Adapun kesesuaian antara kegiatan pengabdian yang diusulkan dengan Renstra Pengabdian
Kepada Masyarakat UM Jember 2020-2024 adalah sebagai berikut:
Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat UM Peta Jalan: Eksplorasi Budaya Pandhalungan Berbasis Nilai-nilai
Jember 2020-2024 Multi Etnis Masyarakat
4
BAB 3.SOLUSI DAN PERMASALAHAN
1. Relationship Rules Theory
Relationship Rules Theory merupakan teori yang dapat digunakan untuk memahami
komunikasi antar pasangan. Teori ini memiliki asumsi dasar bahwa seluruh bentuk hubungan,
termasuk hubungan dengan pasangan memiliki aturan tertentu. Dengan memahami aturan ini,
maka komunikasi dapat berlangsung dengan efektif sesuai dengan peran yang dimiliki dan
dipahami oleh kedua belah pihak. Teori ini dapat membantu pasangan untuk membuat
klarifikasi beberapa aspek hubungan. Pertama, aturan-aturan yang disepakati dapat membantu
mengidentifikasi komunikasi dalam relasi seperti apa yang berhasil atau mengganggu. Dengan
demikian, pasangan dapat melihat aturan yang ada dalam sebuah hubungan, mengidentifikasi
dengan lebih baik alasan mengapa sebuah hubungan dinilai bermasalah (yaitu, aturan apa yang
dilanggar) dan bagaimana hal itu dapat diperbaiki (yaitu, aturan apa yang perlu diperkuat dan
dihormati oleh kedua belah pihak). Kedua, jika pasangan memahami aturannya, maka
pasangan akan lebih mampu menguasai keterampilan sosial dibutuhkan dalam
mengembangkan dan memelihara hubungan (DeVito, 2017; Shimanoff, 1985).
Berdasarkan teori ini, maka aturan merupakan komponen utama dalam komunikasi.
Dalam hal ini, aturan menyediakan semacam struktur yang mendefinisikan pasangan atay
keluarga sebagai unit kohesif dan yang membedakannya dari keluarga sejenis lainnya. Aturan
keluarga mencakup tiga masalah utama komunikasi interpersonal, antara lain: Pertama, materi
yang dibicarakan. Hal ini mencakup banyak hal, namun tiap pasangan memiliki materi yang
menjadi prioritas untuk dibicarakan. Umumnya dapat diwakili dengan pertanyaan: “Apa yang
bisa Anda bicarakan? Dan apa yang tidak dapat Anda bicarakan dengan pasangan?”. Kedua,
cara menyampaikan atau mengkomunikasikan materi tersebut dengan pasangan. Pada
umumnya dapat diwakili dengan pertanyaan: “bagaimana cara Anda menyampaikan materi
atau sesuatu yang Anda ingin sampaikan kepada pasangan?”. Ketiga, keterbukaan dengan
dalam menyampaikan materi kepada pasangan (DeVito, 2017).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran aturan dalam komunikasi pada pasangan
memiliki fungsi performatif, mengurangi konflik, dan memandu jalinan modalitas. Fungsi
performatif, maksudnya adalah bahwa aturan memengaruhi cara mereka berkomunikasi
dengan pasangannya berdasarkan pengamatan gaya komunikasi satu sama lain. Fungsi kedua
adalah aturan mengurangi konflik. Mirip dengan temuan penelitian sebelumnya, sebagian
besar aturan komunikasi muncul dari konflik sebelumnya atau perilaku yang tidak diinginkan
Oleh karena itu, konflik relasional menjadi sumber konstruksi aturan komunikasi. Penelitian
menunjukkan bahwa setelah pasangan berargumen, salah satu cara untuk mengurangi
5
ketegangan ini adalah dengan mengatur aturan komunikasi untuk interaksi di masa mendatang.
Fungsi ketiga, yaitu aturan memandu jalinan modalitas, artinya pasangan dapat menyatukan
berbagai saluran komunikasi dengan interaksi langsung ke dalam komunikasi relasional
mereka (Foster Campbell, 2022)
6
c. Menyampaikan pesan secara verbal. Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara
langsung pada pasangan. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan untuk memilih Bahasa
yang tepat dan intonasi yang sesuai sehingga pesan dapat diterima sesuai dengan yang
dimaksud.
d. Menyampaikan pesan non verval. Kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan
memberikan tanda atau isyarat tubuh. Misalnya ekspresi raut muka, posisi tubuh,
intonasi dan penekanan suara. Aspek krusialnya adalah bahwa pesan yang non verbal
dipilih untuk mendukung pesan verbal yang dimaksud. Sikap mendukung, yaitu
dimana komunikasi interpersonal dengan pasangan akan efektif apabila individu
bersikap terbuka untuk mendukung pasangannya dengan bersikap deskriptif tanpa
adanya evaluasi yang membuat pasangan merasa nyaman untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya, bersikap spontan dalam menanggapi stimulus dan bersikap
professional dalam hal menerima segala kritik dan saran yang diberikan oleh pasangan.
7
BAB 4. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat akan dilakukan melalui tahapan
berikut ini:
1. Tahap Pra Kegiatan Pengabdian
Sebelum dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, maka tim akan
melakukan persiapan administrative dan penyediaan bahan.
a. Tahap administrative.
Pada tahap ini tim akan melakukan koordinasi dengan Kepala Desa Plalangan
dan jajarannya. Koordinasi diperlukan untuk menentukan waktu, lokasi, dan
perijinan pelibatan kelompok sasaran serta kebutuhan administrarif lain yang
akan digunakan dalam kegiatan pengabdian.
b. Tahap melengkapi bahan-bahan pelatihan
Bahan pelatihan yang perlu disiapkan dalam kegiatan pengabdian kepada
masyarakat antara lain:
1) Survey pre-test dan post-test
2) Modul pelatihan
3) Alat media peraga
2. Tahap Pelaksanaan Pengabdian
Peserta Pelatihan. Karakteristik peserta dalam dalam pelatihan ini adalah sebagai
berikut:
a. Pasangan yang menikah muda : laki-laki dan perempuan berusia kurang dari 21 tahun
b. Berdomisili di Desa Plalangan Kecamatan Kalisat dan sekitarnya Kabupaten Jember.
c. Tinggal satu rumah dengan pasangan.
Tabel 1. Pasangan Menikah Muda di Desa Plalangan Kecamatan Kalisat
8
14. 2019 A.R 19 N 18
15. 2019 M.S 19 F.N.S 19
16. 2019 A.W 19 M.U 19
17. 2020 M.S 20 L.H 19
18. 2020 M.D.Z 19 S.R 19
19. 2020 M.F 20 L.M.P 19
20. 2020 Y 19 D.A.S 20
21. 2020 R.E 19 A 19
22. 2020 M.F.H 20 S.N.N 20
23. 2021 M.A.A 20 F.W 20
24. 2021 M.A.A 20 W.R 20
25. 2021 D.A 20 S.F 20
26. 2021 M.I.F 20 D.F 19
27. 2021 I.S 19 N.A.S 19
28. 2021 A 19 S.H 19
29. 2021 Y.S.D.C 20 S.F 20
30. 2022 M.I.E 20 L.A 20
31. 2022 G.A 20 H.H 19
32. 2022 M.Y.A 19 S.N.F 20
33. 2022 M.S 20 D 19
9
3. Tahap Pelaporan. Menyusun laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan
menekankan pada evaluasi ketercapaian dari rencana.
10
BAB 5. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN
2. 1) Internasional Terindeks
Artikel ilmiah dimuat di prosiding
Nasional
Lokal
3. 2) Internasional
Invited speaker dalam temu ilmiah
Nasional
Lokal
4. 2) Internasional
Visiting Lecturer
Nasional
Lokal
5. 3) Paten
Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Paten Sederhana
Hak Cipta
Merek Dagang
Rahasia Dagang
Desain Manual
Indikasi Geografis
Perlindungan
Varietas
Perlindungan
Topografi
6. 4)
Teknologi Tepat Guna
7. 4)
Model/Purwarupa/Desain/Karya/Rekayasa
8. 5)
Buku (ISBN)
9. 6)
Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)
11
BAB 6. ANGGARAN
Pulsa koordinasi Koordinasi tim Paket pulsa 5 orang x paket 100.000 500.000
pulsa
Luaran Penelitian
Biaya publikasi Biaya publikasi di Paket 1 500.000 500.000
Jurnal
Penggandaan laporan laporan kemajuan dan Paket 4 25.000 100.000
akhir
Total
6.000.000
12
BAB 7. JADWAL
No Kegiatan Bulan Ke-
01 02 03 04 05 06
1 Tahap 1 : Persiapan Kegiatan Pengabdian
Perijinan
Pembuatan Materi Pelatihan
2 Tahap 2: Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian
3 Tahap 3: Analisis Hasil Kegiatan Pengabdian
4 Penyusunan Laporan
5 Publikasi
13
DAFTAR PUSTAKA
Badruzaman, D. (2021). Pengaruh Pernikahan Usia Muda terhadap Gugatan Cerai di
Pengadilan Agama Antapani Bandung. Muslim Heritage, 6(1), 70–89.
https://doi.org/10.21154/muslimheritage.v6i1.2653
DeVito, J. A. (2017). Essentials of Human Communication. (N. Toner, Ed.) (Nineth Edi).
Pearson Education, Inc.,. Retrieved from https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-
better-mfi-results
Dewi, N. R., & Sudhana, H. (2013). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Pasutri
dengan Keharmonisan dalam Pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 22–30.
https://doi.org/10.24843/jpu.2013.v01.i01.p03
Elnakib, S., Elsallab, M., Wanis, M. A., Elshiwy, S., Krishnapalan, N. P., & Naja, N. A. (2022).
Understanding the impacts of child marriage on the health and well-being of adolescent
girls and young women residing in urban areas in Egypt. Reproductive Health, 19(1), 1–
14. https://doi.org/10.1186/s12978-021-01315-4
Foster Campbell, J. (2022). Rules for Mediated Romance: A Digital Exploration of How
Couples Negotiate Expectations. Journal of Computer-Mediated Communication, 27(3),
1–26. https://doi.org/10.1093/jcmc/zmac007
Huda, M. (2022). Dalam Setahun, Persentase Pernikahan Dini di Jatim Meningkat, Ini
Sebabnya. Regional.Kompas.Com.
Hynek, K. A., Abebe, D. S., Liefbroer, A. C., Hauge, L. J., & Straiton, M. L. (2022). The
association between early marriage and mental disorder among young migrant and non-
migrant women: a Norwegian register-based study. BMC Women’s Health, 22(1), 1–11.
https://doi.org/10.1186/s12905-022-01836-5
Mahrus Sholih. (2021). Tren Pernikahan Dini Meningkat, Kelurahan Ini Paling Banyak.
Marheni, A. K. . (2019). Komunikasi Interpersonal Dalam Pernikahan. Counsecling and
Personal Development, 1(1), 11.
Pelayo, V. (2015). Child Marriage : Addressing the Challenges and Obstacles in the Post-2015
Agenda. Independent Study Project (ISP) Collection.
redaksi. (2021). Selama Tahun 2020, Sebanyak 5998 Perempuan di Jember Menjanda.
Lenteratoday.Com.
Shaeffer, S. (2006, June). Culture, religion and adolescent reproductive and sexual health.
Adolescence Education Newsletter, 9(1), 1–24. Retrieved from www.unescobkk.org/arsh
Shimanoff, S. B. (1985). Rules governing the verbal expression of emotions between married
couples. Western Journal of Speech Communication, 49(3), 147–165.
https://doi.org/10.1080/10570318509374191
Udo Immanuel, E. (2020). Measuring Communication in Close Relationships: an Initial
Development of Dyadic Communication Assessment Scale. Practicum Psychologia,
10(1), 1–12.
14
GAMBARAN IPTEK
Gambaran IPTEK yang akan diterapkan pada mitra berupa Pelatihan Komunikasi
Efektif pada pasangan yang menikah muda. Tim pengabdian mengembangkan modul pelatihan
yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan modul tersebut pada
kelompok sasaran yang serupa.
16
PETA LOKASI
17