Anda di halaman 1dari 27

PERSEPSI REMAJA KARANG TARUNA DI

DESA KRANGGAN KECAMATAN GURAH


KABUPATEN KEDIRI TERHADAP
KENAKALAN REMAJA

KARYA ILMIAH REMAJA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

Oleh :
YOHANES
KRISTIANDA
20120000098

KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah Remaja (
KIR) tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan Karya Ilmiah Remaja (KIR)
ini penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari hal tersebut,
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Ali Maschan Moesa, M.Si. Selaku
Rektor Universitas Kadiri yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan tugas Karya Ilmiah
Remaja.
2. Ibu Siciliya Mardian Yo’el, SH, MM. Selaku Ketua
Progam Studi Ahli Hukum yang telah memberi
bimbingan dan arahan.
3. Ibu Ervina Damayanti S.Pd, M.Pd. Selaku Dosen
Pengampu Bahasa Indonesia yang telah memberikan
dukungan dan arahan dalam penyusunan Karya
Ilmiah Remaja (KIR).
4. Narasumber yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan informasi serta membagikan
pengalaman pribadi.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
Karya Ilmiah Remaja (KIR).
Penulis menyadari adanya kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan Karya Ilmiah Remaja
(KIR) ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik untuk penyempurnaan Karya Ilmiah
Remaja (KIR) ini.
Kediri, Juni 2021

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kenakalan Remaja 5
2.2 Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja 5
2.3 Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja 6
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja 7
2.5 Persepsi 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 13
3.2 Sumber Data 13
3.3 Teknik Pengumpulan Data 14
3.4 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Persepsi Karang Taruna Terhadap Kenakalan Remaja 16
4.2 Faktor-Faktor Kenakalan Remaja di Desa Kranggan 18
Strategi Penanggulangan Kenakalan Remaja di Desa
4.3
Kranggan 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 24
iii
5.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
2
4

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Strategi Penanggulangan dan Sifatnya 20
2
4
v

BAB I
PENDAH
ULUAN

1.1 Latar Belakang 2


4
Masa remaja merupakan masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada akhir masa remaja atau awal
dua puluhan (Feldman, Papalia & Olds, 2008). Remaja
sebagai usia yang bermasalah karena ketidakmampuan
mereka untuk memecahkan masalah mereka sendiri
dengan cara yang mereka sukai, yaitu banyak remaja
akhirnya menemukan bahwa solusi tidak selalu sesuai
dengan harapan mereka (Hurlock, 2012). Kenakalan
remaja adalah perilaku yang menyimpang dari norma
yang dilakukan oleh remaja dan merugikan diri sendiri
dan orang lain. Jika lingkungan tidak kondusif dan
sifat kepribadian yang tidak baik maka akan
menimbulkan perilaku kenakalan remaja. 1

Ketika memasuki usia 12-21 tahun, pada masa


inilah kepribadian remaja akan terbentuk, baik
kepribadian normal maupun abnormal. Orang normal
adalah orang yang pikirannya dapat menyesuaikan diri
dengan pemahaman dan norma- norma yang berlaku di
sekitar kehidupan individu tersebut. Sedangkan pribadi
yang abnormal, kurang mampu menyesuaikan diri
dengan norma-norma yang ada disekitarnya.
Kenakalan remaja dibagi menjadi dua faktor,
yaitu internal dan eksternal. Wujud nyata kenakalan
remaja pada faktor internal disebabkan lemahnya
pengendalian diri dari remaja dan reaksi frustasi yang
negatif, akibat ketidakmampuan remaja untuk
beradaptasi dengan berbagai perubahan sosial

1 Hasanah, M. R. (2015). Hubungan Antara Persepsi Keharmonisan Keluarga dengan


Kenakalan Remaja (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta), hlm. 1.

yang terjadi sekarang seperti banyaknya culture shock,


konflik batin, atau keterbukaan. konflik dan bahkan
gangguan jiwa. Sedangkan faktor eksternal disebabkan
oleh faktor keluarga, antara lain rumah tangga yang
berantakan dan pengaruh buruk dari orang tua serta 2
faktor lingkungan sekolah dan lingkungan yang 4
pendidikannya kurang baik bagi anak. Adapun faktor
eksternalnya disebabkan oleh faktor keluarga, di
antaranya rumah tangga berantakan dan pengaruh
buruk dari orang tua serta faktor lingkungan sekolah
dan lingkungan yang pendidikannya tidak baik
terhadap perkembangan anak, seperti lingkungan yang
ditempati oleh orang dewasa serta anak-anak muda
yang suka membuat masalah dan antisosial. 2

Remaja selalu ingin mencoba hal-hal baru yang


belum pernah mereka temukan, dengan belajar mereka
dapat membedakan temuan baru mereka baik atau
buruk. Keingintahuannya sangat besar, terkadang
membuat mereka menyimpang, dan tidak ada yang
membawanya ke rasa ingin tahunya. Begitu juga
dalam proses belajar mengajar di sekolah, jika
penyampaian perilaku guru baik, maka siswa juga
meniru yang baik, begitu pula sebaliknya. Oleh karena
itu, baik guru maupun orang tua, harus mendampingi
remaja ketika menemukan temuan baru, dan
mengarahkan mereka agar tidak terjerumus ke jalan
yang salah.
Saat memasuki masa transisi dimungkinkan
terjadi masa kritis yang artinya masa kritis tersebut
tidak dapat dilalui dengan baik, dapat menimbulkan
gejala seperti keterlambatan, ketegangan, kesulitan
menyesuaikan diri dengan kepribadian, yang
terganggu bahkan gagal dalam tugas menjadi makhluk
sosial untuk menjalin hubungan antar manusia.
memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk
orang di lingkungannya, seperti halnya yang terjadi di
Desa

2 Jamal Makmur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: BukuBiru,
2012), hlm. 125–129.

Kranggan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri yang


sedang maraknya terjadi kenakalan remaja adapun
bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi di desa
2
Kranggan seperti berkata kasar kepada orang tua,
4
merokok, mabuk-mabukan, balapan liar, menghisap
lem, membuat geng yang mengacu terhadap tindakan
negatif, pengeroyokan, mencuri, bullying, membolos
sekolah, serta pergaulan bebas hingga penyalahgunaan
obat terlarang. Bentuk gangguan-gangguan perilaku
3

yang ditimbulkan remaja ini merupakan tindakan yang


tidak dapat diterima oleh masyarakat sekitar karena
bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada pada masyarakat di Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri.
Untuk mengetahui beberapa persepsi remaja
tentang kenakalan remaja disini peneliti menggunakan
metode wawancara yang mana peneliti melakukan
wawancara kepada empat remaja karang taruna Desa
Kranggan yang tidak terlibat dari kenakalan remaja
atau remaja yang tingkat kenakalannya rendah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk-bentuk kenakalan remaja di


Desa Kranggan Kecamatan Gurah Kabupaten
Kediri ?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab kenakalan
remaja di Desa Kranggan Kecamatan Gurah
Kabupaten Kediri ?
3. Bagaimana persepsi remaja karang taruna Desa
Kranggan tentang kenakalan remaja yang ada di
Desa Kranggan Kecamatan Gurah Kabupaten
Kediri ?

3 Hasil observasi penulis di Desa Kranggan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri Tanggal 4 - 6 Juni
2021.

1.3 Tujuan Penelitian 2


4
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat di
simpulkan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan
remaja yang terjadi di Desa Kranggan Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri.
2. Untuk mengetahui tentang faktor penyebab
kenakalan remaja di Desa Kranggan Kecamatan
Gurah Kabupaten Kediri.
3. Untuk mengetahui tentang persepsi remaja
tentang kenakalan remaja yang ada di desa Desa
Kranggan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan tentang kenakalan remaja


dilihat dari persepsi berbagai sumber.
2. Mengetahui tentang bentuk dan faktor kenakalan remaja.

3. Mampu mengantisipasi dan terhindar dari


perilaku yang menyimpang dalam norma
sehari-hari.

BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja atau juga juvenile yang


merupakan berasal dari bahasa latin juvenilis, yang
artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada
masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja,
sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin
delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang
kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti
sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, 2
pengacau, peneror, dan sebagainya. Juvenile 4
delinquency atau kenakalan remaja merupakan
perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, serta
gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak
dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial sehingga mereka mengembangkan
bentuk perilaku menyimpang. 4

2.2. Ciri-Ciri Kenakalan Remaja

Untuk dapat membedakan kenakalan remaja


dengan aktivitas yang menunjukkan ciri khas remaja
perlu diketahui ciri-ciri pokok kenakalan remaja yaitu
:
1. Dapat dilihat adanya perbuatan atau tingkah laku
yang bersifat pelanggaran hukum yang berlaku
dan pelanggaran nilai-nilai moral.
2. Kenakalan itu mempunyai tujuan yang asosial
yaitu dengan perbuatan atau tingkah laku tersebut
bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang
ada di lingkungan hidupnya.

4 Kartono, K, Patologi Sosial jilid 1 (Jakarta: Rajawali Press 1992)Cet 4 hal 13

3. Kenakalan remaja dilakukan oleh satu orang


remaja atau juga dilakukan bersama-sama dalam
suatu kelompok remaja. 5

2.3. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja dibagi menjadi dua kelompok besar,


yaitu :
2
1. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial4
serta tidak diatur dalam undang-undang sehingga
tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran
hukum. Perilaku yang temasuk dalam kategori ini
adalah :
a. Berbohong, memutarbalikkan kenyataan dengan
tujuan menipu orang atau menutup kesalahan.
b. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa
sepengetahuan pihak sekolah.
c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa izin orangtua
atau menentang keinginan orangtua.
d. Pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan
dan mudah menimbulkan perbuatan yang negatif.
e. Memiliki dan membawa benda yang
membahayakan orang lain,sehingga mudah
terangsang untuk mempergunakannya.
f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh
buruk sehingga mudah terjerat dalam perkara
yang kriminal.
g. Berpesta tanpa pengawasan sehingga mudah
timbul tindakan-tindakan yang kurang
bertanggungjawab.
h. Menonton film porno.

2.Kenakalan melanggar hukum dengan penyelesaian


sesuai dengan undang- undang dan hukum yang
berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum

5 Gunarsa,S,D. Psikologi Remaja(Yogyakarta: BPK Gunung Mulia1981) hal 71

bilamana dilakukan oleh orang dewasa. Perilaku yang


termasuk dalam kategori ini, adalah :
a. Perjudian atau segala macam bentuk perjudian
yang mempergunakan uang.
b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa
kekerasan (pencopetan, perampasan).
c. Penggelapan barang.
2
d. Penipuan dan pemalsuan. 4

e. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar


dan film porno, pemerkosaan.
f. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan
resmi.

g. Percobaan pembunuhan dan pengguguran kandungan

h. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian


seseorang. 6

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi


terjadinya perilaku kenakalan remaja, yaitu faktor
internal dan eksternal. Penjelasan faktor-faktor
kenakalan remaja yang mempengaruhi terjadinya
kenakalan remaja seperti faktor keluarga, sekolah dan
masyarakat. Penjelasan sebagai berikut:
7

A. Faktor Keluarga

Keluarga ialah kesatuan terkecil dalam


masyarakat namun menempati kedudukan primer dan
fundamental. Keluarga pada dasarnya adalah wadah
pembentukan masing-masing anggotanya terutama
remaja yang masih dalam
6 Gunarsa,S,D. Psikologi Remaja hal 72-74
7 Willis,S.S. problema Remaja dan Pemecahanya(Bandung:Angkasa 1981) hal 101

bimbingan serta tanggung jawab orangtuanya. 8

Pengaruh keluarga dalam munculnya perilaku


kenakalan remaja ada tiga hal, yaitu : 2
1) Keluarga tidak harmonis 4

Dapat diartika tidak harmonis apabila struktur


keluarga tidak utuh lagi dan interaksi diantara keluarga
tidak berjalan dengan baik. Masa remaja merupaka
masa dimana seseorang mengalami keadaan krisis
sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Alur
berkembang yang serba sulit membuat remaja
membutuhkan bantuan dan perhatian dari orang-orang
terdekat terutama keluarganya. Masalah keluarga
broken home bukanlah hal baru, akan tetapi masalah
utama dalam akar-akar kehidupan remaja. Penyebab
timbulnya keluarga tidak harmonis, antara lain :
a) Orangtua yang bercerai

Perceraian menggambarkan suatu kenyataan dari


kehidupan hubungan suami istri yang sudah tidak
berlandaskan dasar-dasar perkawinan dan tidak
mampu menopang keutuhan kehidupan keluarga yang
harmonis. Hal tersebut menyebabkan hubungan antara
suami istri tersebut makin lama menjadi semakin
renggang sehingga bisa berakibat perhatian pada anak-
anaknya menjadi terabaikan.
b) Minimnya komunikasi antar keluarga

Hal ini ditandai oleh tidak adanya komunikasi


dan dialog yang baik antar anggota keluarga, keadaan
ini akan memunculkan rasa frustasi dan rasa jengkel
pada anak-anak. Bila orangtua tidak memberikan
kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang
sungguh yaitu bukan basa-basi atau sekedar bicara
pada hal-hal yang penting saja, anak-anak tidak
mungkin mau mempercayakan permasalahannya dan
membuka diri. Kenakalan remaja dapat berakar pada
8 Drs. Syaiful Bahasa Djamarah, M.Ag, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga,
(jakarta: PT Rineka cipta, 2004)h.27

kurangnya dialog dalam masa kanak-kanak dan masa


2
berikutnya karena orangtua terlalu menyibukkan diri
4
sehingga kebutuhan cinta kasih terabaikan dan pada
akhirnya membuat anak menjadi terlantar dalam
kesendirian.
c) Konflik dalam keluarga Konflik dalam keluarga
ini tidak hanya kurang terciptanya dialog tetapi juga
disisipi adanya perselisihan dan rasa kebencian dari
masingmasing pihak. Awalnya dapat disebabkan
karena suami istri masingmasing mau
mempertahankan pendapatnya dan keinginannya
sendiri.Suasana tersebut dapat menimbulkan beberapa
akibat, seperti rasa takut pada anak sehingga menjadi
tidak betah berada di rumah, anak menjadi tertutup dan
tidak dapat mendiskusikan masalah yang sedang
dialami, semangat belajar serta konsentrasi menjadi
lemah, dan anak-anak mencari kompensasi.
2) Pengasuhan yang salah

Pendidikan yang baik akan mengembangkan


pribadi yang dewasa bagi anak namun pendidikan
yang salah dapat membawa akibat tidak baik bagi
perkembangan anak. pola asuh orangtua atau pola
pemeliharaan orangtua mencakup aspek pemenuhan
kebutuhan, penerapan disiplin, aturan, kontrol, dan
cara komunikasi. 9

B. Faktor Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua


setelah keluarga. Terkadang tidak menutup
kemungkinan sekolah menjadi penyebab dari
timbulnya perilaku kenakalan remaja, hal ini bisa
bersumber dari guru dan fasilitas pendidikan. 10

1) Faktor Guru

Guru yang baik tahu bagaimana caranya


menghargai usaha khusus yang telah dilakukan murid.
Mereka juga tahu bagaimana menciptakan keadaan
9 Hurlock, Elizabeth B,Psikologi Perkembangan,Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,hal80
10 Santrock.Adolescense(terjemahan)hal 132

2
dimana remaja merasa nyaman terhadap dirinya
4
sendiri dan tahu bagaimana menghadapi remaja yang
tidak menganggap pergi ke sekolah sebagai suatu hal
yang penting untuk dilakukan Berbeda dengan guru
yang bekerja tanpa dedikasi dan hanya sekedar
bermotif mencari uang tanpa rasa tanggungjawab
biasanya bersikap tidak peduli dengan masalah
murid.Akibatnya murid yang menjadi korban, kelas
kacau, murid menjadi terlantar, disiplin murid menjadi
menurun dan inilah yang bisa menjadi sumber
kenakalan sebab guru tidak memberikan perhatian
penuh pada tugasnya.
2) Faktor Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan dalam hal ini adalah gedung,


alat-alat sekolah, fasilitas belajar dan lingkungan sosial
lainnya dimana lingkungan sekolah yang tidak teratur,
kotor, tidak ada tanam-tanaman akan menimbulkan
kebosanan. Kurangnya fasilitas atau alat-alat yang
membantu kelancaran pendidikan membuat murid
kesulitan dalam belajar dan tugas guru akan menjadi
lebih berat. Selain itu, ketidaklengkapan fasilitas
pendidikan dapat menyebabkan penyaluran bakat serta
keinginan murid-murid menjadi terhalang sehingga
ketika semuanya tidak dapat tersalur pada masa
sekolah, mungkin akan mencari penyaluran pada
halhal yang negatif.
c. Faktor Masyarakat/ Pergaulan

Remaja biasanya dengan mudah menelan apa pun


yang dilihatnya namun terkadang bertentangan dengan
masyarakat yang masih berpegang pada norma-norma
asli yang bersumber pada agama dan adat-istiadat
Keterbelakangan pendidikan banyak terjadi dalam
masyarakat dan ini berpengaruh pada bagaimana cara
orangtua mendidik anak-anaknya dimana kurang
memahami perkembangan jiwa anak, bagaimana
membantu ke arah pendewasaan anak dan bagaimana
membantu usaha sekolah dalam meningkatkan 2
kecerdasan anak sehingga sering membiarkan saja 4
keinginan

anak-anaknya.Lingkungan dengan tingkat pendidikan


yang rendah, sehingga banyak pengangguran dan
kemiskinan akan berpengaruh pada kehidupan remaja,
asumsinya adalah seseorang belajar menjadi kriminal
karena interaksi.

2.5. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah suatu proses yang berwujud


diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Proses tersebut langsung diteruskan ke
pusat susunan syaraf otak dan terjadilah proses
psikologis, sehingga individu menyadari yang dilihat
dan didengarnya. Persepsi meruapakan proses kognitif
11

yang membantu seseorang untuk menyeleksi,


mengolah, menyimpan, dan mengiterpretasikan stimuli
menjadi gambaran yang bermakna dan koheren
Persepsi sebagai proses penerimaan dan
penginterpretasian stimulasi (rangsangan) dari
lingkungan (obyek). Proses ini akhirnya mengarah
pada mempercayai informasi dari obyek yang
dipersepsi tersebut. Persepsi proses individu dalam
mengorganisasikan, menginterpretasikan, dan
memberi arti atas stimulus yang diterima inderanya
dari lingkungan. Berdasarkan uraian diatas dapat
12

disimpulkan persepsi adalah proses pemahaman


ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses
penginderaan terhadap objek, peristiwa, ataupun
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya
diproses oleh otak atau sebuah anggapan atau pendapat
seseorang tentang suatu objek.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi 2
4
Persepsi dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.

11 Walgito B. Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi 2001) hal 39


12 DR.Aloliliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna(Jakarta:Kencana 2011) hal 35

Faktor internal, yaitu faktor yang ada pada suatu


1).
individu dan terdiridari kebutuhan, nilai-nilai,
motivasi, suasana hati, serta kemauan.
2). Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari
obyek itu sendiri, misalnya intensitas ukuran,
keberlawanan, pengulangan, dan gerakan. 13

c. Ciri-ciri Persepsi
Proses mempersepsi akan menghasilkan persepsi
dengan derajat ketepatan yang bervariasi. Hal ini
sangat bergantung pada orang sebagai pihak yang
mempersepsikan , dimana persepsi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1). Persepsi tidak bersifat eksperimental, artinya
seseorang dalam membangun persepsi berangkat
dari sejumlah pengalaman sendiri maupun
pengalaman orang lain dan tidak berangkat dari nol.
2). Persepsi tidak bersifat selektif, yaitu tidak semua
rangsangan yang ditangkap oleh panca indera
berhasil membentuk kesan.Dan bahkan perhatian
dalam bentuk interpretasi tidak diberikan pada
semua rangsangan yang telah ditangkap.
3). Persepsi bersifat inferensial, yaitu bahwa wujud
dari persepsi adalah penyimpulan tentang suatu
obyek yang dibuat berdasarkan seleksi.
4). Dalam banyak hal persepsi sering tidak akurat,
akibat dari sifatnya yang selektif, eksperimental,
dan hasil kesimpulan yang diambil melalui rekaan-
rekaan secara kreatif. 14

2
4

13 Walgito B. Pengantar Psikologi Umum hal 42


14 DR.Aloliliweri,Komunikasi Serba Ada Serba Makna(Jakarta:Kencana 2011) hal 38

BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Karya Ilmiah dengan judul Persepsi


Remaja Karang Taruna di Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri Terhadap Kenakalan Remaja
ini dilaksanakan di Desa Kranggan. Kegiatan
penelitian dilaksanankan mulai tanggal 5 Juni sampai
dengan tanggal 9 Juni 2021.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
persepsi remaja karang taruna desa kranggan terhadap
kenakalan remaja di Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri. Pertimbangan penulis
melakukan penelitian di Desa Kranggan dikarenakan
para remaja Desa Kranggan bersedia dijadikan sebagai
objek penelitian dan juga penulis sendiri yang
merupakan anggota karang taruna di Desa Kranggan,
Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

3.2. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang


digunakan dalam menyusun penelitian ini adalah
sumber data primer dan sekunder. Pengertian data
primer dan data sekunder adalah: 2
a. Data primer 4

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan


disalurkan secara langsung dari obyek yang diteliti dan
untuk kepentingan studi yang bersangkutan.
b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari


pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subyek yang
diamati dengan cara mencari literatur yang berkaitan
dengan pokok bahasan.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah segala informasi yang dijadikan dan


diolah untuk suatu kegiatan penelitian sehingga dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Dengan demikian data penelitian haruslah data yang
baik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer. Data primer biasanya didapat dari subjek
penelitian dengan cara melakukan pengamatan,
pencobaan atau interview/wawancara. Cara untuk
mendapatkan data primer biasanya melalui
observasi/pengamatan langsung, subjek diberi lembar
yang berisi pertanyaan untuk diisi, pertanyaan yang
ditujukan untuk responden. 15
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi

Observasi disebut juga dengan metode pengamatan.


Metode observasi adalah cara pengumpulan data
dengan cara melakukan pencatatan secara cermat dan
sistematik. Observasi ini berupa pengamatan
16

langsung dilapangan, yakni tempat studi yang hendak


penulis teliti. Dimana dalam penelitian ini saya terjun
langsung kelokasi penelitian untuk memperoleh data.
2. Wawancara
2
4
Wawancara merupakan metode pengumpulan data
dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi
langsung) dengan responden. Karena sifat nya yang
berhadap-hadapan, maka pemberian kesan baik
terhadap responden mutlak diperlukan. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kekeliruan dalam
memperoleh data dan informasi yang diperlukan
dalam penelitian. Poin-poin yang akan ditanyakan

15 Sujarweni, V. Wiratna dan Poly Endrayanto. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha
Ilmu
16 Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis, (Yogyakarta:
Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Managemen YKPN,2008), 91

pada responden yaitu mengenai kenaikan harga


komoditas pokok terhadap daya beli masyarakat di
Desa Sambirejo.

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data primer dan data sekunder terkumpul


kemudian data tersebut diolah dengan cara:
a. Editing

Editing adalah kegiatan mengecek, memeriksa


dan mengoreksi data yang telah terkumpul.
b. Tabulating

Tabulating adalah menyusun data ke dalam


bentuk tabel agar mudah dimengerti.
c. Analizing

Analizing adalah menganalisa data yang sudah


terkumpul sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan.
Analisis data yang digunakan adalah analisis
2
deskriptif. Penggunaan analisis deskriptif bertujuan
agar menyajikan data sesuai dengan keadaan yang 4
sebenarnya tanpa memberikan perlakuan apapun,
sehingga dapat dengan mudah mengambil kesimpulan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Persepsi Karang Taruna Terhadap Kenakalan


Remaja

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial


dapat dikategorikan ke dalam periaku menyimpang.
Dalam prespektif perilaku menyimpang masalah sosial
terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari
berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan
norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang
dapat dianggap sebagai sumber masalah karena sangat
dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Jensen
(Sarlito W. Sarwono, 2002:256) membagi kenakalan
remaja menjadi empat jenis, antara lain:
1. Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik
pada orang lain: perkelahian, pemerkosaan,
perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi,
contohnya perusakan, pencurian, pencopetan,
pemerasan.
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban
pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat,
hubungan seks bebas.
4. Kenakalan yang melawan status, misalnya m
engingkari status anak sebagai pelajar dengan cara
membolos, minggat dari rumah, membantah
perintah mereka dan sebagainya.17

Pada saat ini semakin berkembang bentuk


perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
Kenakalan remaja biasa dilakukan oleh remaja-remaja2
yang gagal dalam menjalani proses-proses
4
perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun
pada masa kanak-kanaknya. Dimana masa kanak-
kanak

17 Sarwono, Sarlito W. (2002). PsikologiRemaja. Jakarta: Rineke


Cipta.

dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan


perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu
cepat.
Menurut Garin, kenakalan remaja merupakan
“Perbuatan yang menyimpang dilakukan oleh remaja
yang mengarah pada tindakan negatif yang melanggar
hukum serta norma yang ada dimasyarkat dan juga
perbuatan yang mencari sensasi yang menganggu
kesejahteraan masyarakat”. Menurut Fian, kenakalan 18

remaja merupakan “perbuatan yang ditunjukkan


remaja dalam mencari jati diri yang sebenarnya bagi
remaja, sehingga remaja tersebut mendapat pengakuan
hebat dari teman-temanya yang wajar dilakukan oleh
para remaja”. Menurut Manggar, kenakalan remaja
19

merupakan “suatu perilaku remaja yang menyimpang


menggangu kentetraman bermasyrakat yang mana
dalam suatu masalah yang serius dalam melanggar
norma dan adat istiadat yang berlaku”. Menurut Dita, 20

kenakalan remaja merupakan “proses remaja dalam


mencari bakat dalam dirinya atau jati diri yang wajar
dilakukan oleh remaja tetapi dalam perbuatan yang
salah. Alasan kami sebagai remaja menunjukkan
kemampuan dalam diri kepada teman-teman
merupakan suatu kebanggaan dalam perbuatan yang
positif, tetapi kalau remaja melakukan penunjukkan
kehebatan dalam hal negatif itu yang dinamakan
kenakalan remaja”. 21

Dari hasil wawancara tersebut, persepsi remaja


terhadap kenakalan remaja itu berbeda-beda ada yang
menganggap kenakalan remaja itu sebagai suatu 2
masalah yang serius perbuatan yang menyimpang, 4
melanggar hukum dan norma yang mengganggu
kesejahteran masyarakat sekitar dan ada juga remaja
yang menganggapnya suatu perbuatan yang wajar di
mana remaja tersebut
18 Remaja Desa Kranggan, Garin, Wawancara Peneliti, 7 Juni 2021, Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri.
19 Remaja Desa Kranggan, Fian, Wawancara Peneliti, 7 Juni 2021, Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri.
20 Remaja Desa Kranggan, Manggar, Wawancara Peneliti, 7 Juni 2021, Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri.
21 Remaja Desa Kranggan, Dita, Wawancara Peneliti, 7 Juni 2021, Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri.

menganggapnya sebagai suatu proses dalam mencari jati


diri. Terdapat banyak perbedaan pendapat remaja tentang
22

kenakalan remaja tersebut.

4.2. Faktor-Faktor Kenakalan Remaja di Desa


Kranggan

1. Keadaan keluarga

Pada hakikatnya, kondisi keluarga yang


menyebabkan timbulnya kenakalan anak atau
remaja bersifat kompleks. Kenakalan anak atau
remaja disebabkan keadaan keluarga yang tidak
normal yang mencakup broken home dan quasi
broken home atau broken home semu.
Kenakalan remaja dapat pula terjadi karena
keadaan ekonomi keluarga, terutama menyangkut
keluarga miskin atau keluarga yang menderita
kekurangan jika dibandingkan dengan keadaan
ekonomi penduduk pada umumnya. Fenomena ini
sering terjadi pada keluarga kelas bawah yang
tergolong orang yang hanya dapat membiayai
hidupnya dalam batas sangat minim.
2. Keadaan sekolah

Ajang pendidikan kedua bagi anak-anak


setelah keluarga ialah sekolah. Selama dalam
2
proses pembinaan, penggemblengan dan
4
pendidikan di sekolah biasanya terjadi interaksi
sesama anak remaja, dan antara anak-anak remaja
dengan para pendidik. Proses interaksi tersebut
dalam kenyataannya bukan hanya memiliki aspek
sosiologis yang positif, akan tetapi juga
membawa akibat lain yang memberi dorongan
bagi anak remaja sekolah untuk menjadi
menyimpang.
Kenyataan lain masih ditemui adanya
sanksi-sanksi yang sama sekali tidak menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Keadaan tersebut

22 Hasil Wawancara Penulis di Desa Kranggan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri Tanggal 7 Juni
2021.
masih diperberat lagi dengan adanya ancaman
yang tidak ada putus- putusnya disertai disiplin
yang ketat dan kurang adanya interaksi yang
akrab antara pendidik dan murid serta kurangnya
kesibukan belajar di rumah. Kondisi negatif di
sekolah tersebut kerap kali memberi pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap anak,
sehingga dapat menimbulkan kenakalan anak atau
remaja.
3. Keadaan masyarakat

Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan


dalam berbagai corak dan bentuknya akan
berpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap anak-anak remaja di mana
mereka hidup berkelompok. Perubahan-
perubahan masyarakat yang berlangsung secara
cepat dan ditandai dengan peristiwa-peristiwa
yang menegangkan, seperti : persaingan dibidang
kerja keras kepala keluarga; bahkan dalam
keadaan mendesak seluruh anggota keluargapun
ikut mencari nafkah untuk mempertahankan
hidupnya.
Kondisi keluarga seperti ini biasanya 2
memiliki konsekuensi lebih lanjut dan kompleks 4
terhadap anak-anak antara lain: hampir setiap hari
anak terlantar, biaya sekolah anak-anak tidak
tercukupi. Akibatnya akan kompleks pula, dalam
kondisi yang serba sulit dapat mendorong anak-
anak menjadi menyimpang. Keadaan ini akhirnya
timbul anggapan bahwa kebutuhan pokok anak-
anak adalah yang bersifat jasmaniah atau biologis
saja. Padahal secara rohaniyah anak-anak
membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua.
Kehidupan anak di rumah memerlukan perlakuan
dasar yang menuntut peranan yang sesungguhnya
dari kedua orang tua.

4.3. Strateegi Penanggulangan Kenakalan Remaja di


Desa Kranggan

Keresahan yang ditimbulkan remaja sebenarnya


menjadi tanggung jawab semua pihak, mulai dari
orangtua remaja, guru di sekolah, masyarakat, serta
pemerintah setempat.Jika dilihat dari faktor penyebab
kenakalan remaja, orangtua hingga pemerintah
semuanya terlibat dan memberi dampak pada
semuanya. Strategi penanggulangan kenakalan remaja
sudah seharusnya diatasi oleh pemerintah.Pemerintah
Desa/Kelurahan mempunyai peranan yang penting
dalam penanggulangan tersebut.
Selain pemerintah setempat yang mempunyai
peranan dalam menanggulangi kenakalan remaja tetapi
masyarakatpun juga seharusnya membantu pemerintah
dalam menanggulangi kasus kenakalan remaja ini.Di
samping masyarakat orangtuapun juga turut andil dan
lebih besar peranannya karena orangtua merupakan
guru pertama dalam tumbuh kembang remaja
tersebut.Berikut tabel strategi penanggulangan
kenakalan remaja serta sifatnya yang dilakukan
pemerintah Desa Kranggan.
Tabel 1. Strategi Penanggulangan dan Sifatnya
2
4
No Sifat Strategi Penanggulangan

1 Preventif 1. Penyuluhan/Sosialisasi

2. Perhatian Orangtua

3. Penanaman Ilmu Agama

2 Represif 1. Perhatian Orangtua

3 Kuratif 1. Perhatian Orangtua

2. Penanaman Ilmu Agama

A. Penyuluhan / Sosialisasi

Penyuluhan atau sosialisasi merupakan salah satu


strategi yang bisa dilakukan baik itu dari pihak
pemerintahdesa. Penyuluhan atau sosialisasi ini
dilakukan oleh pemerintah Desa Kranggan dalam
menanggulangi kenakalan remaja. Hal ini dikatakan
oleh Pamong Desa Kranggan sebagai berikut:
“Kita keliling di sekolah-sekolah untuk
memberikan penyuluhan tentang kenakalan remaja,
dampak yang ditimbulkan daripada kenakalan
remaja” 23

Berdasarkan hasil wawawancara dengan Bapak


Pamong Desa Kranggan bahwasanya pihaknya keliling
dari sekolah ke sekolah yang lain untuk memberikan
penyuluhan tentang kenakalan remaja. Bukan hanya
itu, pihak Pemerintah Desa juga memberikan tentang
dampak dan bahaya yang ditimbulkan dari remaja
yang terjerumus dalam kenakalan remaja.
Penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan
pemerintah Desa Kranggan bersifat preventif karena
strategi ini dilakukan untuk mencegah dan
menghindari timbulnya kenakalan remaja. Penyuluhan
atau sosialisasi dilakukan untuk memberikan
peringatan kepada setiap remaja akan bahaya dan
dampak dari kenakalan remaja, jangan sampai remaja
2
terjerumus dan terpengaruh dengan kenakalan remaja
4
karena itu dapat membahayakan dirinya sendiri
maupun orang lain.
B. Perhatian Orangtua

Orangtua merupakan tempat dimulainya


pendidikan anak mulai dari batita, balita, anak-anak
hingga memasuki masa remaja.Peran dan perhatian
orangtua sangatlah diperlukan seorang anak.Orangtua
adalah salah satu strategi dalam upaya preventif yang
sangatlah efektif dalam mencegah terjadinya
kenakalan remaja. Perhatian orangtua sangatlah
berperan penting dalam

23 Pamong Desa Kranggan, Moch. Miftahul Riza, Wawancara Peneliti, 7 Juni 2021, Desa Kranggan,
Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

memberikan pengertian terhadap anak seperti


keterangan yang penulis dapatkan dari hasil
wawancara sebagai berikut:
“Bagaimana cara parentingnya, pendidikan
orangtua terhadap anak. Jadi harus parenting,
bagaimana orangtua mendidik anak.itu yang paling
penting kalo menurut saya karena itu pengalaman
saya.Itu yang paling utama. Jangan kita salahkan
lingkungan apa-apa semua, yang disalahkan orangtua,
tanggungjawab orangtua.” 24

Jadi intinya perhatian orangtua adalah salah satu


cara untuk memberikan tindakan yang sifatnya
preventif kepada anak sehingga terhindar dari
kenakalan remaja. Ketika apa yang dibutuhkan anak
dan pengertian serta perhatian orangtua itu selaras
maka anak juga akan betah tinggal dirumah dan tidak
terpengaruh dengan ajakan-ajakan teman apabila dia
keluar rumah.
Strategi dengan perhatian orangtua selain sifatnya
preventif juga sifatnya represif dan kuratif. Tindakan
represif karena orangtua yang tugasnya mendidik juga
harus memberikan pembelajaran misalnya hukuman
ketika anak melakukan kesalahan baik itu di dalam
rumah maupun di luar rumah. Pemberian hukuman ini
agar remaja jera atas apa yang dilakukannya.
Sedangkan strategi perhatian orangtua yang sifatnya
kuratif karena ada remaja yang bisa sadar melalui
orang lain da nada juga remaja yang memang bisa
sadar melalui orangtua, karena tindakan kuratif ini
dilakukan untuk memberikan lagi pembinaan kepada
remaja agar mengubah kembali tingkah lakunya
kearah yang lebih lagi.
C. Penanaman Ilmu Agama (Cinta Shalat dan Cinta Al-
Qur’an)

Bagi anak remaja sangat diperlukan adanya


pemahaman, pendalaman serta ketaatan terhadap
ajaran-ajaran agama. Dalam kenyataan sehari-hari
menunjukkan bahwa anak-anak remaja yang
melakukan kejahatan sebagian

24 Pamong Desa Kranggan, Moch. Miftahul Riza, Wawancara Peneliti, 7 Juni 2021, Desa Kranggan,
Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

besar kurang memahami norma-norma agama bahkan


mungkin lalai menunaikan perintah-perintah agama.
Sebagai umat muslim hendaknya kita
menunaikan dan menjalankan apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT. Pembinaan sejak dini
seharusnya sudah dilakukan mulai dari pembinan
orangtua, guru disekolah, guru mengaji dan guru- guru
di tempat belajar nonformal lainnya.

BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa


Kranggan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri
dengan narasumber yaitu remaja karang taruna dan
juga pamong Desa Kranggan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kenakalan remaja yang ada di Desa Kranggan
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
karena para remaja yang kurang perhatian dari
orang tua, karena rasa ingin tahu yang tinggi,
dan minimnya faktor pendidika.
2. Pemerintah Desa yang sudah berusaha mencegah
adanya kenakalan remaja dengan cara
preventif, represif, dan kuratif.

5.2. Saran

Sebaiknya Pemerintah Desa lebih banyak


melakukan upaya preventif dengan cara melakukan
sosialisasi kepada oang tua sebagai pemeran utama
dalam tumbuh kembang anak.

DAFTAR PUSTAKA

DR.Aloliliweri,Komunikasi Serba Ada Serba


Makna(Jakarta:Kencana 2011) hal 35.
DR.Aloliliweri,Komunikasi Serba Ada Serba
Makna(Jakarta:Kencana 2011) hal 38.
Drs. Syaiful Bahasa Djamarah, M.Ag, Pola
Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam
Keluarga,(jakarta: PT Rineka cipta, 2004)hal.27
Hasanah, M. R. (2015). Hubungan Antara Persepsi
Keharmonisan Keluarga dengan Kenakalan
Remaja (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta), hlm. 1.
Gunarsa,S,D. Psikologi Remaja hal 72-74

Gunarsa,S,D. Psikologi Remaja(Yogyakarta: BPK


Gunung Mulia1981) hal 71 Hasil observasi penulis di
Desa Kranggan Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri
Tanggal 4 - 6 Juni 2021.

Hasil Wawancara Penulis di Desa Kranggan,


Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri Tanggal 7
Juni 2021.
Hurlock, Elizabeth B,Psikologi Perkembangan,Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,hal80
Jamal Makmur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan
Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: BukuBiru, 2012),
hlm. 125–129.
Kartono, K, Patologi Sosial jilid 1 (Jakarta: Rajawali
Press 1992) Cet 4 hal 13 Pamong Desa Kranggan,
Moch. Miftahul Riza, Wawancara Peneliti, 7 Juni
2021,
Desa Kranggan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.

Remaja Desa Kranggan, Dita, Wawancara Peneliti, 7 Juni


2021, Desa Kranggan, Kecamatan Gurah, Kabupaten
Kediri.

Remaja Desa Kranggan, Garin, Wawancara Peneliti, 7


Juni 2021, Desa Kranggan, Kecamatan Gurah,
Kabupaten Kediri.
Remaja Desa Kranggan, Fian, Wawancara Peneliti, 7 Juni
2021, Desa Kranggan, Kecamatan Gurah, Kabupaten
Kediri.
Remaja Desa Kranggan, Manggar, Wawancara
Peneliti, 7 Juni 2021, Desa Kranggan, Kecamatan
Gurah, Kabupaten Kediri.
Santrock.Adolescense(terjemahan)hal 132

Sarwono, Sarlito W. (2002). Psikologi


Remaja. Jakarta: Rineke Cipta. Soeratno dan Lincolin
Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan
Bisnis,
(Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Managemen YKPN,2008), 91
Sujarweni, V. Wiratna dan Poly Endrayanto. 2012. Statistika
Untuk Penelitian.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Walgito B. Pengantar Psikologi Umum hal 42

Willis,S.S. problema Remaja dan


Pemecahanya(Bandung:Angkasa 1981) hal 101
Walgito B. Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Penerbit
Andi 2001) hal 39

Anda mungkin juga menyukai