WULANDARI
Wulandari
NIM I34100070
iv
v
ABSTRAK
Kata kunci: Pernikahan dini, Faktor-faktor menikah dini, Motif menikah dini,
Pembentukan identitas
ABSTRACT
WULANDARI. The Influence of Economic Family State towards Motive of
Early Marriage in Rural Area. Supervised by SARWITITI
SARWOPRASODJO.
WULANDARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat
Disetujui oleh
Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Status Ekonomi Keluarga terhadap Motif
Menikah Dini di Perdesaan” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan
syarat kelulusan sebagai Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi pernikahan dini yang masih
marak terjadi pada remaja putri perdesaan dan menganalisis pengaruhnya terhadap
pembentukan identitas remaja putri.
Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1) Ibu Dr Ir Sarwititi Sarwoprasodjo, MS selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan masukan selama proses penulisan
hingga penyelesaian skripsi ini.
2) Ibu Ratri Virianita, S.sos, M,Si selaku dosen penguji utama dan Bapak Ir
Murdianto, M.Si selaku penguji akademik yang telah memberikan masukan
dan saran bagi perbaikan skripsi ini.
3) Mama Lina Rodiah, Teteh Purwaningsih serta Bapak Moh. Nurdin atas
semangat dan doa yang tiada henti-hentinya mengalir untuk kelancaran
penulisan skripsi ini.
4) Almarhum Papa Jana Kristiana dan Almarhum Abah Moch. Kasdi yang
senantiasa menemani dan menyemangati penulis lewat mimpi.
5) Lathiffida Noor Jaswandi, Citra dewi, dan Mugi lestari selaku sahabat
terdekat penulis yang senantiasa mengingatkan untuk tetap semangat dan
tidak mudah menyerah.
6) Dinasti Tri Ranti selaku teman seperjuangan dalam penelitian dan keluarga
Bapak Tholib yang telah berbaik hati membantu penulis selama penelitian.
7) Aparat KUA Kecamatan Anjatan, Aparat desa dan masyarakat Desa Anjatan
Utara atas kerjasama yang baik selama pengumpulan data.
8) Achmad Fauzi dan Sekar Anjani selaku teman satu bimbingan.
9) Dwi izmi, Saefihim dan Keluarga besar SKPM angkatan 47 yang telah
bersedia memberikan semangat, doa, dan dukungan, serta berkenan menjadi
rekan yang baik untuk bertukar pikiran.
Penulis menyadari bahwa karya ini terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi ini
nantinya dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Wulandari
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xvi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Kegunaan Penelitian 4
PENDEKATAN TEORITIS 5
Tinjauan Pustaka 5
Pernikahan Dini 5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini 6
Perilaku dan Motif Perilaku 7
Remaja 9
Identitas Diri 10
Identitas Sosial 11
Kerangka Penelitian 12
Hipotesi Penelitian 13
Definisi Operasional 14
PENDEKATAN LAPANGAN 17
Metode Penelitian 17
Lokasi dan Waktu Penelitian 17
Teknik Pengambilan Sampel 17
Teknik Pengumpulan Data 18
Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18
PROFIL DESA ANJATAN UTARA 21
Kondisi Geografis 21
Kondisi Demografi 22
Kondisi Sosial Budaya 25
Kondisi Sosial Ekonomi 26
Ikhtisar 26
GAMBARAN UMUM PELAKU PERNIKAHAN DINI 29
Pernikahan Dini yang Terjadi 29
Karakteristik Sosio Ekonomi 29
Karakteristik Biososial 33
Karakteristik Lingkungan 33
Motif yang Melatarbelakangi Pernikahan Dini 34
Tingkat Kejadian Perceraian 38
Ikhtisar 39
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR MENIKAH DINI TERHADAP MOTIF 40
MENIKAH DINI
Pengaruh Tingkat Pendidikan Pelaku terhadap Motif Menikah Dini 42
Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua Pelaku terhadap Motif Menikah 42
Dini
Pengaruh Status Ekonomi Keluarga terhadap Motif Menikah Dini 43
Pengaruh Umur Menstruasi Pertama terhadap Motif Menikah Dini 44
xiv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lokasi Penelitian 59
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian 60
Lampiran 3 Daftar Nama Responden 62
xvii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
karena jika tidak dilakukan maka hal tersebut akan menjadi aib dan beban bagi
keluarga. Landung dkk (2009) menunjukkan bahwa dorongan rasa kemandirian
dan keinginan bebas pada remaja putri menjadi faktor pendorong pernikahan dini
pada masyarakat Kecamatan Sangalangi, Toraja.
Faktor-faktor pendorong tersebut erat kaitannya dengan motif individu
remaja putri dalam memutuskan untuk menikah dini. Penelitian Rusiani (2013)
menemukan bahwa motif menikah dini merupakan dorongan pada individu pelaku
pernikahan dini yang melatarbelakangi tingginya kejadian pernikahan dini di Desa
Girikarto, Kabupaten Gunung Kidul. Motif memenuhi kebutuhan dasar, sosial,
rasa aman dan harga diri menjadi dorongan yang kuat pada diri individu pelaku
pernikahan dini. Nyatanya, pernikahan dini yang dilakukan oleh remaja putri
menimbulkan beberapa permasalahan fisiologi bagi para pelakunya. Sebagaimana
yang dinyatakan Jannah (2012) bahwa pernikahan yang dilakukan remaja putri
pada usia terlalu dini berpotensi pada kerusakan alat reproduksi yang disebabkan
oleh hubungan seks yang terlalu dini. Fadlyana dkk (2009) menyebutkan bahwa
anatomi tubuh remaja yang belum siap untuk proses mengandung maupun
melahirkan, berpotensi pada terjadinya komplikasi berupa obstetric fistula. Data
United Nations Population Fund (UNPFA) pada tahun 2003, mempertegas bahwa
15-30 persen persalinan pada usia dini akan disertai dengan komplikasi kronik,
yaitu obstetric fistula1.
Masalah lain yang ditimbulkan dari pernikahan dini ialah permasalahan
secara psikologis bagi para pelakunya. Pernikahan dini yang terjadi tidak jarang
berkontribusi pada tingginya kasus perceraian dini dan kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT). Penelitian Landung dkk (2009) menjelaskan bahwa pernikahan
dini yang dilakukan memberikan dampak negatif pada kemampuan gadis remaja
dalam negosiasi dan pengambilan keputusan hidup. Hal tersebut berkaitan dengan
ketidakmampuan remaja putri dalam menyampaikan pendapat maupun sikapnya
ketika menghadapi permasalahan hidup, sehingga terjadi dominasi pasangan
(suami) yang lebih dewasa. Hal tersebut dijelaskan oleh Hermawan (2010) bahwa
kematangan diri remaja yang belum tercapai mendorong terjadinya percekcokan
antara suami-istri yang berujung pada perceraian dini. Oleh sebab itu, tidak jarang
ditemui remaja putri yang sudah menjanda pada usia yang masih muda.
Selain itu, pernikahan dini yang terjadi tak jarang merupakan pernikahan
yang dilakukan di bawah tangan. Hal tersebut berkaitan dengan pemaknaan
negatif pada diri remaja putri yang melakukan menikah dini. Pemaknaan negatif
tersebut berhubungan dengan pemaknaan diri individu maupun pemaknaan diri
sosial pelaku pernikahan dini. Hal ini berkaitan dengan pembentukan identitas diri
dan identitas sosial seorang remaja putri. Keberadaan individu remaja pada tahap
identitas versus kebingungan identitas (identity vs identity confusion) merujuk
pada masa dimana remaja harus memutuskan siapa dirinya (keberadaan diri), apa
dan bagaimana dirinya mencapai masa depannya (Steinberg 1993). Selain itu,
Purwadi (2004) menyebutkan bahwa keberadaan remaja sebagai individu pada
masa transisi mengakibatkan remaja akan banyak dipengaruhi oleh lingkungan
beserta proses sosial yang ada. Oleh karena itu, akan terjadi krisis identitas yang
timbul akibat dari konflik internal antara keberadaannya sebagai remaja dan
statusnya sebagai seseorang yang telah menikah di usia yang masih sangat muda..
1
Obstetric fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran urin
atau feses ke dalam vagina.
3
Rumusan Masalah
Pernikahan dini yang marak terjadi pada remaja putri perdesaan merujuk pada
perilaku sosial masyarakat yang dimaknai secara bersama. Pemaknaan tersebut
berkaitan dengan pemaknaan individu remaja terhadap identitas dirinya maupun
identitas sosialnya. Perilaku sosial tersebut dipengaruhi oleh dorongan atau motif-
motif individu remaja dalam menikah dini. Keberadaan remaja sebagai individu
yang berada pada masa transisi dengan segala motif individu yang mendorong
perilaku sosialnya tersebut berkaitan dengan pemaknaan atas diri maupun
sosialnya. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis
bagaimana pembentukan identitas remaja putri perdesaan yang melakukan
pernikahan dini?
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pernikahan Dini
Sebagaimana diketahui perilaku atau aktivitas yang ada pada itu tidak timbul
dengan sendirinya, tetapi merupakan akibat dari rangsangan yang diterimanya
baik dari luar maupun dari dalam dirinya. Walgito (1999) menyebutkan bahwa
perilaku atau aktivitas-aktivitas individu dalam pengertian yang luas merupakan
respon dari stimulus. Skinner yang dikutip Walgito (1999) membedakan perilaku
menjadi (a) perilaku yang alami (innate behavior), (b) perilaku operan (operant
behavior). Perilaku alami yaitu yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu
yang berupa refleks-refleks dan insting-insting, sedangkan perilaku operan yaitu
perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Skinner yang dikutip Notoadmodjo (2003) menjelaskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar.
Perilaku ini terjadi melalui proses stimulus terhadap organisme dan kemudian
8
Remaja
Identitas Diri
Identitas Sosial
Kerangka Penelitian
Faktor-faktor menikah
dini
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
digunakan adalah skala ordinal. Variabel ini dibagi menjadi tiga kategori,
yakni:
- Rendah, apabila skor total variabel berada pada rentang 14-20
- Sedang, apabila skor total variabel berada pada rentang 21-26
- Tinggi, apabila skor total variabel berada pada rentang 27-33
7. Motif menikah dini adalah total skor kesesuaian pelaku terkait alasan tujuan
yang melatarbelakangi pelaku dalam menikah dini. Motif menikah dini dalam
penelitian ini terdiri dari lima kategori, yakni:
1. Fisiologis adalah alasan responden dalam menikah dini dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, seperti pangan, sandang,
papan maupun seks.
2. Keamanan adalah alasan responden dalam menikah dini yang bertujuan
untuk menghindari pergaulan bebas.
3. Sosial adalah alasan responden dalam menikah dini dengan tujuan guna
memperoleh kasih sayang, perhatian dan persahabatan (hubungan sosial).
4. Harga diri adalah alasan responden dalam menikah dini yang bertujuan
untuk memperoleh harga diri, status dan prestise.
5. Aktualisasi diri adalah alasan responden dalam menikah dini yang
bertujuan untuk terlepas dari aturan orangtua dalam rangka
mengembangkan potensi dalam diri.
Masing-masing kategori pada motif menikah dini akan dijabarkan dalam
bentuk pernyataan yang terangkum dalam kuesioner. Total pernyataan dari
kelima motif adalah 15 pernyataan dengan masing-masing komponen motif
menikah dini adalah tiga pernyataan. Total minimum dan total maksimum
dari semua pernyataan adalah 23 dan 55. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala ordinal. Variabel motif menikah dini dalam hubungannya
dengan perilaku menikah dini dibagi menjadi tiga kategori, yakni:
- Lemah, apabila skor total variabel berada pada rentang 23-33
- Sedang, apabila skor total variabel berada pada rentang 34-44
- Kuat, apabila skor total variabel berada pada rentang 45-55
10. Pembentukan identitas remaja perdesaan adalah proses pemaknaan diri pada
setiap individu pelaku terkait identitas diri dan identitas sosial. Pembentukan
identitas remaja putri perdesaan yang dimaksud dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua, yakni:
a. Pembentukan identitas diri adalah total skor kesesuaian pelaku terhadap
pemaknaan diri yang berkaitan dengan hal-hal yang ia inginkan untuk
masa depannya seperti cita-cita, imajinasi pribadi setelah menikah, ide-
ide pribadi, kesadaran akan keunikan diri, nilai-nilai moral pribadi,
kepentingan pendapat diri. Identitas diri diukur dengan menggunakan
enam pernyataan pada kuesioner. Skala pengukuran yang digunakan
adalah skala ordinal yang terbagi menjadi dua kategori, yakni:
- Lemah, apabila jumlah skor pada kuesioner pada rentang 9-15
- Kuat, apabila jumlah skor pada kuesioner pada rentang 16-21
b. Pembentukan identitas sosial adalah proses penentuan diri individu
responden sebagai bagian dari kelompok masyarakat Desa Anjatan Utara
yang meliputi kesamaan perilaku dengan masyarakat, kesadaran akan
kewajiban menjaga nama baik desa, kepatuhan terhadap adat istiadat dan
moral lingkungan sosial. Identitas sosial diukur dengan menggunakan
16
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder berupa data terkait kependudukan dan gambaran umum
desa yang diperoleh dari kantor Desa Anjatan Utara. Data primer yang
dikumpulkan ialah data terkait pernikahan dini yang diperoleh dari wawancara
mendalam dengan pihak Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Anjatan dan
Lebe2 desa. Selain itu, data primer terkait keyakinan pelaku terhadap norma yang
berlaku, motif menikah dini, dan pembentukan identitas remaja yang diperoleh
melalui kuesioner. Wawancara mendalam dilakukan kepada responden maupun
informan guna menggali data kualitatif dengan menggunakan pedoman
wawancara mendalam terkait gaya hidup dan alasan maraknya pernikahan dini.
Wawancara mendalam dimanfaatkan sebagai informasi penjelasan yang
diintegrasikan dengan jawaban yang ada pada kuisioner untuk mendukung dan
memperkuat data kuantitatif yang diperoleh.
yang membagi kriteria kriteria hubungan sebagai berikut: (a) Tidak ada korelasi
antara dua variabel apabila koefisien korelasi sama dengan 0, (b) hubungan sangat
lemah apabila koefisien korelasi > 0 – 0.25, (c) hubungan cukup kuat apabila
koefisien korelasi > 0.25 – 0.5, (d) hubungan kuat apabila koefisien korelasi > 0.5
– 0.75, (e) hubungan sangat kuat apabila koefisien korelasi > 0.75 – 0.99, (f)
hubungan sempurna apabila koefisien korelasi sama dengan 1.
20
21
Kondisi Geografi
Desa Anjatan Utara merupakan salah satu daerah dataran rendah yang terletak
di wilayah Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Secara
administratif, batasan Desa Anjatan Utara antara lain: (a) sebelah utara berbatasan
dengan Desa Limpas; (b) sebelah timur berbatasan dengan Desa Limpas; (c)
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Anjatan; (d) sebelah barat berbatasan
dengan Desa Cilandak lor dan Desa Anjatan. Sementara itu, jarak kantor
pemerintahan Desa Anjatan Utara dengan jalan raya Pantura adalah sejauh enam
kilometer, dengan pemerintahan Ibu kota Indramayu yaitu 50 kilometer, dengan
pemerintahan provinsi Jawa Barat yaitu 210 kilometer.
Akses untuk mencapai lokasi Desa Anjatan Utara cukup mudah dijangkau,
baik menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Ada angkutan
desa yang memfasilitasi masyarakat dalam melakukan mobilitas antar wilayah.
Kendaraan-kendaraan tersebut melewati jalan kabupaten sepanjang dua kilometer
dan jalan desa sepanjang 15 kilometer. Keberadaannya yang berdekatan dengan
Kantor Kecamatan Anjatan dan dilalui jalan raya penghubung Patrol-Subang serta
kondisi jalan terpelihara baik memungkinkan masyarakat Desa Anjatan Utara
berkembang.
Tabel 1 Luas lahan dan persentase pemanfaatan lahan Desa Anjatan Utara, 2013
3
Tanaman liar semacam rumput yang tumbuh disawah, dimanfaatkan sebagai sayuran yang
dimakan untuk dijadikan rujak oleh masyarakat.
22
Kondisi Demografi
Desa Anjatan Utara terbagi menjadi empat dusun dengan sepuluh Rukun
Warga (RW) dan 28 Rukun Tetangga (RT). Adapun dusun yang terdapat di Desa
Anjatan utara ialah Dusun Babakan yang terdiri dari dua RW dengan enam RT,
Dusun Sabrang Wetan yang terdiri dari tiga RW dengan delapan RT, Dusun
Buyut Milah terdiri dari tiga RW dengan delapan RT, dan Dusun Sasak Mijan
terdiri dari dua RW dengan enam RT. Jumlah penduduk Desa Anjatan Utara
berdasarkan data monografi desa bulan maret tahun 2014 ialah sebanyak 8 875
jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4 369 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 4 506 jiwa. Sementara itu, jumlah kepala keluarga
(KK) di Desa Anjatan Utara ialah sebanyak 2 354 Kepala Keluarga (KK).
Komposisi jumlah penduduk dan kepala keluarga dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Komposisi jumlah penduduk dan kepala keluarga (KK) Desa Anjatan
Utara menurut jenis kelamin, 2014
tak jarang yang bercerai pada tahun yang sama dengan tahun pernikahan.
Kejadian tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh
masyarakat Desa Anjatan Utara. Adapun sebaran jumlah dan persentase penduduk
Desa Anjatan Utara berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4 Sebaran penduduk Desa Anjatan Utara menurut jenis pekerjaan, 2014
Dusun
Jenis Sabrang Buyut Sasak
Babakan Total
pekerjaan Wetan Milah Mijan
(jiwa)
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
PNS 34 23 38 23 118
TNI/POLRI 7 6 4 3 20
Pensiunan 13 9 9 15 46
Wiraswasta 57 76 91 60 284
Industri kecil 7 7 6 8 28
Pedagang 134 150 195 123 602
Petani 423 450 356 402 1631
Buruh Tani 780 1426 988 521 3715
Pelajar 343 405 622 410 1780
Mahasiswa 8 11 15 12 46
Lain-lain 157 168 149 131 605
Total 1963 2731 2473 1708 8875
Sumber: Data monografi Desa Anjatan Utara 2014
“Ya memang beberapa remaja putri ada yang kerja di luar negeri. Ada yang
kerja jadi PRT tapi ada juga yang kerjanya di -pabrik botol-4, ya pekerjaan
jaman sekaranglah. Lumayan mungkin buat bantu-bantu orang tua disini.”
(ADN 45 tahun)
4
Sebutan warga bagi pekerjaan asusila.
25
Penduduk Desa Anjatan Utara sebagian besar menganut agama Islam, yakni
sebesar 99.3 persen atau 8 814 jiwa. Sedangkan persentase 0.7 persen
penduduknya menganut agama Katolik sebanyak 5 jiwa, Protestan sebanyak 54
jiwa dan Hindu sebanyak 2 jiwa. Desa Anjatan Utara memiliki beberapa sarana
peribadatan yakni satu bangunan masjid, 19 bangunan musholla, sedangkan gereja
dan wihara tidak tersedia di Desa Anjatan Utara. Gereja dan Wihara tersedia di
luar desa, yakni berada di Desa Anjatan. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, masyarakat Desa Anjatan Utara merupakan masyarakat yang masih
menjunjung tinggi rasa saling menghormati antar umat beragama. Tidak pernah
terjadi masalah antar warga mengenai perbedaan agama. Nilai-nilai toleransi antar
agama dianut warga secara baik. Kelembagaan pengajian masih eksis di Desa
Anjatan Utara, terhitung lebih dari empat kelompok pengajian yang masih aktif.
Umumnya peserta pengajian ialah para orangtua usia lanjut. Pengajian
dilaksanakan di mushola-mushola. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan
oleh salah satu Informan, sebagai berikut:
“Nikah dini banyak terjadi karena internet juga sih mbak. Kan sekarang
ada youtube tuh mbak bisa buka apa aja. Apalagi warnet itu kan ruangan-
ruangannya ketutup, bisa ngapain aja bebas di dalamnya. banyak tuh
pasangan yang pacaran disana. Dulu sempat ketahuan ada yang berbuat
mesum di warnet waktu digrebek polisi di salah satu warnet di sebrang
jalan itu. Warnetnya sempet tutup, tapi sekarang sudah buka lagi mbak. Ya
begitu remaja sini masih aja kaya dulu tingkahnya” (TLT 20 tahun)
“...Pergaulan remaja desa emang diakui ga baik sih mbak. Suka mabok-
mabokan, suka bikin tuak sendiri gitu. Kalo malem masih suka keluyuran
kemana-mana sambil pada mabok. Trus sama suka pacaran di bekas
proyek pertamina disana mbak, pada mesum deh tuh disana” (RTN 21
tahun)
Ikhtisar
Desa Anjatan Utara merupakan desa yang terletak di wilayah yang cukup
strategis. Keberadaannya dekat dengan jalan raya menjadikan desa ini cukup
mudah dijangkau, baik menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan
pribadi. Sebagian besar lahan yang ada, yakni sekitar 76.6 persen lahan yang ada
dimanfaatkan untuk lahan pesawahan, oleh karenanya tidak heran jika Desa
Anjatan Utara memiliki potensi SDA yang cukup besar di bidang pertanian.
27
Mayoritas penduduk Desa Anjatan Utara memiliki pekerjaan utama sebagai petani
maupun buruh tani, yakni sebesar 5 346 jiwa. Selain petani dan buruh tani,
sebagian besar penduduk bekerja di luar negeri dengan mayoritas pekerjaan
sebagai PRT maupun buruh pabrik. Agama islam menjadi agama mayoritas yang
dianut oleh masyarakat Desa Anjatan Utara, yakni sebesar 99.3 persen warganya
menganut agama islam. Gaya hidup masyarakat desa sudah cukup modern, yakni
ditandai dengan penggunaan handphone sebagai alat komunikasi dan pemanfaatan
internet. Kehidupan remaja Desa Anjatan Utara tergolong bebas, dimana remaja
pada umumnya masih berada diluar rumah ketika malam hari dan banyaknya
kejadian hamil di luar nikah pada remaja putri. Secara umum, kondisi ekonomi
masyarakat Desa Anjatan Utara masih tergolong rendah. Mayoritas masyarakat
masih memanfaatkan sungai sebagai sumber air untuk kebutuhan MCK, jarang
sekali ditemui rumah penduduk yang memiliki kamar mandi di dalam rumah.
Selain itu, masih banyak masyarakat desa yang melakukan penyambungan listrik
ke rumah tetangga untuk memenuhi kebutuhan penerangan.
29
Pernikahan dini yang terjadi pada remaja putri Desa Anjatan Utara pada
umumnya merupakan pernikahan yang dilakukan di bawah tangan atau tidak
resmi. Pernikahan di bawah tangan ini terpaksa di lakukan mengingat batas usia
remaja yang menikah tidak memenuhi syarat batas usia minimal yang ditetapkan
dalam Undang-undang perkawinan yakni 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun
bagi laki-laki. Selain itu, kesulitan dan mahalnya biaya birokrasi dalam
pengurusan pernikahan dini secara resmi menjadi alasan kuat pernikahan dini di
bawah tangan ini terjadi. Sebagaimana keterangan yang dijelaskan oleh salah satu
orangtua pelaku pernikahan dini, sebagai berikut:
Pernikahan dini yang terjadi pada remaja putri Desa Anjatan Utara pada
umumnya merupakan pernikahan dini palsu. Pernikahan dini palsu ialah
pernikahan yang di bawah umur yang pada hakekatnya dilakukan sebagai
kamuflase dari moralitas yang kurang etis dari kedua mempelai (Jannah 2012).
Pernikahan dini yang dilakukan hanya untuk menutupi perzinaan yang pernah
dilakukan oleh kedua mempelai, baik yang berakibat adanya kehamilan maupun
yang tidak berakibat adanya kehamilan. Hal tersebut sejalan dengan yang
disampaikan oleh salah satu responden, sebagai berikut:
“Biasalah mbak, disini mah nikah dini. Pacaran lalu ketauan hubungan seks
pranikah, jadi di nikahkan saja takutnya hamil, tapi banyaknya emang yang
hamil duluan sih. Kasian orangtuanya daripada malu menanggung aib
makannya dinikahkan saja.” (RTN 21 tahun)
Pernikahan dini yang terjadi merupakan suatu perilaku sosial yang dipelajari
oleh remaja dari lingkungan. Perilaku tersebut muncul dipengaruhi oleh
karakteristik atau faktor-faktor pendorong baik yang berasal dari dalam diri
individu remaja maupun yang berasal dari luar. Berikut data yang berhasil
dikumpulkan terkait karakteristik-karakteristik individu remaja pelaku pernikahan
dini.
Tabel 5 Jumlah dan persentase usia pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
berdasarkan tiga golongan remaja, 2014
Tabel 6 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut usia pernikahan pertama, 2014
“Banyak mbak yang nikah muda sih, sekitar usia 14 tahun-an, kelas 2 SMP
pada udah nikah. Tapi ga banyak yang tinggal di desa, kebanyakan ikut
31
suaminya. Jadi tinggal di rumah mertua di luar desa. Kalo ga pada kerja di
luar negeri kayak di Taiwan”. (ENT 20 tahun)
Tabel 7 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat pendidikan, 2014
Tabel 8 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat pendidikan ayah dan ibu, 2014
Ayah Ibu
Pendidikan
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Tidak sekolah 5 16.7 9 30.0
Tidak tamat SD 3 10.0 5 16.7
Tamat SD 14 46.7 13 43.3
Tidak tamat SMP 1 3.3 1 3.3
Tamat SMP 6 20.0 2 6.7
Tamat SMA 1 3.3 0 0.0
Total 30 100.0 30 100.0
menempuh pendidikan hingga tingkat SMP, dan hanya sekitar 3.3 persen orangtua
responden yang menempuh pendidikan setingkat SMA. Berbeda dengan
mayoritas pendidikan remaja, orang tua memiliki tingkat pendidikan yang lebih
rendah yakni setingkat SD. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang
dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh salah satu
Informan, sebagai berikut:
Tabel 9 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
berdasarkan status ekonomi keluarga, 2014
Utara terdapat sekitar 180 keluarga dengan rumah tidak layak huni dan keluarga
miskin sosial sejumlah 1 120 keluarga. Keberadaan bank keliling dengan suku
bunga peminjaman yang cukup tinggi masih eksis dimanfaatkan masyarakat
sebagai sumber dana ketika kekurangan atau musim paceklik demi memenuhi
kebutuhan hidup terutama kebutuhan akan pangan. Hal ini dapat dimaklumi
karena sebagian besar masyarakat, yakni sekitar 5 346 jiwa penduduk
bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani dengan penghasilan sehari-hari
yang pas-pasan.
Karakteristik Biososial
Tabel 10 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut usia mentruasi pertama, 2014
Karakteristik Lingkungan
sebesar 80 persen remaja putri rendah dalam meyakini norma yang berlaku di
masyarakat. Hanya sekitar 20 persen remaja yang mengaku yakin terhadap norma
yang berlaku di Desa Anjatan Utara mempengaruhi diri ketika memutuskan untuk
menikah dini. Adapun data yang diperoleh terkait keyakinan terhadap norma yang
berlaku pada responden dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat keyakinan terhadap norma, 2014
Tabel 12 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat motif menikah dini, 2014
Tabel 13 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat motif fisiologi, 2014
Tabel 14 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat motif rasa aman, 2014
“Saya dinikahkan oleh orangtua dengan pacar saya karena waktu itu
pacar saya main dirumah sampe tengah malem, waktu itu orangtua saya
sedang tidak di rumah walau saya tidak melakukan apa-apa, tapi orangtua
saya menyuruh saya untuk menikah saja karena dikhawatirkan jadi
omongan orang.” (YNT 18 tahun)
Tabel 15 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat motif sosial, 2014
“Ya, beberapa pasangan yang menikah dini itu sengaja pura-pura sudah
hamil ke orangtuanya agar bisa dinikahkan. Biasanya hal tersebut
dikarenakan status ekonomi keluarga yang berbeda diantara pasangan
tersebut. Yang satu kaya, yang satu miskin lalu orangtua yang kaya
biasanya ga setuju lalu anaknya jadi pura-pura udah hamil duluan biar
dinikahkan” (JNN 32 tahun)
Tabel 16 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat motif harga diri, 2014
“Mau gimana lagi mbak, sekarang saya sudah hamil. Kalau gak buru-
buru menikah saya bakal malu sama tetangga, nanti malah jadi omongan
orang. Kasian nanti orangtua saya juga ikut malu.” (RMM 14 Tahun)
“Waktu itu saya udah jadi omongan orang. Orang-orang bilang saya
udah hamil padahal belum. Yaudah biar ga malu, saya nikah aja sama
pacar saya.” (DWR 18 tahun)
Tabel 17 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
menurut tingkat motif aktualisasi diri, 2014
menunjukkan tingkat motif yang tinggi pada motif ini. Remaja mengakui bahwa
pernikahan dini yang dilakukan dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk
mengaktualisasi diri. Sebagian besar remaja memberikan respon negatif ketika
ditanya apakah menikah dikarenakan ingin terbebas dari orang tua. Sebagian
remaja menyampaikan bahwa menikah di usia dini bukan dikarenakan keinginan
dari diri atau bukan menjadi pilihan hidupnya, melainkan dikarenakan dorongan
orang tua yang tidak ingin menjadi malu akibat pergaulan bebas yang dijalani
remaja. Pernikahan dini, tidak menjadi tujuan pilihan remaja untuk
mengembangkan potensi diri maupun lepas dari kontrol orang tua. Bahkan
sebagian besar remaja yang telah menikah masih hidup dan makan dari orangtua.
Menikah pada usia dini diduga memiliki kontribusi terhadap tingginya angka
perceraian dini pada remaja. Kematangan diri remaja yang belum tercapai
mendorong terjadinya percekcokan dalam rumah tangga yang berakhir pada
perceraian. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka diperoleh enam dari
30 responden atau sekitar 20 persen responden yang mengalami perceraian diusia
muda dengan rata-rata usia pernikahan ialah hanya sekitar satu tahun. Adapun
jumlah dan persentase status pernikahan dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 18 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
berdasarkan status pernikahan, 2014
“Pernikahan saya hanya satu tahun mbak, setelah itu bercerai. Saya tidak
begitu mengenal siapa suami saya. Saya hanya mengenalnya dari facebook.
Waktu itu kenalan lalu ngajak nikah. Yaudah saya mau saja. Tapi ternyata
dianya begitu.Gak tanggung jawab. Yaudah cerai aja”. (YNT 18 Tahun).
“Saya sudah bercerai dengan suami saya mbak. Dulu cekcok terus, yaudah
cerai aja. Sekarang dia sudah menikah lagi dengan perempuan desa lain.”
(TLT 20 tahun)
Ikhtisar
Pernikahan dini yang terjadi pada remaja Desa Anjatan Utara pada
umumnya merupakan pernikahan dini palsu, yakni dilakukan sebagai
kamuflase dari moralitas kurang etis dari para pelakunya. Pernikahan dini yang
terjadi pada remaja putri Desa Anjatan Utara merupakan pernikahan dini yang
dilakukan pada rentang usia 14-17 tahun. Mayoritas pernikahan dini dilakukan
pada usia 17 tahun, yakni sebesar 53.4 persen. Mayoritas tingkat pendidikan
para pelaku pernikahan dini di Desa Anjatan Utara ialah tingkat pendidikan
sedang atau setingkat SLTP, yakni sebesar 63.3 persen. Tingkat pendidikan
ayah dan ibu para pelaku pernikahan secara mayoritas adalah tingkat
pendidikan rendah atau setingkat SD, yakni sebesar 46.7 persen dan 43.3
persen. Mayoritas pelaku pernikahan dini berasal dari keluarga dengan status
ekonomi menengah kebawah, yakni dengan rata-rata pengeluaran keluarga
sebesar Rp1 360 000 – Rp2 600 000 per bulan dan penghasilan keluarga
sebesar Rp1 362 000 – Rp2 318 000 per bulan. Menstruasi pertama yang
mewakili tanda masuknya pubertas para pelaku pernikahan dini menunjukkan
bahwa sebesar 98 persen pelaku pernikahan dini telah mengalami menstruasi
pertama, dengan persentase yang seimbang antara kategori menstruasi cepat
dan lambat.
Karakteristik lingkungan (dalam penelitian ini keyakinan terhadap
norma) diduga termasuk menjadi salah satu faktor yang berkaitan dengan
pernikahan dini yang terjadi. Data di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas
pelaku pernikahan dini menunjukkan ketidakyakinan terhadap norma yang ada,
yakni sebesar 80 persen pelaku pernikahan dini menyanksikan norma yang ada
akan memberikan toleransi terhadap kehamilan yang terjadi. Hal tersebut
berkaitan dengan motif yang melatarbelakangi pelaku pernikahan dini ketika
memutuskan untuk menikah di usia dini. Data di lapangan menunjukkan bahwa
pernikahan dini yang terjadi secara umum dilatarbelakangi oleh motif untuk
memenuhi kebutuhan akan rasa aman (dengan maksud menghindari zinah),
motif untuk memenuhi kebutuhan sosial (keinginan untuk lebih diperhatikan
oleh pasangan), dan motif untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri
(menutupi kehamilan yang terjadi agar tidak menjadi aib bagi keluarga).
41
Berdasarkan hasil uji statistik regresi linear berganda yang dilakukan antara
faktor-faktor menikah dini terhadap motif menikah dini maka dihasilkan bahwa
hanya variabel status ekonomi keluarga yang menunjukkan pengaruh signifikan
terhadap motif remaja putri dalam menikah dini pada taraf nyata 10 persen.
42
Variabel tingkat pendidikan orang tua, baik ayah maupun ibu dari pelaku
secara kuantitatif tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap motif menikah
dini. Hal ini ditunjukan dengan nilai probabilitas signifikan yang dihasilkan yakni
0.140 dan 0.289. Berdasarkan kaidah keputusan analisis data statistik, jika nilai
probabilitas penelitian (dalam penelitian ini sebesar 0.10) lebih besar atau sama
dengan nilai probabilitas signifikan maka variabel independen tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal tersebut juga dapat
terlihat dari koefisien regresi yang dihasilkan yakni -4.292 dan -3.704. Nilai
koefisien regresi antara tingkat pendidikan ayah pelaku dengan motif menikah
dini sebesar -4.292 tidak menunjukkan bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan
ayah pelaku sebesar satu-satuan akan menurunkan rata-rata motif menikah dini
sebesar 4.292 satu-satuan. Berdasarkan hasil kualitatif di lapangan ditemukan
bahwa tingkat pendidikan ayah yang tinggi yakni setingkat SMA tidak
berpengaruh terhadap motif menikah dini pelaku menjadi rendah.
Sama halnya dengan tingkat pendidikan ayah, tingkat pendidikan Ibu tidak
menunjukkan pengaruh nyata terhadap motif menikah dini remaja dengan
koefisien regresi sebesar -3.704. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap
kenaikan tingkat pendidikan Ibu pelaku satu-satuan akan menurunkan rata-rata
motif menikah dini sebesar 3.704 satu-satuan. Nyatanya di lapangan ditemukan
keseragaman data terkait tingkat pendidikan Ibu, yakni 90 persen hanya
menempuh pendidikan sembilan tahun. Berdasarkan data yang diperoleh
mengumpul pada kategori rendah atau tingkat pendidikan rendah yakni setingkat
43
SD, sehingga hasil tersebut tidak menunjukkan bahwa semakin rendah pendidikan
remaja maka akan mempengaruhi semakin kuat motif remaja untuk menikah dini
maupun sebaliknya, data tidak menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan
Ibu remaja maka akan semakin lemah motif menikah dini pada remaja.
“Ya gimana ya mbak, orangtua udah gak mampu membiayai saya sekolah.
Daripada tidak ada kerjaan, saya pacaran udah lama takut jadi omongan
orang, yasudah saya nikah saja” (RMN 17 tahun)
Hal ini sejalan dengan norma yang berkembang di lapangan bahwa terdapat
nilai yang berkembang bahwa anak perempuan merupakan aset ekonomi keluarga,
dimana anak perempuan diharapkan dapat mengangkat derajat ekonomi keluarga.
Salah satu diantaranya adalah dengan menikah diusia dini. Hasil analisis ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Landung dkk (2009)
yang menemukan bahwa adanya keinginan pada remaja untuk dapat membantu
perekonomian keluarga. Keadaan ekonomi keluarga yang rendah mendorong
remaja untuk berkeinginan bekerja di luar negeri. Keinginan tersebut berkaitan
dengan keinginan segera menikah. Mayoritas remaja putri yang bekerja di luar
negeri melakukan pernikahan terlebih dahulu sebelum berangkat pergi bekerja.
Hal tersebut dilakukan dengan maksud untuk memberikan rasa aman dan
5
Hamil diluar nikah lalu menjadi omongan orang.
44
satu-satuan. Artinya, semakin yakin pelaku menikah dini terhadap norma yang
berlaku maka akan semakin kuat motif pelaku untuk menikah dini. Hal ini sejalan
dengan hasil di lapangan bahwa sebesar 80 persen remaja menunjukkan tingkat
keyakinan yang rendah terhadap norma yang ada. Pelaku menikah dini
menyanksikan norma yang ada akan memaklumi seorang individu remaja putri
diterima dan dimaklumi ketika terjadi kehamilan di luar nikah, sehingga lebih
memilih untuk menikah dini untuk menghindari sanksi sosial. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin rendah keyakinan remaja terhadap norma yang ada
maka akan semakin kuat motif remaja untuk menikah. Hal tersebut sejalan dengan
yang disampaikan oleh salah satu Informan, sebagai berikut:
“Saya ga yakin mbak kalo masyarakat mau memaklumi saya yang hamil
dulu sebelum menikah. Makannya saya lebih pilih segera menikah ketika
saya sudah „terlalu dekat‟ dengan pacar saya biar ga dapet omongan ga
enak dari masyarakat” (RNY 20 tahun)
Ikhtisar
Tabel 20 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
berdasarkan pembentukan identitas diri dan identitas sosial, 2014
sendiri. Pelaku menikah dini mengakui menjadi lebih tahu apa saja yang akan
dilakukannya di masa depan. Responden bahkan menunjukkan identitas yang kuat
ketika dirinya dikaitkan dengan pernikahan dini. Responden mengakui menjadi
lebih mengutamakan pendapat diri di bandingkan omongan orang lain. Berikut
penjelasan lebih detail terkait pencapaian dari masing-masing indikator identitas
diri pelaku pernikahan dini.
Tabel 21 Jumlah dan persentase pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara
berdasarkan tingkat kuat lemah terhadap indikator-indikator identitas diri, 2014
pelaku menjadi kurang yakin dalam pencapaian cita-cita lainnya dimasa datang.
Begitu juga pada indikator ide-ide pribadi, imajinasi pribadi dan pendapat diri,
walaupun hasil pengumpulan data secara angka menunjukan tingkat yang kuat
pada indikator-indikator tersebut, namun secara kualitatif pelaku menunjukan
bahwa ide-ide pribadi, imajinasi pribadi dan pendapat diri tidak dapat
disampaikan secara tegas pada kehidupan sehari-hari. Ide-ide pribadi, imajinasi
pribadi dan pendapat diri lebih banyak dipendam dan tidak diungkapkan, dimana
pelaku pernikahan dini cenderung mementingkan ide-ide dan pendapat orang lain
(dalam hal ini suami, orangtua dan masyarakat).
Tabel 22 Jumlah pelaku pernikahan dini Desa Anjatan Utara berdasarkan tingkat
kuat lemah terhadap indikator-indikator identitas sosial, 2014
Ikhtisar
Bab ini menunjukkan bahwa pembentukan kuat pada identitas diri para
pelaku dibandingkan dengan pembentukan identitas sosial para pelaku sebagai
remaja Desa Anjata Utara. Hal ini berkaitan dengan pernikahan dini yang
dilakukan. Mayoritas pernikahan dini yang dilakukan merupakan pernikahan dini
palsu yang bertujuan sebagai kamuflase kehamilan yang terjadi. Pernikahan di
bawah tangan mendorong para pelaku untuk membentuk identitas dirinya
dibandingkan identitas sosialnya sebagai bagian dari masyarakat. Pernikahan dini
yang ada malah menjadikan para pelaku menikah dini merasa menjadi lebih sadar
akan keberadaan dirinya sendiri yang meliputi harga diri dan cita-citanya di masa
depan. Hubungan yang lemah ditunjukan diantara motif menikah dini dengan
pembentukan identitas sosial, pasca menikah dini para pelaku menunjukkan sikap
menjauh terhadap identitas sosialnya sebagai bagian dari masyarakat Desa
Anjatan Utara. Hal tersebut disebabkan oleh rasa malunya menjadi bagian dari
masyarakat dengan tingkat pernikahan dini yang tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat
dijadikan masukan atau saran diantaranya sebagai berikut:
1. Motif menikah dini yang dipengaruhi kuat oleh pemenuhan kebutuhan
akan keamanan, sosial dan harga diri pada dasarnya berkaitan dengan
kehamilan pranikah yang terjadi pada remaja putri, sehingga perlu adanya
ketegasan dari orang tua maupun lingkungan dalam mengontrol pergaulan
bebas remaja.
2. Pemerintah perlu melakukan peningkatan pendidikan di daerah perdesaan
sehingga terjadi perbaikan pola pikir remaja putri maupun orangtua juga
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkaitan dengan peningkatan
status ekonomi keluarga.
3. Pembentukan identitas diri yang kuat namun tidak diimbangi dengan
pembentukan identitas sosial dikhawatirkan akan memunculkan individu
remaja yang hanya berfokus pada kehidupan diri sendiri dan kurang peduli
dengan lingkungan sekitar. Oleh karenanya, perlu dilakukan sosialisasi
maupun pendidikan berkarakter sejak masa kanak-kanak sehingga akan
meminimalisasi kebingungan identitas pada masa remaja ini.
4. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dan kekurangan. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut yang berfokus pada hubungan pernikahan
dini dengan modernisasi yang terjadi pada remaja perdesaan.
52
53
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Z. 2011. Dampak sosial pernikahan dini (studi kasus di Desa Gunung Sindur
– Bogor). Skripsi. [Dokumen]. [Internet]. [Diunduh 1 Oktober 2013].
Format/Ukuran: PDF/2006 Kb. Dapat diunduh dari:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21872/1/ZULKIFLI
%20AHMAD-FDK.pdf
Baron RA, Bryne D. 2003. Psikologi sosial Edisi kesepuluh. (Alih bahasa dari
bahasa inggris oleh Djuwita R, Parman MM, Yasmina D, Lunanta LP).
Kristiaji WC dan Meyda R, Editor. Jakarta [ID]: Erlangga.. [Judul asli:
Social Psycology]
Castells M. 2010. The power of identity. Edisi 2. Vol. 2. West Sussex (UK).
Blackwell publishing Ltd.
Landung J, Thaha R, Abdullah AZ. 2009. Studi kasus kebiasaan pernikahan usia
dini pada masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja.
Jurnal MKMI. Vol.5 (No.4). Hal: 89-94. [Dokumen]. [Internet]. [diunduh
30 September 2013]. Format/Ukuran: PDF/6610 Kb. Dapat diunduh dari:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2971/MKMI%20v
ol%205%20pernikahan%20usia%20dini.pdf?sequence=2
Notoadmodjo. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta [ID]. PT. Rineka
Cipta.
Purba RM. 2012. Gambaran Proses Pencapaian Status Identitas Diri Remaja yang
Mengalami Kekerasan Fisik pada Masa Kanak-Kanak. [Skripsi]. 121 hal.
[Dokumen]. [Internet]. [diunduh 31 maret 2014]. Format/ukuran: PDF/227
Kb. Dapat diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30842.
Santoso S. 2010. Teori-teori psikologi sosial. Bandung [ID]. PT. Refika Aditama.
55
Santrock JW. 1998. Perkembangan masa hidup Ed 13. (Alih bahasa dari bahasa
Inggris oleh Widyashinta B). Sallama NI. Editor. Jakarta [ID]. Erlangga.
[Judul asli: Life-Span Deveopment]
Soejoeti SZ. 2001. Perilaku seks di kalangan remaja dan permasalahannya. Media
Litbang Kesehatan. Vol 11. (No.1). Hal: 30-35.
Suhadi. 2012. Pernikahan dini, perceraian, dan pernikahan ulang: sebuah telaah
dalam perspektif sosiologi. Jurnal Komunitas. Vol. 4 (No.2). [Dokument].
[Internet]. [diunduh 30 September 2013]. Format/Ukuran: PDF/304Kb.
Dapat diunduh dari:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2412/2465
UNICEF. 2001. Early Marriage Child Spouses. Innocenti Digest. No. 7 Hal: 1-30.
[Dokumen]. [Internet]. [diunduh 5 November 2013]. Format/Ukuran:
PDF/469 Kb. Dapat diunduh dari: http://www.unicef-
irc.org/publications/pdf/digest7e.pdf
Zai FA. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada
remaja di Indonesia (analisis data sekunder Riskesdas tahun 2010).
[Skripsi]. Depok [ID]: Universitas Indonesia. 182 hal.
.
56
57
LAMPIRAN
58
59
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Wulandari yang dilahirkan di Cirebon pada tanggal 10
Februari 1992. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak Jana Kristiana dan
Ibu Lina Rodiah. Penulis menempuh pendidikan formal sejak di TK Aisyiyah
Sindang Laut pada tahun 1996. Pada tahun 1998 penulis menempuh pendidikan
formal di SD Negeri IV Cipeujeuh Wetan, Lemahabang, Kabupaten Cirebon
sampai tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan sekolah ke SMP Negeri 1
Karang Sembung selama 3 tahun. Setelah lulus SMP pada tahun 2007, penulis
melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Cirebon sampai tahun 2010. Pada
bulan Februari 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI)
Aktivitas penulis selama di IPB tidak hanya di perkuliahan, tetapi juga di
organisasi. Penulis adalah anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA)
Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) dari tahun 2010 sampai 2011. Pada tahun
yang sama penulis aktif sebagai wartawan magang Koran Kampus. Pada Tahun
2012, penulis menjabat sebagai anggota departemen pengembangan masyarakat
dari divisi sosial dan lingkungan BEM FEMA IPB. Semenjak tingkat pertama,
penulis aktif ikut serta dalam berbagai pertandingan bola voli yang
diselenggarakan di dalam kampus. Semenjak 2011-2013, penulis aktif sebagai
anggota tim bola voli putri Fakultas Ekologi Manusia. Selain itu, penulis aktif
sebagai volunteer di berbagai kegiatan kepanitiaan baik di dalam maupun di luar
kampus.