TESIS
Oleh :
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Suci Tri Anggraini
Tempat/Tanggal : Sungai Penuh,10 April 1985
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lima Lurah no 19 RT 6 Lingkungan II Kelurahan
Sungai Penuh
Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi
Anak Ke : 3 (Tiga)
Jumlah Saudara : 3 (Tiga)
Nama Orang Tua
Ayah : H. Nuriswan R
Ibu : Hj. Netty Arzita (Alm)
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Pensiunan POLRI
Ibu : Pensiunan PNS
Nama Suami : Dedi Fina Roza
Pekerjaan : Polri
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SDN 307/III Desa Gedang Tamat Tahun 1997
SLTP : SMPN 1 Sungai Penuh Tahun 2000
SLTA : SMU Negeri 1 Sungai Penuh Tamat 2003
DIPLOMA : AKBID Alifah Padang, Tamat Tahun 2007
DIV : STIKES Fort de Kock Bukit Tinggi Tamat Tahun 2019
iv
3. Tahun 2017- Skarang Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Simpang
Tutup Kerinci
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
ABSTRAK
v
Kata Kunci : Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR), Seks bebas dan Napza
Daftar pustaka : 71 (1989-2023)
ABSTRACT
Adolescents face three fundamental reproductive health threats, namely,
sexuality, HIV/AIDS, and substance abuse. If left uncontrolled, these issues can
lead to unhealthy and unethical behaviors among adolescents. This study aims to
evaluate the implementation of the Adolescent Reproductive Health Information
and Counseling Center (PIK-KRR) Program and factors related to risky sexual
behavior and substance abuse among students at SMA Negeri 12 Kerinci in 2023.
The research employed a mixed-methods approach with a sequential
explanatory design. The quantitative component used a cross-sectional method.
The study population consisted of all students at SMA Negeri 12 Kerinci, totaling
104 individuals, with a purposive sampling method selecting 56 participants.
Additionally, 11 informants were involved in the qualitative aspect of the study.
The quantitative findings revealed a significant relationship between
economic status (p-value = 0.001) and parenting style (p-value = 0.008) with
risky sexual behavior. However, no significant associations were found between
knowledge (p-value = 0.348), attitudes (p-value = 0.179), media exposure (p-
value = 0.059), cultural factors (p-value = 0.059), peer influence (p-value =
0.455), and risky sexual behavior. Significant relationships were identified
between knowledge (p-value = 0.021), economic status (p-value = 0.000), cultural
factors (p-value = 0.009), and peer influence (p-value = 0.017) with substance
abuse. Conversely, no significant associations were found between attitudes (p-
value = 0.064), parenting style (p-value = 0.431), and media exposure (p-value =
0.353) with substance abuse.
It is hoped that schools will organize activities to enhance students'
knowledge, attitudes, and behaviors related to risky sexual behavior and
substance abuse. Additionally, parents are encouraged to implement positive
parenting styles, monitor media consumption, be selective in cultural practices,
and guide their children's choice of peer associations to protect them from
vi
engaging in unhealthy behaviors such as risky sexual behavior and substance
abuse.
KATA PENGANTAR
Muhammad SAW yang turut membimbing umat manusia selama di dunia melalui
penerusnya.
Tahun 2023”, yang bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam
berkat arahan dan bimbingan dari ibu DR. Neila sulung, S.Pd, Ns, M.Kes selaku
vii
pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran, nasehat,
dalam penyusunan tesis ini dan ibu DR. Nurhayati, S.ST, M.Biomed selaku
Akhir kata semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu serta melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 10
E. Ruang Lingkup 11
F. Penelitian Pembanding 12
ix
B. Definisi 49
C. Definisi Operasional 50
D. Hipotesis 53
BAB VI PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 113
B. Analisa Univariat 114
C. Analisa Bivariat 127
D. Hasil Penelitian Kualitatif 141
E. Keterbatasan Penelitian 151
F. Model 151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 5.17 Matriks di Triangulasi Output dalam pelaksanaan program
PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 111
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
remaja berusia 10-19 tahun mewakili lebih dari 16% populasi dunia dan
puncaknya pada tahun 2050. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia
usia 10-19 tahun mencapai 44 juta jiwa (± 18%) (BPS Indonesia, 2022).
daya manusia dimasa yang akan datang jika remaja-remaja tersebut mampu
serta memiliki daya bersaing global. Sebaliknya, kelompok remaja ini akan
menjadi beban bagi negara jika tidak mampu memberikan kontribusi untuk
2021). Melihat jumlah yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi
1
3
merokok dan minum alkohol mempunyai pasangan seks empat kali lebih
dari pecandu narkotika dengan jarum suntik mengatakan bahwa mereka mulai
memakai narkotika pada saat berusia 16 tahun ataupun lebih muda, dan dua
sebagai kurir (Badan Narkotika Nasional RI, 2022). Hasil survei Litbang
5,6% remaja Indonesia sudah melakukan seks bebas pra nikah, 96,7% telah
terpapar pornografi dan 3,7% mengalami adiksi pornografi (Maulia & Tahun,
2022).
adalah HIV/AIDS. Persentase kasus HIV positif pada kelompok umur 15-19
tahun sebesar 3,1% dan AIDS sebesar 2,8%, pada kelompok usia 20-24 tahun
15,1% HIV positif dan 28,1% AIDS (Fajriati & Safrizan, 2023). Masalah seks
bebas juga akan berdampak pada remaja seperti Penyakit Menular Seksual
remaja di empat kota besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya)
mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan
Kesehatan Kota Jambi diketahui bahwa 14 orang HIV positif (15-24 tahun)
(Sari et al., 2020). Provinsi jambi memiliki prevalensi kanker serviks 1,5%.
tahun dan tertinggi pada umur >75 tahun (5%) (Riskesdas Provinsi Jambi,
Kerinci dan ketujuh penderita penyakit mematikan itu saat ini sedang
manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental sosial dan spriritual.
Generasi muda saat ini sangat erat dengan penggunaan teknologi, informasi-
informasi yang tersebar luas tidak hanya memberikan dampak positif tetapi
juga dampak negatif, informasi negatif yang para remaja dapatkan akan
dan tidak berakhlak. Remaja yang terganggu kehidupannya saat ini, misalnya
remajalah kita mengalami proses pencarian jalan hidup yang seperti apa yang
akan kita pilih. Melalui program ini, pemerintah mulai fokus memperhatikan
PIK-KRR adalah sebuah wadah yang dikelola, dari, oleh, dan untuk remaja
dan Rosad, 2020). Adanya sosialisasi PIK-KRR ini diharapkan agar semakin
KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan Napza,) serta resiko terjadinya seks bebas,
dan memberikan keterampilan kepada remaja agar terhidar daru hal negatif
dengan aktif menuju arah yang positif. Pusat Informasi dan Konseling Remaja
adanya hubungan kerja sama yang baik antara program KRR dengan instansi
komponen Input program KRR telah menyiapkan tim penyuluh lapangan dan
konselor sebaya dalam menjalankan wadah PIK R/M. Pada komponen process
pada tanggal 22 Mei 2023 diperoleh informasi bahwa kegiatan PIK-KRR yang
Kerinci belum berjalan lancar. Hal itu dikarenakan adanya berbagai hambatan
Tahun 2023”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Penelitian Kuantitatif
b. Penelitian Kualitatif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
peneliti selanjutnya.
permasalahan.
11
KRR) dan faktor yang berhubungan dengan Seks Bebas dan NAPZA di SMA
Negeri 12 Kerinci Tahun 2023, penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 12 Kerinci
tentang seks bebas, Napza, pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh,
pengaruh media, budaya, peran teman sebaya dan pelaksanaan Program Pusat
2023. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari
F. Penelitian Pembanding
Kecamatan Gedong
Tataan Kabupaten
Pesawaran
5 (Masri, Studi (1) Perencanaan PIK Remaja Penelitian ini bertujuan
2019) Pelaksanaan Barigas adalah menetapkan untuk menganalisa dan
fungsi tujuan organisasi dan mendeskripsikan tentang
manajemen menjabarkannya ke dalam Fungsi Manajemen
pada program kerja prioritas; (perencanaan,
kelompok menetapkan komponen rencana pengorganisasian,
pusat dan penanggung jawabnya serta penggerakan dan
informasi dan membuat outline rencana kerja; pengendalian) di
konseling membuat prediksi masalah Kelompok PIK Remaja
(PIK) remaja yang mungkin terjadi, Barigas IAIN Palangka
barigas IAIN menetapkan kriteria untuk Raya. Responden
Palangkaraya mendeteksinya, dan rencana penelitian ini adalah
untuk penyelesaiannya. (2) Pembina, Pembina
Penggorganisasian PIK Remaja Teknis, Ketua,
Barigas adalah peremajaan Sekretaris, Pendidik
pengelola, menyusun tugas dan Sebaya, Konselor
wewenang pengelola, dan Sebaya dan anggota PIK
pengaturan hubungan kerja Remaja Barigas IAIN
antar divisi; ada kegiatan Palangka Raya.
advokasi; ada upaya penggalian Sedangkan informennya
dana; ada aktivitas adalah Pengelola
kesekretariatan; ada pemberian Program Genre Kota
Informasi dan Konseling Palangka Raya dan
Sebaya; serta ada upaya untuk Provinsi Kalimantan
merajut kemitraan. (3) Tengah, Pembantu
Penggerakan PIK Remaja Rektor III IAIN
Barigas adalah pemberian Palangka Raya dan
motivasi oleh Pembina dan mahasiswa yang bukan
Pengelola Inti agar semua dapat anggota PIK Remaja
menjalankan tanggung jawab Barigas IAIN Palangka
dan wewenang masing-masing; Raya.
ada kegiatan kaderisasi; ada
orientasi pengelola; ada
partisipasi anggota dalam
aktivitas organisasi; ada
rapatrapat. Dan (4)
Pengendalian PIK Remaja
Barigas adalah melakukan
strategi pengontrolan kegiatan,
menentukan objek pengawasan,
melaksanakan teknik mengelola
resiko; melaksanakan Standar
Operasional Prosedur (SOP),
melaksanakan pengelolaan
administrasi; melakukan
evaluasi dan pengawasan
terhadap kinerja kepanitiaan,
serta melaksanakan kegiatan
dokumentasi.
6 (Mauritha, Analisis Pencapaian yang didapatkan Jenis penelitian yang
2018) keberhasilan PIK-R di SMP Negeri 22 digunakan dalam
program PIK- Makassar dapat dilihat dari segi penelitian ini adalah
R (Pusat perilaku. Dimana semenjak kualitatif dengan
Informasi dan menjalankan program siswa rancangan fenomenologi.
konseling menjadi sangat aktif dan juga Informan dalam
15
terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu 48
siswa yang mengikuti
PIK-KRR dan 48 siswa
yang tidak mengikuti
PIK-KRR. Instrumen
pengumpulan data
berupa kuesioner tentang
perilaku kesehatan
reproduksi. Analisis data
mengunakan uji chi
square.
10 (Setiawan, Peran Pusat 1) Peran Pusat Informasi Penelitian ini merupakan
2018) Informasi Konseling Remaja (PIK-R) penelitian deskriptif
Konseling Fress dalam mencegah pemuda dengan pendekatan
Remaja (PIK- berperilaku seks bebas, (a) kualitatif. Subyek
R) fress dalam Memberikan informasi seputar penelitian yaitu pengurus
mencegah kesehatan alat reproduksi. (b) Pusat Informasi
pemuda Memberikan bimbingan Konseling Remaja (PIK-
berperilaku konseling kepada pemuda yang R), dan peserta program
seks bebas di memiliki permasalahan dalam Pusat Informasi
Kelurahan kehidupannya. (c) Memberikan Konseling Remaja (PIK-
Sidoluhur, keterampilan berupa R) Fress. Pengumpulan
Kecamatan kemampuan vokasional kepada data dilakukan dengan
Godean, pemuda agar dapat terhindar teknik observasi,
Kabupaten dari hal negatif dengan aktif dokumentasi dan
Sleman kearah yang positif. 2) Faktor wawancara. Teknik
pendukung yang terdapat di analisis data yang
PIK-R Fress dalam mencegah digunakan adalah
pemuda berperilaku seks bebas analisis data kualitatif
di Kelurahan Sidoluhur adalah metode interaktif yang
(a) Kekompakan pengurus PIK- meliputi: pengumpulan,
R Fress yang terjalin erat reduksi, penyajian data,
menimbulkan hubungan dan penarikan
kekeluargaan. (b) Pihak kesimpulan. Keabsahan
Kelurahan menjadi salah satu data yang digunakan
pendukung internal, karena adalah triangulasi
PIK-R Fress masih dibawah sumber.
naungan kelurahan. (c) PIK-R
Kabupaten membantu
pengkaderan pengurus yang ada
di masing-masing dusun. (d)
Narasumber, narasumber yang
kompeten sesuai bahasan
sosialisasi yang hendak
dilaksanakan membuat
pesertanya tertarik untuk
mengikuti program sosialisasi.
Sedangkan faktor penghambat
yang terdapat di PIK-R dalam
mencegah pemuda berperilaku
seks bebas adalah (a) Proses
adaptasi pergantian ketua. (b)
Jadwal sosialisasi PIK-R Fress
dengan jadwal kegiatan dusun
yang bersamaan.
11 (Triana, Analisis Hasil penelitian didapatkan Penelitian ini bertujuan
2019) program PIK- Sumber daya manusia yang untuk diketahuinya
18
KAJIAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian
(Kusmiran, 2014).
remaja adalah penduduk dalm rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
2. Tahapan Remaja
Pertama, remaja awal (early adolescence) usia 10-13 tahun. Pada tahap ini
19
20
jenis, sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa, ingin bebas dan mulai
berfikir abstrak.
ini remaja sangat membutuhkan teman-teman dan senang jika banyak teman
menyukai teman-teman yang memiliki sifat sama pada dirinya dan cenderung
berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang
mana. Pada remaja madya mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan
lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual, sehingga remaja madya
akhir ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai
dengan pencapaian lima hal, antara lain minat yang semakin mantap pada
identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, terlalu memusatkan perhatian
pada diri sendiri, dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya
3. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Fisik
Pada anak laki-laki akan tumbuh kumis dan jenggot, jakun dan
Ejakulasi ini sering terjadi pada saat tidur dan diawali dengan mimpi basah
memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama
b. Perkembangan Emosi
yang ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum bisa
c. Perkembangan Kognitif
penyebab dan solusi yang sangat banyak saat terlibat dalam masalah.
d. Perkembangan Psikososial
(Kusmiran, 2014):
secara efektif.
perempuan)
c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya,
(Kusmiran,2013) :
a. Perkembangan Pribadi
pekerjaan tertentu
b. Perkembangan Sosial
lain
masalah yang ada. Pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk
reproduksi remaja. Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika didorong oleh
dan kematian ibu dan bayi (2-4 kali lebih tinggi dari masa usia subur).
komersial
menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau
25
bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental serta sosial kultural
(BKKBN, 2019).
remaja.
b. Masalah pendidikan
keluarganya.
kesehatan remaja.
4) Penyalahgunaan seksual.
5) Kehamilan remaja.
adalah apa yang dilakukan organisme atau apa yang diamati oleh organisme
lain. Perilaku juga merupakan bagian dari fungsi organisme yang terlibat
yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar.
Menurut Skinner, perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap suatu
dan pola perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang terkait dengan
2021).
a. Pengetahuan
1) Menghafal (Remember)
2) Memahami (Understand)
menjelaskan (explaining).
3) Mengaplikasikan (Applying)
(implementing).
4) Menganalisis (Analyzing)
(attributing).
5) Mengevaluasi (Evaluate)
yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam
b. Sikap
laku orang tersebut. Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa
Notoatmodjo, 2012).
31
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa
c. Tindakan
2) Mekanisme (mekanism)
3) Adopsi (adoption)
(PIK-KRR)
dalam penelitianya adalah suatu wadah atau organisasi yang ditujukan untuk
pemuda seperti seks bebas, NAPZA, dan HIV/AIDS. Adanya Pusat Informasi
hal negatif yang dapat menghancurkan masa depan pemuda (Setiawan, 2018).
KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari,oleh, dan
(BKKBN, 2019).
pemahaman, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak
3. Sasaran (Audience)
Sebaya/Konselor Sebaya
(Restiwi, 2018)
a. Subtansi Seksualitas
1) Kehamilan
2) Aborsi
b. Substansi HIV-AIDS
1) Penularan HIV
c. Substansi NAPZA
1) Pengertian NAPZA
2) Jenis-Jenis NAPZA
3) Penyalahgunaan NAPZA
5) Penyembuhan NAPZA
D. Seksualitas
1. Pengertian
Seksual adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-
dan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong
oleh hasrat seksual mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku
kedewasaannya.
pengertian dan persepsi masyarakat khususnya remaja menjadi salah. Hal ini
a. Kissing
mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut
french kiss. Kadang ini juga dinamakan ciuman mendalam atau soul
kiss.
b. Necking
c. Petting
usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, dan kadang-
d. Intercrouse
pria dan wanita yang di tandai dengan penis pria yang masuk ereksi
organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan
pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja
oleh pasangan, khususnya remaja tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan
a. Bagi remaja:
perawan.
b. Bagi keluarga
c. Bagi masyarakat
menurun
sarana konseling
pendidikan sebaya
informatif pandangan bahwa seks adalah hal tabu yang telah telah
tentang kesehatan.
1. Pengertian HIV
tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu
jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau
2. Pengertian AIDS
seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem
(Purwoastuti, 2015).
HIV kepada mitra seksualnya (Pria ke wanita, wanita ke pria dan pria
seksual
Penularan dapat terjadi melalui transfer darah atau produk darah, atau
jarum tato, tindik, dan sebagainya. jalur ini dapat dicegah dengan cara:
42
mengandung HIV
HIV/AIDS.
F. Napza
1. Pengertian Napza
senyawa psikotropika yang biasa di pakai untuk membius pasien pada saat
persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang
semestinya.
2. Jenis-jenis Napza
a. Heroin: serbuk putih seperti tepung yang bersifat opoid atau menekan
d. Ganja: berisi zat kimia delta-9 tetra hidrokanbinol berasal dari daun
hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa
sebagai berikut:
a. Dampak fisik
b. Dampak psikologis
hukum.
1. Faktor predisposisi
2. Faktor pendukung
fasilitas/sarana kesehatan.
3. Faktor pendorong Y
petugas lain:
dapat diperoleh melalui orang tua, guru, teman sebaya, tetangga, media
masa seperti media cetak (buku, Koran, majalah, dan lainnya) dan
G. Kerangka Teoritis
Faktor predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Tingkat pendidikan
3. Sikap
. 4. Pekerjaan
5. Pendapatan
keluarga (ekonomi)
6. Kepercayaan terhadap
pernikahan dini
7. Budaya
Faktor Enabling
1. Pemanfaatan Seks Bebas dan
pelayanan Kesehatan Napza
Reproduksi (KRR):
PIK-KRR
Faktor Reinforcing
1. Peran orang tua
2. Peran teman sebaya
3. Akses informasi
4. Peran guru
5. Peran Toma
Bagan 2.1
Kerangka Teoritis
Sumber: Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2018)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
faktor yang berhubungan dengan Seks bebas dan Napza di SMA Negeri 12
1. Penelitian Kuantitatif
Faktor Predisposisi:
1. Tingkat Pendidikan
2. Pengetahuan
Faktor Reinforcing:
1. Pola Asuh
Napza
2. Pengaruh Media
3. Budaya
4. Peran teman
Sebaya
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian Kuantitatif
48
49
2. Penelitian Kualitatif
Bagan 3.2
Kerangka Konsep Penelitian Kualitatif
B. Definisi
1. Input
Input adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Input dalam penelitian ini
d. Sarana dan prasarana adalah alat atau bahan yang digunakan dalam
2. Proses
3. Output
Semua hasil dari proses pelayanan yang dapat dilihat dari peningkatan
pelaksanaan PIK-KRR.
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
Independen:
3. Pengetahuan Segala sesuatu Wawancara Kuesioner 1) Rendah jika Ordinal
yang diketahuin skor < 60%
oleh remaja tentang 2) Tingi jika
kesehatan
skor ≥ 60%
reproduksi terkait
pernikahan dini,
meliputi definisi (Notoatmodjo,
pernikahan dini, 2018)
batasan usia
perempuan yang
dikatakan
pernikahan usia
dini, dan risiko
terhadap kesehatan
reproduksi
psikologis
penghasilan 2.649.034)
keluarga 2) Tingi jika
berdasarkan UMR penghasilan ≥
UMR (Rp.
2.649.034)
(Ambarwati,
2019)
6. Pola Asuh Pola asuh orang tua Wawancara Kuesioner 1) Tidak Ordinal
dalam berpengaruh,
meningkatkan dan skor < median
mendukung
(6,00)
perkembangan
fisik, emosional, 2) Berpengaruh,
sosial, finansial dan skor ≥ median
intelektual seorang (6,00)
remaja khususnya
dalam hal (Ambarwati,
kesehatan 2019)
reproduksi dan
pernikahan dini
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan pengetahuan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri
2. Ada hubungan sikap dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12
3. Ada hubungan status ekonomi dengan Seks Bebas dan Napza di SMA
4. Ada hubungan pola asuh dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12
5. Ada hubungan pengaruh media dengan Seks Bebas dan Napza di SMA
6. Ada hubungan budaya dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12
7. Ada hubungan peran teman sebayadengan Seks Bebas dan Napza di SMA
METODE PENELITIAN
membuktikan populasi atau sampel yang diteliti, dan penelitian ini dilakukan
54
55
kualitatif yaitu metode penelitian yang tergolong baru dan penelitian ini
digunakan untuk meneliti kondisi objek secara alami, yang menjadi kunci
(gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian ini lebih
1. Populasi
Populasi adalah wilayah yang disana terdapat objek dan subjek yang
dari informasi yang didapat (Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa yang ada di SMA Negeri 12 Kerincitahun 2023 yang berjumlah
104 orang.
2. Sampel
penelitian. Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi
yang ciri-cirinya akan diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-
56
ciri populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil secara Purposive Sampling
N
n= 2
1+ N (e)
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar Populasi
N
n= 2
1+ N (e)
104
n= 2
1+104 ( 0 ,1 )
104
n=
2 , 04
n=50 , 98
Untuk menghindari adanya Drop Out, maka sampel ditambah 10% dari
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terkait seks bebas dan napza pada
Tabel 4.1
Informan Penelitian
Jumla
Metode Kriteria Tempat WM
Sumber Informan h
1 Informan WM 5 Remaja yang SMA Negeri 12
Remaja ada saat Kerinci
wawancara
2 Informan Kunci
Kepala DPPKBPP&PA WM 1 Kepala Kantor
Kabupaten Kerinci Dinas yang DPPKBPP&PA
menjabat
pada saat ini
Kepala
BidangDPPKBPP&PA WM 1 Kepala Kantor
Kabupaten Kerinci Bidang yang DPPKBPP&PA
menjabat
saat ini
Penanggung jawab
program PIK-KRR WM 1 Penanggung Kantor
jawab DPPKBPP&PA
program
Pelaksana program
program PIK-KRR WM 1 Pelaksana Kantor
kegiatan DPPKBPP&PA
Kepala SMA Negeri 12
Kerinci WM 1 Kepala SMA Negeri 12
Sekolah Kerinci
yang
menjabat
saat ini
Penanggung Jawab
program PIK-KRR MW 1 Penanggung SMA Negeri 12
SMA Negeri 12 Kerinci Jawab Kerinci
program
D. Instrument Penelitian
pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman sebaya dan pemanfaatan
responden yang terdiri dari kode responden, nama/inisial, umur, jenis kelamin
(Putri, 2017) yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, hasil uji
validitas nilai r tabel 0,444 dan semua pernyataan valid, hasil uji reabilitas
didapatkan nilai α sebesar 0,856 dan dinyatakan reliabel dan layak digunakan.
peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r hitung
reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,825 dan dinyatakan reliabel dan
layak digunakan.
(Putri, 2017) yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, dengan
hasil nilai r tabel 0,444 semuanya valid, hasil uji reabilitas pengetahuan
(Putri, 2017) yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, dengan
hasil nilai r tabel r tabel 0,444 semuanya valid, hasil uji reabilitas sikap
peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r hitung
reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,754 dan dinyatakan reliabel dan
layak digunakan.
sudah peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r
hitung (0,505-0,951) > t tabel (0,349) semuanya dinyatakan valid. Hasil uji
reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,782 dan dinyatakan reliabel dan
layak digunakan.
peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r hitung
reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,720 dan dinyatakan reliabel dan
layak digunakan.
yang sudah peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai
r hitung (0,391-0,840) > t tabel (0,349) semuanya dinyatakan valid. Hasil uji
reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,754 dan dinyatakan reliabel dan
layak digunakan.
61
Data adalah sesuai bukti kebenaran, data yang dikumpulkan terdiri dari
1. Data primer
sumber pertama atau tempak objek penelitian dilakukan. Sumber data dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner
2. Data Sekunder
Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari pihak
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dalam satu waktu, dan
bergantian dalam selang waktu yang tidak terlalu lama. Teknik pengumpulan
yang telah teruji validitas dan realibilitasnya kepada seluruh sampel. Dengan
teknik pengumpulan data ini diperoleh data kuantitatif tentang seks bebas dan
menghasilkan penelitian yang lebih mendalam, bermakna, dan lebih luas. Data
62
bebas dan Napza, pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh
para responden dan mereka hanya menjawab dengan memilih salah satu
Pertanyaan tertutup akan memudahkan kedua belah pihak yaitu dari responden
untuk bisa cepat mengisi angket dan memudahkan peneliti untuk menganalisis
1. Wawancara
Interview) yaitu salah satu jenis wawancara yang termasuk dalam kategori
beberapa inti pokok pertanyaan yang akan diajukan. Saat pelaksanaan, peneliti
2. Observasi
observasi dilakukan. Alat pengumpulan data terdiri dari buku catatan, record
(HP) dan kamera. Dari alat pengumpulan data ini disusun pada catatan
lapangan.
64
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumen bersumber dari dokumen resmi dan tidak resmi tentang
dan dokumen tidak resmi seperti surat nota dan surat pribadi yang dapat
G. Pengolahan Data
1. Data Kuantitatif
a. Pemeriksaan (Editing)
b. Pengkodean (Coding)
mempercepat pada entry data dan memberi kode pada kuesioner yang
c. Pengecekan (Processing)
Setelah data yang telah diberi kode data dapat dimasukan (entry)
lengkap (missing).
2. Data Kualitatif
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
a. Reduksi Data
dibutuhkan dan memilih data yang menarik, penting, berguna dan baru
b. Penyajian data
teks yang bersifat naratif dan matriks. Berdasarkan data yang terkumpul
KRR).
c. Penarikan kesimpulan
penelitian.
H. Analisis Data
multivariat.
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
95% (α=0,05). Variabel dikatakan memiliki pengaruh apabila nilai P < 0,05
dengan variabel dependen, sebaliknya jika P > 0,05 maka dapat disimpulkan
tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.
variabel dependen
protektif.
3. Analisis Multivariat
sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman
Logistik.
BAB V
HASIL PENELITIAN
ekonomi, pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman sebaya, serta
faktor yang berhubungan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri
Variabel karakteristik responden terdiri dari usia dan jenis kelamin, kelas.
Variabel usia merupakan data numerik yang dianalisis dengan melihat nilai rata-
rata usia siswa, sedangkan variabel jenis kelamin merupakan data kategori yang
dianalisis dengan melihat proporsi. Secara terinci, hasil dapat dilihat pada tabel
Tabel 5.1
Rata-rata usia siswa di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023
(n = 56)
Karakteristik
No Mean Median SD Min Maks
Responden
1 Umur 16,95 17,00 0,672 16 18
69
70
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi jenis kelaminsiswa di SMA
Negeri 12 KerinciTahun 2023
(n = 56)
Karakteristik
N No Kategori f %
Responden
1 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 25 44,6
2. Perempuan 31 55,4
B. ANALISA UNIVARIAT
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Seks Bebas dan Napza
di SMA Negeri 12 KerinciTahun 2023
(n = 56)
Variabel f %
Seks Bebas
Kurang Baik 19 33,9
Baik 37 66,1
Total 56 100
Napza
Kurang Baik 51 91,1
Baik 5 8,9
Total 56 100
(33,9%) responden memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik dan 37
71
(66,1%) responden memiliki perilaku seks bebas yang baik di SMA Negeri 12
(91,1%) responden memiliki perilaku Napza yang kurang baik dan 5 (8,9%)
Tahun 2023.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Variabel Independen di
SMA Negeri 12 KerinciTahun 2023
(n = 56)
Variabel f %
Pengetahuan
Rendah 29 51,8
Tinggi 27 48,2
Total 56 100
Sikap
Negatif 24 42,9
Positif 32 57,1
Total 56 100
Status Ekonomi
Rendah 35 62,5
Tinggi 21 37,5
Total 56 100
Pola Asuh
Tidak Berpengaruh 26 46,4
Berpengaruh 30 53,6
Total 56 100
Pengaruh Media
Tidak Berpengaruh 27 48,2
Berpengaruh 29 51,8
Total 56 100
Budaya
Tidak Berpengaruh 33 58,9
Berpengaruh 23 41,1
Total 56 100
Pengaruh Teman Sebaya
Tidak Berpengaruh 30 53,6
Berpengaruh 26 46,4
72
Total 56 100
Tahun 2023.
Tahun 2023.
2023.
Tahun 2023.
C. ANALISA BIVARIAT
Tabel 5.5
Hubungan pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh
media, budaya, peran teman sebaya dengan seks bebas di
SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023
(n = 56)
Seks bebas P OR
Total
Variabel Independen Kurang Baik Baik value (95%CI)
n % n % N %
Pengetahuan
1. Rendah 12 41,4 17 58,6 29 100 2,017
0,348
2. Tinggi 7 25,9 20 74,1 27 100 (0,649-6,271)
Sikap
1. Negatif 11 45,8 13 54,2 24 100 2,538
0,179
2. Positif 8 25,0 24 75,0 32 100 (0,817-7,886)
Status Ekonomi
1. Rendah 26 74,3 9 25,7 35 100 9,244
0,001
2. Tinggi 5 23,8 16 76,2 21 100 (2,627-32,531)
Pola Asuh
1. Tidak Berpengaruh 14 53,8 12 46,2 26 100 5,833
0,008
2. Berpengaruh 5 16,7 25 83,3 30 100 (1,703-19,986)
Pengaruh Media
1. Tidak Berpengaruh 13 48,1 14 51,9 27 100 3,560
0,059
2. Berpengaruh 6 20,7 23 79,3 29 100 (1,101-11,509)
Budaya
1. Tidak Berpengaruh 15 45,5 18 54,5 33 100 3,958
0,058
2. Berpengaruh 4 17,4 19 82,6 23 100 (1,103-14,201)
Teman Sebaya
1. Tidak Berpengaruh 12 40,0 18 60,0 30 100 1,810
0,455
2. Berpengaruh 7 26,9 19 73,1 26 100 (0,583-5,620)
yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada
yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada
responden dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-
yang signifikan antara sikap dengan seks bebasdi SMA Negeri 12 Kerinci
kurang baik.
yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada
yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada
responden yang dipengaruhi oleh pola asuh, dengan hasil uji statistik
hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan seks bebasdi SMA
75
responden yang dipengaruhi oleh pola asuh mempunyai peluang 5,833 kali
yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada
yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada
yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada
responden yang dipengaruhi oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji
sebaya mempunyai peluang 5,194 kali untuk berperilaku seks kurang baik.
Tabel 5.6
Hubungan pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh
media, budaya, peran teman sebaya dengan Napza di
SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023
(n = 56)
Napza P OR
Total
Variabel Independen Kurang Baik Baik value (95%CI)
n % n % N %
Pengetahuan
1. Rendah 29 100 0 0 29 100 1,227
0,021
2. Tinggi 22 81,5 5 18,5 27 100 (1,025-1,469)
Sikap
1. Negatif 24 100 0 0 24 100 1,185
0,064
2. Positif 27 84,4 5 15,6 32 100 (1,021-1,376)
Status Ekonomi
1. Rendah 26 74,3 9 25,7 35 100 17,333
0,000
2. Tinggi 3 14,3 18 85,7 21 100 (4,114-73-029)
Pola Asuh
1. Tidak Berpengaruh 23 88,5 3 11,5 26 100 0,548
0,431
2. Berpengaruh 28 93,3 2 6,7 30 100 (0,084-3,561)
Pengaruh Media
1. Tidak Berpengaruh 26 96,3 1 3,7 27 100 4,160
0,353
2. Berpengaruh 25 86,2 4 13,8 29 100 (0,435-39,827)
Budaya
1. Tidak Berpengaruh 33 100 0 0 33 100 1,278
0,009
2. Berpengaruh 18 78,3 5 21,7 23 100 (1,030-1,585)
Teman Sebaya
1. Tidak Berpengaruh 30 100 0 0 30 100 1,238
0,017
2. Berpengaruh 21 80,8 5 19,2 26 100 (1,026-1,494)
yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden
dengan pengetahuan yang rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai
yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden
dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden
dengan status ekonomi rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-
terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan Napza di SMA
responden yang dipengaruhi oleh pola asuh mempunyai peluang 0,548 kali
yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden
yang dipengaruhi oleh media, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-
yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden
yang dipengaruhi oleh budaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-
yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden
yang dipengaruhi oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji statistik
peluang 1,238 kali untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik.
Tabel 5.7
Hubungan Seks Bebas dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci
Tahun 2023
(n = 56)
Napza P OR
Total
Variabel Independen Kurang Baik Baik value (95%CI)
n % n % N %
Seks bebas
1. Kurang Baik 18 94,7 1 5,3 19 100 1,227
0,652
2. Baik 33 89,2 4 10,8 37 100 (1,025-1,469)
yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden
dengan perilaku seks bebas yang kurang baik, dengan hasil uji statistik
artinya responden yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik
kurang baik.
D. ANALISA MULTIVARIAT
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan Seks bebas dan Napza
di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023
pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman sebaya) yang paling dominan
berhubungan dengan variabel dependen yaitu Seks bebas dan Napza. Analisis
yang digunakan pada tahap ini adalah uji regresi logistic dengan metode yang
yang bertujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variebel
Ada beberapa tahap yang digunakan dalam analisis regresi logistic dengan
1. Seleksi Bivariat
Pada tahap ini, uji regresi logistic dengan metode Enter software
tingkat signifikansi (sig) atau p-value < 0,25. Secara bertahap variabel yang
tidak berpengaruh akan dikeluarkan dari analisis, proses akan berhenti sampai
tidak ada lagi variabel yang dapat dikeluarkan dari analisis. Urutan kekuatan
Tabel 5.8
Analisis seleksi bivariat faktor yang paling dominan berhubungan
dengan Seks bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci
Tahun 2023
No Variabel P value
Seks bebas Napza
1 Pengetahuan 0,348 0,021
2 Sikap 0,179 0,064
3 Status Ekonomi 0,001 0,000
4 Pola Asuh 0,008 0,431
5 Pengaruh Media 0,059 0,353
6 Budaya 0,058 0,009
7 Peran Teman Sebaya 0,455 0,017
terhadap 7 variabel dengan melihat variabel yang nilai p-value < 0,25
sikap, dan pola asuh. Variabel yang masuk kedalam pemodelan multivariat
untuk faktor yang paling dominan berhubungan dengan napza adalah status
2. Pemodelan Multivariat
variabel yang p-value > 0,05. Hasil analisa pemodelan multivariat dapat
Tabel 5.9
Hasil analisis multivariat regresi logistic dengan metode Backward LR
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan Seks bebas
(n = 56)
paling dominan berhubungan terhadap seks bebas adalah pola asuh dengan
Tabel 5.10
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
1. Input
Input adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
penelitian ini terdiri dari kebijakan pemerintah, Sumber Daya Manusia, Dana,
dan Sarana dan Prasarana. Informasi dari informan mengenai komponen input
a. Kebijakan
Kerinci.
PIK-KRR?
“PIK-KRR memang sudah ada di sekolah kita, ada surat perintah dari
dinas terkait seperti dari BKKBN, dan dari Dinas Kesehatan juga
pernah memberikan edaran dan pedoman dalam pelaksanaan PIK-
KRR di sekolah” (IF 5)
Tabel 5.11
Matriks di Triangulasi Kebijakan dalam pelaksanaan program
PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci
dalam kendala
menjalankan dalam hal
dan membuat pelaporan
laporan kegiatan
kegiatan dari program
program tersebut
tersebut
Seluruh Dalam Menurut hasil SOP dalam
informan pelaksanaan observasi di pelaksanaan
mengatakan program SMA Negeri program PIK-
bahwa sudah PIK-KRR 12 Kerinci KRR sudah
ada SOP seperti sudah ada diberikan
dalam penyuluhan berusaha ke SMA
pelaksanaan sudah ada menjalankan Negeri 12
setiap SOP kegiatan Kerinci dan
kegiatan kegiatan nya sesuai dengan sekolah sudah
program PIK- SOP tapi berusaha
KRR namun dalam melaksanakan
kadang pelaksanaan setiap
menyesuaika nya kadang kegiatan
n dengan menyesuaikan sesuai dengan
kondisi di kondisi SOP namun
sekolah sekolah kadang
menyesuaikan
dengan
kondisi
sekolah
Seluruh Dalam Menurut hasil Laporan-
informan pelaksanaan observasi di laporan
mengatakan program SMA Negeri kegiatan di
bahwa untuk PIK-KRR 12 Kerinci SMA Negeri
laporan- seperti tampak sudah 12 Kerinci
laporan rutin penyuluhan ada beberapa sudah ada
setiap sudah ada kegiatan untuk semua
kegiatan beberapa program PIK- kegiatan
program PIK- laporan- KRR yang namun belum
KRR belum laporan rutin sudah ada optimal
maksimal kegiatan nya dokumen
dan masih laporannya
ada yang
tidak ada
laporannya
86
bahwa dalam pelaksanaan ada dua penyuluh dan dua konselor sebaya.
Program ini memiliki tim penyuluhan. Dalam tim tidak dipilih secara
88
khusus siapa saja yang akan ikut dalam pelaksanaan, atas kemauan
“Iya ada. Konselor sebaya itu kan sama seperti rekan sebaya namun
yang memiliki ilmu lebih mengenai PIK-KRR” (IF 5)
“Ada dua orang konselor sebaya di sini, satu laki-laki dan satu
perempuan, mereka ini nanti yang bisa menjadi tempat temannya
bertanya dan berdiskudi mengenai kesehatan reproduksi” (IF 6)
“Untuk konselor sebaya itu ada dua orang, satu saya sendiri dan ada
satu lagi kaki-laki” (IF 7)
“Konselor sebaya ada kak, biasanya itu dari siswa kan kak? Kami ada
satu perempuan dan satu laki-laki yang sudah dipilih oleh sekolah,
kalo nggak salah yang jadi konselor itu diberi pelatihan tentang
kesehatan reproduksi kak” (IF 8)
teman siswa dan siswi yang lain. Biasanta remaja lebih terbuka dengan
teman sebayanya.
PIK-KRR?
sekali ada pelatihan dan kadang pernah tidak ada pelatihan sama
sekali. Jadi para petugas mencari infromasi sendiri tentang materi yang
penyuluhan sudah cukup baik dan materi yang diberikan sesuai porsi,
90
konselor, sebelum dipilih ada proses tes lisan antara siswa tersebut
cukup?
“Sudah, kalai untuk konsultasi saja cukup. Disini juga ada petugas
pelaksana kalau saat penyuluhan biasanya juga ada yang saling
bantu” (IF 6)
Tabel 5.12
Matriks di Triangulasi Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan
program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci
pudar.
“Ruang konseling nya seadanya kak… kursi dan mejanya masih pakai
kursi dan meja kelas, dan fasilitas di dalam ruangannya juga
seadanya saja” (IF 10)
bahwa ruang konseling di SMA Negeri 12 Kerinci cuma ada satu yang
PIK-KRR?
bahwa kondisi sarana dan prasana kurang memadai, seperti tidak ada
seperti meja dan kursi memakai meja dan kursi kelas. Informan
“Referensi buku ada buku pedoman yang digunakan, tapi ada juga
buku- buku tentang kesehatan reproduksi di perpustakaan. Selain dari
pengelolan perpustakaan, sumbangan siswa, biasanya ibu lihat itu
dari BKKBN juga memberikan semacem buku edukatif tentang
kesehatan reproduksi juga, jadi seperti informasi-informasi singkat
yang dikombinasikan dengan gambar- gambar. Waktu itu ibu pernah
baca beberapa kali di perpus sekolah” (IF 6)
KRR?
“Itu adalah salah satu hambatan terbesar program ini karena kurang
minatnya siswa-siswi mengikuti program ini” (IF 5)
“Partisipasi siswa-siswi yang masih kurang dalam hal penyuluhan,
apalagi siswa laki-laki yang susah diatur, semaunya saja, jadi banyak
siswa laki-laki yang tidak mau ikut penyuluhan” (IF 6)
PIK-KRR?
Tabel 5.13
Matriks di Triangulasi Sarana dan Prasarana dalam pelaksanaan
program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci
tidak
dipasang lagi
Semua Pelaksanaan Menurut hasil Sarana dan
informan program observasi prasarana
mengatakan PIK-KRR sudah ruang
untuk berupa terdapat konseling
ruangan konseling ruang sudah ada
konseling sudah konseling namun belum
sudah ada dilakukan di khusus memadai dan
namun ruang khusus namun harus lebih
fasilitasnya untuk memang diperhatikan
kurang konseling untuk lagi demi
memadai siswa-siswi fasilitasnya kenyamanan
SMA Negeri kurang siswa-siswi
12 Kerinci memadai, SMA Negeri
seperti kursi 12 Kerinci
dan meja
memakai
kursi dan
meja kelas
d. Dana
“Ya seikhlasnya dari sekolah saja kalo untuk biaya penyuluhan” (IF
6)
program PIK-KRR
“Untuk dana ada, tapi ya tidak terlalu banyak karna diberikan oleh
sekolah, dan dana itu biasanya untuk penyuluhan saja” (IF 5)
konselor sebaya?
“Kalau dari sekolah sih tidak ada anggaran pastinya, tapi jika ada
yang ikut pelatihan bagi tenaga pendidikan dan konselor sebaya itu
inisiatif kepala sekolah saja untuk memberikan uang jalan lah
istilahnya” (IF 5)
sebaya sebenarnya tidak ada anggaran pastinya tapi jika ada pelatihan
bagi tenaga pendidikan dan konselor sebaya itu inisiatif kepala sekolah
Tabel 5.14
Matriks di Triangulasi Dana dalam pelaksanaan program PIK-KRR
di SMA Negeri 12 Kerinci
e. Metode
yang ada.
“Kebijakan dari pusat itu, ada peraturan resmi dari kepala BKKBN.
Tapi untuk nomrnya sedikit lupa ya. Kalau tidak salah nomor 88 tahun
2012. Di peraturan itu dibahas lengkap keputusan terkait mengenai
PIK-KRR dan peraturan itu juga sepaket dengan buku pedoman yang
saya sebutkan tadi ya. Tidak seluruh kebijakan bisa diterapkan secara
maksimal, tapi kami berusaha optimal untuk bisa menerapkan sesuai
pedoman”(IF 5)
100
pedoman.
program PIK-KRR?
sehingga siswa betah untuk belajar dan terhindar dari kejenuhan. Dan
masalah yang mereka alami saat ini mereka bisa langsung datang ke
“Meningkat sih. Meskipun tidak terlalu banyak juga. Tapi dari yang
terlihat ada peningkatan” (IF 6)
“Kalau dikatakan ramai tidak juga kak. Tapi ada juga teman yang
ngobrol sama petugas penyuluh di luar maupun dalam ruangan PIK-
KRR. Tapi tidak apa-apa, ini adalah langkah awal dari sebuah proses
panjang. Yang penting adalah bagaimana agar program ini bisa
diterima sama teman-teman” IF (11)
masalah apa saja yang mereka hadapi meskipun belum semua siswa-
“Ya itu tadi. Ada sosialisasi sama penyuluhan untuk siswa. Belajarnya
pas penyuluhan itu. Kalo kayak konsultasi, itu bisa kapan saja. Ruang
PIK-KRR selalu terbuka dan melayani siswa-siswi” (IF 5)
adalah petugas penyuluh atau konselor sebaya. Selain itu, ada juga dari
pernah juga dilaksanakan dengan kartu tebakan, dan ada juga sharing
104
Tabel 5.15
Matriks di Triangulasi Metode dalam pelaksanaan program PIK-
KRR di SMA Negeri 12 Kerinci
2. Proses
mendalam mengenai semua hal yang dilakukan remaja yang berkiatan dengan
mendalam.
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelaksanaan
“Untuk laporan ini kami belum ada laporan rutin untuk kegiatan rutin
PIK-KRR, kami juga belum begitu paham bagaimana bentuk laporan
yang dimaksud” (IF 5)
“Untuk kasus seks bebas, kalau di lingkungan sekolah belum ada yang
kedapatan melakukan seks bebas di sekolah, kalau hanya sekedar
duduk berdua-duaan sering kita lihat dan tegur. Kalau untuk kasus
Napza terjadi peningkatan jumlah siswa yang kedapatan merokok
dijam sekolah dan di belakang sekolah, kalau konsumsi narkoba
seperti jenis ganja dan sabu-sabu belum ada yang kedapatan di
109
sekolah tapi menurut laporan masyarakat sekitar ada salah satu siswa
yang mengkonsumsi narkoba sejenis Lem” (IF 5)
sering kita lihat dan tegur. Kalau untuk kasus Napza terjadi
sejenis Lem.
Tabel 5.16
Matriks di Triangulasi Proses dalam pelaksanaan program PIK-KRR di
SMA Negeri 12 Kerinci
3. Output
111
b. Apakah ada penurunan angka kasus seks bebas dan napza setelah
“Untuk penurunan kasus seks bebas tentunya ada terlihat dari tidak
adanya laporan kasus seks bebas di sekolah, dan untuk kasus Napza
belum ada terlihat ada peningkatan karna masih sering ada siswa yang
kedapatan merokok” (IF5)
penururnan angka kasus seks bebas tentunya ada terlihat dari tidak adanya
laporan kasus seks bebas di sekolah, namun untuk kasus Napza belum
merokok.
Tabel 5.17
Matriks di Triangulasi Output dalam pelaksanaan program PIK-KRR di
SMA Negeri 12 Kerinci
PEMBAHASAN
penelitian berikutnya.
A. Karakteristik Responden
usia dan jenis kelamin didapatkan bahwa dari 56 responden, rata-rata umur remaja
adalah 16,56 tahun atau dibulatkan menjadi 17 tahun, sebagian besar (55,4%)
menyatakan bahwa sebagian besar repsonden berumur 15-16 tahun, dan sebagian
Responden yang berusia 15–18 tahun (remaja tengah) lebih memiliki sikap
awal yang berusia 12–15 tahun tetapi perbedaan tersebut tidak begitu signifikan.
seorang remaja yang telah menginjak usia pertengahan yaitu usia 15–18 tahun
sudah mulai mempunyai pemikiran yang matang sehingga mereka mulai bisa
perkembangan emosi yang sudah mulai stabil sehingga jati diri remajapun juga
113
114
mempunyai keberanian lebih tinggi dan lebih berani mengambil resiko terhadap
perbuatan yang dilakukannya. Fantasi seksual dan erotisme remaja laki-laki lebih
budaya malu. remaja laki-laki bernilai gender dominan yang aktif, inisiatif dan
memiliki agresifitas dan ambisi lebih rendah dibanding laki-laki (Indiani et al.,
2022).
remaja dalam berperilakutentang seks bebas dan Napza. Usia 15-18 tahun
merupakan usia remaja tengah, dimana pada usia ini sudah mulai muncul unsur
kesadaran akan kepribadian dan kehidupan remaja. Pada usia ini remaja mulai
sesuatu. Remaja tengah sudah mulai ada kematangan pada dirinya sendiri. Rasa
B. Analisa Univariat
(33,9%) responden memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik dan 37
(66,1%) responden memiliki perilaku seks bebas yang baik di SMA Negeri 12
115
responden memiliki perilaku Napza yang kurang baik dan 5 (8,9%) responden
memiliki perilaku Napza yang baik di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Kosati, 2018) yang
seksual tidak beresiko, 28,7% perilaku seksual beresiko rendah, 9,7% perilaku
alat kelamin atau hal hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim
antara laki laki dan perempuan (Kemenkes RI, 2019). Perilaku seksual
bersama lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya
ikatan perkawinan yang sah baik secara agama maupun hukum. Bentuk dari
yang paling parah adalah melakukan hubungan seksual. Akibat dari perilaku
seksual remaja ini adalah terjadinya putus sekolah, kehamilan tidak diinginkan
yang mengakibatkan remaja hamil diusia muda serta IMS pada kalangan
memiliki perilaku yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
berciuman bibir, mencium kening dan pipi. Ada beberapa remaja yang
merupakan hal yang wajar dan mereka mengatakan tidak merasa berdosa
Analisa peneliti, perilaku Napza yang kurang baik dalam hal ini
diajak coba-coba oleh teman untuk mengkonsumsi ganja atau sabu-sabu. Dari
2. Variabel Independen
a. Pengetahuan
Tahun 2023.
(38,7%).
formal maupun informal. Upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah hal-
hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja yang
pengetahuan yang rendah tentang perilaku seks bebas dan Napza. Hal ini
dilakukan itu akan menimbulkan hasrat ingin mencoba yang lebih jauh
mereka menganggap hal yang dilakukan masih wajar dan biasa-biasa saja
b. Sikap
yang negatif.
baik dan informasi yang kurang baik. Sikap seseorang dapat dipengaruhi
oleh orang lain yang dianggap penting. Apabila pengetahuan yang didapat
yang negatif dalam perilaku seks bebas dan Napza. Hal ini disebabkan
119
wajar dan biasa-biasa saja, sikap tidak peduli dengan dosa dan dampak
Napza wajar karena rasa penasaran remaja akan sesuatu yang baru
boleh dilakukan remaja sebagai eskpresi cinta untuk lawan jenis (pacaran),
c. Status Ekonomi
2023.
ekonomi yang rendah. Hal ini ditentukan oleh penghasilan orang tua yang
memuaskan kebutuhannya.
d. Pola Asuh
2023.
yang menyatakan bahwa sebanyak 69,6% remaja memiliki peran orang tua
yang tinggi.
seksual pada remaja dipengaruhi orang tua (pola asuh orang tua).
perilaku seksual. Pendidikan seks pasif (tanpa komunikasi dua arah) bisa
121
seks anak tidak cukup hanya melihat dan mendengar sekali atau dua kali,
tetapi harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Orang tua wajib
Komunikasi orang tua dan anak remaja sangat penting dalam mengetahui
asuh orang tua. Pola asuh orang tua yang baik seperti memiliki komunikasi
untuk perilaku anak baik. Komunikasi yang baik tentang perilaku seks
dan bahaya perilaku seks bebas pada anak, begitupun dengan pengetahuan
bahwa pola asuh responden yang paling banyak bermasalah sesuai dengan
122
orang tua anda tidak pernah mau mendengar masalah anda yang berkaitan
jenjang yang lebih tinggi, di usia berapa anda harus menikah), pernyataan
e. Pengaruh Media
majalah, surat kabar, televisi, radio maupun lainnya, maka hal itu dapat
dipengaruhi media dan masih ada responden yang dipengaruhi oleh media.
Hal ini disebabkan karena remaja sekarang ini lebih dekan dengan media
remaja tidak memiliki kontrol diri maka akan terjerumus dalam perilaku
seks bebas yang ditiru dari media yang dilihatnya begitupun dengan
mencobanya.
f. Budaya
bangsanya sendiri. Selain cara berpakaian dan mode, pergaulan bebas dan
menyimpang baik secara agama maupun sosial juga menjadi masalah bagi
di anut dan adat kebiasaan yang mereka miliki. Para remaja juga merasa
2018).
budaya dan sebagian lagi ada yang dipengaruhi budaya. Hal ini dilihat dari
dini tidak apa-apa toh nantinya akan dinikahkan juga sehingga perilaku
seks bebas remaja menjadi tidak baik. Begitu pula dengan budaya Napza,
salah satu cara orang tua untuk mencegah anak dari pergaulan bebas,
perawan dan lain, pernyataan nomor 6 tentang jika anak perempuan sudah
Tahun 2023.
126
(44,9%).
kurang baik. Namun ada juga yang tidak dipengaruhi oleh teman sebaya,
remaja sudah tahu apa bagaimana perilaku seks bebas dan Napza tidak
dari 20 tahun belum menikah dianggap tidak laku, dan pernyataan nomor 9
yaitu kata teman saya berhubungan seksual sebelum menikah baik untuk
kesehatan.
127
C. Analisa Bivariat
memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden
dengan pengetahuan yang rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-
value = 0,348 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
kurang baik. Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang
dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,021 maka dapat
peluang 1,227 kali untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Husna et al., 2016)
perilaku Napza (ngelem) pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016.
pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
seks bebas. Hal ini disebabkan karena remaja yang memiliki pengetahuan
yang baik tentang apa itu seks bebas, namun memiliki sikap yang tidak acuh
dengan bahaya seks bebas, sering menganggap seks bebas merupahan hal
yang wajar, terpengaruh oleh medai seperti tontonan pornografi dan pengaruh
maka remaja akan tetap melakukan hubungan seks bebas yang diinginkannya
pengetahuan apa itu Napza, apa saja kerugian yang akan dialami remaja jika
perilaku Napza yang kurang baik maka remaja akan terhindar dari perilaku
Napza yang tidak baik. Remaja sadar akan bahaya yang terjadi pada dirinya
jika berperilaku tidak baik sehingga remaja yang memiliki pengetahuan baik
memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden
dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,179
antara sikap dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.
mempunyai peluang 2,538 kali untuk berperilaku seks kurang baik. Sebagian
besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat
pada responden dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai
p-value = 0,064 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara sikap dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.
negatif mempunyai peluang 1,185 kali untuk memiliki perilaku Napza yang
kurang baik.
Katiandagho, 2018) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan sikap remaja
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Sahala et al., 2021)
yang menyatakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan
informasi yang kurang baik. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh orang
lain yang dianggap penting. Apabila pengetahuan yang didapat kurang maka
(Notoatmodjo, 2018).
130
perilaku seks bebas dan Napza. Hal ini disebabkan karena sikap yang
ciuman itu merupakan perilaku yang wajar dan biasa-biasa saja, sikap tidak
peduli dengan dosa dan dampak buruk yang akan ditimbulkan dari perilaku
mencoba sedikit rokok atau Napza wajar karena rasa penasaran remaja akan
sesuatu yang baru sehingga membuat sikap remaja menjadi sikap yang
negatif. Maka remaja akan tetap melakukan perilaku seks bebas dan Napza
memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden
dengan status ekonomi rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-
signifikan antara status ekonomi dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci
status ekonomi rendah mempunyai peluang 9,244 kali untuk berperilaku seks
kurang baik. Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang
kurang baik terdapat pada responden dengan status ekonomi rendah, dengan
hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 maka dapat disimpulkan
peluang 17,333 kali untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Husna et al., 2016)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan perilaku
Napza (Ngelem).
sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan
kebodohan, sehingga banyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu
aktivitas seksual lebih awal. Soetjiningsih menyatakan bahwa salah satu faktor
ekonomi. Remaja yang berasal dari status sosial ekonomi rendah tetapi
dan Napza. Hal ini disebabkan karena status ekonomi yang rendah tidak
secara tidak langsung dapat membuat remaja stress dan mengalami masalah
perilaku seksual yang kurang baik dengan pacarnya yang memaksa melakukan
kebutuhannya.
4. Hubungan Pola Asuh dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri
memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang
dipengaruhi oleh pola asuh, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
antara pola asuh dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.
pola asuh mempunyai peluang 5,833 kali untuk berperilaku seks kurang baik.
Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik
terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh pola asuh, dengan hasil uji
133
statistik diperoleh nilai p-value = 0,431 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan Napza di SMA
responden yang dipengaruhi oleh pola asuh mempunyai peluang 0,548 kali
pengetahuan tentang pubertas pada remaja secara benar dan terpercaya. Juga
dan buruk dalam masyarakat. Pada dasarnya orang tua menjadi bagian penting
dalam masa perkembangan remaja, karena orang tua menjadi bagian penting
dalam masa perkembangan remaja, karen aorang tua adalah sahabat terbaik da
Komunikasi orang tua dan anak remaja sangat penting dalam mengetahui arah
Menurut analisa peneliti, adanya hubungan pola asuh dan perilaku seks
bebas pada remaja hal ini disebabkan karena cara pengasuhan yang dilakukan
oleh orang tua akan berdampak pada perilaku anaknya. Orang tua yang
memiliki pola asuh demokratis yang mau mendengarkan keluh kesah anaknya,
mau berdiskusi dengan anak tentang masalah yang dihadapi maka pola asuh
orang tua yang baik seperti itu akan berdampak pada perilaku anak dalam hal
seks beba dan Napza. Anak akan terhindar dari permasalah seks bebas dan
yang baik.
134
Menurut peneliti, tidak ada hubungan antara pola asuh dengan perilaku
Napza. Hal ini disebabkan karena sikap pemberontak remaja yang bergejolak
keinginan dan ajakan teman sebayanya sehingga meskipun pola asuh orang
tua sudah baik namun perilaku Napza tetap kurang baik karena remaja lebih
perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang
dipengaruhi oleh media, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
0,059 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara media dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.
media mempunyai peluang 3,560 kali untuk berperilaku seks kurang baik.
Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik
terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh media, dengan hasil uji
statistik diperoleh nilai p-value = 0,353 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
responden yang dipengaruhi oleh media mempunyai peluang 4,160 kali untuk
Hasil penelitian ini dudukung juga oleh hasil penelitian (Vikiat, 2015)
majalah, surat kabar, televisi, radio maupun lainnya, maka hal itu dapat
positif pula sikap remaja tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit informasi yang
dan Napza yang kurang baik terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh
media. Hal ini disebabkan karena remaja dipengaruhi oleh media seperti
televisi, media sosial, dan handphone yang dapat dengan mudah mengakses
memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang
dipengaruhi oleh budaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
0,058 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara budaya dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.
budaya mempunyai peluang 3,958 kali untuk berperilaku seks kurang baik.
Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik
terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh budaya, dengan hasil uji
2023) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nilai budaya dengan
bagi remaja. Dampak negatif tersebut adalah kebudayaan asing atau barat
Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh
dari moderenisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti
2018).
yang kurang baik terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh budaya. Hal
memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang
dipengaruhi oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai
p-value = 0,455 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara peran teman sebaya dengan seks bebas di SMA Negeri 12
yang dipengaruhi oleh teman sebaya mempunyai peluang 5,194 kali untuk
perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden yang dipengaruhi
138
oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =
antara peran teman sebaya dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun
oleh teman sebaya mempunyai peluang 1,238 kali untuk memiliki perilaku
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Husna et al., 2016)
yang menyatakan bahwa ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku
Napza (ngelem) pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Didukung
juga oleh hasil penelitian (Vikiat, 2015) yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara sikap dan paktik teman sebaya dengan
perilaku seks bebas. Hal ini disebabkan karena meskipun remaja dalam
hubungan seksual dengan pacar merupakan hal yang bersifat pribadi dan
perilaku Napza. Hal ini disebabkan karena remaja dalam kesehariannya lebih
remaja tersebut. Teman sebaya memiliki peran yang penting dalam perilaku
memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden dengan
perilaku seks bebas yang kurang baik, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai
p-value = 0,652 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara seks bebas dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun
perilaku seks bebas yang kurang baik mempunyai peluang 1,227 kali untuk
dan orang yang melakukan seks bebas memiliki hubungan erat pula dengan
penyalahgunaan narkoba.
karena pecandu narkoba kadang rela menjual dirinya sendiri demi untuk
memiliki perilaku seks kurang baik tidak selalu memiliki perilaku Napza yang
kurang baik pula tapi dalam penelitian ini lebih banyak responden yang
memiliki perilaku Seks bebas yang baik namun memiliki perilaku Napza yang
kurang baik. Perilaku Napza yang kurang baik disini lebih mengarah ke
terhadap perilaku seks bebas remaja. Hasil penelitian ini tidak sama dengan
1. Input
a. Kebijakan
pelaksanaan ada empat penyuluh dan dua konselor sebaya. Program ini
memiliki tim penyuluhan. Dalam tim tidak dipilih secara khusus siapa saja
yang akan ikut dalam pelaksanaan, atas kemauan mereka sendiri akan ikut
ilmu kepada teman siswa dan siswi yang lain. Biasanta remaja lebih
tidak terlalu sering mengikuti pelatihan. Biasanya dua bulan sekali ada
pelatihan dan kadang pernah tidak ada pelatihan sama sekali. Jadi para
142
petugas mencari infromasi sendiri tentang materi yang akan diberikan atau
melewati masa transisi dari remaja awal ke remaja akhir menuju dewasa,
oleh siswa-siswi. Dari segi penyuluhan sudah cukup baik dan materi yang
proses tes lisan antara siswa tersebut dengan petugas penyuluh mengenai
yang baik sehingga bisa menciptakan suasana yang nyaman pada saat
suatu organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun kecil, karena
berkala.
dengan baik. Peneliti menemukan bahwa sumber daya manusia yang ada
ruang konseling di SMA Negeri 12 Kerinci cuma ada satu yang letaknya
ruang konseling seadanya, seperti meja dan kursi memakai meja dan kursi
kelas. Informan menyebutkan jika ada sarana prasarana yang kurang bisa
dan juga ada tentang kesehatan yang lainnya. Buku yang tersedia biasanya
malan membaca jadi para konselor sebaya yang memberikan ilmu atau
aktif. Meskipun program PIK-KRR sudah lama tetapi sarana media belum
fasilitasnya masih belum memadai seperti kursi dan meja ruang konseling
yang masih memakai kursi dan meja kelas, tersedianya referensi buku
spandung, leaflet dan poster namun sudah dilepas karena pudar, sebaiknya
dipasangkan kembali.
d. Dana
itu dikeluarkan oleh sekolah sendiri. Dana untuk kegiatan dalam program
sebenarnya tidak ada anggaran pastinya tapi jika ada pelatihan bagi tenaga
pendidikan dan konselor sebaya itu inisiatif kepala sekolah saja untuk
e. Metode
bergabung dan tidak merasa program ini hanya formalitas atau sebuah
dan terhindar dari kejenuhan. Dan pihak sekolah membuat metode balajar
sambil bermain.
mereka alami saat ini mereka bisa langsung datang ke ruang PIK-KRR
sehingga mereka mau terbuka atau mengungkapkan masalah apa saja yang
petugas penyuluh atau konselor sebaya. Selain itu, ada juga dari Dinas
Keseahatan, DPPKBPP & PA, dan BNN dan lain sebagainya. Penyuluhan
mereka malu atau takut mereka hanya diam, setelah sosialisasi baru
mereka, pernah juga dilaksanakan dengan kartu tebakan, dan ada juga
program ini jarang dilakukan monitoring dan evaluasi karena program ini
dan pemantauan dari pihak DPPKBPP & PA. Pelaksanaan program PIK-
KRR belum maksimal karena masih terhalang oleh kendala atau hambatan
2. Proses
sekolah sudah memiliki SOP yang jelas sesuai dengan peraturan dari
149
disimpulkan bahwa untuk kasus seks bebas hanya sekedar duduk berdua-
duaan sering kita lihat dan tegur. Kalau untuk kasus Napza terjadi peningkatan
jumlah siswa yang kedapatan merokok dijam sekolah dan di belakang sekolah,
kalau konsumsi narkoba seperti jenis ganja dan sabu-sabu belum ada yang
kedapatan di sekolah tapi menurut laporan masyarakat sekitar ada salah satu
yang menarik.
siswi sehingga hasil akhir diharapkan akan menurunkan kasus seks bebas dan
150
3. Output
sistem reproduksi. Terdapat penurunan angka kasus seks bebas tentunya ada
terlihat dari tidak adanya laporan kasus seks bebas di sekolah, namun untuk
kasus Napza belum terlihat peningkatan karena masih sering ada siswa yang
kedapatan merokok.
setelah mengikuti PIK-KRR lebih banyak yang memiliki perilaku yang baik.
E. Keterbatasan Penelitian
kemampuan peneliti dalam menghandle jumlah remaja yang dijadikan sampel dan
dalam proses penelitian ini peneliti dibantu enumerator dari pihak puskesmas dan
F. Model
Model penelitian yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu untuk pencegahan
dan pengendalian seks bebas dan napza. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan pola asuh orang tua, langkah-langkah yang dapat dilakukan seperti
menjalin kepercayaan dan keterbukaan antara anak dengan orang tua, membangun
komunikasi yang baik dengan anak dan menerapkan pola asuh yang demokratis.
1. Pengetahuan remaja
dan Napza yang kurang baik, Dampak perilaku seks bebas dan Napza yang
2. Budaya
zat-zat adiktif
152
Menjauhkan diri dari pengaruh negatif teman sebaya dan selektif dalam
memilih teman
dibutuhkan kontribusi beberapa pihak seperti DPPKBPP & PA dan Kepala dinas
terkait lainnya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan kasus seks
bebas dan Napza yaitu dengan melaksanakan pelatihan PIK-KRR bagi Guru
2. Dinas Pendidikan
Upaya dan dukungan yang dapat dilakukan oleh dinas pendidikan seperti
3. Dinas Kesehatan
4. Kementerian Agama
Upaya dan dukungan yang dapat diberikan oleh Kementerian Agama adalah
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Sebagian besar responden memiliki perilaku seks bebas yang baik dan
Tahun 2023
153
154
signifikan antara sikap, pola asuh, pengaruh media dengan Napzadi SMA
5. Faktor yang paling dominan berhubungan terhadap seks bebas adalah pola
asuh dan faktor yang paling dominan berhubungan terhadap Napza adalah
budaya.
KRR dilihat dari input berupa kebijakan sudah ada, dari sumber daya
manusia sudah tersedia, sarana dan prasarana sudah ada namun belum
optimal, dari anggaran atau dana sudah ada meski hanya diberikan oleh
dalam kesehatan reproduksi dan adanya penurunan kasus seks bebas dan
B. Saran
1. Pihak sekolah
sikap dan perilaku seks bebas dan Napza yang dimiliki oleh siswa.
pengetahuan, sikap dan perilaku seks bebas dan Napza pada remaja
berhasil sebagai konselor sebaya dan bagi siswa yang rajin mengikuti
2. Remaja
Napza.
guru tentang pengetahuan, sikap dan perilaku seks bebas dan Napza
agar remaja mendapat dukungan yang positif dari keluarga, teman dan
lingkungan sekolah.
4. Pengembangan Keilmuan
5. Penelitian Berikutnya
Anjani, A. D., & Triana, B. (2021). Sikap Remaja Dengan Pemanfaatan Pik-R
Pada Remaja. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(2), 340–346.
https://doi.org/10.33024/jkm.v7i2.4030
Asyiah, A. K., Sundari, R. S., & Risana, D. (2021). Drugs Intake Generates Free
Sex Behaviour Toward Teenager. Jurnal Sosial Humaniora, 12(April), 89–
97. http://ojs.unida.ac.id/index.php/JSH/article/view/3528
Azhari, N., Yusriani, Y., & Kurnaesih, E. (2022). Pengaruh Edukasi Melalui
Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jurnal Riset Media Keperawatan, 5(1), 38–43.
Fajriati, R., & Safrizan. (2023). Implementasi Pusat Informasi Konseling Remaja /
Mahasiswa ( PIK R / M ) Sebagai Wadah Pendidikan Kesehatan Reproduksi
( Kespro ) Pada Remaja di Wilayah Kerja Petugas Lapangan Keluarga
Berencana ( PLKB ) Meuraxa Kota Banda Aceh Implementation of Youth /
St. 9(1), 58–66.
Husna, A., Lestari, H., & Ibrahim, K. (2016). Hubungan Pengetahuan, Teman
Sebaya Dan Status Ekonomi Dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan Di
Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Unsyiah, 1(3), 185770. https://media.neliti.com/media/publications/185770-
ID-hubungan-pengetahuan-teman-sebaya-dan-st.pdf
Indiani, R., Nurazizah AH, S., Abdulah, M. B., & Listi, R. (2022). Faktor yang
Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA di Masyarakat. Photon: Jurnal Sain
Dan Kesehatan, 12(2), 59–66. https://doi.org/10.37859/jp.v12i2.3306
Kementerian Kesehatan RI. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018.
Kosati, tessa widya. (2018). Hubungan antara Peran Orang Tua, Teman Sebaya
dan Religiusitas dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Awal di
SMP Negeri “A” Surabaya. Tesis, 2–4. http://repository.unair.ac.id/85161/
Maryana, I. (2016b). Peran dan strategi pusat informasi konseling remaja (Pik R)
dalam upaya mensosialisasikan pengetahuan dan pelayanan reproduksi
remaja (Studi pada PIK R Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, Mustar, Ramdany, R., &
Manurung, E. (2021). Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan. In Yayasan
Kita Menulis.
Rohan, H. H., & Siyoto, S. (2013). Buku ajar kesehatan reproduksi. Nuha
Medika.
Sahala, I., Kolibu, F. K., Mandagi, C. K. F., Kesehatan, F., Universitas, M.,
Manado, S. R., & Kunci, K. (2021). Hubungan Antara Pengetahuan
Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Pada Remaja Di Kelurahan Kolongan Mitung Kabupaten Sangihe. Jurnal
KESMAS, 10(1), 185–193.
Sebayang, W., Gultom, D., & Sidabutar, E. (2018). Perilaku seksual remaja.
Penerbit Deepublish.
Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Peran Pusat Informasi Konseling Remaja
(PIK-R) terhadap pemahaman kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMA
Negri 1 Ciruas. Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.
Kepada Yth,
Sdr/i................
Di
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : SUCI TRI ANGGRAINI
NIM : 211010023
Alamat :
Adalah mahasiswa mahasiswa S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Ford
De Kockbermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi pelaksanaan
Program Pusat Informasi Dan KonselingKesehatan Reproduksi Remaja
(PIK-KRR)terhadapSeks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun
2023”.
( YosiMarli )
Lampiran 8
LEMBAR KUESIONER
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN
KONSELINGKESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-
KRR)TERHADAPSEKS BEBAS DAN NAPZA DI
SMA NEGERI 12 KERINCI
TAHUN 2023
A. Karakteristik Responden
1. Kode Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :L/P
B. Seks bebas
Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang anda pilih!
Sering : dalam 1 minggu intensitas pertemuan > 3 kali / minggu
Jarang : dalam 1 minggu intensitas pertemuan 1 kali / minggu
Tidak pernah : belum pernah berpacaran
Jawaban
No Pertanyaan
SR J TP
1 Apakah anda pernah pergi berduaan?
2 Apakah anda pernah pernah berpelukan dengan
pacar anda?
3 Apakah anda pernah mencium pipi atau bibir
dengan pacar anda?
4 Apakah anda senang melihat tayangan yang
dapat merespon seksualitas?
5 Apakah anda menghindari pembicaraan dengan
teman tentang seks?
6 Apakah anda merasa tidak senang jika ada
teman yang mempengaruhi anda untuk
melakukan seks bebas?
7 Apakah tetap melakukan seks bebas meskipun
dilarang?
8 Apakah anda merasa berdosa setelah
melakukan seks bebas?
9 Apakah anda pernah melakukan hubungan
seksual dengan pacar anda?
10 Apakah anda pernah merangkul pacar anda?
C. Napza
Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang anda pilih!
Jawaban
No Pertanyaan Tidak
Pernah
Pernah
1 Apakah anda pernah mengkonsumsi NAPZA?
2 Apakah anda pernah pernah merokok?
3 Apakah anda pernah diajak teman coba-coba
konsumsi ganja?
4 Apakah anda pernah coba-coba konsumsi sabu-
sabu?
5 Apakah anda pernah diajak coba-coba konsumsi
Narkoba jenis lainnya?
D. Pengetahuan
Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar pada
pertanyaan di bawah ini:
1. Apa yang anda ketahui tentang kesehatan reproduksi adalah …
a. Keadaaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala
hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, & sistem reproduksi
b. Keadaan sehat alat reproduksi
c. Keadaan sehat seluruh badan tanpa penyakit apapun
9. Berikut ini adalah jenis penyakit menular seksual (PMS) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual adalah . . .
a. gonore, sifilis
b. TBC, DBD
c. gonore, TBC
10. Penyakit menular seksual (PMS) yang paling berbahaya, mematikan dan
belum ada obatnya adalah . . .
a. herpes
b. kondiloma akuminala
c. AIDS
11. Penyakit menular seksual (PMS) dapat ditularkan media cairan yang
berada didalam tubuh adalah . . .
a. melalui cairan darah
b. melalui cairan keringat
c. melalui cairan air mata
16. Berikut ini merupakan cara remaja menghindari seks bebas adalah . . .
a. Belajar dengan rajin, bergaul dengan bebas, dan pergi bermain tengah
malam.
b. Perhatian dari orang tua, melakukan seks bebas dan rajin belajar
c. Hindari pergaulan bebas, mencari pengetahuan kesehatan reproduksi
yang benar, berhati-hati dalam memilih teman, tingkatkan ibadah
E. Sikap
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Jawaban
No Pernyataan S
S TS STS
S
1 Pendidikan seks perlu di berikan kepada remaja
2 Pendidikan seks dapat mencegah perilaku seks
bebas
3 Sebagai seorang anak remaja setujukah jika orang
tua harus lebih meningkatkan pemantauan terhadap
anda
4 Sebaga seorang anak remaja setujukah anda
berisikap lebih terbuka dan bercerita kepada orang
tua
5 Agama melarang melakukan hubungan seksual
tanpam ikatan pernikahan karena dosa
6 Seseorang boleh berhubungan seks jika orang
tersebut dan pasanganya telah resmi menikah
7 Hamil diluar nikah boleh melakukan aborsi
8 Seks boleh dilakukan remaja sebagai eskpresi cinta
untuk lawan jenis (pacaran)
9 Berciuman (dipipi dan dibibir) dengan pacar boleh
dilakukan
10 Melakukan hubungan seksual adalah bukti cinta
seseorang kepada lawan jenis atau pacar
F. Status Ekonomi
1. Berapakah pendapatan keluarga ibu selama satu bulan
a. < Rp. 2.649.034
b. ≥ Rp. 2.649.034
G. Pola Asuh
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Berpengaruh
berpengaruh
1 Bapak/ibu dengan keras melarang
anaknya bergaul dengan remaja lain
baik laki-laki maupun perempuan
karena dapat menimbulkan pergaulan
bebas
2 Orang tua anda melarang keras jika
anda membantah setiap keputusannya
(termasuk memutuskan di usia berapa
anda harus menikah)
3 Orang tua anda tidak pernah mengajak
berdiskusi tentang masa depan anda
4 Orang tua anda tidak pernah mau
mendengar masalah anda yang
berkaitan dengan masa depan anda
misalnya (apakah harus melanjutkan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, di
usia berapa anda harus menikah)
5 Bapak/ibu anda selalu menolak
/menutup diri ketika anda bertanya
mengenai kesehatan reproduksi pada
remaja
6 Bapak ibu sering mengajak berdiskusi
terkait masa depan anda
7 Bapak ibu anda pernah menyampaikan
informasi tentang pernikahan?
8 Bapak ibu anda sering menjelaskan
mengenai masalah kesehatan
reproduksi pada perempuan yang
melakukan pernikahan usia dini (usia
nikah < 20 tahun)
9 Bapak ibu selalu memberikan
tanggapan ketika anda bertanya
masalah pernikahan dan masalah
kesehatan reproduksi
10 Bapak Ibu selalu memberi tanggapan
positif terhadap keputusan anda yang
berkaitan dengan masa depan anda
H. Pengaruh Media
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Berpengaruh
berpengaruh
1 Apakah anda pernah mendapat
informasi mengenai film porno, atau
film dewasa dari media massa (radio,
televisi, internet, dan media cetak)?
2 Saya mendapat informasi mengenai
kesehatan reproduksi dari media massa
baik media elektronik maupun media
cetak
3 Saya sering mengakses informasi
tentang kesehatan reproduksi di media
sosial
4 Informasi dari media massa sangat
berpengaruh pada perilaku kesehatan
reproduksi saya sehari-hari
5 Saya sangat tertarik untuk mencari
informasi tentang kesehatan reproduksi
di meda sosial
6 Saya memperoleh informasi tentang
seksual dari media massa elektronik
7 Saya akan memanfaatkan sosial media
untuk memperoleh infromasi kesehatan
8 Saya tidak pernah mengakses media
massa untuk memperoleh infromasi
tentang kesehatan reproduksi
9 Saya tidak terpengaruh pada informasi
kesehatan reproduksi dari media massa
10 Saya tidak menggunakan media sosial
untuk mencari informasi kesehatan
I. Budaya
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Berpengaruh
berpengaruh
1 Menikahkan anak lebih cepat adalah
suatu hal yang biasa dilakukan orang
tua
2 Kalau menikah diatas usia 20 tahun
dianggap perawan tua
3 Menikahkan anak lebih cepat
merupakan salah satu cara orang tua
untuk mencegah anak dari pergaulan
bebas.
4 Menurut adat istiadat yang berlaku di
wilayah setempat menikahkan aknya
sesudah tamat sekolah merupakan
suatuke biasaan
5 Dalam budaya anak perempuan tidak
di perbolehkan meneruskan pendidikan
yang lebih tinggi karena bias
mengakibatkan perawan dan lain.
6 Bila anak perempuan sudah
mendapatkan menstruasi sebagai tanda
kedewasaan, orang tua akan segera
menikahkan anaknya.
7 Seseorang yang melakukan hubungan
seks di luar nikah adalah orang yang
telah melanggar norma-norma di
msyarakat.
8 Latar belakang adat istiadat merupakan
salah satu pendorong untuk melakukan
pernikahan dini.
9 Perjodohan yang dilakukan orang tua
memiliki pengaruh besar dalam
terjadinya pernikahan usia muda.
10 Rasa keinginan untuk segera
mendapatkan tambahan anggota
keluarga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap pernikahan usia
dini.
PANDUAN WAWANCARA
A. Karakteristik Informan
Nama :
Pendidikan :
Jabatan :
Lama Jabatan :
Tanggal wawancara :
B. Pertanyaan
Input
1. Kebijakan-kebijakan
a. Kebijakan apa saja yang telah dikeluarkan terkain pelaksanaan PIK-
KRR?
2. Sumber Daya Manusia
a. Apa yang ibu/bapak ketahui tentang PIK-KRR?
b. Berapa jumlah tenaga atau ketersediaan sumber daya manusia yang
terlibat di program PIK-KRR?
c. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Program PIK-KRR?
d. Apakah memiliki konselor sebaya?
e. Apakah petugas sering (2-3 kali perbulan) mendapatkan pelatihan PIK-
KRR?
f. Jika sudah bagaimana penerapannya ke siswa/siswi?
g. Apa syarat untuk menjadi konselor sebaya?
h. Menurut bapak/ibu apakah tenaga pelaksana PIK- KRR sudah cukup?
3. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana ketersediaan media promosi seperti majalah dinding,
spanduk, leaflet atau poster yang dipasang di area sekolah?
b. Bagaimana dengan keadaan ruang konseling?
c. Bagaimana kondisi sarana prasarana untuk pelaksanaan kegiatan PIK-
KRR?
d. Bagaimana ketersediaan refrensi buku tentang TRIAD KRR?
e. Bagaimana partisipasi Siswa/Siswi terhadap komunitas PIK-KRR?
f. Bagaimana ketersediaan sarana media untuk menunjang promosi PIK-
KRR?
4. Dana
a. Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program PIK-KRR?
b. Apakah ada dana untuk setiap kegiatan yang dilakukan dalam program
PIK-KRR
c. Apakah ada anggaran untuk pelatihan bagi tenaga pendidik dan
konselor sebaya?
5. Metode
a. Apakah sekolah mendapatkan pedoman maupun peraturan terkait
mengenai prosedur pelaksanaan konseling PIK-KRR?
b. Apakah program PIK–KRR memiliki kebijakan?
c. Bagaimana pemantauan dari BKKBN terkait pelaksanaan program
PIK-KRR?
d. Apa saja upaya pihak sekolah untuk mengajak siswa terlibat secara
aktif dalam program PIK-KRR?
e. Bagaimana bentuk upaya konseling kepada siswa/siswi?
f. Bagaimana frekuensi konseling sebelum dan sesudah dilaksanakannya
sosialisasi PIK-KRR?
g. Bagaimana sosialisasi dan edukasi terkait program PIK-KRR?
h. Apa metode yang diterapkan sekolah atau pembina program PIK-KRR
dalam melakukan promosi agar siswa/siswi tertarik?
i. Bagaimana system monitoring dan evaluasi yang bapak/ibu lakukan
dalam program PIK-KRR?
j. Apa saja kendala atau hambatan yang lainnya dalam menjalankan
program PIK-KRR?
k. Menurut Ibu apakah pelaksanaan program PIK-KRR sudah maksimal
dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan?
PROSES
1. Perencanaan
3. Pelaksanaan/Implementasi
4. Pelaporan
OUTPUT
1. Bagaimana hasil dari proses pelayanan yang dapat dilihat dari peningkatan
2. Apakah ada penurunan angka kasus seks bebas dan napza setelah adanya
pelaksanaan PIK-KRR?
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI
Penilaian
No Item Observasi
Ada Tidak Ada
1 Ketersediaan tenaga atau sumber daya manusia
yang terlibat di program PIK-KRR
2 Memiliki konselor sebaya
3 Memiliki petugas yang sering (2-3 kali
perbulan) mendapatkan pelatihan PIK-KRR
4 Ketersediaan tenaga pelaksana PIK- KRR
5 Ketersediaan media promosi seperti majalah
dinding, spanduk, leaflet atau poster
6 Ketersediaan ruang konseling
7 Ketersediaan referensi buku tentang TRIAD
KRR
8 Ketersediaan sarana media untuk menunjang
promosi PIK-KRR
9 Adanya program PIK–KRR memiliki kebijakan
10 Terlaksananya konseling kepada remaja
11 Sosialisasi dan edukasi terkait program PIK-
KRR
12 Monitoring dan evaluasi dalam program PIK-
KRR
Lampiran 12
KARAKTERSITIK RESPONDEN
UMUR
Statistics
Umur Responden
N Valid 56
Missing 0
Mean 16.95
Std. Error of Mean .090
Median 17.00
Std. Deviation .672
Minimum 16
Maximum 18
Percentiles 25 16.25
50 17.00
75 17.00
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 16 14 25.0 25.0 25.0
17 31 55.4 55.4 80.4
18 11 19.6 19.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 25 44.6 44.6 44.6
Perembpuan 31 55.4 55.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
ANALISA UNIVARIAT
VARIABEL DEPENDEN
SEKS BEBAS
Kategori Seks
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 31 55.4 55.4 55.4
Baik 25 44.6 44.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
NAPZA
Kategori Napza
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 29 51.8 51.8 51.8
Baik 27 48.2 48.2 100.0
Total 56 100.0 100.0
PENGETAHUAN
Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 29 51.8 51.8 51.8
Tinggi 27 48.2 48.2 100.0
Total 56 100.0 100.0
SIKAP
Kategori SIkap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 24 42.9 42.9 42.9
Positif 32 57.1 57.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
POLA ASUH
PENGARUH MEDIA
PENGARUH BUDAYA
Kategori Pengaruh Budaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berpengaruh 33 58.9 58.9 58.9
Berpengaruh 23 41.1 41.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
Crosstab
Kategori Seks
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.233a 1 .001
b
Continuity Correction 8.585 1 .003
Likelihood Ratio 10.562 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear
10.051 1 .002
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.05.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Seks
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.557a 1 .010
b
Continuity Correction 5.240 1 .022
Likelihood Ratio 6.767 1 .009
Fisher's Exact Test .015 .010
Linear-by-Linear
6.440 1 .011
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.71.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Seks
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.532a 1 .000
b
Continuity Correction 11.566 1 .001
Likelihood Ratio 14.032 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
13.290 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Seks
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 16.812a 1 .000
b
Continuity Correction 14.674 1 .000
Likelihood Ratio 18.012 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
16.511 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.61.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Seks
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 20 7 27
Media Berpengaruh
% within Kategori
74.1% 25.9% 100.0%
Pengaruh Media
Berpengaruh Count 11 18 29
% within Kategori
37.9% 62.1% 100.0%
Pengaruh Media
Total Count 31 25 56
% within Kategori
55.4% 44.6% 100.0%
Pengaruh Media
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.391a 1 .007
Continuity Correctionb 6.001 1 .014
Likelihood Ratio 7.589 1 .006
Fisher's Exact Test .008 .007
Linear-by-Linear
7.259 1 .007
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.05.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Seks
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 23 10 33
Budaya Berpengaruh
% within Kategori
69.7% 30.3% 100.0%
Pengaruh Budaya
Berpengaruh Count 8 15 23
% within Kategori
34.8% 65.2% 100.0%
Pengaruh Budaya
Total Count 31 25 56
% within Kategori
55.4% 44.6% 100.0%
Pengaruh Budaya
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.686a 1 .010
Continuity Correctionb 5.347 1 .021
Likelihood Ratio 6.783 1 .009
Fisher's Exact Test .014 .010
Linear-by-Linear
6.566 1 .010
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Seks
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 22 8 30
Teman Sebaya Berpengaruh
% within Kategori
Pengaruh Teman 73.3% 26.7% 100.0%
Sebaya
Berpengaruh Count 9 17 26
% within Kategori
Pengaruh Teman 34.6% 65.4% 100.0%
Sebaya
Total Count 31 25 56
% within Kategori
Pengaruh Teman 55.4% 44.6% 100.0%
Sebaya
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.449a 1 .004
b
Continuity Correction 6.955 1 .008
Likelihood Ratio 8.652 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .004
Linear-by-Linear
8.298 1 .004
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.61.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Napza
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.964a 1 .000
b
Continuity Correction 12.036 1 .001
Likelihood Ratio 14.603 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
13.715 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.02.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Napza
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.611a 1 .000
b
Continuity Correction 10.765 1 .001
Likelihood Ratio 13.248 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
12.386 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.57.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Napza
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 18.924a 1 .000
b
Continuity Correction 16.597 1 .000
Likelihood Ratio 20.433 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
18.586 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Napza
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.916a 1 .015
b
Continuity Correction 4.683 1 .030
Likelihood Ratio 6.035 1 .014
Fisher's Exact Test .018 .015
Linear-by-Linear Association 5.810 1 .016
b
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Napza
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 20 7 27
Media Berpengaruh
% within Kategori
74.1% 25.9% 100.0%
Pengaruh Media
Berpengaruh Count 9 20 29
% within Kategori
31.0% 69.0% 100.0%
Pengaruh Media
Total Count 29 27 56
% within Kategori
51.8% 48.2% 100.0%
Pengaruh Media
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.373a 1 .001
Continuity Correctionb 8.721 1 .003
Likelihood Ratio 10.734 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.188 1 .001
b
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.02.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Napza
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 24 9 33
Budaya Berpengaruh
% within Kategori
72.7% 27.3% 100.0%
Pengaruh Budaya
Berpengaruh Count 5 18 23
% within Kategori
21.7% 78.3% 100.0%
Pengaruh Budaya
Total Count 29 27 56
% within Kategori
51.8% 48.2% 100.0%
Pengaruh Budaya
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.113a 1 .000
b
Continuity Correction 12.144 1 .000
Likelihood Ratio 14.803 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.861 1 .000
b
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.09.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstab
Kategori Napza
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 21 9 30
Teman Sebaya Berpengaruh
% within Kategori
Pengaruh Teman 70.0% 30.0% 100.0%
Sebaya
Berpengaruh Count 8 18 26
% within Kategori
Pengaruh Teman 30.8% 69.2% 100.0%
Sebaya
Total Count 29 27 56
% within Kategori
Pengaruh Teman 51.8% 48.2% 100.0%
Sebaya
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.586a 1 .003
b
Continuity Correction 7.086 1 .008
Likelihood Ratio 8.813 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .004
Linear-by-Linear Association 8.432 1 .004
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.54.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
DOKUMENTASI