Anda di halaman 1dari 233

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI

DAN KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA


(PIK-KRR) DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN SEKS BEBAS DAN NAPZA
DI SMA NEGERI 12 KERINCI
TAHUN 2023

TESIS

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan


Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat

Oleh :

SUCI TRI ANGGRAINI


NIM. 21131023

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI TAHUN 2023
i
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI
Nama : Suci Tri Anggraini
Tempat/Tanggal : Sungai Penuh,10 April 1985
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lima Lurah no 19 RT 6 Lingkungan II Kelurahan
Sungai Penuh
Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi
Anak Ke : 3 (Tiga)
Jumlah Saudara : 3 (Tiga)
Nama Orang Tua
Ayah : H. Nuriswan R
Ibu : Hj. Netty Arzita (Alm)
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Pensiunan POLRI
Ibu : Pensiunan PNS
Nama Suami : Dedi Fina Roza
Pekerjaan : Polri
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SDN 307/III Desa Gedang Tamat Tahun 1997
SLTP : SMPN 1 Sungai Penuh Tahun 2000
SLTA : SMU Negeri 1 Sungai Penuh Tamat 2003
DIPLOMA : AKBID Alifah Padang, Tamat Tahun 2007
DIV : STIKES Fort de Kock Bukit Tinggi Tamat Tahun 2019

III. RIWAYAT PEKERJAAN


1. CPNS Tahun 2010 di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Muko Muko
Bengkulu
2. PNS Tahun 2012 sebagai Bidan di Puskesmas Lubuk Pinang Kabupaten
Muko Muko

iv
3. Tahun 2017- Skarang Sebagai Bidan Koordinator di Puskesmas Simpang
Tutup Kerinci

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

Nama : Suci Tri Anggraini


NIM : 21131023

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN


KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANSEKS BEBAS DAN NAPZA
DI SMA NEGERI 12 KERINCI TAHUN 2023

xiv + 154 hal + 19 tabel + 13 lampiran + 3 bagan

ABSTRAK

Tiga ancaman dasar kesehatan reproduksi yang beresiko dihadapi oleh


remaja, yaitu Seksualitas, HIV/ AIDS dan Napza. Apabila tidak dikendalikan
akan melahirkan remaja-remaja yang tidak sehat dan tidak berakhlak. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan Faktor yang
Berhubungan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun
2023.
Rancangan penelitian mixed method (kombinasi/campuran) dengan desain
sequential explanatory design. Penelitian kuantitatif dengan metode cross
sectional. Populasi adalah semua siswa SMA Negeri 12 Kerinci yang berjumlah
104 orang. Metode pengambilan sampel Purposive Sampling dengan jumlah 56
orang. Jumlah informan dalam penelitian kualitatif sebanyak 11 orang.
Hasil penelitian kuantitatif didapatkan ada hubungan yang signifikan
antara status ekonomi (p-value = 0,001) dan pola asuh (p-value = 0,008) dengan
seks bebas, tidak ada hubungan pengetahuan (p-value = 0,348), sikap (p-value =
0,179), media (p-value = 0,059), budaya (p-value = 0,059), dan peran teman
sebaya (p-value = 0,455) dengan seks bebas. Ada hubungan pengetahuan (p-value
0,021), status ekonomi (p-value = 0,000), budaya (p-value = 0,009) dan peran
teman sebaya (p-value = 0,017) dengan Napza, tidak ada hubungan sikap (p-value
= 0,064), pola asuh (p-value = 0,431), dan media (p-value = 0,353) dengan Napza.
Diharapkan pihak sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku seks bebas dan Napza siswa, serta
pihak orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang baik, pengawasan
terhadap penggunaan media, selektif dalam menerapkan budaya dan memilih
pergaulan teman sebaya pada anak agar anak terhindar dari perilaku seks bebas
dan Napza yang tidak baik.

v
Kata Kunci : Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR), Seks bebas dan Napza
Daftar pustaka : 71 (1989-2023)

HEALTH FACULTY OF FORT DE KOCK UNIVERSITY BUKITTINGGI


MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
THESIS, SEPTEMBER 2023

Suci Tri Anggraini

Evaluation of the Implementation of the Adolescent Reproductive Health


Information and Counseling Center (PIK-KRR) Program and Factors Related to
Risky Sexual Behavior and Substance Abuse among Students at SMA Negeri 12
Kerinci in 2023

xiv + 154 Pages + 19 Tables + 13 Appendices + 3 Charts

ABSTRACT
Adolescents face three fundamental reproductive health threats, namely,
sexuality, HIV/AIDS, and substance abuse. If left uncontrolled, these issues can
lead to unhealthy and unethical behaviors among adolescents. This study aims to
evaluate the implementation of the Adolescent Reproductive Health Information
and Counseling Center (PIK-KRR) Program and factors related to risky sexual
behavior and substance abuse among students at SMA Negeri 12 Kerinci in 2023.
The research employed a mixed-methods approach with a sequential
explanatory design. The quantitative component used a cross-sectional method.
The study population consisted of all students at SMA Negeri 12 Kerinci, totaling
104 individuals, with a purposive sampling method selecting 56 participants.
Additionally, 11 informants were involved in the qualitative aspect of the study.
The quantitative findings revealed a significant relationship between
economic status (p-value = 0.001) and parenting style (p-value = 0.008) with
risky sexual behavior. However, no significant associations were found between
knowledge (p-value = 0.348), attitudes (p-value = 0.179), media exposure (p-
value = 0.059), cultural factors (p-value = 0.059), peer influence (p-value =
0.455), and risky sexual behavior. Significant relationships were identified
between knowledge (p-value = 0.021), economic status (p-value = 0.000), cultural
factors (p-value = 0.009), and peer influence (p-value = 0.017) with substance
abuse. Conversely, no significant associations were found between attitudes (p-
value = 0.064), parenting style (p-value = 0.431), and media exposure (p-value =
0.353) with substance abuse.
It is hoped that schools will organize activities to enhance students'
knowledge, attitudes, and behaviors related to risky sexual behavior and
substance abuse. Additionally, parents are encouraged to implement positive
parenting styles, monitor media consumption, be selective in cultural practices,
and guide their children's choice of peer associations to protect them from

vi
engaging in unhealthy behaviors such as risky sexual behavior and substance
abuse.

Keywords : Adolescent Reproductive Health Information and Counseling


Center (PIK-KRR), Risky Sexual Behavior, Substance Abuse
References : 71 (1989-2023)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat Hidayah-Nya dan telah menuntun hamba dengan Cahaya

Kasih-Nya, serta seiring salam kepada Habibullah baginda Nabi Besar

Muhammad SAW yang turut membimbing umat manusia selama di dunia melalui

penerusnya.

Tiada kalimat yang pantas untuk penulis ucapkan melainkan ungkapan

syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT, yang telah memberikan

kekuatan, kesabaran dan petunjuk serta ketabahan kepada penulis dalam

penyusunan Tesis ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis

yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan

Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR)dan Faktor yang

Berhubungan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023”, yang bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam

memenuhi ujian akhir pada pendidikan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di

Universitas Fort De Kock Bukittinggi Tahun 2023.

Dalam pembuatan tesis ini, peneliti banyak menghadapi hambatan namun

berkat arahan dan bimbingan dari ibu DR. Neila sulung, S.Pd, Ns, M.Kes selaku

vii
pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu, pemikiran, nasehat,

bimbingan, arahan dan motivasi dalam membimbing serta mengarahkan penulis

dalam penyusunan tesis ini dan ibu DR. Nurhayati, S.ST, M.Biomed selaku

pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pemikiran, ketelatenan,

ketulusan dan penuh kesabaran membimbing serta mengarahkan penulis dalam

penyusunan tesis ini.

Akhir kata semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu serta melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada

kita semua. Aamiin Ya Robbal Aalamiin.

Bukittinggi, Agustus 2023

Peneliti

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP v
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 10
E. Ruang Lingkup 11
F. Penelitian Pembanding 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Remaja 19
B. Perilaku Kesehatan Reproduksi 26
C. Pusat Informasi Konseling Remaja-Kesehatan Reproduksi Remaja
(PIK-KRR) 33
D. Seksualitas 36
E. HIV dan AIDS 40
F. NAPZA 43
G. Kerangka Teori 47

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL


A. Kerangka Konsep 48

ix
B. Definisi 49
C. Definisi Operasional 50
D. Hipotesis 53

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian 55
C. Populasi dan Sampel 55
D. Instrument Penelitian 58
E. Data dan Sumber Data 61
F. Teknik Pengumpulan Data 61
G. Pengolahan Data 64
H. Teknik Analisa Data 66

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Karakteristik Responden 69
B. Analisa Univariat 70
C. Analisa Bivariat 73
D. Analisa Multivariat 79
E. Hasil Penelitian Kualitatif 82

BAB VI PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 113
B. Analisa Univariat 114
C. Analisa Bivariat 127
D. Hasil Penelitian Kualitatif 141
E. Keterbatasan Penelitian 151
F. Model 151

BAB VII PENUTUP


A. Kesimpulan 153
B. Saran 154

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman


Tabel 3.1 Definisi Operasional 50
Tabel 4.1 Informan Penelitian 58
Tabel 5.1 Rata-rata usia siswa di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023 69
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi jenis kelamin siswa di SMA Negeri 12
Kerinci Tahun 2023 70
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Seks Bebas, Napza, Pengetahuan, Sikap,
Status Ekonomi, Pola Asuh, Pengaruh Media, Budaya, Peran
Teman Sebaya di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023 70
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Independen di SMA Negeri 12
Kerinci Tahun 2023 71
Tabel 5.5 Hubungan pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh,
pengaruh media, budaya, peran teman sebaya dengan seks
bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023 73
Tabel 5.6 Hubungan pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh,
pengaruh media, budaya, peran teman sebaya dengan Napza
di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023 76
Tabel 5.7 Hubungan Seks bebas dengan Napza di SMA Negeri 12
Kerinci Tahun 2023 79
Tabel 5.8 Analisis seleksi bivariat faktor yang paling dominan
berhubungan dengan Seks bebas dan Napza di SMA Negeri
12 Kerinci Tahun 2023 81
Tabel 5.9 Hasil analisis multivariat regresi logistic dengan metode Enter
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan Seks bebas 82
Tabel 5.10 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam 82
Tabel 5.11 Matriks di Triangulasi Kebijakan dalam pelaksanaan program
PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 84
Tabel 5.12 Matriks di Triangulasi Sumber Daya Manusia dalam
pelaksanaan program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 91
Tabel 5.13 Matriks di Triangulasi Sarana dan Prasarana dalam
pelaksanaan program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 96
Tabel 5.14 Matriks di Triangulasi Dana dalam pelaksanaan program PIK-
KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 98
Tabel 5.15 Matriks di Triangulasi Metode dalam pelaksanaan program
PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 105
Tabel 5.16 Matriks di Triangulasi Proses dalam pelaksanaan program
PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 109

xi
Tabel 5.17 Matriks di Triangulasi Output dalam pelaksanaan program
PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci 111

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teoritis 47

Bagan3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kuantitatif 48

Bagan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian Kualitatif 49

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Survey Awal


Lampiran 2 Surat Persetujuan Etik
Lampiran 3 Surat Izin penelitian dari Universitas Fort De Kock Bukittinggi
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian dari Kesbangpol
Lampiran 5 Surat Balasan dari SMA Negeri 12 Kerinci
Lampiran 6 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7 Surat Pernyataan Responden
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian
Lampiran 9 Pedoman Wawancara
Lampiran 10 Lembar Observasi
Lampiran 11 Master Tabel
Lampiran 12 Hasil Uji Statistik
Lampiran 13 Dokumentasi

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2023,

remaja berusia 10-19 tahun mewakili lebih dari 16% populasi dunia dan

memainkan peran sentral dalam mencapai Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan 2030 (WHO, 2023). Jumlah ini diperkirakan akan mengalami

peningkatan di masa yang akan datang dan diperkirakan akan mencapai

puncaknya pada tahun 2050. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia

yang mengalami kenaikan jumlah populasi remaja dalam beberapa dekade

terakhir. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, jumlah penduduk

usia 10-19 tahun mencapai 44 juta jiwa (± 18%) (BPS Indonesia, 2022).

Tingginya proporsi penduduk usia remaja dapat memberikan

keuntungan dan kerugian bagi Indonesia. Disatu sisi, besarnya persentase

remaja akan memberikan dampak yang positif terhadap ketersediaan sumber

daya manusia dimasa yang akan datang jika remaja-remaja tersebut mampu

dipersiapkan menjadi sumber daya manusia yang kompeten dan berkulitas

serta memiliki daya bersaing global. Sebaliknya, kelompok remaja ini akan

menjadi beban bagi negara jika tidak mampu memberikan kontribusi untuk

pembangunan Indonesia di masa yang akan datang (Najallaili & Wardiati,

2021). Melihat jumlah yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi

penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara

jasmani, rohani, mental dan spiritual (BKKBN, 2019).

1
3

merokok dan minum alkohol mempunyai pasangan seks empat kali lebih

banyak dari kawan-kawan seusianya. Di Buenos Aires, Argentina, seperlima

dari pecandu narkotika dengan jarum suntik mengatakan bahwa mereka mulai

memakai narkotika pada saat berusia 16 tahun ataupun lebih muda, dan dua

per tiganya telah mulai ketika berusia 18 tahun(Fathona, 2021).

Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), penyalahgunaan

narkoba mengalami kenaikan hingga 24-28% di tahun 2019. 82,4% berstatus

sebagai pemakai, sedangkan 47,1% berperan sebagai pengedar, dan 31,4%

sebagai kurir (Badan Narkotika Nasional RI, 2022). Hasil survei Litbang

Kesehatan bekerjasama dengan UNESCO tahun 2018, menunjukan sebanyak

5,6% remaja Indonesia sudah melakukan seks bebas pra nikah, 96,7% telah

terpapar pornografi dan 3,7% mengalami adiksi pornografi (Maulia & Tahun,

2022).

Selain penyalahgunaan narkoba, permasalahan yang dihadapi remaja

adalah HIV/AIDS. Persentase kasus HIV positif pada kelompok umur 15-19

tahun sebesar 3,1% dan AIDS sebesar 2,8%, pada kelompok usia 20-24 tahun

15,1% HIV positif dan 28,1% AIDS (Fajriati & Safrizan, 2023). Masalah seks

bebas juga akan berdampak pada remaja seperti Penyakit Menular Seksual

(PMS) – HIV / AIDS dan Psikologis (Setiawan, 2018). Terdapat 35,9%

remaja di empat kota besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya)

mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan

6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah (Sunarti, 2018).

Dinas Kesehatan Kota Jambi menunjukkan 10 orang remaja putri

terkena gonorrhea, 9 orang terkena IMS (Infeksi Menular Seksual) dan 7


4

orang terkena ISR (Infeksi Saluran Reproduksi). Sedangkan berdasarkan

Laporan Bulanan bidang pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P) Dinas

Kesehatan Kota Jambi diketahui bahwa 14 orang HIV positif (15-24 tahun)

(Sari et al., 2020). Provinsi jambi memiliki prevalensi kanker serviks 1,5%.

Menurut karakteristik terlihat pravelensi kanker meningkat pada usia >15

tahun dan tertinggi pada umur >75 tahun (5%) (Riskesdas Provinsi Jambi,

2018). Dikutip dari jambi.tribunnews.com, data Dinas Kesehatan Kabupaten

Kerinci menyebutkan ada 7 orang penderita penyakit HIV/AIDS di Kabupaten

Kerinci dan ketujuh penderita penyakit mematikan itu saat ini sedang

menjalani pengobatan (Suprayitno, 2019).

Dengan mempertimbangkan jumlah remaja yang sangat besar, maka

perlu dilaksanakan upaya dalam rangka mempersiapkan remaja menjadi

manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental sosial dan spriritual.

Generasi muda saat ini sangat erat dengan penggunaan teknologi, informasi-

informasi yang tersebar luas tidak hanya memberikan dampak positif tetapi

juga dampak negatif, informasi negatif yang para remaja dapatkan akan

memberi dampak negatif bagi mereka yang mengaksesnya. Apabila tidak

dikendalikan oleh pemerintah akan melahirkan remaja-remaja yang tidak sehat

dan tidak berakhlak. Remaja yang terganggu kehidupannya saat ini, misalnya

terganggu oleh risiko seksualitas, HIV/AIDS, dan Napza maka kehidupan

masa depannya akan terganggu, baik dari segi kesehatan maupun

psikologisnya (Defi, 2020).

Permasalahan-permasalahan ini membutuhkan penangganan serius dan

harus segera dilakukan penangganan untuk menghindari kerusakan generasi


5

muda di masa depan (Najallaili dan Wardianti, 2021). Langkah awal

pencegahan pada remaja ini yakni dilakukan sebuah peningkatan terhadap

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sebagaimana yang belum

mengetahui akan kesehatan reproduksinya dan nantinya menjadi suatu

keharusan mereka untuk memahami betapa pentingnya kesehatan reproduksi

tersebut, sehingga komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan

reproduksi menjadi pilihan utama yang harus diambil (Wigati, 2019).

Indonesia saat ini mulai lebih memperhatikan masalah kesehatan

reproduksi dengan serius (Azhari et al., 2022). Adanya PIK-KRR (Pusat

Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) yang merupakan

salah satu program sub Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasioanal (BKKBN), mengupayakan agar remaja tidak melewati masa

remajanya dengan hal-hal yang tidak berguna. Karena pada masa-masa

remajalah kita mengalami proses pencarian jalan hidup yang seperti apa yang

akan kita pilih. Melalui program ini, pemerintah mulai fokus memperhatikan

perkembangan remaja (Wijayati, 2016).

Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja atau

PIK-KRR adalah sebuah wadah yang dikelola, dari, oleh, dan untuk remaja

dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan

reproduksi (Febriana, 2017). PIK-KRR sangat diperlukan untuk

mempersiapkan remaja dalam menghadapi masa depannya nanti (Suparyanto

dan Rosad, 2020). Adanya sosialisasi PIK-KRR ini diharapkan agar semakin

dikenal oleh masyarakat sehingga pemanfaatannya dapat maksimal.

Mengetahui bahwa kesehatan reproduksi remaja berperan penting dalam


6

kehidupan remaja, perlu adanya pengelolaan yang baik terhadap PIKKRR.

Pengelolaan PIK-KRR tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan. Pengelolaan PIK-KRR yang baik akan

memudahkan remaja dalam mencari informasi yang ingin diketahui dari

kesehatan reproduksi (Wijayanti, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Damayanti, 2021)

menyatakan bahwa peran dan strategi komunikasi Pusat Informasi dan

Konseling Remaja untuk menghindari terjadinya Seks Bebas Remaja di Kota

Mataram yaitu melakukan sosialisasi dan konseling mengenai Program

Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), Delapan Fungsi Keluarga, TRIAD

KRR (Seksualitas, HIV/AIDS, dan Napza,) serta resiko terjadinya seks bebas,

dan memberikan keterampilan kepada remaja agar terhidar daru hal negatif

dengan aktif menuju arah yang positif. Pusat Informasi dan Konseling Remaja

juga menjadi media dalam upaya menumbuhkan kratifitas remaja dalam

mewujudkan remaja yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fajriati & Safrizan,

2023) menyatakan bahwa analisis evaluasi, komponen contect menunjukan

adanya hubungan kerja sama yang baik antara program KRR dengan instansi

lain seperti Dinas Pendidikan, Kesehatan dan Kementrian agama. Pada

komponen Input program KRR telah menyiapkan tim penyuluh lapangan dan

konselor sebaya dalam menjalankan wadah PIK R/M. Pada komponen process

program KRR telah melakukan pelatihan setiap tahun guna meningkatkan

kualitas SDM dalam implementasi program KRR. Pada komponen product


7

telah terbentuknya BKR dan PIK KRR/M di Seluruh SMA di wilayah

Meuraxa Kota banda Aceh.

Menurut data BKKBN Kabupaten Kerinci tahun 2022 ada 49 PIK-

KRR yang sudah terbentuk di Kabupaten Kerinci. 49 PIK-KRR tersebut

tersebar di 23 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci dan terdapat

juga di Kecamatan Gunung Kerinci yaitu di SMA Negeri 12 Kerinci (BKKBN

Kabupaten Kerinci, 2022). Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti

pada tanggal 22 Mei 2023 diperoleh informasi bahwa kegiatan PIK-KRR yang

pernah dilakukan kepada remaja seperti penyuluhan penyalahguna Napza,

sedangkan untuk masalah seks bebas, HIV/AIDS belum direncanakan.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa PIK-KRR di SMA Negeri 12

Kerinci belum berjalan lancar. Hal itu dikarenakan adanya berbagai hambatan

misalnya, keterbatasan waktu dan biaya untuk mengadakan kegiatan serta

kurangnya koordinasi dengan anggota satu dengan yang lain.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada 10 siswa/siswi SMA

Negeri 12 Kerinci, dan didapatkan hasil 5 siswa/siswi sama sekali tidak

mengetahui tentang PIK-KRR, 3 remaja mengatakan sudah mengetahui dan

mengerti tentang PIK-KRR tetapi merasa enggan untuk bergabung, dan 2

remaja mengatakan sudah mengetahui dan mengerti tentang PIK-KRR serta

remaja tersebut sudah terlibat dalam PIK-KRR.

Berdasarkan data dan masalah di atas, maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tantang “Evaluasi Pelaksanaan Program Pusat Informasi

Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan Faktor yang


8

Berhubungan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana evaluasi

Pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan

Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan Faktor yang Berhubungan dengan

Seks Bebas dan Napzadi SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengevaluasi Pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan Konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan Faktor yang Berhubungan

dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Penelitian Kuantitatif

1) Diketahui distribusi frekuensi Seks Bebas dan Napza pada remaja

di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

2) Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

3) Diketahui distribusi frekuensi sikap remaja di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023.


9

4) Diketahui distribusi frekuensi status ekonomi di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023.

5) Diketahui distribusi frekuensi pola asuh remaja di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023.

6) Diketahui distribusi frekuensi pengaruh media pada remaja di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

7) Diketahui distribusi frekuensi pengaruh budaya remaja di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

8) Diketahui distribusi frekuensi pengaruh teman sebaya remaja di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

9) Diketahui hubungan pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola

asuh, pengaruh media, budaya dan peran teman sebaya dengan

Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

10) Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan Seks

Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

b. Penelitian Kualitatif

1) Diketahui gambaran input (Kebijakan, SDM, Dana, Prasarana dan

Sarana, dan Metode) terhadap Pelaksanaan Program Pusat

Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-

KRR) di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

2) Diketahui gambaran proses pelaksanaan Program Pusat Informasi

Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di SMA

Negeri 12 KerinciTahun 2023.


10

3) Diketahui gambaran output dalam pelaksanaan Program Pusat

Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-

KRR) di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khasanah perkembangan ilmu

mengenai pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan

Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat dijadikan pengalaman belajar bagi peneliti selama di

Universitas Fort De Kock Bukittinggi Program Magister Pasca Sarjana

Ilmu Kesehatan Masyarakat terkait PIK-KRR dan sebagai acuan untuk

peneliti selanjutnya.

b. Diharapkan dapat digunakan oleh institusi tempat peneliti menimba

ilmu di Universitas Fort De Kock Bukittinggi sebagai referensi dan

sumber bacaan yang relevan di bidang kesehatan khususnya terkait

tentang pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan Konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR).

c. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi remaja agar

memahami tentang kesehatan reproduksi yang banyak mengalami

permasalahan.
11

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi Pelaksanaan

Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-

KRR) dan faktor yang berhubungan dengan Seks Bebas dan NAPZA di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023, penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan

Juli 2023. Rancangan penelitian ini adalah mixed method

(kombinasi/campuran) dengan desain sequential explanatory design.

Penelitian kuantitatif menggunakan metode penelitian cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 12 Kerinci

yang berjumlah 104 orang. Teknik pengambilan sampel dengan metode

Purposive Sampling dengan jumlah 56 orang.

Pengumpulan data pada responden dilakukan dalam dua tahap yaitu

penelitian kuantitatif dilakukan dengan instrumen penelitian berupa kuesioner

tentang seks bebas, Napza, pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh,

pengaruh media, budaya, peran teman sebaya dan pelaksanaan Program Pusat

Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR).

Penelitian kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam untuk

mengetahui evaluasi pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan Konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari

Kepala Dinas BKKBN, Bidan Koordinator, Penanggung jawab Program PIK-

KRR, Kepala SMA Negeri 12 Kerinci, Penanggung Jawab Program PIK-KRR

di Sekolah, dan remaja.


12

F. Penelitian Pembanding

Tabel 1.1Penelitian Pembanding

N Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan


o terdahulu penelitian Penelitian terdahulu Peneliti
1 (Damayanti Peran dan Dari hasil penelitian yang - Tujuan dari penelitian
, 2021) Strategi dilakukan dapat diketahui ini adalah untuk
Komunikasi bahwa Peran dan Strategi mengetahui peran
Pusat Komunikasi Pusat Informasi seperti apa dan strategi
Informasi dan dan Konseling Remaja (PIK-R) komunikasi apa saja
Konseling untuk menghindari terjadinya yang digunakan oleh
Remaja (PIK- Seks Bebas Remaja di Kota Pusat Informasi dan
R) dalam Mataram yaitu melakukan Konseling Remaja
Upaya sosialisasi dan konseling (PIK-R) dalam Upaya
Pencegahan mengenai Program Pencegahan Seks
Seks Bebas Pendewasaan Usia Perkawinan Bebas kepada Remaja
Remaja di (PUP), Delapan Fungsi di Kota Mataram serta
Kota Mataram Keluarga, TRIAD KRR dapat diketahui juga
(Seksualitas, HIV/AIDS, dan apa saja yang menjadi
Napza,) serta resiko terjadinya faktor pendukung dan
seks bebas, dan memberikan penghambat saat
keterampilan kepada remaja melaksanakan program
agar terhidar daru hal negatif tersebut.
dengan aktif menuju arah yang - Penelitian ini
positif. Pusat Informasi dan menggunakan metode
Konseling Remaja (PIK-R) deskriptif kualitatif,
juga menjadi media dalam yaitu dengan cara
upaya menumbuhkan kratifitas memaparkan data yang
remaja dalam mewujudkan telah ditemukan,
remaja yang baik. menceritakan,
memberikan gambaran
dari hasil temuan lalu
disimpulkan. Adapun
teknik yang digunakan
untuk mengumpukan
data adalah metode
observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
Dalam pembahasannya
telah dianalisis melalui
hasil wawancara serta
observasi yang peneliti
lakukan dengan
menggunakan teori
analisis SWOT
(streght, weakness,
opportunity, dan
threat).
2 (Fajriati & Implementasi Analisis evaluasi, komponen Salah satu tujuan KRR
Safrizan, Pusat contect menunjukan adanya sebagai upaya preventif
2023) Informasi hubungan kerja sama yang baik dalam mengatasi
Konseling antara program KRR dengan permasalahan Kesehatan
Remaja/Mahas instansi lain seperti Dinas Reproduksi Remaja
13

iswa (PIK Pendidikan, Kesehatan dan (KRR) dengan wadah


R/M) Sebagai Kementrian agama. Pada Pusat Informasi
Wadah komponen Imput program KRR Konseling
Pendidikan telah menyiapkan tim penyuluh Remaja/Mahasiswa (PIK
Kesehatan lapangan dan konselor sebaya R/M). dalam
Reproduksi dalam menjalankan wadah PIK implementasinya
(Kespro) Pada R/M. pada komponen Process terdapat banyak PIK
Remaja di program KRR telah melakukan R/M di Kota Banda
Wilayah Kerja pelatihan setiap tahun guna Aceh yang pasif. Metode
Petugas meningkatkan kualitas SDM Penelitian: penelitian
Lapangan dalam implementasi program kualitatif menggunakan
Keluarga KRR. Pada komponen Product pendekatan studi kasus
Berencana telah terbentuknya BKR dan melalui wawancara
(PLKB) PIK R/M di Seluruh SMA di mendalam terhadap
Meuraxa Kota wilayah Meuraxa Kota banda informan dengan tujuan
Banda Aceh Aceh. melakukan Evaluasi
implementasi Program
Resehatan Reproduksi
Remaja (KRR) sebagai
upaya preventif masalah
kesehatan reproduksi
remaja di Kota Banda
Aceh menggunakan
model CIPP (Context,
Input, Process dan
Product).
3 (Fauzi, Peran Pusat - peran yang dilakukan oleh - jenis penelitian ini
2018) Informasi dan PIK ini sangat baik dan adalah penelitian
Konseling perlu didukung yang deskriptif
(PIK) sahabat keberlanjutanya (descriptive
Universitas - PIK juga menjadi media research).
Islam Negeri dalam upaya
(UIN) Raden menumbuhkan kreatifitas
Intan remaja dalam mewujudkan
Lampung cita-cita. Memberikan
Dalam stimulan bagi keadaan
Pembinaan remaja yang sering dijuluki
Ketahanan dengan tegar remaja,
Remaja
4 (Maryana, Peran dan PIK Remaja melakukan Tujuan penelitian ini
2016a) Strategi Pusan sosialisasi melalui metode adalah untuk mengetahui
Informasi langsung (berdiskusi atau peran dan strategi PIK
Konseling berbicara langsung secara Remaja dalam
remaja (PIK personal) dan tidak langsung mensosialisaikan
RR) dalam (dilakukan melaui media seperti pengetahuan serta
upaya radio). pelayanan berkaitan
mensosialisasi dengan kesehatan
kan reproduksi remaja.
pengetahuan Metode penelitian yang
dan pelayanan digunakan adalah
reproduksi metode kualitatif. Teknik
remaja pengumpulan data
dilakukan dengan
melalui wawancara,
observasi, studi pustaka
dan dokumentasi. Lokasi
penelitian di PIK Remaja
Desa Bagelen
14

Kecamatan Gedong
Tataan Kabupaten
Pesawaran
5 (Masri, Studi (1) Perencanaan PIK Remaja Penelitian ini bertujuan
2019) Pelaksanaan Barigas adalah menetapkan untuk menganalisa dan
fungsi tujuan organisasi dan mendeskripsikan tentang
manajemen menjabarkannya ke dalam Fungsi Manajemen
pada program kerja prioritas; (perencanaan,
kelompok menetapkan komponen rencana pengorganisasian,
pusat dan penanggung jawabnya serta penggerakan dan
informasi dan membuat outline rencana kerja; pengendalian) di
konseling membuat prediksi masalah Kelompok PIK Remaja
(PIK) remaja yang mungkin terjadi, Barigas IAIN Palangka
barigas IAIN menetapkan kriteria untuk Raya. Responden
Palangkaraya mendeteksinya, dan rencana penelitian ini adalah
untuk penyelesaiannya. (2) Pembina, Pembina
Penggorganisasian PIK Remaja Teknis, Ketua,
Barigas adalah peremajaan Sekretaris, Pendidik
pengelola, menyusun tugas dan Sebaya, Konselor
wewenang pengelola, dan Sebaya dan anggota PIK
pengaturan hubungan kerja Remaja Barigas IAIN
antar divisi; ada kegiatan Palangka Raya.
advokasi; ada upaya penggalian Sedangkan informennya
dana; ada aktivitas adalah Pengelola
kesekretariatan; ada pemberian Program Genre Kota
Informasi dan Konseling Palangka Raya dan
Sebaya; serta ada upaya untuk Provinsi Kalimantan
merajut kemitraan. (3) Tengah, Pembantu
Penggerakan PIK Remaja Rektor III IAIN
Barigas adalah pemberian Palangka Raya dan
motivasi oleh Pembina dan mahasiswa yang bukan
Pengelola Inti agar semua dapat anggota PIK Remaja
menjalankan tanggung jawab Barigas IAIN Palangka
dan wewenang masing-masing; Raya.
ada kegiatan kaderisasi; ada
orientasi pengelola; ada
partisipasi anggota dalam
aktivitas organisasi; ada
rapatrapat. Dan (4)
Pengendalian PIK Remaja
Barigas adalah melakukan
strategi pengontrolan kegiatan,
menentukan objek pengawasan,
melaksanakan teknik mengelola
resiko; melaksanakan Standar
Operasional Prosedur (SOP),
melaksanakan pengelolaan
administrasi; melakukan
evaluasi dan pengawasan
terhadap kinerja kepanitiaan,
serta melaksanakan kegiatan
dokumentasi.
6 (Mauritha, Analisis Pencapaian yang didapatkan Jenis penelitian yang
2018) keberhasilan PIK-R di SMP Negeri 22 digunakan dalam
program PIK- Makassar dapat dilihat dari segi penelitian ini adalah
R (Pusat perilaku. Dimana semenjak kualitatif dengan
Informasi dan menjalankan program siswa rancangan fenomenologi.
konseling menjadi sangat aktif dan juga Informan dalam
15

Remaja) di berani khususnya dala penelitian ini yaitu KASI


SMP Negeri menyampaikan meteri-materi Bina Ketahanan remaja
22 Kota PIK-R. Selain itu beberapa BKKBN Kota Makassar,
Makassar PIK-R yang terbentuk Kepala Sekolah SMP
disekolah-sekolah yang telah Negeri 22 Makassar,
dilakukan pelatihan dan Pembina PIK-R SMP
sosialisasi. Hambatan yang di Negeri 22 Kota
hadapi pihak sekolah pada awal Makassar, Pengurus
pembentukan PIK-R di SMP PIK-R SMP Negeri 22
Negeri 22 Makassar yaitu Makassar, dan Anggota
masalah Keraguan akan PIK-R SMP Negeri 22
program yang terbilang baru Makassar. Pengumpulan
untuk sekolah. Hambatan yang data berupa wawancara
dihadapi oleh PIK-R di SMP mendalam, telaah
Negeri 22 Makassar pada saat dokumen, dan observasi.
pembentukan PIK-R tertangani Untuk keabsahan data
semenjak berkembangnya dilakukan triangulasi
kegiatan PIK-R beserta sumber dan metode.
pencapaiannya. Hambatan lain Analisis data
yaitu masalah dana. menggunakan content
analysis yang disajikan
secara naratif.
7 (Wijayati, Pengelolaan (1) Perencanaan PACTO adalah Penelitian ini merupakan
2016) Pusat melakukan rapat anggota penelitian deskriptif
Informasi dan PACTO bersama koordinasi kualitatif, dilaksanakan
Konseling BK dan mentor PKBI. di SMA Negeri 5
Kesehatan Perencanaan anggota kelas X Yogyakarta. Informan
Reproduksi dilakukan dengan mengisi dalam penelitian ini
Remaja DI formulir dan mengikuti tes. adalah ketua PACTO,
SMA Negeri 5 Kelas XI dipilih langsung oleh guru koordinator
Yogyakarta guru BK. (2) Pengorganisasian PACTO, siswa anggota
PACTO di bawah bimbingan PACTO, dan siswa SMA
BK dan PKBI. Segala tugas, Negeri 5 Yogyakarta.
tanggung jawab, dan wewenang Teknik pengumpulan
PACTO tertuang dalam struktur data menggunakan
organisasi yang terdiri dari observasi, wawancara,
ketua, sekretaris, bendahara, dan studi dokumentasi.
divisi sumber daya manusia, Teknik keabsahan data
divisi komunikasi, informasi, dilakukan dengan cara
dan edukasi, divisi organisasi triangulasi teknik dan
dan pengembangan, serta divisi sumber. Teknik analisis
seni, budaya dan keagamaan. data dilakukan dengan
(3) Pelaksananaan kegiatan menganalisa beberapa
PACTO yaitu melakukan komponen yaitu (1)
konseling melalui tatap muka, reduksi data, (2) sajian
SMS, dan LINE, mengikuti data, dan (3) penarikan
lomba-lomba di Perguruan simpulan serta
Tinggi yang ada kaitannya verifikasinya.
dengan kesehatan reproduksi,
mengikuti lomba tingkat
Nasional dan mengikuti
pelatihan-pelatihan diluar
sekolah. (4) pengawasan
PACTO dilakukan oleh ketua
PACTO. Pengawasan/evaluasi
dilakukan melalui rapat
bersama anggota membahas
apa yang menjadi hambatan
16

dalam pelaksanaan kegiata


8 (Rahmanto, Pengelolaan Perencanaan ekstrakurikuler Penelitian pengelolaan
2019) Pusat Pusat Informasi dan Konseling Pusat Informasi dan
Informasi dan Remaja di SMP Negeri 5 Konseling Remaja di
Konseling Sragen dilaksanakan dengan SMP Negeri 5 Sragen ini
(PIK menyusun Rencana Kerja bertujuan untuk
Sekolah (RKS dan RKAS), mendiskripsikan tentang,
program kesiswaan yang (1) karakteristik
mengatur semua kegiatan perencanaan Pusat
ekstrakurikuler di SMP Negeri Informasi dan Konseling
5 Sragen termasuk program Remaja di SMP Negeri 5
kerja ektrakurikuler Pusat Sragen (2) karakteristik
Informasi dan Konseling pelaksanaan Pusat
Remaja (PIK–R) yang di buat Informasi dan Konseling
oleh Pembina bersama Remaja di SMP Negeri 5
Pembimbing PIK–R, Sragen dan (3)
Pelaksanaan kegiatan karakteristik evaluasi
ekstrakurikuler PIK-R di SMP Pusat Informasi dan
Negeri 5 Sragen dilaksanakan Konseling Remaja di
setiap hari Rabu setelah anak- SMP Negeri 5 Sragen.
anak pulang sekolah, biasanya Metode dalam penelitian
mereka yang telah terpilih ini menggunakan metode
menjadi pendidik sebaya dan kualitatif. Pengumpulan
konselor sebaya dalam data dengan wawancara,
pelayanan program PIK-R yang observasi dan
telah diseleksi melalui beberapa dokumentasi. Untuk
tes dari guru pembimbing. menguji keabsahan data
Pembina dan Pembimbing mengunakan trianggulasi
memberikan materi yang harus data dan analisis kasus
dimengerti dan dipahami oleh negative.
anggota, pendidik sebaya dan
konselor sebaya, dimana dalam
pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler PIK-R
pembimbing di bantu oleh
pendidik sebaya dan konselor
sebaya,
9 (Restiwi, Perbedaan Hasil penelitian menunjukkan Tujuan penelitian:
2018) perilaku Dari 48 responden, perilaku Penelitian ini bertujuan
kesehatan kesehatan reproduksi remaja untuk mengetahui
reproduksi yang mengikuti PIK-KRR di perbedaan perilaku
remaja yang SMAN 1 Kendari lebih banyak kesehatan reproduksi
mengikuti dan yang berperilaku baik sebesar remaja yang mengikuti
tidak 42 orang (43,8%). Dari 48 dan tidak mengikuti
mengikuti responden, perilaku kesehatan Pusat Informasi Dan
pusat reproduksi remaja yang tidak Konseling Kesehatan
informasi dan mengikuti PIK-KRR di SMAN Reproduksi Remaja
konseling 1 Kendari lebih banyak pada (PIK-KRR) di SMAN 1
kesehatan yang perilaku buruk sebesar 43 Kendari Provinsi
reproduksi orang (44,8%). Ada perbedaan Sulawesi Tenggara.
remaja (PIK- perilaku kesehatan reproduksi Metode Penelitian:
KRR) di remaja yang mengikuti dan Desain penelitian yang
SMAN 1 tidak mengikuti Pusat Informasi digunakan ialah cross
Kendari Dan Konseling Kesehatan sectional. Sampel
Provinsi Reproduksi Remaja (PIK-KRR) penelitian adalah remaja
Sulawesi di SMAN 1 Kendari Provinsi di SMAN 1 Kendari
Tenggara Sulawesi Tenggara (p=0,000). yang berjumlah 96 siswa
SMAN 1 Kendari yang
17

terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu 48
siswa yang mengikuti
PIK-KRR dan 48 siswa
yang tidak mengikuti
PIK-KRR. Instrumen
pengumpulan data
berupa kuesioner tentang
perilaku kesehatan
reproduksi. Analisis data
mengunakan uji chi
square.
10 (Setiawan, Peran Pusat 1) Peran Pusat Informasi Penelitian ini merupakan
2018) Informasi Konseling Remaja (PIK-R) penelitian deskriptif
Konseling Fress dalam mencegah pemuda dengan pendekatan
Remaja (PIK- berperilaku seks bebas, (a) kualitatif. Subyek
R) fress dalam Memberikan informasi seputar penelitian yaitu pengurus
mencegah kesehatan alat reproduksi. (b) Pusat Informasi
pemuda Memberikan bimbingan Konseling Remaja (PIK-
berperilaku konseling kepada pemuda yang R), dan peserta program
seks bebas di memiliki permasalahan dalam Pusat Informasi
Kelurahan kehidupannya. (c) Memberikan Konseling Remaja (PIK-
Sidoluhur, keterampilan berupa R) Fress. Pengumpulan
Kecamatan kemampuan vokasional kepada data dilakukan dengan
Godean, pemuda agar dapat terhindar teknik observasi,
Kabupaten dari hal negatif dengan aktif dokumentasi dan
Sleman kearah yang positif. 2) Faktor wawancara. Teknik
pendukung yang terdapat di analisis data yang
PIK-R Fress dalam mencegah digunakan adalah
pemuda berperilaku seks bebas analisis data kualitatif
di Kelurahan Sidoluhur adalah metode interaktif yang
(a) Kekompakan pengurus PIK- meliputi: pengumpulan,
R Fress yang terjalin erat reduksi, penyajian data,
menimbulkan hubungan dan penarikan
kekeluargaan. (b) Pihak kesimpulan. Keabsahan
Kelurahan menjadi salah satu data yang digunakan
pendukung internal, karena adalah triangulasi
PIK-R Fress masih dibawah sumber.
naungan kelurahan. (c) PIK-R
Kabupaten membantu
pengkaderan pengurus yang ada
di masing-masing dusun. (d)
Narasumber, narasumber yang
kompeten sesuai bahasan
sosialisasi yang hendak
dilaksanakan membuat
pesertanya tertarik untuk
mengikuti program sosialisasi.
Sedangkan faktor penghambat
yang terdapat di PIK-R dalam
mencegah pemuda berperilaku
seks bebas adalah (a) Proses
adaptasi pergantian ketua. (b)
Jadwal sosialisasi PIK-R Fress
dengan jadwal kegiatan dusun
yang bersamaan.
11 (Triana, Analisis Hasil penelitian didapatkan Penelitian ini bertujuan
2019) program PIK- Sumber daya manusia yang untuk diketahuinya
18

KRR di SMA terlibat dalam program ini analisis Program PIK-


Negeri 2 sudah cukup, yakni terdiri dari KRR di SMA Negeri 2
Muara Beliti pembina, ketua, seketaris, Muara Beliti Kabupaten
Kabupaten bendahara, anggota, 4 petugas Musi Rawas tahun 2019.
Musi Rawas penyuluh dan 2 konselor Penelitian ini
Tahun 2019 sebaya. Sarana prasarana sudah menggunakan metode
memadai seperti adanya gabungan (mixed
ruangan untuk konseling serta method).
fasilitas yang mendukung,
ketersediaan refrensi buku
TRIAD KRR (Narkoba,
HIV/AIDS, Kesehatan
reproduksi) yang sudah
lengkap, dan media promosi
sudah ada seperti majalah
dinding, spanduk, leaflet, poster
yang dipasang dilingkungan
sekolah.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi

remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah

periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan perserikatan bangsa bangsa

(PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia atara 15 sampai 24

tahun.sementara itu, menurut the health resources and service administration

guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun

(Kusmiran, 2014).

Remaja adalah suatu masa dimana individu mengalami perkembangan

saat pertama kali individu menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

sampai saat individu mencapai kematangan seksual (S. Sarwono, 2018).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalm rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah

10-24 tahun dan belum menikah.

2. Tahapan Remaja

Menurut (S. Sarwono, 2018) terdapat tiga tahap perkembangan remaja.

Pertama, remaja awal (early adolescence) usia 10-13 tahun. Pada tahap ini

remaja masih heran dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.

Remaja akan mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan

19
20

jenis, sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa, ingin bebas dan mulai

berfikir abstrak.

Kedua, remaja madya (middle adolescence) 14-16 tahun. Pada tahap

ini remaja sangat membutuhkan teman-teman dan senang jika banyak teman

yang menyukainya. Ada kecenderungan untuk mencintai diri sendiri dengan

menyukai teman-teman yang memiliki sifat sama pada dirinya dan cenderung

berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih yang

mana. Pada remaja madya mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan

lawan jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual, sehingga remaja madya

mulai mencoba aktivitas seksual yang diinginkannya.

Ketiga, remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun. Tahap remaja

akhir ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang ditandai

dengan pencapaian lima hal, antara lain minat yang semakin mantap pada

fungsi-fungsi intelek, keinginan yang tinggi mencari kesempatan untuk

bersatu dengan orang-orang dan dalam pengalaman yang baru, terbentuk

identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, terlalu memusatkan perhatian

pada diri sendiri, dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya

(private self) dan publik.

3. Perkembangan Remaja

a. Perkembangan Fisik

Perubahan fisik remaja ditandai oleh tanda seks primer dan

sekunder. Perubahan secara primer beruapa perubahan fisik dan hormon

penting untuk reproduksi, sedangkan perubahan sekunder antara laki-laki

dan perempuan berbeda.


21

Pada anak laki-laki akan tumbuh kumis dan jenggot, jakun dan

suara membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah dalam

kemampuan ejakulasi dan remaja sudah dapat menghasilkan sperma.

Ejakulasi ini sering terjadi pada saat tidur dan diawali dengan mimpi basah

(S. Sarwono, 2018).

Pada anak perempuan terjadi perubahan bentuk tubuh seperti

tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak kematangan

pada remaja perempuan adalah ketika mengalami menstruasi pertama

(menarche). Menstruasi pertama menunjukkan remaja perempuan telah

memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar bersama

darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin perempuan.

b. Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi ini berkaitan dengan perkembangan hormon,

yang ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum bisa

mengendalikan emosi yang dirasakan sepenuhnya.

c. Perkembangan Kognitif

Remaja dalam menyelesaikan masalahnya menggunakan tindakan

yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan menghadapi masalah

yangsulit secara efektif. Remaja dapat mempertimbangkan beragam

penyebab dan solusi yang sangat banyak saat terlibat dalam masalah.

d. Perkembangan Psikososial

Pada perkembangan psikososial ini, remaja mulai tertarik dengan

lawan jenis. Bertambahnya minat sosial dan penampilannya menjadi lebih

penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadiseperti


22

berat badan dan proporsi tubuh menimbulkan perasaan yang tidak

menyenangkan seperti malu dan tidak percaya diri.

(S. Sarwono, 2018)

4. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Adapaun tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut

(Kusmiran, 2014):

a. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya

secara efektif.

b. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau

perempuan)

c. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya,

baik sejenis maupun lawan jenis.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan

orang dewasa lainya.

f. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.

g. Mempersiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan

dan kehidupan keluarga.

h. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan intelektual untuk

hidup bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang

pendidikan atau pekerjaan).

i. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.


23

5. Tujuan Perkembangan Remaja

Adapaun tujuan perkembangan remaja adalah sebagai berikut

(Kusmiran,2013) :

a. Perkembangan Pribadi

1) Ketrampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat

mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang-bidang

pekerjaan tertentu

2) Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi maslah-masalah

pribadi secara efektif.

3) Kecakapan-kecakapan sebagai seorang pengguna kekayaan

kultural dan peradaban bangsa.

4) Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterikatan yang

intensif pada suatu kegiatan.

b. Perkembangan Sosial

1) Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya,

baik dalam kelas, sosial, subkultur, maupun usia.

2) Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada orang

lain

3) Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan

bersama (interaksi kelompok).

6. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja menurut (Kusmiran, 2014)

adalah bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang

berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping mengatasi


24

masalah yang ada. Pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk

menjalani masa remaja yang sehat. Diharapkan para remaja mampu

memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan

berkeluarga dengan reproduksi sehat.

7. Masalah-Masalah Yang Terjadi Pada Remaja

Perilaku ingin coba-coba merupakan hal penting bagi kesehatan

reproduksi remaja. Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika didorong oleh

rangsangan seksual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks

pranikah dengan segala akibatnya. Berikut adalah beberapa permasalahan

prioritas terkait perilaku remaja yang ingin mencoba hal baru:

a. Kehamilan yang tidak dikehendaki akan menjurus pada aborsi tidak

aman dan komplikasinya.

b. Kehamilan dan persalinan usia muda akan menambah risiko kesakitan

dan kematian ibu dan bayi (2-4 kali lebih tinggi dari masa usia subur).

c. Penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS.

d. Kertegantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. 5. Tindak

kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan, dan transaksi seks

komersial

(I. Kumalasari, 2013)

8. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.

Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau
25

bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental serta sosial kultural

(BKKBN, 2019).

Menurut (I. Kumalasari, 2013), berikut adalah beberapa keadaan yang

berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk kesehatan reproduksi

remaja.

a. Masalah gizi buruk

1) Anemia dan kurang energi kronis (KEK)

2) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga

mengakibatkan panggul sempit dan risiko untuk melahirkan bayi

berat lahir rendah (BBLR) di kemudian hari.

b. Masalah pendidikan

1) Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses

informasi yang dibutuhkan serta kurang mampu mengambil

keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.

2) Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu

memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini

akan berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan

keluarganya.

c. Masalah lingkungan dan pekerjaan

1) Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan

kesehatan remaja yang bekerja sehingga akan mengganggu

kesehatan remaja.

2) Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat mengahmbat, bahkan

merusak kesehatan fisik, mental, dan emosional remaja.


26

d. Masalah seks dan seksualitas

1) Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah

seksualitas, misalnya mitos yang tidak benar.

2) Kurang bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan

dengan kesehatan seksualitas.

3) Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada

penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik dan hubungan seks

bebas yang dewasa ini semakin menghawatirkan.

4) Penyalahgunaan seksual.

5) Kehamilan remaja.

6) Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan.

e. Masalah perkawinan dan kehamilan dini

1) Ketidakmatangan secara fisik dan mental.

2) Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar.

3) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri.

4) Risiko untuk melakukan aborsi yang tidak aman.

B. Perilaku Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian Perilaku Kesehatan

Perilaku merupakan bagian dari aktivitas suatu organisme. Perilaku

adalah apa yang dilakukan organisme atau apa yang diamati oleh organisme

lain. Perilaku juga merupakan bagian dari fungsi organisme yang terlibat

dalam suatu tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap

stimulus (rangsang dari luar) (Pakpahan et al, 2021).


27

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar.

Menurut Skinner, perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap suatu

rangsangan dari luar (Rachmawati, 2019).

Perilaku kesehatan merupakan tindakan individu, kelompok, dan

organisasi termasuk perubahan sosial, pengembangan dan implementasi

kebijakan, peningkatan keterampilan koping, dan peningkatan kualitas hidup.

Perilaku kesehatan juga didefinisikan sebagai atribut pribadi seperti

keyakinan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif lainnya,

karakteristik kepribadian, termasuk keadaan dan sifat afektif dan emosional,

dan pola perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang terkait dengan

pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan, dan peningkatan kesehatan

(Pakpahan et al, 2021).

2. Domain Perilaku Kesehatan

Benyamin Bloom membagi perilaku manusia menjadi 3 domain sesuai

dengan tujuan pendidikan. Bloom menyebutkan 3 ranah yakni kognitif,

afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni

pengetahuan, sikap, dan tindakan (Conner, 2015) dalam (Pakpahan et al,

2021).

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,


28

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Tanpa pengetahuan

seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu (Siregar,

2020); (Aulia Faris Akbar, 2012); (Notoatmodjo, 2007) dalam

(Pakpahan et al., 2021):

1) Menghafal (Remember)

Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka

panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah

tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa

menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya

selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan

bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini

mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing)

dan mengingat (recalling).

2) Memahami (Understand)

Mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan

awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan

pengetahuan yang telah dimiliki, atau mengintegrasikan

pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam

pemikiran siswa. Karena penyusun skema adalah konsep, maka

pengetahuan konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori

memahami mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan


29

(interpreting), memberikan contoh (exemplifying),

mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing),

menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan

menjelaskan (explaining).

3) Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan

masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan

berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti

bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural

saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:

menjalankan (executing) dan mengimplementasikan

(implementing).

4) Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur unsurnya

dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur

tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga macam proses kognitif

yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating),

mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat

(attributing).

5) Mengevaluasi (Evaluate)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam

kategori ini: memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing).


30

6) Membuat (Create) Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu

bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong

dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan

(planning), dan memproduksi (producing).

Pengetahuan juga dibedakan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup

dan kurang. Dinyatakan baik apabila seseorang mampu menjawab

dengan benar 75-100% dari jumlah pertanyaan. Dinyatakan cukup

apabila seseorang mampu menjawab dengan benar 56-75% dari jumlah

pertanyaan, sedangkan dinyatakan kurang apabila seseorang mampu

menjawab dengan benar 40-50% dari jumlah pertanyaan (Arikunto,

2006) dalam (Rachmawati, 2019).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalu pengisisan angket

atau wawancara tentang materi yang akan diukur pada subjek

penelitian atau yang biasa disebut responden (Notoatmodjo, 2012).

b. Sikap

Sikap adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap

rangsang lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah

laku orang tersebut. Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa

dan keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan

terhadap suatu objek yang di organisasikan melalui pengalaman serta

mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik atau

tindakan. Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan

Notoatmodjo, 2012).
31

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan

diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku

(Pakpahan et al, 2021).

Komponen pokok sikap Sikap itu mempunyai tiga komponen pokok:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Berbagai tingkatan sikap Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan:

1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek)

mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa

orang menerima ide tersebut.


32

3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan

sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek (Pakpahan et al, 2021).

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan (Irwan, 2017); (Ajzen and

Fishbein, 2000); (Siregar, 2020) dalam (Pakpahan et al, 2021):

1) Respons terpimpin (guided response)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh merupakan indikator praktik tingkat pertama.

2) Mekanisme (mekanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka

ia sudah mencapai praktik tingkat kedua.


33

3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah di Notifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan secara tidak langsung

yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan

mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Pengukuran

praktik (overt behavior) juga dapat diukur dari hasil perilaku

tersebut(Pakpahan et al, 2021).

C. Pusat Informasi Konseling Remaja – Kesehatan Reproduksi Remaja

(PIK-KRR)

1. Pengertian Program PIK

Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) menurut (Maryana, 2016b)

dalam penelitianya adalah suatu wadah atau organisasi yang ditujukan untuk

remaja yang ada di desa. Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R)

merupakan suatu organisasi yang banyak melakukan kegiatan yang positif

seperti sosialisasi tentang edukasi kesehatan alat reproduksi, pergaulan bebas,

seks bebas, dampak pergaulan bebas, dan masalah-masalah yang sering

dihadapi oleh remaja.

Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) adalah bentuk kegiatan

yang diselenggarakan oleh remaja dan untuk remaja guna mendapatkan


34

informasi melalui sosialisasi atau bimbingan konseling berupa kesehatan alat

reproduksi, penyiapan kehidupan berkeluarga, dan pemecahan permasalahan

pemuda seperti seks bebas, NAPZA, dan HIV/AIDS. Adanya Pusat Informasi

Konseling Remaja (PIK-R) dapat mencegah pemuda terjerumus ke dalam hal-

hal negatif yang dapat menghancurkan masa depan pemuda (Setiawan, 2018).

Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-

KRR) adalah suatu wadah kegiatan program KRR yang dikelola dari,oleh, dan

untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang

kesehatan reproduksi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya

(BKKBN, 2019).

2. Tujuan Program PIK-KRR

Pembentukan PIK-KRR dilingkungan remaja (desa, sekolah,

pesantren, tempat kerja, dan lain-lain) bertujuan untuk memberikan informasi

KRR, keterampilan kecakapan hidup (Life Skills), pelayanan konseling dan

rujukan KRR untuk mewujudkan tegar remaja dalam rangka tercapainya

keluarga kecil bahagia sejahtera (Muadz, 2015 dalam (Restiwi, 2018).

Menurut Direktorat Bina Ketahanan Remaja, Pusat Informasi dan

Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman, sikap, dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak

reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan

mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan

kualitas generasi mendatang(Wijayati, 2016b).


35

3. Sasaran (Audience)

Dalam rangka pembentukan PIK-KRR, pihak-pihak terkait

(stakeholders) yang menjadi sasaran antara lain:

a. Sasaran Utama: Kelompok-kelompok remaja

b. Sasaran Pengaruh: Aktivis Remaja/ Institusi Pemuda/ Pendidik

Sebaya/Konselor Sebaya

c. Sasaran Penentu: Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota, Rektor,

Tokoh masyarakat, Tokoh agama, Pimpinan Sekolah, Pimpinan

Pondok Pesantren, Pimpinan Instansi / Perusahaan

(Restiwi, 2018)

4. Isu–Isu Pokok Kesehatan Reproduksi Remaja Yang Disampaikan

Dalam Program PIK-KRR

Secara garis besar besar ruang lingkup/pokok bahasan kesehatan

reproduksi remaja adalah:

a. Subtansi Seksualitas

1) Tumbuh Kembang Remaja

2) Sistem (Anatomi, Fungsi, dan Proses) Alat Reproduksi

3) Konsekuensi Hubungan Seks Pranikah

1) Kehamilan

2) Aborsi

3) Infeksi Menular Seksual (IMS)

b. Substansi HIV-AIDS

1) Penularan HIV

2) Proses Pencegahan dan Penularan HIV dan AIDS


36

c. Substansi NAPZA

1) Pengertian NAPZA

2) Jenis-Jenis NAPZA

3) Penyalahgunaan NAPZA

4) Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA

5) Penyembuhan NAPZA

D. Seksualitas

1. Pengertian

Seksual adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-

hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki

dan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di dorong

oleh hasrat seksual mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku

berkencan, bercumbu, dan senggama (Purwoastuti, 2015).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja

Menurut (Sebayang et al., 2018) beberapa faktor yang mempengaruhi

perilaku seksual pada remaja adalah sebagai berikut:

a. Faktor perkembangan, yang terjadi dalam diri mereka yaitu berasal

dari keluarga dimana anak mulai tumbuh dan berkembang

b. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/pendidikan formal yang

cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai

kedewasaannya.

c. Faktor masyarakat, yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan

di segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.


37

Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang ke arah

perilaku seksual yang rasional dan bertanggungjawab serta dapat membantu

membuat keputusan pribadi yang penting terkait seksualitas. Sebaliknya,

pengetahuan seksual yang salah dapat mengakibatkan kesalahan persepsi

tentang seksualitas sehingga selanjutnya akan menimbulkan perilaku seksual

yang salah dengan segala akibatnya. Informasi yang salah menyebabkan

pengertian dan persepsi masyarakat khususnya remaja menjadi salah. Hal ini

diperburuk dengan mitos tentang seks, semua di ekspresikan dalam bentuk

perilaku seksual yang buruk dengan akibat yang tidak di harapkan.

3. Tahap perilaku seks

Terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual,

seperti: di bibir di sertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif

yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir

tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan

mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut

french kiss. Kadang ini juga dinamakan ciuman mendalam atau soul

kiss.

b. Necking

Berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah yang

digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan

yang lebih mendalam.


38

c. Petting

Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti:

payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih

mendalam dari dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-

usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, dan kadang-

kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian.

d. Intercrouse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan

pria dan wanita yang di tandai dengan penis pria yang masuk ereksi

masuk ke dalam vagina untuk mendapat kepuasan seksual.

4. Pengaruh buruk akibat hubungan seks pranikah

Dikalangan remaja perilaku seksual yang tidak sehat khususnya remaja

yang belum menikah cenderung meningkat. Menurut (Kumalasari, 2012)

organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan

rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks

pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja

oleh pasangan, khususnya remaja tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan

masyarakat. Akibat hubungan seks pranikah:

a. Bagi remaja:

1) Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak

perawan.

2) Menambah risiko tertular Penyakit Menular Seksual (PMS),

seperti: gonore (GO), sifilis, herpes simpleks (Genitalis), clamidia,

kondiloma akuminata dan HIV/AIDS.


39

3) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan,

pengguguran kandungan tidak aman, infeksi organ-organ

reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan

atau keracunan kehamilan.

4) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang

harapan masa depan)

5) Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan dan kesempatan bekerja.

6) Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat.

b. Bagi keluarga

1) Menimbulkan aib keluarga

2) Menambah beban ekonomi keluarga

3) Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan

masyarakat di lingkungannya (ejekan)

c. Bagi masyarakat

1) Meningkatnya remaja putus sekolah sehingga kualitas masyarakat

menurun

2) Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi

3) Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat

kesejahteraan masyarakat menurun

5. Cara mengatasi masalah seksual remaja

Menurut (Sebayang et al., 2018) sebagai berikut:

1) Mengikis kemiskinan sebab kemiskinan membuat banyak orang

tua mengizinkan anaknya menjadi PSK (Pekerja Seks Komersil)


40

2) Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi, karena

ketidaktersediaan informasi yang akurat dan benar tentang

kesehatan reproduksi memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi

sendiri, baik melalui media informasi maupun dari teman sebaya

3) Memperbanyak akses pelayanan kesehatan yang diiringi dengan

sarana konseling

4) Meningkatkan partisipasi remaja dengan mengembangkan

pendidikan sebaya

5) Meninjau ulang segala peraturan yang membuka peluang

terjadinya pernikahan dini

6) Meminimalkan informasi tentang kebebasan seks, dalam hal ini

media massa dan hiburan sangat berperan penting

7) Menciptakan lapangan keluarga yang kukuh, kondusif, dan

informatif pandangan bahwa seks adalah hal tabu yang telah telah

sekian lama tertanam justru membuat remaja enggan bertanya

tentang kesehatan.

E. HIV dan AIDS

1. Pengertian HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyerang sistem kekebalan

tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu

jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih

tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau

penanda yang berada di permukaan sel limfosit (Purwoastuti, 2015).


41

2. Pengertian AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Tubuh

manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar

seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem

pertahanan tubuh, sehingga berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain

(Purwoastuti, 2015).

3. Cara penularan HIV/ AIDS

Menurut (Kusmiran, 2014) diantaranya sebagai berikut:

a. Melalui hubungan seksual

Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum

ditemukan. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena

HIV kepada mitra seksualnya (Pria ke wanita, wanita ke pria dan pria

ke pria) melalui hubungan seksual tanpa pengaman (Kondom). Jalur

ini dapat dicegah dengan cara:

1) Astinence: Tidak berhubungan seksual

2) Be faithful: Saling setia dengan satu pasangan

3) Condom: Selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan

seksual

4) Drug: Tidak menggunakan obat-obat terlarang.

b. Parental (Produk darah)

Penularan dapat terjadi melalui transfer darah atau produk darah, atau

penggunaan alat-alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik,

jarum tato, tindik, dan sebagainya. jalur ini dapat dicegah dengan cara:
42

1) Memastikan bahwa darah yang diterima pada saat transfusi tidak

mengandung HIV

2) Memastikan bahwa peralatan (Jarum suntik, jarum tato, tindik)

telah disterilkan dan apabila memungkinkan gunakan peralatan

yang sekali buang.

3) Perinatal Penularan melalui ibu kepada anaknya. Ini bisa terjadi

saat anak masih berada dalam kandungan, ketika dalam proses

lahir atau sesudah lahir. Kemungkinan ibu pengidap HIV

melahirkan bayi HIV positif adalah 15-39%. Seorang bayi yang

baru lahir akan membawa antibodi ibunya, begitupun kemungkinan

positif dan negatifnya si bayi tertular HIV adalah tergantung dari

seberapa parah tahapan perkembangan AIDS pada diri sang ibu.

Sebaiknya lakukan tes darah sebelum hamil. Kelompok yang

beresiko terkena HIV adalah:

a) Wanita dan laki-laki yang selalu berganti-ganti pasangan dalam

melakukan hubungan seksual.

b) Wanita dan laki-laki pekerja seks.

c) Melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti melalui

anal dan mulut, homoseksual dan biseksual.

d) Penyalahgunaan obat-obatan melalui suntikan secara

bergantian (Kusmiran Eny, 2011 dalam (Fathona, 2021).


43

4. Hubungan antara HIV/AIDS dengan penyalahgunaan Napza dan

hubungan seks bebas tidak aman

Menurut (Rohan & Siyoto, 2013) yaitu:

a. HIV/AIDS – Hubungan Seks Bebas Tidak Aman

Salah satu media penularan HIV/AIDS yaitu melalui cairan sperma

maupun cairan vagina maka hubungan seks bebas tidak aman

merupakan perilaku yang beresiko tertular maupun menularkan

HIV/AIDS.

b. HIV/AIDS – Penyalahgunaan Napza

Walau tidak seluruh pengguna Napza, namun sebagian besar pengguna

beberapa jenis Napza cenderung menggunakan jarum suntik sebagai

media pemakaiannya penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan

dilakukan secara bergantian sangat rentan terhadap penularan virus

HIV/AIDS (Tertular maupun menularkan). Hal yang lebih

mengerikan, pengguna Napza yang merupakan ODHA (Orang Dengan

HIV/AIDS) akan membuatnya lebih cepat memasuki fase AIDS. Hal

ini dikarenakan karakteristik Napza yang bersifat menggerogoti organ

tubuh, termasuk juga perokok.

F. Napza

1. Pengertian Napza

Napza adalah singkatan dari Narkotika, psikotropika dan zat adiktif

lainnya. Istilah Napza mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya

memiliki resiko kecanduan bagi penggunanya (Fathona, 2021).


44

Menurut pakar kesehatan narkoba seharusnya adalah senyawa-

senyawa psikotropika yang biasa di pakai untuk membius pasien pada saat

hendak di operasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini

persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang

semestinya.

2. Jenis-jenis Napza

a. Heroin: serbuk putih seperti tepung yang bersifat opoid atau menekan

nyeri juga depressan SSP

b. Kokain: diolah dari pohon coca yang punya sifat halusigenik

c. Putau: Golongan heroin

d. Ganja: berisi zat kimia delta-9 tetra hidrokanbinol berasal dari daun

cannabis yang di keringkan, konsumsi dengan cara di hisap seperti

rokok tetapi menggunakan hidung

e. Shabu-sabu: kristal yang berisi methamphetamine di konsumsi dengan

menggunakan alat khusus yang di sebut bong kemudian di bakar.

f. Ekstasi: methylendioxy methaphetamine dalam bentuk tablet atau

kapsul, mampu meningkatkan ketahanan seseorang (Disalah gunakan

untuk aktivitas hiburan di malam hari)

g. Diazepam, Nipam dan megadon: obat yang jika di konsumsi secara

berlebih menimbulkan efek halusinogenik

h. Alkohol: minuman yang berisi produk fermentasi menghasilkan atanol

dengan kadar di atas 40% mampu menyebabkan depresi susunan saraf

pusat dalam kadar tinggi bisa memicu sirois hepatic, hepatitis

alkoholik maupun gangguan sisitem persyarafan.


45

3. Pengaruh dari Napza

Pengaruh Napza adalah penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa

dan pengaruh-pengaruh lainnya. Penggunaan Napza ini beresiko terhadap

kesehatan reproduksi karena penggunaan Napza akan berpengaruh terhadap

meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna Napza jarum suntik juga

meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular

melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian (Marmi, 2014).

4. Dampak Penyalahgunaan Napza

Dampak dari penyalahgunaan Napza menurut (Prabandari, 2018)

sebagai berikut:

a. Dampak fisik

Gangguan pada sistem syaraf, gangguan pada kulit, gangguan pada

paru-paru dan pembuluh darah.

b. Dampak psikologis

Berfikir tidak normal, berperasaan cemas, tubuh membutuhkan jumlah

tertentu untuk menimbulkan efek yang di inginkan,

ketergantungan/selalu membutuhkan obat.

c. Dampak sosial dan ekonomi

Selalu merugikan masyarakat baik ekonomi, sosial, kesehatan dan

hukum.

5. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku TRIAD KRR

Perilaku Menurut Green, (1980, dalam (Notoatmodjo, 2018) perilaku

seseorang terbentuk dari tiga faktor, yaitu:


46

1. Faktor predisposisi

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor pendukung

Yang terwujud dalam lingkungan fisik seperti ada atau tidaknya

fasilitas/sarana kesehatan.

3. Faktor pendorong Y

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain:

Perilaku remaja dipengaruhi oleh sikap yang dimiliki remaja. Menurut

(Cahyo et al., 2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

serta perilaku sehat dan tidaknya remaja terhadap kesehatan

reproduksi, salah satunya adalah sumber informasi. Sumber informasi

dapat diperoleh melalui orang tua, guru, teman sebaya, tetangga, media

masa seperti media cetak (buku, Koran, majalah, dan lainnya) dan

media elektronik (TV, Radio, VCD, Internet, dan lainnya.


47

G. Kerangka Teoritis

Faktor predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Tingkat pendidikan
3. Sikap
. 4. Pekerjaan
5. Pendapatan
keluarga (ekonomi)
6. Kepercayaan terhadap
pernikahan dini
7. Budaya

Faktor Enabling
1. Pemanfaatan Seks Bebas dan
pelayanan Kesehatan Napza
Reproduksi (KRR):
PIK-KRR

Faktor Reinforcing
1. Peran orang tua
2. Peran teman sebaya
3. Akses informasi
4. Peran guru
5. Peran Toma

Bagan 2.1
Kerangka Teoritis
Sumber: Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2018)
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian evaluasi pelaksanaan Program Pusat

Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dan

faktor yang berhubungan dengan Seks bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023 dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Penelitian Kuantitatif

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Predisposisi:

1. Tingkat Pendidikan

2. Pengetahuan

3. Sikap Seks Bebas


4. Status Ekonomi

Faktor Reinforcing:

1. Pola Asuh
Napza
2. Pengaruh Media

3. Budaya

4. Peran teman
Sebaya

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian Kuantitatif

48
49

2. Penelitian Kualitatif

INPUT PROSES OUTPUT


1. Kebijakan 1. Perencanaan
2. SDM 2. Pengorganisasian Pelaksanaan Program
3. Pendanaan 3. Pelaksanaan/ Pusat Informasi Dan
4. Sarana dan Implementasi KonselingKesehatan
prasarana 4. Pencatatan/ Reproduksi Remaja
5. Metode Pelaporan (PIK-KRR)

Bagan 3.2
Kerangka Konsep Penelitian Kualitatif

B. Definisi

1. Input

Input adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Input dalam penelitian ini

Kebijakan, SDM, Dana, Sarana dan Prasarana.

a. Kebijakan adalah sejumlah peraturan, keputusan pemerintah, instruksi,

edaran atau pedoman yang dibuat oleh mereka yang bertanggung

jawab, dan dalam mendukung program PIK-KRR.

b. Sumber daya manusia adalah orang yang menjalankan kegiatan yang

diperlukan dalam pelaksanaan program PIK-KRR meliputi jenis/latar

belakang pendidikan/keahlian, jumlah tenaga dan uraian tugasnya.

c. Dana adalah sejumlah nominal tertentu yang diperuntukkan untuk

kegiatan pelaksanaan program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci.


50

d. Sarana dan prasarana adalah alat atau bahan yang digunakan dalam

pelaksanaan program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci.

2. Proses

Proses implementasi program PIK-KRRmulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan serta pencatatan dan pelaporan kegiatan PIK-

KRR di SMA Negeri 12 Kerinci.

3. Output

Semua hasil dari proses pelayanan yang dapat dilihat dari peningkatan

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, seks bebas dan Napza berdasarkan

pelaksanaan PIK-KRR.

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
Variabel
Dependen:
1. Seks Bebas Perilaku seksual Wawancara Kuesioner 1) Kurang Baik Ordinal
remaja yang jika menjawab
dilakukan tanpa Sering pada
adanya ikatan
pertanyaan
pernikahan
nomor 7 dan 9
2) Baik jika
menjawab
Tidak pernah
pada
pertanyaan
nomor 7 dan 9

2. Napza Konsumsi Wawancara Kuesioner 1) Kurang Baik Ordinal


Narkotika, jika menjawab
psikotropika dan pernah pada
51

zat adiktif lainnya pernyataan


yang dilakukan nomor 1, 3, 4,
oleh remaja dan 5
2) Baik jika
menjawab
tidak pernah
pada
pernyataan
nomor 1, 3, 4,
dan 5

Variabel
Independen:
3. Pengetahuan Segala sesuatu Wawancara Kuesioner 1) Rendah jika Ordinal
yang diketahuin skor < 60%
oleh remaja tentang 2) Tingi jika
kesehatan
skor ≥ 60%
reproduksi terkait
pernikahan dini,
meliputi definisi (Notoatmodjo,
pernikahan dini, 2018)
batasan usia
perempuan yang
dikatakan
pernikahan usia
dini, dan risiko
terhadap kesehatan
reproduksi
psikologis

4. Sikap Pernyataan diri Wawancara Kuesioner 1) Negatif jika Ordinal


remaja dari hasil skor < mean
proses berpikir (28,38)
tentang pernikahan
2) Positif jika
dini, faktor
penyebab skor ≥ mean
pernikahan dini (28,38)
berupa pernyataan
sangat tidak setuju (Notoatmodjo,
(STS), Tidak setuju 2018)
(TS), setuju (S),
sangat setuju (SS)

5. Status Tingkatan sosial Wawancara Kuesioner 1) Rendah jika Nominal


Ekonomi ekonomi keluarga penghasilan <
dihitung dari UMR (Rp.
52

penghasilan 2.649.034)
keluarga 2) Tingi jika
berdasarkan UMR penghasilan ≥
UMR (Rp.
2.649.034)

(Ambarwati,
2019)

6. Pola Asuh Pola asuh orang tua Wawancara Kuesioner 1) Tidak Ordinal
dalam berpengaruh,
meningkatkan dan skor < median
mendukung
(6,00)
perkembangan
fisik, emosional, 2) Berpengaruh,
sosial, finansial dan skor ≥ median
intelektual seorang (6,00)
remaja khususnya
dalam hal (Ambarwati,
kesehatan 2019)
reproduksi dan
pernikahan dini

7. Pengaruh Adanya Wawancara Kuesioner 1) Tidak Ordinal


media ketersediaan pusat berpengaruh,
informasi dan skor < mean
konseling
(5,78)
kesehatan
reproduksi remaja 2) Berpengaruh,
yang didapatkan skor ≥ mean
baik di sekolah (5,78)
maupun dari
lingkungan desa (Ambarwati,
2019)
8. Budaya Kebiasaan, Wawancara Kuesioner 1) Tidak Ordinal
kepercayaan, cara berpengaruh,
hidup yang skor < median
berkembang dan
(6,00)
dimilikibersama
serta diwariskan 2) Berpengaruh,
dari generasi ke skor ≥ median
generasi berikutnya (6,00)
dalam suatu
kelompok (Latifa, 2019)
masyarakat
53

9. Peran teman Keterlibatan teman Wawancara Kuesioner 1) Tidak Ordinal


sebaya sebaya dalam berpengaruh,
memberikan skor < median
dukungan yang
(6,00)
terdiri dari
dukungan 2) Berpengaruh,
instrumental, skor ≥ median
dukungan (6,00)
informasional,
dukunan penilaian (Nuraeni, 2020)
dan dukunan
emosional

D. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri

12 Kerinci Tahun 2023

2. Ada hubungan sikap dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023

3. Ada hubungan status ekonomi dengan Seks Bebas dan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

4. Ada hubungan pola asuh dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023

5. Ada hubungan pengaruh media dengan Seks Bebas dan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

6. Ada hubungan budaya dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023

7. Ada hubungan peran teman sebayadengan Seks Bebas dan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode riset kombinasi (mixed

methods) yaitu penelitian yang didasari pada gabungan positivisme dan

posotivisme. Penelitian kombinasi adalah pendekatan penelitian yang

menggkombinasikan bentuk kuantitatif dan bentuk kualitatif. Pendekatan ini

melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif

sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang

penelitian kualitatif dan kuantitatif dan lebih lengkap dari sekedar

mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data. Pendekatan ini juga

melibatkan pendekatan-pendekatan kuantitatif dan kualitatif, asumsi-asumsi

filosofis, dan pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu

penelitian dan satu waktu (Sugiyono, 2019).

Desain dalam penelitian ini menggunakan sequential explanatory

designs, pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilaksanakan dalam dua

tahap, dengan penekan utama pada metode kuantitatif. Penelitian

primer/utama menggunakan pendekatan metode penelitian cross sectional.

Karena penelitian kuantitatif ini sifatnya untuk mengkonfirmasi atau

membuktikan populasi atau sampel yang diteliti, dan penelitian ini dilakukan

secara acak, pengumpulandatanya pun menggunakan instrumen penilaian,

analisis data bersifat statistik, bertujuan untuk menguji hipotesis yang

ditetapkan (Sugiyono, 2019).

54
55

Penelitian sekunder/pendukung menggunakan metode penelitian

kualitatif yaitu metode penelitian yang tergolong baru dan penelitian ini

digunakan untuk meneliti kondisi objek secara alami, yang menjadi kunci

instrumennya adalah si peneliti sendiri, pengambilan sumber data dilakukan

secara random sampling, teknik pengumpulan data menggunakan trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan hasil penelitian ini lebih

kepada makna pemikiran (Sugiyono, 2019).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 12 Kerinci. Penelitian

ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah yang disana terdapat objek dan subjek yang

berkualitas dan mempunyai karakteristik tertentu yang dipilih oleh peneliti

untuk dapat memberikan informasi dan kemudian dapat diambil kesimpulan

dari informasi yang didapat (Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa yang ada di SMA Negeri 12 Kerincitahun 2023 yang berjumlah

104 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian unsur populasi yang dijadikan objek

penelitian. Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi

yang ciri-cirinya akan diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-
56

ciri populasi. Sampel dalam penelitian ini diambil secara Purposive Sampling

diambil dengan menggunakan rumus Slovin:

N
n= 2
1+ N (e)

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar Populasi

e : Persentase kelanggaran ketelitian kesalahan pengambilan

sampel yang masih ditolerir

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut :

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

jadi perhitungan sampel sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N (e)

104
n= 2
1+104 ( 0 ,1 )

104
n=
2 , 04

n=50 , 98

Dibulatkan menjadi 51 orang.

Untuk menghindari adanya Drop Out, maka sampel ditambah 10% dari

jumlah sampel, 10% x 51 = 5,1 dibulatkan menjadi 5, maka jumlah total

sampel dalam penelitian ini adalah 51 + 5 = 56 orang.


57

Dengan kriteria sampel sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Siswa yang ada di SMA Negeri 12 Kerinci

2) Siswa yang hadir pada saat penelitian

b. Kriteria eksklusi

1) Siswa yang sedang sakit

2) Siswa yang sedang izin

Pemilihan informan penelitian dilakukan berdasarkan prinsip sebagai

berikut (Siswanto et al., 2018):

a. Kesesuaian (appropriateness) dengan topik penelitian

b. Kecukupan (adequacy) jumlah informan dianggap cukup jika data

yang didapatkan telah menggambarkan seluruh fenomena yang

berkaitan dengan topik penelitin.

Informan penelitian diambil dengan teknik purposive sampling atau

pengambilan sampel dengan pertimbangan bahwa informan yang dipilih

dianggap tahu tentang Pemanfaatan Program Pusat Informasi Dan Konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terkait seks bebas dan napza pada

remajadan informan kunci merupakan pemegang program langsung sehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi yang diteliti.


58

Tabel 4.1
Informan Penelitian

Jumla
Metode Kriteria Tempat WM
Sumber Informan h
1 Informan WM 5 Remaja yang SMA Negeri 12
Remaja ada saat Kerinci
wawancara
2 Informan Kunci
Kepala DPPKBPP&PA WM 1 Kepala Kantor
Kabupaten Kerinci Dinas yang DPPKBPP&PA
menjabat
pada saat ini
Kepala
BidangDPPKBPP&PA WM 1 Kepala Kantor
Kabupaten Kerinci Bidang yang DPPKBPP&PA
menjabat
saat ini
Penanggung jawab
program PIK-KRR WM 1 Penanggung Kantor
jawab DPPKBPP&PA
program
Pelaksana program
program PIK-KRR WM 1 Pelaksana Kantor
kegiatan DPPKBPP&PA
Kepala SMA Negeri 12
Kerinci WM 1 Kepala SMA Negeri 12
Sekolah Kerinci
yang
menjabat
saat ini
Penanggung Jawab
program PIK-KRR MW 1 Penanggung SMA Negeri 12
SMA Negeri 12 Kerinci Jawab Kerinci
program

D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu penelitian yang menggunakan alat

ukur untuk mengukur fenomena alam maupun sosial. Instrumen dalam

pengumpulan data responden dalam penelitian adalah lembar kuesioner yang

terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang karakteristik responden, pertanyaan

dan pernyataan dari variabel independen(pengetahuan, sikap, status ekonomi,


59

pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman sebaya dan pemanfaatan

program PIK-KRR) dan variabel dependen (seks bebas dan napza).

Intrument penelitian ini terdiri dari kuesioner A karaktersitik

responden yang terdiri dari kode responden, nama/inisial, umur, jenis kelamin

dan tingkat pendidikan. Kuesioner B terdiri dari pernyataan tentang seks

bebas, kuesioner B diadopsi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Putri, 2017) yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, hasil uji

validitas nilai r tabel 0,444 dan semua pernyataan valid, hasil uji reabilitas

didapatkan nilai α sebesar 0,856 dan dinyatakan reliabel dan layak digunakan.

Kuesioner C terdiri dari 5 pernyataan tentang NAPZA yang sudah

peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r hitung

(0,663-0,977) > t tabel (0,349) semuanya dinyatakan valid. Hasil uji

reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,825 dan dinyatakan reliabel dan

layak digunakan.

Kuesioner D diadopsi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Putri, 2017) yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, dengan

hasil nilai r tabel 0,444 semuanya valid, hasil uji reabilitas pengetahuan

didapatkan nilai α 0,951 dan dinyatakan reliabel dan layak digunakan.

Kuesioner E diadopsi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Putri, 2017) yang sudah dilakukan uji validitas dan reabilitasnya, dengan

hasil nilai r tabel r tabel 0,444 semuanya valid, hasil uji reabilitas sikap

didapatkan nilai α 0,846 dan dinyatakan reliabel dan layak digunakan.

Kuesioner F terdiri dari 1 pertanyaan tentang status ekonomi yang

menanyakan jumlah penghasilan keluarga.


60

Kuesioner G terdiri dari 10 pernyataan tentang pola asuh yang sudah

peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r hitung

(0,391-0,840) > t tabel (0,349) semuanya dinyatakan valid. Hasil uji

reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,754 dan dinyatakan reliabel dan

layak digunakan.

Kuesioner H terdiri dari 10 pertanyaan tentang pengaruh media yang

sudah peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r

hitung (0,505-0,951) > t tabel (0,349) semuanya dinyatakan valid. Hasil uji

reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,782 dan dinyatakan reliabel dan

layak digunakan.

Kuesioner I terdiri dari 10 pertanyaan tentang Budaya yang sudah

peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai r hitung

(0,408-0,633) > t tabel (0,349) semuanya dinyatakan valid. Hasil uji

reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,720 dan dinyatakan reliabel dan

layak digunakan.

Kuesioner J terdiri dari 10 pertanyaan tentang peran teman sebaya

yang sudah peneliti lakukan uji validitas dan reliabilitasnya, dengan hasil nilai

r hitung (0,391-0,840) > t tabel (0,349) semuanya dinyatakan valid. Hasil uji

reliabilitas pola asuh didapatkan nilai α 0,754 dan dinyatakan reliabel dan

layak digunakan.
61

E. Data dan Sumber Data

Data adalah sesuai bukti kebenaran, data yang dikumpulkan terdiri dari

data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari

sumber pertama atau tempak objek penelitian dilakukan. Sumber data dalam

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner

yang dikumpulkan dari remaja yang ada di SMA Negeri 12 Kerinci.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari pihak

sekolah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kombinasi model sequential explanatory design ini,

pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dalam satu waktu, dan

bergantian dalam selang waktu yang tidak terlalu lama. Teknik pengumpulan

data kuantitatif sebagai fokus utama penelitian dengan memberikan instrument

yang telah teruji validitas dan realibilitasnya kepada seluruh sampel. Dengan

teknik pengumpulan data ini diperoleh data kuantitatif tentang seks bebas dan

napza, pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh media,

budaya, peran teman sebaya dan pemanfaatan program PIK-KRR.Untuk

melengkapi data kuantitatif maka dilakukan pengumpulan data kualitatif untuk

menghasilkan penelitian yang lebih mendalam, bermakna, dan lebih luas. Data
62

kualitatif yang dikumpul terkait dengan pelaksanaan Program Pusat Informasi

Dan KonselingKesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR).

Data kuantitatif yaitu dengan menggunakan kuesioner (angket).

Kuesioner (angket) yaitu pemberian angket dengan berupa pertanyaan kepada

para responden kemudian dijawab untuk pengumpulan data. Metode ini

digunakan untuk mengambil data mengenai karakteristik responden, seks

bebas dan Napza, pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh

media, budaya, peran teman sebaya dan pemanfaatan program PIK-KRR.

Kuesioner yang digunakan adalah model tertutup, model tertutup yaitu

mengajukan beberapa pertanyaan dan mengharapkan jawaban singkat dari

para responden dan mereka hanya menjawab dengan memilih salah satu

alternative jawaban yang tertera di lembar jawaban. Bentuk pertanyaan

tertutup berbentuk seperti data nominal, ratio, interval, dan ordinal.

Pertanyaan tertutup akan memudahkan kedua belah pihak yaitu dari responden

untuk bisa cepat mengisi angket dan memudahkan peneliti untuk menganalisis

data setelah seluruh angket telah terkumpul (Sugiyono, 2019).

Data kualitatif yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

wawancara mendalam, dokumentasi, dan banyak menggunakan observasi dan

pengumpulan data menggunakan natural setting (kondisi alamiah), sumber

data primer (Sugiyono, 2019). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik triangulasi data yaitu dengan menggabungkan 3 (tiga) teknik

pengumpulan data (observasi, wawancara dan dokumentasi).


63

1. Wawancara

Wawancara ini dilakukan oleh peneliti terhadap informan dalam

bentuk tanya jawab dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam.

Wawancara difokuskan pada usaha peneliti untuk menggali data yang

berhubungan dengan pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan

KonselingKesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dimulai pada informan

kunci dan dilanjutkan pada informan utama.

Wawancara ini dilakukan secara semistruktur (Semistructure

Interview) yaitu salah satu jenis wawancara yang termasuk dalam kategori

indeph interview yang dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan

dengan wawancara terstruktur. Tujuan digunakan wawancara jenis tersebut

adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka. Wawancara jenis ini

menggunakan petunjuk umum wawancara (terlampir) dengan menggunakan

beberapa inti pokok pertanyaan yang akan diajukan. Saat pelaksanaan, peneliti

mengajukan pertanyaan secara bebas dengan pokok-pokok pertanyaan tidak

perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya tidak baku

tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasi.

2. Observasi

Observasi diarahkan pada tiga objek penelitian yaitu place (tempat),

actor (pelaku) dan activities (aktivitas). Peneliti melakukan pencatatan dan

perekaman terhadap kejadian atau peristiwa yang dianggap penting selama

observasi dilakukan. Alat pengumpulan data terdiri dari buku catatan, record

(HP) dan kamera. Dari alat pengumpulan data ini disusun pada catatan

lapangan.
64

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumen bersumber dari dokumen resmi dan tidak resmi tentang

pelaksanaan Program Pusat Informasi Dan Konseling Kesehatan Reproduksi

Remaja (PIK-KRR). Dokumen resmi seperti surat keputusan, surat instruksi

dan dokumen tidak resmi seperti surat nota dan surat pribadi yang dapat

memberikan informasi pendukung terhadap suatu peristiwa. Dokumen

dibuatkan salinan berupa foto, gambar, data.

G. Pengolahan Data

1. Data Kuantitatif

Pengolahan data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat

dengan menggunakan perangkat lunak statistik (komputerisasi), Tahap

pengolahan data yaitu:

a. Pemeriksaan (Editing)

Merupakan kegiatan memeriksakembali jawaban kuesioner apakah

jawaban kuesioner sudah lengkap dan jelas.

b. Pengkodean (Coding)

Merupakan kegiatan untuk pemberian kode angka (numeric) pada

data atau mengklasifikasi jawaban dari responden. Kegunaa dari

pengkodean adalah untuk mempermudah pada analisis data dan juga

mempercepat pada entry data dan memberi kode pada kuesioner yang

telah di isi responden.


65

c. Pengecekan (Processing)

Setelah data yang telah diberi kode data dapat dimasukan (entry)

pada aplikasi program komputerisasi. Komputerisasi digunakan pada

variabel dependen dan variabel konfounding.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Memeriksa data yang sudah dimasukan (entry) pada aplikasi dan

melihat kelengkapan data agar menghindari terjadinya data yang tidak

lengkap (missing).

2. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisis data yaitu:

a. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti mereduksi data yang dirasa tidak

dibutuhkan dan memilih data yang menarik, penting, berguna dan baru

dalam penelitian ini.

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langka selanjutnya adalah menyajikan

data. Penyajian data adalah untuk memudahkan, memahami apa yang

terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami. Dalam penelitian ini, penyajian data digunakan dalam bentuk

teks yang bersifat naratif dan matriks. Berdasarkan data yang terkumpul

dan setelah dianalisi, diharapkan pada tahap ini penelitian dapat

memberikan gambaran secara mendalam mengenai pelaksanaan Program


66

Pusat Informasi Dan KonselingKesehatan Reproduksi Remaja (PIK-

KRR).

c. Penarikan kesimpulan

Setelah mendapatkan data dari kedua tahapan sebelumnya, pada

tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

dari penelitian ini adalah untuk mendukung dalam menjawab pertanyaan

penelitian.

Penelitian ini menggunakan konten analisis yang berguna untuk

mengkonfirmasikan atau menguji teori yang sudah ada sebelumnya, ketika

pertanyaan penelitian didefenisikan secara jelas. Analisis konten

melibatkan proses yang dirancang untuk menyingkat data mentah menjadi

kategori atau tema berdasarkan kesimpulan dan interpretasi yang valid.

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisa secara analitik dengan sistem

komputerisasi untuk menganalisa data secara univariat, bivariat dan

multivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa univariat digunakan untuk

mengetahui gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel dependen (Seks

Bebas dan Napza), variabel independen (pengetahuan, sikap, status ekonomi,

pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman sebayadan pemanfaatan


67

program PIK-KRR). Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase setiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan melibatkan variabel dependen dan variabel

independen dengan pengujian statistik chi-square dengan derajat kepercayaan

95% (α=0,05). Variabel dikatakan memiliki pengaruh apabila nilai P < 0,05

maka dapat disimpulkan ada hubungan signifikan antara variabel independen

dengan variabel dependen, sebaliknya jika P > 0,05 maka dapat disimpulkan

tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.

Untuk mengetahui derajat pengaruh antara variabel independen dan

dependen dapat diketahui dengan menghitung OR (odd rasio). Perhitungan

OR digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki resiko lebih

besar dibanding kelompok lain.

Dimana bila nilai:

a. OR = 1, artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen

b. OR > 1, artinya variabel independen merupakan faktor risiko

c. OR ≤ 1, artinya variabel yang diduga berisiko adalah variabel

protektif.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat dan mengetahui

hubungan lebih dari satu variabel independent dengan variabel dependent,

dalam analisis multivariat digunakan untuk melihat variabel yang paling

berpengaruh terhadap seks bebas dan napzadi antara variabel pengetahuan,


68

sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman

sebaya dan pemanfaatan program PIK-KRR. Karena semua variabel

merupakan variabel kategorik maka uji yang dilakukan adalah Regresi

Logistik.
BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini peneliti menguraikan hasil penelitan yang meliputi

karakteristik responden, seks bebas, Napza, pengetahuan, sikap, status

ekonomi, pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman sebaya, serta

faktor yang berhubungan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri

12 Kerinci Tahun 2023. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 56

siswa di SMA Negeri 12 Kerinci didapatkan hasil berdasarkan tujuan

penelitian sebagai berikut:

A. Karakteristik Responden di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

Variabel karakteristik responden terdiri dari usia dan jenis kelamin, kelas.

Variabel usia merupakan data numerik yang dianalisis dengan melihat nilai rata-

rata usia siswa, sedangkan variabel jenis kelamin merupakan data kategori yang

dianalisis dengan melihat proporsi. Secara terinci, hasil dapat dilihat pada tabel

5.1 dan tabel 5.2 sebagai berikut:

Tabel 5.1
Rata-rata usia siswa di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023
(n = 56)

Karakteristik
No Mean Median SD Min Maks
Responden
1 Umur 16,95 17,00 0,672 16 18

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan usia didapatkan bahwa dari 56 responden, rata-rata umur

remaja adalah 16,56 tahun atau dibulatkan menjadi 17 tahun di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

69
70

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi jenis kelaminsiswa di SMA
Negeri 12 KerinciTahun 2023
(n = 56)

Karakteristik
N No Kategori f %
Responden
1 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 25 44,6
2. Perempuan 31 55,4

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil bahwa dari 56 responden

didapatkan karakteristik remaja berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagian

besar (55,4%) responden berjenis kelamin perempuan di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023.

B. ANALISA UNIVARIAT

1. Distribusi Frekuensi Variabel Dependen

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Seks Bebas dan Napza
di SMA Negeri 12 KerinciTahun 2023
(n = 56)

Variabel f %
Seks Bebas
Kurang Baik 19 33,9
Baik 37 66,1
Total 56 100
Napza
Kurang Baik 51 91,1
Baik 5 8,9
Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden terdapat 19

(33,9%) responden memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik dan 37
71

(66,1%) responden memiliki perilaku seks bebas yang baik di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023.

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden terdapat 51

(91,1%) responden memiliki perilaku Napza yang kurang baik dan 5 (8,9%)

responden memiliki perilaku Napza yang baik di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023.

2. Distribusi Frekuensi Variabel Independen

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Variabel Independen di
SMA Negeri 12 KerinciTahun 2023
(n = 56)

Variabel f %
Pengetahuan
Rendah 29 51,8
Tinggi 27 48,2
Total 56 100
Sikap
Negatif 24 42,9
Positif 32 57,1
Total 56 100
Status Ekonomi
Rendah 35 62,5
Tinggi 21 37,5
Total 56 100
Pola Asuh
Tidak Berpengaruh 26 46,4
Berpengaruh 30 53,6
Total 56 100
Pengaruh Media
Tidak Berpengaruh 27 48,2
Berpengaruh 29 51,8
Total 56 100
Budaya
Tidak Berpengaruh 33 58,9
Berpengaruh 23 41,1
Total 56 100
Pengaruh Teman Sebaya
Tidak Berpengaruh 30 53,6
Berpengaruh 26 46,4
72

Total 56 100

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 56 responden 29

(51,8%) responden memiliki pengetahuan yang rendah dan 27 (48,2%)

responden memiliki pengetahuan yang tinggidi SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023.

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 56 responden 24

(42,9%) responden memiliki sikap yang negatif dan 32 (57,1%) responden

memiliki sikap yang positif di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 56 responden 35

(62,5%) responden memiliki status ekonomi yang rendah dan 21 (37,5%)

responden memiliki status ekonomi yang tinggidi SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023.

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 56 responden 26

(46,4%) responden yang tidak dipengaruhi pola asuh dan 30 (53,6%)

responden yang dipengaruhi pola asuh di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023.

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 56 responden 27

(48,2%) responden tidak dipengaruhi oleh media dan 29 (51,8%)

responden dipengaruhi oleh media di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 56 responden 33

(58,9%) responden tidak dipengaruhi budaya dan 23 (41,1%) responden

dipengaruhi budayadi SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa dari 56 responden 30

(53,6%) responden tidak dipengaruhi oleh teman sebaya dan 26 (46,4%)


73

responden dipengaruhi oleh teman sebayadi SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023.

C. ANALISA BIVARIAT

1. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Status Ekonomi, Pola Asuh,


Pengaruh Media, Budaya, Peran Teman Sebaya denganSeks Bebas

Tabel 5.5
Hubungan pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh
media, budaya, peran teman sebaya dengan seks bebas di
SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023
(n = 56)

Seks bebas P OR
Total
Variabel Independen Kurang Baik Baik value (95%CI)
n % n % N %
Pengetahuan
1. Rendah 12 41,4 17 58,6 29 100 2,017
0,348
2. Tinggi 7 25,9 20 74,1 27 100 (0,649-6,271)
Sikap
1. Negatif 11 45,8 13 54,2 24 100 2,538
0,179
2. Positif 8 25,0 24 75,0 32 100 (0,817-7,886)
Status Ekonomi
1. Rendah 26 74,3 9 25,7 35 100 9,244
0,001
2. Tinggi 5 23,8 16 76,2 21 100 (2,627-32,531)
Pola Asuh
1. Tidak Berpengaruh 14 53,8 12 46,2 26 100 5,833
0,008
2. Berpengaruh 5 16,7 25 83,3 30 100 (1,703-19,986)
Pengaruh Media
1. Tidak Berpengaruh 13 48,1 14 51,9 27 100 3,560
0,059
2. Berpengaruh 6 20,7 23 79,3 29 100 (1,101-11,509)
Budaya
1. Tidak Berpengaruh 15 45,5 18 54,5 33 100 3,958
0,058
2. Berpengaruh 4 17,4 19 82,6 23 100 (1,103-14,201)
Teman Sebaya
1. Tidak Berpengaruh 12 40,0 18 60,0 30 100 1,810
0,455
2. Berpengaruh 7 26,9 19 73,1 26 100 (0,583-5,620)

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada

responden dengan pengetahuan yang rendah, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,348 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan seks bebas


74

di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 2,017 yang

artinya responden dengan pengetahuan rendah mempunyai peluang 2,017

kali untuk berperilaku seks kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada

responden dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-

value = 0,179 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara sikap dengan seks bebasdi SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 2,538 yang artinya responden dengan

sikap negatif mempunyai peluang 2,538 kali untuk berperilaku seks

kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada

responden dengan status ekonomi rendah, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan seks bebas di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 9,244 yang

artinya responden dengan status ekonomi rendah mempunyai peluang

9,244 kali untuk berperilaku seks kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada

responden yang dipengaruhi oleh pola asuh, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,008 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan seks bebasdi SMA
75

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 5,833 yang artinya

responden yang dipengaruhi oleh pola asuh mempunyai peluang 5,833 kali

untuk berperilaku seks kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada

responden yang dipengaruhi oleh media, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,059 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara media dengan seks bebas di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 3,560 yang

artinya responden yang dipengaruhi oleh media mempunyai peluang 3,560

kali untuk berperilaku seks kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada

responden yang dipengaruhi oleh budaya, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,058 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara budaya dengan seks bebasdi

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 3,958 yang

artinya responden yang dipengaruhi oleh budaya mempunyai peluang

3,958 kali untuk berperilaku seks kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada

responden yang dipengaruhi oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji

statistik diperoleh nilai p-value = 0,455 maka dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran teman sebaya


76

dengan seks bebasdi SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan

nilai OR = 1,810 yang artinya responden yang dipengaruhi oleh teman

sebaya mempunyai peluang 5,194 kali untuk berperilaku seks kurang baik.

2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Status Ekonomi, Pola Asuh,


Pengaruh Media, Budaya, Peran Teman Sebaya dengan Napza

Tabel 5.6
Hubungan pengetahuan, sikap, status ekonomi, pola asuh, pengaruh
media, budaya, peran teman sebaya dengan Napza di
SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023
(n = 56)

Napza P OR
Total
Variabel Independen Kurang Baik Baik value (95%CI)
n % n % N %
Pengetahuan
1. Rendah 29 100 0 0 29 100 1,227
0,021
2. Tinggi 22 81,5 5 18,5 27 100 (1,025-1,469)
Sikap
1. Negatif 24 100 0 0 24 100 1,185
0,064
2. Positif 27 84,4 5 15,6 32 100 (1,021-1,376)
Status Ekonomi
1. Rendah 26 74,3 9 25,7 35 100 17,333
0,000
2. Tinggi 3 14,3 18 85,7 21 100 (4,114-73-029)
Pola Asuh
1. Tidak Berpengaruh 23 88,5 3 11,5 26 100 0,548
0,431
2. Berpengaruh 28 93,3 2 6,7 30 100 (0,084-3,561)
Pengaruh Media
1. Tidak Berpengaruh 26 96,3 1 3,7 27 100 4,160
0,353
2. Berpengaruh 25 86,2 4 13,8 29 100 (0,435-39,827)
Budaya
1. Tidak Berpengaruh 33 100 0 0 33 100 1,278
0,009
2. Berpengaruh 18 78,3 5 21,7 23 100 (1,030-1,585)
Teman Sebaya
1. Tidak Berpengaruh 30 100 0 0 30 100 1,238
0,017
2. Berpengaruh 21 80,8 5 19,2 26 100 (1,026-1,494)

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden

dengan pengetahuan yang rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai

p-value = 0,021 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 1,227 yang artinya responden yang


77

memiliki pengetahuan rendah mempunyai peluang 1,227 kali untuk

memiliki perilaku Napza yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden

dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =

0,064 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023. Didapatkan nilai OR = 1,185 yang artinya responden yang memiliki

sikap negatif mempunyai peluang 1,185 kali untuk memiliki perilaku

Napza yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden

dengan status ekonomi rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-

value = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara status ekonomi dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 17,333 yang artinya responden yang

memiliki status ekonomi rendah mempunyai peluang 17,333 kali untuk

memiliki perilaku Napza yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada

respondenyang dipengaruhi oleh pola asuh, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,431 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 0,548 yang artinya


78

responden yang dipengaruhi oleh pola asuh mempunyai peluang 0,548 kali

untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden

yang dipengaruhi oleh media, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-

value = 0,353 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara media dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 4,160 yang artinya responden yang

dipengaruhi oleh media mempunyai peluang 4,160 kali untuk memiliki

perilaku Napza yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden

yang dipengaruhi oleh budaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-

value = 0,009 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara budaya dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023. Didapatkan nilai OR = 1,278 yang artinya responden yang

dipengaruhi oleh budaya mempunyai peluang 1,278 kali untuk memiliki

perilaku Napza yang kurang baik.

Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden

yang dipengaruhi oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,017 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara peran teman sebaya dengan Napza di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 1,238 yang


79

artinya responden yang dipengaruhi oleh teman sebaya mempunyai

peluang 1,238 kali untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik.

3. Hubungan Seks bebas dengan Napza

Tabel 5.7
Hubungan Seks Bebas dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci
Tahun 2023
(n = 56)

Napza P OR
Total
Variabel Independen Kurang Baik Baik value (95%CI)
n % n % N %
Seks bebas
1. Kurang Baik 18 94,7 1 5,3 19 100 1,227
0,652
2. Baik 33 89,2 4 10,8 37 100 (1,025-1,469)

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa sebagian besar responden

yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden

dengan perilaku seks bebas yang kurang baik, dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p-value = 0,652 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara seks bebas dengan Napza di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 1,227 yang

artinya responden yang memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik

mempunyai peluang 1,227 kali untuk memiliki perilaku Napza yang

kurang baik.

D. ANALISA MULTIVARIAT

Faktor yang paling dominan berhubungan dengan Seks bebas dan Napza
di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

Faktor yang paling dominan berhubungan dengan Seks bebas dan

Napza di SMA Negeri 12 Kerinci dianalisis secara multivariat yang bertujuan

untuk mengetahui variabel independen (pengetahuan, sikap, status ekonomi,


80

pola asuh, pengaruh media, budaya, peran teman sebaya) yang paling dominan

berhubungan dengan variabel dependen yaitu Seks bebas dan Napza. Analisis

yang digunakan pada tahap ini adalah uji regresi logistic dengan metode yang

digunakan adalah metode Enter mengingat variabel independen dan variabel

dependen dalam bentuk kategorik.

Analisis regresi logistic dalam penelitian ini melakukan pemodelan

yang bertujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variebel

independen yang dianggap terbaik untuk memprediksi kejadian dependen.

Ada beberapa tahap yang digunakan dalam analisis regresi logistic dengan

metode Enter yaitu:

1. Seleksi Bivariat

Pada tahap ini, uji regresi logistic dengan metode Enter software

secara otomatis akan memasukkan semua variabel yang terseleksi untuk

dimasukan ke dalam multivariat. Kelayakan variabel ditentukan dengan

tingkat signifikansi (sig) atau p-value < 0,25. Secara bertahap variabel yang

tidak berpengaruh akan dikeluarkan dari analisis, proses akan berhenti sampai

tidak ada lagi variabel yang dapat dikeluarkan dari analisis. Urutan kekuatan

dari variabel-variabel yang berhubungan dilihat dari besarnya nilai OR,

semakin besar nilai OR semakin kuat hubungannnya terhadap variabel

dependen yang dianalisis.


81

Tabel 5.8
Analisis seleksi bivariat faktor yang paling dominan berhubungan
dengan Seks bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci
Tahun 2023

No Variabel P value
Seks bebas Napza
1 Pengetahuan 0,348 0,021
2 Sikap 0,179 0,064
3 Status Ekonomi 0,001 0,000
4 Pola Asuh 0,008 0,431
5 Pengaruh Media 0,059 0,353
6 Budaya 0,058 0,009
7 Peran Teman Sebaya 0,455 0,017

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan hasil analisis seleksi bivariat

terhadap 7 variabel dengan melihat variabel yang nilai p-value < 0,25

sehingga variabel yang masuk kedalam pemodelan multivariat untuk faktor

yang paling dominan berhubungan dengan seks bebas adalah pengetahuan,

sikap, dan pola asuh. Variabel yang masuk kedalam pemodelan multivariat

untuk faktor yang paling dominan berhubungan dengan napza adalah status

ekonomi dan budaya.

2. Pemodelan Multivariat

Pemodelan multivariat ini dilakukan dengan cara memilih variabel

yang dianggap penting yang masuk dalam model dengan cara

mempertahankan variabel yang mempunyai p-value < 0,25 dan mengeluarkan

variabel yang p-value > 0,05. Hasil analisa pemodelan multivariat dapat

dilihat pada tabel 5.10 sebagai berikut:


82

Tabel 5.9
Hasil analisis multivariat regresi logistic dengan metode Backward LR
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan Seks bebas
(n = 56)

No Variabel P-value OR 95%CI


Seks bebas
1. Pola Asuh 0,005 5,8 1,7-19,986
Napza
1 Budaya 0,035 3,958 1,103-14,201

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan dalam analisis multivariat uji

regresi logistic dengan metode Enter, sehingga didapatkan variabel yang

paling dominan berhubungan terhadap seks bebas adalah pola asuh dengan

nilai p-value = 0,005 dan OR = 5,8, variabel yang paling dominan

berhubungan terhadap Napza adalah status ekonomi dengan nilai p-value =

0,035 dan OR = 3,958.

E. Hasil Penelitian Kualitatif

Data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam (indepth

interview) dengan 11 informan yang berasal dari Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Kerinci, Kepala SMA Negeri 12

Kerinci, dan Siswa-Siswi SMA Negeri 12 Kerinci. Karakteristik Informan dalam

wawancara mendalam dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.10
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam

No Kode Informan Jabatan


1 IF 1 Kepala Dinas DPPKBPP&PA Kabupaten Kerinci
2 IF 2 Kepala Bidang Dinas DPPKBPP&PA Kabupaten
Kerinci
3 IF 3 Penanggung jawab program PIK-KRR Dinas
DPPKBPP&PA Kabupaten Kerinci
4 IF 4 Pelaksana kegiatan program PIK-KRR Dinas
DPPKBPP&PA Kabupaten Kerinci
83

5 IF 5 Kepala SMA Negeri 12 Kerinci


6 IF 6 Penanggung Jawab program PIK-KRR di SMA
Negeri 12 Kerinci
7 IF 7 Konselor Sebaya SMA Negeri 12 Kerinci
8 IF 8 Siswa SMA Negeri 12 Kerinci
9 IF 9 Siswa SMA Negeri 12 Kerinci
10 IF 10 Siswa SMA Negeri 12 Kerinci
11 IF 11 Siswa SMA Negeri 12 Kerinci

1. Input

Input adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Komponen input dalam

penelitian ini terdiri dari kebijakan pemerintah, Sumber Daya Manusia, Dana,

dan Sarana dan Prasarana. Informasi dari informan mengenai komponen input

dapat diketahui dari hasil wawancara betikut:

a. Kebijakan

Pengumpulan informasi yang bertujuan untuk memperoleh

infromasi mendalam mengenai kebijakan seperti adanya sejumlah

sejumlah peraturan, keputusan pemerintah, instruksi, edaran atau

pedomandalam mendukung program PIK-KRR di SMA Negeri 12

Kerinci.

1) Kebijakan apa saja yang telah dikeluarkan terkain pelaksanaan

PIK-KRR?

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan, informasi

yang didapatkan sebagai berikut:

“PIK-KRR ya, sebenarnya kami sudah lama telah menjalankan


program PIK-KRR di sekolah-sekolah, kebijakan, peraturan, instruksi
dan pedoman penyelenggaraan PIK-KRR di sekolah juga sudah ada,
namun ya pelaksanaannya yang mungkin masik kurang optimal” (IF
1)
84

“Kebijakan pemerintah, peraturan, instruksi dan pedoman


pelaksanaan program PIK-KRR di Sekolah sudah ada, dan sudah
diberikan ke sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Kerinci” (IF 2)

“Pedoman Pelaksanaan Program PIK-KRR di Sekolah sudah ada,


namun mungkin dalam pelaksanaannya masih kurang baik” (IF 3)

“PIK-KRR memang sudah ada di sekolah kita, ada surat perintah dari
dinas terkait seperti dari BKKBN, dan dari Dinas Kesehatan juga
pernah memberikan edaran dan pedoman dalam pelaksanaan PIK-
KRR di sekolah” (IF 5)

“Sudah, surat perintahnya sudah ada dari dulu untuk


penyelenggaraan PIK-KRR di sekolah kita” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa untuk kebijakan dalam pelaksanaan PIK-KRR sudah ada sejak

lama, informan mengatakan sudah memberikan SOP, pedoman,

instruksi pelaksanaan PIK-KRR namun untuk pelaporan kegiatan PIK-

KRR belum optimal.

Tabel 5.11
Matriks di Triangulasi Kebijakan dalam pelaksanaan program
PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci

Aspek Indept Telaah Observasi Kesimpulan


yang Interview Dokumen
Diperiksa
Kebijakan Seluruh Terdapat Menurut hasil Kebijakan
informan dokumen observasi di pemerintah
mengatakan yang berisi SMA Negeri mengenai
bahwa sudah kebijakan 12 Kerinci pelaksanaan
ada kebijakan dalam sudah program PIK-
dari pelaksanaan menjalankan KRR di SMA
pemerintah program program yang Negeri 12
dalam PIK-KRR di telah Keinci sudah
pelaksanaan SMA Negeri ditetapkan ada dan sudah
program PIK- 12 Kerinci oleh dijalalankan
KRR di SMA pemerintah oleh sekolah
Negeri 12 sesuai dan sudah
Keinci kebijakan, berusaha
tetapi tetap menjalankan
masih ada dengan baik
hambatan namun ada
85

dalam kendala
menjalankan dalam hal
dan membuat pelaporan
laporan kegiatan
kegiatan dari program
program tersebut
tersebut
Seluruh Dalam Menurut hasil SOP dalam
informan pelaksanaan observasi di pelaksanaan
mengatakan program SMA Negeri program PIK-
bahwa sudah PIK-KRR 12 Kerinci KRR sudah
ada SOP seperti sudah ada diberikan
dalam penyuluhan berusaha ke SMA
pelaksanaan sudah ada menjalankan Negeri 12
setiap SOP kegiatan Kerinci dan
kegiatan kegiatan nya sesuai dengan sekolah sudah
program PIK- SOP tapi berusaha
KRR namun dalam melaksanakan
kadang pelaksanaan setiap
menyesuaika nya kadang kegiatan
n dengan menyesuaikan sesuai dengan
kondisi di kondisi SOP namun
sekolah sekolah kadang
menyesuaikan
dengan
kondisi
sekolah
Seluruh Dalam Menurut hasil Laporan-
informan pelaksanaan observasi di laporan
mengatakan program SMA Negeri kegiatan di
bahwa untuk PIK-KRR 12 Kerinci SMA Negeri
laporan- seperti tampak sudah 12 Kerinci
laporan rutin penyuluhan ada beberapa sudah ada
setiap sudah ada kegiatan untuk semua
kegiatan beberapa program PIK- kegiatan
program PIK- laporan- KRR yang namun belum
KRR belum laporan rutin sudah ada optimal
maksimal kegiatan nya dokumen
dan masih laporannya
ada yang
tidak ada
laporannya
86

b. Sumber daya manusia

1) Apa yang Anda ketahui tentang PIK-KRR

Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan, informasi

yang didapatkan sebagai berikut:

“PIK-KRR ya, inikan sebenarnya program lama, namun selalu


diuopayakan untuk revitalisasi kembali sehingga bisa menjadi
program yang memiliki tupoksi lebih efektif dengan tugas yang jelas
untuk para pelaksananya. PIK-KRR adalah singkatan dari Pusat
Informasi Konseling Kesehatan Remaja dan Reproduksi. Jadi sesuai
namanya ini merupakan wadah konseling yang disediakan untuk siswa
dan siswi yang memang memiliki masalah atau butuh penjelasan
mengenai kesehatan reproduksi” (IF 1)

“PIK-KRR itu program yang berjalan di sekolah untuk mengatasi


masalah kesehatan reproduksi. Jadi kalau ada siswa siswi disini yang
ada keluhan tentang reproduksinya, bisa datang ke ruang PIK-KRR
dan berkonsultasi tentang masalahnya” (IF 2)

“PIK-KRR itu Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduks


Remaja. Untuk siswa belajar khususnya tentang kesehatan
reproduksi” (IF 3)

“Adalah program untuk bidang konseling kesehatan reproduksi” (IF


5)

“Pusat infromasi konseling kesehatan reproduksi remaja. Suatu


program yang memfasilitasi murid-murid untuk belajar lebih banyak
mengenai reproduksi” (IF 6)

“PIK-KRR yang saya tahu ya kak, adalah program yang bergerak di


bidang kesehatan reproduksi tapi khusus untuk anak sekolah. Usia
remaja kan rentan akan penyakit reproduksi karena kurang tahu
tentang kesehatan reproduksi yang baik, mereka suka coba-coba
karna penasaran, jadi dengan adanya program ini bagus untuk
menambah pengetahuan kita” (IF 7)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa informan mengetahui tentang PIK-KRR. Informan bukan hanya

mengetahui pertian PIK-KRR saja, namun juga mengetahui akan

manfaat dan kegunaan PIK-KRR. Siswa pada usia tersebut sangat


87

rentan akan penyakit reproduksi dan pengetahuan yang rendah tentang

kesehatan reproduksi, sehingga informan ingin menambah

pengetahuan siswa dan siswi SMA Negeri 12 Kerinci. Menurut

informan PIK-KRR adalah tempat konsultasi dan tempat berkeluh

kesah tentang kesehatan reproduksi.

2) Berapa jumlah tenaga atau ketersediaan sumber daya manusia

yang terlibat di program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci?

“Kalau pemegang programnya disini ada satu orang, sedangkan


untuk petugas pelaksananya ada satu orang” (IF 5)

“Untuk penanggung jawab programnya itu saya sendiri, dan saya


dibantu oleh satu orang petugas pelaksana lagi jika ada kegiatan
seperti penyuluhan” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa petugas program PIK-KRR memiliki satu orang penanggung

jawab sebagai pemegang program PIK-KRR, dan ada empat orang

lainnya merupakan petugas pelaksana.

3) Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Program PIK-KRR di

SMA Negeri 12 Kerinci?

“Dalam pelaksanaan, ada dua petugas penyuluh dan ada dua


konselor sebaya” (IF 5)

“Kalau di sini untuk penanggung jawab pelaksana nya itu saya


sendiri, kemudian ada dua orang petugas pelaksana kegiatan yang
dibantu oleh dua orang konselor sebaya” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa dalam pelaksanaan ada dua penyuluh dan dua konselor sebaya.

Program ini memiliki tim penyuluhan. Dalam tim tidak dipilih secara
88

khusus siapa saja yang akan ikut dalam pelaksanaan, atas kemauan

mereka sendiri akan ikut atau tidak dalam memberikan materi.

4) Apakah memiliki konselor sebaya?

“Iya ada. Konselor sebaya itu kan sama seperti rekan sebaya namun
yang memiliki ilmu lebih mengenai PIK-KRR” (IF 5)

“Ada dua orang konselor sebaya di sini, satu laki-laki dan satu
perempuan, mereka ini nanti yang bisa menjadi tempat temannya
bertanya dan berdiskudi mengenai kesehatan reproduksi” (IF 6)

“Untuk konselor sebaya itu ada dua orang, satu saya sendiri dan ada
satu lagi kaki-laki” (IF 7)

“Konselor sebaya ada kak, biasanya itu dari siswa kan kak? Kami ada
satu perempuan dan satu laki-laki yang sudah dipilih oleh sekolah,
kalo nggak salah yang jadi konselor itu diberi pelatihan tentang
kesehatan reproduksi kak” (IF 8)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa di SMA Negeri 12 Kerinci memiliki konselor sebaya, yang

pengetahuannya mengenai kesehatan remaja lebih banyak, sehingga

dapat mempermudah untuk memberikan informasi atau ilmu kepada

teman siswa dan siswi yang lain. Biasanta remaja lebih terbuka dengan

teman sebayanya.

5) Apakah petugas sering (2-3 kali perbulan) mendapatkan pelatihan

PIK-KRR?

“Kalau dari petugasnya sebenarnya tidak terlalu sering mendapat


pelatihan. Biasanya ada pelatihan sekitar dua bulan sekali. Diadakan
seminar atau workshop dari BKKBN. Jadi, selain dari buku panduan
dan materi-materi lalu, petugas penyuluh lebih fleksibel mengambil
ilmu dari media lain yang bisa memenuhi kebutuhan informasi yang
dicari” (IF 5)

“Pelatihan ya,.. hmmm pernah dulu sayang mengikuti pelatihan


program PIK-KRR, tapi sekarang sudah lama tidak ada pelatihan lagi,
jadi kalau ada penyuluhan saya mencari materi sendiri dari buku-
buku yang ada dan dari internet” (IF 6)
89

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa tidak terlalu sering mengikuti pelatihan. Biasanya dua bulan

sekali ada pelatihan dan kadang pernah tidak ada pelatihan sama

sekali. Jadi para petugas mencari infromasi sendiri tentang materi yang

akan diberikan atau dari buku panduan BKKBN.

6) Jika sudah bagaimana penerapannya ke siswa/siswi?

“Penerapan penyuluhan ke siswa dan siswi menurut saya sih sudah


baik, namun memang belum optimal. Apalagi masa-masa SMA ini
masanya rentan ya, anak-anak banyak yang masih melewati masa
transisi dari remaja awal ke remaja akhir menuju dewasa, sehingga
menurut saya faktor itu juga berpengaruh terhadap penerapan ilmu
kesehatan seproduksi yang bisa diserap oleh masing-masing siswa
siswi. Tapi kalai dari segi penyuluhannya, mayoritas menyatakan
sudah cukup baik dan materi yang diberikan bisa diterima sesuai
porsinya namun kadang ya namanya juga remaja susah diatur
sehingga banyak yang enggan untuk ikut penyuluhan” (IF 5)

“Kalo untuk penerapan penyuluhan ke siswa-siswi sih sudah berjalan


baik dan sudah dilaksanakan, tapi ya yang namanya remaja susah
diatur jadi pas saat dilakukan penyuluhan banyak yang tidak
mengikutinya apalagi siswa laki-laki itu paling malas ikut
penyuluhan” (IF 6)

“Penyuluhan ada kak, saya selalu mengikuti kegiatan penyuluhan,


asik soalnya bisa dapat banyak ilmu tentang kesehatan reproduksi”
(IF 9)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa menurut informan kunci penerapan ke siswa-siswi sudah baik

namun kurang optimal. Dikarenakan usia siswa-siswi saat ini usia

rentan, anak-anak yang melewati masa transisi dari remaja awal ke

remaja akhir menuju dewasa, sehingga sulitnya penerapan ilmu

kesehatan reproduksi yang bisa diserap oleh siswa-siswi. Dari segi

penyuluhan sudah cukup baik dan materi yang diberikan sesuai porsi,
90

namun dalam mengikuti penyuluhan masih banyak siswa-siswi yang

enggan untuk berpartisipasi ikut penyuluhan.

7) Apa syarat untuk menjadi konselor sebaya?

“Syarat untuk menjadi konselor sebaya tentu adalah ia menyanggupi


komitmen menjadi seorang konselor bagi teman-temannya. Jadi
otomatis kalau ada temannya butuh konsultasi maka mereka harus
meluangkan waktu pribadinya sejenak. Kemudian, sebelum dipilih
menjadi konselor sebaya, ada proses semacam tes lisan dulu antara
siswa dan petugas penyuluh mengenai ilmu-ilmu tentang kesehatan
reproduksi. Selanjutnya syarat menjadi konselor sebaya saling
menghargai sesama teman dan memiliki komunikasi yang baik
sehingga bisa menciptakan suasana yang nyaman pada saat konseling.
Jika sudah melewati tahap demi tahap tersebut, maka seorang siswa
dikatakan telah resmi menjasi konselor sebaya”(IF 5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa siswa-siswi yang menyanggupi komitmen menjadi seorang

konselor, sebelum dipilih ada proses tes lisan antara siswa tersebut

dengan petugas penyuluh mengenai kesehatan reproduksi remaja,

saling menghargai dan memiliki komunikasi yang baik sehingga bisa

menciptakan suasana yang nyaman pada saat konseling, jika sudah

melewati tahap-tahap tersebut maka seorang siswa dikatakan resmi

menjadi konselor sebaya.

8) Menurut bapak/ibu apakah tenaga pelaksana PIK- KRR sudah

cukup?

“Kalau dikatakan cukup ya lumayan cukup lah menurut kami. Sebab


selain ada petugas penyuluh, kami juga bekerja sama dengan
beberapa instansi jadi sekali-kali ada pemberian materi juga dari
pegawai dari instansi luar yang bersangkutan seperti dari petugas
puskesmas, sehingga ilmu yang diterima siswa juga bisa lebih luas.
Selain itu, kami juga dibantu oleh siswa-siswi yang menjadi konselor
sebaya untuk teman-temannya. Jadi menurut saya sudah lumayan
cukup” (IF 3)
91

“Ya, sudah. Ada beberapa petugas penyuluh biasanya yang turun


setiap kali sosialisasi atau memberi materi penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi ke siswa-siswi” (IF 4)

“Ya, Sudah Cukup” (IF 5)

“Sudah, kalai untuk konsultasi saja cukup. Disini juga ada petugas
pelaksana kalau saat penyuluhan biasanya juga ada yang saling
bantu” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa tenaga pelaksana PIK-KRR sudah cukup, selain petugas

penyuluh dan konselor sebaya, juga ada beberapa instansi terkait

seperti puskesmas yang memberikan materi sehingga siswa-siswi

mendapatkan ilmu lebih luas. Selain penyuluhan ada juga konsultasi di

dalam ruangan dengan tatap muka langsung.

Tabel 5.12
Matriks di Triangulasi Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan
program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci

Aspek Indept Telaah Observasi Kesimpulan


yang Interview Dokumen
Diperiksa
SDM Seluruh Terdapat Menurut hasil Sumber Daya
informan dokumen observasi di Manusia
mengatakan berupa SK SMA Negeri dalam
bahwa Tugas semua 12 Kerinci pelaksanaan
sumber daya penanggungg sudah ada dua program PIK-
manusia jawab dan orang petugas KRR di SMA
dalam pelaksana pelaksana Negeri 12
pelaksanaan program kegiatan PIK- Kerinci sudah
program PIK- PIK-KRR di KRR dan ada ada dan sudah
KRR di SMA SMA Negeri dua konselor menjalankan
Negeri 12 12 Kerinci sebaya tugasnya
Keinci sudah masing-
cukup, ada masing
dua orang
petugas
pelaksana dan
dua orang
konselor
sebaya
92

Seluruh Terdapat Menurut hasil Sumber Daya


informan dokumen observasi di Manusia
mengatakan berupa SK SMA Negeri dalam
bahwa Tugas 12 Kerinci pelaksanaan
petugas penanggungg untuk petugas program PIK-
pelaksana jawab dan pelaksana KRR seperti
program pelaksana programnya petugas
PIK_KRR program sudah pelaksana dan
sudah pernah ketika akan mendapatkan konselor
mendapatkan mengikuti pelatihan sudah
pelatihan dari pelatihan namun belum mendapatkan
BKKBN tapi PIK-KRR ada pelatihan pelatihan dan
belum ada rutin dan sudah dipilih
pelatihan untuk sesuai dengan
rutin, dan konselor syarat yang
untuk sebaya sudah telah
konselor dipilih sesuai ditetapkan
sebaya sudah dengan syarat
dipilih yang telah
berdasarkan ditentukan
syarat tertentu

c. Sarana dan prasarana

a. Bagaimana ketersediaan media promosi seperti majalah dinding,

spanduk, leaflet atau poster yang dipasang di area sekolah?

“Sebenarnya ada media promosi seperti spanduk, tetapi saat ini


dilepas dikarenakan sudah pudar. Kalau majalah dinding ada, leaflet
kayak kawasan tanpa rokok itu ditempel didepan ruangan, ada poster
seperti bahaya merokok, dampak pengguna narkoba ada ditempel di
dinding sekolah”(IF 5)

“Dulu ada spanduk tentang PIK-KRR namun sudah tidak dipasang


lagi karena suda pudar dan rusak, kalau untuk mading sih masih ada,
leaflet juga masih ada” (IF 6)

“Pernah dulu dipasangkan spanduk tentang kesehatan reproduksi tapi


sekarang sudah tidak ada lagi karena sudah rusak, kalau mading,
leaflet dan poster masih ada beberapa yang masih terpasang” (IF 7)

“Ada kak…dulu ada spanduk tentang kesehatan reproduksi dipasang


didepan ruang konseling tapi sekarang sudah tidak ada lagi, kalau
mading masih ada dan masih dipakai untuk sarana menyampaikan
informasi-informasi penting, leaflet ada di ruang konseling, poster
juga masih ada beberapa yang terpasang” (IF 10)
93

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa media sarana prasarana sudah ada seperti majalah dinding,

spanduk, leaflet, poster yang dipasangkan di lingkungan sekolah.

Leaflet kawasan tanpa rokok, poster dampak penggunaan narkoba

ditempel di dinding sekolah namun ada yang dilepas karna sudah

pudar.

b. Bagaimana dengan keadaan ruang konseling?

“Ruang konseling kami cuma ada satu di depan disamping ruang


kepala sekolah dan fasilitasnya kurang memadai”(IF 5)

“Ruang konseling ada satu ruangan yang dipakai, namun untuk


tempat duduk dan meja didalamnya itu memakai kursi dan meja kelas,
belum ada sofa yang bagus” (IF 6)

“Ruang konseling nya seadanya kak… kursi dan mejanya masih pakai
kursi dan meja kelas, dan fasilitas di dalam ruangannya juga
seadanya saja” (IF 10)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa ruang konseling di SMA Negeri 12 Kerinci cuma ada satu yang

letaknya digedung depan disamping ruang kepala sekolah dan

ruangannya memiliki fasilitas yang kurang memadai.

c. Bagaimana kondisi sarana prasarana untuk pelaksanaan kegiatan

PIK-KRR?

“Sarana prasarna PIK-KRR disini kurang memadai apalagi ruang


konselingnya kurang bagus”(IF 5)

“Setau saya, sarana dan prasarana nya kurang lengkap. Komunikasi


antara kepala sekolah dan setiap pemegang program disini selalu
terbuka, jadi kalau ada kekurangan atau kebutuhan yang belum
tercukupi, biasanya pemegang program akan mengajukan proposal
apa yang dibutuhkan”(IF 6)
94

“Sarana prasarana kurang memadai, seperti untuk melakukan


penyuluhan, ruangannya memakai ruang kelas, ruang konsultasi juga
tempat duduknya memakai tempat duduk kelas”(IF 7)

“Sarana prasarana yang digunakan biasanya dengan media


pembelajaran yang digunakan untuk penyuluhan dipinjam milik
sekolah tidak ada khusus milik PIK-KRR”(IF 11)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa kondisi sarana dan prasana kurang memadai, seperti tidak ada

ruangan khusus aula penyuluhan, fasilitas ruang konseling seadanya,

seperti meja dan kursi memakai meja dan kursi kelas. Informan

menyebutkan jika ada sarana prasarana yang kurang bisa mengajukan

proposal ke pihak sekolah.

d. Bagaimana ketersediaan refrensi buku tentang TRIAD KRR?

“Kalau buku lengkap tentang Narkoba ada, HIV/AIDS ada, tentang


reproduksi remaja ada, bahkan pengetahuan kesehatan yang lainnya
ada” (IF 5)

“Referensi buku ada buku pedoman yang digunakan, tapi ada juga
buku- buku tentang kesehatan reproduksi di perpustakaan. Selain dari
pengelolan perpustakaan, sumbangan siswa, biasanya ibu lihat itu
dari BKKBN juga memberikan semacem buku edukatif tentang
kesehatan reproduksi juga, jadi seperti informasi-informasi singkat
yang dikombinasikan dengan gambar- gambar. Waktu itu ibu pernah
baca beberapa kali di perpus sekolah” (IF 6)

“Buku-buku tersedia di perpus. Ada buku-buku mengenai kesehatan


yang lainnya. Nanti adek boleh main-main juga ke perpus kami kalau
mau lihat beberapa referensi bukunya. Ada rak khusus tentang
kesehatan” (IF 7)

“Referensi buku ada, lengkap kok” (IF 8)

“Iya. Ada bukunya bisa mereka akses langsung di perpustakaan


sekolah. Tapi memang kebanyakan teman-teman agak malas membaca
buku. Mereka lebih senang dijelaskan langsung sambil mengobrol
santai, jadi apa yang disampaikan mudah diingat” (IF 9)

“Alhamdulillah kalo sejauh ini ado buku tentang kesehatan


reproduksi” (IF 10)
95

“Ketersediaan refrensi buku sudah ada” (IF 11)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa ketersediaan reperensi buku seperti buku tentang Narkoba,

HIV/AIDS, Kesehatan reproduksi sudah lengkap dan juga ada tentang

kesehatan yang lainnya. Buku yang tersedia biasanya dari sekolah

sendiri. Dari BKKBN memberikan buku edukasi maupun pedoman

untuk program tersebut. Namun kebanyak siswa-siswi malan membaca

jadi para konselor sebaya yang memberikan ilmu atau menjelaskan

tentang kesehatan remaja dengan cara mengobrol santai.

e. Bagaimana partisipasi Siswa/Siswi terhadap komunitas PIK-

KRR?

“Itu adalah salah satu hambatan terbesar program ini karena kurang
minatnya siswa-siswi mengikuti program ini” (IF 5)
“Partisipasi siswa-siswi yang masih kurang dalam hal penyuluhan,
apalagi siswa laki-laki yang susah diatur, semaunya saja, jadi banyak
siswa laki-laki yang tidak mau ikut penyuluhan” (IF 6)

“Untuk penyuluhan partisipasinya kurang kak, apalagi yang cowok


jarang mau ikut penyuluhan sampai selesai, kebanyakan yang mau
mengikuti penyuluhan sampai selesai ya yang cewek kak” (IF 7)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa salah satu hambatan yang terbesar adalah kurangnya minat

siswa-siswi untuk mengikuti program PIK-KRR, jadi program ini sulit

berkembang atau aktif.


96

f. Bagaimana ketersediaan sarana media untuk menunjang promosi

PIK-KRR?

“Kalau sarana media belum ada dikarenakan program ini belum


terlalu aktif” (IF 5)

“Sarana media yang bagaimana buk? Kalau media seperti leaflet,


poster itu sudah ada tapi memang masih kurang menurut saya. Kalau
sarana media pembelajaran memang program PIK-KRR tidak punya,
jika ada penyuluhan media pembelajaran seperti LCD dan laptop itu
meminjam punya sekolah” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwameskipun program PIK-KRR sudah lama tetapi sarana media

belum ada dikarenakan program ini tidak terlalu aktif.

Tabel 5.13
Matriks di Triangulasi Sarana dan Prasarana dalam pelaksanaan
program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci

Aspek Indept Telaah Observasi Kesimpulan


yang Interview Dokumen
Diperiksa
Sarana Seluruh Sarana dan Menurut hasil Sumber Daya
dan informan prasarana observasi di Manusia
Prasarana mengatakan dalam SMA Negeri dalam
bahwa sarana pelaksanaan 12 Kerinci pelaksanaan
dan prasarana program sudah ada program PIK-
seperti media PIK-KRR media KRR di SMA
promosi seperti media promosi Negeri 12
seperti promosi seperti Kerinci sudah
spanduk, seperti spanduk, ada tapi ada
leaflet, poster spanduk, leaflet, dan yang sudah
dan brosur leaflet, poster tentang rusak
dalam poster dan pelaksana sehingga
pelaksanaan brosur semua kegiatan PIK- harus diganti
program PIK- sudah ada di KRR kembali
KRR di SMA SMA Negeri
Negeri 12 12 Kerinci
Keinci sudah
ada namun
untuk
spanduk
karna sudah
pudar maka
97

tidak
dipasang lagi
Semua Pelaksanaan Menurut hasil Sarana dan
informan program observasi prasarana
mengatakan PIK-KRR sudah ruang
untuk berupa terdapat konseling
ruangan konseling ruang sudah ada
konseling sudah konseling namun belum
sudah ada dilakukan di khusus memadai dan
namun ruang khusus namun harus lebih
fasilitasnya untuk memang diperhatikan
kurang konseling untuk lagi demi
memadai siswa-siswi fasilitasnya kenyamanan
SMA Negeri kurang siswa-siswi
12 Kerinci memadai, SMA Negeri
seperti kursi 12 Kerinci
dan meja
memakai
kursi dan
meja kelas

d. Dana

1) Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program PIK-KRR?

“Kalau untuk pelaksanaan penyuluhan biasanya dikeluarkan dari


sekolah sendiri” (IF 5)

“Ya seikhlasnya dari sekolah saja kalo untuk biaya penyuluhan” (IF
6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa dana untuk pelaksanaan program PIK-KRR khususnya untuk

penyuluhan itu dikeluarkan oleh sekolah sendiri.

2) Apakah ada dana untuk setiap kegiatan yang dilakukan dalam

program PIK-KRR

“Untuk dana ada, tapi ya tidak terlalu banyak karna diberikan oleh
sekolah, dan dana itu biasanya untuk penyuluhan saja” (IF 5)

“Kalau untuk kegiatan seperti penyuluhan dananya diberikan oleh


sekolah namun tidak terlalu banyak” (IF 6)
98

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa dana untuk kegiatan dalam program PIK-KRR khusunya untuk

penyuluhan ada diberikan oleh sekolah namun tidak terlalu banyak,

hanya untuk keperluan yang penting-penting saja.

3) Apakah ada anggaran untuk pelatihan bagi tenaga pendidik dan

konselor sebaya?

“Kalau dari sekolah sih tidak ada anggaran pastinya, tapi jika ada
yang ikut pelatihan bagi tenaga pendidikan dan konselor sebaya itu
inisiatif kepala sekolah saja untuk memberikan uang jalan lah
istilahnya” (IF 5)

“Untuk kegiatan program PIK-KRR di sekolah seperti penyuluhan itu


biasanya diberikan oleh kepala sekolah tidak ada anggaran khusus,
dan untuk pelatihan petugas PIK-KRR juga diberikan uang jalan dan
makan dari kepala sekolah” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa anggaran untukpelatihan bagi tenaga pendidik dan konselor

sebaya sebenarnya tidak ada anggaran pastinya tapi jika ada pelatihan

bagi tenaga pendidikan dan konselor sebaya itu inisiatif kepala sekolah

saja untuk memberikan uang jalan.

Tabel 5.14
Matriks di Triangulasi Dana dalam pelaksanaan program PIK-KRR
di SMA Negeri 12 Kerinci

Aspek Indept Telaah Observasi Kesimpulan


yang Interview Dokumen
Diperiksa
Dana Seluruh Terdapat Menurut hasil Dana dalam
informan dokumen observasi di pelaksanaan
mengatakan rincian SMA Negeri program PIK-
bahwa semua 12 Kerinci KRR di SMA
anggaran anggaran dan tidak ada Negeri 12
dana untuk dana yang anggaran atau Kerincitidak
kegiatan diperlukan dana khusus ada anggaran
program PIK- dalam untuk atau dana
KRR tidak pelaksanaan program PIK- khusus tapi
99

ada anggaran program KRR namun dananya


khusus PIK-KRR dikeluarkan dikeluarkan
namun yang oleh sekolah oleh kepala
diberikan diberikan sendiri SMA Negeri
oleh kepala oleh kepala 12 Kerinci
SMA Negeri SMA Negeri
12 Kerinci 12 Kerinci

e. Metode

1) Apakah sekolah mendapatkan pedoman maupun peraturan

terkait mengenai prosedur pelaksanaan konseling PIK-KRR?

“Iya ada. Kami punya pedoman khusus mengenai pengelolaan pusat


informasi dan konseling remaja yang diberikan dari BKKBN Kerinci.
Jadi berdasarkan buku pedoman itulah kami menjalankan program
PIK-KRR di sekolah ini. Ya memang tidak seluruhnya sesuia, kami
menyesuikan juga pedoman ideal dengan keadaan yang ada”(IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa SMA Negeri 12 Kerinci memiliki pedoman mengenai syarat-

syarat membentuk program, cara mengelola program dan syarat

menjadi konselor program PIK-KRR yang diberikan oleh BKKBN

Kerinci. Jadi pihak sekolah menjalankan program PIK-KRR

berdasarkan pedoman tersebut, meskipun seluruhnya tidak sesuai

dengan pedoman tetap pihak sekolah menyesuaikan dengan keadaan

yang ada.

2) Apakah program PIK–KRR memiliki kebijakan?

“Kebijakan dari pusat itu, ada peraturan resmi dari kepala BKKBN.
Tapi untuk nomrnya sedikit lupa ya. Kalau tidak salah nomor 88 tahun
2012. Di peraturan itu dibahas lengkap keputusan terkait mengenai
PIK-KRR dan peraturan itu juga sepaket dengan buku pedoman yang
saya sebutkan tadi ya. Tidak seluruh kebijakan bisa diterapkan secara
maksimal, tapi kami berusaha optimal untuk bisa menerapkan sesuai
pedoman”(IF 5)
100

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa program ini memiliki kebijakan Peraturan Kepala Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor:

88/PER/F2/2012. Diperaturan tersebut membahas tentang pedoman

pengelolaan pusat informasi dan konseling remaja/mahasiswa. Tidak

seluruh kebijakan bisa diterapkan secara baik, tetapi pihak program

berusaha mengoptimalkan untuk bisa menerapkan sesuai dengan

pedoman.

3) Bagaimana pemantauan dari BKKBN terkait pelaksanaan

program PIK-KRR?

“BKKBN jarang mengadakan kunjungan bulanan untuk memantau


program PIK-KRR ini” (IF 5)

“Setau saya dari BKKBN jarang melakukan pemantauan tetapi jika


ada kegiatan PIK-KRR yang memerlukan kerja sama mereka maka
pihak BKKBN akan mengirim utusannya untuk membantu kegiatan
PIK-KRR disini” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa pihak dari BKKBN jarang mengadakan kunjungan rutin untuk

memantau pelaksanaan program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci.

4) Apa saja upaya pihak sekolah untuk mengajak siswa terlibat

secara aktif dalam program PIK-KRR?

“Upaya dari pihak sekolah sebenarnya relatif. Kami terus berusaha


menciptakan inovasi-inovasi dan pengimplementasian program yang
kreatif agar siswa-siswi tertarik untuk bergabung dan tidak merasa
bahwa program ini hanya formalitas atau sebuah program yang
membosankan. Biasanya, kami ajak untuk belajar outdoor juga,
supaya lebih fresh belajarnya. Atau kami buat metode belajar sambil
dimodifikasi dengan permainan sederhana” (IF 5)

“Upaya yang kami lakukan untuk meningkatkan minat siswa-siswi


mengikuti program PIK-KRR seperti membuat kegiatan PIK-KRR
101

menjadi menarik misalnya dengan belajar diluar kelas, belajar sambil


memain game dan menonton konten-konten yang berguna dalam
meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa dari pihak sekolah sudah banyak upaya untuk menciptakan

inovasi-inovasi dan pengimplementasian program yang kreatif agar

siswa-siswi tertarik untuk bergabung dan tidak merasa program ini

hanya formalitas atau sebuah program yang membosankan. Biasanya

pihak sekolah mengajak belajar outdoor supaya lebih menyenangkan,

sehingga siswa betah untuk belajar dan terhindar dari kejenuhan. Dan

pihak sekolah membuat metode balajar sambil bermain.

5) Bagaimana bentuk upaya konseling kepada siswa/siswi?

“Tergantung kebutuhan. Biasanya ada beberapa siswa yang memang


memiliki masalah khusus terkait reproduksi, mereka datang konsultasi
langsung ke petugas kesehatan yang bertugas di ruang PIK-KRR” (IF
6)

“Dari konselor sebaya juga bisa melakukan konseling, karena


biasanya siswa-siswi lebih nyaman bercerita masalah kesehatan
reproduksi dengan teman sebaya” (IF 7)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa bentuk upaya konseling tergantung dari siswa-siswi, apa

masalah yang mereka alami saat ini mereka bisa langsung datang ke

ruang PIK-KRR untuk berkonsultasi dengn konselor sebaya atau

petugas kesehatan lainnya untuk menyampaikan apa permasalahan

yang dihadapi di ryang konseling.


102

6) Bagaimana frekuensi konseling sebelum dan sesudah

dilaksanakannya sosialisasi PIK-KRR?

“Frekuensi konseling alhamdulillah ada peningkatana setelah


dilaksanakan sosialisasi PIK-KRR. Biasanya petugas penyuluh
mengadakan pendekatan komunikasi persuasif ke siswa-siswi saat
sosialisasi itu, jadi siswa-siswi bisa lebih berani dan mau terbuka
untuk mengungkapkan masalah-masalah apa saja yang meraka alami.
Belum semua siswa sih bisa terbuka” (IF 5)

“Meningkat sih. Meskipun tidak terlalu banyak juga. Tapi dari yang
terlihat ada peningkatan” (IF 6)

“Frekuensi konseling meningkat, tapi tidak terlalu banyak” (IF 10)

“Kalau dikatakan ramai tidak juga kak. Tapi ada juga teman yang
ngobrol sama petugas penyuluh di luar maupun dalam ruangan PIK-
KRR. Tapi tidak apa-apa, ini adalah langkah awal dari sebuah proses
panjang. Yang penting adalah bagaimana agar program ini bisa
diterima sama teman-teman” IF (11)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa frekuensi konseling ada peningkatan tetapi tidak signifikan.

Petugas biasanya melakukan pendekatan persuasif ke siswa-siswi saat

sosialisasi, sehingga mereka mau terbuka atau mengungkapkan

masalah apa saja yang mereka hadapi meskipun belum semua siswa-

siswi yang terbuka.

7) Bagaimana sosialisasi dan edukasi terkait program PIK-KRR?

“Akan dilakukan penyuluhan, seperti yang saya katakan tadi,


sosialisasi dan edukasi ini dilaksanakan oleh petugas penyuluh dan
konselor sebaya. Selain petugas penyuluh dan konselor sebaya ada
juga dari Dinas Kesehatan, BKKBN, dan BNN” (IF 4)

“Ya itu tadi. Ada sosialisasi sama penyuluhan untuk siswa. Belajarnya
pas penyuluhan itu. Kalo kayak konsultasi, itu bisa kapan saja. Ruang
PIK-KRR selalu terbuka dan melayani siswa-siswi” (IF 5)

“Memberikan penyuluhan kepasa siswa-siswi tentang PIK-KRR” (IF


6)
103

“Ya sosialisasi. Tapi teman-teman, suka malu kalau bertanya saat


berlangsungnya sosialisasi, jadi biasanya pada saat sosialisasi
mereka diam, setelah sosialisasi baru mereka bertanya ke petugas saat
di ruang konseling” (IF 7)

“Biasanya dilakukan penyuluhan” (IF 8)

“Di Kelas-kelas atau di ruang pelaksanaan sosialisasinya. Belajarnya


bersama kayak seminar” (IF 9)

“Sosialisasi dan edukasinya dengan cara penyuluhan” (IF 10)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa pihak sekolah melakukan penyuluhan, yang memberikan materi

adalah petugas penyuluh atau konselor sebaya. Selain itu, ada juga dari

Dinas Keseahatan, BKKBN, dan BNN dan lain sebagainya.

Penyuluhan dilakukan di kelas-kelas seperti seminar. Biasanya pada

saatsosialisasi mereka malu atau takut mereka hanya diam, setelah

sosialisasi baru mereka bertanya ke petugas konselor atau konselor

sebaya diluar maupun di ruang PIK-KRR.

8) Apa metode yang diterapkan sekolah atau pembina program PIK-

KRR dalam melakukan promosi agar siswa/siswi tertarik?

“Kami mengajak belajar atau sosialisasi di luar, atau sesekali


diadakan lomba-lomba juga untuk meningkatkan kekompakan antar
mereka, atau pernah juga dilaksanakan metode belajar dengan kartu
tebakan, atau ada juga sharing session bersama siswa-siswi agar
mereka merasa nyaman dengan program ini”(IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa pihak program mensosialisasikan di luar ruangan, sesekali juga

diadakan lomba untuk meningkatkan kekompakan antar mereka,

pernah juga dilaksanakan dengan kartu tebakan, dan ada juga sharing
104

session bersama siswa-siswi agar mereka lebih mengenal dan merasa

nyaman dengan program ini.

9) Bagaimana system monitoring dan evaluasi yang bapak/ibu

lakukan dalam program PIK-KRR?

“Untuk monitoring dan evaluasi jarang dilakukan kerena program ini


belum berjalan dengan maksimal” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa program ini jarang dilakukan monitoring dan evaluasi karena

program ini belum berjalan dengan maksimal.

10) Apa saja kendala atau hambatan yang lainnya dalam

menjalankan program PIK-KRR?

“Hambatannya yaitu kurangnya minat siswa-siswi untuk mengikuti


program PIK-KRR dan kurangnya dukungan dan pemantauan dari
pihak BKKBN” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa hambatannya yaitu kurangnya minat siswa-siswi untuk

mengikuti program PIK-KRR dan kurangnya dukungan dan

pemantauan dari pihak BKKBN.

11) Menurut Bapak/Ibu apakah pelaksanaan program PIK-KRR

sudah maksimal dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan?

“Belum maksimal, karena program ini masih terhalang kendala atau


hambatan yang terjadi saat ini seperti yang telah disebutkan tadi” (IF
6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa pelaksanaan program PIK-KRR belum maksimal karena masih

terhalang oleh kendala atau hambatan yang terjadi saat ini.


105

Tabel 5.15
Matriks di Triangulasi Metode dalam pelaksanaan program PIK-
KRR di SMA Negeri 12 Kerinci

Aspek Indept Telaah Observasi Kesimpulan


yang Interview Dokumen
Diperiks
a
Metode Seluruh Terdapan Menurut hasil Pedoman
informan dokumen observasi di SMA maupun
mengatakan berupa Negeri 12 Kerinci peraturan
SMA Negeri 12 pedoman sudah ada pedoman terkait
Kerinci sudah pengelolaan dalam pengelolaan mengenai
memiliki dalam PIK-KRR di SMA prosedur
pedoman pelaksanaan Negeri 12 Kerinci pelaksanaan
mengenai program PIK- konseling PIK-
syarat-syarat KRR KRR sudah
membentuk ada di SMA
program, cara Negeri 12
mengelola Kerinci
program dan
syarat menjadi
konselor dalam
program PIK-
KRR

Seluruh Terdapan Menurut hasil Kebijakan


informan dokumen observasi di SMA Peraturan
mengatakan berupa Negeri 12 Kerinci Kepala Badan
SMA Negeri 12 kebijakan sudah ada kebijakan Kependudukan
Kerinci Peraturan Peraturan Kepala dan Keluarga
memiliki Kepala Badan Badan Berencana
kebijakan Kependudukan Kependudukan dan Nasional
Peraturan dan Keluarga Keluarga Berencana Nomor:
Kepala Badan Berencana Nasional Nomor: 88/PER/F2/201
Kependudukan Nasional 88/PER/F2/2012dala 2 yang dipakai
dan Keluarga Nomor: m pengelolaan PIK- sebagai
Berencana 88/PER/F2/201 KRR di SMA Negeri pedoman
Nasional 2 tentang 12 Kerinci dalam
Nomor: pelaksanaan menjalankan
88/PER/F2/201 program PIK- program PIK-
2. KRR KRR

Seluruh Terdapat Menurut hasil Kesimpulan


informan dokumen observasi di SMA pelaksanaan
mengatakan pelaksanaan Negeri 12 Kerinci program PIK-
pelaksanaan penyuluhan pelaksanaan program KRR seperti
program PIK- dan konseling PIK-KRR seperti penyuluhan
106

KRR sudah program PIK- penyuluhan dan dan konseling


maksimal dan KRR di SMA konseling sudah sudah
sesuai dengan Negeri 12 maksimal namun maksimal
tujuan yang Kerinci kendalanya adalah dilaksanakan
diinginkan,
minat dan partisipasi oleh SMA
metode yang
dilaksanakan
siswa dalam Negeri 12
adalah dengan mengikuti kegiatan Kerinci namun
penyuluhan dan PIK-KRR yang masih terdapat
konseling, masih kurang hambatan dan
terdapat kendala kendala seperti
atau hambatan kurangnya
dalam minat dan
menjalankan partisipasi
program PIK- siswa siswi
KRR yaitu dalam
kurangnya minat
mengikuti
siswa-siswi
untuk mengikuti
kegiatan PIK-
program PIK- KRR
KRR dan
kurangnya
dukungan dan
pemantauan dari
pihak BKKBN

2. Proses

Pengumpulan informasi yang bertujuan untuk memperoleh infromasi

mendalam mengenai semua hal yang dilakukan remaja yang berkiatan dengan

seks bebas dan Napza. Proses implementasi program kesehatan reproduksi

remaja seperti PIK-KRR dan Posyandu remaja. di SMA Negeri 12 Kerinci.

Pengumpulan infromasi dalam penelitian dengan melakukan wanwancara

mendalam.

a. Perencanaan

1) Apakah ada SOP dalam pelaksanaan PIK-KRR?

“Untuk SOP juga sudah pernah diberikan ke sekolah beserta tata-cara


pelaksanaan PIK-KRR di sekolah” (IF 1)

“Dalam pelaksanaan program PIK-KRR sebenarnya sudah ada SOP


yang kita berikan ke Sekolah, baik itu SOP penyelenggaraan
107

penyuluhan, kegiatan pendidikan kesehatan maupun pelaksanaan


konseling” (IF 2)

“Ada dulu diberikan SOP dan pedoman penyelenggaraan PIK-KRR di


sekolah kita” (IF 5)

“Sebenarnya untuk setiap kegiatan yang akan dilaksanakan melalui


program PIK-KRR sudah ada SOP nya, namun kadang kami
melaksanakan sedikit berbeda dari SOP karna menyesuaikan dengan
kondisi di sekolah saat itu” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa untuk proses perencanaan program PIK-KRR yang akan

dilaksanakan di sekolah sudah memiliki SOP yang jelas sesuai dengan

peraturan dari pemerintah namun untuk jalannya biasanya

menyesuaikan dengan kondisi sekolah.

b. Pengorganisasian

1) Bagaimana dengan pengorganisasian yang melaksanakan kegiatan

PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci?

“Untuk pengorganisasian anggota-anggota yang melaksanakan


kegiatan program PIK-KRR itu sudah ditentukan siapa saja orang
nya, untuk penanggung jawab sudah diserahkan pada Bapak A, dan
nanti bapak A lah yang memilih siapa saja yang akan menjadi enggota
pelaksana kegiatan, dan juga untuk narasumber penyuluhan itu sudah
diatus oleh penanggung jawab kegiatan” (IF 5)

“Untuk organisasi pengurus sudah dipilih dan ditentukan oleh


sekolah, dan untuk konselor sebaya tentunya ada kriteria atau syarat
ayng harus dipenuhi” (IF 6)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa untuk proses implementasi program PIK-KRR yang telah

dilaksanakan di sekolah adalah penyuluhan dan konseling, untuk

posyandu remaja dilaksanakan di desa.


108

c. Pelaksanaan

1) Bagaimana proses implementasi program kesehatan reproduksi

remaja seperti PIK-KRR dan Posyandu remaja?

“Untuk pelaksanaan program PIK-KRR yang sudah pernah


dilaksanakan di sekolah adalah penyuluhan dan konseling, untuk
posyandu remaja itu dilaksanakan di desa” (IF 5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa untuk proses implementasi program PIK-KRR yang telah

dilaksanakan di sekolah adalah penyuluhan dan konseling, untuk

posyandu remaja dilaksanakan di desa.

d. Pencatatan dan pelaporan

1) Apakah ada laporan-laporan kegiatan pelaksanaan PIK-KRR?

“Nah…mungkin untuk pelaporan ini yang belum maksimal, belum ada


laporan kegiatan rutin di sekolah dalam penyelenggaraan PIK-KRR
ini, mungkin ada kendala di pengelolanya” (IF 2)

“Untuk laporan ini kami belum ada laporan rutin untuk kegiatan rutin
PIK-KRR, kami juga belum begitu paham bagaimana bentuk laporan
yang dimaksud” (IF 5)

“Laporan kegiatan ada beberapa kegiatan yang sudah kami buatkan


laporannya, namun mungkin belum sesuai keinginan dari dinas, dan
kami menyadari untuk pembuatan laporan ada kendala” (IF 6)

2) Bagaimana dengan kasus seks bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci dalam beberapa tahun terakhir?

“Untuk kasus seks bebas, kalau di lingkungan sekolah belum ada yang
kedapatan melakukan seks bebas di sekolah, kalau hanya sekedar
duduk berdua-duaan sering kita lihat dan tegur. Kalau untuk kasus
Napza terjadi peningkatan jumlah siswa yang kedapatan merokok
dijam sekolah dan di belakang sekolah, kalau konsumsi narkoba
seperti jenis ganja dan sabu-sabu belum ada yang kedapatan di
109

sekolah tapi menurut laporan masyarakat sekitar ada salah satu siswa
yang mengkonsumsi narkoba sejenis Lem” (IF 5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan

bahwa untuk kasus seks bebas hanya sekedar duduk berdua-duaan

sering kita lihat dan tegur. Kalau untuk kasus Napza terjadi

peningkatan jumlah siswa yang kedapatan merokok dijam sekolah dan

di belakang sekolah, kalau konsumsi narkoba seperti jenis ganja dan

sabu-sabu belum ada yang kedapatan di sekolah tapi menurut laporan

masyarakat sekitar ada salah satu siswa yang mengkonsumsi narkoba

sejenis Lem.

Tabel 5.16
Matriks di Triangulasi Proses dalam pelaksanaan program PIK-KRR di
SMA Negeri 12 Kerinci

Aspek yang Indept Telaah Observasi Kesimpulan


Diperiksa Interview Dokumen
Perencanaan Seluruh Terdapat Menurut Perencanaan
informan dokumen hasil dalam
mengatakan berupa observasi di pelaksanaan
bahwa SOP SMA program PIK-
perencanaan dalam Negeri 12 KRR di SMA
dalam pelaksana Kerinci Negeri 12
pelaksanaan an sudah ada Kerinci sudah
program PIK- program SOP dalam sesuai
KRR di SMA PIK-KRR setiap SOPnamun
Negeri 12 dan sudah pelaksanaan terkadang
Keinci sudah berjalan kegiatan menyesuikan
sesuai dengan sesuai namun dengan kondisi
peraturan dan dengan terkadang sekolah
SOP yang ada aturan menyesuika
n dengan
kondisi
sekolah
Pengorganisasi Seluruh Sudah ada Menurut Pengorganisasi
an informan struktur hasil an dalam
mengatakan organisasi observasi di pelaksanaan
bahwa yang jelas SMA program PIK-
pengorganisasi dengan Negeri 12 KRR di SMA
an dalam tugas- Kerinci Negeri 12
110

pelaksanaan tugas sudah ada Kerinci sudah


program PIK- sesuai struktur terbentuk dan
KRR di SMA jabatannya organisasi sudah
Negeri 12 dalam kepengurus ditunjukkan
Keinci sudah pelaksana an program siapa saja
terbentuk dan an PIK-KRR penanggung
sudah ditunjuk program jawab kegiatan
siapa PIK-KRR dan
penanggung pelaksananya
jawab
kegiatannya
Pelaksanaan / Seluruh Terdapat Menurut Pelaksanaan
Implementasi informan dokumen hasil atau
mengatakan berupa observasi di implementasi
bahwa SOP SMA program PIK-
pelaksanaan dalam Negeri 12 KRR di SMA
atau pelaksana Kerinci Negeri 12
implementasi an sudah Kerinci sudah
dalam program menjalanka berjalan seperti
pelaksanaan PIK-KRR n kegiatan adanya
program PIK- dan sudah seperti penyuluhan
KRR di SMA berjalan penyuluhan dan konseling
Negeri 12 sesuai dan
Keinci yang dengan konseling
sudah pernah aturan
dilakukan
adalah
penyuluhan
dan konseling
Pencatatan / Seluruh Pencatana Menurut Pencatanan dan
Pelaporan informan n dan hasil pelaporan
mengatakan pelaporan observasi di program PIK-
bahwa kegiatan SMA KRR di SMA
pencatanan dan program Negeri 12 Negeri 12
pelaporan PIK-KRR Kerinci Kerinci sudah
dalam sudah ada sudah ada ada namun
pelaksanaan tapi tidak laporan belum optimal
program PIK- semua kegiatan
KRR di SMA kegiatan namun
Negeri 12 punya tidak semua
Keinci yang laporan kegiatan
sudah ada tapi dibuatkan
belum laporannya
maksimal

3. Output
111

a. Bagaimana hasil dari proses pelayanan yang dapat dilihat dari

peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja?

“Untuk pengetahuan kesehatan reproduksi sudah banyak meningkat dari


sebelum dilaksanakan program PIK-KRR, sudah banyak siswa-siswi yang
tahu tentang kesehatan reproduksi seperti organ reproduksi dan masalah-
masalah pada sistem reproduksi”(IF5)

“Meningkat kak, dulu sebelum ada penyuluhan PIK-KRR kami kurang


pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, setelah adanya penyuluhan
PIK-KRR kami sudah banyak memiliki pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi” (IF 7)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan kesehatan reproduksi sudah banyak meningkat dari sebelum

dilaksanakan program PIK-KRR, sudah banyak siswa-siswi yang tahu

tentang kesehatan reproduksi seperti organ reproduksi dan masalah-

masalah pada sistem reproduksi.

b. Apakah ada penurunan angka kasus seks bebas dan napza setelah

adanya pelaksanaan PIK-KRR?

“Untuk penurunan kasus seks bebas tentunya ada terlihat dari tidak
adanya laporan kasus seks bebas di sekolah, dan untuk kasus Napza
belum ada terlihat ada peningkatan karna masih sering ada siswa yang
kedapatan merokok” (IF5)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

penururnan angka kasus seks bebas tentunya ada terlihat dari tidak adanya

laporan kasus seks bebas di sekolah, namun untuk kasus Napza belum

terlihat peningkatan karena masih sering ada siswa yang kedapatan

merokok.

Tabel 5.17
Matriks di Triangulasi Output dalam pelaksanaan program PIK-KRR di
SMA Negeri 12 Kerinci

Aspek Indept Telaah Observasi Kesimpulan


112

yang Interview Dokumen


Diperiksa
Output Seluruh Setelah Menurut Pengetahuan
informan pelaksanaan hasil kesehatan
mengatakan program observasi di reproduksi sudah
bahwa setelah PIK-KRR SMA Negeri banyak
pelaksanaan pengetahuan 12 Kerinci meningkat dari
program PIK- dan sikap siswa dan sebelum
KRR di SMA kesehatan siswi sudah dilaksanakan
Negeri 12 reproduksi banyak yang program PIK-
Kerinci, remaja paham KRR, sudah
pengetahuan dan mengalami tentang banyak siswa-
sikap kesehatan peningkatan kesehatan siswi yang tahu
reproduksi reproduksi tentang
remaja kesehatan
mengalami reproduksi
peningkatan seperti organ
reproduksi dan
masalah-masalah
pada sistem
reproduksi
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang pembahasan dari hasil penelitian,

keterbatasan penelitian baik dari aspek metodologis maupun proses pelaksanaan,

dan implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan kesehatan, keilmuan dan

penelitian berikutnya.

A. Karakteristik Responden

Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

usia dan jenis kelamin didapatkan bahwa dari 56 responden, rata-rata umur remaja

adalah 16,56 tahun atau dibulatkan menjadi 17 tahun, sebagian besar (55,4%)

responden berjenis kelamin perempuan di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian (Prabandari, 2018)

menyatakan bahwa sebagian besar repsonden berumur 15-16 tahun, dan sebagian

besar berjenis jelamin perempuan.

Responden yang berusia 15–18 tahun (remaja tengah) lebih memiliki sikap

positif tentang Triad KRR (Seksualitas, Napza, HIV/AIDS) dibandingkan remaja

awal yang berusia 12–15 tahun tetapi perbedaan tersebut tidak begitu signifikan.

seorang remaja yang telah menginjak usia pertengahan yaitu usia 15–18 tahun

sudah mulai mempunyai pemikiran yang matang sehingga mereka mulai bisa

melakukan penilaian tingkah laku hal tersebut juga dipengaruhi oleh

perkembangan emosi yang sudah mulai stabil sehingga jati diri remajapun juga

sudah mulai terbentuk (Sunarti, 2018).

113
114

Faktor lain yang berkontribusi pada resiko terjadinya perilaku seksual

adalah perkembangan kognitif, psikologis dan seksual dimana remaja laki-laki

mempunyai keberanian lebih tinggi dan lebih berani mengambil resiko terhadap

perbuatan yang dilakukannya. Fantasi seksual dan erotisme remaja laki-laki lebih

nyata ditunjukkan daripada remaja perempuan yang lebih mempertimbangkan

budaya malu. remaja laki-laki bernilai gender dominan yang aktif, inisiatif dan

berani sedangkan perempuan cenderungmenunggu dan pemalu (Dewi, 2012).

Faktor jenis kelamin mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA karena perempuan

memiliki agresifitas dan ambisi lebih rendah dibanding laki-laki (Indiani et al.,

2022).

Analisa peneliti, karakteristik responde yaitu usia dapat mempengaruhi

remaja dalam berperilakutentang seks bebas dan Napza. Usia 15-18 tahun

merupakan usia remaja tengah, dimana pada usia ini sudah mulai muncul unsur

kesadaran akan kepribadian dan kehidupan remaja. Pada usia ini remaja mulai

menetapkan nilai-nilai tertentu dan melakukan pemikiran yang etis terhadap

sesuatu. Remaja tengah sudah mulai ada kematangan pada dirinya sendiri. Rasa

percaya diri pada remaja menimbulkan kesangguoan pada dirinya untuk

melakukan peningkatan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

B. Analisa Univariat

1. Variabel Dependen (Seks Bebas dan Napza)

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 56 respondenterdapat 19

(33,9%) responden memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik dan 37

(66,1%) responden memiliki perilaku seks bebas yang baik di SMA Negeri 12
115

Kerinci Tahun 2023. Didapatkan bahwa dari 56 respondenterdapat 51 (91,1%)

responden memiliki perilaku Napza yang kurang baik dan 5 (8,9%) responden

memiliki perilaku Napza yang baik di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Fathona, 2021)

yang menyatakan sebagian besar (52,5%) responden memiliki perilaku

TRIAD KRR (Seksualitas, HIV/AIDS dan Napza) yang tidak baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Kosati, 2018) yang

menyatakan sebagian besar responden masuk ke dalam kategori perilaku

seksual tidak beresiko, 28,7% perilaku seksual beresiko rendah, 9,7% perilaku

seksual beresiko sedang dan 3,4 perilaku seksual beresiko tinggi.

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan

alat kelamin atau hal hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

antara laki laki dan perempuan (Kemenkes RI, 2019). Perilaku seksual

pranikah adalah tingkah laku yang berhubungan dengan dorongan seksual

bersama lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya

ikatan perkawinan yang sah baik secara agama maupun hukum. Bentuk dari

perilaku seksual tersebut dimulai dari berduaan dengan lawan jenis,

berpegangan tangan, berciuman, merangsang daerah sensitif lawan jenis serta

yang paling parah adalah melakukan hubungan seksual. Akibat dari perilaku

seksual remaja ini adalah terjadinya putus sekolah, kehamilan tidak diinginkan

yang mengakibatkan remaja hamil diusia muda serta IMS pada kalangan

remaja (Sintawati, 2021). Berbagai perilaku seksual remaja beresiko menurut

(Sarwono, 2019) adalah perilaku seperti berciuman bibir (kissing), bercumbu

(petting), berhubungan kelamin (coitus) yang dilakukan sebelum waktunya.


116

Menurut analisa peneliti, perilaku seks bebas sebagian besar responden

memiliki perilaku yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar

remaja pernah melakukan perilaku yang mengarah ke seks bebas dengan

pacarnya seperti berduaan, berpelukan bahkan ada yang mengatakan pernah

berciuman bibir, mencium kening dan pipi. Ada beberapa remaja yang

mengatakan bahwa berpegangan tangan dan berpelukan dengan pacar

merupakan hal yang wajar dan mereka mengatakan tidak merasa berdosa

melakukannya. Dari hasil analisis kuesioner didapatkan bahwa perilaku seks

bebas yang bermasalah adalah pertanyaan kuesioner nomor 4 yaitu sering

melihat tayangan yang dpat merespon seksualitas, pertanyaan nomor 9 yaitu

melakukan hubungan seksual dengan pacar, dan pertanyaan nomor 10 yaitu

pernah merangkul pacar.

Analisa peneliti, perilaku Napza yang kurang baik dalam hal ini

disebabkan karena sebagian besar responden apalagi yang laki-laki sudah

merokok, mereka mengatakan pernah mencoba menghisap lem, dan pernah

diajak coba-coba oleh teman untuk mengkonsumsi ganja atau sabu-sabu. Dari

hasil analisis kuesioner didapatkan bahwa perilaku Napza yang bermasalah

sesuai dengan jawaban responden pada kuesioner adalah pada pertanyaan

nomor 1 yaitu pernah mengkonsumsi Napza, pertanyaan nomor 2 yaitu pernah

merokok, dan pertanyaan nomor 5 yaitu pernah diajak coba-coba

mengkonsumsi Narkoba jenis lainnya.


117

2. Variabel Independen

a. Pengetahuan

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden 29

(51,8%) responden memiliki pengetahuan yang rendah dan 27 (48,2%)

responden memiliki pengetahuan yang tinggidi SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Fathona, 2021)

didapatkan bahwa hampir seluruh (87,5%) responden memiliki

pengetahuan yang cukup. Hasil penelitian (Farida, 2016) yang menyatakan

responden memiliki pengetahuan tinggi (61,3%), pengetahuan rendah

(38,7%).

Menurut Santrock menyatakan bahwa pengetahuan seksual

pranikah remaja penting diberikan kepada remaja, baik melalui pendidikan

formal maupun informal. Upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah hal-

hal yang tidak diinginkan. Mengingat selama ini banyak remaja yang

memperoleh pengetahuan seksnya dari temansebaya, membaca buku

porno, menonton film porno, dsb (Farida, 2016).

Menurut analisa peneliti, sebagian besar responden memiliki

pengetahuan yang rendah tentang perilaku seks bebas dan Napza. Hal ini

disebabkan karena responden tidak tahu bahwa perilaku seks yang

dilakukan itu akan menimbulkan hasrat ingin mencoba yang lebih jauh

lagi dan akan menjerumuskan ke dalam perilaku sekssual yang berisiko

buruk bagi kesehatan. Begitu pula perilaku Napza, responden tidak

mengetahui jika perilaku Napza akan berdampak buruk bagi remaja,


118

mereka menganggap hal yang dilakukan masih wajar dan biasa-biasa saja

sehingga mereka tetap melakukan hal tersebut.

Dari hasil analisa kuesioner yang dilakukan peneliti didapatkan

bahwa terhadap pengetahuan responden yang paling banyak bermasalah

sesuai dengan jawaban responden pada kuesioner pengetahuan pertanyaan

nomor 4 tentang organ reproduksi laki-laki yang membentuk hormon pria,

pertanyaan nomor 6 tentang fungsi epididimis pada organ laki-laki,

pertanyaan nomor 12 tentang perilaku seksual, dan pertanyaan nomor 13

tentang resiko fisik hubungan seksual diluar pernikahan.

b. Sikap

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden 24

(42,9%) responden memiliki sikap yang negatif dan 32 (57,1%) responden

memiliki sikap yang positifdi SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Fathona, 2021)

didapatkan bahwa hampir seluruh (63,8%) responden mempunyai sikap

yang negatif.

Hubungan antara pengetahuan dan sikap dapat bergantung pada

sejauh mana kemampuan seseorang untuk menentukan informasi yang

baik dan informasi yang kurang baik. Sikap seseorang dapat dipengaruhi

oleh orang lain yang dianggap penting. Apabila pengetahuan yang didapat

kurang maka pemahaman akan kurang sehingga akan berpengaruh

terhadap aplikasi (Notoatmodjo, 2018)

Menurut analisa peneliti, sebagian besar responden memiliki sikap

yang negatif dalam perilaku seks bebas dan Napza. Hal ini disebabkan
119

karena sikap remaja yang menganggap perilaku seks bebas seperti

berpegangan tangan, berpelukan, ciuman itu merupakan perilaku yang

wajar dan biasa-biasa saja, sikap tidak peduli dengan dosa dan dampak

buruk yang akan ditimbulkan dari perilaku tersebut. Begitupun dengan

perilaku Napza, dimana remaja menganggap mencoba sedikit rokok atau

Napza wajar karena rasa penasaran remaja akan sesuatu yang baru

sehingga membuat sikap remaja menjadi sikap yang negatif.

Dari hasil analisa kuesioner yang dilakukan peneliti didapatkan

bahwa sikap responden yang paling banyak bermasalah sesuai dengan

jawaban responden pada kuesioner sikap pertanyaan nomor 8 yaitu seks

boleh dilakukan remaja sebagai eskpresi cinta untuk lawan jenis (pacaran),

dan pertanyaan nomor 10 yaitu melakukan hubungan seksual adalah bukti

cinta seseorang kepada lawan jenis atau pacar.

c. Status Ekonomi

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden 35

(62,5%) responden memiliki status ekonomi yang rendah dan 21 (37,5%)

responden memiliki sikap yang positif di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Husna et al.,

2016) yang menyatakan responden yang mempunyai status ekonomi

rendah sebanyak 28 responden (57,1%).

Teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa sosial ekonomi

merupakan salah satu determinan atau faktor eksternal yang

mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Green, faktor pendukung


120

yang terwujud dalam lingkungan fisik yaitu faktor yang memungkinkan

seseorang untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2018).

Menurut analisa peneliti, sebagian besar responden memiliki status

ekonomi yang rendah. Hal ini ditentukan oleh penghasilan orang tua yang

kurang dari UMR (Upah Minimum Rata-Rata) sebesar Rp. 2.649.034.

Dimana status ekonomi ini nantinya akan berdampak secara tidak

langsung terhadap perilaku seksual dan Napza remaja, yang mana

jika kebutuhan remaja tidak terpenuhi akibat ekonomi yang sulit

maka remaja cenderung akan melakukan perilaku yang memaksa

remaja berperilaku seksual dan Napza yang menyimpang demi

memuaskan kebutuhannya.

d. Pola Asuh

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden 26

(62,5%) responden memiliki status ekonomi yang rendah dan 30 (37,5%)

responden memiliki sikap yang positifdi SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Kosati, 2018)

yang menyatakan bahwa sebanyak 69,6% remaja memiliki peran orang tua

yang tinggi.

Menurut (S. W. Sarwono, 2019)salah satu penyebab perilaku

seksual pada remaja dipengaruhi orang tua (pola asuh orang tua).

Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja

dalam masalah seputar seksual dapat mengakibatkan penyimpangan

perilaku seksual. Pendidikan seks pasif (tanpa komunikasi dua arah) bisa
121

mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang, karena dalam pendidikan

seks anak tidak cukup hanya melihat dan mendengar sekali atau dua kali,

tetapi harus dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Orang tua wajib

meluruskan informasi yang tidak benar disertai penjelasan risiko perilaku

seks yang salah.

Pada dasarnya orang tua menjadi bagian penting dalam masa

perkembangan remaja, karena orang tua menjadi bagian penting dalam

masa perkembangan remaja, karen aorang tua adalah sahabat terbaik da

dan orang yang seharusnya paling mengenal sosok anak remajanya.

Komunikasi orang tua dan anak remaja sangat penting dalam mengetahui

arah pergaulan anak remajanya. Komunikasi antara orang tua dengan

remaja dikatakan berkualitas apabila kedua belah pihak memiliki

hubungan yang baik, saling mamahami, saling mengerti, saling

mempercayai, saling menyayangi (Kosati, 2018).

Menurut peneliti, sebagian besar remaja dipengaruhi oleh pola

asuh orang tua. Pola asuh orang tua yang baik seperti memiliki komunikasi

yang terbuka dengan anak, mengontrol pergaulan anak, memiliki batasan

untuk perilaku anak baik. Komunikasi yang baik tentang perilaku seks

bebas, seperti memberikan informasi dan pengetahuan tentang seks bebas

dan bahaya perilaku seks bebas pada anak, begitupun dengan pengetahuan

tentang Napza dan bahaya Napza akan mempengaruhi perilaku anak

dalam seks bebas dan Napza.

Dari hasil analisa kuesioner yang dilakukan peneliti didapatkan

bahwa pola asuh responden yang paling banyak bermasalah sesuai dengan
122

jawaban responden pada kuesioner pola asuh pernyataan nomor 4 yaitu

orang tua anda tidak pernah mau mendengar masalah anda yang berkaitan

dengan masa depan anda misalnya (apakah harus melanjutkan sekolah ke

jenjang yang lebih tinggi, di usia berapa anda harus menikah), pernyataan

nomor 7 yaitu bapak ibu anda pernah/tidak pernah menyampaikan

informasi tentang pernikahan, dan pernyataan nomor 10 yaitu bapak Ibu

selalu/tidak pernah memberi tanggapan positif terhadap keputusan anda

yang berkaitan dengan masa depan anda.

e. Pengaruh Media

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden 27

(48,2%) responden tidak dipengaruhi oleh media dan 29 (51,8%)

responden dipengaruhi oleh media di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Prasasti, 2021)

yang menyatakan bahwa sebanyak 57 siswa-siswi (67,8) responden yang

menggunakan media sosial untuk mencari informasi tentang kesehatan

reproduksi dan sebanyak 31 siswa-siswi (35,2%) lainnya tidak

menggunakan media sosial untuk mencari informasi seputar dampak

kesehatan reproduksi karena perilaku seksual pranikah.

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang

meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi ia

mendapatkan informasi yang banyak dari berbagai media massa seperti

majalah, surat kabar, televisi, radio maupun lainnya, maka hal itu dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Peneliti berpendapat sikap berawal

dari seberapa besar pengetahuan yang dimiliki seseorang dan pengetahuan


123

tersebut diperoleh dari informasi. Semakin banyak informasi yang didapat

remaja tentang Triad KRR (Seksualitas, Napza, HIV/AIDS) semakin

positif pula sikap remaja tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit informasi

yang didapat remaja tentang Triad KRR (Seksualitas,Napza,HIV/AIDS)

maka semakin negatif pula sikapnya (Sunarti, 2018).

Menurut analisa peneliti, sebagian besar responden tidak

dipengaruhi media dan masih ada responden yang dipengaruhi oleh media.

Hal ini disebabkan karena remaja sekarang ini lebih dekan dengan media

melalui handphone remaja sudah bisa mengakses apa saja yang

diinginkannya termasuk dalam hal pornografi dan Napza. Sehingga jika

remaja tidak memiliki kontrol diri maka akan terjerumus dalam perilaku

seks bebas yang ditiru dari media yang dilihatnya begitupun dengan

perilaku Napza yang dilihat di media akan mempengaruhi remaja untuk

mencobanya.

Dari hasil analisa kuesioner yang dilakukan peneliti didapatkan

bahwa pengaruh media pada responden yang paling banyak bermasalah

sesuai dengan jawaban responden pada kuesioner pengaruh media

pernyataan nomor 4 yaitu Informasi dari media massa sangat berpengaruh

pada perilaku kesehatan reproduksi saya sehari-hari, pernyataan nomor 6

yaitu Saya memperoleh informasi tentang seksual dari media massa

elektronik, pernyataan nomor 7 yaitu Saya akan memanfaatkan sosial

media untuk memperoleh infromasi kesehatan.


124

f. Budaya

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden 33

(58,9%) responden tidak dipengaruhi budaya dan 23 (41,1%) responden

dipengaruhi budayadi SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia memiliki dampak

negatif bagi remaja. Dampak negatif tersebut adalah kebudayaan asing

atau barat terhadap kalangan remaja sudah sampai tahap memprihatinkan

karena ada kecenderungan para remaja sudah melupakan kebudayaan

bangsanya sendiri. Selain cara berpakaian dan mode, pergaulan bebas dan

cara berhura-hura di kalangan remaja yang di lihat sebagai perilaku yang

menyimpang baik secara agama maupun sosial juga menjadi masalah bagi

kebudayaan di Indonesia. Umumnya kalangan remaja Indonesia

berperilaku ikut-ikutan tanpa selektif sesuai dengan nilai-nilai agama yang

di anut dan adat kebiasaan yang mereka miliki. Para remaja juga merasa

bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh dari moderenisasi.

Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti perkembangan

zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama dan

budayanya. Sehingga pada akhirnya para remaja lebih menyukai

kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri (Sunarti,

2018).

Menurut analisa peneliti, sebagian remaja tidak dipengaruhi

budaya dan sebagian lagi ada yang dipengaruhi budaya. Hal ini dilihat dari

budaya atau adat istiadat setempat yang mengizinkan anak perempuan

menikah muda, atau kebiasaan adat setempat yang mengharuskan anak


125

perempuan menikah muda yang menyebabkan remaja perempuan

menganggap perilaku seks bebas yang akan berdampak pada kehamilan

dini tidak apa-apa toh nantinya akan dinikahkan juga sehingga perilaku

seks bebas remaja menjadi tidak baik. Begitu pula dengan budaya Napza,

jika remaja hidup dilingkungan yang memiliki pengaruh Narkotika tinggi

maka akan membuat remaja terpengaruh ingin mencoba Napza.

Dari hasil analisa kuesioner yang dilakukan peneliti didapatkan

bahwa pengaruh budaya pada responden yang paling banyak bermasalah

sesuai dengan jawaban responden pada kuesioner pengaruh budaya

pernyataan nomor 3 tentang menikahkan anak lebih cepat merupakan

salah satu cara orang tua untuk mencegah anak dari pergaulan bebas,

pernyataan nomor 5 tentang budaya anak perempuan tidak di perbolehkan

meneruskan pendidikan yang lebih tinggi karena bias mengakibatkan

perawan dan lain, pernyataan nomor 6 tentang jika anak perempuan sudah

mendapatkan menstruasi sebagai tanda kedewasaan, orang tua akan segera

menikahkan anaknya, dan pernyataan nomor 10 tentang rasa keinginan

untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap pernikahan usia dini.

g. Peran Teman Sebaya

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa dari 56 responden 30

(53,6%) responden tidak dipengaruhi oleh teman sebaya dan 26 (46,4%)

responden dipengaruhi oleh teman sebaya di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023.
126

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Kosati, 2018)

yang menyatakan bahwa sebanyak 73,0% remaja memiliki peran teman

sebaya yang rendah. Hasil penelitian (Husna et al., 2016) menunjukan

bahwa dari 49 responden yang terpengaruh oleh teman sebaya sebanyak

27 responden (55,1) dan tidak terpengaruh teman sebayak 22 responden

(44,9%).

Menurut peneliti, sebagian besar remaja tidak dipengaruhi teman

sebaya. Perilaku teman sebaya yang mengajak remaja melakukan perilaku

seks bebas maupun napza membuat remaja melakukan perilaku yang

kurang baik. Namun ada juga yang tidak dipengaruhi oleh teman sebaya,

remaja sudah tahu apa bagaimana perilaku seks bebas dan Napza tidak

baik bagi mereka maka mereka tidak melakukannya meskipun dipengaruhi

oleh teman sebayanya.

Dari hasil analisa kuesioner yang dilakukan peneliti didapatkan

bahwa peran teman sebaya pada responden yang paling banyak

bermasalah sesuai dengan jawaban responden pada kuesioner peran teman

sebaya pernyataan nomor 4 yaitu sahabat mengejek, apabila di usia lebih

dari 20 tahun belum menikah dianggap tidak laku, dan pernyataan nomor 9

yaitu kata teman saya berhubungan seksual sebelum menikah baik untuk

kesehatan.
127

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan dengan Seks Bebas dan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden

dengan pengetahuan yang rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-

value = 0,348 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 2,017 yang artinya responden dengan

pengetahuan rendah mempunyai peluang 2,017 kali untuk berperilaku seks

kurang baik. Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang

kurang baik terdapat pada responden dengan pengetahuan yang rendah,

dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,021 maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR =

1,227 yang artinya responden yang memiliki pengetahuan rendah mempunyai

peluang 1,227 kali untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Husna et al., 2016)

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan

perilaku Napza (ngelem) pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016.

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan tersebut terjadi

melalui pengindraan manusia yaitu indra pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melui


128

pengelihatan dan pendengaran (Madani, 2003). Pengetahuan adalah hasil tahu

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018).

Menurut analisa peneliti, tidak adanya hubungan pengetahuan dengan

seks bebas. Hal ini disebabkan karena remaja yang memiliki pengetahuan

yang baik tentang apa itu seks bebas, namun memiliki sikap yang tidak acuh

dengan bahaya seks bebas, sering menganggap seks bebas merupahan hal

yang wajar, terpengaruh oleh medai seperti tontonan pornografi dan pengaruh

teman sebaya maka meskipun pengetahuannya baik tengtang perilaku seks

maka remaja akan tetap melakukan hubungan seks bebas yang diinginkannya

seperti hubungan seks dengan pacar.

Menurut analisa peneliti, adanya hubungan pengetahuan dengan

perilaku Napza. Hal ini disebabkan karena remaja sudah memiliki

pengetahuan apa itu Napza, apa saja kerugian yang akan dialami remaja jika

perilaku Napza yang kurang baik maka remaja akan terhindar dari perilaku

Napza yang tidak baik. Remaja sadar akan bahaya yang terjadi pada dirinya

jika berperilaku tidak baik sehingga remaja yang memiliki pengetahuan baik

tidak akan berperilaku Napza yang tidak baik.

2. Hubungan Sikap dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden

dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,179

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan


129

antara sikap dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Didapatkan nilai OR = 2,538 yang artinya responden dengan sikap negatif

mempunyai peluang 2,538 kali untuk berperilaku seks kurang baik. Sebagian

besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat

pada responden dengan sikap negatif, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai

p-value = 0,064 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Didapatkan nilai OR = 1,185 yang artinya responden yang memiliki sikap

negatif mempunyai peluang 1,185 kali untuk memiliki perilaku Napza yang

kurang baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Maitimo &

Katiandagho, 2018) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan sikap remaja

dengan perilaku seksual pada siswa di SMA N. 1 Gemeh, yang memperoleh

nilai (p-value = 0,653)

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Sahala et al., 2021)

yang menyatakan tidak adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan

tindakan pencegahan penyalahgunaan narkoba ( p-value = 0,063).

Hubungan antara pengetahuan dan sikap dapat bergantung pada sejauh

mana kemampuan seseorang untuk menentukan informasi yang baik dan

informasi yang kurang baik. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh orang

lain yang dianggap penting. Apabila pengetahuan yang didapat kurang maka

pemahaman akan kurang sehingga akan berpengaruh terhadap aplikasi

(Notoatmodjo, 2018).
130

Menurut analisa peneliti, tidak terdapat hubungan antara sikap dengan

perilaku seks bebas dan Napza. Hal ini disebabkan karena sikap yang

menganggap perilaku seks bebas seperti berpegangan tangan, berpelukan,

ciuman itu merupakan perilaku yang wajar dan biasa-biasa saja, sikap tidak

peduli dengan dosa dan dampak buruk yang akan ditimbulkan dari perilaku

tersebut. Begitupun dengan perilaku Napza, dimana remaja menganggap

mencoba sedikit rokok atau Napza wajar karena rasa penasaran remaja akan

sesuatu yang baru sehingga membuat sikap remaja menjadi sikap yang

negatif. Maka remaja akan tetap melakukan perilaku seks bebas dan Napza

yang kurang baik.

3. Hubungan Status Ekonomi dengan Seks Bebas dan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden

dengan status ekonomi rendah, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-

value = 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara status ekonomi dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 9,244 yang artinya responden dengan

status ekonomi rendah mempunyai peluang 9,244 kali untuk berperilaku seks

kurang baik. Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang

kurang baik terdapat pada responden dengan status ekonomi rendah, dengan

hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan

Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 17,333


131

yang artinya responden yang memiliki status ekonomi rendah mempunyai

peluang 17,333 kali untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Maimunah, 2015)

yang menyatakan status sosial ekonomi berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku seksual remaja.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Husna et al., 2016)

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan perilaku

Napza (Ngelem).

Status ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan

kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan

mencapai kesehatan yang maksimal. Pendapatan akan mempengaruhi status

sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan

tradisional yang menghargai status ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.

Problema status ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan dan

kebodohan, sehingga banyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu

menyediakan kebutuhan dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapatkan

pendidikan secara layak (Husna et al., 2016)

Menurut Steinberg juga menyatakan bahwa remaja yang tumbuh dan

hidup dalam lingkungan miskin memiliki kecenderungan untuk melakukan

aktivitas seksual lebih awal. Soetjiningsih menyatakan bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi hubungan seksual pertama remaja adalah status sosial

ekonomi. Remaja yang berasal dari status sosial ekonomi rendah tetapi

memiliki banyak kebutuhan dan tuntutan, cenderung untuk mencari


132

kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan

sesuatu (Farida, 2016).

Analisa peneliti, adanya hubungan status ekonomi dengan seks bebas

dan Napza. Hal ini disebabkan karena status ekonomi yang rendah tidak

mempu memenuhi kebutuhan seorang remaja dalam kesehariannya, yang

secara tidak langsung dapat membuat remaja stress dan mengalami masalah

psikologis sehingga akhirnya mudah terjerumus dalam Narkoba sebagai dalih

menenangkan dirinya. Remaja yang memiliki status ekonomi yang rendah

tidak mampu memenuhi kebutuhan seoreng remaja sehingga remaja akan

melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya termasuk melakukan

perilaku seksual yang kurang baik dengan pacarnya yang memaksa melakukan

hubungan seksual karena pacarnya memberikan uang dan memenuhi

kebutuhannya.

4. Hubungan Pola Asuh dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri

12 Kerinci Tahun 2023

Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang

dipengaruhi oleh pola asuh, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =

0,008 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara pola asuh dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Didapatkan nilai OR = 5,833 yang artinya responden yang dipengaruhi oleh

pola asuh mempunyai peluang 5,833 kali untuk berperilaku seks kurang baik.

Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik

terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh pola asuh, dengan hasil uji
133

statistik diperoleh nilai p-value = 0,431 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 0,548 yang artinya

responden yang dipengaruhi oleh pola asuh mempunyai peluang 0,548 kali

untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik

Orang tua sebagai sumber utama, sumber informasi mengetani

pengetahuan tentang pubertas pada remaja secara benar dan terpercaya. Juga

dalam memberikan dasar pendidikan agama, menciptakan suasa rumah yang

hangat dan menyenangkan, serta memberikan pemahaman akan normal baik

dan buruk dalam masyarakat. Pada dasarnya orang tua menjadi bagian penting

dalam masa perkembangan remaja, karena orang tua menjadi bagian penting

dalam masa perkembangan remaja, karen aorang tua adalah sahabat terbaik da

dan orang yang seharusnya paling mengenal sosok anak remajanya.

Komunikasi orang tua dan anak remaja sangat penting dalam mengetahui arah

pergaulan anak remajanya (Kosati, 2018).

Menurut analisa peneliti, adanya hubungan pola asuh dan perilaku seks

bebas pada remaja hal ini disebabkan karena cara pengasuhan yang dilakukan

oleh orang tua akan berdampak pada perilaku anaknya. Orang tua yang

memiliki pola asuh demokratis yang mau mendengarkan keluh kesah anaknya,

mau berdiskusi dengan anak tentang masalah yang dihadapi maka pola asuh

orang tua yang baik seperti itu akan berdampak pada perilaku anak dalam hal

seks beba dan Napza. Anak akan terhindar dari permasalah seks bebas dan

Napza karena memiliki orang tua yang mengarahkan anaknya ke perilaku

yang baik.
134

Menurut peneliti, tidak ada hubungan antara pola asuh dengan perilaku

Napza. Hal ini disebabkan karena sikap pemberontak remaja yang bergejolak

diusianya membuat remaja menjadi pembangkang, remaja lebih mengikuti

keinginan dan ajakan teman sebayanya sehingga meskipun pola asuh orang

tua sudah baik namun perilaku Napza tetap kurang baik karena remaja lebih

terpengaruh oleh egonya dan pengaruh media serta teman sebayanya.

5. Hubungan Pengaruh Media dengan Seks Bebas dan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden yang memiliki

perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang

dipengaruhi oleh media, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =

0,059 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara media dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Didapatkan nilai OR = 3,560 yang artinya responden yang dipengaruhi oleh

media mempunyai peluang 3,560 kali untuk berperilaku seks kurang baik.

Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik

terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh media, dengan hasil uji

statistik diperoleh nilai p-value = 0,353 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara media dengan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.Didapatkan nilai OR = 4,160 yang artinya

responden yang dipengaruhi oleh media mempunyai peluang 4,160 kali untuk

memiliki perilaku Napza yang kurang baik.


135

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Oktavia, 2017)

yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara penggunaan media

sosial dengan perilaku seksual remaja dengan nilai p-value = 0,078.

Hasil penelitian ini dudukung juga oleh hasil penelitian (Vikiat, 2015)

yang menyatakan bahwa tidah ada hubungan sikap responden dengan

penyalahgunaan narkoba dengan nilai p-value = 0,311.

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang

meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi ia

mendapatkan informasi yang banyak dari berbagai media massa seperti

majalah, surat kabar, televisi, radio maupun lainnya, maka hal itu dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Semakin banyak informasi yang

didapat remaja tentang Triad KRR (Seksualitas, Napza, HIV/AIDS) semakin

positif pula sikap remaja tersebut. Sebaliknya, semakin sedikit informasi yang

didapat remaja tentang Triad KRR (Seksualitas, Napza, HIV/AIDS) maka

semakin negatif pula sikapnya (Sunarti, 2018).

Menurut analisa peneliti, responden yang memiliki perilaku seks bebas

dan Napza yang kurang baik terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh

media. Hal ini disebabkan karena remaja dipengaruhi oleh media seperti

televisi, media sosial, dan handphone yang dapat dengan mudah mengakses

konten-konten yang berbau pornografi, sehingga membuat remaja menjadi

penasaran ingin mencoba melakukan hal pornografi yang dilihatnya, adegan-

adegan pacaran seperti berpelukan dan berciuman yang dilihat ditelevisi

membuat remaja ingin mempraktekkannya. Begitupun dengan Napza, remaja


136

memperoleh pengetahuan tentang narkoba dari media masa sehingga remaja

ingin mencoba mengkonsumsi narkoba.

6. Hubungan Budaya dengan Seks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023

Hasil penelitian didapatkan bahwasebagian besar responden yang

memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang

dipengaruhi oleh budaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =

0,058 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara budaya dengan seks bebas di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

Didapatkan nilai OR = 3,958 yang artinya responden yang dipengaruhi oleh

budaya mempunyai peluang 3,958 kali untuk berperilaku seks kurang baik.

Sebagian besar responden yang memiliki perilaku Napza yang kurang baik

terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh budaya, dengan hasil uji

statistik diperoleh nilai p-value = 0,009 maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara budaya dengan Napza di SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 1,278 yang artinya

responden yang dipengaruhi oleh budaya mempunyai peluang 1,278 kali

untuk memiliki perilaku Napza yang kurang baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Wulandari et al.,

2023) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nilai budaya dengan

perilaku seks pranikah pada remaja dengan nilai p-value = 0,528.

Kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia memiliki dampak negatif

bagi remaja. Dampak negatif tersebut adalah kebudayaan asing atau barat

terhadap kalangan remaja sudah sampai tahap memprihatinkan karena ada


137

kecenderungan para remaja sudah melupakan kebudayaan bangsanya sendiri.

Para remaja juga merasa bahwa kebudayaan di negerinya sendiri terkesan jauh

dari moderenisasi. Sehingga para remaja merasa gengsi kalau tidak mengikuti

perkembangan zaman meskipun bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama

dan budayanya. Sehingga pada akhirnya para remaja lebih menyukai

kebudayaan barat, dibandingkan dengan kebudayaan kita sendiri (Sunarti,

2018).

Menurut analisa peneliti, responden yang memiliki perilaku seks bebas

yang kurang baik terdapat pada responden yang dipengaruhi oleh budaya. Hal

ini disebabkan karena adanya kebudayaan setempat yang memperbolehkan

remaja perempuan menikah muda, ditambah pengaruh budaya asing yang

memperbolehkan seks sebelum menikah sehingga dapat mempengaruhi

perilaku remaja menjadi perilaku seks bebas yang kurang baik.

7. Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Seks Bebas dan Napza di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023

Hasil penelitian didapatkan bahwasebagian besar responden yang

memiliki perilaku seks bebas yang kurang baik terdapat pada responden yang

dipengaruhi oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai

p-value = 0,455 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara peran teman sebaya dengan seks bebas di SMA Negeri 12

Kerinci Tahun 2023. Didapatkan nilai OR = 1,810 yang artinya responden

yang dipengaruhi oleh teman sebaya mempunyai peluang 5,194 kali untuk

berperilaku seks kurang baik. Ssebagian besar responden yang memiliki

perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden yang dipengaruhi
138

oleh peran teman sebaya, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value =

0,017 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara peran teman sebaya dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023. Didapatkan nilai OR = 1,238 yang artinya responden yang dipengaruhi

oleh teman sebaya mempunyai peluang 1,238 kali untuk memiliki perilaku

Napza yang kurang baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Husna et al., 2016)

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku

Napza (ngelem) pada anak jalanan di Kota Kendari tahun 2016. Didukung

juga oleh hasil penelitian (Vikiat, 2015) yang menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara sikap dan paktik teman sebaya dengan

perilaku penyalahgunaan narkoba dengan nilai p-value = 0,011 dan 0,000.

Teman/teman sebaya merupakan agen sosialisasi utama karena

seorang anak belajar berinteraksi dengan orang-orang yang sebaya dengan

dirinya. Lingkungan sekitar tidak selalu berpengaruh baik bagi perkembangan

anak. Lingkungan juga dihuni oleh orang-orang yang memiliki perilaku

negatif dan anti-sosial yang bersifat menyimpang. Hal tersebut dapat

menimbulkan reaksi emosional buruk bagi anak-anak yang labil jiwanya

sehingga anak menjadi mudah terpengaruh oleh pola tindakan menyimpang

(Husna et al., 2016).

Analisa peneliti, tidak adanya hubungan antara teman sebaya dengan

perilaku seks bebas. Hal ini disebabkan karena meskipun remaja dalam

kesehariannya lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya,

untuk hal perilaku seksual apalagi menyangkut hubungan seksual dengan


139

pacarnya, remaja tidak dipengaruhi oleh teman sebayanya karena menganggap

hubungan seksual dengan pacar merupakan hal yang bersifat pribadi dan

remaja lebih dipengaruhi oleh keinginan pacarnya.

Analisa peneliti, adanya hubungan antara teman sebaya dengan

perilaku Napza. Hal ini disebabkan karena remaja dalam kesehariannya lebih

banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya, sehingga perilaku

teman sebaya yang bergaul dengan remaja sehari-hari akan mempengaruhi

remaja tersebut. Teman sebaya memiliki peran yang penting dalam perilaku

Napza seorang remaja, karena perilaku teman sebaya yang mempengaruhi

remaja untuk melakukan penyalahgunaan Napza akan membuat remaja

terpengaruh dan mencoba melakukan yang dikatakan oleh teman sebaya.

8. Hubungan Seks bebas dengan Napza

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

memiliki perilaku Napza yang kurang baik terdapat pada responden dengan

perilaku seks bebas yang kurang baik, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai

p-value = 0,652 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara seks bebas dengan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun

2023. Didapatkan nilai OR = 1,227 yang artinya responden yang memiliki

perilaku seks bebas yang kurang baik mempunyai peluang 1,227 kali untuk

memiliki perilaku Napza yang kurang.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian (Asyiah

et al., 2021) yang menujukkan hubungan yang kuat di antara keduanya,

mengkonsumsi narkoba berhubungan erat dengan perilaku seks bebas. Orang

yang mengkonsumsi narkoba memiliki kecenderungan perilaku seks bebas


140

dan orang yang melakukan seks bebas memiliki hubungan erat pula dengan

penyalahgunaan narkoba.

Perilaku seks bebas dapat berdampak pada penyalahgunaan narkoba

atau mengkonsumsi narkoba. Banyak yang menyebabkannya, diantaranya

seseorang melakukan seks bebas karena menginginkan narkoba. Jadi untuk

bisa mengkonsumsi narkoba seseorang bisa melakukan seks bebas komersial,

karena pecandu narkoba kadang rela menjual dirinya sendiri demi untuk

mendapatkan barang haram tersebut, dalam arti seseorang awalnya coba-coba

meningkat menjadi ketagihan. Pengguna dapat nekad melakukan segala cara

untuk memenuhi sakau atau ketagihannya (Purnomowardani & Koentjoro,

2000 dalam (Asyiah et al., 2021).

Menurut analisa peneliti, tidak adanya hubungan antara seks bebas

dengan Napza, hal ini disebabkan responden ditempat penelitian yang

memiliki perilaku seks kurang baik tidak selalu memiliki perilaku Napza yang

kurang baik pula tapi dalam penelitian ini lebih banyak responden yang

memiliki perilaku Seks bebas yang baik namun memiliki perilaku Napza yang

kurang baik. Perilaku Napza yang kurang baik disini lebih mengarah ke

perilaku merokok dan coba-coba konsumsi narkoba yang belum berpengaruh

terhadap perilaku seks bebas remaja. Hasil penelitian ini tidak sama dengan

hasil penelitian sebelumnya, disebabkan karena penelitian sebelumnya lebih

menekankan pada hubungan penyalahgunaan narkoba dengan napza,

penelitian sebelumnya menganggap responden yang memiliki perilaku

mengkonsumsi narkoba memiliki kecenderungan perilaku seks bebas.


141

D. Pembahasan Hasil Penelitian Kualitatif

1. Input

a. Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan wawancara

mendalam dapat disimpulkan bahwa untuk kebijakan dalam pelaksanaan

PIK-KRR sudah ada sejak lama, infroman mengatakan sudah memberikan

SOP, pedoman, instruksi pelaksanaan PIK-KRR namun untuk pelaporan

kegiatan PIK-KRR belum optimal.

b. Sumber daya manusia

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan wawancara

mendalam dapat disimpulkan bahwa petugas program PIK-KRR memiliki

satu orang penanggung jawab sebagai pemegang program PIK-KRR, dan

ada empat orang lainnya merupakan petugas pelaksana. Dalam

pelaksanaan ada empat penyuluh dan dua konselor sebaya. Program ini

memiliki tim penyuluhan. Dalam tim tidak dipilih secara khusus siapa saja

yang akan ikut dalam pelaksanaan, atas kemauan mereka sendiri akan ikut

atau tidak dalam memberikan materi. Di SMA Negeri 12 Kerinci memiliki

konselor sebaya, yang pengetahuannya mengenai kesehatan remaja lebih

banyak, sehingga dapat mempermudah untuk memberikan informasi atau

ilmu kepada teman siswa dan siswi yang lain. Biasanta remaja lebih

terbuka dengan teman sebayanya.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

tidak terlalu sering mengikuti pelatihan. Biasanya dua bulan sekali ada

pelatihan dan kadang pernah tidak ada pelatihan sama sekali. Jadi para
142

petugas mencari infromasi sendiri tentang materi yang akan diberikan atau

dari buku panduan DPPKBPP & PA (Dinas Pengendalian Penduduk,

Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).

Hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa menurut informan

kunci penerapan ke siswa-siswi sudah baik namun kurang optimal.

Dikarenakan usia siswa-siswi saat ini usia rentan, anak-anak yang

melewati masa transisi dari remaja awal ke remaja akhir menuju dewasa,

sehingga sulitnya penerapan ilmu kesehatan reproduksi yang bisa diserap

oleh siswa-siswi. Dari segi penyuluhan sudah cukup baik dan materi yang

diberikan sesuai porsi, namun dalam mengikuti penyuluhan masih banyak

siswa-siswi yang enggan untuk berpartisipasi ikut penyuluhan.

Syarat untuk menjadi konselor sebaya, siswa-siswi yang

menyanggupi komitmen menjadi seorang konselor, sebelum dipilih ada

proses tes lisan antara siswa tersebut dengan petugas penyuluh mengenai

kesehatan reproduksi remaja, saling menghargai dan memiliki komunikasi

yang baik sehingga bisa menciptakan suasana yang nyaman pada saat

konseling, jiak sudah melewati tahap-tahap tersebut maka seorang siswa

dikatakan resmi menjadi konselor sebaya.

Sumber daya manusia merupakan aset yang paling penting dalam

suatu organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun kecil, karena

merupakan sumber yang menggerakkan dan mengarahkan organisasi serta

mempertahankan dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan

masyarakat dan zaman (Susiawan, 2015).


143

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Triana, 2019)

yang menyatakan kecukupan sumber daya manusia yang terlibat dalam

program PIK-KRR sangat berperan penting untuk terlaksananya program

secara baik, yakni terdiri dari pembina, ketua, sekretaris, bendahara,

anggota, 4 petugas penyuluh dan 2 konselor sebaya. Petugas yang terlibat

program PIK-KRR telah memenuhi syarat untuk mengelola PIK-KRR

yakni berkualitas dan telah mendapat pelatihan, namun bagi konselor

sebaya maupun petugas penyuluh sebaiknya diberikan pelatihan secara

berkala.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait maka

peneliti berpendapat bahwa sumber daya manusia merupakan elemen

penting yang harus dimiliki oleh sebuah organisasi. Organisasi dapat

berjalan dengan baik apabila memiliki sumber daya manusia yang

berkualitas, yang mampu mengelola dan menjalankan sebuah program

dengan baik. Peneliti menemukan bahwa sumber daya manusia yang ada

dalam program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci terdiri dari pembina,

ketua, sekretaris, bendahara, anggota, 4 petugas penyuluh dan 2 konselor

sebaya. Sumber daya manusia yang mengelola PIK-KRR di SMA Negeri

12 Kerinci sudah mendapatkan pelatihan.

c. Sarana dan prasarana

Berdasarkan hasil hasil penelitian kualitatif dengan wawancara

mendalam dapat disimpulkan bahwa media sarana prasarana sudah ada

seperti majalah dinding, spanduk, leaflet, poster yang dipasangkan di

lingkungan sekolah. Leaflet kawasan tanpa rokok, poster dampak


144

penggunaan narkoba ditempel di dinding sekolah namun ada yang dilepas

karna sudah pudar. Hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

ruang konseling di SMA Negeri 12 Kerinci cuma ada satu yang letaknya

digedung depan disamping ruang kepala sekolah dan ruangannya memiliki

fasilitas yang kurang memadai. Kondisi sarana dan prasana kurang

memadai, seperti tidak ada ruangan khusus aula penyuluhan, fasilitas

ruang konseling seadanya, seperti meja dan kursi memakai meja dan kursi

kelas. Informan menyebutkan jika ada sarana prasarana yang kurang bisa

mengajukan proposal ke pihak sekolah.

Berdasarkan hasil hasil penelitian kualitatif dengan wawancara

mendalam dapat disimpulkan bahwa ketersediaan reperensi buku seperti

buku tentang Narkoba, HIV/AIDS, Kesehatan reproduksi sudah lengkap

dan juga ada tentang kesehatan yang lainnya. Buku yang tersedia biasanya

dari sekolah sendiri. Dari DPPKBPP & PA memberikan buku edukasi

maupun pedoman untuk program tersebut. Namun kebanyak siswa-siswi

malan membaca jadi para konselor sebaya yang memberikan ilmu atau

menjelaskan tentang kesehatan remaja dengan cara mengobrol santai.

Hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa salah satu

hambatan yang terbesar adalah kurangnya minat siswa-siswi untuk

mengikuti program PIK-KRR, jadi program ini sulit berkembang atau

aktif. Meskipun program PIK-KRR sudah lama tetapi sarana media belum

ada dikarenakan program ini tidak terlalu aktif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Triana, 2019)

menyatakan bahwa sarana dan prasarana sudah memadai seperti adanya


145

ruangan dan fasilitas konseling yang mendukung, ketersediaan referensi

buku yang lengkap, media promosi yang sudah tersedia.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait maka

peneliti berpendapat bahwa sarana dan prasarana PIK-KRR di SMA

Negeri 12 Kerinci sudah tersedia seperi ruangan konseling namun

fasilitasnya masih belum memadai seperti kursi dan meja ruang konseling

yang masih memakai kursi dan meja kelas, tersedianya referensi buku

kesehatan reproduksi, media promosi sudah ada seperti majalah dinding,

spandung, leaflet dan poster namun sudah dilepas karena pudar, sebaiknya

dipasangkan kembali.

d. Dana

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

dana untuk pelaksanaan program PIK-KRR khususnya untuk penyuluhan

itu dikeluarkan oleh sekolah sendiri. Dana untuk kegiatan dalam program

PIK-KRR khusunya untuk penyuluhan ada diberikan oleh sekolah namun

tidak terlalu banyak, hanya untuk keperluan yang penting-penting saja.

Anggaran untukpelatihan bagi tenaga pendidik dan konselor sebaya

sebenarnya tidak ada anggaran pastinya tapi jika ada pelatihan bagi tenaga

pendidikan dan konselor sebaya itu inisiatif kepala sekolah saja untuk

memberikan uang jalan.

Menurut analisa peneliti, anggaran dana dalam pelaksanaan

program PIK-KRR merupakan sumber daya yang mendukung kelancaran

program PIK-KRR karena untuk menjalankan sebuah kegiatan

membutuhkan dana sebagai penunjuang kelancaran kegiatan. Program


146

PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci didukung oleh dana yang diberikan

oleh kepala sekolah sehingga kegiatan-kegiatan program PIK-KRR dapat

berjalan dengan baik.

e. Metode

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif di SMA Negeri 12 Kerinci

memiliki pedoman mengenai syarat-syarat membentuk program, cara

mengelola program dan syarat menjadi konselor program PIK-KRR yang

diberikan oleh DPPKBPP & PA Kerinci. Jadi pihak sekolah menjalankan

program PIK-KRR berdasarkan pedoman tersebut, meskipun seluruhnya

tidak sesuai dengan pedoman tetap pihak sekolah menyesuaikan dengan

keadaan yang ada. Program ini memiliki kebijakan Peraturan Kepala

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor:

88/PER/F2/2012. Diperaturan tersebut membahas tentang pedoman

pengelolaan pusat informasi dan konseling remaja/mahasiswa. Tidak

seluruh kebijakan bisa diterapkan secara baik, tetapi pihak program

berusaha mengoptimalkan untuk bisa menerapkan sesuai dengan pedoman.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

pihak dari DPPKBPP & PA jarang mengadakan kunjungan rutin untuk

memantau pelaksanaan program PIK-KRR di SMA Negeri 12 Kerinci.

Pihak sekolah sudah banyak upaya untuk menciptakan inovasi-inovasi dan

pengimplementasian program yang kreatif agar siswa-siswi tertarik untuk

bergabung dan tidak merasa program ini hanya formalitas atau sebuah

program yang membosankan. Biasanya pihak sekolah mengajak belajar

outdoor supaya lebih menyenangkan, sehingga siswa betah untuk belajar


147

dan terhindar dari kejenuhan. Dan pihak sekolah membuat metode balajar

sambil bermain.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

bentuk upaya konseling tergantung dari siswa-siswi, apa masalah yang

mereka alami saat ini mereka bisa langsung datang ke ruang PIK-KRR

untuk berkonsultasi dengn konselor sebaya atau petugas kesehatan lainnya

untuk menyampaikan apa permasalahan yang dihadapi di ruang konseling.

Frekuensi konseling ada peningkatan tetapi tidak signifikan. Petugas

biasanya melakukan pendekatan persuasif ke siswa-siswi saat sosialisasi,

sehingga mereka mau terbuka atau mengungkapkan masalah apa saja yang

mereka hadapi meskipun belum semua siswa-siswi yang terbuka.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

pihak sekolah melakukan penyuluhan, yang memberikan materi adalah

petugas penyuluh atau konselor sebaya. Selain itu, ada juga dari Dinas

Keseahatan, DPPKBPP & PA, dan BNN dan lain sebagainya. Penyuluhan

dilakukan di kelas-kelas seperti seminar. Biasanya pada saatsosialisasi

mereka malu atau takut mereka hanya diam, setelah sosialisasi baru

mereka bertanya ke petugas konselor atau konselor sebaya diluar maupun

di ruang PIK-KRR. Pihak program mensosialisasikan di luar ruangan,

sesekali juga diadakan lomba untuk meningkatkan kekompakan antar

mereka, pernah juga dilaksanakan dengan kartu tebakan, dan ada juga

sharing session bersama siswa-siswi agar mereka lebih mengenal dan

merasa nyaman dengan program ini.


148

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

program ini jarang dilakukan monitoring dan evaluasi karena program ini

belum berjalan dengan maksimal. Hambatannya yaitu kurangnya minat

siswa-siswi untuk mengikuti program PIK-KRR dan kurangnya dukungan

dan pemantauan dari pihak DPPKBPP & PA. Pelaksanaan program PIK-

KRR belum maksimal karena masih terhalang oleh kendala atau hambatan

yang terjadi saat ini.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Triana, 2019)

yang menyatakan metode yang digunakan dalam pelaksanaan program

PIK-KRR yaitu dengan cara penyuluhan dan konsultasi. Pembuatan

program dan pengelolaan yang digunakan sudah sesuai dengan pendoman.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa program PIK-KRR di SMA Negeri

12 Kerinci sudah dilaksanakan dengan adanya kegiatan penyuluhan-

penyuluhan, kegiatan konsultasi di ruang konseling, serta program

pengelolaan yang sudah dilaksanakan sesuai dengan pedoman. Hambatan

yang ada dalam pelaksanaan program PIK-KRR terkait dengan kurangnya

minat siswa-siswi untuk mengikuti program, pihak sekolah sudah berusaha

membuat kegiatan yang bervariasi agar tidak membosankan sehingga

diharapkan dapat menambah minat siswa untuk mengikuti program ini.

2. Proses

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

untuk proses perencanaan program PIK-KRR yang akan dilaksanakan di

sekolah sudah memiliki SOP yang jelas sesuai dengan peraturan dari
149

pemerintah namun untuk jalannya biasanya menyesuaikan dengan kondisi

sekolah. Proses implementasi program PIK-KRR yang telah dilaksanakan di

sekolah adalah penyuluhan dan konseling, untuk posyandu remaja

dilaksanakan di desa, proses implementasi program PIK-KRR yang telah

dilaksanakan di sekolah adalah penyuluhan dan konseling, untuk posyandu

remaja dilaksanakan di desa. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat

disimpulkan bahwa untuk kasus seks bebas hanya sekedar duduk berdua-

duaan sering kita lihat dan tegur. Kalau untuk kasus Napza terjadi peningkatan

jumlah siswa yang kedapatan merokok dijam sekolah dan di belakang sekolah,

kalau konsumsi narkoba seperti jenis ganja dan sabu-sabu belum ada yang

kedapatan di sekolah tapi menurut laporan masyarakat sekitar ada salah satu

siswa yang mengkonsumsi narkoba sejenis Lem.

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian (Wijayati, 2016a) bahwa

pelaksanaan program PIK-KRR yaitu dengan kegiatan pertemuan rutin yang

dilaksanakan sepulang sekolah, kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan

rutin adalah penyampaian materi, sharring pengalaman dan ada game-game

yang menarik.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian terkait maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa tahapan proses seperti perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan/implementasi dalam program PIK-KRR yang

telah dilaksanakan oleh SMA Negeri 12 Kerinci. Untuk

pelaksanaan/implementasi adalah dengan adanya penyuluhan dan konseling,

kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan cara yang menarik minat siswa-

siswi sehingga hasil akhir diharapkan akan menurunkan kasus seks bebas dan
150

Napza.Tahapan yang terakhir adalah pencatatan/pelaporan juga sudah

dilaksanakan oleh SMA Negeri 12 Kerinci, namun ada beberapa kegiatan

yang tidak ada laporannya dikarenakan penanggung jawab program belum

paham bagaimana bentuk laporannya.

3. Output

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan kesehatan reproduksi sudah banyak meningkat dari sebelum

dilaksanakan program PIK-KRR, sudah banyak siswa-siswi yang tahu tentang

kesehatan reproduksi seperti organ reproduksi dan masalah-masalah pada

sistem reproduksi. Terdapat penurunan angka kasus seks bebas tentunya ada

terlihat dari tidak adanya laporan kasus seks bebas di sekolah, namun untuk

kasus Napza belum terlihat peningkatan karena masih sering ada siswa yang

kedapatan merokok.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Restiwi, 2018)

yang menyatakan ada perbedaan perilaku kesehatan reproduksi remaja yang

mengikuti dan tidak mengikuti pusat informasi dan Konseling Kesehatan

Reproduksi Remaja (PIK-KRR) dimana perilaku kesehatan reproduksi remaja

setelah mengikuti PIK-KRR lebih banyak yang memiliki perilaku yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitin pendukung maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya program PIK-KRR

dengan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan adanya konseling

kesehatan reproduksi dapat menambah pengetahuan dan sikap remaja

mengenai kesehatan reproduksi menjadi lebih baik sehingga akhirnya dapat

menurunkan angka kasus seks bebas dan Napza.


151

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian terdapat pada peneliti sendiri, karena keterbatasan

kemampuan peneliti dalam menghandle jumlah remaja yang dijadikan sampel dan

sekaligus peneliti juga melakukan wawancara dengan sepuluh informan sehingga

dalam proses penelitian ini peneliti dibantu enumerator dari pihak puskesmas dan

pihak sekolah sehingga peneliti tidak mengalami kesulitan dalam penelitian.

F. Model

Model penelitian yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu untuk pencegahan

dan pengendalian seks bebas dan napza. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan

meningkatkan pola asuh orang tua, langkah-langkah yang dapat dilakukan seperti

menjalin kepercayaan dan keterbukaan antara anak dengan orang tua, membangun

komunikasi yang baik dengan anak dan menerapkan pola asuh yang demokratis.

Dalam pencegahan dan pengendalian NAPZA hal-hal yang harus

diperhatikan sebagai berikut:

1. Pengetahuan remaja

Meningkatkan pengetahuan remaja dengan Mengenai perilaku seks bebas

dan Napza yang kurang baik, Dampak perilaku seks bebas dan Napza yang

kurang baik, Cara mencegah perilaku seks bebas dan Napza

2. Budaya

Memutuskan rantai kebiasaan meniru dan mencontoh orang terdekat dalam

mengkonsumsi zat-zat adiktif (rokok, ganja, narkotika, dll). Mengubah

persepsi dan pandangan masyarakat dalam hal mewajarkan mengkonsumsi

zat-zat adiktif
152

3. Peran teman sebaya

Menjauhkan diri dari pengaruh negatif teman sebaya dan selektif dalam

memilih teman

Upaya-upaya pencegahan dan pengendalian seks bebas dan NAPZA

dibutuhkan kontribusi beberapa pihak seperti DPPKBPP & PA dan Kepala dinas

terkait lainnya.

1. DPPKBPP & PA (Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan kasus seks

bebas dan Napza yaitu dengan melaksanakan pelatihan PIK-KRR bagi Guru

BK dan Konselor Sebaya.

2. Dinas Pendidikan

Upaya dan dukungan yang dapat dilakukan oleh dinas pendidikan seperti

memberikan fasilitas untuk sekolah dalam pengadaan sarana dan prasarana

menjalankan kegiatan PIK-KRR.

3. Dinas Kesehatan

Upaya yang dapat dilakukan oleh dinas kesehatan adalah dengan

memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah tentang reproduksi remaja serta

pengaruh buruk Napza bagi remaja.

4. Kementerian Agama

Upaya dan dukungan yang dapat diberikan oleh Kementerian Agama adalah

dengan melakukan kolaborasi dengan pihak sekolah untuk memberikan

siraman rohani dan penguatan keagamaan kepada siswa-siswa di sekolah.


BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin didapatkan

rata-rata umur remaja adalah 16,56 tahun atau dibulatkan menjadi 17

tahun, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan.

2. Sebagian besar responden memiliki perilaku seks bebas yang baik dan

sebagian besar responden memiliki perilaku Napza yang kurang baik di

SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

3. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang rendah, sebagian

besar responden memiliki sikap yang positif, sebagian besar responden

memiliki status ekonomi yang rendah, sebagian besar responden

dipengaruhi oleh pola asuh, sebagian besar responden dipengaruhi oleh

media, sebagian besar responden tidak dipengaruhi budaya, sebagian besar

responden tidak dipengaruhi oleh teman sebaya di SMA Negeri 12 Kerinci

Tahun 2023

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi, pola asuh

dengan seks bebas. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan, sikap, pengaruh media, budaya dan peran teman sebaya

dengan seks bebasdi SMA Negeri 12 Kerinci Tahun 2023. Terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan, status ekonomi, budaya dan

153
154

peran teman sebayadengan Napza. Tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara sikap, pola asuh, pengaruh media dengan Napzadi SMA

Negeri 12 Kerinci Tahun 2023.

5. Faktor yang paling dominan berhubungan terhadap seks bebas adalah pola

asuh dan faktor yang paling dominan berhubungan terhadap Napza adalah

budaya.

6. Hasil penelitian kualitatif didapatkan bahwa program pelaksanaan PIK-

KRR dilihat dari input berupa kebijakan sudah ada, dari sumber daya

manusia sudah tersedia, sarana dan prasarana sudah ada namun belum

optimal, dari anggaran atau dana sudah ada meski hanya diberikan oleh

kepala sekolah, dari metode yang dilakukan adalah dengan penyuluhan

dan konseling. Dari segi proses sudah dilaksanakan implementasi program

PIK-KRR dengan penyuluhan kesehatan reproduksi dan konseling. Dari

segi output sudah menghasilkan peningkatan pengetahuan siswa-siswi

dalam kesehatan reproduksi dan adanya penurunan kasus seks bebas dan

Napza, meskipun masih ada kendalah yang dihadapi yakni kurangnya

minat siswa dalam mengikuti program PIK-KRR.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat peneliti

sampaikan yaitu sebagai berikut:

1. Pihak sekolah

a. Pihak sekolah melalui kepala sekolah, guru BK dan penanggungjawab

program PIK-KRR lebih giat lagi menyelenggarakan kegiatan


155

ekstrakulikuler yang beragam guna untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap dan perilaku seks bebas dan Napza yang dimiliki oleh siswa.

b. Bekerja sama dengan dinas kesehatan dalam upaya peningkatan

pengetahuan, sikap dan perilaku seks bebas dan Napza pada remaja

dengan salah satunya pelaksanaan penyuluhan dan pendidikan

kesehatan dan bekerja sama dengan Kementerian Agama dalam

meningkatkan keimanan siswa melalui siraman rohani dan kegiatan

keagamaan yang lain.

c. Pihak sekolah dapat memberikan penghargaan bagi siswa yang

berhasil sebagai konselor sebaya dan bagi siswa yang rajin mengikuti

program PIK-KRR sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan

minat siswa dalam memanfaatkan program PIK-KRR.

2. Remaja

a. Remaja hendaknya lebih sering lagi mengikuti kegiatan-kegiatan yang

dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku seks bebas dan

Napza.

b. Remaja hendaknya dapat berdiskusi dengan keluarga, teman maupun

guru tentang pengetahuan, sikap dan perilaku seks bebas dan Napza

agar remaja mendapat dukungan yang positif dari keluarga, teman dan

lingkungan sekolah.

3. Instansi Pemerintah (Dinas Kesehatan dan DPPKBPP & PA)

a. Dinas Kesehatan dan DPPKBPP & PA Kabupaten Kerinci hendaknya

lebih mengembangkan dan memperhatikan promosi kesehatan

khusunya kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu program


156

pokok puskesmas. Program kesehatan reproduksi remaja dengan

melibatkan peran serta keluarga, masyarakat, sekolah dengan dibantu

oleh tenaga kesehatan yang berkopeten dan terlatih dalam melakukan

program kesehatan reproduksi.

b. Petugas Kesehatan hendaknya memberikan pendidikan kesehatan

tentang kesehatan reproduksi remaja yang dapat diberikan di sekolah

melalui program PIK-KRR

4. Pengembangan Keilmuan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence based dalam

pengembangan program PIK-KRR sehingga dapat mencegah

timbulnya masalah kesehatan reproduksi.

5. Penelitian Berikutnya

a. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

lanjutan dengan membandingkan program kesehatan reproduksi yang

lain mana yang lebih efektif.

b. Diharapkan peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian

dengan melihat efektifitas program PIK-KRR yang lain dalam

mengatasi masalah remaja.


DAFTAR PUSTAKA

Alfafan, Imam., (2021). Evaluasi pelaksanaan kebijakan pencegahan pernikahan


anak di Kabupaten Dompu pada periode 2016-2021. Tesis. Program Magister
Administrasi Publik Program Pascasarjana Universitas Islam Malang.

Ambarwati, Nur Aini., (2019). Determinan Pernikahan Dini di Kecamatan Pakis


Kabupaten Magelang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang Tahun
2019.Ambarwati, N. aini. (2019). Determinan Pernikahan Dini Di
Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. 268, 527–531.
http://eprintslib.ummgl.ac.id/1200/

Anjani, A. D., & Triana, B. (2021). Sikap Remaja Dengan Pemanfaatan Pik-R
Pada Remaja. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(2), 340–346.
https://doi.org/10.33024/jkm.v7i2.4030

Asyiah, A. K., Sundari, R. S., & Risana, D. (2021). Drugs Intake Generates Free
Sex Behaviour Toward Teenager. Jurnal Sosial Humaniora, 12(April), 89–
97. http://ojs.unida.ac.id/index.php/JSH/article/view/3528

Azhari, N., Yusriani, Y., & Kurnaesih, E. (2022). Pengaruh Edukasi Melalui
Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja. Jurnal Riset Media Keperawatan, 5(1), 38–43.

Badan Narkotika Nasional RI. (2022). Inspektorat Utama - Badan Narkotika


Nasional RI. https://bnn.go.id/satuan-kerja/ittama/

BKKBN. (2019). Pembinaan Pik Remaja. In Bkkbn.

BKKBN Kabupaten Kerinci. (2022). Jumlah Pusat Informasi dan Konseling


Remaja/Mahasiswa (PIK Remaja) Berdasarkan Materi, Sarana, dan
Kemitraan yang Dimiliki Serta Pendidik dan Konselor Sebaya Tahun 2022.
BKKBN Kabupaten Kerinci, 2022.

BPS Indonesia. (2022). Statistik Indonesia 2021. Statistik Indonesia 2022,


1101001, 790.
https://www.bps.go.id/publication/2020/04/29/e9011b3155d45d70823c141f/
statistik-indonesia-2020.html

Cahyo, K., Kurniawan, T. P., & Margawati, A. (2008). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Praktik Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 1
Purbalingga Kabupaten Purbalingga. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,
3(2), 86–101.
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/article/view/2540
Damayanti, A. S. (2021). Peran dan Strategi Komunikasi Pusat Informasi dan
Konseling Remaja (PIK-R) : Upaya Pencegahan Seks bebas Remaja di Kota
Mataram. Universitas Islam Negeri Mataram.

Defi, F. E. (2020). Evaluasi Program Generasi Berencana Melalui Pusat Informasi


Konseling Remaja di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kota
Makassar. In
file:///C:/Users/VERA/Downloads/ASKEP_AGREGAT_ANAK_and_REMAJ
A_PRINT.docx (Vol. 21, Issue 1). Universitas Hasanuddin.

Dewi, A. (2012). Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya Dan


Paparan Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Kelurahan Pasir
Gunung Selatan Depok. Tesis, Universitas Indonesia.

Fajriati, R., & Safrizan. (2023). Implementasi Pusat Informasi Konseling Remaja /
Mahasiswa ( PIK R / M ) Sebagai Wadah Pendidikan Kesehatan Reproduksi
( Kespro ) Pada Remaja di Wilayah Kerja Petugas Lapangan Keluarga
Berencana ( PLKB ) Meuraxa Kota Banda Aceh Implementation of Youth /
St. 9(1), 58–66.

Farida, Y. (2016). Hubungan Pengetahuan, Status Sosial Ekonomi, Pola Asuh


Orang Tua, Paparan Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja. Jurnal
Kebidanan, 18–29.

Fathona, S. (2021). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dengan


Perilaku Tiga Ancaman Dasar Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR)
Pada Siswa Di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu Tahun 2021. In Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bengkulu.

Fauzi, M. (2018). Peran Pusat Informasi Dan Konseling (PIK) Sahabat


Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Dalam Pembinaan
Dan Pengembangan Ketahanan Remaja. Tesis, 1–131.

Febriyana, Y. (2017). Efektifitas Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan


Reproduksi Remaja (PIK-KRR) terhadap Peningkatan pengetahuan Remaja
Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja di SMA Negeri 4 Kendari. Skripsi
Politeknik Kesehatan Kendari Kemenkes RI, 2019.

Husna, A., Lestari, H., & Ibrahim, K. (2016). Hubungan Pengetahuan, Teman
Sebaya Dan Status Ekonomi Dengan Perilaku Ngelem Pada Anak Jalanan Di
Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Unsyiah, 1(3), 185770. https://media.neliti.com/media/publications/185770-
ID-hubungan-pengetahuan-teman-sebaya-dan-st.pdf

Indiani, R., Nurazizah AH, S., Abdulah, M. B., & Listi, R. (2022). Faktor yang
Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA di Masyarakat. Photon: Jurnal Sain
Dan Kesehatan, 12(2), 59–66. https://doi.org/10.37859/jp.v12i2.3306
Kementerian Kesehatan RI. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018.

Kosati, tessa widya. (2018). Hubungan antara Peran Orang Tua, Teman Sebaya
dan Religiusitas dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Awal di
SMP Negeri “A” Surabaya. Tesis, 2–4. http://repository.unair.ac.id/85161/

Kumalasari, F. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian


Diri Remaja Di Panti Asuhan Latifah Nur Ahyani. 1(1).

Kumalasari, I. (2013). Kesehatan reproduksi: Untuk mahasiswa kebidanan dan


keperawatan. Salemba Medika.

Kusmiran, E. (2014). kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba


Medika.

Latifa. (2019). faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini. 19–37.

Maimunah, S. (2015). Pengaruh Faktor Keluarga terhadap Perilaku Seksual


Remaja. Seminar Psikologi Dan Kemanusiaan, 359–362.

Maitimo, B. I., & Katiandagho, D. (2018). Pengetahuan Dan Sikap Remaja


Dengan Perilaku Seksual Siswa Sekolah Mengah Atas. Jurnal Kesling
Poltekkes Kemenkes Manado.
https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/jkl/article/view/
665%0Ahttps://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/jkl/article/
download/665/593

Marmi. (2014). Kesehatan Reproduksi. Pustaka Belajar.

Maryana, I. (2016a). Peran Dan Strategi Penerapan Pusat Informasi Konseling


Remaja (PIK R) Dalam Upaya Sosialisasi Pengetahuan Dan Reproduksi
Remaja [Universitas Lampung]. In Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung (Vol. 2, Issue 1).
https://doi.org/10.32528/jiwakerta.v2i1.6731

Maryana, I. (2016b). Peran dan strategi pusat informasi konseling remaja (Pik R)
dalam upaya mensosialisasikan pengetahuan dan pelayanan reproduksi
remaja (Studi pada PIK R Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Masri, A. C. (2019). Studi pelaksanaan fungsi manajemen pada kelompok pusat


informasi dan konseling (pik) remaja barigas IAIN Palangka Raya. Tesis
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Pangkaraya. http://digilib.iain-
palangkaraya.ac.id/id/eprint/2999
Maulia, E., & Tahun, O. D. (2022). Pengaruh Media Internet terhadap Perilaku
Menyimpang Seksual pada Remaja di SMA Al-Hidayah Tahun 2022. Jurnal
Ilmiah Indonesia, 7(5).

Mauritha, N. (2018). Analisis Keberhasilan Program Pik-R (Pusat Informasi Dan


Konseling Remaja) Di Smp Negeri 22 Kota Makassar. Skripsi Departemen
Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makassar.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/3864/%0Ahttp://repository.unhas.ac.id/
id/eprint/3864/2/18_K11113024%28FILEminimizer%29..ok 1-2.pdf

Najallaili, N., & Wardiati, W. (2021). Pengaruh Pik-Remaja Terhadap


Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi, Sikap Seksual Pra Nikah Dan
Perilaku Seksual Remaja Di Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Banda
Aceh. Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa, 8(3), 113.
https://doi.org/10.29406/jkmk.v8i3.2797

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta.

Nuraeni, A. (2020). Pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap motivasi


belajar siswa pada matapelajaran ekonomi kelas X IPS 2 SMA Negeri
Rancaekek Tahun Ajaran 2019/2020.

Oktavia, F. V. (2017). Hubungan antara Penggunaan Media Sosial dengan


Perilaku Seksual Remaja. Universitas Katolik Soegijapranata : Fakultas
Psikologi, 53–76. http://repository.unika.ac.id/16247/1/13.40.0276 Francisca
Vina - Copy.pdf

Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, Mustar, Ramdany, R., &
Manurung, E. (2021). Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan. In Yayasan
Kita Menulis.

Prabandari, A. (2018). Pengaruh pemberian penyuluhan dengan media video dan


booklet terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Jurnal
Medika Karya Ilmiah Kesehatan, 1–11.

Prasasti. (2021). Hubungan Penggunaan Media Sosial Terhadap Pengetahuan


Remaja Tentang Dampak Perilaku Seksual Pranikah Pada Masa Pademi
Covid-19 di SMA Negri 10 Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sultan Agung Semarang.
http://repository.unissula.ac.id/23888/1/32102000007_fullpdf.pdf

Purwoastuti, E. (2015). Panduan materi kesehatan reproduksi dan keluarga


berencana. In Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Pustaka
Baru Press.

Putri, I. D. L. S. (2017). Hubungan pengetahuan, sikap remaja tentang


pendidikan seks dengan perilaku yang mengarah ke seks bebas di SMA
Negeri 4 Madiun Tahun 2017. STIKES Bhakti Husada Mulia Masiun.

Rachmawati, W. C. (2019). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Wineka


Media.

Rahmanto. (2019). Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R)


di SMP Negeri 5 Sragen. Tesis Program Studi Magister Administrasi
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 8(5), 55.

Restiwi, T. (2018). Perbedaan Perilaku Kesehatan Reproduksi Remaja yang


Mengikuti dan Tidak Mengikuti Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
Reproduksi Remaja (PIK-KRR) di SMAN 1 Kendari. Skripsi Poltekes
Kendari Kemenkes RI, 63(2), 1–3.
http://forschungsunion.de/pdf/industrie_4_0_umsetzungsempfehlungen.pdf
%0Ahttps://www.dfki.de/fileadmin/user_upload/import/9744_171012-KI-
Gipfelpapier-online.pdf%0Ahttps://www.bitkom.org/ sites/default/files/
pdf/Presse/Anhaenge-an-PIs/ 2018/180607 -Bitkom

Rohan, H. H., & Siyoto, S. (2013). Buku ajar kesehatan reproduksi. Nuha
Medika.
Sahala, I., Kolibu, F. K., Mandagi, C. K. F., Kesehatan, F., Universitas, M.,
Manado, S. R., & Kunci, K. (2021). Hubungan Antara Pengetahuan
Dan Sikap Dengan Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Pada Remaja Di Kelurahan Kolongan Mitung Kabupaten Sangihe. Jurnal
KESMAS, 10(1), 185–193.

Sari, R. E., Putri, F. E., & Siregar, S. A. (2020). Peningkatan Pengetahuan


Perilaku Seksual Beresiko Dikalangan Siswa Smp N 13 Pelayangan Kota
Jambi. Jurnal Salam Sehat Masyarakat (JSSM), 2(1), 13–18.
https://doi.org/10.22437/jssm.v2i1.11156

Sarwono, S. (2018). Psikologi Remaja. Rajawali Ekspres.

Sarwono, S. W. (2019). Psikologi Remaja. Rajawali Pers.

Sebayang, W., Gultom, D., & Sidabutar, E. (2018). Perilaku seksual remaja.
Penerbit Deepublish.

Setiawan, T. B. A. (2018). Peran Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R)


Dalam Mencegah Pemuda Berperilaku Seks Bebas di Kelurahan Sidoluhur,
Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. In Tugas Akhir Skripsi Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta (Vol. 2, Issue 1). http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-
76887-8%0

Sintawati, M. P. (2021). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku


Seksual Pada Remaja Di Sma Negeri 1 Koto Baru Dharmasraya (p. 116).
Siswanto, Susila, & Suryanto. (2018). Metodologi penelitian kesehatan dan
kedokteran. Bursa Ilmu.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Penerbit


Alfabeta.

Sunarti, S. (2018). Sikap Remaja tentang Triad KRR (Seksualitas, Napza,


HIV/AIS) di Kelompok PIK R tahap Tegar). Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 5(2), 105–110.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i2.art.p105-110

Suparyanto dan Rosad (2015. (2020). Peran Pusat Informasi Konseling Remaja
(PIK-R) terhadap pemahaman kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMA
Negri 1 Ciruas. Suparyanto Dan Rosad (2015, 5(3), 248–253.

Susiawan, S. (2015). Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja dan


Komitmen Organisasi.

Triana, P. W. (2019). Analisis Program PIK-KRR Di SMA Negeri 2 Muara Beliti


Kabupaten Musi Rawas Tahun 2019. Jurnal Keperawatan Program Studi
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada
Palembang, 5p.

UNICEF. (2019). Adolescent Overview. In United Nations Children’s Fund.


https://data.unicef.org/topic/adolescents/overview/

Vikiat, I. M. (2015). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja Usia 15-19 Tahun Di Kecamatan
Semarang Utara Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3), 945–
953.

Wigati, T. P. C. (2017). Pengaruh Program Pusat Informasi dan Konseling


Kesehatan Reproduksi remaja (PIK-KRR) terhadap Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja pada SIswa SMA. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Palu, 139.

Wijayati, R. (2016a). Pengelolaan Pusat Informasi an Konseling Kesehatan.


Jurnal Hanata Widya, Agustus, 89–96. https://eprints.uny.ac.id/40722/

Wijayati, R. (2016b). Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan


Reproduksi Remaja di SMA Negeri 5 Yogyakarta. In Skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta (Vol. 152, Issue 3).
file:///Users/andreataquez/Downloads/guia-plan-de-mejora-institucional.pdf
%0Ahttp://salud.tabasco.gob.mx/content/revista%0Ahttp://
www.revistaalad.com/pdfs/Guias_ALAD_11_Nov_2013.pdf%0Ahttp://
dx.doi.org/10.15446/revfacmed.v66n3.60060.%0Ahttp://www.cenetec.
World Health Organization. (2022). WHO Highlights Urgent need to Transform
Mental Health and Mental Health Care. In World Health Organization.
https://www.who.int/news/item/17-06-2022-who-highlights-urgent-need-to-
transform-mental-health-and-mental-health-care

Wulandari, M. A., Kartika, D. E., Pradessetia, R., & Syafrizal, R. (2023).


Hubungan Faktor Budaya dan Gaya Hidup dengan Perilaku Seks Pranikah
pada Remaja. HealthCaring: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(2), 15–20.
Lampiran 1
Surat Izin Survey Awal
Lampiran 2
Surat Persetujuan Etik
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian dari Universitas Fort De Kock Bukittinggi
Lampiran 4
Surat Keterangan Penelitian dari Kesbangpol
Lampiran 5
Surat Balasan Penelitian dari SMA Negeri 12 Kerinci
Lampiran 6
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Sdr/i................
Di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : SUCI TRI ANGGRAINI
NIM : 211010023
Alamat :
Adalah mahasiswa mahasiswa S2 Kesehatan Masyarakat Universitas Ford
De Kockbermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi pelaksanaan
Program Pusat Informasi Dan KonselingKesehatan Reproduksi Remaja
(PIK-KRR)terhadapSeks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun
2023”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi


Bapak/Ibu selaku responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan dan menjawab
pertanyaan yang disediakan dengan sejujurnya sesuai dengan yang Bapak/Ibu
ketahui.
Demikianlah, atas perhatian dan kesedian Bapak/Ibu sebagai responden
saya ucapkan terima kasih.
Kerinci, Juni 2023

(SUCI TRI ANGGRAINI)


Lampiran 7
FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Alamat :
menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh mahasiswaUniversitas Fort De Kock Bukittinggi yang bernama
SUCI TRI ANGGRAINIdengan judul penelitian “Evaluasi pelaksanaan
Program Pusat Informasi Dan KonselingKesehatan Reproduksi Remaja
(PIK-KRR)terhadapSeks Bebas dan Napza di SMA Negeri 12 Kerinci Tahun
2023”.
Saya menyadari penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang
merugikan terhadap saya, dan jawaban atau informasi yang saya berikan adalah
yang sebenarnya sesuai dengan yang saya ketahui tanpa ada tekanan dari pihak
manapun.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Kerinci, Juni 2023


Responden

( YosiMarli )
Lampiran 8
LEMBAR KUESIONER
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN
KONSELINGKESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-
KRR)TERHADAPSEKS BEBAS DAN NAPZA DI
SMA NEGERI 12 KERINCI
TAHUN 2023

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Jawablah pertanyaan -pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya
dan sejujur-jujurnya.
2. Jawablah secara runtut singkat dan jelas
3. Isilah pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda silang (x)
4. Hasil survei ini tidak akan dipubikaskan, hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian
5. Identitas maupun jawaban yang anda pilih, kami jamin kerahasiaannya

A. Karakteristik Responden
1. Kode Responden :
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :L/P

B. Seks bebas
Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang anda pilih!
Sering : dalam 1 minggu intensitas pertemuan > 3 kali / minggu
Jarang : dalam 1 minggu intensitas pertemuan 1 kali / minggu
Tidak pernah : belum pernah berpacaran
Jawaban
No Pertanyaan
SR J TP
1 Apakah anda pernah pergi berduaan?
2 Apakah anda pernah pernah berpelukan dengan
pacar anda?
3 Apakah anda pernah mencium pipi atau bibir
dengan pacar anda?
4 Apakah anda senang melihat tayangan yang
dapat merespon seksualitas?
5 Apakah anda menghindari pembicaraan dengan
teman tentang seks?
6 Apakah anda merasa tidak senang jika ada
teman yang mempengaruhi anda untuk
melakukan seks bebas?
7 Apakah tetap melakukan seks bebas meskipun
dilarang?
8 Apakah anda merasa berdosa setelah
melakukan seks bebas?
9 Apakah anda pernah melakukan hubungan
seksual dengan pacar anda?
10 Apakah anda pernah merangkul pacar anda?

C. Napza
Berikan tanda centang (√) pada kolom jawaban yang anda pilih!

Jawaban
No Pertanyaan Tidak
Pernah
Pernah
1 Apakah anda pernah mengkonsumsi NAPZA?
2 Apakah anda pernah pernah merokok?
3 Apakah anda pernah diajak teman coba-coba
konsumsi ganja?
4 Apakah anda pernah coba-coba konsumsi sabu-
sabu?
5 Apakah anda pernah diajak coba-coba konsumsi
Narkoba jenis lainnya?

D. Pengetahuan
Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda benar pada
pertanyaan di bawah ini:
1. Apa yang anda ketahui tentang kesehatan reproduksi adalah …
a. Keadaaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dalam segala
hal yang berkaitan dengan fungsi, peran, & sistem reproduksi
b. Keadaan sehat alat reproduksi
c. Keadaan sehat seluruh badan tanpa penyakit apapun

2. Tujuan dari pendidikan seks diantaranya adalah . . .


a. Memberikan pengetahuan keshatan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat
menggaggu keshatan fisik dan mental
b. Untuk memberikan informasi negatif kepada remaja tentang perilaku
seks bebas
c. Untuk menambah tindakan prostitusi terhadap seksual bebas pada
remaja

3. Tempat tumbuh kembang sehingga dapat memelihara dan


mempertahankan kehamilan selama sembilan bulan disebut
a. tuba fallopi
b. vagina
c. uterus

4. Organ reproduksi laki-laki untuk membentuk hormon pria yaitu


testosteron dan membentuk spermatozoa disebut
a. penis
b. testis
c. utetra

5. Sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai


dampak pengatur proses menstruasi adalah . . .
a. ovarium
b. vagina
c. himen

6. Fungsi epididimis pada organ laki-laki adalah . . .


a. organ untuk kopulsi
b. tempat penyimpanan sperma
c. untiuk membentuk cairan pendukung spermatozoa

7. Tanda utama remaja laki-laki mengalami pubertas adalah . . .


a. mimpi basah
b. menstruasi
c. disminoare
8. Tanda utama remaja perempuan yang mengalami pubertas adalah . . .
a. mimpi basah
b. menstruasi
c. disminoare

9. Berikut ini adalah jenis penyakit menular seksual (PMS) yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual adalah . . .
a. gonore, sifilis
b. TBC, DBD
c. gonore, TBC

10. Penyakit menular seksual (PMS) yang paling berbahaya, mematikan dan
belum ada obatnya adalah . . .
a. herpes
b. kondiloma akuminala
c. AIDS

11. Penyakit menular seksual (PMS) dapat ditularkan media cairan yang
berada didalam tubuh adalah . . .
a. melalui cairan darah
b. melalui cairan keringat
c. melalui cairan air mata

12. Apa yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah . . .


a. pengetahuan bagaimana cara berhubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan
b. tindakan yang dilakukan oleh remaja berhubungan dengan dorongan
seksual baik berpegang tangan atau ciuman dan sampai berhubungan
seksual
c. memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat
membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga
13. Apakah resiko fisik hubungan seksual (intercourse) di luar pernikahan
adalah . . .
a. bertambah berat badan
b. terkena penyakit menular seksual (PMS)
c. timbulnya jerawat di wajah

14. Kehamilan dapaat terjadi apabila . . .


a. berhubungan badan hanya sekali pada saat wanita dalam masa subur
b. berhubungan badan hanya sekali walaupun wanita belum pubertas
c. berhubungan badan berkali-kali pada wanita yang tidak subur

15. Dampak yang terjadi pada kasus aborsi adalah . . .


a. Infeksi pada organ reproduksi
b. infeksi saluran napas
c. gastritis

16. Berikut ini merupakan cara remaja menghindari seks bebas adalah . . .
a. Belajar dengan rajin, bergaul dengan bebas, dan pergi bermain tengah
malam.
b. Perhatian dari orang tua, melakukan seks bebas dan rajin belajar
c. Hindari pergaulan bebas, mencari pengetahuan kesehatan reproduksi
yang benar, berhati-hati dalam memilih teman, tingkatkan ibadah

E. Sikap
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Jawaban
No Pernyataan S
S TS STS
S
1 Pendidikan seks perlu di berikan kepada remaja
2 Pendidikan seks dapat mencegah perilaku seks
bebas
3 Sebagai seorang anak remaja setujukah jika orang
tua harus lebih meningkatkan pemantauan terhadap
anda
4 Sebaga seorang anak remaja setujukah anda
berisikap lebih terbuka dan bercerita kepada orang
tua
5 Agama melarang melakukan hubungan seksual
tanpam ikatan pernikahan karena dosa
6 Seseorang boleh berhubungan seks jika orang
tersebut dan pasanganya telah resmi menikah
7 Hamil diluar nikah boleh melakukan aborsi
8 Seks boleh dilakukan remaja sebagai eskpresi cinta
untuk lawan jenis (pacaran)
9 Berciuman (dipipi dan dibibir) dengan pacar boleh
dilakukan
10 Melakukan hubungan seksual adalah bukti cinta
seseorang kepada lawan jenis atau pacar

F. Status Ekonomi
1. Berapakah pendapatan keluarga ibu selama satu bulan
a. < Rp. 2.649.034
b. ≥ Rp. 2.649.034

G. Pola Asuh
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Berpengaruh
berpengaruh
1 Bapak/ibu dengan keras melarang
anaknya bergaul dengan remaja lain
baik laki-laki maupun perempuan
karena dapat menimbulkan pergaulan
bebas
2 Orang tua anda melarang keras jika
anda membantah setiap keputusannya
(termasuk memutuskan di usia berapa
anda harus menikah)
3 Orang tua anda tidak pernah mengajak
berdiskusi tentang masa depan anda
4 Orang tua anda tidak pernah mau
mendengar masalah anda yang
berkaitan dengan masa depan anda
misalnya (apakah harus melanjutkan
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, di
usia berapa anda harus menikah)
5 Bapak/ibu anda selalu menolak
/menutup diri ketika anda bertanya
mengenai kesehatan reproduksi pada
remaja
6 Bapak ibu sering mengajak berdiskusi
terkait masa depan anda
7 Bapak ibu anda pernah menyampaikan
informasi tentang pernikahan?
8 Bapak ibu anda sering menjelaskan
mengenai masalah kesehatan
reproduksi pada perempuan yang
melakukan pernikahan usia dini (usia
nikah < 20 tahun)
9 Bapak ibu selalu memberikan
tanggapan ketika anda bertanya
masalah pernikahan dan masalah
kesehatan reproduksi
10 Bapak Ibu selalu memberi tanggapan
positif terhadap keputusan anda yang
berkaitan dengan masa depan anda

H. Pengaruh Media
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Berpengaruh
berpengaruh
1 Apakah anda pernah mendapat
informasi mengenai film porno, atau
film dewasa dari media massa (radio,
televisi, internet, dan media cetak)?
2 Saya mendapat informasi mengenai
kesehatan reproduksi dari media massa
baik media elektronik maupun media
cetak
3 Saya sering mengakses informasi
tentang kesehatan reproduksi di media
sosial
4 Informasi dari media massa sangat
berpengaruh pada perilaku kesehatan
reproduksi saya sehari-hari
5 Saya sangat tertarik untuk mencari
informasi tentang kesehatan reproduksi
di meda sosial
6 Saya memperoleh informasi tentang
seksual dari media massa elektronik
7 Saya akan memanfaatkan sosial media
untuk memperoleh infromasi kesehatan
8 Saya tidak pernah mengakses media
massa untuk memperoleh infromasi
tentang kesehatan reproduksi
9 Saya tidak terpengaruh pada informasi
kesehatan reproduksi dari media massa
10 Saya tidak menggunakan media sosial
untuk mencari informasi kesehatan

I. Budaya
Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Berpengaruh
berpengaruh
1 Menikahkan anak lebih cepat adalah
suatu hal yang biasa dilakukan orang
tua
2 Kalau menikah diatas usia 20 tahun
dianggap perawan tua
3 Menikahkan anak lebih cepat
merupakan salah satu cara orang tua
untuk mencegah anak dari pergaulan
bebas.
4 Menurut adat istiadat yang berlaku di
wilayah setempat menikahkan aknya
sesudah tamat sekolah merupakan
suatuke biasaan
5 Dalam budaya anak perempuan tidak
di perbolehkan meneruskan pendidikan
yang lebih tinggi karena bias
mengakibatkan perawan dan lain.
6 Bila anak perempuan sudah
mendapatkan menstruasi sebagai tanda
kedewasaan, orang tua akan segera
menikahkan anaknya.
7 Seseorang yang melakukan hubungan
seks di luar nikah adalah orang yang
telah melanggar norma-norma di
msyarakat.
8 Latar belakang adat istiadat merupakan
salah satu pendorong untuk melakukan
pernikahan dini.
9 Perjodohan yang dilakukan orang tua
memiliki pengaruh besar dalam
terjadinya pernikahan usia muda.
10 Rasa keinginan untuk segera
mendapatkan tambahan anggota
keluarga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap pernikahan usia
dini.

J. Peran Teman Sebaya


Petunjuk: berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang sesuai
dengan pilihan yang dianggap benar.
Jawaban
No Pernyataan Tidak
Berpengaruh
berpengaruh
1 Sebelum saya menikah saya lebih
banyak menghabiskan waktu bersama
sahabat daripada orang tua
2 Saya sangat mempercayai sahabat saya
dalam hal menyimpan masalah pribadi
3 Pendapat sahabat saya mempunyai
pengaruh penting terhadap keputusan
saya (termasuk keputusan menikah di
usia dini)
4 Sahabat mengejek, apabila di usia lebih
dari 20 tahun belum menikah dianggap
tidak laku
5 Saya banyak mendapatkan informasi
tentang pernikahan di usia muda dari
sahabat saya yang sudah menikah
6 Memutuskan untuk menikah usia dini
sama halnya dengan menjaga
persahabatan antara saya dengan
sahabat saya
7 Teman yang baik selalu mendorong
untuk melakukan hubunan seksual
dengan pacar saya
8 Teman selalu memberikan dukungan
dalam menambila keputusan untuk diri
saya
9 Kata teman saya berhubungan seksual
sebelum menikah baik untuk kesehatan
10 Teman selalu memberi kan nasehat
pada saya ketika saya berpacaran
Lampiran 9

PANDUAN WAWANCARA

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN


KONSELINGKESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-
KRR)TERHADAPSEKS BEBAS DAN NAPZA DI
SMA NEGERI 12 KERINCI
TAHUN 2023

A. Karakteristik Informan
Nama :
Pendidikan :
Jabatan :
Lama Jabatan :
Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan
Input
1. Kebijakan-kebijakan
a. Kebijakan apa saja yang telah dikeluarkan terkain pelaksanaan PIK-
KRR?
2. Sumber Daya Manusia
a. Apa yang ibu/bapak ketahui tentang PIK-KRR?
b. Berapa jumlah tenaga atau ketersediaan sumber daya manusia yang
terlibat di program PIK-KRR?
c. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Program PIK-KRR?
d. Apakah memiliki konselor sebaya?
e. Apakah petugas sering (2-3 kali perbulan) mendapatkan pelatihan PIK-
KRR?
f. Jika sudah bagaimana penerapannya ke siswa/siswi?
g. Apa syarat untuk menjadi konselor sebaya?
h. Menurut bapak/ibu apakah tenaga pelaksana PIK- KRR sudah cukup?
3. Sarana dan Prasarana
a. Bagaimana ketersediaan media promosi seperti majalah dinding,
spanduk, leaflet atau poster yang dipasang di area sekolah?
b. Bagaimana dengan keadaan ruang konseling?
c. Bagaimana kondisi sarana prasarana untuk pelaksanaan kegiatan PIK-
KRR?
d. Bagaimana ketersediaan refrensi buku tentang TRIAD KRR?
e. Bagaimana partisipasi Siswa/Siswi terhadap komunitas PIK-KRR?
f. Bagaimana ketersediaan sarana media untuk menunjang promosi PIK-
KRR?
4. Dana
a. Darimana sumber dana untuk pelaksanaan program PIK-KRR?
b. Apakah ada dana untuk setiap kegiatan yang dilakukan dalam program
PIK-KRR
c. Apakah ada anggaran untuk pelatihan bagi tenaga pendidik dan
konselor sebaya?
5. Metode
a. Apakah sekolah mendapatkan pedoman maupun peraturan terkait
mengenai prosedur pelaksanaan konseling PIK-KRR?
b. Apakah program PIK–KRR memiliki kebijakan?
c. Bagaimana pemantauan dari BKKBN terkait pelaksanaan program
PIK-KRR?
d. Apa saja upaya pihak sekolah untuk mengajak siswa terlibat secara
aktif dalam program PIK-KRR?
e. Bagaimana bentuk upaya konseling kepada siswa/siswi?
f. Bagaimana frekuensi konseling sebelum dan sesudah dilaksanakannya
sosialisasi PIK-KRR?
g. Bagaimana sosialisasi dan edukasi terkait program PIK-KRR?
h. Apa metode yang diterapkan sekolah atau pembina program PIK-KRR
dalam melakukan promosi agar siswa/siswi tertarik?
i. Bagaimana system monitoring dan evaluasi yang bapak/ibu lakukan
dalam program PIK-KRR?
j. Apa saja kendala atau hambatan yang lainnya dalam menjalankan
program PIK-KRR?
k. Menurut Ibu apakah pelaksanaan program PIK-KRR sudah maksimal
dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan?

PROSES

1. Perencanaan

a. Apakah ada SOP dalam pelaksanaan PIK-KRR?


2. Pengorganisasian

a. Bagaimana dengan struktur organisasi pengelola program PIK-KRR di

SMA Negeri 12 Kerinci?

3. Pelaksanaan/Implementasi

a. Bagaimana proses implementasi program kesehatan reproduksi remaja

seperti PIK-KRR dan Posyandu remaja.

4. Pelaporan

a. Bagaimana dengan kasus seks bebas dan Napza di SMA Negeri 12

Kerinci dalam beberapa tahun terakhir?

b. Apakah ada laporan-laporan kegiatan pelaksanaan PIK-KRR?

OUTPUT
1. Bagaimana hasil dari proses pelayanan yang dapat dilihat dari peningkatan

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja?

2. Apakah ada penurunan angka kasus seks bebas dan napza setelah adanya

pelaksanaan PIK-KRR?
Lampiran 10

LEMBAR OBSERVASI

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PUSAT INFORMASI DAN


KONSELINGKESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-
KRR)TERHADAPSEKS BEBAS DAN NAPZA DI
SMA NEGERI 12 KERINCI
TAHUN 2023

Penilaian
No Item Observasi
Ada Tidak Ada
1 Ketersediaan tenaga atau sumber daya manusia
yang terlibat di program PIK-KRR
2 Memiliki konselor sebaya
3 Memiliki petugas yang sering (2-3 kali
perbulan) mendapatkan pelatihan PIK-KRR
4 Ketersediaan tenaga pelaksana PIK- KRR
5 Ketersediaan media promosi seperti majalah
dinding, spanduk, leaflet atau poster
6 Ketersediaan ruang konseling
7 Ketersediaan referensi buku tentang TRIAD
KRR
8 Ketersediaan sarana media untuk menunjang
promosi PIK-KRR
9 Adanya program PIK–KRR memiliki kebijakan
10 Terlaksananya konseling kepada remaja
11 Sosialisasi dan edukasi terkait program PIK-
KRR
12 Monitoring dan evaluasi dalam program PIK-
KRR
Lampiran 12

HASIL UJI STATISTIK

KARAKTERSITIK RESPONDEN
UMUR

Statistics
Umur Responden
N Valid 56
Missing 0
Mean 16.95
Std. Error of Mean .090
Median 17.00
Std. Deviation .672
Minimum 16
Maximum 18
Percentiles 25 16.25
50 17.00
75 17.00

Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 16 14 25.0 25.0 25.0
17 31 55.4 55.4 80.4
18 11 19.6 19.6 100.0
Total 56 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 25 44.6 44.6 44.6
Perembpuan 31 55.4 55.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
ANALISA UNIVARIAT
VARIABEL DEPENDEN
SEKS BEBAS

Kategori Seks
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 31 55.4 55.4 55.4
Baik 25 44.6 44.6 100.0
Total 56 100.0 100.0

NAPZA

Kategori Napza
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 29 51.8 51.8 51.8
Baik 27 48.2 48.2 100.0
Total 56 100.0 100.0

PENGETAHUAN

Kategori Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Rendah 29 51.8 51.8 51.8
Tinggi 27 48.2 48.2 100.0
Total 56 100.0 100.0

SIKAP

Kategori SIkap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Negatif 24 42.9 42.9 42.9
Positif 32 57.1 57.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
POLA ASUH

Kategori Pola Asuh


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berpengaruh 26 46.4 46.4 46.4
Berpengaruh 30 53.6 53.6 100.0
Total 56 100.0 100.0

PENGARUH MEDIA

Kategori Pengaruh Media


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berpengaruh 27 48.2 48.2 48.2
Berpengaruh 29 51.8 51.8 100.0
Total 56 100.0 100.0

PENGARUH BUDAYA
Kategori Pengaruh Budaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berpengaruh 33 58.9 58.9 58.9
Berpengaruh 23 41.1 41.1 100.0
Total 56 100.0 100.0

PENGARUH TEMAN SEBAYA

Kategori Pengaruh Teman Sebaya


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Berpengaruh 30 53.6 53.6 53.6
Berpengaruh 26 46.4 46.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
ANALISA BIVARIAT
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SEKS BEBAS

Crosstab

Kategori Seks

Kurang Baik Baik Total


Kategori Pengetahuan Rendah Count 22 7 29
% within Kategori
75.9% 24.1% 100.0%
Pengetahuan
Tinggi Count 9 18 27
% within Kategori
33.3% 66.7% 100.0%
Pengetahuan
Total Count 31 25 56
% within Kategori
55.4% 44.6% 100.0%
Pengetahuan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.233a 1 .001
b
Continuity Correction 8.585 1 .003
Likelihood Ratio 10.562 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear
10.051 1 .002
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.05.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengetahuan (Rendah / 6.286 1.955 20.207
Tinggi)
For cohort Kategori Seks =
2.276 1.285 4.031
Kurang Baik
For cohort Kategori Seks =
.362 .180 .728
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN SIKAP DENGAN SEKS BEBAS

Crosstab

Kategori Seks

Kurang Baik Baik Total


Kategori SIkap Negatif Count 18 6 24
% within Kategori SIkap 75.0% 25.0% 100.0%
Positif Count 13 19 32
% within Kategori SIkap 40.6% 59.4% 100.0%
Total Count 31 25 56
% within Kategori SIkap 55.4% 44.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.557a 1 .010
b
Continuity Correction 5.240 1 .022
Likelihood Ratio 6.767 1 .009
Fisher's Exact Test .015 .010
Linear-by-Linear
6.440 1 .011
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.71.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
4.385 1.371 14.021
SIkap (Negatif / Positif)
For cohort Kategori Seks =
1.846 1.144 2.979
Kurang Baik
For cohort Kategori Seks =
.421 .199 .891
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN SEKS BEBAS

Crosstab

Kategori Seks

Kurang Baik Baik Total


Status Ekonomi Rendah Count 26 9 35
% within Status Ekonomi 74.3% 25.7% 100.0%
Tinggi Count 5 16 21
% within Status Ekonomi 23.8% 76.2% 100.0%
Total Count 31 25 56
% within Status Ekonomi 55.4% 44.6% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.532a 1 .000
b
Continuity Correction 11.566 1 .001
Likelihood Ratio 14.032 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
13.290 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.38.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Status
9.244 2.627 32.531
Ekonomi (Rendah / Tinggi)
For cohort Kategori Seks =
3.120 1.417 6.871
Kurang Baik
For cohort Kategori Seks =
.338 .183 .622
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN SEKS BEBAS

Crosstab

Kategori Seks

Kurang Baik Baik Total


Kategori Pola Tidak Count 22 4 26
Asuh Berpengaruh
% within Kategori Pola
84.6% 15.4% 100.0%
Asuh
Berpengaruh Count 9 21 30
% within Kategori Pola
30.0% 70.0% 100.0%
Asuh
Total Count 31 25 56
% within Kategori Pola
55.4% 44.6% 100.0%
Asuh

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 16.812a 1 .000
b
Continuity Correction 14.674 1 .000
Likelihood Ratio 18.012 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
16.511 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.61.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori Pola
Asuh (Tidak Berpengaruh / 12.833 3.425 48.083
Berpengaruh)
For cohort Kategori Seks =
2.821 1.594 4.991
Kurang Baik
For cohort Kategori Seks =
.220 .087 .558
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN PENGARUH MEDIA DENGAN SEKS BEBAS

Crosstab

Kategori Seks
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 20 7 27
Media Berpengaruh
% within Kategori
74.1% 25.9% 100.0%
Pengaruh Media
Berpengaruh Count 11 18 29
% within Kategori
37.9% 62.1% 100.0%
Pengaruh Media
Total Count 31 25 56
% within Kategori
55.4% 44.6% 100.0%
Pengaruh Media

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.391a 1 .007
Continuity Correctionb 6.001 1 .014
Likelihood Ratio 7.589 1 .006
Fisher's Exact Test .008 .007
Linear-by-Linear
7.259 1 .007
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.05.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengaruh Media (Tidak 4.675 1.493 14.644
Berpengaruh / Berpengaruh)
For cohort Kategori Seks =
1.953 1.165 3.273
Kurang Baik
For cohort Kategori Seks =
.418 .208 .840
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN BUDAYA DENGAN SEKS BEBAS

Crosstab

Kategori Seks
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 23 10 33
Budaya Berpengaruh
% within Kategori
69.7% 30.3% 100.0%
Pengaruh Budaya
Berpengaruh Count 8 15 23
% within Kategori
34.8% 65.2% 100.0%
Pengaruh Budaya
Total Count 31 25 56
% within Kategori
55.4% 44.6% 100.0%
Pengaruh Budaya

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.686a 1 .010
Continuity Correctionb 5.347 1 .021
Likelihood Ratio 6.783 1 .009
Fisher's Exact Test .014 .010
Linear-by-Linear
6.566 1 .010
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.27.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengaruh Budaya (Tidak 4.312 1.387 13.412
Berpengaruh / Berpengaruh)
For cohort Kategori Seks =
2.004 1.096 3.663
Kurang Baik
For cohort Kategori Seks =
.465 .256 .844
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN PENGARUH TEMAN SEBAYA DENGAN SEKS BEBAS

Crosstab

Kategori Seks
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 22 8 30
Teman Sebaya Berpengaruh
% within Kategori
Pengaruh Teman 73.3% 26.7% 100.0%
Sebaya
Berpengaruh Count 9 17 26
% within Kategori
Pengaruh Teman 34.6% 65.4% 100.0%
Sebaya
Total Count 31 25 56
% within Kategori
Pengaruh Teman 55.4% 44.6% 100.0%
Sebaya

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.449a 1 .004
b
Continuity Correction 6.955 1 .008
Likelihood Ratio 8.652 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .004
Linear-by-Linear
8.298 1 .004
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.61.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengaruh Teman Sebaya
5.194 1.655 16.299
(Tidak Berpengaruh /
Berpengaruh)
For cohort Kategori Seks =
2.119 1.197 3.749
Kurang Baik
For cohort Kategori Seks =
.408 .212 .786
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN NAPZA

Crosstab

Kategori Napza

Kurang Baik Baik Total


Kategori Pengetahuan Rendah Count 22 7 29
% within Kategori
75.9% 24.1% 100.0%
Pengetahuan
Tinggi Count 7 20 27
% within Kategori
25.9% 74.1% 100.0%
Pengetahuan
Total Count 29 27 56
% within Kategori
51.8% 48.2% 100.0%
Pengetahuan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 13.964a 1 .000
b
Continuity Correction 12.036 1 .001
Likelihood Ratio 14.603 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
13.715 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.02.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengetahuan (Rendah / 8.980 2.678 30.115
Tinggi)
For cohort Kategori Napza =
2.926 1.498 5.717
Kurang Baik
For cohort Kategori Napza =
.326 .165 .645
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN SIKAP DENGAN NAPZA

Crosstab

Kategori Napza

Kurang Baik Baik Total


Kategori SIkap Negatif Count 19 5 24
% within Kategori SIkap 79.2% 20.8% 100.0%
Positif Count 10 22 32
% within Kategori SIkap 31.2% 68.8% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within Kategori SIkap 51.8% 48.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.611a 1 .000
b
Continuity Correction 10.765 1 .001
Likelihood Ratio 13.248 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
12.386 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.57.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
8.360 2.427 28.791
SIkap (Negatif / Positif)
For cohort Kategori Napza =
2.533 1.457 4.406
Kurang Baik
For cohort Kategori Napza =
.303 .134 .684
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN NAPZA

Crosstab

Kategori Napza

Kurang Baik Baik Total


Status Ekonomi Rendah Count 26 9 35
% within Status Ekonomi 74.3% 25.7% 100.0%
Tinggi Count 3 18 21
% within Status Ekonomi 14.3% 85.7% 100.0%
Total Count 29 27 56
% within Status Ekonomi 51.8% 48.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 18.924a 1 .000
b
Continuity Correction 16.597 1 .000
Likelihood Ratio 20.433 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
18.586 1 .000
Association
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.13.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Status
17.333 4.114 73.029
Ekonomi (Rendah / Tinggi)
For cohort Kategori Napza =
5.200 1.791 15.094
Kurang Baik
For cohort Kategori Napza =
.300 .166 .541
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN NAPZA

Crosstab

Kategori Napza

Kurang Baik Baik Total


Kategori Pola Tidak Count 18 8 26
Asuh Berpengaruh
% within Kategori Pola
69.2% 30.8% 100.0%
Asuh
Berpengaruh Count 11 19 30
% within Kategori Pola
36.7% 63.3% 100.0%
Asuh
Total Count 29 27 56
% within Kategori Pola
51.8% 48.2% 100.0%
Asuh

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.916a 1 .015
b
Continuity Correction 4.683 1 .030
Likelihood Ratio 6.035 1 .014
Fisher's Exact Test .018 .015
Linear-by-Linear Association 5.810 1 .016
b
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.54.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori Pola
Asuh (Tidak Berpengaruh / 3.886 1.273 11.861
Berpengaruh)
For cohort Kategori Napza =
1.888 1.105 3.226
Kurang Baik
For cohort Kategori Napza =
.486 .257 .919
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN PENGARUH MEDIA DENGAN NAPZA

Crosstab

Kategori Napza
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 20 7 27
Media Berpengaruh
% within Kategori
74.1% 25.9% 100.0%
Pengaruh Media
Berpengaruh Count 9 20 29
% within Kategori
31.0% 69.0% 100.0%
Pengaruh Media
Total Count 29 27 56
% within Kategori
51.8% 48.2% 100.0%
Pengaruh Media

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.373a 1 .001
Continuity Correctionb 8.721 1 .003
Likelihood Ratio 10.734 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.188 1 .001
b
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.02.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengaruh Media (Tidak 6.349 1.978 20.377
Berpengaruh / Berpengaruh)
For cohort Kategori Napza =
2.387 1.328 4.291
Kurang Baik
For cohort Kategori Napza =
.376 .190 .744
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN BUDAYA DENGAN NAPZA

Crosstab

Kategori Napza
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 24 9 33
Budaya Berpengaruh
% within Kategori
72.7% 27.3% 100.0%
Pengaruh Budaya
Berpengaruh Count 5 18 23
% within Kategori
21.7% 78.3% 100.0%
Pengaruh Budaya
Total Count 29 27 56
% within Kategori
51.8% 48.2% 100.0%
Pengaruh Budaya

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.113a 1 .000
b
Continuity Correction 12.144 1 .000
Likelihood Ratio 14.803 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.861 1 .000
b
N of Valid Cases 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.09.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengaruh Budaya (Tidak 9.600 2.744 33.589
Berpengaruh / Berpengaruh)
For cohort Kategori Napza =
3.345 1.499 7.468
Kurang Baik
For cohort Kategori Napza =
.348 .192 .633
Baik
N of Valid Cases 56
HUBUNGAN PERAN TEMAN SEBAYA DENGAN NAPZA

Crosstab

Kategori Napza
Kurang
Baik Baik Total
Kategori Pengaruh Tidak Count 21 9 30
Teman Sebaya Berpengaruh
% within Kategori
Pengaruh Teman 70.0% 30.0% 100.0%
Sebaya
Berpengaruh Count 8 18 26
% within Kategori
Pengaruh Teman 30.8% 69.2% 100.0%
Sebaya
Total Count 29 27 56
% within Kategori
Pengaruh Teman 51.8% 48.2% 100.0%
Sebaya

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.586a 1 .003
b
Continuity Correction 7.086 1 .008
Likelihood Ratio 8.813 1 .003
Fisher's Exact Test .007 .004
Linear-by-Linear Association 8.432 1 .004
N of Valid Casesb 56
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.54.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kategori
Pengaruh Teman Sebaya
5.250 1.676 16.443
(Tidak Berpengaruh /
Berpengaruh)
For cohort Kategori Napza =
2.275 1.221 4.239
Kurang Baik
For cohort Kategori Napza =
.433 .237 .793
Baik
N of Valid Cases 56
Lampiran 13

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai