Anda di halaman 1dari 82

FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA


TATANAN SEKOLAH DI SMP SMP NEGERI 32
KOTA PEKANBARU TAHUN 2019

SKRIPSI

MONALISA
NIM : 154010017

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU (PKIP)


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TAHUN 2019
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA
TATANAN SEKOLAH DI SMP SMP NEGERI 32
KOTA PEKANBARU TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan untuk memnyelesaikan


Pendidikan Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat

MONALISA
NIM : 154010017

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU (PKIP)


PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (S1)
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TAHUN 2019
vi

vi
vii

vii
viii

viii
ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Monalisa


Nim : 154010017
Tempat/Tanggal lahir : Pebadaran, 24 November 1996
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Muhammad Nuh, Pebadaran, Kec. Pusako,
Kab. Siak
Ayah : A. Rahab
Ibu : Mardiana
Jumlah saudara : 4 (Empat)
Email : monalisa101816@gmail.com
Riwayat Pendidikan : SDN 009 Pebadaran (2009)
SMPN 15 Siak (2012)
SMAN 20 Siak (2015)
STIKes Payung Negeri Pekanbaru (2019)

ix
x

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


STIKes PAYUNG NEGERI PEKANBARU

Skripsi, Juli 2019

Monalisa

Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Pada Tatanan Sekolah Di Smp N 32 Kota Pekanbaru Tahun 2019

XV + 42 halaman + 10 tabel + 2 skema + 5 lampiran

ABSTRAK

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) tatanan sekolah adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan PHBS pada tatanan sekolah yaitu
pengetahuan, sikap, dan peran guru. Hasil survei awal dengan memberikan kuisioner
kepada 30 orang siswa, terdapat sebanyak 23 responden yang beresiko tidak berPrilaku
Hidup Bersih dan Sehat atau tidak mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah
BAB, setelah buang air kecil dan juga sebelum makan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) Pada Tatanan Sekolah/Pendidikan di SMP N 32 Kota Pekanbaru Tahun 2019.
Penelitian ini dilakukan pada 18-19 Juni 2019 di SMP Negeri 32 Kota Pekanbaru. Jumlah
responden sebanyak 380 orang dengan instrumen penelitian berupa kuisioner. Analisa
data yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariate dengan menggunakan Uji Chi
Square. Pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan p value
= 0,036 < 0,05, sikap p value = 0,001< 0,05, peran guru p value = 0,000 < 0,05 pada
SMP 32 Kota Pekanbaru Tahun 2019. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan antara pengetahuan, sikap dan peran guru dengan PHBS Tatanan Sekolah.
Peneliti memberi saran kepada siswa- siswi SMP Negerei 32 Pekanbaru agar tetap
beperilaku berPHBS dalam upaya meningkatkan cakupan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dalam Tatanan Sekolah yang lebih bagus lagi.

Kata Kunci : PHBS Tatanan Sekolah, Siswa-siswi


Daftar Pustaka : 18 (2009-2018)

x
xi

COMMUNITY HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM STIKES


PAYUNG NEGERI PEKANBARU

Thesis, July 2019

Monalisa

Factors Associated With Clean and Healthy Life Behavior (PHBS) in School
Arrangements in Pekanbaru N 32 Junior High School in 2019

XV + 42 pages + 10 tables + 2 schemes + 5 attachments

ABSTRACT

Healthy Life Behavior (PHBS) in the school is a set of behaviors practiced by students,
teachers and the community in the school environment on the basis of awareness as a
result of learning so that they are able to prevent disease, improve health, and play an
active role in creating a healthy environment. Factors related to PHBS in the school order
are the knowledge, attitudes, and roles of the teacher. The results of the initial survey by
giving questionnaires to 30 students, there were as many as 23 respondents who were at
risk of not having a Healthy Life Behavior or not washing their hands using soap after
defecation, after urination and also before eating. The purpose of this study is to find out
the Factors Associated with Healthy Life Behavior (PHBS) in School / Education
Arrangements in Pekanbaru 32 Goverment School in 2019. This research was conducted
on June 18-19 2019 in Pekanbaru 32 Goverment in the School. The number of
respondents was 380 people with research instruments in the form of questionnaires. Data
analysis used is univariate and bivariate analysis using Chi Square Test. In this study
there was a significant relationship between knowledge p value = 0.036 <0.05, attitude p
value = 0.001 <0.05, the role of teacher p value = 0,000 <0.05 in SMP 32 Kota Pekanbaru
in 2019. The conclusion of this study is there is a relationship between knowledge,
attitudes and the role of teachers with PHBS in the School. The researcher advised the
students of Pekanbaru 32 Goverment Junior High School to continue to behave in PHBS
in an effort to improve the coverage of Healthy Life Behavior (PHBS) in a better School
Order.

Keywords: Healthy Life Behavior in the School, Students

Bibliography: 18 (2009-2018)

xi
xii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul.
FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH DI
SMP N 32 KOTA PEKANBARU TAHUN 2019.

Adapun Skripsi penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan serta Ilmu Kesehatan Masyarakat. Dalam penyusunan Skripsi
penelitian ini banyak hambatan dan kesulitan, yang tentunya tak akan mampu
dilewati peneliti tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril
maupun material. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Ns. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Payung Negeri Pekanbaru.
2. Dwi Sapta Aryantiningsih, SST, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi S1
Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Payung
Negeri Pekanbaru.
3. Kursiah Warti Ningsih, M.Kes, selaku Koordinator Skripsi.
4. Roza Asnel SKM, M.Kes sebagai pembimbing Skripsi yang telah banyak
membimbing dan memberi semangat, serta motivasi bagi penulis.
5. Rahmi Pramulia F.S, M.Kes selaku Dosen Ketua Penguji yang telah
menguji dan memeberikan arahan dan masukan dalam peyelesaian Skripsi
penelitian ini.

xii
xiii

6. Desi Nindia Kirana SST, M.Kes selaku Dosen Penguji 1 yang telah
menguji dan memberikan arahan dan masukan dalam peyelesaian Skripsi
penelitian ini.
7. Pihak SMP N 32 Kota Pekanbaru, dimana tempat melakukan penelitian.
8. Seluruh Staf Dosen beserta karyawan dan karyawati STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.
9. Terutama ucapan terimakasih kepada kedua orang tua beserta Kakak dan
juga Abang yang tidak pernah mengeluh memberikan dukungan moril dan
materil selama ini.
10. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan IKM Tingkat IV
Angkatan 2015 dan Pasukan Panam & Labuh Baru (Muhammad Yogi,
Putra Kenedi, Putri Lestari, Alberto Jose Romario, Nur Apri) yang telah
membantu dan mendukung peneliti dalam penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa Skripsi penelitian ini, masih jauh dari kata sempurna
walaupun demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Skripsi penelitian ini. Akhirnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa peneliti berserah diri dan semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Pekanbaru, Juli 2019

Peneliti

xiii
xiv

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................xii

DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii

DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi

DAFTAR SKEMA..............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................5

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7

A. Tinjauan Teoritis.......................................................................................................7

B. Penelitian Terkait.....................................................................................................17

C. Kerangka Konseptual...............................................................................................18

D. Hipotesis..................................................................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................20

A. Jenis dan Desain Penelitian.....................................................................................20

B. Lokasi dan Waktu....................................................................................................20

C. Populasi dan Sampel................................................................................................20

D. Instrument Penelitian...............................................................................................20

E. Defenisi Operasional................................................................................................21

F. Etika Penelitian........................................................................................................22

G. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................................22

xiv
xv

H. Analisis Data............................................................................................................23

BAB IV HASIL PENELITIAN...........................................................................25

A. Analisa Univariat..................................................................................................25

B. Analisa Bivariat....................................................................................................27

BAB V PEMBAHASAN......................................................................................30

A. Analisa Univariat..................................................................................................30

B. Analisa Bivariat....................................................................................................33

C. Keterbatasan Penelitian.........................................................................................37

BAB VI PENUTUP..............................................................................................38

A. Kesimpulan...........................................................................................................38

B. Saran.....................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

LAMPIRAN 1.......................................................................................................42

LAMPIRAN 2.......................................................................................................48

LAMPIRAN 3.......................................................................................................51

LAMPIRAN 4.......................................................................................................56

LAMPIRAN 5 65

xv
xvi

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................21

Table 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan PHBS.........................................26

Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Tentang PHBS.......27

Table 4.3Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Tentang PHBS .................27

Table 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Guru Tentang PHBS .......28

Table 4.5 Hubungan PHBS dengan Pengetahuan.............................................28

Tabel 4.6 Hubungan PHBS dengan Sikap ......................................................29

Table 4.7 Hubungan PHBS dengan Peran Guru..............................................30

xvi
xiv

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka teori.................................................................................18

Skema 2.2 Kerangak konsep.............................................................................19

xiv
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

Lampiran 5 : Dokumentasi

xv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pendekatan
Indeks Pembangun Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat
kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih
dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Upaya
untuk mendukung perilaku masyarakat agar mendukung peningkatan derajat
kesehatan dilakukan melalui program pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) (Kemenkes RI, 2012).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluaga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Dalam PHBS terdapat 5 tatanan salah satunya yaitu
tatanan pendidikan atau tatana sekolah, dimana tatanan ini mencakup kesehatan
pada tingkat sekolah atau lingkungan sekolah (Kemenkes RI, 2012)

PHBS tatanan sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh


peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan
lingkungan sehat (Proverawati, 2016). Anak sekolah merupakan aset atau
modal utama pembangunan dimasa depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan
dilindungi kesehatannya. Sekolah selain berfungsi sebagai tempat
pembelajaran dapat juga sebagai ancaman penularan penyakit jika tidak
dikelola dengan baik. Pentingnya PHBS tatanan sekolah untuk anak sekolah
yaitu karena anak sekolah usia sekolah termasuk kelompok masyarakat yang
mempunyai resiko tinggi. Anak usia sekolah adalah waktu yang paling tepat

1
2

untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Anak usia sekolah
merupakan kelompok terbesar dari golongan anak-anak, terutama di negara
yang mengenal wajib belajar. Sekolah adalah salah satu institusi masyarakat
yang telah terorganisir secara baik. Kesehatan anak usia sekolah akan
menentukan kesehatan masyarakat dan bangsa di masa depan (Kemenkes RI,
2012)

PHBS tatanan sekolah mengupayakan agar dapat memberdayakan siswa, guru,


masyarakat dilingkungan sekolah supaya tahu, mau dan mampu
mempraktekkan PHBS sekaligus berperan aktif dalam mewujudkan sekolah
sehat(Kemenkes RI, 2012) Hal ini disebabkan karena banyaknya data yang
menyebutkan bahwa munculnya sebagian penyakit yang sering menyerang
anak usia sekolah misalnya diare, cacingan ternyata berhubungan dengan
PHBS (Maryunani, 2013).

Pengetahuan tentang PHBS merupakan ranah terpenting untuk membentuk


tindakan seseorang. Apabila suatu tindakan didasari oleh pengetahuan maka
perilaku tersebut akan bersifat permanen (selama-lamanya), dan sebaliknya.
sikap dan gaya hidup dapat meningkatkan nilai ekspektasi hidup yang
berkaitan dengan kesehatan pribadi secara umum yang bersifat postif, dalam
hal ini adalah perilaku hidup bersih dan sehat (Notoatmodjo, 2010).

Menurut penelitian (Chairina, 2018) dalam masalah PHBS di sekolah peran


guru sebagai pendamping siswa sebagai pengajar dan pendidik untuk
membentuk perilaku yang sesuai dengan harapan sebagai generasi penerus,
guru memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas,
dalam bentuk pengabdian. Kebersihan sekolah merupakan kewajiban yang
dibangun dalam sekolah dimana antara guru, siswa, karyawan, dan semua
unsur yang ada di dalamnya saling berkaitan. Akan tetapi kebiasaan yang
terjadi didalam suatu sekolah adalah kebersihan sekolah yang dibebankan
kepada penjaga sekolah (petugas kebersihan sekolah). Hal ini merupakan
contoh kurang baik dalam pelaksanaan pendidikan khususnya di sekolah.

2
3

Menurut Albar 1997 dalam penelitian (Chairina, 2018) Peran guru sebagai
pengajar, pendidik dan pelatih memiliki posisi yang strategis untuk
menanamkan prinsip-prinsip PHBS dan mendukung pelaksanaan PHBS di
lingkungan sekolah. Sosialisasi sejak dini oleh guru kepada siswa mengenai
pesan-pesan yang ada dalam PHBS melalui semua aktivitas harian di sekolah
dikaitkan dengan PHBS dengan tujuan setiap anak akan terbiasa dengan hal
tersebut dan dapat saling mengingatkan antar mereka untuk selalu
melaksanakan praktik PHBS. Semakin besar peran guru dalam
mensosialisasikan pesan PHBS maka siswa akan lebih baik dalam
mempraktikkan PHBS di sekolah. Hal itu dimungkinkan karena biasanya anak-
anak patuh terhadap perintah gurunya sehingga bila gurunya semakin berperan
dalam mensosialisasikan PHBS maka praktiknya juga akan semakin baik.

Menurut WHO pada data terakhir tahun 2011, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta
orang di Negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia
akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air minum yang
aman, sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, system pembuangan
sampah serta pendidikan hygiene dapat menekan angka kematian diare sampai
65%, serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26% diare pada anak terjadi
akibat rotavirus. Biasanya virus masuk mulut melalui tangan yang
terkontaminasi kotoran akibat tidak mencuci tangan.

Secara nasional, penduduk yang telah memenuhi kriteria PHBS baik tahun
2005 sebesar 27% , tahun 2007 sebesar 36,3%, tahun 2013 sebesar 38,7% dan
tahun 2015 sebesar 40%. Sulawesi Utara PHBS kategori baik 46,9 dan
Kabupaten Minahasa 45,6%. Angka tersebut masih jauh dari target nasional
tahun 2019 yaitu sebesar 80% (Kemenkes RI, 2013).

Data Global School Health Survey (GSHS) menunjukkan bahwa anak usia
sekolah 22,2% pernah merokok, 11,6% saat ini masih merokok, 4,4% pernah
mengkonsumsi alcohol, hal tersebut menunjukkan adanya tantangan kesehatan

3
4

yaitu meningkatnya kesenjangan dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat (PHBS) (Notoatmodjo, 2007).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan anak usia 10-14
tahun, usia SMP dan SMA (Notoatmodjo, 2007) pada laki-laki dan perempuan
menunjukkan kurang makan sayur dan buah serta mengkonsumsi makanan
yang tidak sehat seperti makanan yang berpenyedap, junkfood atau serba
instan. Hal ini menyebabkan tingginya penyakit hipertensi, Diabetes Melitus
dan lainnya.

Berdasarkan profil kesehatan kota Pekanbaru tahun 2015, salah satu bidang di
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru adalah Promosi Kesehatan, dimana
puskesmas yang ada di Pekanbaru harus memberikan data –data promosi
kesehatan berupa data penyuluhan diwilayah kerja masing-masing. Salah satu
penyuluhan yang dilaksanakan yaitu penyuluhan PHBS tatanan Sekolah
(Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan survei awal yang telah di lakukan di SMP N 32 Kota Pekanbaru


terdapat 380 orang siswa yang terdiri dari kelas VII dan kelas VIII. Peneliti
melakukan survei awal dengan memberikan kuisioner kepada 30 orang siswa,
terdapat sebanyak 23 responden yang beresiko tidak berPrilaku Hidup Bersih
dan Sehat atau tidak mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah BAB,
setelah BAK dan juga sebelum makan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa siswa/I disekolah tersebut belum memperhatikan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) yang nantinya akan menimbulkan resiko terserang penyakit.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Pada Tatanan Sekolah di SMP N 32 Kota Pekanbaru Tahun
2019”.

4
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Pada Tatanan Sekolah/Pendidikan di SMP N 32 Kota Pekanbaru
Tahun 2019”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Sekolah/Pendidikan di SMP
N 32 Kota Pekanbaru Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan siswa-siswi terhadap perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan sekolah/pendidikan di
sekolah menengah pertama di SMP N 32 Kota Pekanbaru tahun 2019.
b. Untuk mengetahui hubungan sikap siswa-siswi terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan sekolah/pendidikan di sekolah
menengah pertama di SMP N 32 Kota Pekanbaru tahun 2019.
c. Untuk mengetahui hubungan peran guru terhadap perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) pada tatanan sekolah/pendidikan di sekolah menengah
pertama di SMP N 32 Kota Pekanbaru tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Lain
Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan
perbandingan atau pun data mengenai Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan
Sekolah/Pendidikan di SMP N 32 Kota Pekanbaru Tahun 2019.

5
6

2. Bagi Tempat Penelitian


Dapat menjadi masukan peningkatan dan penyuksesan program Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah. SMP N 32 Kota Pekanbaru.
3. Bagi STIKes Payung Negeri
Sebagai informasi meningkatkan pendidikan kesehatan, serta sebagai
masukan bagi penelitian selanjutnya khususnya bagi peminatan promosi
kesehatan dan ilmu perilaku menjadi lulusan yang kompeten dalam
menangani masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat.

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku
dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan
sehat dirumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara,
dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga (Kemenkes RI, 2012)

PHBS merupakan strategi yang digunakan untuk menciptakan


kemandirian dalam menciptakan dan meraih kesehatan dan merupakan
suatu perilaku yang diterapkan berdasarkan kesadaran yang merupakan
hasil dari pembelajaran yang dapat membuat individu atau anggota
keluarga bisa meningkatkan taraf kesehatannya di bidang kesehatan
masyarakat (Kemenkes RI, 2012)

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan bentuk


perwujudan untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan
suatu kondisi yang kondusif bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku agar
dapat menerapkan cara–cara hidup sehat dalam rangka menjaga,
memelihara, dan meningkatkan kesehatan (Tanjung, 2016).

Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup
keluarga yang selalu memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh

7
8

anggota keluarga. Semua prilaku yang dilaksanakan atas dasar keinginan


sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
dalam kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
kesehatan dimasyarakat. Kegiatan PHBS tidak dapat dilaksanakan
apabila tidak ada kesadaran dari anggota keluarga itu sendiri. PHBS
harus diterapkan sedini mungkin agar dapat menjadi kebiasaan positif
dalam memelihara kesehatan (Proverawati, 2016).

b. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di Tatanan Sekolah


Sekolah adalah organisasi yang terusun rapi dengan segala aktifitasnya
yang direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum.
Sekolah adalah tenpat diselenggarakannya peoses belajar mengajar
secara formal, dimana terjadi transfortasi ilmu dari para guru pengajar
dengan anak didiknya. Sekolah merupakan suatu hal yang sangat penting
untuk kehidupan manusia dengan tidak adanya sekolah, maka kualitas
pendidikan masyarakat yang ada di Indonesia jadi terganggu. Sekolah
memegang peran penting dalam pendidikan karena pengaruhnya yang
besar sebagai pusat pendidikan, sekolah juga mempunyai funsi sebagai
pusat pendidikan untuk membentuk pribadi anak (Proverawati, 2016).

PHBS disekolah adalah kumpulan berbagai macam prilaku yang


dipraktikan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri
mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan
aktif dalam mewujutkan kesehatan (Proverawati, 2016).

PHBS pada institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan


peningkatan kemapuan untuk berperilaku hidup besih dn sehat di tatanan
institusi pendidikan. Adapun idikator PHBS pada institusi pendidikan /
sekolah yaitu meliputi mencuci tangan dengan air yang mengalir dan
menggunakan sabun, mengkonsusmi makanan sehat disekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan

8
9

terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok disekolah,


menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan,
membuang sampah pada tempatnya (Maryunani, 2013).

Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling pentingdalam


pencegahan dan pengontrolan infeksi. Mencuci tangan merupakan proses
pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kedua belah tangan
dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan adalah untuk
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit
dan mengurangi jumlah mikroorganisme. Mencuci tangan juga dapat
menghilangkan sejumlah besar virus yang menjadi penyebab berbagai
penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti diare
dan saluran nafas seperti influenza. Hampir semua orang mengerti
pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun masih banyak yang tidak
membiasakan diri untuk melakukan dengan benar pada saat yang penting
(Utomo & Alfiyanti, 2013).

Mencuci tangan memakai sabun sangat penting sebagai salah satu


mencegah terjadinya diare, kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah
buang air besar, setelah menceboki bayi dan balita, sebelum makan serta
sebelum menyiapkan makanan. Masyarakat akan mampu meningkatkan
pengetahuan hidup sehat dimanapun mereka berada jika mereka sadar,
termotivasi dan di dukungan dengan adanya informasi serta sarana dan
prasarana kesehatan. Masyarakat hanya mengetahui penyakit menular
pada penyakit tertentu saja sedangkan untuk penyakit dalam atau
penyakit infeksilainya masih kurang sehingga kesadaran untuk
masyarakat dalam menjaga hidup sehat, dan menjaga dirinya dari bahaya
penyakit menular terbatas pada apa yang mereka ketahui saja. Mencuci
tangan merupakan metode tertua, sederhana dan paling konsisten untuk
pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi (Devis, 2017).

9
10

Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir sebelum makan atau sesudah buang air besar. Prilaku mencuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun dapat mencegah
penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan,
penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu burun, dan lainnya. WHO
menyarankan mencuci tangan dengan air mengalir dan pakai sabun
karena dapat menggugurkan semua kotoran dan lemak yang mengandung
kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum makan,
setelah beraktifitas diluar sekolah, besalaman dengan orang lain, setelah
bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan dan setelah sehabis dari
toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan dilakukan dilingkungan
sekolah untuk melatih hidup dehat sejak dini. Anak sekolah menjasi
sasaran yang sangat pnting karena disarapkan dapat menyampaikan
informasi kesehatan pada keluarga dan juga masyarakat (Nugraheni,
2010).

Menurut WHO (2005) dalam (Kemenkes, 2012), ada 2 teknik dalam


melakukan cuci tangan yaitu: mencuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air, mencuci tangan dengan menggunakan larutan berbahan
dasar alkohol. Langkah-langkah mencuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air yang mengalir yaitu:
1. Basuh tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
8. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak

10
11

9. tangan kiri dan sebaliknya


10. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
11. Bilas kedua tangan dengan air
12. Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar kering
13. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran
14. Kedua tangan telah aman

Menurut (Riskesdas, 2013), seluruh anggota masyarakat (siswa, guru,


staf sekolah) harus mencuci tangan sebelum makan, sesudah buang air
kecil/besar, sesudah beraktifitas atau setiap kali tangan kotor dengan
memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir
akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor,
sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh
kuman yang ada di tangan sehingga tangan menjadi bersih dan bebas dari
kuman serta dapat mencegah terjadinya penularan penyakit diare, demam
tifoid, kecacingan, penyakit kulit, ISPA, dan flu burung.

c. Fasilitas Penunjang PHBS


Fasilitas penunjang sekolah antara lain adalah: (Kemenkes RI, 2013)
1) Ketersediaan air bersih yang bebas dari jentik nyamuk
Air bersih yang tersedia disekolah dapat digunakan oleh siswa dan
guru untuk berbagai macam keperluan. Siswa dan guru dapat
menggunakan air bersih untuk mencuci tangan dengan air mengalir
sebelum makan dan sesudah buang air besar. Prilaku mencuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun dapat
mencegah penularan dari berbagai penyakit. Kegiatan pemeriksaan
tempat air bersih dilakukan untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam
berdarah. Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dapat
dilakukan dengan 3 M yaitu menguras, menutup, dan mengubur
minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan

11
12

jentik nyamuk ini kemudian disosialisasikan kepada seluruh warga


sekolah.
2) Fasilitas penunjang PHBS
Yaitu tersedianya kantin sekolah dengan jajanan yang sehat,
ketersediaan jamban yang bersih, tempat dan program olahraga
yang teratur dan terukur, dan juga tersedianya tempat sampah.
Dimana fasilitas tersebut dapat menunjang siswa-siwi dalam
beprilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan sekolah.

d. Manfaat PHBS
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
prefentif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola
hidup sehat merupakan perwujutan dari paradigm sehat yang berkaitan
dengan prilaku perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakatyang
berorientasi sehat dapat meningkat, memelihara, dan melindungi kualitas
kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun social. Perilaku hidup
sehat meliputi prilaku proaktif untuk: memelihara dan meningkatkan
kesehatan dengan cara olahraga teratur dan hidup sehat, menghilangkan
kebudayaan yang beresiko menimbulkan penyakit, usaha untuk
melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit, dan
berpartisipasi aktif dalam derakan kesehatan masyarakat (Proverawati,
2016).

Manfaat PHBS bagi lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah


yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat sekitar
sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan
semagat proses belajar mengajar yang berdampak padaa prestasi belajar
siswa-siswi, citra sekolah sebagai institusi pendidikaan semakin
meningkat sehingga mampi menarik minat orang tua dan dapat
mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta
menjadi contoh sebagai sekolah sehat bagi daerah lain (Kemenkes RI,
2012).

12
13

e. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut (Depkes RI, 2009) dikembangkan dalam lima
tahun yaitu rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, ditempat umum,
institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS
di institusi pendidikn ialah seluruh warga institusi pendidikan yang
terbagi dalam:
1) Sasaran primer
Sasaran primer yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang
akan dirubah prilakunya atau murid dan guru bermasalah
(individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah)
Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah
perilakunya , atau murid yang bermasalah.
2) Sasaran skunder
Merupakan sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi
pendidikan yang bermasalah misalnya: kepala sekolah, guru, orang
tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas
kesehatan dan lintas sektor terkait.
3) Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharap menjadi pembantu dalam
mendukung pendanaan. Kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya
pelaksanan PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah,
camat, kepala puskesmas, diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang
tua murid.

2. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Mencuci Tangan Pakai


Sabun
Faktor-faktor yang berhungan dengan mencuci tangan pakai sabun terdiri
dari : (Notoatmodjo, 2010)

13
14

a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan faktor permudah (presdisposising factor) bagi
anak-anak untuk terlaksananya CTPS, dengan demikian faktor ini
menjadi pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi
bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat
pendidikan dan tingkat social ekonomi. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo, bahwa salah satu faktor yang
mepengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan siswa, maka
semakin tinggi pendidikan yang ditempuh maka diharapkan
pengetahuannya juga tinggi, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang
kesehatan khususnya cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai
sabun (Setyaningrum, 2015).

Pengetahuan bisa didefinisikan atau diberi batasan sebagai berikut ini:


Sesuatu yang ada atau dianggap ada, Sesuatu hasil persesuaian subjek
dengan objek, Hasil kodrat manusia ingin tahu, Hasil persesuaian antara
induksi dengan dedukasi. Tingginya prosentase anak yang mempunyai
pengetahuan yang baik tentang cuci tangan ini dapat dikarenakan oleh
sejak usia dini mereka sudah terlebih dahulu diberikan atau diajari baik
oleh orang tua atau guru. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Sehingga pada saat
anak-anak diberikan pertanyaan mengenai cuci tangan, mereka mampu
mengingat kembali apa yang pernah mereka dengar sebelumnya
(Khoiruddin, 2016).

Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang


dipahami, yang diperoleh dari proses belajar selama hidup dapat
dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri, baik
terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga yaitu melalui

14
15

proses melihat atau mendengar kenyataan, selain itu juga melalui


pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun non-
formal. Pendidikan formal dapat diperoleh anak di bangku sekolah,
sementara pendidikan non-formal didapatkan anak dari orang tuanya di
rumah (DEWI, 2017).

b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan pengetahuan dalam hal memahami dan perilaku
merupakan aplikasi atau penerapan pengetahuan seseorang sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya. Apabila pengetahuan cukup baik
maka terwujud perilaku cukup belum sampai kategori baik, artinya
siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan cuci tangan cukup belum
mampu berperilaku baik dibanding dengan siswa atau perawat yang
mempunyai pengetahuan tentang cuci tangan sebelum dan setelah
makan dengan kategori baik. Sesuai dengan teori Notoatmodjo,
perilaku muncul karena ada rangsangan pengetahuan yang dimilikinya,
kemudian diproses dalam pikiran dan diwujudkan dalam sebuah
perilaku dalam hal ini adalah perilaku cuci tangan sebelum dan setelah
makan pakai sabun (Ashar, 2016).

Sikap siswa terhadap mencuci tangan merupakan salah satu untuk


mencegah terjadinya penyakit seperti penyakit diare. Kurangnya
fasilitas mencuci tangan dapat mempegaruhi sikap siswa untuk mencuci
tangan di Sekolah, dikarenakan minimnya sarana mencuci tangan di
sekolah seperti tempat cuci tangan. Pengetahuan yang kurang dan sikap
yang kurang mendukung sangatlah berpengaruh pada perilaku
seseorang (Suhartini, 2017).

Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan


perilaku seseorang yang biasa disebut faktor predisposisi. Sikap
merupakan suatu keadaan internal yang mempengaruhi tindakan
individu terhadap beberapa objek, pribadi dan peristiwa. Seorang anak

15
16

yang memilki sikap terhadap pencegaha dan penanggulangan diare


merupakan suatu kesatuan untuk menurunkan angka kesakitan diare.
Jika sikap dari pada seorang anak terhadap pencegahan diare sangat
mendukung, maka angka kejadian diare akan berkurang(Setyaningrum,
2015).

c. Peran Guru Tentang PHBS


Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yang
terdapat dalam Bab I Pasal 1 bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan,
melatih, memberikan, menilai, mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Albar, 1997 dalam penelitian (Chairina,
2018) menyatakan bahwa istilah lain guru adalah pendidik, yaitu
orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau
bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri
dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di
muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri
sendiri. Sehingga seorang guru memiliki peran penting dalam
pembentukan akhak, perilaku dan karakter anak. Peran guru sebagai
pendamping siswa sebagai pengajar dan pendidik untuk membentuk
perilaku yang sesuai dengan harapan sebagai generasi penerus, guru
memiliki banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun di luar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat
tiga jenis tugas guru, yakni Tugas dalam bidang profesi Tugas guru
sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai nilai hidup yang baik
dalam membentuk perilaku siswa yang tepuji baik terhadap dirinya,
lingkungan dan masyarakat. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

16
17

B. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh I’ef Rida Asroh (2016) dengan judul “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Terhadap Siswa Siswi Di Tatanan Pendidikan Di SMP N 2 Bunut
Tahun 2016” mendapatkan hasil P value = 0,000 maka pvalue < 0,05, hal ini
menjelaskan bahwa ada hubungan antara pengetahuan siswa/I dan peran
guru dengan keberhasilan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tatanan
sekolah menengah pertama di Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan
Tahun 2016.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Chairina (2018) dengan judul “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) Pada Tatanan Sekolah SMAN 1 Kuok Kabupaten Kampar Tahun
2018” mendapatkan hasil uji statistik dengan chi square pada CI 95%
menunjukkan nilai Pvalue = 0,007 berati nilai P < 0,05 maka hipotesis
alternative (Ha) Diterima. Demikian dapat disimpulkan bahwa ada
Hubungan yang signifikan antara Peran guru dengan PHBS Tatanan
Sekolah di SMAN 1 Kuok Tahun 2018.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nelson Tanjung (2016) dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Perilaku Hidup Bersih
Dan Sehat Dengan Tindakan PHBS Di SD Swasta Luther Kecamatan Siatas
Barita Tapanuli Utara Tahun 2013” mendapatkan hasil penelitian diperoleh
karakteristik responden pada penelitian meliputi sikap siswa mayoritas
kurang sebanyak 28 orang (54,9%). Kurangnya sikap Siswa ini dapat terjadi
karena kurangnya kesadaran dan pemahaman mereka tentang periaku hidup
bersih dan sehat itu sendiri sehingga reaksi atau Siswa mereka masih
tergolong kurang. Berdasarkan uji chisquare diperoleh nilai p value sebesar
0,000 yang artinya ada hubungan sikap siswa tentang perilaku hidup bersih
dan sehat dengan tindakan PHBS.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Khoirudin (2015) dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Berhubungan dengan Sikap Cuci Tangan Bersih Pakai Sabun
Sebelum dan Setelah Makan pada Siswa SD N Ngebel Tamantirta, Kasihan,

17
18

Bantul, Yogyakarta” mendapatkan hasil penelitian bahwa tingkat


pengetahuan siswa kelas 4, 5, 6 SDN Ngebel Tamantirta Kasihan, Bantul
mengenai cuci tangan sebelum dan setelah makan pakai sabun relatif cukup
baik, untuk sikap juga dalam kategori cukup baik. Ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan sikap cuci tangan sebelum dan setelah makan
pakai sabun pada siswa kelas 4, 5, 6 SDN Ngebel Tamantirta Kasihan,
Bantul.

C. Kerangka Konseptual
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah gambaran atau batasan tentang teori yang dipakai
sebagai landasan penelitian yang akan dipakai . Maka kerangka teorinya
adalah: (Notoatmodjo, 2010)

Skema 2.1
Kerangka Teori

Pengalaman Pengetahuan

Lingkungan Sikap
Perilaku
Keyakinan Persepsi

Social Budaya Kehendak

Motivasi

Keinginan

Niat

Sumber : (Notoatmodjo, 2010)

2. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian menurut (Notoatmodjo, 2010) adalah suatu
uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap

18
19

konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variable yang
lain dari masalah yang akan diteliti.

Skema 2.2
Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan

Sikap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(Mencuci tangan dengan air bersih dan
Peran Guru sabun)

D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari peneliti yang di rangkum dalam
bentuk hubungan dua variabel, yaitu varibael bebas dan terikat, yang dimana
berfungsi untuk menentukan pembuktian, yang dimana artinya hipotesis ini
sebuah pernyataan yang harus dibuktikan Hipotetsis nol (Ho): (Notoatmodjo,
2012).
Tidak ada hubungan antara faktor-faktor PHBS terhadap PHBS pada tatanan
sekolah.
1. Hipotetsis nol (Ho) : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan
pelaksanaan PHBS tatanan sekolah/pendidikian di SMP N 32 Kota
Pekanbaru Tahun 2019.
2. Hipotetsis nol (Ho) : Tidak ada hubungan antara sikap dengan pelaksanaan
PHBS tatanan sekolah/pendidikian di SMP N 32 Kota Pekanbaru Tahun
2019.
3. Hipotetsis nol (Ho) : Tidak ada hubungan antara peran guru dengan
pelaksanaan PHBS tatanan sekolah/pendidikian di SMP N 32 Kota
Pekanbaru Tahun 2019.

19
20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain
penelitian cross sectional yaitu untuk mengetahui Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan
Sekolah/Pendidikan di SMP N 32 Kota Pekanbaru Tahun 2019. Penelitian
kuantitatif mengukur fakta objektif melalui konsep yang diturunkan pada
variable-variabel dan dijabarkan pada indicator dengan memperhatikan aspek
reliabitas. Penelitian kuantitatif bersifat bebas nilai dan konteks mempunyai
banyak kasus dan subjektif yang diteliti sehingga dapat ditampilkan dalam
bentuk data statistik (Nasir, 2011).

B. Lokasi dan Waktu


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 32 Kota Pekanbaru.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 32 Kota Pekanbaru. Pelaksanaan
dilakukan mulai dari persiapan pra riset yaitu dimulai dari penyusunan
proposal sampai dengan persentasi hasil yang di rencanakan dari bulan
Oktober 2018 sampai juli 2019.

C. Populasi dan Sampel


Menurut (Notoatmodjo, 2010) populasi adalah keseluruh objek penelitian atau
objek yang diteliti. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa di SMP Negeri 32 Kota Pekanbaru berjumlah 380 orang dari 420
orang siswa, maka dari itu seluruh populasi dijadikan responden

D. Instrument Penelitian
Menurut (Riduwan, 2013) instrument Ialah seluruh alat yang dipakai untuk
mendapatkan, mengelola dan memperartikan informasi kepada responden

20
21

dengan cara bersamaan. pada penelitian ini instrument yang digunakan adalah
kuesioner.

1. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat untuk pengumpulan data sebagai daftar
pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana
responden dan interview tinggal memberikan jawaban atau dengan
memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang di adopsi dari
penelitian Asfi Honi Ashar yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Tentang
Cuci Tangan Dengan Sikap Cuci Tangan Pada Anak Di Sdn 2 Rogodono
Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen” dan dari penelitian Septi Ratna
Dewi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Tentang Mencuci Tangan
Pada Siswa Sd Bangunkerto Turi Sleman Yogyakarta” serta dari penelitian
Alif Nurul Rosyidah yang berjudul “ Hubungan Perilaku Cuci Tangan
Terhadap Diare Pada Siswa Di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02”.
2. Kamera
Kamera adalah berupa alat elektronik yang digunakan untuk mengumpulkan
dokumentasi kegiatan selama penelitian.

E. Defenisi Operasional
Defonisi operasional adalah mendeskripsikan variable penelitian sedemikian
rupa sehingga bersifat spesifik dan terukur (Riduwan, 2013). Defenisi
operasional juga merupakan aspek penelitian yang memberikan informasi
kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur variable.
Tabel 3.1
Defenisi Operasional

Varabel Defenisi Operasional Alat ukur Skala ukur Hasil ukur


Variabel Dependen: Cuci tangan dengan sabun Kuesioner Ordinal 1 = Tidak Pernah <
Perilaku Hidup Bersih merupakan bagian penting 2
dan Sehat (mencuci karena kegiatan ini sebagai 2 = Pernah ≥ 2
tangan dengan air implementasi dari paradigma
yang mengalir dan baru dalam pelaksanaan
menggunakan sabun) program-program kesehatan.
Variabel Tingkat pengetahuan dan Kuesioner Ordinal 1 = Rendah <15
indenpenden: pemahaman siswa-siswi dan 2 = Tinggi ≥15
Pengetahuan guru tentang PHBS

21
22

Sikap Sikap merupakan Kuesioner Ordinal 1 = Negatif < 30


pengetahuan dalam hal 2 = Positif ≥30
memahami dan perilaku
merupakan aplikasi atau
penerapan pengetahuan
seseorang sesuai dengan
pengetahuan yang
dimilikinya.
Peran Guru Perilaku atau tindakan yang Kuesioner Ordinal 1 = Tidak berperan
dilakukan oleh pihak pengajar < 10
dalam mengajak atau 2 = Berperan ≥ 10
memberi tahu kepada murid-
muridnya untuk melakukan
perilaku hidup bersih dan
sehat

F. Etika Penelitian
Menurut (Notoatmodjo, 2012) etika membantu manusia untuk melihat atau
menilai secara kritis moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Etika
juga membantu dalam merumuskan pedoman etis atau norma-norma yang
diperlukan dalam kelompok masyarakat, termasuk masyarakat professional.
Sedangkan etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan
publikasi hasil penelitian.

G. Prosedur Pengumpulan Data


Menurut (Notoatmodjo, 2012) pengolahan data dilakukan dengan beberapa
tahapan , yaitu :
1. Teknik Pengolahan Data
a. Pemeriksaan Data (Editing) Merupakan kegiatan untuk melakukan
pengecekan isian kuesioner apakah jawaban yang sudah jelas, lengkap
dan konsisten dengan yang ada pada kuesioner.
b. Pengkodean Data (Coding) Merupakan kegiatan merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka.Guna nya adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data.
c. Memasukkan Data (Entry data) Memasukkan data yang sudah di coding
yang berasal dari kuesioner ke computer.

22
23

d. Memproses Data (Processing) Merupakan kegiatan memproses data


dengan cara mengentri data dari kuesioner ke computer. Pada penelitian
ini entry data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi.
e. Pengecekkan Data (Cleaning) Merupakan program pembersihan data
berupa pengecekkan kembali data yang sudah di entry, yang bertujuan
untuk apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Tahap Persiapan
a. Menetapkan waktu dan tempat penelitian
b. Mengurus surat izin penelitian yang dibuat oleh kampus STIKes Payung
Negeri Pekanbaru
c. Setelah mendapatkan surat dari kampus STIKes Payung Negeri
Pekanbaru
d. Peneliti memasukkan surat izin ke Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
e. Setelah mendapatkan surat tembusan dari Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
f. Lalu peneliti memasukkan surat ke SMP N 32 Kota Pekanbaru.
3. Tahap Kerja
a. Mendatangi responden sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh peneliti.
b. Mempersilahkan responden untuk menandatangani lembar persetujuan
sebagai responden.
c. Peneliti menyerahkan satu berkas kuesioner dan responden dipersilahkan
untuk memahami penelitian yang dilaksanakan dengan membaca
petunjuk penelitian.

H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Menurut (Notoatmodjo, 2012) analisis Univariat dilakukan untuk
memperoleh distibusi frekuensi dari masing-masing variable penelitian baik
variable independen maupun variable dependen. Analisis Univariat

23
24

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap


variable penelitian.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat menurut (Notoatmodjo, 2010) adalah analisa data yang
dilakukan untuk mencari atau membuktikan hubungan terhadap dua variable
yaitu Independen dan dependen. Analisis Bivariat dilakukan dengan
menggunakan uji kai kuadrat (Chi Square). Prinsip dari Uji Chi Square
adalah membandigkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi
harapan (ekpetasi). Bila nilai frekuensi observasi harapan sama ,maka di
katakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila
nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan berbeda maka
dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Analisis Bivariat
dilakukan dengan menggunakan uji kai kuadrat (Chi Square) dengan
derajat kepercayaan 95% (α =0,05) dengan system komputerisasi. Apabila
dari uji statistic disapatkan p velue < α = 0,05 maka dapat dikatakan ada
hubungan bermakna antara dua variable. Apabila dari uji statistic
didapatkan p velue > α = 0,05 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan
bermakna antara dua variable.

24
25

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil penelitian mengenai
faktor –faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
pada tatanan Sekolah di SMP N 32 Kota Pekanbaru. Subjek penelitian adalah
siswa siswi sebanyak 380 orang. Hasil penelitian ini disajikan secara dua analisa
yang berbeda yaitu analisa univariat dan analisa bivariat dengan hasil yang
didapatkan sebagai berikut :

A. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif mengenai
distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik
variabel bebas maupun variabel terikat.

1. Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Prilaku Hidup Bersih Sehat
di SMP N 32 Kota Pekanbaru
PHBS Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Pernah 178 46,8
Pernah 202 53,2
Total 380 100
Sumber : Analisis Data Primer 2019

Distribusi Frekuensi Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang pernah


melakukan prilaku hidup bersih sehat yaitu 202 orang (53,2%).

25
26

2. Pengetahuan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Tentang PHBS
di SMP N 32 Kota Pekanbaru
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Rendah 136 35,8

Tinggi 244 64,2

Total 380 100

Sumber : Analisis Data Primer 2019


Distribusi Frekuensi tingkat pengetahuan terhadap prilaku hidup bersih sehat
(PHBS), paling banyak responden memiliki pengetahuan tinggi yaitu 244
orang (64,2 %).

3. Sikap

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang PHBS
di SMP N 32 Kota Pekanbaru
Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
Negatif 126 33,2

Positif 254 66,8


Total 380 100

Sumber : Analisis Data Primer 2019

Distribusi sikap terhadap prilaku hidup bersih sehat (PHBS), paling banyak
responden memiliki sikap positif yaitu 254 orang (66,8 %).

26
27

4. Peran Guru
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Peran Guru Tentang PHBS
di SMP N 32 Kota Pekanbaru

Peran Guru Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Berperan 152 40,0

Berperan 228 60,0

Total 380 100

Sumber : Analisis Data Primer 2019


Distribusi peran guru terhadap prilaku hidup bersih sehat (PHBS), paling
banyak guru yang berperan yaitu 228 orang (60,0%).

B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Pengetahuan
di SMP N 32 Kota Pekanbaru

Tabel 4.5
Hubungan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Pengetahuan
di SMP N 32 Kota Pekanbaru
Prilaku Hidup Bersih Sehat Total OR P
Pengetahuan (PHBS) value
Tidak Pernah Pernah 95% CI
N % N % N %
Rendah 74 54,4 62 42,6 136 100 1,607
Tinggi 104 42,6 140 57,4 144 100 (2,451 – 0,036
Total 178 46,8 202 53,2 380 1.053)

Sumber: analisa data primer 2019

Hasil analisa hubungan antara pengetahuan dengan prilaku hidup bersih


sehat (PHBS) diperoleh bahwa ada sebanyak 74 (54,4%) dari 136 siswa
yang memiliki pengetahuan rendah yang tidak pernah berprilaku hidup
bersih sehat (PHBS), sedangkan diantara yang memilki pengetahuan tinggi
yang pernah berprilaku hidup bersih sehat (PHBS) ada 140 (57,4%) dari
144 siswa. Hasil uji statistik diperoleh P = 0,036 maka dapat disimpulkan

27
28

ada perbedaan proporsi prilaku hidup bersih sehat (PHBS) antra


pengetahuan rendah (ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan (PHBS) prilaku hidup bersih sehat ). Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR = 2, artinya siswa yang memiliki pengetahuan tinggi
memiliki peluang 2 kali berpeluang memiliki prilaku hidup bersih sehat
(PHBS) dibandingkan yang memiliki pengetahuan rendah.

2. Hubungan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Sikap di SMP


N 32 Kota Pekanbaru

Tabel 4.6
Hubungan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Sikap
di SMP N 32 Kota Pekanbaru

Prilaku Hidup Bersih Sehat Total OR P


Sikap (PHBS) 95% CI value
Tidak Pernah Pernah
N % N % N %
Negative 43 34,1 83 65,9 126 100 0,457
Positif 135 53,1 119 46,9 254 100 (0,771 – 0,001
0,293)
Total 178 46,8 202 53,2 380
Sumber: analisa data primer 2019

Hasil analisa hubungan antara sikap dengan prilaku hidup bersih sehat
(PHBS) diperoleh bahwa ada sebanyak 43 (65,9 %) dari 126 siswa yang
sikap negatif tidak pernah berprilaku hidup bersih sehat (PHBS),
sedangkan diantara yang memilki sikap positif yang tidak pernah
berprilaku hidup bersih sehat (PHBS) ada 135 (53,1 %) dari 254 siswa.
Hasil uji statistik diperoleh P = 0,001 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan proporsi prilaku hidup bersih sehat (PHBS) antara sikap
negative dengan sikap positif (ada hubungan yang signifikan antara sikap
dengan (PHBS) prilaku hidup bersih sehat ). Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR = 1, artinya siswa yang memiliki sikap postif memiliki
peluang 0,457 kali pernah memiliki prilaku hidup bersih sehat (PHBS)
dibandingkan yang memiliki sikap negative .

28
29

3. Hubungan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Peran Guru di


SMP N 32 Kota Pekanbaru

Tabel 4.7
Hubungan Prilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Peran Guru
di SMP N 32 Kota Pekanbaru

Prilaku Hidup Bersih Sehat Total OR P


Peran (PHBS) 95% CI value
Guru Tidak Pernah Pernah
N % N % N %
Tidak 91 59,9 61 40,1 152 100 2.418
Berperan (3,681 – 0,000
Berperan 87 38,2 141 61,8 228 100 1,588)
Total 178 46,8 202 53,2 380
Sumber: analisa data primer 2019

Hasil analisa hubungan antara peran guru dengan prilaku hidup bersih
sehat (PHBS) diperoleh bahwa ada sebanyak 91 (59,9 %) dari 152 siswa
yang guru yang tidak berperan tidak pernah berprilaku hidup bersih sehat
(PHBS), sedangkan diantara guru yang berperan yang pernah berprilaku
hidup bersih sehat (PHBS) ada 141 (61,8 %) dari 228 siswa. Hasil uji
statistik diperoleh P = 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
proporsi prilaku hidup bersih sehat (PHBS) antara guru yang tidak
berperan dengan guru yang berperan (ada hubungan yang signifikan antara
peran guru dengan (PHBS) prilaku hidup bersih sehat ). Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 2, artinya guru yang berperan memiliki peluang
2 kali pernah berprilaku hidup bersih sehat (PHBS) dibandingkan yang
memiliki guru yang tidak berperan.

29
30

BAB V

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka pada bab
ini akan membahas tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Sekolah di SMP N 32 Kota
Pekanbaru. Data tersebut dapat dijadikan acuan dan tolak ukur dalam
melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir, dapat dilihat sebagai berikut :

A. Analisa Univariat
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian dari 380 responden secara keseluruhan
diketahui bahwa mayoritas memiliki pengetahuan tinggi yaitu
sebanyak 244 orang (64,2%). Pengetahuan merupakan hasil tahu setiap
individu terhadap objek yang didapatkannya melalui alat indra yang
dimiliki. Dari hasil indra tersebut, individu dapat menghasilkan
pengetahuan yang dipengaruhi oleh seberapa sering individu tersebut
memperhatikan suatu objek (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini
didukung oleh penelitian (Grahandami, 2014), dimana mendefinisikan
pengetahuan sebagai hasil dari “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
dapat terjadi melalui panca indra manusia, yaitu : indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Kwureh, 2016) “Hubungan jenis


kelamin, pengetahuan, sikap dan peran guru dengan perilaku hidup
bersih dan sehat pada siswa SD Negeri 25 Begori Kecamatan Serawai
Kabupaten Sintang” pada hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
120 reponden mayoritas memiliki pengetahuan tinggi tentang PHBS
yaitu sejumlah 86 siswa (71.7%) dan memiliki pengetahuan rendah
yaitu sejumlah 43 siswa (28.3%).

30
31

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa ada Hubungan


Pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa –
siswi di SMP N 32 Kota di Pekanbaru didasari oleh sebagian
responden berpengetahuan baik.

2. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian dari 380 responden secara keseluruhan
diketahui bahwa mayoritas memiliki sikap positif yaitu sebanyak 254
orang (66,8 %). Sikap merupakan suatu tanggapan seseorang terhadap
rangsangan yang diterimanya. Sikap adalah reaksi yang masih tertutup
dari seseorang dan belum mengarah pada terjadinya suatu tindakan
(Notoatmodjo, 2010). Menurut penelitian (Aswandi, 2017),
menyatakan bahwa sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat
dan emosi yang bersangkutan terhadap senang atau tidak senang,
setuju atau tidak setuju, baik atau tidak baik dan sebagainya.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Bawole, 2018) “Hubungan antara


tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan perilaku hidup bersih
dan sehat pada murid sekolah dasar GMIM 9 dan sekolah dasar negeri
inpres pinangunian kota bitung” pada hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 83 responden mayoritas memiliki sikap baik terhadap
PHBS yaitu sejumlah 42 murid (50.6%) dan memiliki sikap kurang
baik yaitu sejumlah 41 murid (49.4%). Karakteristik murid menurut
tindakan terhadap PHBS yaitu mayoritas kelompok baik sejumlah 45
murid (54.2%) sedangkan jumlah murid paling sedikit berdasarkan
kelompok kurang baik yaitu sejumlah 38 murid (45.8%).

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa ada hubungan


sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa-siswi di SMP
Negeri 32 Kota Pekanbaru didasari oleh sebagian reponden telah
memahami tentang kebersiha diri dan lingkungannya.

31
32

3. Peran guru
Berdasarkan hasil penelitian dari 380 responden secara keseluruhan
diketahui bahwa mayoritas peran guru yang berperan yaitu sebanyak
228 orang (60,0%). Menurut (Kwureh, 2016) Guru merupakan
sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik dimasyarakat
apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak
menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Menurut
(Grahandami, 2014).

Peran guru yaitu sebagai motivator, sebagai pengarah, sebagai


fasilitator, sebagai mediator, dan sebagai evaluator. Motivator artinya
guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcemen untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya, sehingga akan terjadi dinamika di dalam pembelajaran.
Pengarah artinya guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan serta
memberikan contoh yang baik pula bagi peserta didik itu sendiri.
Fasilitator artinya guru dapat memberikan fasilitas atau kemudahan
saat proses pembelajaran dalam memberikan penumbuhan budi
pekerti. Mediator artinya guru sebagai penengah bagi peserta didik,
misalnya memberikan jalan ke luar suatu perdebatan diskusi peserta
didik, ataupun menjadi penengah masalah yang dialami peserta didik
di sekolah dan pemberi jalan keluar bagi peserta didik yang memiliki
masalah. Evaluator artinya guru mempunyai otoritas untuk menilai
dan mengevaluasi tingkah laku sosial peserta didik baik disekolah
ataupun dirumah melalui kontrol dengan orang tua peserta didik.

Hal ini sejalan dengan penelitian Hal ini sejalan dengan penelitian
(Kwureh, 2016) “Hubungan jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan
peran guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD
Negeri 25 Begori Kecamatan Serawai Kabupaten Sintang” pada hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 120 reponden mayoritas memiliki

32
33

peran guru ada berperan terhadap PHBS yaitu sejumlah 98 (81,7%)


sedangkan jumlah peran guru yang tidak berperan terhadap PHBS
yaitu sejumlah 22 (18,3%).

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi adanya hubungan


peran guru dengan perilaku hidup bersih dan pada siswa-siswi di SMP
Negeri 32 kota Pekanbaru didasari oleh sebagian responden
mengatakan guru memberikan ilmu serta contoh yang positif terhadap
pentingnya PHBS bagi kesehatan mereka.

B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh Pvalue
yaitu 0,036 < 0,05, artinya bahwa terdapat hubungan Pengetahuan
dengan prilaku hidup bersih sehat (PHBS), dengan nilai OR = 2 yang
artinya siswa yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki prilaku
hidup bersih sehat (PHBS) 2 kali lebih tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 380 responden yang


dilakukan pada siswa-siswi di SMP N 32 Kota di Pekanbaru yang
memiliki pengetahuan rendah tidak pernah berprilaku hidup bersih
sehat ada sebanyak 74 orang (54,4%), sedangkan yang pernah
berprilaku hidup bersih sehat ada sebanyak 140 orang (57,4%). Maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan siswa-siswi tersebut
sudah tinggi terhadap perilaku hidup bersih dan sehat, penelitian
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang
terhadap (PHBS) maka semakin baik pula seseorang dalam melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat. Demikian sebaliknya jika pengetahuan
siswa mengenai perilaku hidup bersih dan sehat rendah maka ada
kecenderungan dalam melakukan PHBS juga akan semakin berkurang.

33
34

Menurut teori Lawrence Green dalam penelitian yang dilakukan oleh


(Kwureh, 2016) “Hubungan jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan
peran guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa SD
Negeri 25 Begori Kecamatan Serawai Kabupaten Sintang”
menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor
predisposisi atau faktor pemudah dalam pembentukan perilaku.
Perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan
orang tersebut. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah
masalah pembentukan perubahan perilaku karena perubahan perilaku
merupakan tujuan dari pendidikan atau penyuluh kesehatan sebagai
penunjang program-program kesehatan lainnya. Tindakan atau
perilaku merupakan respon terhadap rangsangan yang bersifat aktif,
dan dapat diamati. Setelah seseorang mengetahui stimulus objek
kesehatan, kemudian mengadakan penilain atau pendapat terhadap apa
yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan
atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai
baik).

Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti berasumsi bahwa ada


Hubungan Pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada
siswa – siswi di SMP N 32 Kota di Pekanbaru didasari oleh sebagian
responden berpengetahuan baik sehingga hal ini mempengaruhi
mereka dalam mencukupi pengetahuan tentang (PHBS) dengan baik,
kondisi ini didukung dari kenyataan dilapangan bahwa sebagian siswa
– siswi dalam kelompok pengetahuan yang baik tentang PHBS.

2. Hubungan Sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat


Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh Pvalue
yaitu 0,001 < 0,05, artinya bahwa terdapat hubungan sikap dengan
prilaku hidup bersih sehat (PHBS), dengan nilai OR = 1 yang artinya
siswa yang memiliki sikap positif memiliki prilaku hidup bersih sehat
(PHBS) 1 kali lebih tinggi.

34
35

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 380 responden yang


dilakukan pada siswa-siswi di SMP N 32 Kota di Pekanbaru yang
pernah berprilaku hidup bersih sehat ada sebanyak 83 orang (65,9 %)
sedangkan yang memiliki sikap positif tidak pernah berprilaku hidup
bersih sehat ada sebanyak 135 orang (53,1%). Maka dapat
disimpulkan bahwa sikap yang dimiliki siswa-siswi terhadap (PHBS)
yaitu positif, penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki sikap baik (positif) mampu hidup mandiri dalam menjaga
kebersihan lingkungan, memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan serta budaya hidup bersih dan sehat akan terbawa sampai
usia dewasa nantinya dibandingkan dengan siswa yang sikapnya
terhaap PHBS kurang baik (negatif).

Menurut (Notoatmodjo, 2007), seseorang yang memiliki sikap tidak


mendukung cenderung memiliki tingkatan hanya sebatas menerima
dan merespon saja, sedangkan seseorang dikatakan telah memiliki
sikap yang mendukung yaitu bukan hanya memiliki tingkatan
menerima dan merespon tetapi sudah mencapai tingkatan menghargai
atau bertanggung jawab karena sikap yang ditunjukkan seseorang
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap objek terhadap yang
diketahuinya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti berasumsi bahwa ada


Hubungan Sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa –
siswi di SMP N 32 Kota di Pekanbaru didasari oleh sebagian
responden telah memahami tentang kebersihan diri dan lingkungannya
karena telah dibiasakan dari rumah serta juga memiliki lingkungan
tempat tinggal yang baik sehingga lebih memperbesar presentase
sikap maupun tindakan siswa-siswi terhadap perilaku hidup bersih dan
sehat.

35
36

3. Hubungan Peran guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat


Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh Pvalue
yaitu 0,000 < 0,05, artinya bahwa terdapat hubungan peran guru
dengan prilaku hidup bersih sehat (PHBS), dengan nilai OR = 2 yang
artinya yang memiliki peran guru yang berperan prilaku hidup bersih
sehat (PHBS) 2 kali lebih tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 380 responden yang


dilakukan pada siswa-siswi di SMP N 32 Kota di Pekanbaru yang
memiliki peran guru yang gurunya tidak berperan ada sebanyak 91
orang (59,9%) sedangkan yang pernah berprilaku hidup bersih sehat
ada sebanyak 141 orang (61,8%). Maka dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara peran guru terhadap (PHBS) sangat penting dalam
pembentukan perilaku siswa, khususnya dalam perilaku sehat dimana
siswa banyak waktu berinteraksi dengan guru, sikap guru mempunyai
pengaruh positif pada siswa dalam jangka waktu yang lama. Guru
juga merupakan referensi bagi siswa dalam pembentukan perilaku
kesehatan bagi peserta didiknya.

Perilaku sehat tidak hanya dibentuk oleh pengetahuan dan sikap yang
baik saja, tetapi faktor dari luar diri mereka dapat menjadi contoh
yang baik dalam PHBS seperti peran dari guru dan orang tuanya.
Menurut (Bawole, 2018). Guru merupakan sebagai pendidik
profesional mempunyai citra yang baik dimasyarakat apabila dapat
menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan
atau teladan masyarakat sekelilingnya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti berasumsi adanya


Hubungan Peran guru dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada
siswa – siswi di SMP N 32 Kota di Pekanbaru didasari oleh sebagian
responden mengatakan guru memberikan ilmu serta contoh yang
positif terhadap pentingnya (PHBS) bagi kesehatan mereka. Dimana

36
37

faktor yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku kesehatan bagi


siswa – siswi tersebut tidak hanya dibentuk oleh pengetahuan dan
sikap yang baik saja tetapi juga dapat menjadi contoh bagi mereka,
yang dapat mereka laksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik
dilingkungan sekolah maupun pada saat dirumah.

C. Keterbatasan Penelitian
Dalam setiap penelitian tidak terlepas dari keterbatasan yang dapat
mempengaruhi kualitas hasil penelitian,setiappenelitiannya tentunya
memiliki hamnbatan dan keterbatasan dalam pelaksanaanya. Adapun
hambatan atau keterbatasan yang dialami peneliti adalah pengumpulan
data dan surat untuk izin penelitian ditempat penelitian tersebut.

37
38

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “ Faktor –faktor yang
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan
Sekolah di SMP N 32 Kota Pekanbaru”. Dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil uji statistik chi square dari hubungan pengetahuan dengan prilaku
hidup bersih sehat (PHBS) diperoleh nilai Pvalue = 0,036 < 0,05
dengan nilai OR = 2.
2. Hasil uji statistik chi square dari hubungan sikap dengan prilaku hidup
bersih sehat (PHBS) diperoleh nilai Pvalue = 0,001< 0,05 dengan nilai
OR = 1.
3. Hasil uji statistik chi square dari hubungan peran guru dengan prilaku
hidup bersih sehat (PHBS) diperoleh nilai Pvalue = 0,000 < 0,05
dengan nilai OR = 2.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Payung Negeri Pekanbaru
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan tambahan
bagi institusi pendidikan dan diharapk an dapat menjadi informasi
tambahan bagi mahasiswa mengenai faktor –faktor yang berhubungan
dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan sekolah.

2. Bagi SMP N 32 Pekambaru

Bagi SMP N 32 Pekanbaru diharapkan Sekolah dapat membuat


peratuan tentang pelaksanaan PHBS di Sekolah kepada setiap siswa-
siswi.

38
39

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat untuk mengembangkan penelitian


selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Dan sebagai media
informasi mengenai faktor –faktor yang berhubungan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan sekolah.

39
40

DAFTAR PUSTAKA

Ashar, A. H. (2016). Hubungan Pengetahuan Tentang Cuci Tangan Dengan


Sikap Cuci Tangan Pada Anak Di Sdn 2 Rogodono Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen. Skripsi.

Aswandi. (2017). Komba Kabupaten Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara


Timur. Public Health Science Journal, 9(2), 187–196.

Bawole, B. B. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan


Tindakan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Murid Sekolah Dasar
Gmim 9 Dan Sekolah Dasar Negeri Inpres Pinangunian Kota Bitung. 7(5).

Chairina. (2018). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat ( PHBS ) Pada Kabupaten
Kampar Tahun 2018 Skripsi. Skripsi.

Depkes RI. (2009). Promosi Kesehatan Di Sekolah. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Grahandami. (2014). Gambaran Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Siswa Kelas VII di SMP Katolik Santa Theresia Manado. Jurnal Kedokteran
Komunitas Dan Tropik, 1(3). Retrieved from
http://www.airitilibrary.com/Publication/alDetailedMesh?docid=10232141-
201406-201406190003-201406190003-304-311

Kemenkes RI. (2012). Pedoman Pembinaan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Kwureh, H. N. (2016). Hubungan Jenis Kelamin , Pengetahuan , Sikap Dan Peran


Guru Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Siswa Sd Negeri 25
Begori Kecamatan Serawai Kabupaten Sintang. Wawasan Kesehatan, 2(2),
2087–4995.

Maryunani, A. (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: CV.
TRANS INFO MEDIA.

40
41

Nasir, Abd, Abdul Muhith, M. E. I. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan


(Cetakan 1). Yogyakarta: NUHA MEDIKA.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: PT


RINEKA CIPTA.

Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta: PT


RINEKA CIPTA.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

Proverawati, A. dan E. R. (2016). PHBS Perilaku Hidup Bersih & Sehat (Cetakan
2). Yogyakarta: NUHA MEDIKA.

Riduwan. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Selemba Medika.

Tanjung. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Siswa Tentang Perilaku


Hidup Bersih dan Sehat Dengan Tindakan PHBS Di SD Swasta Luther
Kecamatan Siatas Barita Tapanuli Utara Tahun 2013. 1(1), 43–52.

41
42

LAMPIRAN 1

42
43

43
44

44
45

45
46

46
47

47
48

LAMPIRAN 2

48
49

49
50

50
51

LAMPIRAN 3

51
52

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH
DI SMP N 32 KOTA PEKANBARU TAHUN 2019

IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Kelas :

1. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat PHBS


Berilah tanda check list (√) pada kolom “Iya” atau “Tidak” yang dianggap
benar sesuai dengan pengetahuan Responden dari pernyataan dibawah ini :

No Pertanyaan Iya Tidak

1. Apakah siswa/ siswi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun? √

52
53

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH
DI SMP N 32 KOTA PEKANBARU TAHUN 2019

2. Pengetahuan
Jawablah Pernyataan Dibawah ini Dengan Memberikan Tanda Check list
(√) Pada Jawaban Yang Dianggap Benar:

Keterangan :
B : Benar
S : Salah

NO Pernyataan B S
1. Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dan jari jemari dengan √
menggunakan air mengalir dan sabun
2. Mencuci tangan dengan air bersih dapat mencengah penyakit dan √
memutuskan mata rantai kuman
3. Mencuci tangan pakai sabun diperlukan sebelum dan sesudah makan √
4. Mencuci tangan pakai sabun diperlukan setelah kita bermain/berolahraga √
5. Mencuci tangan pakai sabun diperlukan setelah buang air kecil √
6. Mencuci tangan pakai sabun diperlukan setelah buang air besar √
7. Mencuci tangan pakai sabun diperlukan setelah membuang sampah √
8 Apabila tidak mencuci tangan pakai sabun maka dapat menyebabkan √
diare

53
54

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH
DI SMP N 32 KOTA PEKANBARU TAHUN 2019

3. Sikap
Jawablah Pernyataan Dibawah ini Dengan Memberikan Tanda Check list
(√) Pada Jawaban Yang Dianggap Benar:

Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1. Mencuci tangan harus menggunakan air mengalir dan sabun √

2. Sebelum makan kita harus mencuci tangan pakai sabun √

3. Sesudah makan kita harus cuci tangan pakai sabun √

4. Sesudah buang air kecil kita harus cuci tangan pakai sabun √

5. Setelah berolahraga kita harus cuci tangan pakai sabun √

6. Sesudah buang air besar kita harus cuci tangan pakai sabun √

7. Mencuci tangan pakai sabun setelah buang air kecil dan besar √

sangat penting untuk menjaga kesehatan

8. Setelah cuci tangan pakai sabun kita harus mengeringkan √

dengan handuk/tisu

54
55

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH
DI SMP N 32 KOTA PEKANBARU TAHUN 2019

4. Peran Guru
Berilah tanda check list (√) pada kolom “Pernah” atau “Tidak Pernah”
yang jawabannya dianggap benar sesuai dengan pengetahuan Responden dari
pertanyaan dibawah ini :

Keterangan :
P : Pernah
TP : Tidak Pernah

No Pertanyaan P TP

1. Pernahkah bapak atau ibu guru memberitahu cara mencuci tangan yang baik? √

2. Pernahkah bapak atau ibu guru memberitahu bahwa pentingnya mencuci √

tangan pakai sabun?

3. Pernahkah bapak atau ibu guru memberitahu bahaya jika tidak mencuci √

tangan pakai sabun ?

4. Pernahkah bapak atau ibu guru memberitahu bahwa setelah buang air kecil √

dan besar sangat penting untuk mencuci tangan pakai sabun?

5. Pernahkah bapak atau ibu guru memberitahu bahwa sesudah membuang √

sampah harus cuci tangan?

55
56

LAMPIRAN 4

56
57

/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN SKEWNESS SESKEW


/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Notes
Output Created 22-JUL-2019 14:29:52
Comments
Input Data E:\REvisi\SPSS MONA FIKS.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in
Working Data 380
File
Missing Value Handling Definition of
User-defined missing values are treated as
Missing
missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=SKOR_PG
SKOR_SK SKOR_PN
/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM
MEAN MEDIAN SKEWNESS SESKEW
/HISTOGRAM NORMAL
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:02,00


Elapsed Time 00:00:02,17

Statistics
SKOR_PG SKOR_SK SKOR_PN
N Valid 380 380 380
Missing 0 0 0
Mean 9.21 29.20 14.86
Median 10.00 30.00 15.00
Std. Deviation 1.176 1.963 1.258
Skewness -1.354 -.985 -1.054
Std. Error of Skewness .125 .125 .125
Minimum 5 22 11
Maximum 10 32 16

57
58

Frequency Table

SKOR_Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 11 8 2.1 2.1 2.1
12 16 4.2 4.2 6.3
13 21 5.5 5.5 11.8
14 91 23.9 23.9 35.8
15 84 22.1 22.1 57.9
16 160 42.1 42.1 100.0
Total 380 100.0 100.0

SKOR_Sikap
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 22 1 .3 .3 .3
23 2 .5 .5 .8
24 5 1.3 1.3 2.1
25 5 1.3 1.3 3.4
26 51 13.4 13.4 16.8
27 20 5.3 5.3 22.1
28 12 3.2 3.2 25.3
29 30 7.9 7.9 33.2
30 201 52.9 52.9 86.1
31 16 4.2 4.2 90.3
32 37 9.7 9.7 100.0
Total 380 100.0 100.0

SKOR_Peran Guru
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 5 4 1.1 1.1 1.1
7 57 15.0 15.0 16.1
8 20 5.3 5.3 21.3
9 71 18.7 18.7 40.0
10 228 60.0 60.0 100.0
Total 380 100.0 100.0

58
59

Histogram

59
60

60
61

DATASET ACTIVATE DataSet1.

SAVE OUTFILE='E:\REvisi\SPSS MONA FIKS.sav'


/COMPRESSED.
CROSSTABS
/TABLES=GRUP_PENGETAHUAN GRUP_SIKAP GRUP_PERAN BY PK
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes
Output Created 22-JUL-2019 14:43:07
Comments
Input Data E:\REvisi\SPSS MONA FIKS.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 380
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=GRUP_PENGETAHUAN
GRUP_SIKAP GRUP_PERAN BY PK
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 00:00:00,02
Elapsed Time 00:00:00,16
Dimensions Requested 2
Cells Available 524245

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN * PHBS 380 100.0% 0 0.0% 380 100.0%
SIKAP * PHBS 380 100.0% 0 0.0% 380 100.0%
GURU * PHBS 380 100.0% 0 0.0% 380 100.0%

61
62

PENGETAHUAN * PHBS
Crosstab
PHBS
TIDAK
PERNAH PERNAH Total
PENGETAHUAN Rendah jika <14,9 Count 74 62 136
Expected Count 63.7 72.3 136.0
% within
54.4% 45.6% 100.0%
PENGETAHUAN
Tinggi jika > 15 Count 104 140 244
Expected Count 114.3 129.7 244.0
% within
42.6% 57.4% 100.0%
PENGETAHUAN
Total Count 178 202 380
Expected Count 178.0 202.0 380.0
% within
46.8% 53.2% 100.0%
PENGETAHUAN

Chi-Square Tests
Asymptotic Exact Sig. Exact Sig.
Value df Significance (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.874a 1 .027
b
Continuity Correction 4.412 1 .036
Likelihood Ratio 4.874 1 .027
Fisher's Exact Test .032 .018
Linear-by-Linear Association 4.861 1 .027
N of Valid Cases 380
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 63,71.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for PENGETAHUAN
(Rendah jika <14,9 / Tinggi jika 1.607 1.053 2.451
> 15)
For cohort PHBS = TIDAK
1.277 1.033 1.578
PERNAH
For cohort PHBS = PERNAH .795 .642 .983
N of Valid Cases 380

SIKAP * PHBS
Crosstab

62
63

PHBS
TIDAK PERNAH PERNAH Total
SIKAP beresiko jika < 29,9 Count 43 83 126
Expected Count 59.0 67.0 126.0
% within SIKAP 34.1% 65.9% 100.0%
tidak beresiko > 30 Count 135 119 254
Expected Count 119.0 135.0 254.0
% within SIKAP 53.1% 46.9% 100.0%
Total Count 178 202 380
Expected Count 178.0 202.0 380.0
% within SIKAP 46.8% 53.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value Df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 12.239a 1 .000
b
Continuity Correction 11.487 1 .001
Likelihood Ratio 12.413 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 12.207 1 .000
N of Valid Cases 380
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 59,02.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for SIKAP (beresiko jika < 29,9 /
tidak beresiko > 30) .457 .293 .711

For cohort PHBS = TIDAK PERNAH


.642 .491 .840

For cohort PHBS = PERNAH 1.406 1.173 1.686


N of Valid Cases 380

GURU * PHBS
Crosstab

63
64

PHBS
TIDAK PERNAH PERNAH Total
GURU Tidak berperan jika < 9,9 Count 91 61 152
Expected Count 71.2 80.8 152.0
% within GURU 59.9% 40.1% 100.0%
berperan jika > 10 Count 87 141 228
Expected Count 106.8 121.2 228.0
% within GURU 38.2% 61.8% 100.0%
Total Count 178 202 380
Expected Count 178.0 202.0 380.0
% within GURU 46.8% 53.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 17.264a 1 .000


b
Continuity Correction 16.403 1 .000
Likelihood Ratio 17.355 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 17.218 1 .000
N of Valid Cases 380

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 71,20.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for GURU (Tidak


berperan jika < 9,9 / 2.418 1.588 3.681
berperan jika > 10)
For cohort PHBS = TIDAK
1.569 1.271 1.936
PERNAH
For cohort PHBS = PERNAH .649 .521 .808
N of Valid Cases 380

DATASET ACTIVATE DataSet1.

SAVE OUTFILE='E:\REvisi\SPSS MONA FIKS.sav'


/COMPRESSED.

64
65

LAMPIRAN 5

65
66

66
67

67

Anda mungkin juga menyukai