SKRIPSI
Diajukan sebagai
Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
IVO TRISNA
NIM: 1613201038
IDENTITAS DIRI
Nama : Ivo Trisna
Tempat Tanggal Lahir : Kari, 03 Februari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hand Phone : 085376636067
Anak Ke : 4 (Empat)
Alamat : Kari, Taluk Kuantan, Riau
RIWAYAT PENDIDIKAN
Ivo Trisna
ABSTRAK
Jumlah kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS mengalami peningkatan
dari 41.250 kasus pada tahun 2016 menjadi 48.300 pada tahun 2017. Hal ini
disebabkan oleh ketidakpatuhan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) terhadap
program pengobatan yang dijalani. Terapi ARV menuntut ODHA untuk memiliki
tingkat kepatuhan yang tinggi yakni >95%. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengeksplor kepatuhan minum obat ARV pada pasien HIV/AIDS dengan fokus
pada Karakteristik Individu, Institusi Penyedia Layanan, Dukungan Keluarga, dan
Konteks Sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan telaah
dokumen. Dengan 5 orang informan ODHA dan 6 orang dari institusi terkait yakni
Puskesmas Rasimah Ahmad, Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) dan Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bukittinggi. Instrumen penelitian yang
digunakan berupa pedoman wawancara, catatan dilapangan, alat perekam dan
kamera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akses terhadap ARV, hubungan
ODHA dengan petugas kesehatan, ketersediaan ARV, Pengawasan Minum Obat
(PMO), peran keluarga dan kelompok dukungan sebaya berdampak positif terhadap
kepatuhan minum obat ARV pada ODHA. Sedangkan keterbukaan status HIV dan
stigma terhadap ODHA berdampak negatif terhadap kepatuhan minum obat ARV
pada pasien HIV/AIDS di Puskesmas Rasimah Ahmad. Kesimpulan penelitian ini
adalah kepatuhan minum obat ARV pada 5 ODHA yang ada di Puskesmas Rasimah
Ahmad pada tingkat kepatuhan yang sedang (80-95%) dengan persentase (93%).
Disarankan kepada informan penelitian agar dapat menambah pengetahuan tentang
pengobatan ARV dan memahami mengenai dampak dari ketidakpatuhan terhadap
pengobatan.
Ivo Trisna
ABSTRACT
The number of deaths caused by HIV / AIDS has increased from 41,250
cases in 2016 to 48,300 in 2017. It may be caused by non-compliance of people
living with HIV / AIDS (PLWHA) with their treatment program. ARV therapy
requires PLWHA to have a high level of adherence which is> 95%. The purpose of
this research was to analyze Antiretroviral Medication (ARV) Compliance of HIV /
AIDS Patients in Rasimah Ahmad Community Health Center, Bukittinggi in 2020
with a focus on Individual Characteristics, Service Provider Institutions, Family
Support, and Social Contexts. This research used qualitative method with a
phenomenological approach. The data were collected through in-depth interviews
and document review. There were 5 ODHA informants and 6 people from related
institutions in Rasimah Ahmad Community Health Center, Peer Support Group
(KDS) and AIDS Commission (KPA) Bukittinggi. The research instruments used
were interview guides, field notes, recording devices and cameras. The results of this
research showed that access to antiretroviral drugs, the relationship of PLHIV
toward health workers, the availability of ARVs, Drugs Supervision (PMO) and peer
support groups had a positive impact on adherence to taking ARV drugs in PLWHA.
While the openness of HIV status and stigma against PLWHA had negative impact
on compliance to take ARV drugs in HIV / AIDS patients in Rasimah Ahmad
Community Health Center. It can be concluded that the compliance to take ARV
drugs in 5 PLHIV of the Rasimah Ahmad Community Health Center at a moderate
level of compliance (80-95%) with a percentage of 93%. It is recommended that
research informants increase their knowledge about ARV treatment and understand
the impact of non-compliance with treatment.
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah yang telah
skripsi ini.
Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Dr. Ns. Hj Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort De Kock
Bukittinggi yang telah memberikan fasilitas sarana dan prasarana kepada penulis
selama perkuliahan.
3. Ibu Hj. Adriani, S.Kp, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
i
telah banyak memberikan ilmu kepada penulis, memberikan solusi dan juga
support.
4. Ibu Shantrya Dhelly Susanti, SST, M. Kes selaku Penguji II yang banyak
5. Staff Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Kesehatan Mayarakat Universitas Fort
6. Teristimewa sekali untuk keluarga tercinta kepada Ayah dan Ibunda tersayang,
serta semua pihak yang memberikan bantuan baik itu secara moril maupun
materil, dorongan semangat, doa serta kasih sayang yang tulus untuk
keberhasilan penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
untuk perbaikan dan kesempurnaannya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ivo Trisna
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................... ....................... v
DAFTAR BAGAN....................................................................... ...................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... ............... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 9
A. Landasan Teori........................................................................................ 10
1. Konsep HIV/AIDS ............................................................................ 10
a. Pengertian HIV/AIDS ................................................................. 10
b. Penularan..................................................................................... 11
c. Pencegahan ................................................................................. 13
d. Proses Replikasi HIV .................................................................. 14
2. Terapi Antiretroviral/ Antiretroviral Therapy .................................. 16
a. Pengertian terapi ARV ................................................................ 16
b. Tujuan pemberian ARV .............................................................. 16
c. Cara kerja ARV........................................................................... 17
d. Jenis Obat-obatan ARV .............................................................. 17
3. Kepatuhan Pengobatan ARV ............................................................ 19
a. Pengertian Kepatuhan ................................................................. 19
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan .......................... 21
c. Jenis Ketidakpatuhan (Non Complience) .................................... 23
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan .................. 23
4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan ARV ............. 24
a. Faktor Usia .................................................................................. 24
b. Jenis Kelamin .............................................................................. 24
c. Faktor pengetahuan Pengobatan, Ras dan Pendidikan ............... 25
d. Faktor Alkohol ............................................................................ 26
e. Faktor Tingkat Kepercayaan dan Efek Samping ........................ 26
f. Faktor Stigma .............................................................................. 27
g. Dukungan Untuk Pasien AIDS ................................................... 27
B. Kerangka Teori ....................................................................................... 28
iii
BAB III KERANGKA KONSEP
BAB VI PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR BAGAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi
dan menyerang sel limfosit CD4. Virus ini mampu berkembang biak dengan
cepat hingga membunuh sel CD4 dan akhirnya dapat menurunkan sistem
dan penyakit. Perkembangan virus ini ditandai dengan penurunan jumlah CD4
dapat terjadi 10-15 tahun setelah pasien terinfeksi HIV (Kemenkes RI, 2016).
bersama HIV dan AIDS pada 2017. Dari total penderita yang ada, 1,8 juta di
dewasa, sejumlah 35,1 juta penderita dengan penderita HIV/AIDS lebih banyak
diderita oleh kaum wanita, yakni sebanyak 18,2 juta penderita. Sementara laki-
laki sebanyak 16,9 juta penderita, 25% di antaranya 9,9 juta penderita, tidak
(UNAIDS, 2018).
1
2
peningkatan yang signifikan. Jumlah kasus HIV pada tahun 2016 sebanyak
41.250 kasus, meningkat pada tahun 2017 menjadi 48.300 kasus, dan pada tahun
2018 sebanyak 46.659 kasus. Sedangkan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
pada tahun 2016 sebanyak 10.146 kasus, meningkat pada tahun 2017 menjadi
10.488 kasus dan pada tahun 2018 sebanyak 10.190 kasus. Sepuluh Provinsi
dengan case rate tertinggi di urutan pertama adalah Jawa Tengah, diikuti oleh
Jawa Timur, Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, Banten, Maluku
Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur (Kemenkes RI,
2018).
tahun 2030. Target mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030 juga berlaku di
Indonesia. Di Indonesia, insiden HIV mencapai 0,19 per 1000 penduduk. Insiden
tersebut masih di bawah angka global (0,26 per 1000 penduduk), namun berada
di atas angka rata-rata wilayah Asia Tenggara (0,08 per 1000 penduduk). Selain
itu, kematian karena AIDS di Indonesia juga dilaporkan meningkat hingga 68%
di tahun 2016. Kondisi ini menjadi tantangan berat Indonesia untuk mencapai
Provinsi Sumatera Barat adalah salah satu provinsi dengan kasus HIV/AIDS
Provinsi Sumatera Barat 4,8 juta lebih, maka diperkirakan ada 1.100 orang
merupakan daerah yang kasus penderita HIV dan AIDS tertinggi di Sumatera
Barat setelah kota Padang (Andriani & Izzati, 2018). Jumlah penderita 10.376
kasus baru HIV/AIDS yang terus meningkat seiring dengan adanya wabah
tersebut paling tinggi terjadi di kota Padang dan Bukittinggi (Asyari, 2018).
terbesar Triwulan IV Tahun 2018 terdapat di Kota Padang (1.589) kasus diikuti
oleh Kota Bukittinggi (420) kasus, Kota Solok (90) kasus, Agam (81) kasus,
Tanah Datar (53) kasus, Kota Pariaman (52) kasus, Padang Pariaman (48) kasus,
Kota Payakumbuh (41) kasus, Pesisir Selatan (40) kasus, Lima Puluh Kota (21)
kasus, Dharmasraya (14) kasus, Pasaman Barat (13) kasus, Pasaman (12) kasus,
Kota Sawahlunto (11) kasus, Padang Panjang dan Solok (9) kasus, Solok Selatan
(7) kasus, Sijunjung (6) kasus, Kepulauan Mentawai (5) kasus dan tidak
Sampai saat ini HIV/AIDS belum bisa disembuhkan namun infeksi dan
replikasi HIV masih bisa dicegah dengan obat. Pengobatan tersebut dikenal
obat seumur hidup. Tujuannya untuk menekan jumlah virus (viral load) sehingga
akan meningkatkan status imun pasien HIV dan mengurangi kematian akibat
infeksi oportunistik. Dan sejak tahun 2014 hingga kini sudah tersedia obat
4
antiretroviral secara gratis di lebih dari 400 layanan kesehatan seluruh Indonesia
Tersedianya obat ARV untuk ODHA masih belum cukup, karena kepatuhan
pertama dan penyebaran bentuk yang resisten terhadap obat virus, yang
lainnya, sangat penting bahwa ODHA mengkonsumsi semua dosis obat untuk
Manfaat klinis ART untuk pasien yang terinfeksi HIV secara dramatis yang
ditunjukkan lebih dari satu dekade yang lalu, aplikasi luas ART di berbagai
seperti yang dilaporkan di Amerika utara, Eropa, dan Brazil (Salomon, 2008).
Menurut laporan Dirjen P2P Kemenkes RI, jumlah ODHA yang sedang
hanya untuk mengobati orang tetapi juga untuk mencegah infeksi HIV baru. Di
sini kita mempertimbangkan dampak dari ART pada penularan HIV dan
5
pengobatan ARV, dan berpotensi sesuai dengan intervensi. Tingkat yang cukup
tinggi dari kepatuhan terhadap ART yang diperlukan untuk mencapai dan
kematian. Namun, banyak pasien yang terinfeksi HIV tidak berhasil mencapai
rencana pengobatan, mengambil obat pada waktu dan frekuensi yang ditentukan,
al., 2013).
pengobatan, terkait faktor rejimen seperti tahun pengobatan, beban pil, efek
rutinitas sehari-hari, dan pengalaman dari efek samping obat adalah faktor
Puskesmas Mandiangin Plus, Puskesmas Tigo Baleh, Puskesmas Nilam Sari dan
orang pada Tahun 2019. Dengan 10 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Kelompok umur terbanyak pada rentang 20-24 tahun diikuti 25-49 tahun.
resiko adalah LSL, diikuti oleh pasangan resiko tinggi. Selain itu peneliti juga
di KPA Kota Bukittinggi diketahui bahwa ketersediaan ARV telah dijamin oleh
7
kedepan. dan diketahui bahwa tidak semua dari pasien HIV/AIDS yang ada di
Puskesmas Rasimah Ahmad rutin dalam melakukan pengobatan ARV yang telah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Masyarakat
E. Ruang Lingkup
Tahun 2020. Dengan variabel dependen adalah kepatuhan minum obat pada
penyedia layanan (Puskesmas, KDS dan KPA), dukungan keluarga dan konteks
sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kualitatif
Kota Bukittinggi serta anggota keluarga ODHA. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Desember 2019 sampai Januari 2020. Instrumen penelitian yang digunakan
Analisis data dilakukan dengan cara prosedur analisis data, triangulasi data,
data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep HIV/AIDS
a. Pengertian HIV/AIDS
oleh infeksi HIV. Perjalanan penyakit ini lambat dan gejala-gejala AIDS
HIV. Seseorang yang terinfeksi virus HIV atau menderita AIDS sering
disebut dengan ODHA singkatan dari Orang Dengan HIV dan AIDS.
penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan virus HIV atau tes darah
tubuh terutama darah, cairan sperma, cairan vagina, air susu ibu. Virus
10
11
b. Penularan
melalui seks anal dilaporkan memiliki resiko 10 kali lebih tinggi dari
(cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata 6-10 kali lebih
terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi terjadi di
dalam mulut.
yang sekali pakai, atau dengan melakukan sterilisasi jarum yang tepat
dari 90%).
13
khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat kelahiran
Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga terjadi melalui
(UNAIDS, 2018)
c. Pencegahan
suatu kerangka etis yang menghargai hak dan kebutuhan ODHA dan
sebagai berikut :
2) Menjaga diri untuk tidak tertular HIV maupun infeksi dari orang lain
kondom.
(Spiritia, Y. 2015)
hasil tes negatif dan terlihat sehat, akan tetapi dapat menularkan virus
ke orang lain.
15
timbul antibodi dan tes darah spesifik pun dapat menunjukkan adanya
tetap sehat dalam jangka waktu yang cukup lama setelah infeksi, rata-
rata 5-10 tahun, tetapi tetap dapat menularkan virus ke orang lain.
berlangsung lebih dari 1 bulan. Saat memasuki fase ini pada beberapa
orang gejala dini mulai tampak, gejala ini dapat berupa penurunan
berat badan hebat, demam lama dan berkeringat hebat waktu malam,
Pada stadium empat jumlah sel T-4 penderita di bawah 200 per
menderita AIDS.
(Spiritia, Y. 2015)
16
cara penggunaan, efek samping obat, tanda bahaya lain dan sebagainya
yang terkait dengan ARV. ODHA yang mendapat ARV harus menjalani
oportunistik
pemanjangan DNA
fosforilasi.
c) Protease inhibitor
masuk dan tidak mampu menginfeksi sel lain. PI adalah ARV yang
a) Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD-4 <350
karena :
sebagainya.
a. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan
virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan terapi ARV yang sangat
virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh
terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum
obat. Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta
seseorang terlebih dulu memikirkan perilaku apa yang ada pada dirinya.
secara teratur serta didorong pada setiap kunjungan. Faktor yang terkait
ditelan dan tentang toksisitas obat dan pasien terlalu sakit untuk menelan
rinci dengan pasien agar dapat meningkatkan rasa tanggung jawab pasien
untuk berobat. Penjelasan rinci tentang kepatuhan minum obat dan segala
dampak akibat kelalaian minum obat sangat penting untuk diketahui oleh
dari satu macam dan diminum untuk jangka panjang. Adherence yang
21
efektif untuk terapi harus lebih besar dari 95%, karena itu minum obat
harus tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara. Kekurangan kepatuhan
obat ARV lini satu mudah diakses dan obat lini dua tidak disubsidi
antiretroviral, yaitu :
membantu pasien.
2) Karakteristik Pasien
pasien.
24
terima.
a. Faktor Usia
berpendapat bahwa usia pasien HIV yang lebih tua lebih patuh pada
bahwa pasien yang lebih tua mengalami peningkatan jumlah CD4 lebih
2017).
menanggapi infeksi HIV secara berbeda dibuat 15 tahun lalu. Sejak itu
dibalik penelitian baru ini mencoba untuk menjernihkan masalah ini yang
yang memakai terapi HIV yang manjur untuk pertama kalinya, jumlah
jenis kelamin lebih jelas pada kelompok yang pernah diobati dengan
dan oleh karena itu tingkat kepatuhan pengobatan lebih rendah. Osborn
terinfeksi HIV dua kali lebih mungkin tidak patuh dibandingkan dengan
dengan tingkat melek huruf rendah adalah 2,1 kali lebih mungkin untuk
mereka yang berisiko tidak patuh dapat memperoleh manfaat dari bahan
d. Faktor Alkohol
ODHA namun harus sangat patuh pada ART, dan itu sangat sulit
efek samping obat, dalam penelitian yang sama dengan melibatkan 341
pasien HIV ternyata 72% pasien HIV khawatir tentang efek samping
ART jangka panjang dan 52% khawatir efek samping ART satu bulan
bahwa ada hubungan antara efek samping pengobatan ARV lini pertama
f. Faktor Stigma
perawatan medis dan tiga kali lebih mungkin melaporkan kurang patuh
petugas dari komunitas yang mengantar obat dan memakai angket gejala
B. Kerangka Teori
Health Beliefs Model (HBM), yang pertama kali diperkenalkan oleh Rosenstock
(1974). Model ini telah dipelajari dalam konteks berbagai masalah kesehatan,
termasuk kanker, penyakit jantung, diabetes, dan yang terbaru adalah HIV (Lasti,
2017).
HBM berasal dari kerangka teori psikologis dan perilaku, dengan hipotesis
atau meringankan penyakit. Model ini terdiri dari sejumlah dimensi, termasuk (a)
berisiko terkena penyakit atau, dalam kasus infeksi yang sebelumnya diderita,
aktivitas sehari-hari dan efek samping yang merugikan. Selain empat dimensi ini,
Bagan 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Besarnya manfaat
Variabel Demografis dikurangi besarnya
dan Sosio Psikologis kerugian tindakan
yang dianjurkan
Persepsi tentang
kemungkinan Dilakukannya
kena penyakit Besarnya ancaman
tindakan yang
dari penyakit
Persepsi tentang dianjurkan
keseriusan/
beratnya penyakit
Faktor pencetus
tindakan
Sumber : The Health Belief Model, Stretcher, V., & Rosenstock I.M. (1997) dalam
M. Hidayat Lasti (2017)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep memuat teori,
dalil atau pijakan untuk melakukan penelitian. Uraian dalam kerangka konsep
2015). Variabel yang diteliti terdiri dari variabel independen atau variabel bebas
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
30
31
B. Definisi Konsep
1. Kepatuhan minum obat ARV adalah suatu keadaan dimana pasien mematuhi
resiko dan ancaman dari infeksi HIV yang dipengaruhi oleh karakteristik
3. Institusi penyedia layanan (Puskesmas, Rumah Sakit, KDS dan KPA) adalah
keluarga terhadap ODHA baik secara fisik, materi maupun psikologi untuk
5. Konteks sosial adalah cara pandang masyarakat luas dalam menilai ODHA.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian
Januari 2020.
C. Informan Penelitian
Informan dari penelitian ini adalah seluruh subjek atau objek dengan
karakteristik tertentu yang akan diteliti. Dimana informan penelitian ini dipilih
32
33
Adapun kriteria untuk informan yang akan diteliti dibedakan menjadi kriteria
1. Pasien ODHA
1. Wawancara Mendalam
dipilih sebelumnya.
Lembar checklist jumlah obat merupakan salah satu alat ukur yang
Lembar checklist ini diadopsi dari Sugiharti et., al (2014) dengan judul
Obat ARV di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2012, Pusat
35
checklist ini berisikan item sebagai berikut : Nomor ODHA, jumlah obat
yang diresepkan dalam 1 fase (biasanya untuk 1 bulan), dosis perhari, tanggal
kunjungan awal fase, tanggal kunjungan akhir fase, total hari yang
terlewatkan dalam sebulan, jumlah tablet yang harus diminum setiap fase,
jumlah tablet yang diminum, persentase jumlah dosis yang diminum serta
b. Kepatuhan sedang adalah jumlah kombinasi obat ARV antara 3-12 dosis
3. Dokumentasi
memiliki kredibilitas yang sangat tinggi, sehingga harus semua selektif dan
E. Instrumen Penelitian
sendiri, oleh karena itu sebagai instrumen penelitian peneliti juga harus di
diteliti. Yang melakukan validasi adalah instrumen itu sendiri melalui evaluasi
wawasan teori bidang yang diteliti serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan
(Sugiyono, 2017).
F. Analisis Data
dipahami tersebut.
37
dari peneliti.
2. Triangulasi Data
bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan. Triagulasi bukan
terhadap data dan fakta yang dimilikinya. Hal ini di pertegas oleh Wiersma
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu sendiri, untuk keperluan
3. Analisa Dilapangan
(Bogdan & Biklen, 2007) mengemukakan ada tiga aspek penting yang
suatu gagasan.
38
aspek khusus latar. Kode itu mencakup peraturan norma atau beberapa
pendirian.
g. Kode peristiwa menunjuk pada peristiwa khusus yang jarang terjadi, atau
h. Kode strategi, merujuk pada taktik, cara, teknik, dan berbagai hal yang
i. Kode relasi dan struktur sosial, pola-pola prilaku tetap dan teratur di
prosedur penelitian berbagai judul masalah, bab, dan bagian dalam satu
kode.
40
G. Etika Penelitian
berikut ini:
Bukittinggi.
informed consent untuk memberitahu secara jujur maksud dan tujuan terkait
maupun saat penelitian ini telah selesai dan hanya digunakan untuk kegiatan
1. Keadaan Geografi
Tengah Sawah Kecamatan Guguk Panjang dengan luas wilayah kerja 4,011
41
42
Tajungkang Tengah Sawah dan Kelurahan Pakan Kurai, berada pada dataran
rendah yang berdekatan dengan pasar dan pusat kota sehingga masyarakat
2. Keadaan Demografis
1.388 jiwa, dengan kepadatan penduduk yang tidak rata untuk tiap-tiap
kelurahan.
Tabel 5.1
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad
No Kelurahan Luas Wil Jumlah Jumlah Jumlah
(Km²) Penduduk RW RT
1. Aur Tajungkang 0.690 7.998 5 19
Tengah Sawah
2. Benteng Pasar 0.560 1.388 3 9
Atas
3. Kayu Kubu 0.910 3.873 3 13
4. Bukit Apit 1.851 5.225 5 15
Puhun
Total 4.011 18.484 16 56
Sumber : Data sasaran program Kota Bukittinggi Tahun 2016
43
ditemukan 3 ODHA mengaku tidak pernah putus minum obat ARV dengan
rejimen 1 kali sehari dalam rentang waktu sejak bulan maret tahun 2018
sampai bulan januari tahun 2020 atau 1 tahun 11 bulan = 690 hari. Dengan
perhitungan total dosis yang seharusnya dimunim adalah 690 ARV – 4 ARV
Kemudian 1 ODHA mengaku pernah putus 2 bulan (60 kali) dengan rejimen
1 kali sehari dalam rentang waktu sejak bulan agustus tahun 2019 sampai
bulan januari tahun 2020 atau 6 bulan = 180 hari. Dengan perhitungan total
dosis yang seharusnya diminum adalah 180 ARV – 60 ARV = 120 ARV.
Tabel 5.1
Matrik Triangulasi (Tingkat Kepatuhan Minum Obat ARV)
No. Aspek yang Wawancara Telaah Dokumen Kesimpulan
Diperiksa Mendalam
2. Karakteristik Informan
Informan dari penelitian ini berjumlah 11 orang yaitu terdiri dari tenaga
Apoteker. Selanjutnya KDS dan KPA Kota Bukittinggi, keluarga ODHA dan
Tabel 5.2
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam (Indepth Interview) dari Instansi Terkait
No Kode Jabatan Jenis Kelamin Usia
Kepala Program HIV/AIDS Puskesmas Rasimah
1. F-1 Perempuan 35 Tahun
Ahmad
2. F-2 Konselor ODHA Laki-Laki 40 Tahun
3. F-3 Dokter Fungsional Puskesmas Rasimah Ahmad Perempuan 39 Tahun
4. F-4 Apoteker Puskesmas Rasimah Ahmad Perempuan 40 Tahun
5. F-5 KDS & KPA Kota Bukittinggi Laki-Laki 28 Tahun
6. F-6 Istri ODHA Perempuan 30 Tahun
Tabel 5.3
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam (Indepth Interview) dari ODHA yang
Melakukan Pengobatan ARV di Puskesmas Rasimah Ahmad
Jenis Pendidikan Faktor Status
No Kode Usia Pekerjaan Agama Mulai ART
Kelamin Terakhir Penyebab Pernikahan
1. F-7 Laki-Laki 28 SMA Wiraswasta Islam Agustus 2019 LSL Lajang
2. F-8 Laki-Laki 29 SMA Wiraswasta Islam Februari 2019 LSL Lajang
3. F-9 Laki-Laki 25 SMA Wiraswasta Islam Maret 2018 LSL Lajang
4. F-10 Laki-Laki 32 D2 Wiraswasta Islam Juli 2019 LSL Menikah
ODHA yang menjalani terapi ARV juga merasakan efek samping dari
Tabel 5.4
Matrik Triangulasi (Efek Samping yang dirasakan ODHA)
No. Aspek yang Wawancara Telaah Dokumen Kesimpulan
Diperiksa Mendalam
ODHA.
informan berikut :
“Selama ini berjalan aman aja, gak ada masalah. Karena kan
kita ketemunya hanya di Puskesmas, ya kalau dia datang, kita
layani”. (F-2, 40 Tahun).
c. Ketersediaan ARV
ini :
“Antara petugas dan ODHA itu kan ada WA grup, nah disana
itu kita fungsikan sebagai salah satu media atau tempat untuk
mengingatkan pasien minum obat”. (F-3, 39 Tahun).
50
Tabel 5.5
Matrik Triangulasi
(Institusi Penyedia Layanan (Puskesmas, KDS dan KPA))
No. Aspek yang Wawancara Telaah Dokumen Kesimpulan
Diperiksa Mendalam
3. Dukungan Keluarga
Faktor lain yang juga mempengaruhi kepatuhan minum obat ARV adalah
tersebut adalah :
“Tidak, tidak ada yang tau. Yang tau cuma konselor terus
pendamping yang ada di Rasimah Ahmad sama kakak juga.
Takutnya diskriminasi dari keluarga karena mereka kan tidak
paham bagaimana penularannya. Kemudian nanti takutnya
akan di pertanyakan kamu dapatnya darimana, apakah kamu
52
“Itu makanya, kalau istri saya tahu saya sakit, pasti langsung
ribut. Dia yang sibuk begitu... istri juga selalu ingatkan,
sudah minum obat.....? atau lagi asik banyak kerjaan saya
lupa begitu. Weh...sudah 5 menit......” (F-10,32 Tahun).
“Saya ingatkan dia tiap hari minum obat, saya yang antar dia
kalau dia mau berobat, saya juga sudah mulai akrab dengan
dokternya”. (F-6, 30 Tahun).
Tabel 5.6
Matrik Triangulasi (Dukungan Keluarga)
No. Aspek yang Wawancara Mendalam Telaah Dokumen Kesimpulan
Diperiksa
4. Konteks Sosial
ODHA. KDS sudah menjadi bagian dalam proses pengobatan ARV pada
ODHA.
“Dari KDS itu sendiri ada dianjurkan minum obat ARV, dia
bilang ambillah obatnya, ambillah obatnya. Saya merasa
masih ada yang perhatikan saya”. (F-8, 29 Tahun).
54
berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat ARV bagi ODHA dan akan
“Tidak berani ya, lebih baik saya menjauh dari dunia. Karna
saya pernah baca kasus yang mengalami diskriminasi dari
lingkungan sosial karna HIV juga”. (F-9, 25 Tahun).
Tabel 5.7
Matrik Triangulasi (Konteks Sosial)
No. Aspek yang Wawancara Mendalam Telaah Dokumen Kesimpulan
Diperiksa
1. Peran KDS Partisipasi KDS dalam Menurut laporan Berdasarkan hasil yang
bagi ODHA mengoptimalkan informasi yang didapatkan keseluruhan ODHA
kepatuhan ART bagi didapatkan memang mengungkapkan bahwa kelompok
ODHA ada jikalau peran KDS dukungan sebaya (KDS) adalah
dalam teman-teman yang paling peduli
mengoptimalkan terhadap mereka. KDS banyak
kepatuhan ART bagi memberikan motivasi, perhatian
ODHA sangatlah dan dukungan sehingga ODHA
penting merasa tidak sendiri
2. Keaktifan Keaktifan KDS dalam Berdasarkan laporan Dengan aktifnya KDS dalam
KDS mendampingi ODHA dan catatan yang mendampingi ODHA
dalam pengobatan ARV didapatkan Keaktifan memberikan dukungan sosial
KDS dalam terhadap ODHA serta
mendampingi ODHA memberikan motivasi untuk
dalam pengobatan menjalani terapi ARV
ARV sangatlah bagus
A. Kerangka Penyajian
dukungan keluarga dan konteks sosial terhadap kepatuhan minum obat pasien
yang membuat pasien patuh atau pun tidak patuh terhadap pengobatan dan
B. Keterbatasan Penelitian
untuk membuat penelitian ini menjadi optimal, dan keterbatasan penelitian antara
lain :
1. Masih ada ODHA yang tidak bersedia di wawancarai dan berada diluar Kota
57
58
3. Masih ada keluarga ODHA yang tidak bersedia direkam pada saat
obat ARV dari 5 orang yang terpilih sebagai sampel dengan tingkat
Proporsi responden dengan tingkat kepatuhan sedang (80 - 95%) adalah 0%,
adalah 20%.
optimal setidaknya tingkat kepatuhan antara (90-95%) dari semua dosis tidak
menunjukkan bahwa proporsi pasien yang tidak patuh 2 kali lipat dari
responden yang patuh. Hal ini sangat mungkin untuk terjadinya kegagalan
Kabupaten Mimika.
load. Ketika lupa meminum satu dosis, meskipun hanya sekali, virus akan
terlihat pada pasien yang menggunakan semua atau hampir semua dosis ARV
dengan benar dan pasien HIV dianjurkan untuk memiliki tingkat kepatuhan
yang sempurna atau hampir sempurna. Karena seperti diketahui terapi dapat
gagal akibat kurang patuh, sehingga virus menjadi resisten terhadap obat
yang dipakai.
sangat mempengaruhi kepatuhan minum obat ARV bagi ODHA yang ada
Rasimah Ahmad.
karena pasien HIV yang tempat tinggalnya jauh dari unit layanan
60
yang dihadapi oleh pasien HIV oleh karena sarana transportasi menuju
aturan yang jelas tentang rejimen obat, dan rejimen obat harus
obat pada malam hari karena pulang dari bekerja. Kemudian kemudahan
pasien dalam mengakses ARV juga dipengaruhi oleh petugas yang sangat
penting bagi ODHA untuk mengikuti terapi ARV secara rutin. Interaksi
terhadap pengobatan.
c. Ketersediaan ARV
(Yuniar, 2013) bahwa faktor ketersediaan obat ARV dan dukungan sosial
selama "stok habis" yang telah terjadi, terutama pada awal peluncuran
ART.
63
obat ARV, ketersediaan stok obat ARV ketika pasien mengakses, maka
untuk pasien mangkir atau tidak patuh dari pengobatan karena tidak
minum obat yang paling mendukung kepatuhan minum obat ARV pada
minum obat ARV. Jadi pengawasan minum obat ARV ini sangat
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mathivha, 2012)
minum obat pasien. Disamping itu pula perlu dilakukan edukasi kepada
pengawasan minum obat pasien sehingga ODHA tidak lupa satu dosis
3. Dukungan Keluarga
keluarga.
65
(Kemenkes, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Ubra, 2012)
ARV.
ARV
untuk tetap minum obat, mengingatkan ODHA untuk minum obat bila
waktunya tiba atau berperan sebagai pengawas minum obat (PMO) dan
penyakit HIV. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu oleh
4. Konteks Sosial
ODHA merasa tidak sendiri. Tidak hanya diingatkan minum obat, kadang
juga dihibur dan ada juga bantuan psikis untuk dukungan kepada ODHA
dimana kegiatan ini lebih fokus pada Home Visit dan Hospital visit.
baik pada rawat jalan maupun rawat inap. Pada rawat jalan atau
kemampuannya
kepatuhan minum obat ARV pada ODHA karena mereka lah yang bisa
motivasi tetapi juga perhatian dan sekaligus alarm pengingat minum obat.
Tugas ini tidak dapat dilakukan oleh dokter karena butuh kedekatan
emosional yang tinggi supaya tidak membuat down penderita HIV dan
AIDS ini.
bahwa pasien HIV yang mendapat stigma tinggi adalah empat kali lebih
A. Kesimpulan
Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2020 yang telah di lakukan maka dapat di
1. Kepatuhan minum obat ARV pada 5 orang informan ODHA yang ada di
Puskesmas Rasimah Ahmad yaitu 3 ODHA yang menjalani terapi ARV tidak
pernah putus minum obat ARV sedangkan 1 orang informan ODHA pernah
kehilangan dosis atau putus 4 kali dengan rejimen 1 kali sehari, dan 1 orang
informan ODHA pernah kehilangan dosis atau putus 2 bulan atau 60 hari
dengan rejimen 1 kali sehari. Dengan skor total kepatuhan minum obat
semua ODHA adalah 93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ODHA yang
berada pada usia reproduktif berkisar antara 24-32 tahun, semua informan
orang, dan 1 orang Diploma 2. Dan dari 5 orang ODHA, semuanya bekerja
70
71
ketersediaan ARV dan pengawasan minum obat pasien oleh petugas PMO di
dalam terapi ARV dan pemberian informasi terkait HIV dan terapi ARV
kepatuhan minum obat ARV pada ODHA yang ada di Puskesmas Rasimah
Ahmad.
72
B. Saran
1. Bagi ODHA
pengobatan.
merasa stres.
informasi dan sumber data bagi mahasiswa dan institusi pendidikan program
Ahmad.
DAFTAR PUSTAKA
Achappa, B., Madi, D., Bhaskaran, U., Ramapuram, J. T., Rao, S. & Mahalingam, S.
(2013). Adherence to Antiretroviral Therapy Among People Living With HIV.
North American Journal of Medical Sciences, 5, 220.
Depkes RI. (1997). AIDS : Petunjuk Untuk Petugas Kesehatan. Dirjen PPM dan PL
Depkes RI, Jakarta.
UNAIDS. (2013). Global report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic 2013.
Joint United Nations Programme on HIV/AIDS.
Wesigire, M. M., Katamba, D., Martin, A., Seeley, F., Wu, J. & W, A. (2015).
Factors that affect quality of life among people living with HIV attending an
urban clinic in Uganda: a cohort study. PloS one, 10, e0126810.
Wei, C., Yan, H., Yang, C., Raymond, H. F., Li, J., Yang, H., Zhao, J., Huan, X. &
Stall, R. (2014). Accessing HIV testing and treatment among men who have
sex with men in China: a qualitative study. AIDS care, 26, 372-378
Yuswanto, T., Wahyuni, T. & Pitoyo, J. (2015). Peran Kelompok Dukungan Sebaya
(KDS) dan Kepatuhan Minum Obat pada ODHA. J Pendidik Khusus, 4, 64-9.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Petunjuk Umum
1. Wawancara diawali dengan permohonan izin, membuat kesepakatan
1. Pembukaan
komentar.
d. Jawaban tidak ada yang salah atau benar, karena wawancara ini bukan
untuk penilaian.
f. Dengarkan dan catat dengan cermat apa yang dibicarakan dengan subjek.
g. Perlakukan setiap kata atau istilah sebagai kata atau istilah yang potensial
h. Jika dalam wawancara ada yang belum dimengerti, jangan malu untuk
penjelasan.
kerahasiannya.
l. Wawancara ini akan direkam oleh alat perekam suara untuk membantu
pencatatan.
2. Penutup
yang dibutuhkan.
menyenangkan.
d. Bila di kemudian hari ada hal-hal dirasa kurang atau ada data-data yang
mahasiswa :
Nim : 1613201038
Tahun 2020
mestinya.
Bukittinggi, / /2020
Informan
Lampiran 3
Puskesmas/KDS/KPA
1. Nama :
2. Umur :
3. Jabatan : :
B. Daftar Pertanyaan
1. Puskesmas
HIV/AIDS.
kesehatan.
masyarakat.
4. Keluarga ODHA
pengobatan ARV.
Pedoman Wawancara Mendalam
Analisis Kepatuhan Minum Obat Antiretroviral (ARV) Pada Pasien HIV/AIDS
di Puskesmas Rasimah Ahmad Tahun 2020
Pasien
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Agama :
7. Status :
8. Alamat :
9. Suku :
B. Daftar Pertanyaan
KPA.
2. Dukungan Keluarga
HIV/AIDS.
3. Konteks Sosial
a. KDS
Wawancara Mendalam