SKRIPSI
OLEH:
NURBAYA HULIHULIS
NPM: 4820116080
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2020
ii
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada
Oleh :
NURBAYA HULIHULIS
NPM: 4820116080
ii
iii
iv
iv
v
vi
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan
MOTTO
vi
Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan
dengan penuh keikhlasan, menyelesaikan dengan
penuh kebahagiaan karena Jawaban dari sebuh
keberhasilan adalah terus belajar dan tidak kenal
putus Asa.
KATA PENGANTAR
vii
viii
Segalah puji hanya milik Allah SWT, Tuhan yang maha Esa dan maha
bijaksana karena berkat taufik dan hidaya-Nyalah sehingga penulisan skripsi ini
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan penulis. Tak lupa pula salawat
serta Salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW
sebagai panutan umat manusia di segala bidang, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINJAUAN PERESEPAN
ANTIBIOTIK PADA PASIEN BPJS DI INSTALASI FARMASI RAWAT
JALAN RUMAH SAKIT BHAYANGARA AMBON TAHUN 2020”.
viii
6. Keluarga tercinta, yang telah menberikan biaya selama saya menuntut
ilmu di dunia pendidikan semoga selalu dalam lindungan Allah SWT,
dukungan dan doa
7. Semua teman-teman sejawat Program Studi farmasi STikes Maluku
Husada khususnya angatan ke 2 tahun 2016
8. Secara khusus ucapan terima kasih yang terdalam penulis
persembahkan kepada kedua orang tuaku tercinta (ayahhanda Aminudin
Hulihulis dan ibunda tersayang Fareda Sehwaky), kakak Ns. Hartina
Hulihulis, S.Kep, adik Syafrudin Hulihulis Moh.Risky Hulihulis,
Fauzih Basri Hulihulis, Nadila Sari Hulihulis, keluarga tercinta dan
sahabat-sahabat dekat yang tidak sempat di lampirkan namanya satu
per satu, yang memberikan dukungan penuh tanpa balas kasih kepada
penulis serta memberikan motifasi dan kekuatan selema ini.
Penulis
ix
x
ABSTRAK
Antibiotik adalah salah satu obat yang sering di salah gunakan karena sangat
mudah didapatkan dan harganya murah. Pengunaan antibiotik yang tidak rasional
dapat menyebabkan resistensi. Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam
menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik. Masalah resistensi selain
berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif
terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
meninjau penggunaan antibiotik pada pasien BPJS di instalasi farmasi rawat jalan
rumah sakit Bhayangkara Ambon Tahun 2020 dan untuk mengetahui antibiotik
apa yang paling banyak diresepkan pada pasien BPJS di instalasi farmasi rawat
jalan rumah sakit Bhayangkara Ambon pada bulan januari sampai maret tahun
2020. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan
data secara retrospektif untuk mengetahui jenis antibiotik yang paling banyak
diresapkan pada pasien BPJS di instalasi farmasi rawat jalan RS Bhayangakara
Ambon Tahun 2020. Hasil penelitian didapat sebanyak 247 lembar resep
mendapatkan antibiotik dengan penggunaan antibiotik yang paling banyak
diresepkan adalah Penicillin 90 (36,4%), Cephalosporin 63 (25,5%) Monokbatam
9 (3,6%), Aminoglikosida 18 (7,3), Tetracyline 3 (1,2%), Chlorampenicol 41
(16,6%), Makrolid 4 (1,6%), Clindamycin 6 (2,4%) dan Quinolone 13 (5,3%).
x
REVIEW OF ANTIBIOTIC PRESCRIPTION ON BPJS PATIENTS IN
STALLATION OF PHARMACY OUTPATIENT AT BHAYANGKARA
HOSPITAL AMBON IN 2020
Nurbaya Hulihulis¹, Aulia Debby Pelu², Miranda Waas³
¹Mahasiswa Program Studi Farmasi
²DosenSTikes Maluku Husada
³DosenSTikes Maluku Husada
ABSTRACT
Antibiotics are a kinds of drug that is often misused because they are very
easy to obtain and they are cheap. Irrational use of antibiotics can lead to
resistance. Resistance is the ability of bacteria to neutralize and weaken the
working power of antibiotics. The problem of resistance apart from having an
impact on morbidity and mortality also has a very high negative economic and
social impact. This study aims to review the use of antibiotics in BPJS patients in
the outpatient pharmacy installation of the Bhayangkara Ambon hospital in 2020
and to find out what antibiotics are most commonly prescribed to BPJS patients at
the outpatient pharmacy installation of the Bhayangkara hospital, Ambon from
January to March 2020. The design of this study is a descriptive study with
retrospective data collection to determine the type of antibiotic that is most widely
infused in BPJS patients in the outpatient pharmacy of Bhayangakara Hospital,
Ambon in 2020. The results of the study there is a 247 sheets of prescriptions to
get antibiotics using the most widely prescribed antibiotics are Penicillin 90
(36.4%), Cephalosporin 63 (25.5%) Monocbatam 9 (3.6%), Aminoglycoside 18
(7.3), Tetracyline 3 (1.2%), Chlorampenicol 41 (16.6 %), Macrolide 4 (1.6%),
Clindamycin 6 (2.4%) and Quinolone 13 (5.3%).
xi
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………...................... I
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………….......... Ii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN HASIL PENELITIAN…….. Iii
LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN…………………………………........ Iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………. v
MOTTO……………………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………....... vii
ABSTARAK………………………………………………………………....... Ix
ABSTRAC…………………………………………………………………….. x
DAFTAR ISI…………………………………………………………….......... xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………….......... Xv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... Xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………......... Xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….......... 1
1.1.Latar Belakang…………………………………………................... 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………......... 4
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………….......... 5
1.3.1. Tujuan Umum…………………………………………......... 5
1.3.2. Tujuan Khusus…………………………………………....... 5
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………........ 5
1.4.1. Manfaat Teoritis atau Akademik……………........................ 5
1.4.2. Manfaat Praktis atau Aplikatif…………………………........ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………....... 7
2.1. Tinjauan Umum Tentang Antibiotik……………………….......... 7
2.1.1. Defenisi Antibiotik……………………………………....... 7
2.1.2. Penggolongan dan Cara kerja antibiotik…………….......... 8
2.1.3. Prinsip Penggunaan Antibiotik………………………......... 14
xii
2.1.4. Pemilihan Antibiotik…………………………………........ 16
2.1.5. Bahaya Penggunaan Antibiotik………………………........ 16
2.1.6. Resep…………………………………………………........ 18
2.1.7. Rumah Sakit Dan Instalasi Farmasi…………………......... 19
2.7.1 Rumah Sakit……………………………………......... 19
2.7.2 Tugas Rumah Sakit…………………………….......... 21
2.7.3 Fungsi Rumah Sakit……………………………......... 21
2.7.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit…………………........ 21
1. pengertian Instalasi Farmasi Rumah Sakit….......... 21
2. Pembagian Ruang Instalasi Farmasi Rumah Sakit.. 22
3. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit………........ 25
2.1.8. BPJS………………………………………………............. 29
2.2. Keaslian Penelitian…………………………………………......... 31
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL………………………………......... 36
3.1. Kerangka Konsep…………………………………………........... 36
3.2. Hipotesis Penelitian………………………………………............ 37
BAB IV METODE PENELITIAN………………………………………....... 38
4.1. Desain Penelitian………………………………………….......... 38
4.2. Tempat Dan waktu Penelitian…………………………….......... 38
4.2.1. Tempat Penelitian………………………………….......... 38
4.2.2. Waktu Penelitian……………………………………........ 38
4.3. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………........ 38
4.3.1. Populasi…………………………………………….......... 38
4.3.2. Sampel………………………………………………....... 39
4.3.3.Teknik Pengambilan Sampel……………………….......... 40
4.4. Definisi Operasional………………………………………........ 40
4.5. Instrumen penelitian………………………………………........ 41
4.6. Prosedur Pengambilan Data………………………………...... 41
4.7. Pengolahan Data…………………………………………........ 42
4.8. Analisa Data……………………………..................................... 43
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………........ 44
xiii
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
xv
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4 SPSS
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik adalah salah satu obat yang sering di salah gunakan karena
2015).
dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah
2406/MENKES/PER/ XII/2011).
Saat ini sudah banyak antibiotik yang tidak mampu lagi menangani
suatu penyakit yang diakibatkan oleh suatu mikroorganisme hal ini terjadi
biasa. Bahkan antibiotik digunakan secara tidak tepat atau tidak rasional
untuk penyakit yang tidak perlu dan terdapat kecendrungan antibiotik dibeli
1
2
2
bebas atau tanpa resep dokter. Akibatnya telah terjadi perkembangan bakteri
(AS), setiap tahun di negera itu terdapat dua juta orang terinfeksi bakteri
evaluasi pada seluruh apotek di Ambon. Hal ini dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari penggunaan obat yang tidak sesuai aturan. Kepala Dinkes
sejumlah toko obat dan apotek di Ambon yang menjual obat dalam jumlah
besar tanpa resep dokter. Padahal, hal itu dilarang dalam Peraturan Menteri
data BPOM, masih ada apotek yang menjual obat dalam jumlah yang besar
penjualan obat oleh pihak apotek tidak boleh mengabaikan faktor keamanan
obat. Pemilik apotek harus mengenal dua istilah dalam pengobatan yaitu
menyalahgunakan (dipakai untuk hal yang lain) dan penggunaan yang salah
(dosis yang keliru atau obat yang diminum tidak tepat). Jenis obat antibiotik
yang tidak boleh dikonsumsi masyarakat tanpa resep dokter yaitu amoxicilin
farmasi rawat jalan rumah sakit bhayangkara Ambon dari tahun 2018
sebanyak 2500 orang sedangkan 2019 sebanyak 3212 orang dan dari bulan
salah satu pasien yang jumlahnya cukup besar. sesuai dengan KepMenKes
rumah sakit tersebut memenuhi ketetapan pemerintah atau tidak. Selain itu,
untuk mengetahui kesesuaian dosis dan aturan pakai sesuai dengan standar
7
8
dengan benar mulai dari penentuan dosis dan aturan pakai menurut bentuk
satu rumah sakit milik PORLI Kota Ambon yang berbentuk pelayanan
umum, di kelola oleh PORLI dan termasuk kedalam rumah sakit kelas IV.
Peneliti ingin meneliti tentang tinjauan peresepan antibiotik pada pasien BPJS
mengetahui resep obat antibiotik apa saja yang disediakan di instalasi farmasi
Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bhayangkara Ambon pada bulan
9
10
TINJAUAN PUSTAKA
dan mengobati suatu infeksi karena bakteri. Infeksi bakteri terjadi bila
(Kemenkes, 2011).
11
8
1. Antibiotik beta-laktam
a) Penicilin,
b) Cephalosporin,
c) Monobaktam
Aztreonam.
Tazobaktam.
10
2. Vankomisin
dosis tinggi.
3. Basitrasin
1. Aminoglikosida
2. Tetracycline
3. Chlorampenicol
thianphenicol.
4. Makrolid
5. Clindamycin
6. Mupirosin
7. Spektinomisin
metabolisme folat
Neisseria sp.
a. Quinolone
b. Florokuinolone
c. Nitrofuran
bakteri.
15
d. Faktor biaya
obat generik, obat merk dagang atau obat paten. Harga antibiotik
pun sangat beragam, harga antibiotik merk dagang atau paten bisa
16
kegagalan terapi.
yakni, untuk terapi empiris, terapi definitive dan terapi profilaksis atau
memberi efek pada semua jenis bakteri patogen yang dicurigai. Oleh
(Katzung, 2012).
Berikut ini dua kerugian akibat konsumsi antibiotika yang tidak benar
a. Infeksi berulang
tempat lain.
2.1.6. Resep
yakni: rata – rata pemberian obat per lembar resep, persentase obat
sosial.
2005).
oleh pasien.
secara terbatas)
4. Ruang konseling
kartu suhu.
6. Ruang arsip
meliputi:
etik profesi
dan pasien;
26
Pelayanan Kefarmasian
habis pakai
optimal
berlaku
27
kefarmasian
Sakit;
memungkinkan)
dapat digunakan
Obat
pasien/keluarga pasien
kesehatan lain
stabil
29
2.1.8. BPJS
Nasional dan program BPJS Kesehatan ini resmi mulai berlaku pada
ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-
sosial.
antibiotik,
bentuk
sediaan dan
potensi obat
yang sama
yaitu santibi
plus tablet
250mg 7,1%
(18 resep),
Claneksi
tablet 500mg
5,9% (15
resep)
3. Nurbaya Tinjaun Tahun 2020 Penelitian ini Berdasarkan
Hulihulis peresepan Program di lakukan di penelitian
antibiotik Studi Farmasi instalasi yang di
pada pasien Stikes farmasi rawat lakukan dari
BPJS di Maluku jalan rumah 247 Resep,
instalasi HUsada sakit pengunaan
farmasi bhayangkara antibiotik
rawat jalan ambon tahun yang paling
rumah sakit 2020 yang banyak di
Bhayangkara bertujuan resepkan
ambon bulan untuk adalah obat
januari- meninjau penicillin
maret 2020 peresepan sebanyak 90
antibiotik (36,4%)
pada pasian
BPJS di
instalasi
rawat jalan
35
rumah sakit
bhayangkara
ambon.
Penelitian ini
di gunakan
retrospektif
36
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Sumardjono, 1996).
Pasien
Peresepan BPJS
Antibiotik
Penggunaan
Antibiotik
Keterangan:
:Variabel Tunggal
36
37
adalah:
rawat jalan rumah sakit bhayangkara ambon pada bulan januari-maret tahun
2020.
BAB IV
METODE PENELITIAN
paling banyak diresapkan pada pasien BPJS di instalasi farmasi rawat jalan
2020
4.3.1. Populasi
38
39
4.3.2. Sampel
berikut:
n= N
1+ne²
Keterangan:
N= Jumlah populasi
jadi:
n= 649
1+ 649 (0,05)²
tunggal.
2010). Data di peroleh secara langsung dari sumber penelitian yaitu resep
Data yang di peroleh peneliti dari sumber yang sudah ada (Widodo,
objek penelitian yaitu lembar resep antibiotik pada pasien BPJS di instalasi
42
tahun 2020.
dan analisis, kemudian hasil selanjutnya di sediakan dalam bentuk tabulasi data
dan narasi
4.7.5. Describing
dengan veriabel hendak di ukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing,
koding, tabulasi dan uji statistic yang digunakan adalah sebagai berikut: Analisis
Univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per
BAB V
milik PORLI kota ambon yang berbentuk pelayanan umum dan termaksud
kedalam rumah sakit kelas IV dan Dan di pimpin oleh direktur Dr. Agus
Kelas : IV
Provinsi : Maluku
Email : Rumkitbhayangkara_ambon@yahoo.co.id
Tabel 5.2.
farmasi rawat jalan rumah sakit Bhayangkara ambon pada bulan januari-maret
tahun 2020.
46
BPJS di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit Bhayangkara ambon pada
instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit Bhayangkara ambon pada bulan
(36,4%), karena obat penicillin ini di gunakan untuk penyakit infeksi saluran
kemih, influenza, demam, infeksi pada mulut dan bronkitis. Menurut National
ditemukan oleh Alexander Flening pada tahun 1928 dan paling sering digunakan
untuk mengobati infeksi tertentu seperti infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi
salura kemih.
samping ringan berupa mual, muntah dan reaksi alergi jarang ditemukan.
Vulnus Infeksi sebanyak 16,64%. Pengobatan kasus penyakit lain yang juga
gusi dan mulut serta dermatitis (Agustina Laurensia Pala, 2019). Antara antibitik,
terhadap bakteri gram positif dan mempunyai toksisitas yang rendah sehingga
1984). Keberadaan gen yang berperan pada proses biosintesis penisilin dipercaya
organisme lainnya, namun molekul ini kemungkinan juga berperan dalam proses
signaling (Weber et al. 2012). Salah satu jamur yang dikenal luas dapat
1949. Obat ini efektif melawan beragam bakteri termasuk sebagai beberapa
merupakan obat terpilih yang tidak mahal dan ditoleransi baik untuk beberapa
gunakan untuk infeksi saluran napas, infeksi kulit, infeksi, saluran pencernaan,
infeksi kulit, infeksi THT, saluran kemih dan kelamin. Sefalosporin merupakan
utama infeksi kulit dan jaringan subkutis disebabkan oleh bakteri gram positif
dan hanya beberapa yang disebabkan bakteri gram negatif yang ditemukan pada
Gram-negatif termasuk E.coli, Klebsiella dan Proteus dan lebih resisten terhadap
mekanisme yang sama dengan golongan penicillin, efek samping utama dari
beberapa bakteri gram negatif, sensitif terhadap beta laktamase, generasi II yaitu
lebih efektif melawan bakteri gram negatif dibandingkan generasi I, agak kurang
III yaitu paling efektif melawan bakteri gram negatif tapi kurang efektif terhadap
bakteri gram positif dibandingkang generasi I dan II, lebih resisten terhadap beta
50
laktamase dan generasi IV yaitu memiliki spektrum aktivitas yang lebih luas dari
generasi ketiga dan lebih stabil terhadap hidrolisis oleh beta laktamase.
gunakan untuk influeza dan enterococcus (batuk dahak) bila seseorang yang
neisseria meningitides dan H. Influeza dan efek sampingnya serupa dengan beta-
gunakan untuk infeksi saluran kencing, infeksi THT, infeksi luka bakar dan
antibiotik tertua yang digunakan untuk menangani berbagai infeksi serius yang
diakibatkan oleh bakteri gram negatif dan beberapa bakteri jenis gram-positif.
2018).
bakterisidal yang cepat, stabil secara kimia, sinergis dengan antibiotika golongan
beta-laktam, insiden resistensi yang rendah, dan biaya yang murah. Meskipun
untuk infeksi saluran napas, infeksi saluran kemih, prenyakit kelamin. Tetrasiklin
merupakan salah satu obat yang sering digunakan dengan tatalaksana terapi
sebagai Infeksi saluran napas, infeksi saluran kemih, disentri basiler, gonorrhea,
infeksi kulit dan jaringan lunak lainnya. Golongan tetrasiklin dapat menghambat
sintesa protein bakteri. Obat–obat yang termasuk generasi ini adalah tetrasklin,
30s dan menvegah ikatan tRNA-aminoasil pada komplek mRNA ribosom. Hal
menimbulkan disgenesis.
demam tiphoid dan terapi pada meningitis (peradangan) yang disebabkan oleh
52
infuenza. Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi
akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu
minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
merupakan bakteri gram negatif, bergerak dengan rambut getar dan tidak
Bakteri ini dapat tumbuh pada semua media dan pada media yang
selektif, bakteri ini memfermentasi glukosa dan manosa, tetapi tidak dapat
memfermentasi laktosa. Waktu inkubasi berkisar tiga hari sampai satu bulan
(Putra, 2012). Sumber penularan utama demam tifoid adalah penderita itu sendiri
dan karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta bakteri S. typhi dalam tinja, dan
toksis. Obat ini sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat Haemophilus
influenza, demam tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat
lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik,
Obat ini terikat pada ribosom subunit 50S dan menghambat enzim peptidil
transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis kuman.
obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor-R. Resistensi terhadap
membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri . Beberapa strain
umumnya sensitif, sedang Enterobactericeae banyak yang telah resisten. Obat ini
dan sifat yang mirip kloramfenikol, tetapi kegiatannya agak lebih ringan (Tjay
ineksi saluran napas atas, infeksi saluran napas bawah, infeksi kulit, penyakit
Amerika Serikat, lebih dari 66 juta resep dibagikan dalam tahun 2008 (IMSa,
2014).
efek samping saluran cerna. Konsentrasi plasma puncak setelah 1-4 jam
54
cairan tubuh, hati dan limpa (konsentrasi tinggi), limfosit polimorfonuklear dan
diekskresikan melalui urin (2-5% dari dosis oral, 12-15% dari dosis IV); 1,5-2,5
menjadi infeksi saluran napas atas dan infeki saluan napas bawah. Infeksi saluran
napas atas meliputi sinusitis, faringitis, laringitis dan otitis. Sedangkan infeksi
saluran napas bawah meliputi infeksi pada bronkhus, alveoli seperti bronkhitis,
adalah berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat ineksi virus dan
digunakan untuk infeksi saluran napas bawah, infeksi bakteri dan infeksi tulang
dan sendi.
peningkatan produksi sebum dan inflamasi . Peran P. Acnes bakteri dalam proses
inflamasi pada acne sudah diakui secara universal (Rima Adjani Nugroho2013).
Salah satu jenis terapi yang sering digunakan untuk jerawat derajat
ringan dan sedang adalah terapi topikal. Antibiotik topikal sudah secara luas
digunakan sebagai salah satu cara efektif dalam pengobatan acne vulgaris selama
pada kulit, tetapi juga bekerja dengan menurunkan jumlah mediator inflamasi P.
Acnes. Terapi topikal biasanya digunakan untuk pengobatan mild acne. Obat
topikal ini bisa langsung bekerja pada folikel sebaseous tanpa memberi pasien
resiko adverse drugs effect, yang kemungkinan dapat ditimbulkan obat sistemik.
dengan erythromycin dan tetracycline 6, tetapi penggunaan obat ini secara luas
untuk infeksi saluran kemih akibat bakteri gram negatif. Infeksi saluran kemih
masing-masing enzim ini dan DNA bakteri. Hambatan ini menghasilkan efek
manfaat klinis untuk pengobatan infeksi sistematik karena kadar dalam darah
terlalu rendah dan eliminasinya melalu urin berlangsung secara cepat sehingga
sulut tercapai kadar terapeutik dalam darah. Indikasi klinisnya hanya terbatas
lakukan oleh Sri Retno Handayani ( 2013) yang meneliti tentang Tinjauan
Rumah Sakit “x” Periode Bulan Januari-Maret 2011. Hasil penelitian di dapat
Sedangkan penelitian oleh Syarifs (2015), obat antibiotik yang paling banyak
yaitu dimana antibiotik hanya diresepkan jika infeksi merupakan bakteri dan di
tandai dengan gejala yang signifikan dan berat, adanya komplikasi penyakit yang
lebih berat dan infeksi tidak mampu diatasi dengan system kekebalan tubuh,
menderita infeksi.
juga tergantung dari kerentanan dan resistensi pathogen penyebab infeksi, profil
farmakologi dari toksisitas antibiotik, ikatan, distribusi, absorbsi, level kadar obat
dalam darah dan urin, pengalaman sebelumnya dengan spesies penginfeksi yang
obat yang tidak rasional. Hal tersebut merupakan salah satu masalah kesehatan
yang terjadi di Indonesia. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional telah diamati
pertama yang sudah tidak bermanfaat harus diganti dengan obat-obatan lini
58
kedua atau bahkan lini ketiga (Utami, 2012). Bila hal ini tersebut terus berlanjut
kemungkinan terjadi kekebalan tubuh terhadap antibiotik lini kedua dan ketiga.
Apabila resistensi terhadap pengobatan terus berlanjut tersebar luas, dunia yang
sangat telah maju dan canggi ini akan kembali ke masa-masa kegelapan
5. 4. Keterbatasan Penelitian
prosedur ilmiah, namun berdasarkan tinjauan dari hasil penelitian yang telah
penelitian ini belum sempurna. Hal tersebut yang menjadi keterbatasan dalam
penelitian
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Antibiotik pada pasien BPJS di instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit
farmasi rawat jalan rumah sakit Bhayangkara Ambon pada bulan januari-
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Peresepan Antibiotik Pada Pasien BPJS Di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah
A. Karakteristik Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
B. Lembar Observasi
Keterangan:
Ya = 1
Tidak= 2
Statistics
Peneci Cephalos Monokba Aminoglik Tetracyl Chloramp Makro Clindam Quinolo
lin porin tam osida ine enicol lid ycin ne
N Valid 247 247 247 247 247 247 247 247 246
Missi 0 0 0 0 0 0 0 0 1
ng
Frequency Table
Penecilin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 90 36.4 36.4 36.4
Tidak 157 63.6 63.6 100.0
Total 247 100.0 100.0
Cephalosporin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 63 25.5 25.5 25.5
Tidak 184 74.5 74.5 100.0
Total 247 100.0 100.0
Monokbatam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 9 3.6 3.6 3.6
Tidak 238 96.4 96.4 100.0
Total 247 100.0 100.0
Aminoglikosida
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 18 7.3 7.3 7.3
Tidak 229 92.7 92.7 100.0
Total 247 100.0 100.0
Tetracyline
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 3 1.2 1.2 1.2
Tidak 244 98.8 98.8 100.0
Total 247 100.0 100.0
Chlorampenicol
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 41 16.6 16.6 16.6
Tidak 206 83.4 83.4 100.0
Total 247 100.0 100.0
Makrolid
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 4 1.6 1.6 1.6
Tidak 243 98.4 98.4 100.0
Total 247 100.0 100.0
Clindamycin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 6 2.4 2.4 2.4
Tidak 241 97.6 97.6 100.0
Total 247 100.0 100.0
Quinolone
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 13 5.3 5.3 5.3
Tidak 234 94.7 94.7 100.0
Total 247 100.0 100.0