Anda di halaman 1dari 83

UNIVERSITAS WARMADEWA

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU


MASYARAKAT TERHADAP TUBERKULOSIS DI DESA
SADING KECAMATAN MENGWI BADUNG

OLEH:
I GEDE INDRA ADHISTHANA MUDITHA
NIM: 1470121014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER,


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
UNIVERSITAS WARMADEWA

TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU


MASYARAKAT TERHADAP TUBERKULOSIS DI DESA
SADING KECAMATAN MENGWI BADUNG

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

OLEH:
I GEDE INDRA ADHISTHANA MUDITHA
NIM: 1470121014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER,


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2018
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : I Gede Indra Adhisthana Muditha

NIM : 1470121014

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi
sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan.
Pernyatan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung jawab dan
saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti melakukan duplikasi
terhadap skripsi atau karya ilmiah lain yang sudah ada.

Denpasar, 8 Januari 2018

I Gede Indra Adhisthana Muditha


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WARMADEWA
Skripsi, Januari 2018

I Gede Indra Adhisthana Muditha

Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Tuberkulosis di


Desa
Sading Kecamatan Mengwi Badung

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara ketiga dengan penderita tuberkulosis terbanyak setelah


India dan Cina. Hal ini disebabkan oleh tingginya angka kejadian tuberkulosis di Indonesia
termasuk di Desa Sading Kecamatan Mengwi Badung Bali. Angka prevalensi
tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 6,47/1000 penduduk, meningkat bila
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,72/1000 penduduk. Peningkatan insidensi
tuberkulosis dari tahun 2013 sampai tahun 2014 di Kecamatan Mengwi cukup besar jika
dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Badung. Dengan insidensinya pada tahun
2014 sebesar 45 kasus sedangkan pada tahun sebelumnya hanya 26 kasus. Berdasarkan data
puskesmas Mengwi III, pada tahun 2016 terdapat 10 kasus baru tuberkulosis dimana
6 kasus diantaranya terjadi di desa Sading. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap tuberkulosis di Desa
Sading Kecamatan Mengwi Badung. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel adalah 106 kepala
keluarga yang dipilih menggunakan multistage random sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawacara menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat terhadap tuberkulosis. Hasil penelitian ini menunjukkan
secara umum tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan masyarakat mengenai
tuberkulosis masih belum baik. Sedangkan sikap masyarakat terhadap penyakit
tuberkulosis dalam kategori baik. Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi yang lebih
intensif agar masyarakat mampu memahami lebih dalam mengenai bahaya penyakit
tuberkulosis sehingga dapat mencegah penularan tuberkulosis dan menurunkan angka
prevalensi tuberkulosis di masyarakat.

Kata Kunci : Tuberkulosis, Pengetahuan, Sikap,


Perilaku

i
I Gede Indra Adhisthana Muditha

Knowledge, Attitude, and Behavior of Community to Tuberculosis in Sading


Village
Mengwi District Badung Regency

ABSTRACT

Indonesia is nominated as third country with the largest number of tuberculosis cases after
India and China. This is caused by high prevalence rate of tuberculosis in Indonesia,
including in Sading Village Mengwi District Badung Regency. The prevalence rate of
tuberculosis 2014 in Indonesian amount to 6,47/1000 popoulation, increased when
compared to the previous year amounted to 2,72/1000 population. Increased incidence of
tuberculosis from 2013 to 2014 in Mengwi District ia large enough compared to other
district in Badung Regency. With its incidence in 2014 is 45 cases whereas in the previous
year only 26 cases. Based on report Puskesmas Mengwi III, in 2016 there are 10 new cases
of tuberculosis, and 6 of them occurred in Sading Village. Depart from this issue, a study
was to explore knowledge, attitude, and behavior of community to tuberculosis prevention in
Sading Village Mengwi District Badung Regency. This study was designed as descriptive
research with cross sectional approach. A number of 106 household were chosen as the
samples using multistage random sampling. The data were collected through interview using
a questionnaire. Study found that knowledge level and behavior of tuberculosis prevention
are categorized not good. While the attitude level is categorized good. Hence, it is needed
more intensive socialization of tuberculosis prevention to helping the community to
understand more about danger of tuberculosis disease so that it can prevent transmision and
reduce the prevalence rate of tuberculosis in community.

Key Word : Tuberkulosis, Knowledge, Attitude, Behavior

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadapan Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Tuberkulosis Di Desa Sading Kecamatan Mengwi Badung” dapat penulis
selesaikan, guna memenuhi prasyarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa. Penulis
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan yang penulis
miliki. Namun berkat dorongan dan bimbingan dari dosen-dosen serta teman-teman maka
skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa penulis juga ingin menyampaikan terimakasih
atas bantuan dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. dr. Dewa Putu Widjana, DAP & E, Sp.Par K selaku Rektor Universitas
Warmadewa;
2. dr. I Gusti Ngurah Anom Murdhana, Sp.FK selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa;
3. dr. I Wayan Darwata, MPH selaku Wakil Dekan I dan PJS Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Warmadewa;
4. dr. I Ketut Tangking Widarsa, MPH selaku ketua Blok Academic Writing And
Research 3 yang telah mengembangkan dan menyusun blok ini dengan sangat baik;
5. dr. Sagung Putri Permana Lestari Murdhana Putere, M,Biomed,Sp.KJ selaku
sekretaris blok yang telah menyusun blok ini dengan sangat baik;
6. dr. I Wayan Darwata, MPH selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
gambaran, bimbingan, dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa
diselesaikan dengan baik;
7. dr. I.G.N Made Bayuningrat, Sp.OG, MM,CHt dan dr. I Wayan Semadha, M. Repro.
PA(K). selaku penguji yang membantu mengoreksi dan memberikan masukan
dalam skripsi ini;
8. Seluruh dosen pengajar yang membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini;
9. Keluarga penulis dan seluruh teman-teman yang selalu memberikan dukungan,
saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini;
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak
yang memerlukan. Terimakasih.

Denpasar, Januari 2018


Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Tuberkulosis Paru................................................. 5
2.2 Pengendalian, Pengobatan, dan Pencegahan TB di Indonesia............. 8
2.3 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penyakit
Tuberkulosis ..................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 13
3.2 Rancangan Penelitian ........................................................................ 13
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 13
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 15
3.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................. 17
3.6 Analisis Data .................................................................................... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Sampel ......................................................................... 19
4.2 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis............................... 20
4.3 Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis ......................................... 23
4.4 Perilaku Masyarakat Terhadap Pencegahan Tuberkulosis .................. 25
4.5 Keterkaitan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Pencegahan
Tuberkulosis..................................................................................... 28
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Sampel ......................................................................... 30

iv
5.2 Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis............................... 31
5.3 Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis ......................................... 32
5.4 Perilaku Masyarakat Terhadap Pencegahan Tuberkulosis .................. 34
5.5 Keterkaitan Pengetahuan dengan Sikap Masyarakat Terhadap
Tuberkulosis ..................................................................................... 35
5.6 Keterkaitan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Masyarakat
Terhadap Tuberkulosis...................................................................... 36
5.7 Keterkaitan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Masyarakat
Terhadap Tuberkulosis...................................................................... 37
5.8 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan....................................................................................... 39
6.1 Saran ................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41
LAMPIRAN .................................................................................................... 45

v
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional .......................................................................... 15
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Karakteristik dan Sumber Informasi .. 19
Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Pekerjaan dan Pendidikan........................ 20
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Komponen Pengetahuan dengan
Jawaban Benar ................................................................................... 21
Tabel 5. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Kelompok Umur .................................................................. 21
Tabel 6. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Pendidikan........................................................................... 22
Tabel 7. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Pekerjaan............................................................................. 22
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jawaban Sampel Terhadap Komponen Sikap ..... 23
Tabel 9. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Kelompok Umur .................................................................. 24
Tabel 10. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Pendidikan........................................................................... 24
Tabel 11. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Pekerjaan............................................................................. 25
Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Komponen Perilaku Pencegahan
Tuberkulosis dengan Jawaban Benar .................................................. 26
Tabel 13. Gambaran Perilaku Pencegahan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Kelompok Umur .................................................................. 26
Tabel 14. Gambaran Perilaku Pencegahan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Pendidikan........................................................................... 27
Tabel 15. Gambaran Perilaku Pencegahan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis
Menurut Pekerjaan............................................................................. 27
Tabel 16. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap ...................... 28
Tabel 17. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengetahuan dan Perilaku .................. 28
Tabel 18. Distribusi Sampel Berdasarkan Sikap dan Perilaku ............................ 29

vi
DAFTAR ISTILAH

WHO = World Health Organization


Kemenkes = Kementerian Kesehatan
TB = Tuberkulosis
OAT = Obat Anti Tuberkulosis

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
Lampiran 1. Logbook Bimbingan ...................................................................... 46
Lampiran 2. Informed Concent .......................................................................... 47
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian...................................................................... 49
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 54
Lampiran 5. Hasil Output SPSS......................................................................... 58

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang utama di dunia dan

menjadi perhatian secara global karena tingginya angka penderita TB di masyarakat.

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Myocobacterium tuberculosis. Proses terjadinya infeksi oleh bakteri

Myocobacterium tuberculosis ini sebagian besar melalui inhalasi sehingga

Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan manifestasi klinis paling sering

dibandingkan TB pada organ lainnya. Berbagai keluhan dapat dialami oleh

penderita TB paru diantaranya : demam, batuk darah, sesak napas, nyeri dada dan

malaise (Amin, 2014).

Pada tahun 2014 diperkirakan insiden TB di dunia sebesar 9,6 juta atau 1,33

kasus/1000 penduduk dan menyebabkan 1,5 juta orang meninggal. Indonesia

menempati urutan ketiga dengan penderita TB terbanyak setelah India dan

Cina dibandingkan dengan negara lainnya di dunia (WHO, 2015). 75 % pasien TB

adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun) yang menyebabkan kehilangan waktu

kerja selama 3-4 bulan sehingga berakibat pada berkurangnya pendapatan rumah

tangga sebesar 20-30 % (Kemenkes, 2014).

Berdasarkan Global Tuberculosis Report tahun 2015, angka prevalensi,

insidensi, dan angka mortalitas TB di Indonesia pada tahun 2014 masih cukup

tinggi dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya (WHO, 2015).

Angka

prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 6,47/1000 penduduk,


meningkat
1
2

bila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,72/1000 penduduk. Insidensinya

pada tahun 2014 sebesar 3,99/1000 penduduk meningkat dari 1,83/1000 penduduk

pada tahun 2013. Begitu pula dengan angka mortalitas TB di Indonesia pada tahun

2014 sebanyak 0,41/1000 penduduk meningkat dari 0,25/1000 penduduk pada tahun

2013.

Pada tahun 2015 angka prevalensi TB di Provinsi Bali mencapai 0,7/1000

penduduk (Dinkes Provinsi Bali, 2016). Di Kabupaten Badung insiden penyakit TB

dengan BTA (+) positif pada tahun 2014 sebanyak 197 kasus dengan jumlah

keseluruhan kasus TB sebanyak 324 kasus, meningkat jika dibandingkan

dengan tahun 2013 sebanyak 180 kasus dan tahun 2012 sebanyak 164 kasus (Dinkes

Kabupaten Badung, 2015).

Peningkatan insidensi tuberkulosis dengan BTA (+) positif dari tahun 2013

sampai tahun 2014 di Kecamatan Mengwi cukup besar jika dibandingkan kecamatan

lainnya di Kabupaten Badung. Dengan insidensinya pada tahun 2014 sebesar

45 kasus sedangkan pada tahun sebelumnya hanya 26 kasus (Dinkes

Kabupaten Badung, 2015). Berdasarkan data puskesmas Mengwi III pada tahun

2016 terdapat

10 kasus baru tuberkulosis dimana 6 kasus diantaranya terjadi di desa


Sading

Mengwi Badung.

Upaya pencegahan dan pengendalian TB di dunia sudah dilakukan

sejak tahun 1990 melalui strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-

course) yang dikembangkan oleh WHO. Strategi ini diharapkan memutus rantai

penularan TB sehingga akan menurunkan insiden TB di masyarakat. Namun pada

kenyataannya berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mencegah dan

mengendalikan penularan penyakit TB ini belum efektif karena masih tingginya

angka kejadian TB di masyarakat (Kemenkes, 2014).


Menurut Suryo (2010) dalam Astuti (2013) berbagai faktor risiko dapat

memengaruhi tingginya angka penderita tuberkulosis diantaranya rendahnya tingkat

pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, faktor lingkungan, status gizi dan

kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis. Seluruh faktor

risiko tersebut saling memengaruhi satu dengan lainnya. Faktor pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat berperan penting terhadap status kesehatan individu

maupun masyarakat khususnya dalam menentukan keberhasilan penanggulangan

penyakit dan pencegahan penularan penyakitnya termasuk penyakit tuberkulosis

(Sarifah,

2014). Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulosis akan

menyebabkan sulitnya pemberantasan penyakit tuberkulosis di masyarakat

(Manalu,

2011). Selain partisipasi masyarakat peran aktif pemerintah atau swasta dalam

mengeluarkan berbagai kebijakan dan membangun infrastruktur penunjang

untuk kesehatan masyarakat juga sangat menentukan keberhasilan

penanggulangan penyakit tuberkulosis. Berdasarkan latar belakang tersebut di

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap tuberkulosis di desa

Sading Kecamatan Mengwi Badung yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar

pemberian edukasi mengenai tuberkulosis.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap

tuberkulosis di desa Sading Kecamatan Mengwi Badung ?


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat

terhadap tuberkulosis di Desa Sading Kecamatan Mengwi Badung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Sading

Kecamatan Mengwi Badung mengenai pengertian, penyebab, faktor risiko,

gejala, komplikasi, penatalaksanaan serta pencegahan tuberkulosis.

2. Untuk mengetahui sikap masyarakat di Desa Sading Kecamatan


Mengwi

Badung terhadap tuberkulosis.

3. Untuk mengetahui perilaku masyarakat di Desa Sading Kecamatan


Mengwi

Badung terhadap tuberkulosis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

mengenai tuberkulosis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman edukasi untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap tuberkulosis

sehingga dapat mencegah dan menurunkan kejadian tuberkulosis.


BAB II TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular akibat bakteri Mycobacterium

tuberculosis yang ditularkan dari orang ke orang melalui droplet nuclei dan

terutama menginfeksi paru-paru (WHO, 2015). Selain menginfeksi paru-paru

Mycobacterium tuberculosis juga dapat menginfeksi organ lainnya seperti tulang,

selaput otak, ginjal, dan kelenjar limfa yang disebut TB ekstra paru (Depkes, 2007).

Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2015, angka prevalensi TB di Indonesia

pada tahun 2014 sebesar 6,47/1000 penduduk (WHO, 2015). 80% kasus TB di

masyarakat adalah TB paru sedangkan

20% merupakan TB ekstrapulmonar (Djojodibroto,


2009).

Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman berbentuk batang dengan

panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Mycobacterium tuberculosis sebagai

penyebab TB pertama kali diidentifikasi oleh Robert Koch. Robert Koch

menemukan bahwa imunitas yang didapat (acquired immunity) mengikuti infeksi

primer sebagai suatu fenomena koch. Konsep ini kemudian digunakan untuk

pengembangan vaksin TB salah satunya vaksin Bacillus Calmette Guerin (BCG)

(Amin, 2014). Sebagian dinding Mycobacterium tuberculosis terdiri dari asam

lemak atau lipid sehingga mampu tahan terhadap asam dan berbagai zat kimia.

Karena sifatnya yang tahan terhadap asam tersebut Mycobacterium tuberculosis

disebut bakteri tahan asam (BTA). Kuman ini dapat bertahan pada keadaan dingin

dan kering karena sifatnya


yang mampu berada dalam fase dormant (Widoyono, 2008).
Mycobacterium

5
6

tuberculosis juga memiliki sifat aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa bakteri

ini senang berada di jaringan dengan kandungan oksigen yang tinggi. Maka dar

i itu Mycobacterium tuberculosis sering menginfeksi bagian apeks paru-paru

karena kadar oksigennya yang tinggi dibandingkan bagian paru lainnnya (Somantri,

2007).

Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis sebagian

besar melalui inhalasi bakteri yang dikeluarkan oleh penderita TB BTA (+) positif

saat batuk atau bersin (Kemenkes, 2014). Berbagai faktor dapat menyebabkan

seseorang menderita TB Paru diantaranya faktor umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan, kebiasaan merokok, faktor lingkungan, status gizi, faktor

pengetahuan, sikap serta perilaku individu. Faktor umur menjadi salah satu faktor

risiko TB karena berdasarkan data Kemenkes (2014) 75 % pasien TB adalah

kelompok usia produktif (15-50 tahun). Menurut Suryo (2010) dalam Astuti (2013),

berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak menderita TB paru dibandingkan

perempuan karena sebagian besar laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang

memudahkan terjadinya infeksi TB Paru. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan

risiko terinfeksi TB Paru sebesar 2,2 kali dibandingkan individu yang tidak

memiliki kebiasaan merokok. Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang akan

memengaruhi berbagai faktor risiko lainnya diantaranya pekerjaan, faktor

lingkungan, pengetahuan, sikap serta perilaku individu tersebut. Individu dengan

tingkat pendidikan yang baik akan memiliki pengetahuan tentang penyakit TB Paru

dan memiliki sikap serta perilaku hidup bersih lebih baik dibandingkan individu

dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan juga berpengaruh

terhadap faktor lingkungan individu tersebut diantaranya pencahayaan, ventilasi dan

kelembapan udara di tempat tinggalnya maupun di tempat kerjanya. Ketika tingkat

pendidikan seseorang individu itu baik akan memengaruhi jenis pekerjaannya

sehingga akan berkorelasi pada pendapatan yang diperoleh.


Pendapatan tersebut nantinya akan berdampak pada pola kehidupan sehari-hari

mulai dari asupan gizi sampai kondisi lingkungan sekitarnya.

Diagnosis TB paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan bakteriologik dan radiologik. Menurut Depkes (2009) dalam

Astuti (2013) gejala utama pasien TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk tersebut dapat disertai dengan dahak yang bercampur darah,

batuk darah, sesak napas, nafsu makan yang menurun (anoreksia), malaise,

berkeringat di malam hari dan demam lebih dari 1 minggu. Menurut Werdhani

(2007) gejala TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus. Gejala

umum TB seperti batuk lebih dari 3 minggu (bisa disertai darah), demam

berlangsung lama disertai keringat pada malam hari, penurunan nafsu makan dan

perasaan yang tidak enak (malaise). Sedangkan gejala khusus TB tergantung dari

organ tubuh yang terinfeksi. Misalnya jika sebagian bronkus tersumbat akibat

kelenjar getah bening yang membesar maka akan menimbulkan suara “mengi”

disertai sesak. Jika ada cairan di rongga pleura maka akan terasa sakit di dada.

Apabila mengenai tulang akan menimbulkan infeksi pada tulang sehingga timbul

nanah. Begitu pula bila menginfeksi selaput otak atau dikenal dengan meningitis

maka gejala yang timbul berupa demam tinggi dan kejang-kejang. Pada TB

Paru kelainan paru umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah

apex serta segmen posterior dan daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan fisik

dapat ditemukan suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah,

tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pemeriksaan bakteriologik

digunakan untuk menemukan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bahan

pemeriksaan bakteriologik ini terutama berasal dari dahak. Tapi bahan lainnya

juga dapat digunakan seperti cairan pleura, cairan serebrospinal, bilasan

lambung, bilasan bronkus dan jaringan biopsi. Untuk pemeriksaan


mikroskopis dahak diambil sebanyak 3 kali yaitu dahak sewaktu saat pertama

kunjungan, dahak pagi pada keesokan harinya dan dahak sewaktu saat

mengantarkan dahak pagi. Hasil pemeriksaan mikroskopik positif jika dari tiga kali

pemeriksaan 2 kali positif dan 1 kali negatif. Bila 1 kali positif dan 2 kali negatif

ulang pemeriksaan dengan bahan sediaan seperti diawal. Jika hasilnya masih 1 kali

positif dan 2 kali negatif maka hasil pemeriksaan mikroskopiknya positif sedangkan

jika ketiga bahan sediaan tersebut hasilnya negative maka dapat dipastikan hasil

mikroskopiknya negative. Untuk pemeriksaan radiologis pemeriksaan standarnya

menggunakan foto toraks PA. Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB aktif

adalah bayangan berawan/nodular di segmen apical, posterior lobus atas paru dan

segmen superior lobus bawah, adanya kaviti lebih dari satu yang dikelilingi

oleh bayangan opak berawan atau nodular, adanya bayangan bercak milier dan

efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang). Sedangkan gambaran

radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif yaitu adanya fibrotik pada segmen

apikal dan atau posterior lobus atas, kalsifikasi, kompleks ranke, fibrosis parenkim

paru dan atau penebalan pleura (PDPI, 2006). Komplikasi yang dapat terjadi akibat

penyakit TB Paru dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu komplikasi dini dan lanjut.

Komplikasi dini TB Paru diantaranya pleuritis, efusi pleura, empisema, laryngitis

dan TB usus sedangkan komplikasi lanjut antara lain obstruksi jalan napas, kor

pulmonale, amiloidosis, karsinoma paru, dan sindrom gagal napas (Ardiansyah,

2012).

2.2 Pegendalian, Pengobatan, dan Pencegahan TB di Indonesia

Pada awal tahun 1990 karena meningkatnya kasus TB, WHO dan IUATLD

mengembangkan strategi untuk pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi

DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Fokus utama DOTS

adalah
untuk penemuan dan penyembuhan pasien yang akan memutus rantai penularan TB

sehigga menurunkan insiden TB di masyarakat. Pada tahun 2005 strategi DOTS

diperluas oleh Global Stop TB partnership menjadi Strategi Stop TB. Kebijakan

pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan berdasarkan azas desentralisasi. Hal

tersebut berarti manajemen program penanggulangan TB diserahkan ke

masing- masing kabupaten/kota meliputi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya. Pengendalian TB di Indonesia

menggunakan strategi DOTS sebagai kerangka dasar dengan memperhatikan

strategi global pengendalian TB (Global Stop TB Strategy). Penemuan dan

pengobatan untuk pengendalian TB dilakasanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut yaitu

puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, Rumah Sakit Paru, Balai

Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), klinik pengobatan dan Dokter Praktek Mandiri

(Kemenkes, 2014).

Prinsip pengobatan TB menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT).

Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan obat yang mengandung minimal 4

macam obat untuk mencegah resistensi. Tahap pengobatan TB dibagi menjadi 2

tahapan yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal obat diberikan setiap

hari selama 2 bulan untuk menurunkan jumlah bakteri dan pada tahap lanjutan

untuk membunuh sisa kuman sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah

terjadinya kekambuhan. Obat anti tuberkulosis lini pertama terdiri dari

Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Streptomisin (S) dan Etambutol

(E). Panduan OAT yang digunakan di Indonesia kategori pertama yaitu

2(HRZE)/4(HR)3 artinya pada tahap awal selama dua bulan masing-masing OAT

(HRZE) diberikan setiap hari dan tahap lanjutan selama empat bulan OAT (HR)

diberikan tiga kali seminggu. Kategori pertama digunakan untuk pasien TB Paru

yang terkonfirmasi bakteriologis dan klinis


serta pasien TB ekstraparu. Sedangkan OAT kategori kedua
yaitu

2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3) artinya pada tahap awal diberikan selama tiga

bulan, yang terdiri dari dua bulan dengan HRZES setiap hari dilanjutkan satu bulan

dengan HRZE setiap hari. Kemudian pada tahap lanjutan selama lima bulan

dengan HRE yang diberikan tiga kali seminggu. Kategori dua diberikan pada pasien

TB BTA (+) positif yang pernah diobati sebelumnya tapi kembali kambuh, gagal

pada pengobatan OAT yang pertama atau pasien yang diobati kembali setelah putus

berobat. Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa dilakukan

dengan pemeriksaan dahak ulang secara mikroskopis. Dahak yang diperiksa

yaitu dahak sewaktu dan dahak pagi. Hasil pemeriksaan dinyataakan negatif, jika

hasil kedua uji dahak tersebut negative dan apabila salah satu atau keduanya

positif maka hasil pemeriksaan ulang dahak dinyatakan positif (Kemenkes, 2014).

Pencegahan penularan penyakit TB dapat dilakukan oleh masyarakat

dan penderita TB tersebut. Masyarakat dapat mencegah penularan TB dengan

makan makanan yang bergizi seimbang, istirahat yang cukup, tidak merokok dan

minum alkohol, menjaga lingkungan bersih, ventilasi yang baik, serta imunisasi

BCG untuk balita. Bagi penderita TB pencegahan penularan juga dapat dilakukan

dengan tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut saat batuk atau bersin,

berperilaku hidup bersih dan sehat, serta berobat sesuai aturan sampai sembuh

(PPTI, 2010).

2.3 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Terhadap


Penyakit

Tuberkulosis

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui indra

yang dimilikinya serta dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek tersebut. Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu

tahu
(know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),

sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2014). Tingkatan

paling rendah adalah tahu (know), pengetahuannya hanya terbatas pada mengingat

memori atau materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pada tingkatan ini seseorang

mampu menyebutkan, mendefinisikan suatu materi atau objek tertentu. Misalnya

penyakit TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Untuk mengukurnya

dapat digunakan pertanyaan seperti, apa penyebab penyakit TB (Wulandari, 2012).

Set elah seseorang tahu maka tingkatan selanjutnya memahami (comprehension).

Pada tahap ini seseorang mampu menginterpretasikan dan menjelaskan suatu objek

maupun materi dengan benar. Misalnya dia tidak hanya mengetahui apa

penyebab TB tapi juga paham mengapa TB berbahaya (Wulandari, 2012).

Kemudian setelah tahu dan memahami, tahapan selanjutnya adalah aplikasi. Pada

tingkat ini seseorang telah mampu menggunakan materi yang telah dipelajari

sebelumya pada sebuah situasi lainnya. Tingkatan pengetahuan yang keempat yaitu

analisis yang merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam

komponen-komponen tapi masih berkaitan satu dengan yang lain. Contohnya

mampu membedakan suatu objek, membuat bagan dan lain sebagainya. Tahap

selanjutnya adalah sintesis yaitu kemampuan utuk menyusun atau menghubungkan

komponen-komponen materi yang telah ada menjadi suatu bentuk materi

yang baru. Tingkatan terakhir dari pengetahuan adalah evaluasi yang

meruakan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi berdasarkan kriteria- kriteria tertentu. Pengetahuan

masyarakat tentang TB berperan penting dalam menentukan keberhasilan

penanggulangan dan pencegahan TB (Sarifah, 2014). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Media (2011), mengungkapkan masih kurangnya pengetahuan

sebagian masyarakat mengenai TB paru dimana masyarakat


masih menganggap TB paru disebabkan oleh kekuatan magic dan keturunan.

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap tuberkulosis dilihat dari kemampuan kepala keluarga dalam

menjawab pertanyaan mengenai tuberkulosis meliputi definisi, penyebab, faktor

risiko, gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan cara pencegahannya.

Sikap (attitude) merupakan reaksi atau respon yang tidak terlihat dari

luar pada seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung

ditafsirkan (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap

tuberkulosis, peneliti melihat dari pandangan kepala keluarga mengenai

tuberkulosis meliputi cara mengendalikan tuberkulosis, mencegah tuberkulosis dan

cara merawat anggota keluarga jika ada yang menderita tuberkulosis.

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo, perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulasi atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Pegukuran secara

langsung dilakukan dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan

dalam beberapa waktu tertentu. Sedangkan pengukuran tidak langsung

dilakukan dengan observasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2014).

Perilaku dapat diketahui berdasarkan hal-hal yang dilakukan masyarakat dalam

mengendalikan dan mencegah tuberkulosis. Perilaku pengendalian dan pencegahan

tuberkulosis diantaranya pemakaian masker, perilaku hidup bersih dan sehat,

mengkonsumsi obat-obat tuberkulosis dengan teratur, mengkonsumsi makanan

yang bergizi serta berhenti merokok.


BAB III METODE

PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di banjar Pekandelan dan banjar Karangsuwung di


desa

Sading pada Bulan Oktober sampai dengan Desember


2017.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan cross sectional untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat mengenai tuberkulosis di Desa Sading Kecamatan Mengwi

Badung.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

1 Populasi target adalah semua kepala keluarga yang terdata pada 11 banjar

Desa Sading Kecamatan Mengwi Badung.

2 Populasi terjangkau adalah semua kepala keluarga yang terdata pada

banjar Pekandelan dan banjar Karangsuwung Desa Sading Kecamatan

Mengwi Badung.

13
14

3.3.2. Sampel

Penentuan sampel mengunakan teknik multistage random sampling. Pada tahap

pertama dipilih dua banjar dari 11 banjar yang terdapat di Desa Sading secara

simple random sampling. Setelah dilakukan pemilihan didapatkan dua banjar

yang akan menjadi lokasi penelitian yaitu banjar Pekandelan dan banjar

Karangsuwung Desa Sading. Tahap kedua pemilihan unit sampel dilakukan

secara simple random sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

peneliti. Kerangka sampel adalah daftar kepala keluarga di banjar Pekandelan dan

banjar Karangsuwung Desa Sading yang terpilih sebagai sampel. Besar sampel

adalah 96 responden, yang dihitung dengan rumus :

Keterangan :

n : Jumlah sampel

P : Proporsi (50%)

d : Bias (10%)

: tingkat kepercayaan 95% (Z= 1,96).

Peneliti menambahkan jumlah sampel sebanyak 10%, sehingga sampel

menjadi 106 responden. Penambahan jumlah sampel tersebut bertujuan untuk

mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dalam penelitian. Langkah-langkah

pengambilan sampel yaitu pertama mencari data kepala keluarga di banjar terpilih,

lalu membuat sample frame, kemudian menggunakan kalkulator untuk membantu

memilih sampel secara random. Kriteria inklusi adalah kepala keluarga yang

bertempat tinggal tetap di wilayah tempat diadakannya penelitian dan

menandatangani informed concent, sedangkan kriteria eksklusi adalah

kepala
keluarga yang tidak bertempat tinggal tetap di wilayah tempat

diadakannya penelitian dan atau tidak bersedia menandatangani informed concent.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan perilaku

pencegahan tuberkulosis.

3.4.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional


No Variabel Definisi Skala Katagori
1. Pendidikan Jenjang pendidikan Ordinal 1. Tingkat rendah : tidak
formal yang telah sekolah dan tamat SD
ditempuh untuk 2. Tingkat menengah :
mendapatkan ijasah tamat SMP dan tamat
pendidikan terakhir. SMA
Mulai dari SD, SMP, 3. Tingkat tinggi : tamat
SMA, dan perguruan perguruan tinggi
tinggi.
2. Jenis Jenis Kelamin sebagai Nominal 1. Laki-laki
Kelamin laki-laki atau perempuan 2. Perempuan
(Berdasarkan KTP).

3. Umur Rentang waktu individu Ordinal 1. Dewasa : 18-44 tahun


mulai saat dilahirkan 2. Pra-lansia : 45-59
sampai saat ini yang tahun
tertera pada kartu tanda
penduduk (KTP).
Berlanjut ke halaman 16
Tabel 1. Lanjutan
No Variabel Definisi Skala Katagori
4. Pekerjaan Aktifitas yang dilakukan Nominal 1. Petani
responden untuk 2. Pedagang
menghasilkan uang. 3. Pegawai
4. Pengusaha
5. Buruh
6. Wiraswasta
7. Lain-lain
5. Tuberkulosis TB adalah penyakit - -
menular akibat bakteri
Mycobacterium
tuberculosis yang
ditularkan dari orang ke
orang melalui droplet
nuclei dan terutama
menginfeksi paru-paru.
6. Pengetahuan Pengetahuan kepala Ordinal a. Pengetahuan baik : jika
keluarga terutama dalam jawaban benar ≥75%.
hal pengertian
b. Pengetahuan cukup :
tuberkulosis, penyebab jika jawaban benar 56
tuberkulosis, faktor risiko %-74 %.
tuberkulosis, gejala c. Pengetahuan kurang :
tuberkulosis, komplikasi jika jawaban benar
tuberkulosis, <55%.
penatalaksanaan (Susilo, 2012)
tuberkulosis, pencegahan
tuberkulosis.
7. Sikap Perasaan, penilaian, dan Ordinal a. Sikap baik : jika
pandangan responden jawaban benar ≥75%.
terutama mengenai b. Sikap cukup : jika
persepsi kepala keluarga jawaban benar 56 %-74
tentang cara %.
mengendalikan dan c. Sikap kurang : jika
mencegah tuberkulosis. jawaban benar <55%.
(Susilo, 2012)
8. Perilaku Mengenai perilaku kepala Ordinal a. Perilaku baik : jika
keluarga dalam hal jawaban benar ≥75%.
pengobatan dan b. Perilaku cukup : jika
pencegahan tuberkulosis jawaban benar 56% -
74%
c. Perilaku kurang : jika
jawaban benar <55%.
(Susilo, 2012)
3.5 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Instrumen

Instrument dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisikan tentang

pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap tuberkulosis. Adapun isi

kuesioner terdiri dari beberapa bagian yaitu identitas responden, sumber informasi

responden, pengetahuan, sikap dan perilaku kepala keluarga tentang tuberkulosis.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan wawacara menggunakan kuesioner yang

telah disiapkan. Pengumpulan data dilakukan di rumah masing-masing responden.

Sebelum pengumpulan data kuesioner akan divalidasi terlebih dahulu. Pada kategori

pengetahuan terdapat 15 butir pertanyaan, pada kategori sikap terdapat 10

butir pertanyaan dan pada kategori perilaku terdapat 10 butir pertanyaan.

3.6 Analisis Data

Analisis data menggunakan analisis deskriptif, data yang didapat akan diolah

menggunakan program SPSS (Statistical Package for The Social Sciense) untuk

mempermudah menghitung frekuensi dan persentase dari data yang diperoleh.

Setiap pertanyaan atau pernyataan pada kuesinoner di kategori pengetahuan,

sikap dan perilaku, jawaban benar akan diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai

0 kemudian akan dihitung skor total masing-masing variabel dan dihitung

proporsinya dalam bentuk persentase dengan rumus:


Keterangan:

P = proporsi

n = jumlah jawaban benar

N = jumlah total jawaban


benar

Setelah diperoleh proporsi pencapaian setiap responden berdasarkan

variabel- variabel yang dinilai, maka dilakukan interpretasi hasil ke dalam beberapa

kategori. Kategori pengetahuan, sikap, dan perilaku tergolong baik ( 75%),

cukup (56%-
74%) dan kurang (<55%) (Susilo, 2012). Untuk kategori pengetahuan terdapat
33

pilihan jawaban benar, pada kategori sikap terdapat 10 jawaban benar dan

pada kategori perilaku terdapat 10 jawaban benar. Data akan disajikan dalam

bentuk narasi dan tabel.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel penelitian dapat disajikan pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan karakteristik dan sumber informasi (n=106)


Karakteristik Frekuensi Persentase
(%) Kelompok Umur
Dewasa (18-44 tahun) 41 38,7
Pra-Lansia (45-59 tahun) 65 61,3
Total 106 100,0
Tingkat Pendidikan
Rendah 23 21,7
Menengah 75 70,8
Tinggi 8 7,5
Total 106 100,0
Pekerjaan
Pedagang & Pengusaha 10 9,4
Pegawai 56 52,8
Wiraswasta 22 20,8
Petani & Buruh 18 17,0
Total 106 100,0
Sumber Informasi
Media Elektronik 101 95,3
Media Cetak 1 0,9
Penyuluhan 4 3,8
Total 106 100,0
*Sampel adalah kepala keluarga dan seluruhnya berjenis kelamin laki-
laki.

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa tingkat partisipasi sampel sebesar 100% dari

total jumlah 106 sampel kepala keluarga. Seluruh sampel adalah laki-laki

dengan usia sebagian besar dalam kategori pra-lansia (45-59 tahun). Tingkat

pendidikan sebagian besar (70,8%) sampel adalah tingkat menengah (Tamat SMP

atau Tamat SMA) dan bekerja sebagai pegawai. Media elektronik merupakan

sumber untuk

mendapatkan informasi tentang tuberkulosis terbanyak bagi


sampel.
19
20

Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Pekerjaan dan Pendidikan


Pekerjaan n Pendidikan
Tinggi (%) Menengah (%) Rendah (%)
Buruh & Petani 18 0 (0,0) 4 (22,2) 14 (77,8)
Pedagang & Pengusaha 10 0 (0,0) 6 (60,0) 4 (40,0)
Wiraswasta 22 0 (0,0) 21 (95,5) 1 (4,5)
Pegawai 56 8 (14,3) 44 (78,6) 4 (7,1)
Jumlah 106 8 (7,5) 75 (70,8) 23 (21,7)

Tabel 3 menunjukan bahwa sampel yang bekerja sebagai buruh dan petani, sebagian

besar (77,8%) memiliki tingkat pendidikan rendah (Tidak Sekolah atau Tamat SD)

sedangkan kategori pekerjaan lainnya mayoritas memiliki tingkat pendidikan

menengah (Tamat SMP atau Tamat SMA).

4.2 Pengetahuan Masyarakat Terhadap


Tuberkulosis

Secara umum tingkat pengetahuan masyarakat mengenai tuberkulosis masuk dalam

kategori pengetahuan cukup (72,9%). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari 106 orang sampel, sebanyak 52,8% memiliki tingkat pengetahuan yang

baik mengenai tuberkulosis. Sedangkan 22,6% sampel memiliki tingkat

pengetahuan cukup dan 24,5% sampel memiliki tingkat pengetahuan yang kurang

baik mengenai tuberkulosis. Terdapat beberapa aspek mengenai pengetahuan

masyarakat terhadap tuberkulosis yang masih belum baik yaitu tentang penyebab

tuberkulosis, cara penularan tuberkulosis, gejala tuberkulosis, lama pengobatan

tuberkulosis, obat anti tuberkulosis yang bisa didapatkan gratis di puskesmas,

faktor risiko tuberkulosis secara umum, merokok sebagai faktor risiko tuberkulosis,

serta komplikasi tuberkulosis dengan persentase jumlah jawaban benar termasuk

dalam kategori cukup dan kurang baik. Hasil penelitian berdasarkan komponen

pedoman wawancara
mengenai pengetahuan masyarakat terhadap tuberkulosis disajikan ke dalam tabel

4 berikut.

Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Komponen Pengetahuan dengan Jawaban


Benar (n=106)
Jawaban Benar
No Komponen Pengetahuan
Jumlah %
1 Pengertian tuberkulosis 89 84
2 Penyebab tuberkulosis 62 58,5
3 Penularan tuberkulosis 77 72,6
4 Gejala tuberkulosis 62 58,5
5 Penyakit tuberkulosis dapat disembuhkan 100 94,3
6 Lama pengobatan tuberkulosis 48 45,3
7 Obat tuberkulosis bisa didapatkan secara gratis 67 63,2
di puskesmas
8 Orang yang berisiko tertular tuberkulosis 98 92,5
9 Faktor risiko tuberkulosis 72 67,9
10 Merokok sebagai faktor risiko tuberkulosis 70 66
11 Obat anti tuberkulosis dapat menekan 97 91,5
perkembangan bakteri penyebab tuberkulosis
12 Vaksin tuberkulosis untuk balita 97 91,5
13 Komplikasi tuberkulosis 63 59,4
14 Pencegahan penularan tuberkulosis di keluarga 75 70,8
15 Pencegahan penularan bagi penderita 83 78,3
tuberkulosis
Total 1160 72,9
*Total skor untuk komponen pengetahuan adalah 1590.

Berdasarkan kelompok umur, sampel dalam kategori ≤ 44 tahun

(dewasa) maupun ≥ 45 tahun (pra-lansia), cenderung memiliki pengetahuan yang baik

mengenai tuberkulosis. Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel 5 berikut.

Tabel 5. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis Menurut


Kelo mpok Umur (n=106)
Kelompok Umur N Pengetahuan
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
≤ 44 Tahun 41 22 (53,7) 11 (26,8) 8 (19,5)
≥ 45 Tahun 65 34 (52,3) 13 (20,0) 18 (27,7)
Jumlah 106 56 (52,8) 24 (22,6) 26 (24,5)
Berdasarkan karakteristik pendidikan sampel, tingkat pendidikan yang

rendah cenderung (56,5%) memiliki pengetahuan kurang baik sedangkan tingkat

pendidikan menengah dan tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik

mengenai tuberkulosis. Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel 6 berikut.

Tabel 6. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis Menurut


Pendidikan (n=106)
Tingkat N Pengetahuan
Pendidikan Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Tinggi 8 6 (75,0) 2 (25,0) 0 (0,0)
Menengah 75 44 (58,7) 18 (24,0) 13 (17,0)
Rendah 23 6 (26,1) 4 (17,4) 13 (56,5)
Jumlah 106 56 (52,8) 24 (22,6) 26 (24,5)

Berdasarkan karakteristik pekerjaan sampel, buruh & petani cenderung

(61,1%) memiliki pengetahuan kurang baik dibandingkan dengan kategori

pekerjaan lainnya yang cenderung memiliki pengetahuan yang baik mengenai

tuberkulosis. Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel 7 berikut.

Tabel 7. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis Menurut


Pekerjaan (n=106)
Pekerjaan n Pengetahuan
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Buruh & Petani 18 3 (16,7) 4 (22,2) 11 (61,1)
Pedagang & Pengusaha 10 4 (40,0) 3 (30,0) 3 (30,0)
Wiraswasta 22 12 (54,5) 3 (13,6) 7 (31,8)
Pegawai 56 37 (66,1) 14 (25,0) 5 (8,9)
Jumlah 106 56 (52,8) 24 (22,6) 26 (24,5)
4.3 Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis

Hasil penelitian berdasarkan komponen pedoman wawancara mengenai

sikap masyarakat terhadap tuberkulosis disajikan ke dalam tabel 8 berikut.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jawaban Sampel Terhadap Ko mponen Sikap (n=106)


Jawaban Benar
No Komponen Sikap Jumlah %
1 Pemahaman yang baik tentang tuberkulosis 345 81,3
dapat mencegah penularan tuberkulosis.
2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala 348 82,0
dapat mencegah tuberkulosis.
3 Lingkungan yang kotor dapat mendorong penyebaran 312 73,5
tuberkulosis.
4 Tidak menganjurkan untuk membeli obat ke warung 318 75,0
bila anggota keluarga batuk-batuk selama 2-3
minggu.
5 Pencahayaan dan ventilasi yang buruk adalah faktor 298 70,2
risiko tuberkulosis.
6 Pergi ke dokter atau puskesmas apabila mengalami 332 78,3
batuk-batuk selama 2-3 minggu atau lebih.
7 Memberikan perlakuan khusus bila ada keluarganya 309 72,8
menderita tuberkulosis.
8 Menutup mulut saat batuk dan bersin 312 73,5
9 Penderita tuberkulosis diberikan perlakuan khusus 301 70,9
dari masyarakat dan
10 Mengkonsumsi lingkungan
makanan pekerjaannya.
yang bergizi 341 80,4
untuk mencegah tuberkulosis.
Total 3216 75,8
*Total skor untuk komponen sikap adalah
4240.

Secara umum sikap masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis masuk dalam

kategori baik (75,8%). Berdasarkan hasil penelitian sikap masyarakat terhadap

tuberkulosis menunjukkan bahwa dari 106 orang sampel, sebagian besar (49,1%)

memiliki sikap yang baik mengenai tuberkulosis. Sedangkan 42,5% sampel

memiliki sikap yang cukup dan 8,5% sampel masuk dalam kategori sikap yang

kurang baik. Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat beberapa aspek mengenai sikap

masyarakat terhadap tuberkulosis yang masih belum baik yaitu tentang lingkungan

kotor dan pencahayaan


serta ventilasi buruk sebagai faktor risiko tuberkulosis, perlakuan khusus yang harus

diberikan pada penderita tuberkulosis oleh keluarga, masyarakat serta

lingkungan pekerjaannya, menutup mulut saat batuk dan bersin, dengan persentase

jumlah jawaban benar termasuk dalam kategori cukup dan kurang baik.

Berdasarkan kelompok umur, sampel dalam kategori ≤ 44 tahun (dewasa)

cenderung memiliki sikap yang cukup sedangkan sampel dalam kelompok umur ≥

45 tahun (pra-lansia), cenderung memiliki sikap yang baik mengenai tuberkulosis.

Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel 9 berikut.

Tabel 9. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis Menurut


Kelompok
Umur (n=106)
Kelompok n Sikap
Umur Baik (%) Cukup (%) Kurang
(%)
≤ 44 Tahun 41 17 (41,5) 23 (56,1) 1 (2,4)
≥ 45 Tahun 65 35 (53,8) 22 (33,8) 8 (12,3)
Jumlah 106 52 (49,1) 45 (42,5) 9 (8,5)

Berdasarkan karakteristik pendidikan sampel, tingkat pendidikan rendah

cenderung memiliki sikap cukup dibandingkan sampel dengan tingkat pendidikan

menengah dan tinggi yang sebagian besar cenderung memiliki sikap baik mengenai

tuberkulosis. Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel 10 berikut.

Tabel 10. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis Menurut Pendidikan


(n=106)
Tingkat N Sikap
Pendidikan Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Tinggi 8 7 (87,5) 1 (12,5) 0 (0,0)
Menengah 75 41 (54,7) 29 (38,7) 5 (6,7)
Rendah 23 4 (17,4) 15 (65,2) 4 (17,4)
Jumlah 106 52 (49,1) 45 (42,5) 9 (8,5)
Berdasarkan karakteristik pekerjaan sampel, petani dan buruh cenderung

memiliki sikap kurang baik lebih besar dibandingkan kategori pekerjaan

lainnya yang lebih dominan memiliki proporsi sikap yang cukup dan baik mengenai

tuberkulosis. Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel 11 berikut.

Tabel 11. Gambaran Sikap Masyarakat Terhadap Tuberkulosis Menurut Pekerjaan


(n=106)
Pekerjaan n Sikap
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Buruh & Petani 18 4 (22,2) 8 (44,4) 6 (33,3)
Pedagang & Pengusaha 10 3 (30,0) 7 (70,0) 0 (0,0)
Wiraswasta 22 15 (68,2) 6 (27,3) 1 (4,5)
Pegawai 56 30 (53,6) 24 (42,9) 2 (3,6)
Jumlah 106 52 (49,1) 45 (42,5) 9 (8,5)

4.4 Perilaku Masyarakat Terhadap Pencegahan


Tuberkulosis

Secara umum perilaku masyarakat mengenai tuberkulosis masuk dalam

kategori cukup (59,4%). Berdasarkan hasil penelitian perilaku masyarakat terhadap

tuberkulosis menunjukkan bahwa dari 106 orang sampel hanya 34,9% sampel yang

memiliki perilaku baik mengenai pencegahan tuberkulosis. Sedangkan 44,3%

sampel memiliki perilaku kurang baik dan 20,8% sampel memiliki perilaku

yang cukup mengenai pencegahan tuberkulosis. Hasil penelitian berdasarkan

komponen pedoman wawancara mengenai perilaku masyarakat terhadap

pencegahan tuberkulosis dapat dilihat bahwa hampir seluruh aspek untuk mencegah

penularan penyakit tuberkulosis belum dilakukan secara baik oleh sampel kecuali

aspek mengenai jenis makanan yang disajikan setiap hari dan tempat mencari

pengobatan apabila mengalami batuk lebih dari 2 minggu dengan persentase

jawaban benar
masuk dalam kategori baik. Analisis data tersebut disajikan ke dalam tabel

12 berikut.

Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Komponen Perilaku Pencegahan


Tuberkulosis dengan Jawaban Benar (n=106)
No Komponen Perilaku Jawaban Benar
Jumlah %
1 Hal yang dilakukan saat bersin dan batuk 77 72,6
2 Tempat membuang dahak apabila batuk 58 54,7
berdahak
3 Hal yang dilakukan apabila ada orang batuk 52 49,1
disamping kita
4 Pencegahan penularan penyakit 32 30,2
tuberkulosis apabila mengalami batuk-
batuk dengan menggunakan masker
5 Kondisi jendela pada siang hari 52 49,1
6 Jenis makanan yang disajikan sehari-hari 92 86,8
7 Tempat pengobatan yang dipilih apabila 84 79,2
mengalami batuk-batuk lebih dari 2 minggu
8 Perilaku merokok setiap hari 46 43,4
9 Membeli obat di warung apabila 70 66
mengalami batuk lebih dari 2 minggu
10 Mengkonsumsi jamu untuk mencegah 67 63,2
penyakit tuberkulosis
Total 630 59,4
*Total skor untuk komponen perilaku adalah 1060.

Berdasarkan kelompok umur, sampel dalam kategori ≤ 44 tahun (dewasa)

maupun ≥ 45 tahun (pra-lansia), cenderung memiliki perilaku yang kurang

baik mengenai pencegahan tuberkulosis. Analisis data tersebut telah disajikan dalam

tabel

13 berikut.

Tabel 13. Gambaran Perilaku Pencegahan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis


Menurut Kelo mpok Umur (n=106)
Kelompok N Perilaku
Umur Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
≤ 44 Tahun 41 14 (34,1) 9 (22,0) 18 (43,9)
≥ 45 Tahun 65 23 (35,4) 13 (20,0) 29 (44,6)
Jumlah 106 37 (34,9) 22 (20,8) 47 (44,3)
Berdasarkan karakteristik pendidikan, secara umum cenderung memiliki

perilaku yang kurang baik mengenai pencegahan tuberkulosis. Akan tetapi sampel

dengan pendidikan menengah cenderung (41,3%) memiliki perilaku pencegahan

yang baik terhadap tuberkulosis. Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel

14 berikut.

Tabel 14. Gambaran Perilaku Pencegahan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis


Menurut Pendidikan (n=106)
Tingkat N Perilaku
Pendidikan Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Tinggi 8 3 (37,5) 2 (25,0) 3 (37,5)
Menengah 75 31 (41,3) 15 (20,0) 29 (38,7)
Rendah 23 3 (13,0) 5 (21,7) 15 (65,2)
Jumlah 106 37 (34,9) 22 (20,8) 47 (44,3)

Begitu juga dengan perilaku sampel mengenai pencegahan tuberkulosis

menurut pekerjaannya yang secara umum memiliki perilaku kurang baik mengenai

pencegahan tuberkulosis. Akan tetapi sampel yang bekerja sebagai wiraswasta

cenderung (36,4%) memiliki perilaku pencegahan yang baik terhadap tuberkulosis.

Analisis data tersebut telah disajikan dalam tabel 15 berikut.

Tabel 15. Gambaran Perilaku Pencegahan Masyarakat Terhadap Tuberkulosis


Menurut Pekerjaan (n=106)
Pekerjaan N Perilaku
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Buruh & Petani 18 3 (16,7) 4 (22,2) 11 (61,1)
Pedagang & Pengusaha 10 4 (40,0) 2 (20,0) 4 (40,0)
Wiraswasta 22 8 (36,4) 7 (31,8) 7 (31,8)
Pegawai 56 22 (39,3) 9 (16,1) 25 (44,6)
Jumlah 106 37 (34,9) 22 (20,8) 47 (44,3)
Namun proporsi perilaku baik pada salah satu kategori di karakteristik pendidikan

serta pekerjaan tersebut tidak berbeda jauh dengan proporsi perilaku yang

kurang baik pada kategori dan karakteristik yang sama.

4.5 Keterkaitan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Pencegahan Tuberkulosis

Distribusi sampel berdasarkan pengetahuan dan sikap disajikan pada tabel 16

berikut. Tabel 16. Distribusi sampel berdasarkan pengetahuan dan sikap


Sikap
Pengetahuan n
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Baik 56 37 (66,1) 18 (32,1) 1 (1,8)
Cukup 24 12 (50,0) 11 (45,8) 1 (4,2)
Kurang 26 3 (11,5) 16 (61,5) 7 (26,9)
Total 106 52 (49,1) 45 (42,5) 9 (8,5)

Tabel 16 menunjukkan bahwa dari 56 sampel yang memiliki pengetahuan baik, 37

sampel juga memiliki sikap yang baik terhadap tuberkulosis. Begitu pula dengan 24

sampel yang memiliki pengetahuan cukup mengenai tuberkulosis, sebanyak 12

sampel cenderung memiliki sikap yang baik terhadap tuberkulosis. Sedangkan

dari

26 sampel dengan pengetahuan kurang, 16 sampel cenderung memiliki sikap yang

cukup terhadap tuberkulosis.

Distribusi sampel berdasarkan pengetahuan dan perilaku disajikan pada tabel

17 berikut.

Tabel 17. Distribusi sampel berdasarkan pengetahuan dan perilaku


Perilaku Pencegahan
Pengetahuan n
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Baik 56 27 (48,2) 15 (26,8) 14 (25,0)
Cukup 24 9 (37,5) 3 (12,5) 12 (50,0)
Kurang 26 1 (3,8) 4 (15,4) 21 (80,8)
Total 106 37 (34,9) 22 (20,8) 47 (44,3)
Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 56 sampel yang memiliki pengetahuan

baik sebanyak 27 sampel cenderung memiliki perilaku pencegahan yang baik

mengenai tuberkulosis. Sedangkan dari 24 sampel dengan pengetahuan cukup dan

26 sampel dengan pengetahuan kurang cenderung memiliki perilaku pencegahan

yang kurang terhadap tuberkulosis, masing-masing sebanyak 12 sampel dan 21

sampel.

Distribusi sampel berdasarkan sikap dan perilaku disajikan pada tabel

18 berikut.

Tabel 18. Distribusi sampel berdasarkan sikap dan perilaku


Perilaku Pencegahan
Sikap n
Baik (%) Cukup (%) Kurang (%)
Baik 52 32 (61,5) 11 (21,2) 9 (17,3)
Cukup 45 5 (11,1) 11 (24,4) 29 (64,4)
Kurang 9 0 (0,0) 0 (0,0) 9 (100,0)
Total 106 37 (34,9) 22 (20,8) 47 (44,3)

Tabel 18 menunjukkan bahwa dari 52 sampel dengan sikap yang baik, terdapat 32

sampel juga memiliki perilaku pencegahan yang baik terhadap tuberkulosis. Sampel

dengan sikap cukup sebanyak 45 orang, 29 orang diantaranya memiliki perilaku

pencegahan yang kurang terhadap tuberkulosis. Begitu juga sampel dengan

sikap kurang mengenai tuberkulosis, seluruhnya memiliki perilaku pencegahan

yang kurang terhadap tuberkulosis.


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Sampel

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Banjar Pekandelan dan Banjar

Karangsuwung desa Sading dengan jumlah sampel sebanyak 106 orang kepala

keluarga menunjukkan bahwa seluruh sampel berjenis kelamin laki-laki dan berusia

paling banyak pada kategori pra-lansia (45-59 tahun). Tingkat pendidikan sebagian

besar (70,8%) sampel adalah tingkat menengah (Tamat SMP atau Tamat SMA) dan

mayoritas sampel bekerja sebagai pegawai. Berdasarkan sumber informasi, media

elektronik merupakan sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh sampel.

Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya teknologi informasi sehingga media

elektronik saat ini merupakan media yang paling praktis dan memberikan

kemudahan bagi sampel untuk memperoleh informasi tentang tuberkulosis.

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik pekerjaan dan pendidikan sampel

pada penelitian ini menunjukkan bahwa sampel yang bekerja sebagai buruh

dan petani, sebagian besar (77,8%) memiliki tingkat pendidikan rendah (Tidak

Sekolah atau Tamat SD) sedangkan kategori pekerjaan lainnya mayoritas memiliki

tingkat pendidikan menengah (Tamat SMP atau Tamat SMA). Karakteristik sampel

meliputi usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kemudahan memperoleh

informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap maupun perilaku

seseorang terhadap suatu

penyakit (Mubarak, 2007).

30
31

5.2 Pengetahuan Masyarakat Terhadap


Tuberkulosis

Secara umum tingkat pengetahuan masyarakat mengenai tuberkulosis pada

penelitian ini masuk dalam kategori pengetahuan cukup (72,9%). Dari 106 orang

sampel menunjukkan bahwa sebagian besar (52,8%) sampel memiliki tingkat

pengetahuan yang baik mengenai tuberkulosis. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali,

dengan hasil sebanyak

66,7% sampel memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai


tuberkulosis

(Nasirudin, 2014).

Akan tetapi hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat beberapa aspek

mengenai pengetahuan masyarakat terhadap tuberkulosis yang masih belum

baik yaitu tentang penyebab tuberkulosis, cara penularan tuberkulosis, gejala

tuberkulosis, lama pengobatan tuberkulosis, obat anti tuberkulosis yang bisa

didapatkan gratis di puskesmas, faktor risiko tuberkulosis secara umum, merokok

sebagai faktor risiko tuberkulosis, serta komplikasi tuberkulosis. Dari beberapa

aspek tersebut, aspek mengenai lama pengobatan tuberkulosis memiliki persentase

jawaban benar paling sedikit (45,3%) dibanding persentase jawaban benar pada

pertanyaan lainnya. Prinsip pengobatan tuberkulosis menggunakan Obat Anti

Tuberkulosis (OAT). Tahap pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi dua tahapan

yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal obat diberikan setiap

hari selama 2 bulan untuk menurunkan jumlah bakteri dan tahap lanjutan selama

4 bulan untuk membunuh sisa kuman serta mencegah terjadinya kekambuhan

(Kemenkes, 2014).

Tingkat pengetahuan sebagian besar (52,8%) sampel yang baik terhadap

tuberkulosis pada penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oesapa, disana didapatkan 66,7%


32
sampel memiliki pengetahuan yang kurang mengenai tuberkulosis (Ayurti,

2016).
Berdasarkan asumsi peneliti, hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik

tingkat pendidikan sampel. Pada penelitian yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Oesapa tingkat pendidikan mayoritas (40%) sampel adalah tamat SD

sedangkan pada penelitian ini sebagian besar (70,8%) sampel masuk dalam kategori

pendidikan tingkat menengah (tamat SMP atau tamat SMA).

Berdasarkan kelompok umur, sampel dalam kategori ≤ 44 tahun (dewasa)

maupun ≥ 45 tahun (pra-lansia), cenderung memiliki pengetahuan yang baik

mengenai tuberkulosis. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan yang rendah cenderung (56,5%) memiliki pengetahuan yang kurang

baik sedangkan tingkat pendidikan menengah dan tinggi cenderung memiliki

pengetahuan yang baik mengenai tuberkulosis. Begitu pula dengan tingkat

pengetahuan berdasarkan karakteristik pekerjaan sampel, buruh dan petani

cenderung memiliki pengetahuan yang kurang baik dikarenakan sebagian besar

(77,8%) sampel yang bekerja sebagai buruh dan petani memiliki tingkat

pendidikan yang rendah sehingga memiliki proporsi pengetahuan mengenai

tuberkulosis yang kurang baik dibandingkan dengan kategori pekerjaan lainnya.

Secara teoritis asumsi peneliti didukung oleh Mubarak yang mengemukakan bahwa

tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah pula untuk menerima informasi dan pada

akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya (Mubarak, 2007).

5.3 Sikap Masyarakat Terhadap


Tuberkulosis

Secara umum sikap masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis masuk dalam

kategori baik (75,8%). Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap masyarakat

terhadap tuberkulosis menunjukkan dari 106 orang sampel, sebagian besar (49,1%)

memiliki
sikap yang baik mengenai tuberkulosis. Hal ini memiliki arti bahwa sebagian besar

sampel memiliki persepsi yang baik tentang cara mengendalikan dan mencegah

penyakit tuberkulosis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali, disana didapatkan

sebagian besar (63,0%) sampel memiliki sikap yang baik tentang tuberkulosis

(Nasirudin, 2014). Hasil yang berbeda terlihat pada penelitian yang dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Wringinanom Gresik, dengan hasil 54,5% sampel

memiliki sikap yang negatif terhadap penyakit tuberkulosis (Fibriana, 2011).

Menurut Notoatmodjo salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang

adalah pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi pengetahuan yang

dimiliki maka sikap seseorang akan semakin baik. Berdasarkan hal tersebut,

terdapat kesesuaian antara teori dan hasil yang diperoleh pada penelitian ini. Hasil

penelitian yang dilakukan pada 106 orang sampel menunjukkan bahwa sebagian

besar sampel memiliki pengetahuan yang baik sehingga sebagian besar sampel

juga memiliki sikap yang baik tentang penyakit tuberkulosis. Teori tersebut juga

mendukung hasil lain dari penelitian ini yaitu sampel dengan tingkat pendidikan

rendah cenderung memiliki sikap lebih rendah dibandingkan sampel dengan tingkat

pendidikan menengah dan tinggi yang memiliki proporsi sikap lebih baik. Serta

sampel yang bekerja sebagai buruh dan petani dengan sebagian besar (77,8%)

berpendidikan tingkat rendah cenderung memiliki sikap kurang baik lebih besar

dibandingkan kategori pekerjaan lainnya yang lebih dominan memiliki sikap

cukup dan baik tentang tuberkulosis.

Namun berdasarkan distribusi jawaban sampel terhadap komponen sikap,

terdapat beberapa aspek mengenai sikap masyarakat terhadap tuberkulosis

yang masih belum baik yaitu tentang lingkungan kotor, pencahayaan serta ventilasi

buruk
sebagai faktor risiko tuberkulosis, perlakuan khusus yang harus diberikan pada

penderita tuberkulosis oleh keluarga, masyarakat serta lingkungan

pekerjaannya, serta menutup mulut saat batuk dan bersin dengan persentase jumlah

jawaban benar termasuk dalam kategori cukup dan kurang baik. Beberapa aspek

sikap terhadap tuberkulosis yang belum baik ini tentu akan berimplikasi dengan

perilaku sampel terhadap pencegahan penularan penyakit tuberkulosis, sehingga

berisiko meningkatkan kejadian tuberkulosis di masyarakat.

5.4 Perilaku Masyarakat Terhadap Pencegahan


Tuberkulosis

Secara umum perilaku masyarakat mengenai tuberkulosis pada penelitian ini masuk

dalam kategori cukup (59,4%). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

pada

106 sampel menunjukkan bahwa hanya 34,9% sampel yang memiliki perilaku baik

terhadap pencegahan tuberkulosis. Selain itu hasil penelitian ini juga menunjukkan

secara umum berdasarkan karakteristik usia, pendidikan serta pekerjaan sampel

hampir pada semua kategori cenderung memiliki perilaku pencegahan yang kurang

baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kota Solok,

dengan hasil sebanyak 81,8% sampel memiliki perilaku pencegahan

tuberkulosis yang kurang baik (Putra, 2011).

Pada penelitian ini hampir seluruh aspek untuk mencegah penularan penyakit

tuberkulosis belum dilakukan secara baik oleh sampel beberapa diantaranya

meliputi hal yang harus dilakukan apabila ada orang batuk di samping kita, perilaku

merokok setiap hari, kondisi jendela pada siang hari harus terbuka, serta pencegahan

penularan penyakit tuberkulosis apabila mengalami batuk-batuk dengan

menggunakan masker dengan persentase jawaban benar paling rendah dibandingkan


persentase jawaban benar pada pertanyaan lainnya. Hasil yang berbeda terlihat

pada penelitian yang


dilakukan di Kelurahan Lagoa Jakarta Utara, disana didapatkan sebanyak

66,7% sampel memiliki perilaku pencegahan penyakit tuberkulosis yang baik dan

sebagian besar sampel melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis

seperti penggunaan masker apabila mengalami batuk-batuk dan menyediakan

ventilasi yang cukup (Astuti, 2013).

Ventilasi memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian tuberkulosis

paru. Orang yang tinggal di rumah dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat

memiliki risiko 67 kali lebih besar menderita tuberkulosis paru dibandingkan

dengan orang yang tinggal di rumah dengan ventilasi yang baik (Sinaga, 2016).

Sebagian besar (56,6%) sampel pada penelitian ini juga berperilaku

merokok setiap hari. Merokok merupakan salah satu faktor risiko kejadian

penyakit tuberkulosis paru. Kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko

terinfeksi tuberkulosis paru sebesar 2,2 kali dibanding individu yang tidak memiliki

kebiasaan merokok (Suryo, 2010).

Dengan perilaku sebagian besar sampel yang kurang baik serta

berbagai aspek yang belum dilakukan untuk mencegah penyakit tuberkulosis

menyebabkan sebagian besar sampel rentan terinfeksi tuberkulosis dan berisiko

menularkannya ke orang lain. Perilaku pencegahan penyakit tuberkulosis yang

kurang baik ini kemungkinan menjadi salah satu faktor tingginya angka kejadian

penyakit tuberkulosis di desa Sading.

5.5 Keterkaitan Pengetahuan dengan Sikap Masyarakat


Terhadap

Tuberkulosis

Penelitian yang dilakukan pada 106 sampel ini menunjukkan bahwa dari 56 sampel

yang memiliki pengetahuan baik, 37 sampel juga memiliki sikap yang baik

terhadap
tuberkulosis. Begitu pula dengan 24 sampel yang memiliki pengetahuan cukup

mengenai tuberkulosis, sebanyak 12 sampel cenderung memiliki sikap yang baik

terhadap tuberkulosis. Sedangkan dari 26 sampel dengan pengetahuan kurang, 16

sampel cenderung memiliki sikap yang cukup terhadap tuberkulosis. Hal ini

memiliki arti bahwa semakin baik pengetahuan sampel tentang tuberkulosis maka

sikap sampel terhadap tuberkulosis juga semakin baik. Hasil yang didapatkan pada

penelitian ini didukung oleh teori Notoatmodjo yang menyatakan bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah pengetahuan yang dimilikinya.

Semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki maka sikap seseorang akan semakin baik.

5.6 Keterkaitan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan


Masyarakat

Terhadap Tuberkulosis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 56

sampel yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 27 sampel cenderung memiliki

perilaku pencegahan yang baik mengenai tuberkulosis. Sedangkan dari 24

sampel dengan pengetahuan cukup dan 26 sampel dengan pengetahuan kurang

cenderung memiliki perilaku pencegahan yang kurang terhadap tuberkulosis,

masing-masing sebanyak 12 sampel dan 21 sampel. Hal ini berarti bahwa sampel

dengan pengetahuan yang baik cenderung memiliki perilaku pencegahan yang lebih

baik dibandingkan sampel dengan pengetahuan kurang dan cukup. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Bendosari, disana didapatkan hasil bahwa semakin baik pengetahuan maka

semakin baik juga perilaku pencegahan terhadap penyakit tuberkulosis (Wahyuni,

2008). Hasil penelitian yang dilakukan pada 106 sampel ini didukung oleh teori

Notoatmodjo yang menyatakan pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang


karena dengan pengetahuan yang baik dapat menciptakan perilaku yang baik.

Menurut teori perubahan perilaku Green, perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh

faktor predisposisi dan faktor pemungkin. Salah satu contoh faktor

predisposisi adalah tingkat pengetahuan dan contoh faktor pemungkin adalah

kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit tuberkulosis. Kedua faktor inilah yang

dapat berpengaruh untuk merubah perilaku seseorang. Seperti keadaan yang terjadi

di Desa Sading, sosialisasi mengenai penyakit tuberkulosis sangat jarang dilakukan

terbukti dari hanya sebagian kecil sampel yang memilih penyuluhan sebagai sumber

untuk memperoleh informasi tentang tuberkulosis. Hal ini menyebabkan

pengetahuan masyarakat di Desa sading secara umum masuk dalam ketegori cukup

atau masih belum baik. Masih belum baiknya pengetahuan diimbangi pula dengan

kurangnya kesadaran mengenai bahaya penyakit tuberkulosis menyebabkan

masyarakat di Desa Sading memiliki perilaku pencegahan tuberkulosis yang kurang

baik.

5.7 Keterkaitan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Masyarakat


Terhadap

Tuberkulosis

Penelitian yang dilakukan pada 106 sampel ini menunjukkan bahwa dari 52 sampel

dengan sikap yang baik, terdapat 32 sampel juga memiliki perilaku pencegahan

yang baik terhadap tuberkulosis. Sampel dengan sikap cukup sebanyak 45 orang, 29

orang diantaranya memiliki perilaku pencegahan yang kurang terhadap tuberkulosis.

Begitu juga sampel dengan sikap kurang mengenai tuberkulosis, seluruhnya

memiliki perilaku pencegahan yang kurang terhadap tuberkulosis. Hal ini memiliki

arti bahwa semakin baik sikap masyarakat terhadap tuberkulosis maka semakin

baik pula perilaku pencegahan terhadap tuberkulosis yang dimilikinya. Hasil


penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Kelurahan Lagoa

Jakarta Utara, disana


didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara sikap masyarakat terhadap

perilaku pencegahan tuberkulosis yang berarti semakin baik sikap seseorang maka

semakin baik juga perilaku yang dimiliki dalam pencegahan penyakit

tuberkulosis (Astuti,

2013).

5.8 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif sehingga hanya dapat

menggambarkan dan belum diketahui kemaknaannya untuk hasil yang lebih

luas lagi.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan mengenai tingkat pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat terhadap tuberkulosis di Desa Sading Mengwi

Badung maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Secara umum tingkat pengetahuan masyarakat mengenai tuberkulosis di

Desa Sading tergolong belum baik. Namun terdapat aspek mengenai

pengetahuan masyarakat yang sudah tergolong baik yaitu aspek pengertian

tuberkulosis, penyakit tuberkulosis dapat disembuhkan, orang yang berisiko

tertular tuberkulosis, obat anti tuberkulosis (OAT), vaksin tuberkulosis,

serta pencegahan bagi penderita tuberkulosis.

2. Secara umum sikap masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis tergolong

dalam kategori baik. Namun terdapat aspek mengenai sikap masyarakat yang

masih kurang yaitu tentang faktor risiko dan perlakuan khusus yang harus

diberikan pada penderita tuberkulosis.

3. Perilaku masyarakat di Desa Sading mengenai pencegahan tuberkulosis

secara umum tergolong belum baik dan hampir seluruh aspek untuk

mencegah penularan penyakit tuberkulosis belum dilakukan oleh masyarakat.

Namun terdapat aspek mengenai perilaku masyarakat yang sudah tergolong

baik yaitu tentang jenis makanan yang disajikan sehari-hari di rumah dan

tempat mencari

pengobatan apabila mengalami batuk lebih dari 2 minggu.

39
40

4. Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah dan bekerja sebagai buruh

& petani cenderung memiliki pengetahuan, sikap serta perilaku pencegahan

terhadap tuberkulosis yang tergolong belum baik.

5. Terkait dengan komponen pengetahuan, sikap serta perilaku

pencegahan terhadap tuberkulosis ditemukan bahwa semakin baik pengetahuan

dan sikap masyarakat tentang tuberkulosis maka perilaku masyarakat terhadap

pencegahan tuberkulosis juga semakin baik.

6. Masih belum baiknya komponen pengetahuan dan perilaku

pencegahan masyarakat mengenai tuberkulosis mungkin menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit tuberkulosis di

Desa Sading.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan penyuluhan yang lebih intensif melalui puskesmas

agar pengetahuan, sikap serta perilaku pencegahan masyarakat mengenai

tuberkulosis menjadi lebih baik sehingga dapat menurunkan angka kejadian

tuberkulosis di masyarakat.

2. Kegiatan penyuluhan mencakup berbagai aspek mengenai tuberkulosis

dan difokuskan pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah serta

masyarakat yang bekerja sebagai buruh & petani.

3. Tokoh masyarakat diharapkan berperan aktif dalam menumbuhkan

kesadaran masyarakat tentang tuberkulosis sehingga dapat mencegah penularan

penyakit tuberkulosis di masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z., Bahar, A. 2014. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W., et al., ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
pp : 863-872.
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press.
Astuti, S. 2013.Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Di RW 04 Kelurahan Lagoa
Jakarta Utara Tahun 2013. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ayurti, F., Betan, Y., Goa, M. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa. Artikel. CHM-K Health Journal
Volume
11 Nomor 2.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Pedoman Pos TB Desa. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan.
Dinkes Provinsi Bali. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali 2015. Dinas Kesehatan
Provinsi Bali, Denpasar. Available from :
http://www.diskes. baliprov.go.id/files/subdo ma in/diskes/Profil
%20Kesehatan
%20Provinsi%20Bali/Tahun%202015/Bali_Profil_2015.pdf (Accessed
:
2016, Desember 8).
Dinkes Kabupaten Badung. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Badung 2014. Dinas
Kesehatan Kabupaten Badung. Available from :
http://www.diskes. baliprov.go.id/files/subdo main/diskes/Profil
%20Kesehatan
%20Provinsi%20Bali/Tahun
%202014/Bali_kab.badung_profil_2014.pdf
(Accessed : 2016, Desember 8).
Djojodibroto, D. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : ECG.
Fibriana, L.P. 2011. Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Keluarga Tentang
Pencegahan Penyakit Menular Tuberkulosis. Artikel. Jurnal Keperawatan
Volume 1 Nomor 1. Available from
:
41
42

http://www.dianhusada.ac. id/jurnalimg/jurper1-9-lin.pdf (Accessed: 2017, Desember


7).
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Available from :
http://spirit ia.or.id/dokumen/pedo man-tbnasio nal2014.pdf (Accessed
:
2016, Desember 8).
Manalu, H., Sukana, B. 2011. Aspek Pengetahuan Sikap dan Perilaku
Masyarakat Kaitannya Dengan Penyakit TB Paru. Artikel. Media
Litbang Kesehatan Volume 21 Nomor 1.
Available from :
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/art icle/download/114/95
(Accessed : 2016, Desember 8).
Media, Y. 2011. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit
Tuberkulosis (Tb) Paru Di Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah
Datar Propinsi Sumatera Barat. Artikel. Media Litbang Kesehatan
Volume
21 Nomor 2. Available from :
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/download/108 /89
(Accessed : 2016, Desember 8).
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasirudin, M. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Pencegahan Penularan Tuberkulosis (TB) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngemplak Kabupaten Boyolali. Artikel. Prodi Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi 10. Jakarta :
Rineka Cipta pp : 121-125.
Notoatmodjo, S. 2014. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta pp : 27-31.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. Pedoman Penatalaksanaan TB
(Konsensus TB). Available from :
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf (Accessed : 2016, Desember 8).
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). 2010. Buku Saku PPTI.
Jakarta.
Putra, N.R. 2011. Hubungan Perilaku Dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan
Kejadian TB Paru Di Wilayah Kota Solok. Prodi Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas Padang Available from
: http://repository.unand.ac.id/16894/1/SKRIPSI_LENGKAP_NIKO.pdf
(Accessed : 2017, Desember 8).
Sarifah, S., Andriyani N. 2013. Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit
Tuberculosis Paru. STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta. Available from
:
htt p://journal.akpergshwng.ac. id/index.php/gsh/article/view/23/21 (Accessed
: 2016, Desember 8).
Sinaga, F., Heriyanti, F., Khatimah, H. 2016. Hubungan Kondisi Ventilasi Rumah
Dengan Kejadian TB Paru Di Wilayah Puskesmas Kelayan Timur. Artikel.
Berkala Kedokteran Volume 12 No. 2.
Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta ; Salemba Medika.
Susilo. 2012. Statistik dan Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta: Trans
Info Media: 7
Wahyuni. 2008. Determinan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan, Penularan
Penyakit Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Bendosari. Gaster, Vol. 4, No. 1
Februari. Available from :
www.jurnal.st ikesaisyiyah.ac. id/index.php/gaster/article/download/2/2
(Accessed : 2017, Desember 6).
Werdhani, RA. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis tahun 2007.
Available from :
http://staff.ui.ac.id/internal/0107050183/material/PATO_DIAG_KLAS.pdf
(Accessed : 2016, Desember 8).
WHO. 2015. Global Tuberkulosis Report 2015. Available from
: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/191102/1/9789241565059_eng.pdf
(Accessed : 2016, Desember 6).
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
& Pemberantasannya. Jakarta : Erlangga.
Wulandari, L. 2012. Peran Pengetahuan Terhadap Perilaku Pencarian Pengobatan
Penderita Suspek TB Paru di Indonesia (Analisis Data Survei Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku Tuberculosis tahun 2010). Tesis. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
LAMPIRAN

45
46
FAK. KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN
YAYASAN KESEJAHTERAAN KORPRI PROVINSI BALI

UNIVERSITAS
WARMADEWA
Bermutu, Berintegritas dan Berwawasan
Lingkungan

Web : http//www.kedokteran-warmadewa.ac.id, e-mail : pspd_warmadewa@yahoo.co.id

Sekretariat : Jl. Terompong No.24 Denpasar (80235) Telp: 240727, Fax.264555

LAMPIRAN 2

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Nama :

Alamat :

Usia :

Pekerjaan :

menyatakan setuju dan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Tuberkulosis di

Desa Sading Kecamatan Mengwi Badung” yang dilakukan oleh I Gede Indra

Adhisthana Muditha, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Warmadewa.

Saya telah diberikan informasi mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini karena penelitian ini tidak

akan menimbulkan dampak negatif bagi saya. Saya bersedia menjawab setiap pertanyaan

yang diajukan pada saat wawancara oleh peneliti dengan jujur, sungguh-sungguh dan apa

adanya. Semua data yang saya berikan saat proses penelitian akan dijaga

kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

Demikian lembar persetujuan ini dibuat, diharapkan semua informasi yang

diberikan ketika wawancara dapat digunakan dengan benar.


………….…,…………………2017

Peneliti Responden

I Gede Indra Adhisthana Muditha (…………………………………..)


LAMPIRAN 3
KUESIONER
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MASYARAKAT
TERHADAP TUBERKULOSIS DI DESA SADING KECAMATAN MENGWI
BADUNG

A. IDENTITAS RESPONDEN
No Responden (diisi peneliti) :
1. Nama :
2. Alamat responden :
3. Umur responden :
4. Pendidikan formal terakhir :
a. Tingkat rendah : Tidak sekolah/ tamat SD
b. Tingkat menengah : tamat SMP/ tamat SMA
c. Tingkat tinggi : tamat perguruan tinggi
5. Pekerjaan responden :
a. Petani
b. Pedagang
c. Pegawai
d. Pengusaha
e. Lain-lain

B. SUMBER INFORMASI
Sumber informasi tentang tuberkulosis didapat
dari:
 Media elektronik : TV/ Radio/ lain-lain……..
 Media cetak : Koran/ Majalah/lain-
lain……..
 Penyuluhan : Kader/ PKK/ Bidan/ Guru/ Puskesmas/ lain-
lain……..
C. PENGETAHUAN
Berilah tanda (√) pada kolom benar apabila jawaban responden benar dan
pada kolom salah jika jawaban responden salah.

No. Pertanyaan Benar Salah


1. Menurut bapak apa yang dimaksud dengan TBC ( tuberkulosis) ?
Penyakit menular
2. Menurut bapak apakah penyebab dari TBC ?
Bakteri (M. Tuberculosis)
3. Menurut bapak melalui apa penularan penyakit TBC dapat
terjadi?
Penyakit tuberkulosis ditularkan dari manusia ke manusia melalui
udara.
4. Menurut bapak jika seseorang menderita TBC, gejala apa saja
yang ditimbulkan ?
a. Batuk berdahak selama lebih dari 2 minggu (dapat disertai
darah)
b. Sesak napas
c. Penurunan nafsu makan
d. Berkeringat di malam hari
e. Perasaan yang tidak enak/tidak enak badan (malaise)
f. Demam (Meriang)
5. Menurut bapak apakah penyakit TBC dapat disembuhkan ?
Bisa. Penyakit tuberkulosis dapat disembuhkan dengan
pengobatan yang teratur.
6. Menurut bapak berapa lama waktu pengobatan penderita TBC
agar dapat sembuh ?
6 bulan atau lebih.
7. Menurut bapak apakah obat TBC bisa didapatkan secara gratis di
puskesmas ?
Bisa.
8. Menurut bapak siapa saja yang berisiko tertular penyakit TBC ?
a. Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita b.
Orang yang sering berinteraksi dengan penderita (teman
sekolah atau teman kerja)
9. Menurut bapak kondisi atau perilaku apa yang dapat
meningkatkan risiko tertular penyakit TBC ?
a. Merokok
b. Berinteraksi dengan penderitaTBC
c. Lingkungan yang padat dan kumuh
d. Ventilasi dan pencahayaan rumah yang kurang baik e.
Makan makanan yang kurang bergizi
10. Menurut bapak apakah merokok dapat meningkatkan risiko
menderita penyakit TBC ?
Iya. Merokok dapat meningkatkan risiko kejadian tuberkulosis
orang yang tidak merokok.
11. Menurut bapak apakah OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dapat
menekan perkembangan bakteri penyebab TBC ? Bisa.
OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dapat menekan
perkembangan bakteri penyebab TBC.
12. Menurut bapak apakah vaksin untuk balita yang dapat mencegah
penyakit TBC ?
Vaksin TBC untuk balita adalah BCG.
13. Menurut bapak apa saja komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
penyakit TBC ? a.
Sesak napas b.
Gagal paru c.
Keganasan
14. Menurutbapak apa saja hal yang bisa dilakukan anggota keluarga
untuk mencegah penularan TBC ?
a. Tidak merokok
b. Imunisasi BCG pada balita c.
Istirahat yang cukup
d. Makan makanan yang bergizi seimbang e.
Menjaga lingkungan bersih
f. Ventilasi dan pencahayaaan yang baik
15. Selain mengonsumsi obat, apa saja hal yang bisa dilakukan
penderita TBC untuk mencegah penularan penyakit TBC ?
a. Menutup mulut saat bersin atau batuk b.
Tidak meludah di sembarang tempat
D. SIKAP
Berilah tanda (√) pada kolom sangat setuju atau setuju jika responden
setuju dengan pertanyaan dan pada kolom sangat tidak setuju atau tidak
setuju jika responden tidak setuju dengan pertanyaan.
No Pertanyaan Sangat Tidak Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Setuju
1. Dengan pemahaman yang baik tentang penyebaran
penyakit TBC dapat mencegah penularan penyakit
TBC. Bagaimana pendapat bapak ?
2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dapat
mencegah penyakit TBC. Bagaimana pendapat
bapak ?
3. Lingkungan tempat tinggal yang kotor dapat
mendorong penyebaran penyakit TBC. Bagaimana
pendapat bapak ?
4. Apabila ada anggota keluarga yang mengalami
batuk-batuk selama 2-3 minggu atau lebih bapak
tidak akan menganjurkan untuk membeli obat ke
warung. Bagaimana pendapat bapak ?
5. Pencahayaan dan ventilasi yang buruk merupakan
faktor risiko tertular TBC. Bagaimana pendapat
bapak ?
6. Bapak akan pergi ke dokter atau puskesmas apabila
mengalami batuk-batuk selama 2-3 minggu atau
lebih. Bagaimana pendapat bapak ?
7. Keluarga harus memberikan perlakuan khusus
apabila ada salah satu keluarganya menderita
penyakit TBC. Bagaimana pendapat bapak ?
8. Saat batuk dan bersin sebaiknya menutup mulut.
Bagaimana pendapat bapak ?
9. Penderita TBC sebaiknya diberikan perlakuan
khusus dari masyarakat dan lingkungan
pekerjaannya. Bagaimana pendapat bapak ?
10. Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan
53

mengkonsumsi makanan yang bergizi. Bagaimana


pendapat bapak ?

E. PERILAKU
NO Pertanyaan YA TIDAK
1. Apakah yang bapak lakukan saat bersin dan batuk ?
Menutup mulut
2. Jika bapak batuk berdahak dimana bapak akan membuang
dahak ?
Di tempat khusus
3. Jika ada orang lain yang batuk di samping bapak apa yang
akan bapak lakukan ?
Menutup mulut atau pergi menjauh
4. Jika bapak mengalami batuk-batuk apa yang bapak akan
gunakan selama beraktivitas ?
Menggunakan masker
5. Bagaimana kondisi jendela di setiap ruangan pada siang hari?
Terbuka
6. Jenis makanan apa yang disajikan sehari-hari ?
Makanan sehat dan bergizi seimbang ( nasi, lauk-pauk, sayur, buah-
buahan)
7. Jika bapak mengalami batuk berdahak lebih dari 2 minggu
kemana bapak akan berobat ? Ke dokter
atau puskesmas
8. Apakah bapak merokok setiap hari ?
Tidak, karena merokok dapat meningkatkan risiko menderita penyakit
tuberkulosis.
9. Jikabapak mengalami batuk-batuk lebih dari 2 minggu, apakah
bapak membeli obat di warung ?
Tidak, saya akan pergi untuk berobat ke dokter.
10. Apakah bapak mengonsumsi jamu setiap hari untuk
menghindari tertular penyakit TBC ?
Tidak, saya akan pergi ke dokter untuk memeriksakan diri saya dan
mengkonsumsi obat yang diberikan dokter secara teratur.
Tabel Frekuensi

Kelompok Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ≤ 44 Tahun 41 38,7 38,7 38,7


≥ 45 Tahun 65 61,3 61,3 100,0
Total 106 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tingkat Menengah 75 70,8 70,8 70,8


Tingkat Rendah 23 21,7 21,7 92,5
Tingkat Tinggi 8 7,5 7,5 100,0
Total 106 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Petani, Buruh 18 17,0 17,0 17,0


Pedagang, Pengusaha 10 9,4 9,4 26,4
Wiraswasta 22 20,8 20,8 47,2
Pegawai 56 52,8 52,8 100,0
Total 106 100,0 100,0

Sumber_Informasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Media Cetak 1 ,9 ,9 ,9


Media Elektronik 101 95,3 95,3 96,2
Penyuluhan 4 3,8 3,8 100,0
Total 106 100,0 100,0
Tabel Crosstab

Kelompok Umur * Pengetahuan Crosstabulation


Pengetahuan
Kurang Cukup Baik Total

Kelompok ≤ 44 Tahun Count 8 11 22


Umur % within 19,5% 26,8% 53,7% 100,0
Kelompok Umur
≥ 45 Tahun Count 18 13 34
% within 27,7% 20,0% 52,3% 100,0
Kelompok Umur

Total Count 26 24 56
% within 24,5% 22,6% 52,8% 100,0
Kelompok Umur

Pendidikan * Pengetahuan Crosstabulation


Pengetahuan
Kurang Cukup Baik Tota
Pendidikan Tingkat Menengah Count 13 18 44
% within Pendidikan 17,3% 24,0% 58,7% 100,
Tingkat Rendah Count 13 4 6
% within Pendidikan 56,5% 17,4% 26,1% 100,
Tingkat Tinggi Count 0 2 6
% within Pendidikan 0,0% 25,0% 75,0% 100,
Total Count 26 24 56
% within Pendidikan 24,5% 22,6% 52,8% 100,

Pekerjaan * Pengetahuan Crosstabulation


Pengetahuan
Kurang Cukup Baik Tota

Pekerjaan Petani, Buruh Count 11 4 3


% within Pekerjaan 61,1% 22,2% 16,7% 100
Pedagang, Pengusaha Count 3 3 4
% within Pekerjaan 30,0% 30,0% 40,0% 100
Wiraswasta Count 7 3 12
% within Pekerjaan 31,8% 13,6% 54,5% 100
Pegawai Count 5 14 37
% within Pekerjaan 8,9% 25,0% 66,1% 100
Total Count 26 24 56
% within Pekerjaan 24,5% 22,6% 52,8% 100
Kelompok Umur * Sikap Crosstabulation
Sikap
Kurang Cukup Baik Total
Kelompok ≤ 44 Tahun Count 1 23 17
Umur % within 2,4% 56,1% 41,5% 100,0
Kelompok Umur

≥ 45 Tahun Count 8 22 35
% within 12,3% 33,8% 53,8% 100,0
Kelompok Umur

Total Count 9 45 52
% within 8,5% 42,5% 49,1% 100,0
Kelompok Umur

Pendidikan * Sikap Crosstabulation


Sikap
Kurang Cukup Baik Tota

Pendidikan Tingkat Menengah Count 5 29 41


% within Pendidikan 6,7% 38,7% 54,7% 100,
Tingkat Rendah Count 4 15 4
% within Pendidikan 17,4% 65,2% 17,4% 100,
Tingkat Tinggi Count 0 1 7
% within Pendidikan 0,0% 12,5% 87,5% 100,
Total Count 9 45 52
% within Pendidikan 8,5% 42,5% 49,1% 100,

Pekerjaan * Sikap Crosstabulation


Sikap
Kurang Cukup Baik Tota
Pekerjaan Petani, Buruh Count 6 8 4
% within Pekerjaan 33,3% 44,4% 22,2% 100
Pedagang, Pengusaha Count 0 7 3
% within Pekerjaan 0,0% 70,0% 30,0% 100
Wiraswasta Count 1 6 15
% within Pekerjaan 4,5% 27,3% 68,2% 100
Pegawai Count 2 24 30
% within Pekerjaan 3,6% 42,9% 53,6% 100
Total Count 9 45 52
% within Pekerjaan 8,5% 42,5% 49,1% 100
Kelompok Umur * Perilaku Crosstabulation
Perilaku
Kurang Cukup Baik Total

Kelompok ≤ 44 Tahun Count 18 9 14


Umur % within 43,9% 22,0% 34,1% 100,0
Kelompok Umur

≥ 45 Tahun Count 29 13 23
% within 44,6% 20,0% 35,4% 100,0
Kelompok Umur
Total Count 47 22 37
% within kelompok 44,3% 20,8% 34,9% 100,0
Umur

Pendidikan * Perilaku Crosstabulation


Perilaku
Kurang Cukup Baik Tota
Pendidikan Tingkat Menengah Count 31 15 29
% within Pendidikan 41,3% 20,0% 38,7% 100,
Tingkat Rendah Count 15 5 3
% within Pendidikan 65,2% 21,7% 13,0% 100,
Tingkat Tinggi Count 3 2 3
% within Pendidikan 37,5% 25,0% 37,5% 100,
Total Count 47 22 37
% within Pendidikan 44,3% 20,8% 34,9% 100,

Pekerjaan * Perilaku Crosstabulation


Perilaku
Kurang Cukup Baik Tota

Pekerjaan Petani, Buruh Count 11 4 3


% within Pekerjaan 61,1% 22,2% 16,7% 100
Pedagang, Pengusaha Count 4 2 4
% within Pekerjaan 40,0% 20,0% 40,0% 100
Wiraswasta Count 8 7 .7
% within Pekerjaan 36,4% 31,8% 31,8% 100
Pegawai Count 25 9 22
% within Pekerjaan 44,6% 16,1% 39,3% 100
Total Count 47 22 37
% within Pekerjaan 44,3% 20,8% 34,9% 100
Pengetahuan * Sikap Crosstabulation
Sikap
Kurang Cukup Baik Total

Pengetahuan Kurang Count 7 16 3 26


% within Pengetahuan 26,9% 61,5% 11,5% 100,0%
Cukup Count 1 11 12 24
% within Pengetahuan 4,2% 45,8% 50,0% 100,0%
Baik Count 1 18 37 56
% within Pengetahuan 1,8% 32,1% 66,1% 100,0%
Total Count 9 45 52 106
% within Pengetahuan 8,5% 42,5% 49,1% 100,0%

Pengetahuan * Perilaku Crosstabulation


Perilaku
Kurang Cukup Baik Total

Pengetahuan Kurang Count 21 4 1 26


% within Pengetahuan 80,8% 15,4% 3,8% 100,0%
Cukup Count 12 3 9 24
% within Pengetahuan 50,0% 12,5% 37,5% 100,0%
Baik Count 14 15 27 56
% within Pengetahuan 25,0% 26,8% 48,2% 100,0%
Total Count 47 22 37 106
% within Pengetahuan 44,3% 20,8% 34,9% 100,0%

Sikap * Perilaku Crosstabulation


Perilaku
Kurang Cukup Baik Total

Sikap Kurang Count 9 0 0 9


% within Sikap 100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
Cukup Count 29 11 5 45
% within Sikap 64,4% 24,4% 11,1% 100,0%
Baik Count 9 11 32 52
% within Sikap 17,3% 21,2% 61,5% 100,0%
Total Count 47 22 37 106
% within Sikap 44,3% 20,8% 34,9% 100,0%

Anda mungkin juga menyukai