Anda di halaman 1dari 12

 

LAPORAN KASUS DEMAM DENGUE 

S
1.1 Identitas Pasien
Nama : IKDKAP
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 10 Tahun 2 Bulan
Tanggal Lahir : Denpasar, 15 Januari 2013
Alamat : Jalan Dewata No. 5, Sidakarya
Pekerjaan : Siswa Sekolah Dasar
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku/ Bangsa : Bali/ Indonesia
Agama : Hindu
Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2023

1.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Demam hari ke-4
Keluhan Tambahan
Mual dan muntah, nyeri, dan ruam pada kulit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar ibunya ke poli umum Puskesmas I Denpasar Selatan dengan keluhan
utama demam sejak 3 hari yang lalu. Demam pasien diketahui mencapai 39°C pada puncaknya
dan dirasakan terus menerus. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya bintik merah pada
kulit yang mulai muncul pada hari ke-3. Bintik merah tersebut terutama terlihat pada bagian
perut, dada, dan lengan. Pasien juga mengeluhkan nyeri di seluruh tubuh, khususnya pada
persendian dan otot. Nyeri tersebut dirasakan semakin parah saat pagi dan malam hari. Pasien
juga mengalami sakit kepala pada daerah dahi dan belakang kepala yang terasa berdenyut-
denyut. Selain itu, pasien mengalami mual dan muntah sebanyak 3 kali dalam sehari, dan nyeri
perut yang dirasakan semakin parah saat makan atau minum. Keluhan lainnya seperti: batuk,
pilek, diare, serta perdarahan dikatakan pasien tidak ada. BAB dan BAK pasien normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya. Riwayat penyakit penyakit
sistemik/kronis disangkal. Pasien pernah menderita flu biasa beberapa bulan yang lalu, namun
tidak mengalami komplikasi yang serius. Riwayat alergi makanan, obat-obatan maupun bahan-
bahan alergen lainnya disangkal.
Riwayat Pengobatan
Keluarga pasien telah mencoba mengatasi demam dan nyeri tubuh dengan memberikan
parasetamol dan memberikan minum air putih dalam jumlah yang banyak. Namun, gejala
demam yang dialami pasien tetap tidak membaik.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit serupa yang dialami oleh keluarga pasien. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang siswa di sekolah dasar X kelas 4. Dia tinggal di daerah perkotaan bersama
keluarga dan memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang memadai di rumahnya. Pasien dan
keluarganya tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah yang terkena wabah penyakit
menular.
Pasien menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah dan pulang ke rumah setelah selesai
belajar. Dia juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan olahraga dan sering bermain dengan
teman-temannya di luar rumah.

O
1.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 41 kg
IMT : 18,22 kg/m2
Status Gizi : Baik
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit, reguler, kuat
Respirasi : 20 x/menit, reguler
Temperatur Aksila : 36,8oC
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm
THT : Kesan tenang
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thorak
Cor : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Pul : ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Distensi (-), BU (+) normal, nyeri tekan (+) pada kuadran kiri bawah,
hepar dan lien tidak teraba, shifting dullness (-)
Ekstremitas : Edema (-/-), hangat (+/+), turgor kulit baik

1.4 Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 31 Maret 2023, jam 09.59 WITA
• NS-1 : positif
• IgG : negatif
• IgM : negatif
Pemeriksaan laboratorium darah rutin:
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
WBC 3.57 10^9/L 4-12
Lym% 17.3 % 20-60
Mid% 3.7 % 0-8
GR% 79.0 % 50-70
Lym# 0.62 10^9/L 0.8-7
Mid# 0.13 10^9/L 0-1
GR# 2.82 10^9/L 2-8
RBC 5.23 10^12/L 3.5-5.2
HGB 13 g/dL 12-16
HCT 41.0 % 37-45
MCV 78.5 fL 80-100
MCH 25.0 pg 24-34
MCHC 32 g/dL 31-37
PLT 169 10^9/L 100-300
MPV 10.6 fL 6.5-12
PCT 0.179 % 0.1-0.282
PDW 12.1 % 15.5-18.2

A
Demam Dengue

Pada laporan ini didapatkan bahwa pasien laki-laki berusia 10 tahun 2 bulan dengan inisial
IKDKAP mengalami demam dengan suhu mencapai 39°C pada hari ke-3. Selain itu, pasien juga
mengeluhkan adanya bintik merah pada kulit yang mulai muncul pada hari ke-3. Bintik merah
tersebut terutama terlihat pada bagian perut, dada, dan lengan. Pasien juga mengalami nyeri di
seluruh tubuh, khususnya pada persendian dan otot serta sakit kepala pada daerah dahi dan
belakang kepala yang terasa berdenyut-denyut. Pasien juga mengalami mual dan muntah, dan
nyeri perut yang dirasakan semakin parah saat makan atau minum. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik, pasien diketahui memiliki suhu tubuh 38,5°C, tampak sakit sedang, GCS
E4V5M6, dan tekanan darah 120/70 mmHg.
Berdasarkan gejala dan pemeriksaan penunjang, pasien diduga menderita demam dengue.
Gejala demam tinggi yang diikuti dengan sakit kepala, nyeri sendi dan otot, dan ruam merah
pada kulit adalah gejala yang khas dari demam dengue. Selain itu, hasil pemeriksaan NS1 yang
positif juga menunjukkan adanya infeksi virus dengue pada tubuh pasien. NS1 adalah antigen
yang dihasilkan oleh virus dengue saat menginfeksi tubuh manusia, sehingga keberadaannya
dapat menjadi petunjuk adanya infeksi virus dengue pada pasien.
Selain gejala dan pemeriksaan NS1, hasil pemeriksaan laboratorium darah juga dapat
menegakkan diagnosis demam dengue pada pasien. Hasil pemeriksaan darah rutin pada pasien
menunjukkan adanya penurunan jumlah sel darah putih (WBC) yang disebut leukopenia, yang
merupakan karakteristik dari demam dengue. Selain itu, adanya peningkatan hematokrit (HCT)
yang diukur dalam persentase juga dapat menunjukkan adanya demam dengue. Hal ini
disebabkan karena virus dengue menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, sehingga
cairan tubuh seperti plasma dapat bocor ke dalam ruang interstitial dan meningkatkan
hematokrit. Dengan demikian, berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan penunjang, pasien
dapat didiagnosis menderita demam dengue dan perlu mendapatkan pengobatan yang sesuai.
8

P
Medikamentosa
31 Maret 2023
• Paracetamol 500 mg 3x1 (X), sesudah makan
• Asam ascorbat (Vit. C) 250 mg 1x1 (X), sesudah makan
1 April 2023
• Garam Oralit Kombinasi 3x1 sachet (X), jika diperlukan
• Zink Dipersible 20 mg 1x1 (X), jika diperlukan

KIE
• Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dengue. Pasien perlu memahami
penyebab, gejala, dan cara penularan penyakit dengue, serta komplikasi yang dapat terjadi.
• Menjelaskan kepada pasien mengenai tanda-tanda bahaya demam dengue, seperti
perdarahan, nyeri perut hebat, muntah darah, dan penurunan kesadaran.
• Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan mandiri yang dapat dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit, seperti menghindari gigitan nyamuk, menjaga kebersihan
lingkungan, dan memberikan perhatian pada kondisi kesehatan.
• Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan medis yang dapat dilakukan untuk
mengatasi demam dengue, seperti minum banyak air, menjaga keseimbangan elektrolit, dan
menghindari obat-obatan tertentu yang dapat memperparah kondisi (aspirin, antikoagulan,
steroid).
• Menjelaskan kepada pasien mengenai cara-cara pencegahan untuk mencegah infeksi
ulang, seperti menghindari gigitan nyamuk, menghindari tempat-tempat yang rawan terkena
nyamuk, dan menjaga kebersihan lingkungan.
• Menjelaskan kepada pasien mengenai tindakan lanjutan yang perlu dilakukan setelah
sembuh dari demam dengue, seperti menjaga pola makan yang sehat dan berolahraga secara
teratur.

HAND FOOT AND MOUTH DISEASE 

S
1.1 Identitas
Data didapatkan dari alloanamnesa dengan orang tua anak tanggal 9 Maret 2023
Nama : An. S
Tempat & tanggal lahir : 20 Juli 2019
Usia : 3 tahun 7 bulan 17 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pesanggaran
Anak ke : 1 dari 1 saudara
Tanggal datang ke poli : 9 Maret 2023
No. Rekam medis : 0070782
Nama ayah : Tn. A
Usia : 29 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny. R
Usia : 26 tahun
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Demam dan bitnik-bintik merah pada tangan dan kaki
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu pasien datang ke poli infeksi mengeluhkan anak demam 2 hari yang lalu. Demam mendadak
dengan suhu sumer-sumer. Tidak disertai kejang, mual dan muntah disangkal. Pasien kemudian
timbul banyak bintik kemerahan pada ke dua tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu. Bintik –
bintik kecil merah awalnya di telapak tangan lalu timbul di daerah kaki dan juga bokong,
semakin hari makin banyak timbul bintik- bintik merah, bintik-bintik merah berisi cairan
berwarna bening. Bintik kemerahan dirasakan gatal. Tidak terasa panas dan nyeri. Bintik
kemerahan tidak terdapat di punggung dan perut. Ibu anak mengatakan anak 2 hari ini sulit
untuk makan dan ditemukan adanya mengalami sariawan di mulut. BAB dan BAK biasa.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Dahulu belum pernah mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat sakit campak disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan sama seperti anak.
e. Riwayat Pengobatan :
Anak belum berobat ke dokter untuk mengurangi keluhan dan belum mengkonsumsi obat
apapun.
f. Riwayat Psikososial :
Ibu anak mengaku tidak mengetahui apakah disekitar lingkungan rumah ada yang menderita
keluhan yang sama dengan anaknya dan nafsu makan anaknya menurun selama sakit. Saat
sehat anak suka mengkonsumsi makanan dirumah tidak suka jajanan diluar rumah. Dalam satu
rumah tinggal ayah, 1 anak dan ibu.
g. Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.
h. Riwayat persalinan :
Ibu anak mengaku lahir spontan dibantu oleh dr di rumah sakit. Selama kehamilan rutin
memeriksa ANC sebulan sekali ke bidan. Ibu anak lupa berat badan lahir.
i. Riwayat alergi :
Alergi debu, makanan dan antibiotik disangkal.
j. Riwayat tumbuh kembang :
 Motoric kasar : melempar bola tangan keatas, melompat, menendang bola kedepan,
berjalan naik tangga, lari, berjalan mundur.
 motorik halus : menara dari 6 kubus, menara dari 4 kubus, menara 2 kubus, ambil mani-
manik yang ditunjukkan, mencoret-coret.
 bahasa : bicara sebagian sudah dimengerti, menunjuk 4 gambar, bagian badan 6,
kombinasi kata.
 personal sosial : mencuci dan mengeringkan tangan, gosok gigi dengan bantuan,
memakai baju, menyuapi boneka, membuka pakaian, menggunakan sendok garpu.
 Kesan tumbuh kembang normal sesuai usia.

1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital :
o Suhu : 37,6oC
o Nadi : 115x/menit
o Pernapasan : 22 x/menit
o Tekanan darah :-
d. Antropometri
o BB : 10 kg
o TB : 90 cm
e. Status gizi :
o BB/U : 10 / 12,4 x 100% = 80,6 % kesan gizi kurang
o TB / U : 90/88 x 100% = 102 % kesan perawakan normal
o BB/TB : 10 / 13 x 100% = 76,92 % kesan gizi kurang
f. Status Generalis
1. Kepala : Normocephal
2. Mata : Konjungtiva hiperemis (-/-).
3. Hidung : Sekret (+/+).
4. Telinga : Normotia.
5. Mulut : tonsil T1/T2 hiperemis, stomatitis (+), faring hiperemis (+),
6. Leher : Pembesaran KGB (-), rash makulapapula (-).
7. Jantung : S1/S2 reguler, murmur(-)
8. Paru : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-.
9. Abdomen : Bintik makulapapula (-).
10. Punggung : Makulapapula rash eritema (-).
11. Ekstremitas sup & inf : Rash makulapapula (+/+) bentuk geografikal di sekitarnya
ditemukan vesikel dengan diameter kurang lebih 1 cm.
Status Lokalis
Regio : kedua ekstremitas superior dan inferior, sinistra dan dekstra. Tampak makulopapul
eritema berbentuk geografikal berukuran 1cm disekitarnya ditemukan vesikel berisi cairan
bening, multipel, berbentuk bulat diameter kurang lebih 1 cm, batas tegas, kulit sekitar eritema.
Regio : mukosa bukal, bentuk ulser, soliter, bulat diameter 0,5 cm, batas tegas, mukosa sekitar
eritema.
g. Resume
Orang tua dan anak datang ke poli anak dengan keluhan demam 2 hari yang lalu. Demam
mendadak tinggi. Pasien juga mengeluhkan timbul banyak bintik kemerahan pada ke dua
tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu . Bintik –bintik kecil merah awalnya di telapak tangan lalu
timbul di daerah kaki, semakin hari makin banyak timbul bintik- bintik merah, bintik-bintik
merah berisi cairan berwarna bening. Bintik kemerahan dirasakan gatal. Tidak terasa panas dan
nyeri. Bintik kemerahan tidak terdapat di punggung dan perut. Ibu anak mengatakan anak
mengalami sariawan, juga mengalami batuk dan pilek sejak 2 hari yang lalu. Batuk tidak
berdahak dan pilek mengeluarkan cairan warna bening. Anak susah makan semenjak sakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan anak tampak sakit sedang.
o Suhu : 37,6oC
o Nadi : 115 x/menit
o Pernapasan : 22 x/menit
o Mulut : tonsil T1/T1, stomatitis (+), faring hiperemis (+),
o Ekstremitas sup & inf : hangat, crt <2 detik, rash makulapapula (+/+) bentuk vesikel
dengan diameter kurang lebih 1 cm.
o Pada ekstremitas superior dan inferior, sinistra dan dekstra. bentuk vesikel, multipel,
bulat diameter kurang lebih 1 cm, batas tidak tegas, kulit sekitar eritema.
o Pada mukosa bukal ditemukan bentuk ulser, soliter, bulat diameter 0,5 cm, batas tidak
tegas, mukosa sekitar eritema.
h. Diagnosis kerja
• Hand, foot and mouth disease (HFMD)

O
DEFINISI
penyebaran infeksi.
EPIDEMIOLOGI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hand-foot-and-mouth Disease (HFMD) adalah suatu penyakit infeksi sistemik
akut, disebabkan oleh enterovirus, ditandai adanya lesi berbentuk ulkus pada mulut yang
dirasakan sangat nyeri dan perih oleh penderitanya dan eksantema berbentuk vesikel
pada ekstremitas bagian distal yang tidak terasa sakit atau gatal, tapi sedikit nyeri jika
ditekan disertai dengan gejala konstitusi yang ringan dan biasanya bersifat swasirna.
Anak-anak kurang dari 10 tahun paling banyak terkena penyakit ini dan wabah dapat
terjadi di antara anggota keluarga dan kontak erat. Sanitasi yang jelek, status ekonomi
yang rendah dan kondisi tempat tinggal yang padat sangat mendukung dalam
3, 4
Wabah HFMD telah dilaporkan sejak tahun 1970-an. Selama dekade terakhir, epidemi HFMD
semakin meningkat di negara-negara dari Kawasan Pasifik Barat, yang merupakan wilayah yang
paling parah terkena dampak HFMD di dunia, termasuk
5
Jepang, Malaysia, dan Singapura, Thailand, dan China. Negara-negara lain yang juga
juga terkena dampak HFMD adalah, Taiwan, Hong Kong, Republik Korea, Vietnam, Kamboja,
Brunei dan Mongolia. HFMD juga telah berkembang menjadi penyebab
1
Infeksi HFMD lebih berat pada bayi dan anak dibandingkan orang dewasa,
tetapi umumnya, penyakit ini memiliki manifestasi ringan. Tidak ada predileksi
2
utama morbidits dan mortalitas di beberapa negara berkembang.
HFMD sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. HFMD adalah penyakit umum
yang menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun (kadang sampai 10 tahun). Orang
dewasa umumnya kebal terhadap enterovirus, meskipun kasus pada orang dewasa dilaporkan.
ras untuk penyakit infeksi ini. Rasio penderita laki-laki dan perempuan adalah 1:1.
ETIOLOGI
Coxsackievirus Tipe 16 (CV A16) adalah virus penyebab yang terlibat dalam sebagian besar
kasus infeksi HFMD, tetapi penyakit ini juga terkait dengan coxsackievirus A5, A7, A9 A10, B2,
dan strain B5. Enterovirus 71 (EV-71) juga menyebabkan wabah HFMD dengan keterlibatan
neurologis terkait di wilayah Pasifik barat. Coxsackievirus adalah subkelompok dari enterovirus
nonpolio dan merupakan anggota dari famili Picornaviridae. Enterovirus merupakan virus kecil
nonenveloped berbentuk icosahedral yang mempunyai diameter sekitar 30 nm dan terdiri atas
molekul linear RNA rantai tunggal.
Penyebab HFMD yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan
yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai
meninggal adalah Enterovirus 71. (4) Virus ini ditemukan di sekresi saluran pernafasan seperti
saliva, sputum atau sekresi nasal, cairan vesikel dan
1, 3, 6, 7
HFMD mempunyai masa inkubasi 3-6 hari. Selama masa epidemik, virus
menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain. Setelah virus masuk
melalui jalur oral atau pernafasan akan terjadi replikasi awal pada faring dan usus,
kemungkinan dalam sel M mukosa. Replikasi awal pada faring dan usus diikuti dengan
multiplikasi pada jaringan limfoid seperti tonsil, Peyer patches dan kelenjar limfe
regional. Penyebaran ke kelenjar limfe regional ini berjalan dalam waktu 24 jam yang
diikuti dengan viremia. Adanya viremia primer (viremia minor) menyebabkan
penyebaran ke sistem retikuloendotelial yang lebih jauh termasuk hati, limpa, sumsum
tulang dan kelenjar limfe yang jauh. Respon imun dapat membatasi replikasi dan
perkembangannya di luar sistem retikuloendotelial yang menyebabkan terjadinya
3, 4
dan virus menyebar melalui viremia sekunder (viremia mayor) ke organ target seperti susunan
saraf pusat (SSP), jantung dan kulit. Kecenderungan terhadap organ target sebagian ditentukan
oleh serotipe yang menginfeksi. Coxsackievirus, echovirus dan EV 71 merupakan penyebab
tersering penyakit virus dengan manifestasi pada kulit. HFMD yang disebabkan oleh
coxscakievirus A16 biasanya berupa lesi mukokutan ringan yang
feses dari individu yang terinfeksi.
PATOGENESIS
infeksi subklinis.
Infeksi klinis terjadi jika replikasi terus berlangsung di sistem retikuloendotelial

menyembuh dalam 7–10 hari dan jarang mengalami komplikasi. Namun enterovirus juga dapat
merusak berbagai macam organ dan sistem. Kerusakan ini diperantarai oleh
3
Gambaran klinis HFMD terjadi hampir 100% pada anak-anak usia prasekolah yang terinfeksi
namun hanya 11% individu dewasa yang terinfeksi memiliki kelainan kulit. Setelah fase inkubasi
3 hingga 6 hari, penderita dapat mengeluh panas badan yang biasanya tidak terlalu tinggi (38°C
hingga 39°C), malaise, nyeri perut, dan gejala traktus respiratorius bagian atas seperti batuk
dan nyeri tenggorok. Dapat dijumpai pula adanya limfadenopati leher dan submandibula.1
Eksantema biasanya nampak 1 hingga 2 hari
4
nekrosis lokal dan respon inflamasi inang.
MANIFESTASI KLINIS
setelah onset demam, tetapi bisa bervariasi tergantung serotipe yang terlibat.
Hampir semua kasus HFMD mengalami lesi oral yang nyeri. Biasanya jumlah lesi hanya
beberapa dan bisa ditemukan di mana saja namun paling sering ditemukan di lidah, mukosa
pipi, palatum durum dan jarang pada orofaring. Lesi dimulai dengan makula dan papula
berwarna merah muda cerah berukuran 5–10 mm yang berubah menjadi vesikel dengan
eritema di sekelilingnya. Lesi ini cepat mengalami erosi dan berwarna kuning hingga abu-abu
dikelilingi oleh halo eritema. Beberapa literatur lain menyebutkan bentuk lesi ini sebagai vesikel
yang cepat berkembang menjadi ulkus.
3
Lesi pada mulut ini dapat bergabung, sehingga lidah dapat menjadi eritema dan edema. Lesi
kulit terdapat pada dua pertiga penderita dan muncul beberapa saat setelah lesi oral. Lesi ini
paling banyak didapatkan pada telapak tangan dan telapak kaki. Selain itu dapat juga pada
bagian dorsal tangan, sisi tepi tangan dan kaki, bokong dan terkadang pada genitalia eksternal
serta wajah dan tungkai. Lesi pada kulit dapat bersifat asimtomatik atau nyeri. Timbul
rash/ruam atau vesikel (lepuh memerah/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak
gatal ditelapak tangan dan kaki. Jumlahnya bervariasi dari beberapa saja hingga banyak. Setelah
menjadi krusta, lesi sembuh dalam
1, 3, 4
Diagnosis infeksi enterovirus seringkali berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis
laboratoris dapat ditegakkan melalui tes serologis, isolasi virus dengan kultur dan teknik PCR.
waktu 7 hingga 10 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.
DIAGNOSIS

- Pemeriksaan serologis jarang dilakukan karena tidak dapat menunjukkan serotipe yang
spesifik dari enterovirus. Standar kriteria untuk mendiagnosis infeksi enterovirus adalah dengan
isolasi virus. Virus dapat diisolasi dan didentifikasi melalui kultur dan teknik immunoassay dari
lesi kulit, lesi mukosa atau bahan feses.
- Polymerase chain reaction (PCR) memberikan hasil yang cepat dalam mendeteksi dan
identifikasi serotipe enterovirus. Pemeriksaan ini menjadi uji diagnostik yang sangat bernilai
tetapi dibatasi oleh ketersediaannya dan biayanya yang relatif mahal.
- Pungsi lumbal merupakan pemeriksaan yang penting jika terjadi meningitis. Profil dari cairan
serebrospinalis pada penderita dengan meningitis aseptik akibat enterovirus adalah lekosit
yang sedikit meningkat, kadar gula yang normal atau
3
Diagnosis banding yang paling dekat adalah enantema pada herpangina. Kedua panyakit ini
disebabkan oleh enterovirus. HFMD dibedakan dari herpangina berdasarkan distribusi lesi oral
dan adanya lesi kulit. Herpangina berupa enantema tanpa lesi kulit dengan lokasi yang tersering
di plika anterior fossa tonsilaris, uvula, tonsil, palatum molle.
Diagnosis banding yang lain yang perlu dipertimbangkan adalah, varisela, stomatitis aphthosa,
erupsi obat, herpes ginggivostomatitis serta measle. Stomatitis aphthosa dibedakan dengan
HFMD dengan tidak adanya demam dan tanda sistemik lainnya serta riwayat kekambuhan.
Ditandai dengan adanya lesi ulseratif yang besar pada bibir, lidah dan bagian mukosa buccal
yang sangat nyeri.
Penderita herpes ginggivostomatitis biasanya mengalami lesi yang lebih nyeri dengan
limfadenopati leher dan ginggivitis yang lebih menonjol. Lesi pada`kulit biasanya terbatas
perioral namun dapat mengenai jari tangan yang dimasukkan ke mulut.
Berbeda dengan HFMD, lesi kulit pada varisela lebih luas dengan distribusi sentrifugal, lesi
jarang pada telapak tangan dan kaki serta lebih jarang dijumpai lesi oral. Lesi pada varisela
membaik oleh pembentkan krusta, sementara vesikel pada HFMD membaik dengan adanya
reabsorbsi dari cairan vesikel. Jika eksantema pada HFMD berbentuk makulopapuler maka lesi
ini harus dibedakan dengan erupsi obat meskipun jarang.
sedikit menurun, sedangkan kadar protein normal atau sedikit meningkat.
DIAGNOSIS BANDING

Selain adanya lesi makulopapular yang bersifat general, anak-anak yang mengalami infeksi
measle atau campak akan disertai dengan batuk, coryza dan
1, 3
Komplikasi serius jarang terjadi pada penderita HFMD. Komplikasi paling
sering terjadi akibat ulserasi oral yang nyeri, sehingga dapat mengganggu asupan oral
dan menyebabkan dehidrasi. Seperti halnya penyakit kulit lainnya, infeksi sekunder
karena bakteri juga dapat terjadi pada lesi kulit penderita HFMD. Satu komplikasi yang
jarang yaitu eczema coxsackium terjadi pada individu dengan eksema. Pada penderita
ini berkembang infeksi virus kutan diseminata yang sama dengan yang terlihat pada
eczema herpeticum. Komplikasi serius yang berkaitan dengan HFMD dan paling
banyak ditemui adalah meningitis aseptik. Meningitis aseptik jarang mengancam jiwa
dan pada penderita juga tidak terjadi komplikasi lanjutan yang permanen. Epidemik EV
71 yang terjadi di Taiwan berakibat terjadinya bentuk penyakit yang parah seperti
ensefalitis, ensefalomielitis, polio-like syndromes, miokarditis, edema pulmonum,
perdarahan di paru-paru dan kematian. Huang dan kawan-kawan (1999)
mendeskripsikan komplikasi neurologis terkait EV 71 dalam istilah sindroma
neurologik yang terdiri dari aseptic meningitis, acute flaccid paralysis dan brain stem
3,4
Kebanyakan kasus HFMD diharapkan dapat sembuh secara total. HFMD biasanya merupakan
penyakit swasirna, di mana kenaikan antibodi serum mengeliminasi viremia dalam waktu 7
hingga 10 hari. Perawatan utama adalah istirahat yang cukup serta terapi suportif. Pada kondisi
penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya tidak diperlukan
pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan dengan pemberian
konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan kualitas gizi yang tinggi, serta
diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika didapati terjadinya gejala superinfeksi
akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau diberikan antibiotika dosis rendah sebagai
pencegahan.
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka di mulut dan untuk
menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan golongan
konjungtivitis, serta koplik spot sering ditemukan pada pemeriksaan mulut.
KOMPLIKASI
encephalitis atau rhomboencephalitis.
TATALAKSANA

analgetika dan antipiretika. Demam dapat diobati dengan antipiretik, nyeri dapat diobati
dengan dosis standar asetaminofen atau ibuprofen. Analgesia langsung juga dapat
diadministrasikan untuk rongga mulut melalui obat kumur atau semprotan. Pastikan asupan
cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Cairan intravena mungkin diperlukan jika pasien
mengalami dehidrasi sedang atau berat atau jika pasien mengalami kesulitan memenuhi
asupan nutrisi secara oral.
Infeksi HFMD menyebabkan imunitas terhadap virus yang spesifik. Jika terjadi episode penyakit
yang kedua kemungkinan besar terjadi karena infeksi dengan virus strain yang lain dalam grup
enterovirus.
Belum ada vaksin atau antivirus yang diketahui efektif dalam mengobati
maupun mencegah infeksi EV 71. Beberapa bahan untuk pembuatan vaksin EV 71
termasuk formalin-inactivated whole virus vaccine, DNA vaccine dan recombinat
protein vaccine masih harus disempurnakan lebih lanjut sebelum digunakan dalam uji
1, 3, 4
PROGNOSIS
Secara umum HFMD memiliki prognosis yang baik dan kebanyakan kasus diharapkan dapat
sembuh secara total. Komplikasi serius jarang terjadi. Komplikasi yang parah dapat timbul jika
terjadi salah diagnosis, tidak dapat memelihara hidrasi yang adekuat dan gagal dalam
mengenali tanda-tanda menuju adanya keterlibatan neurogenik. Belum ada vaksin yang efektif
untuk mencegah infeksi EV 71. Risiko
infeksi dapat diturunkan dengan tindakan higiene yang bagus dan dengan menghindari
3, 4
klinis.kontak antara individu yang terinfeksi dan individu yang rentan.

A
h. Diagnosis kerja
• Hand, foot and mouth disease (HFMD

P
i. Tatalaksana
 Tatalaksana farmakologi
- Salicyl talk 2x1 sehabis mandi
Komposisi : Asam Salisilat 2% dan talk 98%
- Lytacur syrup 1 x 1 sendok
- Cetrizin HCl 0,25mg/kgbb/hari ~ 2,5mg/hari
- Borax gliserin 2-3 x 1 mL
- Acyclovir salep 2 x UE setiap habis mandi
- Paracetamol syrup 3x1cth
 Edukasi
- Virus masih berada di tinja selama 1 bulan.
- Jangan berganti-gantian pakaian, handuk dengan orang yang terkena HFMD.
- Vesikel jangan di pecahkan karena bisa menyebabkan infeksi sekunder.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, sayur- sayuran, buah-buahan.
- Sebaiknya anak istirahat dirumah untuk pemulihan dan pencegahan penularan lebih
luas.
- Menjaga kebersihan anak seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
- Anak tetap diberikan makanan dan minuman yang cukup untuk mencegah kekurangan
cairan.

Anda mungkin juga menyukai